Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
I.I DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
Al Qur’an memerintahkan muslim untuk menyiarkan kalimat-kalimat Allah :“Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan yang menyeru pada kebajikan dan mencegah dari kejahatan. Merekalah orang-orang yang beruntung“ . (Qs. Ali Imran ayat 140).
“Ajaklah pada jalan Tuhanmu dengan jalan hikmah dan dengan ajaran-ajaran yang baik sesungguhnya tuhanmu lebih mengetahui yang sesat dari kalangan makhluknya dan lebih mengetahui sispa-siapa orang yang mendapat petunjuk “. (Qs. An Nahl ayat 15).
“Berilah pengajaran kepada kaum keluargamu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu dari pengikut-pengikutmu yang beriman, bila mereka menolak katakan aku berlepas diri dari segala apa yang kamu kerjakan “. (Qs. Asy-Syuara ayat 214-216).
Juga ditegaskan dalam hadits Nabi :“Sampaikanlah dari padaku walaupun hanya satu ayat “. ( HR Bukhari dan Tirmizi).
1 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Hal ini menyatakan bahwa Allah melimpahkan kewajiban pada setiap muslim untuk menyiarkan Islam dan meninggikan asmanya pada seluruh umat manusia.
Bukan apa-apa kalau hingga kini Islam belum menjadi Agama terbesar diseluruh dunia karena Allah menyatakan “Bila Allah kehendaki, niscaya berimanlah seluruh penduduk bumi “ (Qs Yunus ayat 99).
Pernyataan ini menegaskan bahwa selain takdirnya Allah tak ikut campur dalam penyiaran Agamanya di muka bumi ini, karena Allah telah mempercayakan tugas ini pada para “ Khalifah “ (Penggantinya) di Bumi yaitu, para Muslimin Muslimat, dalam istilah populer menyiarkan Islam disebut “ Dakwah “, sedang pelakunya disebut “ Muballigh “
Ini berarti setiap muslim tak pandang bulu apa ia Saudagar, Sultan, Pengemis, Arab, China ataupun siapa saja yang mengaku muslim ia adalah Muballigh.
Hanya kini ada sekelompok orang yang mengabdikan hidupnya demi tersiar dan terlaksananya Agama Islam yang disebut Juru Dakwah/Da’i. Mereka inilah yang melepaskan kewajiban saudara-saudara muslim lainnya dari kewajiban dakwah pada masyarakat luas. Hal ini dikarenakan Dakwah bagi setiap muslim hukumnya Fardhu Kifayah.
Allah juga telah menetapkan Dakwah harus dilaksanakan dengan damai dan tanpa paksaan : “ Tak ada paksaan dalam Agama, sesungguhnya telah jelas antara yang hak dan yang bathil “ (Qs. Al-Baqarah ayat 216).
Cara Dakwah yang Allah kehendaki adalah seperti yang tertulis dalam surat An-Nahl ayat 125 :
2 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
“Ajaklah mereka kejalan tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik dan debatlah dengan cara yang lebih baik pula “.
A. MASUK DAN MENYEBARNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA
Antara tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan diadakan “Seminar Sejarah masuknya Islam ke Indonesia“ yang bertujuan mencapai kesepakatan tuntas mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Seminar ini di selenggarakan berhubung kesimpang-siuran tentang maslah itu yaitu antara keterangan para “Orientalist“ [1] yang berbau kolonial dan anti-Agama Islam dengan sanggahan para Sejarahwan Indonesia argumentasi yang lebih kuat. Pada akhirnya seminar tersebut mengambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
a. Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah (abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 M) dan langsung dari Tanah Arab.
3 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
b. Daerah pertama yang didatangi Agama Islam ialah Pesisir Pulau Sumatera, dan setelah terbentuknya masyarakat Islam maka Kerajaan-kerajaan Islam pertama berada di Aceh.
c. Muballigh-muballigh yang menyiarkan Agama Islam di Indonesia berprofesi sebagai Saudagar.
d. Penyiaran Agama Islam/Dakwah dilakukan dengan cara damai.
Kesimpulan pertama membantah pernyataan kaum Orientalist, yang menyatakan bahwa Islam tiba di Indonesia pada abad ke-13 M, dengan dalil catatan perjalanan Marcopolo yang menunjukkan bahwa pada tahun 1292 M ia menemukan suatu masyarakat Islam di Aceh Utara.
Pernyataan yang merugikan ini sempat diikuti oleh buku-buku sejarah hingga diselenggarakannya seminar tersebut. Melalui penelitian-penelitian yang seksama oleh sejarahwan Indonesia dapat diketahui bahwa Islam telah masuk ke Indonesia 6 abad sebelum itu.
Bukti-bukti yang menyatakan bahwa Islam tiba di Indonesia pad Abad Ke-7 yaitu:
a. Catatan pelajar China yang belajar di Sriwijaya yang menyatakan bertemu dengan pemimpin suatu Koloni bangsa Arab di Pantai Sumatera (684 M)
4 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
b. Catatan pengembara Itsing yang menyatakan tahun 717 M, ia menumpang kapal Timur Tengah yang menuju China, dimana selama beberapa bulan mereka singgah di Aceh dan Sriwijaya.
Melalui keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa daerah-daerah yang pertama kali didatangi Islam pada abad ke-7 M ialah :
Pasai di Aceh Utara : tempat persinggahan pertama Jalan Laut Timur Tengah Cina Di Indonesia.
Peurelak di Aceh Utara : tempat persaingan kedua jalan Laut Timur Tengah China di Indonesia.
Muara Sabak di Jambi Timur : pelabuhan utama Kerajaan Sriwijaya yang sering disebut Bangsa Arab : Zabag.
Juga berdasarkan sumber keterangan lainnya dapat diketahui bahwa penyiar-penyiar Islam yang pertama-tama di Indonesia, meraka itu adalah :
a. Bangsa Arab : Pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 M sebagai para Saudagar yang menuju China.
b. Bangsa Persia : Sejak abad ke 8 M yang terutama terdiri dari kaum Syi’ah karena perla kuan kejam Khalifah-khalifah Bani Umayyah terhadap mereka.
c. Bangsa India : Yaitu Saudagar-saudagar dari Gujarat sejak abad ke-10 M, peranan mereka dalam Dakwah Islam di Indonesia menonjol pada abad ke-13 M.
5 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
d. Bangsa Mesir : Berupa expedisi-expedisi untuk menyebarkan aliran Syi’ah di Timur jauh dikirim oleh Kerajaan Syi’ah Fathimiyah pada abad ke-11 M.
Dakwah Islam di Indonesia dilakukan melalui berbagai tahapan yaitu :
a. Tahap Perdagangan antara Saudagar-saudagar muslim Timur Tengah dengan pend uduk Pribumi, dalam tahap ini diperkenalkan Islam kepada penduduk Pribumi.
b. Tahap perkawinan antara Muballigh dengan wanita Pribumi yang melahirkan genera si baru yang menganut dan menyebarkan Islam.
c. Tahap pendidikan pribumi untuk dijadikan Muballigh-muballigh yang siap mensyiarkan Islam keseluruh pelosok Nusantara.
d. Tahap penyesuaian kebudayaan yaitu tradisi dan kesenian lama yang bertentangan dengan ajaran Islam dihapuskan, sedangkan yang tak bertentangan diteruskan dan disesuaikan dengan ajaran Islam.
e. Tahap pembentukan negara Islam, yaitu pabila pengaruh dan kedudukan Agama Islam telah kokoh di daerah itu.
6 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Sebab-sebab Agama Islam mudah tersiar, dan diterima bangsa Indonesia :
a. Bangsa Indonesia telah lama mengenal, berhubungan dan berdagang oleh bangsa Timur Tengah, maka ketika Saudagar-saudagar Timur Tengah menyiarkan Islam maka bangsa Indonesia dengan mudah dapat menerimanya. [2]
b. Terjadinya perselisihan dan pertentangan pada kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha sehingga mereka tak mengacuhkan Dakwah Islam di daerahnya.
c. Penyiaran Islam dilakukan dengan damai dan penuh toleransi.
d. Ajaran-ajaran Agama Islam itu sendiri, seperti :
1. Agama Islam tak megenal perbedaan kasta
2. Agama Hindu dan Budha percaya pada hal-hal yang ghaib, Agama Islampun percaya pada yang ghaib.
7 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
3. Agama Islam memperhatikan dan membantu kaum yang lemah.
4. Upacara-upacara ibadat dalam Agama Islam amat praktis, dapat dilakukan siapa saja tanpa adanya penghamburan biaya.
Islam telah tiba di Indonesia pada abad ke-7 M, tapi baru dapat tersebar keseluruh pelosok Indonesia pada abad 19-20 ini. Hal ini disebabkan terdapatnya beberapa faktor penghambat yaitu : 1. Faktor Geografis: Kepulauan Indonesia amat luas dan terpencar-pencar, dimana banyak daerah terpencil yang sukar dicapai dengan sarana transport di masa itu. 2. Faktor Bahasa: Terjadinya kesulitan berkomunikasi antara Muballigh dengan penduduk pribumi karena tak terdapatnya Lingua Franca. [3] 3. Politik Kolonial: Pemerintah kolonial memandang Islam sebagai kekuatan yang senantiasa antara penjajahan, maka mereka dengan segala upaya berusaha menghalangi dan menindas Dakwah Islam di Indonesia.
Pusat- pusat penyiaran Islam di Indonesia di abad peretengahan adalah : 1. Di Sumatera: Kerajaan Samudera Pasai (awal abad ke-14 sampai dengan awal abad ke-16 M) yang digantikan kedudukannya oleh Kerajaan Aceh Darussalam. 2. Di Jawa: Gresik-Ampel (abad ke-14 sampai dengan awal abad ke-15 M) yang digantikan Giri serta Kerajaan Demak (1478-1568). 3. Di kalimantan: Kerajaan Banjarmasin. 4. Di Indonesia Bagian Timur: Ternate (sejak abad ke-15 M) disusul Kerajaan Goa-Tallo.
8 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Kepulauan Indonesia tapi juga di Thailand Selatan, Malaka dan Philipina Selatan, mereka itu adalah : Muballigh-muballigh Aceh, Perantau-perantau Minang dan Pelaut-pelaut Bugis.
A. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI SUMATERA
a. Aceh
Merupakan daerah tempat masuknya Islam pertama kali dan sekaligus merupakan tempat berdirinya Kerajaan-kerajaan Islam tertua di Indonesia, yaitu Kerajaan Peurelak dengan Raja Maulana Abdul Aziz (840-864) Kerajaan Kuala Daya yang didirikan Sultan Johan Alam Syah tahun 1205, Kerajaan Samudera Pasai dengan Raja Marah Silu yang bergelar Sultan Al-Malikul Saleh (1260-1297).
Dalam kitab Sejarah Melayu ditulis bahwa pada abad ke-12 datanglah 2 Muballigh dari Arab yaitu, Syekh Abdullah Arif dan muridnya Syekh Burhanuddin dimana Syekh Burhanuddin berdakwah di daerah Minang, sedang gurunya menetap di Pasai.
b. Sumatera Utara
Di daerah Aru pada abad ke-12 M berdirilah suatu Kesultanan Syi’ah yang pada abad ke-15 wilayahnya meliputi seluruh Sumatera Utara. Meskipun demikian Dakwah Islam kurang
9 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
dilakukan Kesultanan ini. Barulah setelah daerah ini dikuasai Kerajaan Aceh Darussalam, usaha-usaha pengislaman dilakukan dengan giat. Sedangkan di Mandailing dakwah terutama dilakukan muballigh-muballigh Minang. Beberapa daerah di Tanah Batak karena letaknya di pegunungan yang sulit dicapai tetap beragama Pelbegu (Menuju Arwah).
c. Sumatera Barat
Pada mulanya Islam berasal dari Aceh. Tiga kota yang memegang peranan penting dalam dakwah Islam disini ialah Tiku, Pariaman dan Indrapura yang terletak di Pesisir Barat. Syekh Burhanudin dari Pasai selama 40 tahun berdakwah di daerah Minang dan Riau hingga wafatnya di Kuntu Kampar pada tahun 1191 M. Pada tahun 1581 Raja Pagarruyung masuk Islam dan bergelar Sultan Alif. Sejak itulah Islam tersebar keseluruh Minang. Daerah terakhir yang menerima Islam ialah Kepulauan Mentawai yakni baru di abad-abad terakhir.
d. Bengkulu
Menerima Islam dari 2 jurusan, dari jurusan Utara oleh Muballigh dan Saudagar Minang dan Aceh, sedang dari Selatan oleh Muballigh Banten.
e. Riau
Pedagang-pedagang Timur Tengah telah mengadakan hubungan dengan daerah Kampar
10 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
sebagai pusat perdagangan lada sejak abad ke-6 M. Hubungan ini diteruskan bahkan bertambah pesat dimana Islam. Pedagang China yang tadinya mendominir perdagangan merasa cemas dengan perkembangan ini, maka tahun 720 M armada China mengusir Saudagar-saudagar Islam dari Riau. Kota ini baru terjadi lagi di abad ke-12 M. Ketika itu daerah Kuntu Kampar menjadi pusat dakwah Islam di Riau. Islam tersebar keseluruh Riau ketika Kerajaan Siak yang dirajai Megat Kudu diislamkan Sultan Malaka yaitu S.Mansur Syah (1444-1277).
f. Jambi
Melalui Muara Sabak, kerajaan Sriwijaya mengenai Islam di abad ke-7 M. Menurut cerita rakyat Nahkoda Kapal Turki : Ahmad Salim yang bergelar “Datuk Paduka Berhala “ menikahi Putri Jambi sekaligus menjadikan Jambi sebagai Kerajaan Islam. Hal ini terjadi pada abad Ke-15 M.
g. Sumatera Selatan
Dimana Kerajaan Sriwijaya dakwah Islam telah digiatkan ditepi Sungai Musi yakni dipulau Keramat terdapat pemakaman Islam dari zaman itu, tapi baru di abad ke-17 M Islam masuk kedaerah Ogan dan Komering. Pada tahun 1735 datanglah Sayid Abdurrahman dari Pasai untuk berdakwah dipulau Bangka dan Belitung. Makamnya terdapat di Gunung Tajam, Belitung.
h. Lampung
11 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Islam dibawa kesini oleh keempat Umpu yaitu: Nyerupu, Umpu Bejalan Diwoy, Umpu Perang dan Umpu Blunguh yang sebagian besar dari Minang abad ke-14 sampai dengan abad ke-15 M. Barulah setelah Kerajaan Banten menanamkan pengaruhnya di Lampung pada abad ke-16 M, dakwah Islam dilakukan secara intensif oleh Muballigh-muballigh Banten.
B. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI JAWA
a. Jawa Barat
Kabar pertama tentang Agama Islam disini berasal dari suatu riwayat yang berasal dari zaman Kerajaan Hindu Pajajaran. Riwayat itu menceritakan pewaris tahta Pajajaran yang gemar berkelana dan akhirnya masuk Islam serta naik haji,maka ia disebut Haji Pura. Usahanya untuk berdakwah di Pajajaran gagal, karena dianggap hendak merebut tahta dari Raja,yaitu Prabu Mundingding Sari. Hal ini terjadi diakhir abad ke-12 M. Barulah pada awal abad ke-15 M, dakwah Islam berkembang pesat di Cirebon, yang berjasa dalam usaha ini ialah Syekh Datuk Kahpi dari Tanah Arab. Demikian pesat dakwah Islam di Cirebon sehingga penguasanya juga menjadi muslim. Pada tahun 1479 Cirebon memerdekakan diri dari Pajajaran dan penguasanya diangkat oleh Sultan Demak sebagai Pemimpin Dakwah Islam di Jawa Barat dengan gelar Sunan Jati. Berkat jasanya Agama Islam meluas ke Ibukota Pajajaran yang ketika itu diperintah Prabu Siliwangi (1442-1482).
Meskipun Putra Raja yang menjadi tulang punggung kerajaan yaitu, Pangeran Sengara Kiansantang telah masuk Islam dan berganti nama menjadi Haji Mansur, Raja Pajajaran tetap teguh memeluk Agama Hindu. Sikap yang sama dilakukan raja-raja penggantinya, bahkan salah seorang di antaranya pada tahun 1522 mengadakan Perjanjian Perdagangan dan Pertahanan dengan Portugis untuk menghadapi kaum Muslimin. Mendengar ini, Kerajaan Demak amat gusar, maka dengan dibantu Cirebon dikirimkanlah 1452 tentara dipimpin Falatehan yang bergelar Syarif Hidayatullah dari Pasai. Pada tahun 1526-1527 mereka berhasil
12 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
merebut 2 Pelabuhan utama Pajajaran yaitu, Banten dan Sunda Kelapa, sekaligus menghancurkan armada Portugis di Sunda Kelapa. Meskipun demikian Kerajaan Pajajaran dibiarkan tetap hidup. Kerajaan ini baru runtuh pada tahun 1579 ketika Ibukota Pakuan direbut tentara Banten yang dipimpin Sultan Yusuf (1570-1580). Rajanya yang terakhir yakni Prabu Sedah gugur dan rakyatnya yang tak mau memeluk Agama Islam menyingkir ke Banten Selatan. Dengan demikian Islam tersebar keseluruh Jawa Barat.
b. Jawa Tengah
Pada abad ke-15 M kota-kota Pelabuhan dipesisir Utara seperti Jepara, Demak, Pekalongan dan Lasem sangat ramai disinggahi kapal-kapal dari dan menuju Indonesia Timur untuk mengangkut rempah-rempah. Di Pelabuhan-pelabuhan tersebut makin bertambahlah pemukiman-pemukiman orang Islam. Bersamaan dengan itu bermunculan Muballigh-muballigh yang dianggap keramat dan disebut “Wali” (orang yang dicintai Allah karena kesolehannya) dan umumnya digelari “Maulana” (Tuan kami) dan “ S unan ” (yang dijunjung tinggi). Mubaligh yang paling banyak pengikutnya karena memiliki metode dakwah yang lain dari pada lazimnya ialah Raden Djoko Said atau Sunan Kalijaga. Daerah dakwahnya adalah Jawa Tengah bagian Selatan. Muballigh lainnya adalah Sunan Kudus dan Sunan Bonang di Pesisir Utara, Sunan Muria di Gunung Muria, Sunan Drajat di Sedayu dan Sunan Bayat di Bayat. Penyiaran Agama Islam makin subur dengan adanya Kerajaan Islam Demak (1478-1568).
c. Jawa Timur
Agama Islam telah masuk pada abad ke-11 M. Hal ini terbukti dengan adanya makam seorang muslimah yaitu Fatimah Binti Maimun di Leran yang berangka tahun 1028 M. Hal ini berarti Islam telah masuk ke Jawa Timur dimana Kerajaan Kediri (1050-1222). Bahasa Arab rupanya
13 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
telah banyak dipakai disana, terbukti dengan bercampurnya kata-kata Arab dengan Bahasa Jawa kuno dalam Kakawin Ghatotkacasraya karya Empu Panuluh (1157). Juga di Pemakaman Triloyo banyak terdapat makam-makam Islam di antaranya yang berangka tahun 1281 M. Pada pemerintahan pendiri Majapahit yaitu Raden Wijaya (1292-1308) telah terdapat pejabat-pejabat yang berAgama Islam. Para pelopor penyiaran Islam di Jawa Timur ialah Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Syekh Zainal Kubro di Gresik dan Maulan Ishaq di Blambangan pada abad ke-14 sampai dengan abad ke-15 M.
Muballigh lain yang berjasa menyiarkan Islam di daerah Pesisir Utara adalah Sunan Giri dan Sunan Ampel. Sedangkan di daerah pedalaman oleh Sunan Mundung, Sunan Sendang Duwur dan Sunan Wilis. Dua orang muballigh yang merintis dakwah di Madura adalah Raden Jakandar atau Sunan Bangkalan dan Syekh Khalifah Husen yang bergelar Sunan Kertayasa. Karena para Muballigh mau bekerja pada Kerajaan Majapahit maka Raja menganugerahkan daerah untuk dijadikan tempat kedudukan mereka yatu Gresik dan Amper yang lalu dijadikan pusat dakwah Islam. Majapahit ditaklukkan oleh Girindrawardhana pada tahun 1478. Mulanya Raja ini takluk pada Kerajaan Demak, tapi ternyata mengadakan hubungan gelap dengan Portugis. Maka kerajaan Demak menghancurkan Kerajaan itu pada tahun 1518. Kerjaan Hindu lainnya yaitu Blambangan baru ditaklukkan Mataram tahun 1639 M. Dengan runtuhnya kedua Kerajaan itu, pudarlah Agama Hindu dan makin tersebarlah Islam.
C. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI NUSA TENGGARA
a. Bali
Penyebaran Agama Islam disini kurang berhasil. Sebabnya karena sebagian penduduk Bali adalah bekas penduduk Kerajaan-kerajaan Hindu Jawa Timur, terutama berasal dari Majapahit
14 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
sehingga mereka disebut “Wong Majapahit”. Migrasi besar Wong Majapahit terjadi di abad ke-15 sampai dengan abad ke-16 M, ketika daerah Jawa Timur direbut oleh Kerajaan-kerajaan Islam. Pemeluk Hindu yang tak suka diperintah kaum muslim, menyingkir ke Pegunungan Tengger dan Pulau Bali. Jadi, jelas mereka menolak tumbuhnya pengaruh Islam di Bali. Sedangkan penduduk asli yang disebut “Bali Aga” juga sudah memeluk Hindu jauh sebelum kedatangan pengungsi tersebut. Dikalangan mereka terutama yang tinggal di Pesisir ada yang memeluk Islam dan bercampur baur dengan para penyiar Islam itu.
b. Lombok
Agama Islam dibawa oleh pelaut-pelaut Bugis, maka mereka mempunyai andil yang lebih besar dalam dakwah Islam di Lombok. Meskipun demikian tercatat bahwa kesulitan Demak pernah mengirimkan seorang Muballigh terkenal untuk berdakwah di Nusa Tenggara. Ia adalah Sunan Prapen (wafat tahun 1547 M) yang merupakan keturunana Sunan Giri. Setelah beberapa lama menyiarkan Islam di Lombok ia melanjutkan misi dakwahnya ke Sumbawa, sedangkan usaha dakwah di Lombok diserahkan pada murid-muridnya. Atas jasa Muballigh-muballigh itu maka sebagian besar penduduk aslinya yaitu suku Sasak menjadi pemeluk Islam. Pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 M, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam adat seperti Mataram, Pegasangan dan Pugutan, dimana akhirnya Kerajaan Mataram berhasil menaklukan kerajaan-kerajaan lainnya dan mempersatukan Lombok.
c. Sumbawa
Pada pertengahan abad ke-14 M, dimulailah tahap dakwah Islam dengan dirintis oleh putra Syekh Zainal Kubro di Gresik yaitu Sayyid Ali Murtolo. Disini ia berkedudukan di Bima, maka oleh penduduknya ia digelari “Raja Pandita Bima”. Tak lama ia di Sumbawa, pulang ke Jawa dan wafat di Gresik. Pada abad ke-16 M di Sumbawa telah terdapat beberapa kerajaan yaitu, Sumbawa, Dompu, Bima dan Sanggan. Yang terbesar ialah Kerajaan Sumbawa dan Kerajaan Bima. Ketika itulah Sultan Alauddin (1593-1639) dari Kerajaan Goa-Tallo berhasil memaksa ke-empat kerajaan itu takluk (Juni 1618 M). Dengan pengaruh Kerajaan Goa-Tallo, lambat laun
15 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Islam tersiat dikeempat Kerajaan. Pada tahun 1650 M Raja Mas Cinni mendirikan kerajaan Islam di Sumbawa Besar. Masyarakat seorang “ Ntjuhi ”. Mereka bermusyawarah untuk mengangkat seorang Raja atau “ Sangaji ”. Setelah Islam tersiar sebutan Sangaji diubah menjadi “Sultan” dan Ntjuhi menjadi “Gelarang”. Sangaji yang pertama kali memeluk Islam adalah Raja ke 27 yaitu Indra Jambrut yang bergelar Ruma Ta Ma Ba Ta Wadu pada tahun 1640 M. Sedangkan Kerajaan Dompa menjadi Islam juga Berkat pengaruh Kerajaan Goa-Tallo. Suatu cerita turun menurun mengisahkan seorang Muballigh yang datang ke Negeri di Barat Bima. Penguasanya menipu dan mempermainkan muballigh tersebut. Tak lama setelah kepergian muballigh itu, meletuslah Gunung Tambora yang mengakibatkan binasanya negeri itu. Kejadian ini terjadi pada tahun 1815. Lalu datang Muballigh lain yaitu Haji Ali yang memperingatkan penduduk agar bertobat. Anjurannya banyak membawa perubahan dalam mesyarakat daerah itu.
d. Nusa Tenggara Timur
Sumba dan Flores dikuasai kesultanan Bima pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-19. Di Pesisir Flores Barat banyak terdapat pemukiman orang Islam terutama campuran antara penduduk asli dengan pendatang-pendatang suku Makasar dan Bugis. Migrasi suku Makasar dimulai sejak menyerahkan Kerajaan Goa-Tallo terhadap Belanda yang ditandai dengan perjanjian Bongaya (1667). Mereka tak suka hidup dialam kolonial dan mengembara di antaranya kepulauan, Pulau Nusa Tenggara Timur yang paling dekat dari Sulawesi Selatan. Walaupun daerah Timor Timur yang dikuasai Bangsa Portugis selama 1662-1975 tapi di Pesisir terdapat orang-orang Islam terutama Bangsa Arab.
D. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI KALIMANTAN
16 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
a. Kalimantan Barat
Islam masuk ke-Kalimantan Barat, pada pertengahan abad ke-16 M. Daerah-daerah yang pertama kali menerima Islam adalah Sukadana dan Sambas (+1550). Islam dibawa ke Sukadana terutama oleh orang-orang Palembang. Rajanya yaitu: Panembahan Giri Kusuma, masuk Islam tahun 1591 M. Dipimpin oleh Syekh Syamsuddin, dakwah Islam mencapai sepanjang Teluk Sukadana ( +1 600 M). Sedangkan Islam di Sambas dibawa oleh orang-orang Johor yang mengungsi akibat penduduk Portugis atas Malaka (1511). Berkat kuatnya pengaruh Johor, maka Kerajaan Sambas yang didirikan pada tahun 1521 menjadi taklukan Johor pada abad ke-17 M. Kerajaan Sintang menjadi Kerajaan Islam pada abad ke-17 dengan Sultan pertamanya yang merupakan Raja ke-20, yaitu Amir Kusuma Negara. Kerajaan Hindu Tanjung Pura yang merupakan bekas taklukan Majapahit mengalami kalah perang terhadap kaum muslimin dan akhirnya masuk Islam pula. Islam masuk ke-Landak ketika daerah itu dikuasai Kesultanan Banten selama 1699-1788 M. Banten diusir Rakyat Landak dengan bantuan suku Bugis tahun 1788 M. Penguasa Matan yang telah Islam yaitu Raja Giri menikahkan Putrinya dengan Ulama dari Hadramaut, yaitu Syarif Husin. Lalu Syarif itu diangkat sebagai Mangkubumi yang berkedudukan di Mempawa ( + 750 M). Putrinya Pontianak pada tahun 1722 dan 7 tahun kemudian ia dilantik sebagai Sultan Pontianak pertama.
b. Kalimantan Selatan
Menurut berita China “Jing Yai Sheng Lan” pada tahun 1416 telah terdapat orang-orang Islam di Banjarmasin. Pada pertengahan abad ke-15 M, Banjarmasin dikunjungi oleh Raden Paku/Sunan Giri dalam suatu perjalanan dagangnya. Barulah Banjarmasin pada pertengahan abad ke-16 menjadi suatu Kerajaan Islam. Latarbelakangnya adalah “Permintaan Bantuan Banjarmasin kepada Kerajaan Islam”. Maka Demak mengirimkan Khatib Daiyan untuk mengislamkan Raja Banjarmasin yaitu Pangeran Samudera (1595-1620) dengan gelar “Sultan Suriansyah”. Kesultanan Banjarmasin giat melakukan pengislaman atas wilayah kekuasaannya yang meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
17 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
c. Kalimantan Tengah
Menerima Islam pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 M, ketika daerah ini dikuasai Kesultanan Banjarmasin pada tahun 1620 Kerajaan Kota Waringin menjadi Kerajaan Islam di masa Rat Begawan. Suku dayak yang tinggal di Pesisir telah bercampur baur dengan orang-orang pendatang melayu yang berAgama Islam, sehingga mereka disebut “Dayak Melayu “. Mereka tinggal di Kuala Kapuas dan di daerah sekitar Sungai Barito.
d. Kalimantan Timur
Yang mempunyai jasa terbesar dalam Dakwah Islam di daerah ini adalah Suku Makasar dan Suku Bugis. Di daerah Pasir/Tanah Grogot pada tahun 1575 berdirilah Kerajaan Sadurangas oleh seorang Ratu bergelar Putri Pitung. Pada tahun berikutnya datanglah seorang Muballigh dari Giri yaitu Abu Mansyur Indra Jaya dimana ia berhasil menikahi Ratu dan sekaligus menjadi Sadurangan sebagai Kerajaan Islam. Dua muballigh dari Sumatera Barat yaitu Abdul Khatib Tunggal dan Tuan Tunggang Parang berjasa mengIslamkan Raja Kutai Kertanegara yaitu Aji Makota (1545-1610). Putra Raja Kutai tersebut yang bergelar “Aji” dilarang meneruskan pengislaman hingga ke daerah pedalaman. Dengan bersumber dari Sulawesi Selatan, Islam masuk ke daerah Berau dan Bulungan pada akhir abad ke-17 M.
E. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI SULAWESI
18 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
a. Sulawesi Utara
Pada pertengahan abad ke-17 M sebagian daerahnya dikuasai Kesultanan Ternate dimana para Muballigh Ternate dan Makasar memperkenalkan Islam pada para penduduk Sulawesi Utara. Islam masuk ke daerah Gorontalo pada tahun 1612 M. Disusul dengan penyerangan Kerajaan Goa-Tallo ke Sulawesi Utara di tahun 1634 yang diakhiri dengan dikuasainya Menado, Gorontalo dan Tomini untuk sementara. Dakwah Islam terhenti dan digantikan Missi dan Zending Kristen.
Hal ini terjadi ketika pada tahun 1680 Ternate terpaksa menyerahkan Sulawesi Utara pada Belanda. Pada tahun 1689 Belanda berhasil mengkristenkan Kerajaan Bollang Mongondow. Hal ini tetap tak membuat para Muballigh berputus-asa. Islam masuk Bollang Mongondow 1660. Dakwah Islam disana amat pesat di tahun 1830 atas jasa Hakim Bagus dan Imam Tuwako. Akhirnya pada tahun 1844 Raja Jacob Manuel Manopo memeluk Islam. Jejaknya diikuti kerajaan tetangga, yaitu Kerajaan Bollang UK.
b. Sulawesi Tengah
Islam telah tersiar di Sulawesi Tengah yaitu di daerah Pesisir yang berasal dari Ternate. Pada pertengahan abad ke-17 M, Sulawesi Tengah terbagi atas dua bagian, Yaitu:
1. Bagian Barat yang dikuasai oleh Kerajaan Islam Goa-Tallo.
2. Bagian Timur yang dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
19 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Pengislaman berjalan dengan lancar, kecuali didua daerah yang dihuni oleh 2 suku terbelakang, yaitu: Daerah Mori dan Tanah Toraja.
c. Sulawesi Selatan
Menurut laporan seorang Bangsa Portugis yang bernama Pinto, yang mengunjungi Pelaut Makasar pada tahun 1544 dinyatakan bahwa pada waktu itu disana telah banyak terdapat orang Islam dari Malaka dan Patani (di Thailand Selatan). Ini berarti Islam telah masuk ke Sulawesi selatan pada awal abad ke-15 M.
Rupanya orang-orang Islam makin banyak bertambah, sehingga Raja Goa: Tunijallo (1565-1590) merasa perlu mendirikan Masjid di Mangallekkana, Makasar, tapi ia menolak ajakan Sultan Ternate untuk masuk Islam, karena khawatir pengaruh Ternate akan tumbuh di wilayahnya. Kerajaan di Sulawesi Selatan pertama yang menjadi kerajaan Islam adalah: Luwu, Rajanya yakni Lamdu Salat, diislamkan oleh Khatib Sulaeman bersama-sama dengan Abdul Khatib Tunggal (tahun 1603 M). Sementara itu perkembangan Islam di Kerajaan Goa-Tallo semakin meluas. Barulah pada bulan September tahun 1605 secara berturut-turut masuk Islamlah Raja Tallo atau Mangkubumi Goa ialah Daeng Mannyori, lalu Raja Goa ke 14 ialah Daeng Marabbia. Setelah masuk Islam Nama kedunya diganti menjadi “ Sultan Abdullah dan Sultan Allaudin “. Seorang Muballigh yang berjasa mengislamkan keduanya adalah “ Abdul Khatib Tunggal “.
Dalam mengislamkan rakyat Goa-Tallo ia dibantu oleh seorang Muballigh lain, yakni Khatib Bungsu. Setelah kerajaan tersebut menerima Islam maka Kerajaan itu menyerukan agar Kerajaan Bugis yakni: Bone, Wajo, Sidenreng, dan Soppeng yang menjadi musuh lamanya untuk masuk Islam. Namun Raja-raja Bugis menolak seruan itu. Maka pada tahun 1608 Kerajaan Goa-Tallo memaklumkan perang pada Kerajaan-kerajaan Bugis tersebut. Maksud Pemakluman perang itu, selain untuk menyebarkan Agama Islam juga untuk memperluas wilayah Kerajaan Goa-Tallo, dengan berturut-turut ditaklukanlah Soppeng dan Sidenreng (1609) , Wajo (1910) dan Bone (1611 M). Ketika itu yang memerintah di Wajo adalah Raja La
20 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Sangkuru, sedangkan yang berkuasa di Bone merupakan Raja ke-11 yang setelah Islam bergelar “ Sultan Adam”. Bersamaan dengan ditaklukannya Kerajaan-kerajaan Bugis tersebut, maka Kerajaan itu akhirnya memeluk Islam juga.
d. Sulawesi Tenggara
Merupakan daerah yang pertamakali menerima Islam di Pulau Buton. Yakni pada pertengahan abad ke-15 M, ketika itu Buton merupakan suatu Kerajaan dan Kerajaan tersebut semasa pemerintahan Raja Hali Oleo (1427-1473) menjelma menjadi suatu Kerajaan Islam sebagian besar daerah Sulawesi Tenggara diIslamkan oleh Muballigh dari Makasar, ketika daerah itu dikuasai oleh Kerajaan Goa-Tallo pada abad ke-17 M.
e. Penyebaran Islam di Maluku
Agama Islam telah berkembang di Kepulauan Maluku pada abad ke-14 M. Pada abad itu di Maluku terdapat 5 Kerajaan, yakni Tidore, Ternate, Bacan, Jailolo dan Obi. Di antara ke-5 Kerajaan itu yang terbesar adalah “Ternate”, Kerajaan tersebut juga paling banyak mengahasilkan rempah-rempah, oleh karena itu pelabuhannya amat ramai dikunjungi oleh Saudagar-saudagar, tak terkecuali Saudagar Timur Tengah. Mereka membeli rempah-rempah untuk dijual dengan harga yang mahal kepada Bangsa Eropa yang pada waktu itu belum mengetahui jalan pelayaran ke Maluku. Para Saudagar-saudagar Timur Tengah itu banyak yang menetap di Ternate. Karena ketika itu Ternate dimusuhi oleh 4 Kerajaan lainnya, maka banyak para Saudagar tersebut yang dijadikan sahabat oleh Raja untuk mengetahui pembuatan alat-alat perang. Pada masa itu yang berkuasa di Ternate adalah Raja Malomatyn (1350-1357), walaupun demikian Raja Ternate baru memeluk Islam satu abad berikutnya. Sultan Ternate pertama adalah Gapi Baguna II (1466-1486), yang diIslamkan oleh Datuk Maulana Husen. Kerajaan-kerajaan lainnya-pun memeluk Islam pada abad ke-15 dan ke-16 ini, seperti Sultan Tidore yang pertama adalah Cirililiyatang bergelar Sultan Jamaluddin dan diIslamkan oleh Muballigh dari Tanah Arab yakni Syekh Mansyur.
21 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Sedangkan Sultan Bacan dan Sultan Jailolo yang pertama bergelar Zainul Abidin dan Hasanuddin. 4 Kesultanan ini berjasa menyiarkan Islam keseluruh Maluku, yakni sebelum kedatangan Bangsa Eropa kesana melalui kekuasaan wilayahnya.
Tidore meliputi : Halmahera Tengah dan Seran Timur. Daerah Bacan dan Obi dikuasai Kesultanan Bacan dan Kesultanan Jailolo meliputi Halmahera Utara dan Pesisir Seram.
f. Penyebaran Islam di Irian Jaya.
Agama Islam masuk kepulau-pulau Irian Jaya seperti Waigeo, Salawati, Misool, Gebi dan di daerah-daerah Pesisir Barat adalah atas pengaruh Kerajan Islam Tidore dan Bacan pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-17. Daerah pertamakali menyebar dan masuk kepulau-pulau disebelah selatan seperti Aru dll. Pada abad ke-18 dan abad ke-19, tapi baru memasuki daerah pedalamannya pada abad ke-20 M ini.
F. PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Pendidikan Islam (Tarbiyatul Islamiyah) adalah merupakan unsur terpenting dalam proses dakwah, dalam hal ini antara Iman (beragama Islam), Ilmu (memiliki pengetahuan) dan amal (berdakwah) amat erat hubungannya.
Pendidikan Islam dalam arti yang luas adalah mengamalkan ilmu pengetahuan Islam (termasuk Agama Islam karena orang yang memeluk Islam hanya orang yang berilmu) pada masyarakat luas, dalam hal ini termasuk berdakwah (menyiarkan Islam).
22 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Sedang pendidikan Islam dalam arti sempit adalah mempelajari Islam dan segala aspeknya sebagai ilmu, sehingga ia memahami hakikat Agama Islam dan mengamalkannya. Ilmu-ilmu Agama Islam seperti Ilmu Kalam (Aqidah), Ilmu Fiqh (Syari’ah) Ilmu Tashawwuf (Akhlaq) dan ilmu-ilmu penunjang untuk memahami ketiganya, yaitu Ilmu Tafsir Al-Qura’an, Ilmu Hadits dan Ilmu Tata Bahasa Arab. Bila seorang muslim telah memahaminya, maka ia berhak disebut Ulama (seseorang yang berilmu).
Ulama-pun ada bidangnya, Ulama Fiqh disebut Fuqaha, Ulama Tashawwuf disebut Shufi dan lain sebagainya. Karena Tarbiyatul Islamiyah telah dibicarakan dalam sub-bab Dakwah, maka disini diuraikan dalam arti sempit saja sebagaimana arti lazimnya.
Di Indonesia pendidikan Islam dasar (Elementer) diberikan pada anak-anak muslim di Langgar/Surau/Menasah yang dikelola oleh pegawai Langgar sendiri (Modin).Untuk pendidikan selanjutnya diberikan di Pesantren.
Pesantren memiliki peranan yang besar dalam Penyebaran Islam, khususnya di Jawa dan Sumatera. Pesantren juga merupakan Lembaga Pendidikan Morill Rakyat Indonesia satu-satunya yakni sejak abad ke-15 sampai dengan abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19 (pembukaan sekolah Modern bagi Pribumi oleh Kolonial Belanda).
Di Pesantren para Santri dididik oleh guru yang disebut “Kyai” disuatu komplek tertentu mengenai berbagai Ilmu Agama Islam. Metode pendidikan pesantren adalah metode “sorongan“ yakni bila santri sudah menempuh pendidikan dasar maka ia harus mempelajari sendidri kitab-kitab Islam klasik.
Kyai adalah tokoh yang amat berpengaruh di lingkungan sekitarnya karna keluasan ilmu, kehalusan moral dan kecakapan kebijaksanaan. Faktor lain yang turut mempertinggi “gengsi“ Kyai adalah naik Haji dan menuntut ilmu di Tanah Suci. Sejak abad pertengahan dikala alat transportasi masih primitif telah banyak musafir pribumi yang menuntut ilmu di Tanah Suci. Disana para Bumi Putra teristimewa orang Jawa membentuk pemukiman tersendiri yang disebut pemukiman “Jawi“ kesempatan ke Tanah Suci tertutup berhubung berkuasanya kaum kolonial di Tanah Air.
23 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Kesempatan ini baru terbuka kembali di abad ke-18 sampai dengan abad ke-19, maka berbondong-bondonglah muslim Indonesia ke Mekkah untuk melengkapi rukun Islamnya sekaligus memperdalam Ilmu Agama disana. [4]
Ternyata pengalaman di Tanah Suci yakni berbaur dengan saudagar-saudagar seagama dari berbagai bangsa menimbulkan solidaritas keislaman dan juga makin benci pada kaum Kolonial-Imperialis berhubung dunia Islam di masa itu sedang dicengkeram Penjajahan Bangsa Kafir Eropa. Ini menyebabkan sepulangnya ke Tanah Air, para Haji itu membangkitkan perlawanan rakyat terhadap penjajah dalam bentuk Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Banjarmasin perlawanan rakyat Banten, Cirebon Dll. Hal ini menyebabkan pihak pemeriantah kolonial mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat menghambat pelaksanaan Ibadah Haji (terutama berupa peraturan yang memberi persyaratan materil yang berat), juga peziarah-peziarah Pribumi dari Tanah Suci itu membawa pemikiran-pemikiran yang sedang “Pop“ di masa itu. Terutama sekali paham Modern yang dicetuskan dipertengahan abad ke-19 M hingga awal abad ke-20 M. Modernisme ini diterapkan para ulama di Indonesia, salah satu di antaranya adalah pembentukan lembaga pendidikan Islam Modern yaitu Madrasah. Madrasah menerapkan Sistem Kelas, Naik Tingkat dan Gedung pendidikan khusus. Di Madrasah siswa duduk dikursi (di pesantren biasanya belajar duduk ditanah mengelilingi kyai) dan diberikan pelajaran sekuler (non-Agama) seperti Sejarah, Bahasa Belanda, Matematika dll.
24 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Kaum Modern atau kaum muda di Minang mendirikan sekolah-sekolah dan Persatuan Guru-guru Agama Islam / PGAI (7 Juli 1920), keduanya berkedudukan di Padang, lalu Kurikulumnya disesuaikan dengan Kurikulum perguruan Al-Azhar Di Kairo (1924).
Modernisasi pendidikan juga mempengaruhi kaum tua Minang yang juga mendirikan sekolah-sekolah Modern yang tergabung dalam Persatuan Tarbiyah Islam (Perti ) yang berdiri di Bukit Tinggi, 5 Mei 1928. Di Jawa Modernisasi pendidikan dilakukan oleh K.H. Akhmad Dahlan yang mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogya.
Muhammadiyah segera berkembang peat diseluruh pelosok Tanah Air juga patut dicatat “ Jamiyatul Khairuyah di Jakarta (1905), Jamiyatul Washiliyah di Medan (1930), Nandatul Ulama di Surabaya (1926), dan Nahdatul Watham di Lombok (1953) adalah Organisasi-organisasi dakwah dan pendidikan ternama.
Kembali ke Politik Kolonial Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda diawal abad 20 mencoba mempraktekan politik terhadap Islam dari Prof.Dr. Snouck Hurgronye (1857-1936).Y aitu :
a. Pemerintahan harus berlepas tangan dalam tata pelaksanaan ibadah.
b. Pemerintahan dianjurkan membantu urusan-urusan Muamalah (Kemas yarakatan).
c. Pemerintahan harus bertindak keras pada Hal-hal yang bernafaskan Politik Islam.
25 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Ini adalah suatu langkah yang cukup melegakan umat Islam di masa itu, dibandingkan masa sebelumnya apalagi di masa Gubernur Jendral AWF Idenburg (1909-1916) yang menjalankan “ Kriestening Politik “, yakni berusaha mengkristenkan rakyat Indonesia demi melanggengkan kekuasaannya di Nusantara (karena Bangsa Belanda Kristen Protestan, maka protestanlah yang diutamakan). Dalam merealisasikan anjuran Snouck Hurgronye, itu sekaligus dalam rangka Politik Etis pemerintah memberi subsidi pada pendidikan dan dakwah Islam di Indonesia
Subsisidi Pemerintah HINDIA BELANDA ( dalam Gulden )
1926
1937
26 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
1939
Zending Protestan
686.100
683.200
844.000
Misi Katholik
286.500
290.700
335.700
Dakwah Islam
7.500
27 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
7.500
7.600
Seperti layaknya setiap penjajah, maka jasa baik itu tentu ada maksud tersembunyi dan selalu disertai hambatan – hambatan. Hambatan-hambatan itu berupa dikeluarkannya “ Ordonansi Guru (1928)” disusul “ Ordonansi Sekolah Liar (1932)” yang mengharuskan pendaftaran dan seleksi ketat terhadap guru swasta (termasuk Agama Islam) dan sekolah swasta (termasuk sekolah swasta Islam), adapula “ Onderwijs Verbond (1933)” yang melarang guru-guru Agama untuk ikut berpolitik.
Demikianlah keadaan pendidikan Islam di Indonesia dari masa kerajaan-kerajaan Islam hingga masa Kolonial Belanda. Berikut ini terdapat tabel yang menunjukan jumlah Pesantren, Madrasah, Kyai dan Santri di Jawa serta Madura pada akhir masa Penjajahan Belanda (1942)
Jawa Barat
Jawa Tengah
28 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Jawa Timur
Pesantren&Madrasah
1213
351
307
Kyai/Guru
7652
4466
6150
Santri/Siswa
84.467
29 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
21957
32931
Jml Total Pesantren & Madrasah
1.875
Jml Total Santri/Siswa
139.415
30 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
1.2 CORAK AJARAN ISLAM DI INDONESIA
Sebagai Agama mayoritas 90% dari kuantitas yang amat besar jumlahnya (+140 juta muslim = Negeri muslim terbesar di dunia). Islam di Indonesia memang pantas memiliki kebanggaan psikologis, namun dibalik itu kuantitas yang besar itu biasanya memiliki corak-corak tertentu yang melambangkan rendahnya kualitas. Corak yang beraneka ragam itu asalnya adalah akibat umat Islam dalam berbagai golongan/aliran/mazhab ataupun sekte yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat (Khilafiyah) yang gagal mendapat titik temu (musyawarah untuk mufakat).
Dalam hal ini telah dilupakan peringatan-peringatan yang dituliskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah seperti surat Al-Anfal ayat 46, yang artinya: “Janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gagal dan kehilangan kekuatan “.
Maka mau tak mau terbentuklah Firqah-firqah (Golongan) baik dalam keyakinan, pemahaman, ataupun pengalaman Agama Islam. Tak dapat disangkal bahwa firqah tersebut baik yang masuk dari luar maupun dari dalam itu telah memberi corak dan ciri khusus bagi ajaran Islam di Indonesia. Corak dan Firqah yang dimaksud adalah:
1. Mazhab Syafi’i dalam ibadah (Fiqh)
2. Ajaran Syi’ah dalam itikad (Aqidah)
3. Tradisi Sinkretis dalam kehidupan beragama
4. Tashawwuf dalam penghambaan diri kepada Allah
31 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
5. Gerakan Reformasi dalam pemahaman Agama
a. Corak Fondamentalisme
b. Corak Modernisme
1. Mazhab Syafi’i
Didirikan oleh Muhammad Ibn Idris As Syafi’i (767-819) di Baghdad (800-813) dan di Mesir (813-819).
Keutamaan Mazhab ini dibandingkan Mazhab Fiqih lainnya karena ia menjadi jalan tengah antara Rasionalisme (pengutamaan Dalil Aqly) dari Mazhab Hanafi dengan Tradisionalisme (pe ngutamaan Dalil Naqly) dari Mazhab Maliki yang menjadikannya paling populer di antara Mazhab-mazhab Ahlussunnah lainnya. Maka tak heran bila pemeluknya tersebar luas dari Pesisir Afrika Timur, Somalia, hingga Asia Tenggara. Kebetulan sekali jalur dakwah Islam di Nusantara sesudah abad 10 M melalui daerah-daerah pusat Mazhab Syafi’i seperti Arab Selatan dan Gujarat.
Mazhab Syafi’i adalah ajaran Fiqh ketiga yang berpengaruh di Indonesia, dimana sebelumnya di dunia Islam belum ada yang namanya Mazhab karena seluruh tata ibadah masih belum menimbulkan Khilafiyah dan masih dapat langsung mencontoh petunjuk Qur’an dan sunnah Nabi. Tradisi inilah yang diikuti pemeluk-pemeluk Islam yang awal sekali di Indonesia (abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 M), setelah perpecahan Agama (Schisma) di dunia Islam tak tertahan lagi, masuklah kaum Syi’ah yang memiliki Fiqh tersendiri di abad 8 M. Bersamaan dengan jatuhnya kesultanan Syi’ah Fathimiyah digantikan Dinasti Aiyubi yang Sunni di Mesir
32 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
(1171), maka berangsur-angsur kedudukan Itikad dan Fiqh Syi’ah di Nusantara digantikan Itikad Ahlussunnah dan Mazhab Fiqh Syafi’i.
Bukti tertua mengenai Mazhab Syafi’i di Indonesia adalah catatan Ibn Bathuthah (1346) yang menyatakan bahwa Sultan Pasai yaitu Sultan Malik Az-Zahhir II (1326-1348) teguh memeluk Mazhab Syafi’i dan nampaknya kehadiran Mazhab itu di Samudera Pasai masih belum lama. Melihat gelar-gelar Sultan Pasai sejak S.Malik As Shaleh (wafat 1292) yang meniru gelar sultan-sultan Bani Aiyub di Mesir (1171-1250), maka masuk akal bila Mazhab Syafi’i dibawa masuk ke Indonesia oleh para Muballigh dari Arab ataupun Gujarat dengan dukungan Mansyhur dari Dinasti tersebut.
Riwayat Mazhab Syafi’i di Jawa kurang jelas, dengan adanya mitos hukuman mati Syekh Siti Jenar maka para Walisongo dan Kesultanan Demak adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Namun karena masa atau di Jawa (abad ke-15 sampai dengan abad ke-16 M) pengaruh bangsa China yang muslim cukup besar dan Raden Patah adalah keturunan China, sedangkan di China muslimnya memeluk Mazhab Hanafi dalam Fiqh, maka timbul keraguan tentang kepastian Mazhab Fiqh mereka. Namun yang jelas berdasarkan naskan karya Sunnan Bonang berupa primbon diterangkan Lafadz niat sebelum Shalat dan Wudhu (yaitu “Ushalli…”) ini pasti Mazhab Syafi’i karena mazhab-mazhab lain menolaknya.
Demikian pula dalam Sya’ir Maskumambang dalam serat centini terbaca: “Pilih bangsa kulo jawi, imam sapangi pangutan “ (adapun kami bangsa Jawa mengikuti imam Syafi’i).
Dalam prakteknya ajaran Syafi’i yang menentukan bahwa Shalat Jum’at minimum 40 orang maka kesultanan di Jawa mengangkat 40 pegawai Masjid yang disebut kaum. Aturan ini juga ditetapkan di Palembang, Makasar dan Aceh.
Contoh-contoh diatas menunjukan bahwa Mazhab Syafi’i telah mantap kedudukannya di Nusantara pada abad ke-16 M sebagai semacam “Mazhab Fiqh Nasional“. Namun dalam perkembangan selanjutnya Mazhab Syafi’i mendapat goncangan. Goncangan ini disebabkan serangan-serangan golongan Reformis di abad ke-19 sampai dengan abad ke-20 M. Kaum Fondamentalis di Minang yakni kaum Paderi menyerang adat Tashawwuf dan Mazhab Syafi’i, yang lalu digantinya dengan ajaran Wahabi dan Mazhab Hambali dalam Fiqh. Sedangkan kaum Modernis menolak tradisi mazhab yang disebut “Taqlid Buta“ dan membenarkan setiap Muslim untuk Ijtihad sendiri dari Qur’an dan Hadits. Rupanya goncangan itu tak lama, dan kehidupan
33 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
ibadah Islam dimana kini memperlihatkan bahwa Mazhab Syafi’i tetap dominan.
2. Itikad Syi’ah
Golongan Syi’ah adalah golongan pengikut Ali Ibn Thlib (599-661) yang menganggap bahwa hanya keturunan Rasulullah saja yang berhak menjadi Khalifah/ imam/ penguasa. Maka mereka menyebutkan “Pecinta Ahlul Bait“ (Sekeluarga Nabi). Di abad ke-7 itu mereka masih berupa gerakan Politik yang menginginkan tahta kekhalifahan. Tapi setelah kekuasaan jatuh ketangan Bani Umayyah (660-750), lalu Bani Abbas (749-1258) mereka berubah menjadi suatu aliran Itikad (kepercayaan) baru. Rupanya Yahudi, Kristen dan Zoroaster (Majusi) . ……
Karena itulah timbul bentrok dengan Ahlussunnah yang didukung penguasa, penguasa berlaku kejam pada golongan ini, tapi itu justru membuat membuat kaum Syi’ah disimpatikan rakyat dan makin berkembang.
Gelombang pengungsian keluar negeri terutama ke Timur jauh berlangsung di abad ke-3, yakni disaat makin ganasnya perlakuan penguasa. Para pengungsi itu tinggal di Bandar-Bandar ramai seperti Gujarat dan Aceh, umum pengungsi termasuk golongan Syi’ah Itsna Asyar (memuliakan 12 imam), dari Persia dan Golongan Syi’ah dan Zaidiyah (memuliakan Zaid Ibn Zainal) dari Arab Selatan. Namun kehadirannya di Nusantara baru menonjol pada abad ke-11, yakni semasa kaum Syi’ah Islamiyah berhasil mendirikan Kesultanan Fathimiyah di Mesir (969-1171). Kaum Islamiyyah (memuliakan 7 imam) tergolong Sekte Syi’ah yang paling Fanatik sehingga raja-raja Fathimiyah mengirimkan armada-armada ke Timur jauh termasuk Indonesia untuk menyebarkan Itikad Syi’ah. Expedisi ini tiba di Aceh dan Sumatera Utara yang lalu mendirikn kerajaan-kerajaan Islam pertama di Nusantara di Peurelak Pasai, Aru dan Kuntu Kampar. Pengaruh Syi’ah di Nusantara bersamaan runtuhnya Kerajaan Fathimiyah.
34 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Kemudian Syi’ah bangkit lagi di Kesultanan Aceh Darussalam dan Pulau Jawa pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 M, kali ini dalam bentuk Mistik. Mistik yang dimaksud adalah ajaran Tashawwuf Wihdatul Wujud dari Ibnu Farabi (1165-1240). Ajarannya menyatakan bahwa penampilan alam yang berbeda-beda pada hakikatnya adalah penjelmaan Allah karena itu Khaliq (serba satu) ataupun Pantheisme (Serba Tuhan). Dipraktekkan secara extrim oleh Hussen Al-Hallaj di Persia yang karena mengatakan “ Ann’al Haqqu “ (Saya adalah maha Kebenaran/Tuhan) dihukum mati oleh Golongan Sunni. Ajaran ini dibawa ke Nusantara lewat Aceh oleh Syekh Abu’ Khair semasa Sultan Alladin Mansyur Syah (1581-1587). Dikembangkan oleh Syekh Hamzah Fanuri dan Syekh Syamsuddin As Sumatrani sejak Sultan Alladin Riwayat Syah IV (1589-1604 ) dan mencapai kegemilangannya di masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Menderita kemunduran yang derastis akibat serangan Kaum Ahlussunnah yang mengkafirkan ajaran itu. Sedang kaum Sunni sendiri mengajarkan kebalikan dari Wihdatul Wujud, yaitu “ Wahdatusy Syuhid ” ataupun “ Isnainiyah ” yang menyatakan bahwa Khaliq dan makhluk-Nya adalah dua unsur yang berlainan. Serangan kaum Sunni terhadap Wihdatul Wujud di Aceh dilakukan secara keras oleh Syekh Nuruddin Ar Raniri dan juga oleh Syekh Abdurrauf Syi’ahkuala yang lebih lunak. Mereka berhasil mempengaruhi Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) dan Sultani Tajul Alam Safiatuddin (1641-1671) untuk melenyapkan ajaran itu dan membakar habis kitab-kitab ajarannya. Sisa-sisanya membentuk suatu Thariqat “Saleek Buta“. Hal ini terbukti dengan adanya mitos Syekh Siti Jenar yg dikata “ Kaulo Gusti “ (Hamba adalah Tuhan). Juga para muridnya yaitu Ki Ageng Pengging dan Kyai Tingkir mengalami nasib yang sama. Namun rupanya ajaran telah terpengaruh di pedalaman Jawa dan mempengaruhi Kerajaan Pajang (1568-1586) dan Kerajaan Pedalaman lainnya yang lalu membentuk pola Sinkreti dengan ajaran Lama.
Walaupun Syi’ah sudah tak berpengaruh lagi, namun sisa pengaruhnya masih ada, seperti :
a. Tradisi Mengagungkan Keturunan Nabi
Dahulu orang terpandang belum merasa sempurna kebanggaanya bila tak mempunyai tali
35 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
hubungan dengan keturunan Nabi khususnya Imam-imam Syi’ah. Para Shufi selalu menghubungkan mata rantai Thariqatnya dengan Rasulullah. Sedangkan para Sultan biasanya menghubungkan silsilahnya dengan Ahlul Bait. Hal ini terlihat dalam Silsilah Sejarah Melayu, Babat Tanah Jawi ataupun Legenda Raja-raja Maluku.
b. Kepercayaan adanya Imam Mahdi.
Islam membenarkan bahwa di akhir Zaman akan turun ke Bumi sebagai Imam Mahdi. Kepercayaan oleh kaum Syi’ah bahwa Imam mereka yang ke-12 yang telah menghilang akan muncul kembali di akhir zaman sebagai Imam Mahdi. Wong Cilik Jawa amat percaya apalagi disinggung adanya Ratu Adil dalam Ramalan Jayabaya. Tokoh-tokoh adalah : Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, ataupun Bung Karno mendapat predikat ini sehingga mereka menjadi Kharisma bagi Rakyat. Di jawa kepercayaan ini diwujudkan dalam “ Gerakan Messianisme ” (Kepercayaan tentang Masiah/Al Masih/Ratu Adil) dia di abad ke-19 M, yakni ketika penderitaan petani mencapai puncaknya akibat Tanam Paksa dan U.U. Agraria 1874.
c. Peringatan atau gugurnya Saidina Hussein cucu Nabi di Padang Karbela (10 Muharam 681) dalam bentuk permainan Kuda Kepang, Bubur Merah Putih Sura dan Perayaan Tabut Hasan–Husen.
36 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
3. Tashawwuf .
Tashawwuf adalah mistik yang ditimbulkan oleh penganut Islam. Sedangkan bangsa kita terkenal Tabiatnya yang percaya pada mistik dan segala yang baik.
Justru inilah faktor terpenting mengapa Islam sudah diterima rakyat Indonesia yang Animistis dan Hindu-Budha, apalagi peranan Ahli Tashawwuf (Shufi) yang bergelar “Syekh“ amat menonjol dalam Dakwah Islam di Indonesia, sebagai resikonya masuk unsur dari luar kedalam ajaran Islam dan membentuk Sinkretisme. Disini diuraikan Tashawwuf yang berbentuk sebagai Ilmu, yang terwujud di abad ke-18 M. Ilmu Tashawwuf mempraktekan hidup Kerohanian yang berlebih-lebihan dan biasanya kenikmatan dunia dan menjadi seorang Faqir ( Rahbaniyah yang dilarang oleh Islam ), apalagi dalam Tashawwuf sudah dipengaruhi Filsafat Yunani, Persia, Hindu dll, yang merusak Aqidah mereka sehingga ajaran Tashawwufnya menjadi lain dari Lazimnya.
Para Shufi menyebut cara bertashawwuf adalah Thariqat (jalan) dan usahanya disebut Suluk (menempuh perjalanan) yang bertujuan menjadi “ Insanul Kamil “ (Manusia Sempurna) setelah melewati derajat suluk tertinggi yakni bersatu dengan tuhan. Praktek Thariqatnya umumnya yaitu berupa Dzikir dan Tafakur (Samadhi).
Thariqat ini berguna untuk memantapkan Tauhid, mengkhusukan ibadah dan memperhaluskan akhlaq umat Islam. Pelajaran Tashawwuf diberikan oleh seorang Syekh untuk memperoleh Ijazah tanda Lulus yang berarti sang murid diperbolehkan menyebarkan Thariqat yang
37 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
dipelajarinya. Biasanya Shufi mempelajari berbagai Thariqat lalu menggabungkannya, sehingga jumlah Thariqat tak terhitung.
Ciri khas Thariqat ialah hormat terhadap guru sehingga sampai mengkultuskannya dalam bentuk Tawassul (berdoa perantaraan guru) dan tradisi mensucikan makamnya, kedua hal ini diserang Golongan Reformasi. Golongan Reformasi menentang Fanatisme, Khurafat, Bid’ah dalam kehidupan Thariqat. Thariqat adalah ciri khas Tashawwuf yang timbul sejak abad ke-12 M. Disini hanya diuraikan Thariqat Ahlussunnah bukan Thariqat Syi’ah dengan Wihdatul Wujudnya ataupun aliran kebatinan yang lebih bercorak kejawaan.
Thariqat-Thariqat yang paling menonjol di Indonesia adalah :
a. Qadiriyah
Pengikut dari Syekh Abdul Khadir Jailani di Persia (wafat 1166).
Pada dasarnya bercita-cita tinggi, membesarkan nikmat, memelihara kehormatan dan Khidmat pada Allah, disebarkan di Nusantara baik oleh Hamzah Fansuri yang Syi’ah maupun Nuruddin Ar Raniri yang Sunni di Aceh abad ke-16 sampai dengan abad ke-17, berpengaruh pula pada Sultan Banten Abdulmufakir (1596-1640).
b. Naqsyabandiyah
Didirikan Syekh Baharruddin An Naqsyabandiyah di Turkestan (wafat 1388), dasarnya hidup
38 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
sederhana dan meninggalkan yang selian Allah, ciri khasnya adalah berdzikir tak bersuara dan tak bernafas sambil memuji Allah, juga ada ketentuan berpuasa dalam arti tak akan makan daging dan berhubungan sex pada waktu- waktu tertentu. Merupakan Thariqat terbesar di Pulau Jawa hingga abad ke-19 (diganti kedudukannya oleh Thariqat Qadiriyah Wan Naqsyabandiyah yang didirikan Syekh Akhmad Khatib Sambas), lalu dibawa ke Minangkabau oleh Syekh Ismail Simabur di abad ke-19, tokohnya yang terutama adalah Syekh Moh. Sa’ad Mungka (1857-1924) di Minang.
c. Syattariyah
Didirikan Syekh Abdullah an Syattar di India (wafat 1417). Dibawa oleh Peziarah dan Pelajar Jawa dan Melayu dari Tanah Suci selama abad ke-16 sampai dengan abad ke-17, tokohnya yang termasyur adalah Syekh Abdurrauf Syiahkuala di Aceh (wafat 1695). Murid-muridnya menyebarkan di Sumatera dan Jawa, merupakan Thariqat yang masuk ke Jawa, tokohnya yang lain adalah Syekh Yusuf Tajul, Khalwati (wafat 1699) dari Makasar menyiarkannya di Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), dibawa masuk ke Minangkabau oleh Syekh Burhanuddin (1646-1691) murid Abdurrauf, di Minang menjadi Simbol Tua disana, mengajarkan ajaran martabat 7 dan mengadakan Tradisi “ Bersapa“ yaitu ziarah ke makam Syekh Burhanuddin di Ulakkan.
d. Sammaniyah
39 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Didirikan Syekh Muhammad Saman di Madinah (Wafat 1720) Ajaran mengenai cara Dzikir, Shalawat, Istighfar, dan Do’a yang khasnya bersuara nyaring. Dasarnya menunjukkan bahwa Thariqat ini lebih menekankan kehidupan akhirat dan menjauhi keduniaan (Rahbaniyah). Tokohnya di Indonesia adalah Syekh Mohammad Arsyad Banjar (1703-1808) dan Syekh Abdussamad Al-Falimbani yang menyebarkan di Selat Malaka pada abad ke-19 M, juga berpengaruh luas di Jawa Barat.
4. Tradisi Sinkretis
Sinkretisme adalah hasil gabungan dari beberapa Dogma yang berbeda demi mencapai suatu keharmonisan, di Indonesia Sinkretisme ini hampir menjadi tradisi, contohnya perpaduan Agama Hindu dengan Budha menjadi aliran Siwa-Budha dalam rangka “Bhineka Tunggal Ika dan Hanna Dharma Mangrwa “ (Berbeda-beda tapi tetap satu tak ada Agama yang mendua) ataupun Agama Hindu yang di “Indonesia“ kan menjadi Hindu-Bali. Islam disatu pihak mengajarkan toleransi (Tak ada paksaan dalam beragama) namun disisi lain menolak Sinkretisme (“ Bagimu Agamamu Bagiku Agamaku “). Namun dalam hal kenyataan ini tak dapat dihindarkan, hal ini terjadi karena menyebarkan Islam di Indonesia sedikit banyaknya adalah hasil kompromi dengan pihak penguasa Hindu antara lain dengan persamaan mistik.
Selanjutnya aktor penting yang menyebabkannya adalah kesalahan Metode Dakwah, para Muballigh hanya mengajarkan Dua Kalimat Syahadat dan sekedar pengetahuan dasar pada rakyat disuatu tempat dan dakwah di daerah lain. Rakyat tersebut masih dalam Taraf Muallaf dengan Aqidah yang masih lemah, maka pengaruh Adat dan Agama lain lebih dominan, umumnya hal ini terjadi ketika Dakwah Islam belum diintensifkan yakni di Aceh hingga abad ke-13 M, dan daerah lain hingga abad ke-16 sampai dengan abad ke-17. Namun tak selamanya begitu, misalnya di Jawa pada masa Walisongo terdapat 2 sistem dakwah yang berlainan, Sistem Pertama adalah beranggapan bahwa rakyat harus menjalankan Syariat Islam murni maka segala Adat Istiadat yang melanggar ajaran Islam harus diberantas serta menjaga kemurnian Aqidah, sisa-sisa Agama lama dimusnahkan. Yang terkenal menjalankan sistem ini dengan keras adalah Sunan Kudus. Sedang Sistem yang Kedua memang unik dan diterapkan oleh Sunan Kalijaga. Beliau berpandangan bahwa dakwah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi, Adat Istiadat lama yang dipertahankan dengan memasukkan jiwa Islam kedalamnya. Muballigh yang menerapkan sistem ini haruslah luas ilmunya, disatu pihak ia
40 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
mendalami Agama dilain pihak ia harus memahami sifat dan watak rakyat yang diasuhnya. Karena sukar mencari tokoh seperti Sunan Kalijaga maka akhirnya sistem yang kedua ini lebih menjelma dari pada Sinkretisme dimana Adat lebih menonjol dari Syari’at Islam sendiri.
Berdasarkan hal ini di Jawa timbullah 2 golongan, yakni :
1. Golongan Santri :
Golongan yang taat pada Agama, disimbolkan dengan kaum Mutiha
n (Putih), terutama yang dimaksud adalah ulama dari Pesantren. 2. Golongan Abangan (Merah) : Golongan yang tak taat pada Agama, simbol dari para (Priyayi / Bangsawan).
Golongan Abangan ini umumnya hanya mengenal Islam dalam 4 kali kesempatan, yakni Kelahiran, Pengkhianatan, Pernikahan, dan Kematian.
Azimat, Firasat, Wangsit, Ramalan, Slametan dan Kitab Primbon adalah bagian dari kehidupan mereka, dalam tata negara pola Agama tersebut timbul sejak Kerajaan Pajang lalu Kerajaan Mataram dan dilanjutkan kerajaan-kerajaan Jawa yaitu Kerajaan Surakarta (1755-1946), Yogyakarta (1755-Kini), Mangkunegara (1757-1946), dan Paku Alaman (1813-Kini). Sultan Agung (1613-1645) berusaha mempersatukan antara Agama Islam dengan Hindu-Jawa. Hal ini terlihat dalam karya Filsafatnya itu hanya Sastera Gending (Gabungan Tahun Saka dengan Tahun Hijriyah) serta mengadat jawakan tradisi Islam yang menghasilkan Kejawaan (Kejawen). Pola semacam ini juga terdapat di Pulau Lombok berupa adanya golongan “ Islam Waktu Tiga “ yaitu gabungan antara Islam dengan kepercayaan asli Suku Sasak. Berlainan dengan muslim lazimnya atau “ Islam Waktu Lima “, maka mereka beranggapan bahwa Shalat hanya merupakan Kewajiban dari penghulu mereka, Penghulu inilah yang akan menanggung dosa pengikutnya dan mereka sendiri hanya Shalat dalam 3 kali kesempatan yakni setiap hari Jum’at, Idul Fitri dan Maulid Nabi.
41 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Demikian pula di Minangkabau, Islam dimana tergolong Konsevtif karena merupakan gabungan dari Mazhab Syafi’i, Thariqat Syattariyah dengan Adat Tradisi Lama, semuanya ini bersumber dari Kerajaan Pagarruyung, kekuasaan tertinggi ditangan seorang Raja Adat seorang Raja Ibadat. Pengaruh Adat melebihi pengaruh Islam, tradisi bertentangan dengan Islam seperti Judi, Minum Arak, Menyambung Ayam ataupun Sistem Waris Matrineal tetap jalan.
Hal ini menimbulkan reaksi golongan Fundamental maupun Modernisme. Golongan Paderi dengan kekerasan meruntuhkan Kerajaan Pagarruyung (1809) dan menyelenggarakan Hukum Islam seteguh-teguhnya, Simbol Paderi adalah “ Putih “ dan kaum adat “Hitam“. Tradisi Abangan ini tetap bertahan, bahkan diberi angin oleh Kolonial Belanda yang mengkhawatirkan kaum santri sebagai kekuatan anti penjajah. Contohnya adalah kaum Priyayi yang menghina Islam dinaikkan pangkatnya oleh Belanda disamping fasilitas pendidikan Modern. Namun setelah Penjajahan Tumbang Sinkretisme belum lenyap, kali ini berwujud pada “Aliran Kepercayaan pada Tuhan YME “ atau kebatinan yaitu semacam Thariqat Tashawwuf namun nilai Islamnya dikesampingkan atau ditiadakan sama sekali, namun tak dapat disangkal bahwa para Shufi berperan dengan adanya aliran ini, tujuannya mendapat Budi Luhur guna kesempurnaan hidup. Disamping itu adapula yang menyerupai Praktek Suluk seperti untuk menebus rahasia makhluk ataupun mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan (Pengaruh Wihdatul Wujud).
Aliran kebatinan berkembang dengan pesat jumlahnya ada puluhan yang dikoordinir PAKEM. Kehadirannya di Indonesia mulanya akibat salah tafsir dari Pasal 22 UUD 195 ayat 2 (….. untuk beribadah menurut Agama dan kepercayaannya itu ) namun akhirnya dijamin hak hidupnya dalam GBHN.
5. Gerakan Reformasi.
Merupakan gerakan “Perbaikan“ dalam Pemahaman Agama sebagai reaksi adanya
42 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Firqah-firqah dalam umat Islam dan hal-hal negatif yang ditimbulkan dari padanya. Di zaman Modern golongan ini timbul kembali sebenarnya berdasarkan sifatnya, dalam Golongan Reformasi terdapat dua Golongan yang berlainan. Kedua golongan ini sekaligus sukar dibedakan karena saling membaur dan bersamaan timbulnya padahal pada hakikatnya mereka saling bertolak belakang, kedua golongan ini adalah Golongan Fundamentalis, dan Golongan Modernis.
FUNDAMENTALIS
MODERNIS
*Tujuan : Mengembalikan ajaran Islam ke Al-Qur’an dan sunnah Nabi dengan mencontoh kehidupan b
*Pokok-Pokok ajaran : 1. Mengendaliakan 2. Mencontoh praktek 3. Menumpas segala
kebebasan berfikir dan beritikad. kehidupan di masa Nabi dan Sahabat sebelum timbulnya Firqah-firqah. sesuatu yang menghalangi kemurnian Agama.
* Asal Mula :
43 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Dibangun oleh Ahmad Ibn Hambal (780-855) sebagai Ahlul Aatsar reksi terhadap golongan Sunni dan Mu’tazillah “, masih ya
* Perkembangan
Dikembangkan oleh Ibn Taimiyah di Syiria (1263-1328) namun mendapat tentangan hebat dari kaum F
* Kebangkitan :
Dibangkitkan kembali oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab (1702-1787) dalam gerakan Wahabi yang d
* Ajaran-ajarannya : 1. 2. 3. 4.
Menolak Syrq, Bid’ah Khurafat. Menolah Tashawwuf tapi tetap bermazhab Fiqh biasanya Mazhab Hambali. Melaksanakan ajaran Islam semurni-murninya, jika perlu dengan kekerasan. Melarang segala sesuatu Bid’ah seperti Ziarah Ke makam, merayakan Maulid Nabi, Berqasid
44 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
* Tujuan : Mengembalikan ajaran Islam ke Prinsip semula yakni kemerdekaan berfikir dan berijtihad ba
* Pokok-pokok ajaran : 1. Memperluas kebebasan berfikir dan berijtihad. 2. Menyesuaikan diri dengan arus perkembangan zaman yang makin maju. 3. Menumpas segala sesuatu yang menghalangi kemajuan umat Islam.
* Asal Mula :
Dibangun oleh Washil Ata’ (689-748) yang keluar
(I’tizal) dari
* Perkembangan
Dikembangkan oleh Sayyid Jamaluddin Al-Afghani
(1839-1897
* Ajaran-ajarannya :
45 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
1. 2. 3. 4. 5.
Menolak Syrq, Bid’ah, Khurafat, dan Taqlid Buta. Menolak segala bentuk Taqlid Buta, seperti Tashawwuf dan maupun bermazhab Fiqh. Modernisasi pendidikan. Modernisasi politik disatu pihak menganjurkan Pan Islamisme, dilain pihak mengajarkan N Melarang perbudakan, mengangkat kebebasan wanita dll.
Fundamentalis Islam masuk ke Indonesia melalui ajaran Wahabi di Tanah Suci (1802-1812). Pengaruhnya dibawa oleh Ulama Arab Wahabi sendiri ataupun Ulama BumiPutra yang pulang dari sana.
Diawal abad ke-19 M, datang ke Surakarta beberapa Ulama Arab Wahabi, mereka disambut baik oleh Sunan Bagus Pakubuwono IV (1788-1820), hal ini mengkhawatirkan pihak Belanda karena tercium usaha para Ulama itu untuk meletuskan Perang Salib terhadap Kafir Belanda, setelah melalui konflik sengit antara Sunan dan Belanda, akhirnya ulama-ulama itu diusir dari Tanah Air.
Namun itu tak berarti keberhasilan Belanda untuk menghalau pengaruh Wahabi, karena ternyata Ulama-ulama Bumiputra sendiri yang membawa dan mempraktekkannya di Tanah Air. Mereka adalah tiga orang Putra Minang yang pulang dari Haji di Mekkah (1803). Mereka menceritakan pada rekan-rekannya bahwa di Tanah Suci sedang berlangsung Gerakan Pemurnian Agama dan memberi gagasan untuk mempraktekannya di Minang. Hal ini mendapat sambutan dari para Ulama Minang yang kecewa melihat di daerahnya bercabullah tindakan-tindakan yang menyalahi syariat-syariat seperti : Minum arak, Menyambung Ayam, Ziarah Kemakam, Sistem Waris Material , dll.
Maka timbullah gerakan “Paderi” yang melaksanakan hukum-hukum Islam sebagaimana mestinya dengan cara kekerasan. Hal ini ditentang Kaum Tua, yaitu Kaum Adat, kaum Mazhab Syafi’i dan Kaum Thariqat terutama Syahttariyah. Kaum Tua ini ditunggangi Belanda maka pecahlah perang Paderi. Kaum Paderi dipelopori “ Harimau Nan
46 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
Salapan “ yang dipimpin Tuanku An Renceh (1803-1832) berpusat di Agam, dengan cepat meluaskan wilayahnya keseluruh Minagkabau dan Tapanuli Selatan. Akhirnya terdesak Belanda, kepemimpinan dilanjutkan Tuanku Imam Bonjol selama 1832-1837 di Bojol, Benteng terakhir Paderi adalah daerah Rao yang dipertahankan Tuan Tambusai hingga 1838. Sehabis Paderi Gerakan Fundamentalis di Indonesia tak lagi terorganisir. Hanya di Indonesia sesudah kemerdekaan, terdapat Islam Fundamentalis yang berdaya upaya untuk mendirikan negara Islam sebagai sarana untuk menjalankan Syari’at Islam seutuhnya.
Lain halnya dengan Gerakan Modernisme yang mendapat sambutan besar di Nusantara. Paham ini mempengaruhi Bangsa Indonesia yakni para Santri Indonesia yang menuntut ilmu di Timur Tengah khususnya di Mekkah akhir abad ke-20. Mereka dengan segera terpengaruh dengan gagasan Modernisasi Muhammad Abduh dan Muhammad Ridha’ apalagi yang tengah Studi di Universitas Al-Azhar Kairo.
Generasi pertama dari kaum Modernisasi Indonesia ialah para Ulama Intelek Minangkabau yang tergolong “Kaum Muda“, tokoh-tokohnya adalah Syekh Abbas Abdullah (1883-1957), Syekh Tauhid Umar (1874-1920), H. Abdul Karim Amrullah (1879-1945). Mereka mendirikan sekolah-sekolah Modern, menerbitkan surat-surat kabar dan majalah, memperkenalkan dakwah berpidato ( Tabligh) sambil menyerang Tradisi Bid’ah dan Khurafat .
Generasi kedua adalah semasa Pergerakan Nasional dengan organisasi-organisasi Muhammadiyah (1912), Al Irsyad (1913), Persatuan Islam (1923) dan Serikat Islam.
Mereka menolak Tawassul, Tahlil selamatan orang mati (Khaul), Mendendangkan Berzanji (Biografi Rasulullah), pada kubur, menolak Taqlid Buta yang menimbulkan Jumud (Beku Akal) menolak tradisi Mulud dan masalah ibadat lainnya. Paham ini ditolak oleh golongan Tradisional-Konsevatif terutama dari kalangan Mazhab Syafi’i dengan mendirikan NU di Surabaya (1926), Perti di Bukit Tinggi (1928), Jamiatul Washilah di Medan (1930) dan PUSA di Aceh (1940), terjadi Perang Pena dan perdebatan yang seru antar tahun 1920-1930 dalam media masa seperti Al-Munir Padang, Pembela Islam Bandung Panji Islam dan pedoman masyarakat
47 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
yang menyuarakan gagasan dan serangan dari tokoh-tokoh kaum muda Minang, tokoh-tokoh Muhammadiyah , A.Hassan dan Moh.Natsir dari Persis ataupun dari Ir. Soekarno. Lawannya adalah majalah-majalah suara NU, suara Washiliyah dan suara Tarbiyah Islamiyah yang menyuarakan jawaban dan pembelaan dari kaum Tradisional-Konsevatif , kehidupan kaum muslimin di Indonesia dewasa kini adalah perpaduan antara Tradisional-Konsevatif dengan Modernisme dan Fundamentalis.
[1] Orientalist: Ahli Bangsa Eropa yang menyelidiki seluk-beluk Dunia Timur, khusus yang menyelidiki Islam di Indonesia adalah Snouck Hurgronya, Van der Plas, BJO Schrieke, NH Krom dan Vandenberg
[2] Perkenalan Bangsa Indonesia dengan Arab dimulai sejak abad ke-3 sampai dengan abad ke-4 M, yaitu ketika armada Arab mulai berkembang lebih pesat lagi di abad ke-6 M, ketika armada Arab berhasil mendominasi perniagaan laut antara Pantai Timur Afrika hingga China
[3] Lingua France:adalah Bahasa Perantara, dalam komunikasi berdakwah di pusat-pusat perdagangan lazimnya digunakan bahasa Arab-Melayu, tetapi di daerah terpencil hanya bahasa isyarat sehingga sukar dimengerti kedua belah pihak.
[4] Besarnya arus Ibadah Haji dari jemaah Indonesia :
Pertengahan abad 19 : + 2.000 Jemaah / Tahun
1886 : 5.000 Jemaah
1896 : 11.700 Jemaah
48 / 49
Sejarah Islam di Indonesia : BAB II : ISLAM SEBAGAI AGAMA DI INDONESIA Written by Administrator Tuesday, 06 October 2009 11:52 -
1899 – 1909 : 7.300 Jemaah/Tahun
1914 : 28.247 Jemaah
1928 : 54.412 Jemaah/Tahun
49 / 49