Penilaian Warga Kota Bogor terhadap Efektivitas Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Tatanan Tempat-Tempat Umum di Kota Bogor Tahun 20121 Imam Maulana2 dan Tri Krianto3
ABSTRAK
Mulai tahun 2010, Pemerintah Kota Bogor menerbitkan Peraturan Daerah No. 12 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tahun 2009. Namun setelah 2 tahun berjalan hasil pengamatan menunjukan, masih banyak perokok di kawasan yang ditetapkan dalam peraturan daerah. Studi berjenis kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel adalah rumah tangga di seluruh wilayah Kota Bogor, diambil dengan metode multistage cluster random sampling. Jumlah sampel sebanyak 300 rumah tangga. Hasilnya, masyarakat Kota Bogor menilai implementasi KTR di tatanan tempat-tempat umum belum efektif. Analisis menunjukkan banyaknya perokok di tempat-tempat umum berhubungan dengan pajanan penyuluhan KTR, tiadanya teguran dari orang lain, pengawasan petugas, keberadaan iklan rokok, dan keberadaan penjual rokok (p <0,05). Untuk lebih mengefektifkan Perda tersebut dibutuhkan prioritas berbeda dalam implementasinya di setiap tempat yang menjadi KTR.
Keywords: Promosi kesehatan, KTR
ABSTRACT
In 2009, the Government published the Bogor Area Regulations No. 12 about the area Without Smoking (KTR). Based on observations, there are still many smokers in the area set out in the regulatory area. Study of a quantitative approach with cross-sectional. The samples are households in the whole area of the city, which was taken by the method of multistage cluster random sampling. The number of samples as much as 300 households. As a result, society Bogor City looked at the implementation of KTR at public places order has not been effective. Analysis showed the number of smokers in public places associated with exposure illumination KTR, lack of rebuke from others, supervision officers, the presence of advertising cigarettes, and the existence of a seller of cigarettes (p <0,05). To be more makes effective regional regulation would require priorities different in its implementations in every place into KTR.
Keywords: health promotion, KTR
1
Disajikan pada Diseminasi Nasional Riset Kesehatan di FKMUi 28-29 September 2012 Mahasiswa Program SKM Peminatan Promosi Kesehatan (
[email protected]) 3 Pengajar Departemen PKIP FKMUI (
[email protected]) 2
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Pendahuluan Kawasan Tanpa Rokok adalah tempat atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk: 1) memberikan perlindungan dari bahaya asap rokok bagi perokok aktif dan/atau perokok pasif; 2) memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat; 3) melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung; 4) menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari asap rokok; 5) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 6) untuk mencegah perokok pemula. (Pemda Kota Bogor, 2010). Kawasan Tanpa Rokok yang dimaksud meliputi : 1) tempat umum seperti pasar modern, pasar tradisional, tempat wisata, tempat hiburan, hotel dan restoran, taman kota, tempat rekreasi, halte, terminal angkutan umum, stasiun kereta api dan bandar udara. 2) tempat kerja yang meliputi perkantoran baik pemerintahan sipil maupun TNI/POLRI, perkantoran swasta dan industri. 3) tempat ibadah yang meliputi masjid/mushalla, gereja, vihara, klenteng dan pura. 4) tempat bermain dan/atau berkumpulnya anak-anak meliputi kelompok bermain, penitipan anak, PAUD dan Taman Kanak-kanak. 5) kendaraan umum meliputi bus umum, kereta api, angkutan kota, kendaraan wisata, bus angkutan anak sekolah dan bus angkutan karyawan. 6) lingkungan tempat proses belajar mengajar meliputi sekolah, perguruan tinggi, balai pendidikan dan pelatihan, balai latihan kerja, bimbingan belajar dan kursus. 7) sarana kesehatan meliputi rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik, puskesmas, balai pengobatan, posyandu dan tempat praktek kesehatan swasta. 8) sarana olah raga dan tempat olah raga. (Pemda Kota Bogor dalam Perda Kota Bogor No 12 tahun 2009 dan Perwalkot Kota Bogor No 7 tahun 2010).
Tinjauan teoritis Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (Pemkot Bogor dalam Perda KTR No 12 tahun 2009 Bab 1 pasal 1 ayat 6). Pemerintah Kota Bogor sangat serius untuk melaksanakan penegakan Kawasan Tanpa Rokok, Dispenda Kota Bogor mengatakan berjanji pada tahun 2013 tidak ada lagi iklan
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
promosi rokok menggunakan banner atau spanduk pada fasilitas umum seperti bahu jalan atau taman kota di Kota Bogor. (Radar Bogor, 2012). Kebijakan publik berwawasan kesehatan adalah seperangkat kebijakan, peraturan maupun regulasi yang menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Adanya kebijakan pulik ini akan mendorong segera terwujudnya lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang mendukung yang memungkinkan setiap insan hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat. Kebijakan publik berwawasan sehat diharapkan mampu mendorong setiap sektor, utamanya sektor pemerintah untuk senantiasa mengedepankan pentingnya kesehatan dalam setiap formulasi kebijakannya. Salah satu kerangka kerja yang banyak digunakan untuk mengevaluasi kebijakan dan dampaknya adalah dengan lima komponen RE-AIM, yaitu : A. Reach (jangkauan; siapa dan seberapa banyak yang terkena kebijakan). B. Efectiveness (efektivitas serta konsekuensi yang ditimbulkan). C. Adoption (tersebarnya kebijakan dan dampaknya pada partisipasi sasaran). D. Implementation (implementasi yang berimplikasi pada biaya, daya paksa dan kepatuhan). E. Maintenance (pelembagaan kebijakan atau program).
Metode Penelitian yang bersifat kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan di 6 Kecamatan di Kota Bogor pada akhir bulan Agustus hingga awal september 2012. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode multistage cluster random sampling, Sampel yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel adalah warga Kota Bogor yang berusia 11-70 tahun yaitu perwakilan dari 1 anggota keluarga yang ada di Rukun Tetangga di wilayah yang terpilih di dalam 1 kecamatan di Kota Bogor. Penulis menyebarkan 300 kuesioner yang di bantu oleh kader kesehatan, kader PKK dan kader Posyandu. Sebelum dilakukan penelitian, penulis melakukan uji validitas dan reabilitas dengan menyebarkan 30 kuesioner (28 kuesioner yang kembali ke penulis) di tempat dan responden berbeda dengan karakteristik hampir menyerupai.
Hasil Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan distribusi 300 responden, berdasarkan tempat tinggal yang paling banyak berada di Kecamatan Bogor Selatan (61; 20,3%), Kecamatan Bogor Timur (59; 19,7%), Kecamatan Bogor Tengah (53; 17,7%), Kecamatan Bogor Barat (44; 14,7%), Kecamatan
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tanah Sareal (43; 14,3%) dan yang paling sedikit Kecamatan Bogor Utara (40; 13,3%). Distribusi menurut usia termuda adalah 11 tahun dan yang tertua adalah 75 tahun dengan nilai rata-rata 39,37 tahun (lihat tabel 2). Lebih banyak responden laki-laki (176; 58,7%) dibandingkan perempuan (124; 41,3%). Distribusi pendidikan responden mayoritas tingkat pendidikan rendah (256; 85,3%) dan tingkat pendidikan tinggi (44; 14,7%). Distribusi pekerjaan yang paling banyak pegawai swasta (175; 58,3%), Ibu Rumah Tangga (88; 29,3%), PNS (21; 7%) dan pelajar/mahasiswa (16; 5,3%). Mayoritas responden tidak merokok (193; 64,3%) dan yang merokok (107; 35,7%). Sebagian besar tingkat pengetahuan responden mengenai rokok rendah (169; 56,3%) sedangkan yang tinggi (131; 43,7%). Mayoritas tingkat pengetahuan responden mengenai Perda KTR tinggi (175; 58,3%) sedangkan tingkat pengetahuan rendah (125; 41,7%). (Lihat Tabel 1). Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden Variabel
Katagori
Kecamatan
Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
n 61
n=300 % 20,3
59 53
19,7 17,7
44 43
14,7 14,3
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
176 124
58,7 41,3
Tingkat Pendidikan
Tinggi Rendah
44 256
14,7 85,3
Pekerjaan
Swasta IRT PNS Pelajar/Mahasiswa
175 88 21 16
58,3 29,3 7 5,3
Riwayat merokok
Tidak Ya Tinggi Rendah
193 107 131 169
64,3 35,7 43,7 56,3
Tinggi Rendah
175 125
58,3 41,7
Pengetahuan Rokok
Penegtahuan Perda KTR
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Variabel
Mean
Median
Usia
39,37
39
SD 13,78
Min-Mak 11-75
95% CI 37,8-40,9
Implementasi Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Tatanan Tempat Umum Untuk pertanyaan tidak ada yang merokok di TTU, dari 9 tempat sarana umum jawaban tertinggi adalah di pasar modern (44%), pasar modern diantaranya Mall, supermarket dan minimarket yang ada di Kota Bogor, sedangkan yang terendah adalah pasar tradisional (19,7%). Pertanyaan mengenai sosialisasi (melaui media cetak : stiker, banner, spanduk) Perda KTR, jawaban responden yang paling banyak adalah hotel dan restoran (68,7%) dan yang paling rendah adalah di pasar tradisional (45,3%). Sosialisasi Perda KTR dengan melalui media cetak poster, banner, folder dan leaflet, bahkan media cetak lokal (koran). Media elektronik (radio dan televisi) serta pengeras suara (wawar). Peran serta masyarakat dalam menegur/mengingatkan untuk tidak merokok di KTR sangat penting, dari 9 tempat di sarana umum, yang paling tinggi adalah di pasar modern (41%) dan yang paling rendah adalah di pasar tradisional (16%). Petugas pengawas Perda KTR yang berada di tempat KTR menjadi pertanyaan peneliti, dari 9 tempat umum yang berada di KTR jawaban responden yang tinggi adalah di pasar tradisional (39,7%) dan yang paling rendah adalah di pasar tradisional (15%). Perda KTR melarang iklan rokok di Kawasan tersebut, jawaban responden tertinggi untuk tidak ada iklan rokok di kawasan tersebut adalah di hotel dan restoran (52,7%) dan yang paling rendah adalah di halte (38,7%). Perda KTR juga membatasi bahkan melarang untuk menjual rokok di kawasan tersebut, jawaban responden tertinggi untuk pertanyaan tersebut adalah di hotel dan restoran (33,3%) sedangkan yang paling rendah adalah di pasar tradisional (17%). (lihat tabel 3).
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Menganai Implementasi Perda KTR di Tatanan Tempat Umum di Kota Bogor Tahun 2012
KTR TTU 1. Pasar Modern 2. Pasar Tradisional 3. Tempat Wisata 4. Tempat Hiburan 5. Hotel & Restoran 6. Taman Kota 7. Halte 8. Terminal 9. Stasiun KA
Tidak merokok (%) 132 (44) 59 (19,7) 76 (25,3) 76 (25,3) 90 (30) 85 (28,3) 74 (24,7) 66 (22) 73 (24,3)
Sosialis asi (%) 203 (67,7) 136 (45,3) 188 (62,7) 175 (58,3) 206 (68,7) 180 (60) 157 (52,3) 157 (52,3) 168 (56)
Ya (n=300) Peran Serta Pengawas Masyarakat an Petugas (%) (%) 123 119 (41) (39,7) 48 45 (16) (15) 91 84 (30,3) (28) 78 72 (26) (24) 114 97 (38) (32,3) 96 81 (32) (27) 71 55 (23,7) (18,3) 70 51 (23,3) (17) 91 81 (30,7) (27)
iklan Rokok (%) 144 (48) 117 (39) 145 (48,3) 129 (43) 158 (52,7) 141 (47) 116 (38,7) 124 (41,3) 129 (43)
penjual rokok (%) 97 (32,3) 51 (17) 79 (26,3) 71 (23,3) 100 (33,3) 89 (29,7) 65 (21,7) 61 (20,3) 66 (22)
Responden menjawab petugas yang memberikan keteladanan/patuh terhadap Perda KTR (tidak merokok) di KTR sebanyak 154 orang (51,3%), dan responden yang menjawab petugas mensosialisasikan dengan jelas, arif dan bijaksana sebanyak 216 orang responden (72%). Responden menjawab warga yang mematuhi Perda Kawasan Tanpa Rokok sebanyak 154 orang responden (51,3%), peran masyarakat dalam mengawasi Perda Kawasan Tanpa Rokok sebanyak 216 orang responden (72%) dan mensosialisasikan Perda Kawasan Tanpa Rokok sebanyak 206 responden (68,7%). harapan warga terhadap ketegasan dalam menegakan hukum di KTR sebanyak 157 orang responden (52,3%), harapan warga dalam keadilan menegakan hukum sebanyak 154 orang responden (51,3%) dan sosialisasi dalam menegakan hukum sebanyak 158 orang responden (52,7%). (lihat tabel 4)
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Mengenai Harapan Warga No Variabel Ya (n=300) Frekuensi % Keteladanan Petugas 1 Petugas tidak merokok di Kawasan Tanpa 154 51,2 Rokok 2 Petugas memberitahukan adanya Kawasan 216 72 Tanpa Rokok kepada warga masyarakat dengan jelas, arif dan bijaksana Partisipasi Masyarakat 1 Mematuhi Perda Kawasan Tanpa Rokok 154 51,3 2 Ikut serta mengawasi Perda Kawasan Tanpa 216 72 Rokok 3 Ikut serta menyebarkan informasi Perda 206 68,7 Kawasan Tanpa Rokok Penegakan Hukum 1 Ketegasan dalam menegakan hukum 157 52,3 2 Keadilan dalam menegakan hukum 154 51,3 3 Sosialisasi dalam penegakan hukum 158 52,7 Analisis Bivariat Uji Chi Square Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel sosialisasi di pasar modern ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 7,4 (4,01; 13,7) diantara variabel yang lainnya artinya jika sosilisasi lebih ditingkatkan di pasar modern maka kemungkinan warga 7,4 kali tidak akan merokok di pasar modern, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan iklan rokok di pasar modern ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 3,5 (2,1; 5,7) artinya jika iklan rokok ditertibkan di pasar modern maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 3,5 kali di pasar modern. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel penjual rokok di pasar tradisional ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 12,2 (6,1; 24,2) diantara variabel yang lainnya artinya jika penjual rokok lebih ditertibkan di pasar tradisional maka kemungkinan warga 12,2 kali tidak akan merokok di pasar tradisional, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan pengawasan petugas di pasar tradisional ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 2 (1,1; 3,7) artinya jika pengawasan petugas ditingkatkan di pasar tradisional maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 2 kali di pasar tradisional.
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel penjual rokok di tempat wisata ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 15,8 (8,4; 29,6) diantara variabel yang lainnya artinya jika penjual rokok lebih ditertibkan di tempat wisata maka kemungkinan warga 15,8 kali tidak akan merokok di tempat wisata, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan iklan rokok di tempat wisata ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 4,2 (2,3; 7,5) artinya jika iklan rokok ditertibkan di tempat wisata maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 4,2 kali di tempat wisata. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel penjual rokok di tempat hiburan ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 12,2 (6,5; 22,6) diantara variabel yang lainnya artinya jika penjual rokok lebih ditertibkan di tempat hiburan maka kemungkinan warga 12,2 kali tidak akan merokok di tempat hiburan, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan sosialisasi di tempat hiburan ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 4,8 (2,5; 9,2) artinya jika sosialisasi ditingkatkan di tempat hiburan maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 4,8 kali di tempat hiburan. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel sosialisasi di hotel dan restoran ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 6,1 (2,9; 12,8) diantara variabel yang lainnya artinya jika sosialisasi lebih ditingkatkan di hotel dan restoran maka kemungkinan warga 6,1 kali tidak akan merokok di hotel dan restoran, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan iklan rokok di hotel dan restoran ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 2,8 (1,6; 4,7) artinya jika ikaln rokok ditertibkan di hotel dan restoran maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 2,8 kali di hotel dan restoran. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel iklan rokok di taman kota ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 7 (3,9; 12,8) diantara variabel yang lainnya artinya jika iklan rokok lebih ditertibkan di taman kota maka kemungkinan warga 7 kali tidak akan merokok di taman kota, sedangkan hubungan
antara
perilaku
merokok
dengan
peran
serta
masyarakat
untuk
mengingatkan/menegur di tempat wisata ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 4,1 (2,4; 7,1) artinya jika peran serta masyarakat untuk mengingatkan/menegur di taman kota maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 4,2 kali di taman kota.
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel penjual rokok di halte ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 10,4 (5,6; 19,5) diantara variabel yang lainnya artinya jika penjual rokok lebih ditertibkan di halte maka kemungkinan warga 10,4 kali tidak akan merokok di halte, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan iklan rokok di halte ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 3,3 (1,9; 5,8) artinya jika iklan rokok ditertibkan di halte maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 3,3 kali di halte. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel penjual rokok di terminal ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 9 (4,7; 16,9) diantara variabel yang lainnya artinya jika penjual rokok lebih ditertibkan di terminal maka kemungkinan warga 9 kali tidak akan merokok di terminal, sedangkan hubungan
antara
perilaku
merokok
dengan
peran
serta
masyarakat
untuk
mengingatkan/menegur di terminal ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 3,6 (2; 6,6) artinya peran serta masyarakat untuk mengingatkan/menegur di terminal maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 3,6 kali di terminal. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square antara perilaku merokok dengan variabel penjual rokok di stasiun KA ada hubungan bermakna (p=0,001) dengan nilai OR paling tinggi yaitu 8,4 (4,6; 15,6) diantara variabel yang lainnya artinya jika penjual rokok lebih ditertibkan di stasiun KA maka kemungkinan warga 8,4 kali tidak akan merokok di stasiun KA, sedangkan hubungan antara perilaku merokok dengan peran serta masyarakat untuk mengingatkan/menegur di stasiun KA ada hubungan bermakna (p=0,001) tetapi dengan nilai OR terendah diantara variabel lainnya yaitu 3,7 (2,1; 6,5) artinya peran serta masyarakat untuk mengingatkan/menegur di stasiun KA maka kemungkinan warga untuk tidak merokok hanya 3,6 kali di stasiun KA. (lihat tabel 5)
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tabel 5 Hubungan Antar Variabel Dengan Perilaku Tidak Merokok Perilaku Tidak Merokok Variabel n=300 OR Tidak Ya (95% CI) n (%) n (%) Pasar Modern Sosialisasi Tidak 82 (84,5) 15 (15,5) 97 7,437 Ya 86 (42,4) 117 (57,6) 203 (4,014-13,78) PSM Tidak 124 (70,1) 53 (29,9) 177 4,201 Ya 44 (35,8) 79 (64,2) 123 (2,575-6,852) Petugas Pengawas Tidak 125 (69,1) 56 (30,9) 181 3,945 Ya 43 (36,1) 76 (63,9) 119 (2,419-6,434) Tidak Ada Iklan Tidak 110 (70,5) 46 (29,5) 156 3,546 Ya 58 (40,3) 86 (59,7) 144 (2,196-5,724) Tidak Ada Penjual Tidak 142 (70) 61 (30) 203 6,357 Ya 26 (26,8) 71 (73,2) 97 (3,703-10,91) Pasar Tradisional Sosialisasi Tidak 150 (91,5) 14 (8,5) 164 5,298 Ya 91 (66,9) 45 (33,1) 136 (2,755-10,2) PSM Tidak 212 (84,1) 40 (15,9) 252 3,472 Ya 29 (60,4) 19 (39,6) 48 (1,777-6,785) Pengawasan Petugas Tidak 154 (85,1) 27 (14,9) 181 2,098 Ya 87 (73,1) 32 (26,9) 119 (1,18-3,731) Tidak Ada Iklan Tidak 163 (89,1) 20 (10,9) 183 4, 075 Ya 78 (66,7) 39 (33,3) 117 (2,23-7,446) Tidak ada Penjual Tidak 221 (88,8) 28 (11,2) 249 12,234 Ya 20 (39,2) 31 (60,8) 51 (6,161-24,19) Tempat Wisata Sosialisasi Tidak 105 (93,8) 7 (6,3) 112 8,697 Ya 119 (63,3) 69 (36,7) 188 (3,828-19,7) PSM Tidak 177 (84,7) 32 (15,3) 209 5,178 Ya 47 (51,6) 44 (48,4) 91 (2,965-9,04) Pengawasan Petugas Tidak 186 (86,1) 30 (13,9) 216 7,505 Ya 38 (45,2) 46 (54,8) 84 (4,21-13,3) Tidak Ada Iklan Tidak 135 (87,1) 20 (12,9) 155 4,247 Ya 89 (61,4) 56 (38,6) 145 (2,38-7,55)
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
P-value
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,009
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
Tidak ada Penjual Tidak Ya Tempat Hiburan Sosialisasi Tidak Ya PSM Tidak Ya Pengawasan Petugas Tidak Ya Tidak Ada Iklan Tidak Ya Tidak ada Penjual Tidak Ya Hotel dan Restoran Sosialisasi Tidak Ya PSM Tidak Ya Pengawasan Petugas Tidak Ya Tidak Ada Iklan Tidak Ya Tidak ada Penjual Tidak Ya Taman Kota Sosialisasi Tidak Ya PSM Tidak Ya Pengawasan Petugas Tidak Ya Tidak Ada Iklan Tidak Ya
197 (89,1) 27 (34,2)
24 (10,9) 52 (65,8)
221 79
15,809 (8,42-29,65)
0,001
112 (89,6) 112 (64)
13 (10,4) 63 (36)
125 79
4,846 (2,52-9,3)
0,001
188 (84,7) 36 (46,2)
34 (15,3) 42 (53,8)
222 78
6,451 (3,627-11,47)
0,001
194 (85,1) 30 (41,7)
34 (14,9) 42 (58,3)
228 72
7,988 (4,412-14,46)
0,001
149 (87,1) 75 (58,1)
22 (12,9) 54 (41,9)
171 129
4,876 (2,763-8,606)
0,001
199 (86,9) 25 (35,2)
30 (13,1) 46 (64,8)
229 71
12,205 (6,565-22,69)
0,001
85 (90,4) 125 (60,7)
9 (9,6) 81 (39,3)
94 206
6,120 (2,915-12,849)
0,001
155 (83,3) 55 (48,2)
31 (16,7) 59 (51,8)
186 114
5,364 (3,149-9,136)
0,001
160 (78,8) 50 (51,5)
43 (21,2) 47 (48,5)
203 97
3,498 (2,076-5,892)
0,001
115 (81) 95 (60,1)
27 (19) 63 (39,9)
142 158
2,825 (1,669-4,781)
0,001
163 (81,5) 47 (47)
37 (18,5) 53 (53)
200 100
4,968 (2,922-8,446)
0,001
107 (89,2) 108 (60)
13 (10,8) 72 (40)
120 180
5,487 (2,869-10,49)
0,001
166 (81,4) 49 (51)
38 (18,6) 47 (49)
204 96
4,190 (2,458-7,142)
0,001
178 (81,3) 37 (45,7)
41 (18,7) 44 (54,3)
219 81
5,163 (2,968-8,980)
0,001
141 (88,7) 74 (52,5)
18 (11,3) 67 (47,5)
159 141
7,052 (3,925-12,81)
0,001
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tidak ada Penjual Tidak Ya Halte Sosialisasi Tidak Ya PSM Tidak Ya Pengawasan Petugas Tidak Ya Tidak Ada Iklan Tidak Ya Tidak ada Penjual Tidak Ya Terminal Sosialisasi Tidak Ya PSM Tidak Ya Pengawasan Petugas Tidak Ya Tidak Ada Iklan Tidak Ya Tidak ada Penjual Tidak Ya Stasiun KA Sosialisasi Tidak Ya PSM Tidak Ya Pengawasan Petugas Tidak Ya Tidak Ada Iklan Tidak Ya
176 (83,4) 39 (43,8)
35 (16,6) 50 (56,2)
211 89
6,447 (3,705-11,21)
0,001
131 (91,6) 95 (60,5)
12 (8,4) 62 (39,5)
143 157
7,125 (3,638-13,95)
0,001
194 (84,7) 32 (45,1)
35 (15,3) 39 (54,9)
229 71
6,755 (3,745-12,18)
0,001
201 (82) 25 (45,5)
44 (18) 30 (54,5)
245 55
5,482 (2,940-10,22)
0,001
155 (84,2) 71 (61,2)
29 (15,8) 45 (38,8)
184 116
3,388 (1,965-5,841)
0,001
202 (86) 24 (36,9)
33 (14) 41 (63,1)
235 65
10,457 (5,604-19,51)
0,001
129 (90,2) 105 (66,9)
14 (9,8) 52 (33,1)
143 157
4,563 (2,397-8,688)
0,001
193 (83,9) 41 (58,6)
37 (16,1) 29 (41,4)
230 70
3,690 (2,042-6,666)
0,001
208 (83,5) 26 (51)
41 (16,5) 25 (49)
249 51
4,878 (2,564-9,280)
0,001
156 (88,6) 78 (62,9)
20 (11,4) 46 (37,1)
176 124
4,6 (2,547-8,308)
0,001
208 (87) 26 (42,6)
31 (13) 35 (57,4)
239 61
9,032 (4,799-16,99)
0,001
118 (89,4) 109 (64,9)
14 (10,6) 59 (35,1)
132 168
4,562 (2,410-8,637)
0,001
174 (83,7) 53 (57,6)
34 (16,3) 39 (42,4)
208 92
3,766 (2,166-6,548)
0,001
186 (84,9) 41 (50,6)
33 (15.1) 40 (49,4)
219 81
5,499 (3,105-9,740)
0,001
150 (87,7) 77 (59,7
21 (12,3) 52 (40,3)
171 129
4,824 (2,824-8,585)
0,001
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Tidak ada Penjual Tidak Ya
200 (85,5) 27 (40,9)
34 (14,5) 39 (59,1)
234 66
8,497 (4,613-15,64)
0,001
Uji Korelasi Spearman Sosialisasi Uji korelasi spearman antara perilaku merokok dengan sosialisasi di pasar modern menunjukkan hubungan positif sedang (r = 0,397; p = 0,001), berarti jika sosialisasi gencar dilakukan akan menurunkan jumlah perokok di pasar modern. Sedangkan korelasi paling rendah adalah di terminal menunjukkan hubungan positif sedang dengan nilai (r = 0,281; p = 0,001), berarti jika sosialisasi ditingkatkan maka akan menurunkan jumlah perokok di terminal. Peras serta masyarakat Uji korelasi spearman antara perilaku merokok dengan peran serta masyarakat di halte menunjukkan hubungan positif sedang (r = 0,391;
p = 0,001), berarti jika masyarakat
menegur/mengingatkan gencar dilakukan akan menurunkan jumlah perokok di halte. Sedangkan korelasi paling rendah adalah di pasar tradisional menunjukkan hubungan positif sedang dengan nilai (r = 0,219; p = 0,001), berarti jika peran serta masyakat ditingkatkan maka akan menurunkan jumlah perokok di pasar tradisional. Ketegasan petugas Uji korelasi spearman antara perilaku merokok dengan ketegasan petugas di tempat wisata menunjukkan hubungan positif sedang (r = 0,442; p = 0,001), berarti jika petugas tebih tegas menegur/melarang maka akan menurunkan jumlah perokok di tempat wisata. Sedangkan korelasi paling rendah adalah di hotel dan restoran menunjukkan hubungan positif sedang dengan nilai (r = 0,278; p = 0,001), berarti jika ketegasan petugas lebih ditingkatkan maka akan menurunkan jumlah perokok di pasar tradisional. Penertiban iklan rokok Uji korelasi spearman antara perilaku merokok dengan penertiban iklan rokok di taman kota menunjukkan hubungan positif sedang (r = 0,401; p = 0,001), berarti jika iklan rokok lebih ditertibkan maka akan menurunkan jumlah perokok di taman kota. Sedangkan korelasi paling rendah adalah di hotel dan restoran menunjukkan hubungan positif sedang dengan nilai (r = 0,227; p = 0,001), berarti jika iklan rokok lebih ditertibkan maka akan menurunkan jumlah perokok di hotel dan restoran.
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Penertiban penjual rokok Uji korelasi spearman antara perilaku merokok dengan penertiban penjual rokok di tempat wisata menunjukkan hubungan positif kuat (r = 0,557; p = 0,001), berarti jika penjual rokok lebih ditertibkan maka akan menurunkan jumlah perokok di tempat wisata. Sedangkan korelasi paling rendah adalah di hotel dan restoran menunjukkan hubungan positif sedang dengan nilai (r = 0,355; p = 0,001), berarti jika iklan rokok lebih ditertibkan maka akan menurunkan jumlah perokok di hotel dan restoran. (lihat tabel 6) Tabel 6 Analisis Uji Korelasi Spearman No Perilaku Merokok di TTU Sosialisasi PSM 1 Pasar modern 0,397 0,340 2 Pasar tradisional 0,307 0,219 3 Tempat wisata 0,339 0,349 4 Tempat hiburan 0,290 0,389 5 Hotel dan restoran 0,301 0,372 6 Taman kota 0,317 0,314 7 Halte 0,360 0,391 8 Terminal 0,281 0,259 9 Stasiun KA 0,284 0,280 (p value = 0,001)
Petugas 0,324 0,332 0,442 0,426 0,278 0,351 0,328 0,295 0,355
Iklan 0,304 0,275 0,295 0,330 0,227 0,401 0,260 0,306 0,323
Penjual 0,407 0,468 0,557 0,505 0,355 0,401 0,469 0,431 0,430
Pembahasan Pasar modern dan pasar tradisional termasuk ke dalam Kawasan Tanpa Rokok di tatanan tempat-tempat umum yang ditetapkan oleh Perda No 12 tahun 2009. Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya berada di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang atau jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik pada konsumen. Pasar modern antara lain mall, supermarket, minimarket, departement store dan sebagainya. Banyak aktifitas yang berlangsung di pasar modern, mulai dari belanja, tempat makan, tempat kumpul anak muda, kegiatan peragaan busana, konser musik, dan sebagainya. Untuk itu pasar modern merupakan tempat yang potensial untuk berinteraksi antar pengunjung. Sedangkan pasar tradisional adalah pasar bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Sosialisasi Perda KTR di Kota Bogor sudah berjalan sejak diberlakukannya Perda KTR tersebut yaitu tanggal 31 Mei Tahun 2010, hampir di seluruh tempat terutama yang termasuk ke dalam Kawasan Tanpa Rokok terlihat ada pengumuman “dilarang merokok” melalui media stiker, poster, xbanner, folder, media massa baik cetak maupun elektronik. Akan tetapi masih saja banyak yang tidak mengindahkannya, kurangnya kesadaran warga
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
akan pentingnya kesehatan merupakan salah satu penyebabnya. Sebagian perokok menganggap merokok sudah menjadi kebutuhan pokok yang setara dengan kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan). Belanja alkohol dan rokok melebihi belanja makanan bergizi dan kesehatan. Sosialisasi Perda KTR menjadi prioritas utama untuk menurunkan jumlah perokok di pasar modern, sedangkan di pasar tradisional sosialisai menjadi urutan ke-3 untuk melakukan intervensi terkait menurunkan jumlah perokok. Sosialisasi bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Aksi damai, penggalangan masa anti tembakau atau penyuluhan ke berbagai elemen masyarakat. Hasil penelitian Atrizaldi (2008) pada mahasiswa FKM UI menyebutkan masih kurangnya sosialisasi kebijakan , banyak warga FKM yang tidak tahu tentang kebijakan KTR di lingkungan FKM UI. Hasil telaah pustaka Kuswarjanti (2002) disebutkan bahwa sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok dilakukan di dalam area mall/plaza dengan menempelkan stiker dilarang merokok pada setiap sudut ruangan, dinding kaca, lift dan eskalator. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Puryanto, dkk (2010) yaitu adanya pengaruh yang signifikan terhadap siswa yang diberikan penyuluhan mengenai bahaya rokok. Sosialisasi akan berjalan lancar jika ada pendukung atau agen sosialisasi, diantaranya keluarga, teman pergaulan, lembaga pendidikan formal (sekolah), media massa, institusi agama. Pengaruh agen-agen ini sangat besar karena semuanya saling membantu seseorang dalam membentuk pandangannya sendiri. Peran serta masyarakat dalam, tertuang dalam piagam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk hidup atau berperilaku sehat merupakah salah satu isi dari piagam Ottawa (1986). Hasil penelitian Atrizaldi (2008) pada mahasiswa FKM UI menyebutkan efektifitas pelaksanaan suatu kebijakan sangat tergantung peran seluruh civitas akademika FKM UI, oleh karena itu sangat penting keterlibatan semua pihak. Barber (2008) dalam Raimundos, dkk (2010) mengatakan program peningkatan kepedulian masyarakat penting artinya
karena
memungkinkan perokok dapat membuat pilihan-pilihan berdasarkan informasi mengenai total biaya merokok. Walaupun hubungan antara merokok dan kanker paru-paru dan penyakit-penyakit lainnya sudah jelas, banyak perokok masih belum peduli akan bahaya merokok terhadap dirinya dan orang-orang di sekitarnya yang terkena asap rokok. Peran petugas pengawas untuk mengawasi berjalannya Perda KTR merupakan salah satu intervensi yang harus dilaksanakan oleh Pemkot Bogor, hal ini didukung oleh hasil uji chi square ada hubungan bermakna antara peran petugas pengawas dengan perilaku merokok di Pasar modern dan pasar tradisional. Hal ini sangat jelas karena Perda KTR merupakan
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
suatu kebijakan yang harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Kota Bogor, penegakkan hukum bagi siapa saja yang melanggar akan membuat jera perokok. Hasil penelitian Atrizaldi (2008) pada mahasiswa FKM UI menyebutkan : hal yang menghambat pelaksanaan kebijakan KTR di FKM UI karena kurangnya pengawasan dalam penerapan kebijakan tersebut serta belum tegasnya dalam pelaksanaan sangsi oleh pihak akademik FKM UI. Hasil telaah pustaka Kuswarjanti (2002) pengawasan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di mall Pondok Indah dan mall Ciputra dilaksanakan oleh security/satpam yang ditempatkan pada setiap lantai khususnya di sekitar eskalator dan lift untuk mengawasi pengunjung yang datang. Untuk Plaza Indonesia, pengawasan dilakukan oleh Guest Security Office (GSO) yang bertugas khusus untuk mengawasi dan menegur pengunjung yang datang dan pihak manajemen yang secara langsung ikut melakukan pengawasan. Sanksi yang dikenakan bagi pengunjung yang tetap merokok di dalam area mall/plaza dan tidak di area khusus akan ditegur secara langsung untuk segera mematikan rokoknya akan diberi leflet. Apabila ditemui ada staff/karyawan yang merokok untuk mall Ciputra maka ia akan diberikan surat peringatan. Penelitian Seo, dkk (2011) dari Indiana University USA didapatkan prevalensi penggunaan rokok menurun sangat nyata dari 73,6 % menjadi 66,8 % (prevalensi penggunaan rokok diukur berdasarkan jumlah mahasiswa yang merokok per 100 mahasiswa; berapa mahasiswa yang mempunyai lima teman dekat yang merokok), dan smooking norms dari 39,8% turun sangat nyata menjadi 34,3%. Penelitian tersebut disimpulkan bahwa implementasi kebijakan kampus bebas rokok dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengurangan kebiasaan merokok mahasiswa saat mereka berada di luar kampus. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krianto, dkk (2009) yaitu masih banyak aparat yang tidak mentaati surat edaran untuk tidak merokok pada jam kerja di Kota Depok. Hal ini menyebabkan ketidakpatuhan warga untuk tidak merokok di tempat yang dilarang untuk merokok. Penertiban iklan/reklame rokok sangat diperlukan untuk menurunkan jumlah perokok di Kawasan Tanpa Rokok. Hasil survei LSM NoTC di Kota Bogor, survei dilaksanakan pada tanggal 26-28 Oktober 2010 dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden usia antara 15-46 tahun, secara umum hasil survei menunjukkan sekitar 86% responden menyukai iklan/reklame rokok, 66% responden menyatakan memiliki keinginan untuk merokok setelah melihat reklame tersebut. Hasil uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara iklan rokok dengan perilaku merokok di pasar modern dan pasar tradisional, diperkuat oleh hasil uji korelasi spearman yaitu hubungannya positif sedang. Intervensi dengan
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
melakukan penertiban iklan/reklame rokok sudah dilaksanakan oleh Pemkot Bogor, banyak baliho-baliho reklame rokok yang diturunkan dan diganti dengan reklame lain, sehingga menurunkan pendapatan iklan rokok Kota Bogor dari 3 milyar (2008) menjadi 1,7 milyar (2010). Piliang (2004) mengatakan iklan rokok telah melakukan semacam penipuan (deception) terhadap publik yaitu dengan merayakan keseksian, kegairahan, sensualitas dan kepuasan yang dapat ditawarkan tanpa pernah melukiskan bahaya-bahaya yang sesungguhnya dari iklan tersebut. Hal tersebut yang tidak diketahui oleh penikmat rokok. Iklan rokok meningkatkan risiko dampak merokok bagi setiap orang dengan mempengaruhi citra perokok dan merokok. Iklan rokok menurut Strasburger (1995) dalam Pialang (2004) diglamorkan. Perokok dilukiskan sebagai orang yang bebas (independent), sehat (healthy), berjiwa muda (youthful), dingin (cool), atletis, seksi, jantan (macho) dan petualang (adventurous). Iklan jelas efektif dalam mempengaruhi persepsi orang-orang tentang sebuah produk, logikanya mustahil sebuah perusahaan mau mengeluarkan dana puluhan sampai ratusan miliar rupiah untuk sebuah iklan bila iklan tersebut tidak bisa mengubah persepsi dan hasrat membeli pada masyarakat. Iklan tembakau meningkatkan konsumsi rokok lewat berbagai cara, termasuk menciptakan kesan bahwa penggunaan tembakau adalah suatu yang baik dan biasa, menimbulkan kesan mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok dan mengurangi peluang diskusi terbuka tentang bahaya penggunaan tembakau karena adanya pendapatan dari iklan industri tembakau. (suryandari, 2007). Hasil penelitian Sunggoro (2002) di SMA di Kota Yogyakarta menunjukkan adanya hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok siswa di Kota Yogyakarta. Sejalan dengan penelitian Hasanah dan Sulastri (2011) di Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Selain penertiban iklan rokok, penertiban penjualan rokok juga menjadi sangat penting, dengan maraknya penjualan rokok maka perokok akan mudah mendapatkan rokok tersebut. Salah satu isi dari Perda KTR menyebutkan dilarang berjualan rokok di Kawasan Tanpa Rokok, tetapi penertiban penjual rokok jarang dilakukan, penjual rokok bisa leluasa menjual rokok di Kawasan Tanpa Rokok. Hasil analisis statistik uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara penjual rokok dengan perilaku merokok di pasar modern dan pasar tradisional. Hasil analisis chi square tersebut didukung oleh hasil analisis uji korelasi spearman dengan menunjukan ada hubungan positif sedang.
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
Hasil penelitian Barber, dkk (2008) dalam Reimondos, dkk (2010) menyebutkan Menaikkan harga rokok melalui kenaikan cukai yang lebih tinggi merupakan salah satu cara efektif untuk mengendalikan konsumsi rokok secara keseluruhan. “Cukai rokok menjadi sumber tetap pemerintah untuk mendorong penurunan pengeluaran untuk rokok, menyumbang 5,7 persen total penerimaan pajak Indonesia pada 2007. Mengingat harga dan cukai tembakau yang masih rendah, ada potensi besar untuk peningkatan pendapatan pajak yang lebih besar lagi” (Barber dkk. 2008: 13). Lebih jauh lagi, karena elastisitas harga permintaan di kalangan remaja jauh lebih besar daripada di kalangan penduduk dewasa, berarti remaja lebih besar kemungkinannya untuk mengurangi atau berhenti merokok sebagai akibat kenaikan harga tersebut. Turner, dkk (2004) dalam Suryandari (2007) mengatakan meskipun kesadaran akan bahaya rokok ada, akan tetapi karena berada dalam lingkungan sosial yang cenderung untuk menguatkan perilaku konsumsi rokok, maka kesadaran tersebut menjadi tidak berarti lagi, apalagi ditambah dengan kemudahan akses untuk memperoleh produk tersebut di lingkungan remaja.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan : a) Tingkat pengetahuan mengenai rokok warga Kota Bogor masih rendah (43,7%), tetapi pengetahuan mengenai Perda KTR sudah cukup tinggi (58,3%). b) Implementasi kawasan tanpa rokok belum berjalan secara efektif, sebab belum disertai dengan sosialisasi yang gencar, pengendalian penjual rokok dan iklan rokok, serta pengawasan dan pengakan hukumHarapan warga Kota Bogor terhadap keteladanan petugas, partisipasi masyarakat serta dalam hal penegakan hukum sangat tinggi demi berjalannya Perda KTR tersebut. c) Determinan perilaku merokok di setiap tempat berbeda-beda, sehingga diperlukan skala prioritas yang berbeda untuk intervensi dalam menjalankan Perda di KTR tersebut.
Rekomendasi a) Meningkatkan sosialisasi terkait Perda No 9 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan menyebarkan informasi melalui media cetak dengan menempelkan stiker, banner dan poster di tempat-tempat yang strategis (mudah terlihat oleh masyarakat) serta
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
meningkatkan himbawan-himbauan untuk tidak merokok di KTR melalui media elektronik lokal. b) Untuk mencegah perokok pemula, lebih meningkatkan penyuluhan di sekolah-sekolah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan positif untuk remaja. c) Meningkatkan fungsi pengawasan dan
penguatan pengawas Perda di setiap tatanan
terutama tatanan tempat umum demi tegaknya Perda No 9 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. d) Meningkatkan ketegasan pengawas Perda KTR terhadap pelanggar Perda KTR guna memberikan efek jera sehingga Perda dapat di tegakan di Kota Bogor. e) Menyediakan tempat khusus merokok yang sesuai dengan Peraturan Walikota Bogor nomor 7 tahun 2010 di KTR. f) Menentukan prioritas intervensi yang berbeda di setiap tempat KTR. g) Mengembangan jejaring dengan institusi yang termasuk dalam KTR, serta pemangku kepentingan. h) Meningkatkan peran serta warga/masyarakat untuk peduli terhadap kesehatannya dalam hal menegur perokok di tempat umum. i) Mengembangkan kemitraan dan membuat jejaring masyarakat anti rokok melalui Lembaga Swadaya Masyarakat anti rokok.
Daftar Pustaka 1.
Adisasmita, Wiku, Analisis Tingkat Keseriusan Pemerintah DKI Jakarta dalam Memberlakukan Larangan Merokok di Tempat Umum, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008.
2
Ariani, Risky Diah, Hubungan Antara Iklan Rokok Dengan Sikap Dan Perilaku Merokok Pada Remaja (studi kasus di SMA Negeri 4 Semarang), artikel ilmiah Universitas Diponogoro Semarang, 2011
3. Berita Antara, Belanja Rokok, Alkohol Masyarakat Bogor Lampaui Kesehatan, Pendidikan, Antara News, 2009. 4.
Besral, modul manajemen & analisis data-I, Departemen Biostatistika & Kependudukan FKM UI, 2011.
5.
Dinkes Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Teknis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Tempat-Tempat Umum (TTU), Dinkes Prov. Jawa Barat, 2010.
6.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI, Pengendalian Tembakau Selamatkan Nyawa Selamatkan Uang, Kemenkes RI, 2012.
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
7.
Hadi, sutrisno, Metodologi Research, Jilid 3, Yogyakarta, Penerbit Andi Yogyakarta, 2004.
8.
Handoko, Cons. Tri, Maskulinitas Perempuan Dalam Iklan Dalam Hubungannya Dengan Citra Sosial Ditinjau Dari Perspektif Gender, Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana Vol. 7, No 1 2005.
9. Haryanto, Pengaruh Pesan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok terhadap Perilaku Merokok Dikalangan Pelajar (studi pada pelajar SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang), 2010. 10. Hasanah, Arina Uswatun, Sulastri, Hubungan Antara Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali, Jurnal Stikes Aiasyiah GASTER Vol. 8, No1 Februari 2011 (695-705) 11. Hastono Priyo, Sutanto, Sabri, Luknis, Statistik Kesehatan, Jakarta, Rajawali Pers, 2010. 12. Karjoso, Tri Krianto, dkk, Rendahnya keteladanan: aparat masih merokok, Konas PPPKMI survey FKDS, 2009 13. Kasrat BEM FKM UI, Menyikapi Persoalan Rokok di Indonesia, BEM UI, 2012 14. Pemkot Bogor, Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, Pemkot Bogor, 2010. 15. Piliang, Yasraf Amir, Iklan, Informasi, atau Simulasi ? : Konteks Sosial dan Kultural Iklan, Jurnal Mediator, Volume 5 Nomor 1, 2004 16. Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, Departemen PKIP FKM UI, Promosi Kesehatan Komitmen Global Dari Ottawa-Jakarta-Nairobi, Pusat Promkes Kemenkes RI, 2011. 17. ______________________________, Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Pusat Promkes Kemenkes RI, 2011. 18. ______________________________, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Depkes RI, 2008. 19. Reimondos, et al, Merokok dan Penduduk Dewasa Muda di Indonesia, The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Survey, 2010. 20. Seo, et al, The effect of a smoke-free campus policy on college students’ smoking behaviors and attitudes, jurnal Preventive Medicine 53 (2011) 347-352. 21. Suryandari, Ratno Tanding, Memahami Kecenderungan Remaja Untuk Merokok : Pengaruh Lingkungan Sosial, Perilaku Coba-Coba, dan Kampanye Anti Rokok, Jurnal Penduduk
&
Pembangunan,
Volume
2,
Nomor
Penilaian warga..., Imam Maulana, FKM UI, 2013.
1,
Juni
2007;
15-25.