ARTIKEL ILMIAH
IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI
OLEH :
SURYA RAMADHANI ERA1D009039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 0
IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH :
SURYA RAMADHANI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh Sekolah juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas moral, pengetahuan, keterampilan dan sosial anak didik. Berbagai upaya dari program yang dilaksanakan dapat mewujudkan fungsi – fungsi tersebut. Namun, fakta yang berada di lapangan sering kali berbicara lain. Kenakalaan siswa di sekolah kerap kali terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dan perhatian dari pihak guru – guru sehingga anak – anak dapat melakukah suatu tindakan yang salah, bahkan skalanya cenderung mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tingkatan dari masing-masing faktor penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi yang terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat tempat siswa tinggal. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Kota Jambi, jumlah populasi adalah 30 orang, yang ditentukan sebagai sampel penelitian adalah keseluruhan populasi yang terdiri dari siswa yang tercatat nakal di sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Samping yang mana sampel ditetapkan berdasarkan siswa yang dianggap paling dekat dan mengetahui masalah penelitian Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah angket yang berisi 43 item pernyataan, dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan tekhnik persentase formula C untuk item berbeda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor keluarga sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII berada pada tingkat yang rendah, faktor sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII berada pada tingkat yang rendah, dan faktor masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Temuan penelitian ini memberikan implikasi kepada konselor sekolah, bahwa konselor sekolah memiliki peranan yang penting untuk melakukan pembinaan yang berbentuk pencegahan. Upaya yang bersifat mencegah, yaitu mencegah untuk jangan sampai kenakalan yang dilakukan siswa semakin meluas. Upaya ini dilakukan dengan cara untuk menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah, di mana tujuannya untuk menciptakan lingkungan dan pergaulan siswa yang kondusif untuk mengacu perkembangan moral siswa ke arah yang positif. Kata Kunci : Kenakalan Siswa 1
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kenakalan siswa merupakan suatu gejala sosial yang terdapat diberbagai dunia. Apakah itu negara kecil ataupun negara besar, negara maju atau negara berkembang. Kenakalan anak – anak melanda semua negara, dalam arti kata bahwa perbautan – perbuatan mereka bertentangan dengan nilai - nilai yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Kenakalan siswa dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Sekolah juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas moral, pengetahuan, keterampilan dan sosial anak didik. Berbagai upaya dari program yang dilaksanakan dapat mewujudkan fungsi – fungsi tersebut. Namun, fakta yang berada di lapangan sering kali berbicara lain. Kenakalaan remaja di sekolah kerap kali terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dan perhatian dari pihak guru – guru sehingga anak – anak dapat melakukah suatu tindakan yang salah, bahkan skalanya cenderung mengalami peningkatan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan tentu saja memungkinkan siswa untuk melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan teman sebaya, guru, teman satu sekolah, lingkungan dekat sekolah, semuanya akan mempercepat proses sosialisasi yang akan merubah tingkah laku dan perilakunya. Terbentuknya perilaku menyimpang atau kenakalan siswa juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, faktor agama, dan tidak jarang organisasi kemasyarakatan menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan penyimpangan dalam masyarakat, dimana ketika seseorang hendak menyalurkan potensi dan minatnya dalam organisasi tersebut, ia justru menyalahgunakan wewenangnya dan melakukan korupsi di organisasi atau lembaga tempatnya bertugas. Dari ketiga faktor yang dikemukakan di atas hanya faktor organisasi kemasyarakatan yang tidak langsung dapat mempengaruhi siswa dalam melakukan perilaku menyimpang. Faktor lain yang sangat penting adalah keluarga atau orang tua. Dalam hal ini terkadang orang tua terlalu disibukan dengan urusan pribadinya masing-masing, sehingga komunikasi dengan anak berkurang. Orang tua juga kurang mengawasi anaknya bergaul dan memilih teman sehingga anak akan mudah terpengaruh ajakan dari temannya untuk melakukan suatu tindakan yang salah dalam bergaul. menyebabkan anak sering melakukan hal – hal yang tidak di inginkan oleh semua pihak seperti : berkelahi, sering bolos dan merokok khususnya anak yang sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama . Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan pada tanggal 22 febuari 2014 serta hasil wawancara dengan guru pembimbing dari lima kelas yang menjadi prioritas dalam penelitian di SMP Negeri 25 kota jambi, maka didapatkan siswa nakal yang berjumlah 30 orang dari keseluruhan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 kota jambi. Hal ini ditinjau dari kenakalan yang sering siswa lakukan di lingkungan sekolah, diantaranya seperti : berkelahi dengan teman karena saling menghina, sering keluar pada saat jam pelajaran berlangsung, mengkonsumsi minuman keras, suka meminta uang dari teman dengan cara mengompas serta suka merokok di dalam lingkungan sekolah. Sikap kenakalan siswa ini sering terjadi mungkin dapat disebabkan oleh kurang tegasnya peraturan sekolah dan kedisiplinan siswa yang rendah pula, posisi sekolah yang berdekat dengan rumah masyarakat dan berada di pinggir jalan besar serta pagar sekolah yang kurang tinggi, sehingga dapat memudahkan siswa untuk pergi dari 2
lingkungan sekolah sesuka hati mereka (membolos) tanpa sepengetahuan pihak sekolah atau penjaga sekoalah. Terkadang ada juga dari pihak guru yang melihat orang tua siswa yang mengantarkan anaknya ke sekolah, namun setelah jam pelajaran di mulai siswa tersebut tidak masuk ke kelas atau kabur dari sekolah. Dalam menghadapi semua masalah yang menyangkut kenakalan siswa, pihak sekolah melalui pembinaan wali kelas akan memanggil siswa yang bersangkutan sampai 3x panggilan, yang kemudian dilihat perubahan tingkah laku dari siswa tersebut. Dan jika pemanggilan selama 3x belum juga membuahkan hasil, maka wali kelas meng-alihtangankan kasus kepada guru pembimbing. Dan guru pembimbing akan melakukan kunjungan rumah (home visit) terhadap orang tua anak yang anaknya mengalami masalah di sekolah, dan bila siswa masih tetap mengulangi perbuatan yang sama, meka akan diberikan sanksi berupa skorsing atau di kembalikan ke orang tua, tergantung dari keputusan yang diambil oleh kepala sekolah. Berdasarkan fakta dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Identifikasi penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 25 Kota Jambi”. B. Batasan Masalah Kenakalan siswa dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) dan yang berasal dari luar diri sendiri (eksternal). Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan kenakalan siswa, maka penelitian ini dibatasi kepada : 1. Siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 25 Kota Jambi yang tergolong nakal. Data siswa tersebut diperoleh dari masing-masing wali kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi. 2. Faktor eksternal yang menyebabkan siswa melakukan kenakalan dalam penelitian ini antara lain meliputi faktor lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah, maka peneliti menentapkan rumusan masalah penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan keluarga di SMP Negeri 25 Kota Jambi 2. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan sekolah di SMP Negeri 25 Kota Jambi 3. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan masyarakat di SMP Negeri 25 Kota Jambi D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan di atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeskripsikan faktor – faktor eksternal sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP N 25 Kota Jambi dengan rincian sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan keluarga di SMP Negeri 25 Kota Jambi 2. Mendeskripsikan tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan sekolah di SMP Negeri 25 Kota Jambi 3. Mendeskripsikan tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan masyarakat di SMP Negeri 25 Kota Jambi
3
II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kenakalan Siswa Menurut Gunarsa (2012 : 21) bahwa setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antara manusia. Perubahan sosial tidak dapat dielakan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu teknologi membawa banyak perubahan antara lain, perubahan norma, nilai, dan pola – pola tingkah laku baik individu maupun kelompok Musbikin (2012:37) juga mengungkapkan pengertian kenakalan yang dilakukan siswa, ia mengartikan kenakalan siswa adalah : “Menunjuk pada suatu bentuk perilaku siswa yang tidak sesuai dengan normanorma yang hidup di dalam sekolah. Kenakalan dalam raanah ilmu sosial dapat dikatagorikan sebagai perilaku yang menyimpang. Dalam perspektifini, kenakalan terjadi kaeena terdapat penyimpangan prilaku dari berbagai aturan sosial ataupun nilai dan norma – norma sosial yang berlaku. Perilaku penyimpangan ini dapat dianggap sebagai sumber masalah, karena dapat membahayakan berdirinya sistem sosial. Untuk mengetahui latar belakang perilaku penyimpangan, terlebih dahulu kita perlu membedakan perilaku penyimpangan. Perilaku penyimpangan yang tidak disengaja, biasanya disebabkan si pelaku kurang memahami aturan – aturan yang ada. Sedangkan, perilaku menyimpang yang disengaja adalah pelakunya, meskipun dia tahu bahwa hal itu keliru. Jensen dalam Kartono, (2006:17) Kenakalan – kenakalan siswa dapat digolongkan dalam empat jenis seperti: “Berkelahi yang tergolong pada kenakalan siswa yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, mengompas yang digolongkan pada kenakalan siswa yang menimbulkan korban materi, kenakalan yang melawan setatus salah satunya adalah membolos, sering terlambat dan morokok, sedangkan pelanggaran laainya dapat di masukan pada kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain”. Apabila kenakalan ini ditinjau dari segi agama, maka perbuatan yang terlarang dalam agama, jika dilakukan oleh orang yang belum dewasa disebut sebagai perbuatan nakal yang menanggung dosanya adalah orang tua. Namun jika kenakalan anak – anak ini ditinjau dari ilmu jiwa (dalam hal ini ilmu kesehatan mental), maka tindakan yang mengganggu ketenangan dari kepentingan orang lain yang dianggap sebagai perbuatan dosa oleh ajaran agama, dipandang oleh ilmu jiwa sebagai manifestasi dari gangguan jiwa akibat tekanan – tekanan batin. Dari pendapat – pendapat tersebut kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa kenakalan adalah adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri dan orang lain, dengankata lain, kenakalan siswa adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. B. Teori-Teori Penyebab Kenakalan Siswa Penyebab kenakalan siswa itu beragam. Terjadinya kenakalan haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang. 4
Menurut Kartono (2006.:39) bahwa faktor – faktor yang menyebabkan kenakalan siswa antara lain : “Pertama, faktor keluarga, keluarga adalah sebuah wadah dari permulaan pembentukan pribadi serta tumpuhan dasar fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Lingkungan keluarga secara pontensial dapat membentuk kepribadian anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk seseorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan – tindakan yang bersifat criminal”. 1. Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga yang kurang menerapkan kedisiplinan kepada anak – anaknya biasanya dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa/remaja. Penyebab yang paling utama dilingkungan keluarga adalah karena sikap egois darianak tersebut. Penyebab ini bisa diartikan sebagai kemauan dari anak itu sendiri atau dengan kata lain kenakalan itu terjadi karena berasal dari individu itu sendiri. Kemarahan orang tua yang berlebiihan kepada anak juga dapat menimbulkan bermacam reaksi dari anak yang pada akhirnya akan menyeret anak itu untuk melakukan kenakalan. Keluarga merupakan jenis kehidupan sosial terkecil yang memberikan stenpel dan fondamen utama dalam mendewasakan anak, serta membentuk pribadi anak. Oleh karena itu keluarga memiliki perana yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak bila anak berada dalam keluarga yang jelek. Selain itu faktor keharmonisan keluarga juga berpengaruh besar terhadap jenis dan tingkat kenakalan anak, begitu pula faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap kenakalan anak, karena terlalu sibuknya orang tua bekerja tamggung jawab mendidik anak – anaknya menjadi kurang di perhatikan sehingga perkembangan prilaku anak itu tidak dapat terkontrol dengan baik dan anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. 2. Faktor Lingkungan Masyarakat. Sebagaimana telah kita ketehui bersama, bahwa masyarakat adalah bagian lingkingan pendidikan setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu bagaimanapun kondisi masyarakat disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai pengaruh terhadap prilaku anak dalam kehidupan sehari – hari. Lingkungan masyarakat dapat menjadi sumber terjadinya perbuatan yang mengarah kepada kenakalan anak. Menurut Gunarsa (2012:29) bahwa : “Perilaku penyimpangan (kenakalan) anak – anak kadang timbul karena terlalu sering membaca buku – buku bacaan, gambar – gambar dan flim – flim yang identik dengan pelanggaran norma – norma. Biasanya untuk mengisi waktu senggang anak – anak membaca buku – buku yang menjerumus ke arah seks, melihat gambar – gambar porno yang akan memberikan rangsangan – ransangan seks terhadap anak. Faktor pergaulan terhadap masyarakat juga akan sangat berpengaruh terhadap pribadi anak. Jika anak – anak bergaul dengan anak – anak yang tidak sekoalah akan membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak”. 3. Faktor Lingkungan Sekolah. Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih bersifat formal. Anak remaja yang masih duduk dibangku SMP pada umumnya mereka menghabiskan waktu mereka selama tujuh jam disekolahan setiap hari, jadi jangan heran bila lingkungna sekolah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. 5
Sekolah bisa menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja yang di picu dari adanya pengaruh dari teman – temannya. Hal ini sangatlah wajar apaabila pengaruh dari teman itu merupakan penyebab yang utama. Karena pergaulan anak sekarang ini sangatlah bebas apalagi didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu cepat. Sehingga apabila anak tidak memiliki teman yang baik maka ia akan terjerumus kepada hal – hal yang negatif, yang dapat merugikan diri sendiri dan dapat menularkan kepada teman – teman yang lain. Menurut Walgito, (2008:15-16) mengatakan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya adalah : “kurang terlaksananya pendidikan moral dengan baik. Karena kebanyakan guru sibuk dengan urusan pribadinya tanpa dapat memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak hanya bisa diberi teori belaka sementara dalam prakteknya gurupun melanggar teori yang telah disamapaikan kapada anak didiknya. Padahal guru merupakan suri teladan kedua setelah orang tua, makanya setiap sifat dan tingkah laku guru menjadi cerminan anak didiknya. Bila pendidikan kesusilaan dalam agama kurang dapat diterapkan disekolah maka akan berakibat buruk terhadap anak, sebab disekolahan anak mengahadapi berbagai macam bentuk teman dalam bergaul. Dimana dalam pergaulan tersebut tidak seutuhnya membawa kebaikan bagi perkembangan anak. C. Bentuk – bentuk kenakalan siswa di sekolah Kenakalan remaja atau sisswa sebgai bagian dari kemerosotan moral tidaklah dapat dilepaskan dari kontraks sosial budaya zamaannya. Karena itu kejahatan remaja merupakan pertiwa minimnya pembenaran siswa remaja terhadap norma – norma moral, hukum,dan sosial yang berlaku dalam masyrakat. Mereka sangat terpengaruh oleh setimulasi sosial yang jahat seingga mengakibatkan mereka rusak akhlaknya. Kenakalan siswa / remaja yang dilakukan oleh anak remaja / siswa pada umumnya merupakan produk dari adanya peraturan – peraturan keras dari orang tua, anggota keluarga dan lingkungan terdekatnya yaitu masyarakat di tambah lagi dengan keinginan yang megarah pada sifat negatif dan melawan arus yang tak terkendali. Pada dasarnya kenakalan siswa berbeda – beda. Karena sesuatu itu disebut kenakalan mungkin orang lain menyebut masih dalam batas kewajaran. Hal ini sangat bergantung dengan lingkungan dan situasi siswa/anak disekolhkan. Jika dilihat dan di amati dari bentuk – bentuk kenakalan siswa yang sering dilakukan di sekolahan maka kenakalan siswa dapat terjadi di karenakan salah pergaualan antar teman sehingga dapat terjadi kenakalan siswa dalam pergaulan siswa dengan teman sebayanya, seperti : a. Merokok, b. Perkelahian, c. Sering terlambat, d. Mengompas, dan e. Bermain di warnet pada jam belajar.
6
A. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penelitian ini termaksuk jenis penelitian deskritif. Sutja, dkk (2005 : 52) menyatakan bahwa penelitian deskritif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. Menurut Cholid (2004:44) bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data – data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan mengiterprestasi. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bukan hanya terbatas pada pengumpulan data saja, tetapi dapat melihat, meninjau dan menggambarkan obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan setelah melakukan analisis terhadap data. B. Populasi dan Sempel 1. Populasi Menurut Sutja, dkk (2012 : 80). Populasi merupakan wilayah atau krakteristik tertentu dari yang diteliti. Berdasarkan pendapat di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang sering melanggar peraturan di sekolah. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah homogen, hal ini didasari oleh asumsi bahwa populasi memiliki tingkat kelas dan sekolah yang sama. Penetapan sampel menggunakan Purposive Samping yang mana sampel ditetapkan berdasarkan siswa yang dianggap paling dekat dan mengetahui masalah penelitian atau significan others , jumlah sampel yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan (Sutja, dkk : 2012 : 85). Data siswa nakal yang diperoleh adalah berasal dari masing-masing guru wali kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang nakal menurut masing-masing guru wali kelas dan konselor sekolah. Dimana siswa yang menjadi sampel adalah siswa dengan kriteria yang pernah ketahuan merokok, terlibat perkelahian, sering terlambat, keluar masuk saat jam pelajaran berlangsung, mengompas uang teman, mengkonsumsi minuman beralkohol dan membolos dari sekolah. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Menurut Sutja dkk (2010;87) dalam penelitian ada dua jenis data yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang langsung dipungut langsung dari responden yang menjadi subek penelitian dan data sekunder yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari responden melainkan dari sumber lain. Dengan demikian, maka data penelitian ini adalah data primer, artinya data tentang identifikasi penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 25 Kota Jambi dihimpun dari siswa yang bersangkutan. 2. Sumber Data Sumber data merupakan objek yang diminta keterangan atau informasi mengenai apa-apa yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Adapun sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi yang tercatat secara resmi pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
7
D. Alat Pengumpulan Data 1. Pengembangan Instrumen Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket yang diberikan item-item pernyataan. Instrumen penelitian disusun dengan cara menyebarkan variabel ke dalam indikator-indikator, indikator ditetapkan berdasarkan aplikasi individu, berkaitan dengan penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi. Penulisan item angket penelitian ditempuh dengan pengkajian teoritis, pembuatan definisi operasional, pengembangan kisi-kisi, dengan pertimbangan tim ahli uji coba (judgement angket). 2. Penetapan Option Dan Skala Jawaban Skala option jawaban menggunakan model Dichotomis, yaitu dengan menyediakan 2 option jawaban (Ya –Tidak). E. Tekhnik Analisis Data Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang berguna untuk mendapatkan hasil penelitian dan menarik kesimpulan. Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu menghitung yaitu kalkulator casio. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik persentase dengan menggunakan formula C untuk item berbeda. Teknik analisis persentase ini digunakan untuk melihat dan mengolah rata-rata persentase yang item pernyataannya terdiri dari item positif (+) dan negatif (-), dimana pada pernyataan yang bersifat positif (+) akan diberi bobot 0 pada jawaban YA, dan 1 pada jawaban TIDAK, dan sebaliknya. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang sebenarnya untuk mengidentifikasi penyebab kenakalan siswa yang terjadi.
fb
n.(i)(bi)
100%
Keterangan : P fb n i bi
= Persentase yang dihitung = Jumlah bobot dari frekuensi yang diperoleh = Banyaknya subjek (sampel penelitian) = Banyaknya item / soal = Bobot ideal
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Faktor keluarga sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, terlihat bahwa rata-rata presentase frekuensi jawaban responden tentang pada indikator keluarga adalah sebesar 139. Dengan menggunakan rumus persentase formula C, maka diperoleh persentase rata-rata sebesar 30,9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga sebagai faktor penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Hasil ini seuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Menurut Kartono (2006.:39) menyebutkan bahwa lingkungan keluarga secara pontensial dapat membentuk kepribadian anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk seseorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan – tindakan yang bersifat kriminal. Keluarga 8
merupakan jenis kehidupan sosial terkecil yang memberikan stenpel dan fondamen utama dalam mendewasakan anak, serta membentuk pribadi anak. Oleh karena itu keluarga memiliki perana yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak bila anak berada dalam keluarga yang jelek. Selain itu faktor keharmonisan keluarga juga berpengaruh besar terhadap jenis dan tingkat kenakalan anak, begitu pula faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap kenakalan anak, karena terlalu sibuknya orang tua bekerja tamggung jawab mendidik anak – anaknya menjadi kurang di perhatikan sehingga perkembangan prilaku anak itu tidak dapat terkontrol dengan baik dan anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. 2. Faktor sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Berdasarkan data pada tabel rekapitulasi di atas, terlihat bahwa indikator sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa, dengan persentase rata-rata sebesar 39,7%. Maka dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Sekolah bisa menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja yang di picu dari adanya pengaruh dari teman – temannya. Hal ini sangatlah wajar apaabila pengaruh dari teman itu merupakan penyebab yang utama. Karena pergaulan anak sekarang ini sangatlah bebas apalagi didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu cepat. Sehingga apabila anak tidak memiliki teman yang baik maka ia akan terjerumus kepada hal – hal yang negatif, yang dapat merugikan diri sendiri dan dapat menularkan kepada teman – teman yang lain. Menurut Derjat (2008:16), mengatakan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya adalah kurang terlaksananya pendidikan moral dengan baik. Karena kebanyakan guru sibuk dengan urusan pribadinya tanpa dapat memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak hanya bisa diberi teori belaka sementara dalam prakteknya gurupun melanggar teori yang telah disamapaikan kapada anak didiknya. Padahal guru merupakan suri teladan kedua setelah orang tua, makanya setiap sifat dan tingkah laku guru menjadi cerminan anak didiknya. 3. Faktor masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Berdasarkan pengolahan data dan deskripsi hasil penelitian tentang masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa, dengan persentase rata-rata sebesar 31,8%. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Sebagaimana telah kita ketehui bersama, bahwa masyarakat adalah bagian lingkungan pendidikan setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu bagaimanapun kondisi masyarakat disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai pengaruh terhadap prilaku anak dalam kehidupan sehari – hari. Lingkungan masyarakat dapat menjadi sumber terjadinya perbuatan yang mengarah kepada kenakalan anak. Menurut Garisson (2007: 29) perilaku penyimpangan (kenakalan) anak– anak kadang timbul karena terlalu sering membaca buku–buku bacaan, gambar– gambar dan flim–flim yang identik dengan pelanggaran norma-norma. Biasanya untuk mengisi waktu senggang anak membaca buku–buku yang menjerumus ke 9
arah seks, melihat gambar–gambar porno yang akan memberikan rangsangan– ransangan seks terhadap anak. Faktor pergaulan terhadap masyarakat juga akan sangat berpengaruh terhadap pribadi anak. Jika anak – anak bergaul dengan anak – anak yang tidak sekolah akan membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. C. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dengan menggunakan kriteria penafsiran persentase rata-rata aspek tingkatan dari masing-masing indikator, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Faktor keluarga sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi dengan persentase rata-rata sebesar 30,9%. Hal ini memberikan arti bahwa kondisi lingkungan keluarga siswa yang mampu menyebabkan siswa berprilaku nakal berada pada tingkat yang rendah. 2. Faktor sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi dengan persentase rata-rata sebesar 39,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan sekolah siswa yang memberikan peluang bagi siswa untuk berprilaku nakal berada pada tingkat yang rendah. 3. Faktor masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi dengan persentase rata-rata sebesar 31,8%. Hasil ini memberikan arti bahwa kenakalan yang dilakukan siswa juga dipengaruhi oleh masyarakat sekitar siswa pada tingkat yang rendah. B. SARAN Berdasarkan pemabahasan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran kepada : 1. Bagi siswa agar selalu berbuat dan bertindak yang positif baik dalam masyarakat, keluarga maupun sekolah demi perkembangan yang optimal. 2. Bagi orang tua untuk dapat memberikan perhatian yang cukup bagi anak-anaknya. Sehingga anak tidak kekurangan pengawasan dalam pergaulannya, dan kenakalan anak dapat diminimalisirkan lagi. 3. Bagi guru untuk dapat lebih memperhatikan siswanya baik di dalam, maupun di luar lingkungan sekolah. Karena guru merupakan orang tua siswa di sekolah, sedah seharusnya guru memberikan perhatian dan pengawasan kepada siswa untuk membantu siswa dalam masa perkembangannya agar berkembang secara positif dan optimal. 4. Bagi kepala sekolah untuk lebih mengoptimalkan kembali keadaan lingkungan sekolah, baik yang menyangkut kedisiplinan dan kepedulian guru kepada siswa, maupun peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah.
10