IDENTIFIKASI MIKROALGA EPIFIT PADA DAUN LAMUN (ENHALUS ACOROIDES) DI PERAIRAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG Identification Microalgae Epiphyite on seagraas Leaves (Enhalus acoroides) waterway Senggarang Tanjungpinang city Prangki Martoni1 Arief Pratomo,ST,Msi2 Risandi Dwirama Putra ST, M,Eng2 Mahasiswa1, Dosen pembimbing2 Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji
[email protected]
ABSTRAK Mikroalga epifit dianggap sebagai salah satu unsur indikator dalam ekosistem perairan terkait dengan kesuburan dan pencemaran. Keberadaan epifit atau microalga memegang peranan penting antara lain : Sebagai sumber makananan bagi organisme laut. Berperan sebagai perpindahan karbon dari lamun kesedimen atau substrat. Dan ada juga berperan sebagai fiksasi nitrogen dan posfat untuk meningkatkan perairan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan jenis – jenis mikroalga epifit, kelimpahan, indeks ekologi serta untuk melihat kondisi perairan senggarang tersebut. Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Dimana telah ditentukan sebanyak 31 titik sampling yang akan dilakukan pengambilan sampel. Sampel lamun Enhalus acoroides diambil pada setiap titik dengan ukuran ≥2 cm lalu potong daun membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 2 cm. Hasil yang di peroleh di Perairan Senggarang Kota Tanjungpinang berupa10 jenis mikroalga epifit yaitu :Peridinium sp, Lyngbya sp, Synedra sp, Merismopedia sp, Microspor sp, Oedogenium sp Pleurosigma sp ,Oscilatoria sp Navicula sp, Nitzschia sp.dengan kelimpahan tertinggi pada jenis Nitzschia sp 3215376 Ind/cm2. Serta keanekaragaman serta keseragaman jenis mikroalga epifit yang tinggi, dengan nilai berturut-turut 3,28 untuk keanekaragaman dan 0,99 untuk keseragaman, dan nilai dominansi yang rendah sebesar 0,11.
Kata kunci : Mikroalga Epifit, Lamun Enhalus acoroides, Kelimpahan,Indeks ekologi,Senggarang
ABSTRACT Epiphytic microalgae considered as one element of the indicators in aquatic ecosystems associated with fertility and pollution. The existence of epiphytic or microalgae plays an important role, such ass: As a food source, to marine organisms. As a carbon displacement from seagrass to sediment or substrate. And also as the fixation of nitrogen and phosphate to improve waters. This research was aimed to know about thetypesof microalgae epiphytes, abundance, ecology index and the to see the water conditions. Using field survey method which is divided into 31 sampling points. Seagrass sample (Enhalus acoroides) was taken at any point with the size of ≥2 cm and cut the leaves form a rectangle with a size of 5 x 2 cm. 10 types of peryphyton was found: Peridinium sp, Lyngbya sp, sp Synedra, Merismopedia sp, sp Microspor, Oedogenium sp sp Pleurosigma, Oscilatoria sp sp Navicula, Nitzschia sp.. With the highest abundance is the type of Nitzschia sp 3215376 Ind / cm2. As well as the diversity and uniformity kind of epiphytic microalgae are high, with successive values diversity and uniformity was 3.28 to 0.99 for uniformity, and low dominance values was 0.11. Keywords: Ephiphytic Microalgae, Enhalus acoroides, Diversity, Ecology Index, Senggarang
I. PENDAHULUAN
dasar perairan (Odum, 1983 dalam
A. Latar Belakang
Rahayu, 2013).
Epifit
adalah
bagian
dari
Lamun
(seagrass)
Periphyton yaitu organisme yang
satu-satunya
tersangkut atau melekat pada benda
berbunga
mati atau hidup dan bisa hewan
secara penuh mampu beradaptasi di
ataupun tumbuhan. Epifit sendiri
lingkungan laut. Tumbuhan itu hidup
adalah
di habitat perairan pantai yang
organisme
menempel tumbuhan. awalnya
yang
pada
hanya
permukaan
Pada
lamun,
mengacu
bagi
epifit
kelompok
adalah
tumbuhan
(Angiospermeae)
dangkal,
mampu
perairan
asin,
yang
beradaptasi
mampu
di
berfungsi
seluruh
normal dalam keadaan terbenam,
(produsen
seperti halnya rumput darat, mereka
primer) yang tinggal menetap di
mempunyai tunas, berdaun tegak dan
bawah air menempel pada rhizoma
tangkai-tangkai merayap yang efektif
batang
untuk
organisme
autrofik
dan
Bagaimanapun
daun istilah
lamun. ini
berkembang
biak,
serta
sering
mampu bersaing atau berkompetisi
digunakan mengacu pada semua
dengan organisme lain di bawah
organisme (hewan atau tumbuhan)
kondisi lingkungan yang kurang
yang berkembang di lamun (Russe
stabil
1990 dalam Rahayu, 2013). Pada
sebagai tumbuhan laut sejati karena
tumbuhan dapat melekat seperti pada
dapat di bedakan antara batang,
batang dan tumbuhan yang berakar
daun, akarnya, merupakan salah satu
atau ada juga yang bergerak lurus ke
tempat
(Fachrul,
hidup,
2007).
mencari
Lamun
makan,
berlindung
bagi
beranekaragam
perairan
organisme. Isnansetyo
dan
Kurniastuti
(1995) menyatakan bahwa terdapat empat kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyciae), alga hijau (chlorophyceae), alga emas (chrisophyceae) dan alga biru (cyanophyceae).
Menurut Nontji
(2008) adapun epifit yang melekat di daun lamun terdapat berbagai jenis dan diantara
jenis itu adalah :
diatom, dinoflagelata, sianobakteri, kokolitoforide.
Sementara
dampak yang ada pada lamun
dapat
produktivitasnya
itu
meningkatkan primernya.
Oleh
lamun sangat berperan penting dalam
tertarik penelitian
untuk mengenai
jenis-jenis serta kelimpahan epifit
Hal
Kota
ini
karena
Senggarang merupakan salah satu kawasan di Tanjungpinang yang memiliki perairan yang ditumbuhi oleh vegetasi lamun. Pada kawasan tersebut
dijumpai
lamun
jenis
Enhalus acoroides yang secara visual merupakan jenis lamun yang paling luas tutupannya. Oleh karena itu perlu
adanya
data
mengenai
mikroalga epifit yang bersimbiosis pada lamun di perairan Senggarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat
informasi
sebagai
mengenai
bahan
keberadaan
mikroalga epifit pada daun lamun Enhalus
acroides
Senggarang.
rantai makanan pada lamun. Peneliti
Senggarang
Tanjungpinang.
epifit di
karena itu epifit terdapat pada daun
melakukan
pada lamun Enhalus acoroides di
Dan
di
perairan
dapat
menjadi
bahan kajian penelitian lebih lanjut.
III.METODELOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian
ini
di
perairan
1
GPS
2
Kantong plastic
3
Botol film
4
Cutter
5
Multitester
Kota,
Provinsi
Kepulauan Riau. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam
6
penelitian ini adalah :
7 8
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah : 1) Lamun
Enhalus
Kegunaan Untuk mengetahui titik koordinat stasiun penelitian Untuk menyimpan sampel lamun dan substrat Untuk menyimpan mikroalga epifit hasil kerikan daun lamun Untuk mengerik daun lamun
Senggarang
Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang
Alat-alat
telah
dilaksanakan pada bulan Januari 2016,
No
Untuk pengmatan DO, pH, dan suhu Untuk Saltmeter pengamatan salinitas Untuk mengamati Microscope jenis Epifit Untuk Haemacytometer,cover menghitung glass kelimpahan Epifit
3) Air
laut
untuk
mengukur
parameter fisika dan kimia acoroides,
digunakan sebagai sampel untuk pengerikan epifit. 2) Mikroalga epifit hasil kerikan daun Enhalus acoroides
4) Lugol 4% untuk pengawetan mikroalga epifit 5) Aquades untuk membersihkan alat dan kaca pengamatan.
C. Penentuan Titik Pengambilan Sampel Penentuan dilakukan
lokasi
penelitian
berdasarkan
sebaran
lamun yang hidup di sepanjang area pasang surut perairan Senggarang
D. Prosedur Kerja
Besar yang banyak ditumbuhi jenis
1.
lamun
Lamun.
Enhallus
accoroides.
Penentuan
titik
pengamatan
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
acak
sederhana
dengan
bantuan software sampling plan dengan
membagi
pengambilan menyebar
titik
sampel kearea
yang
ditentukan
posisinya
koordinat.
Berdasarkan
penyebaran
lamun
Senggarang,
titik
–
titik
dengan
di
hasil perairan
pengamatan
ditentukan sebanyak 31 titik, peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Sampel
2. Identifikasi Mikroalga Epifit 3.
Pengukuran
Parameter
Fisika dan Kimia Perairan a) Suhu
secara telah
Pengambilan
Pengukuran pada
bagian
suhu dekat
dilakukan permukaan
perairan. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Multi Tester (YK-2005 WA), pengukuran suhu dilakukan
bersamaan
dengan
pengukuran Oksigen Terlarut (DO). Pengukuran suhu dilakukan dengan menghidupkan multiterster dengan menekan tombol “ON” kemudian
Probe dimasukkan untuk pengukuran
menghidupkan alat, dan ujung
Suhu. Kemudian Probe pada tersebut
probe dimasukan kedalam air
dicelupkan kedalam perairan.Seluruh
hingga sebatas kepala probe.
bagian dari probe suhu harus tercelup
2.
Probe digerakkan beberapa saat
kedalam air yang diukur. Setelah itu
agar
didiamkan beberapa menit sampai
pembacaan pada alat dan tunggu
dapat
beberapa
dipastikan
angka
yang
mempermudah
saat
dalam
hingga
ditunjukkan pada layar berada dalam
menunjukan angka tetap pada
kondisi
tampilan( layar ) alat.
tidak
Kemudian
bergerak
nilai
suhu
(stabil). yang
3.
Tombol “HOLD” ditekan, jika
ditunjukkan pada layar sebelah kiri
angka yang ditunjukan sudah
bawah multiterster tersebut dicatat
benar-benar tetap( tidak berubah
hasilnya.
), catat angka yang ditunjukan
b) Salinitas
oleh alat.
Salinitas
diukur
dengan
c)
menggunakan Salt Meter (YK-31SA).
Oksigen terlarut Untuk mengukur kadar oksigen
Prosedur penggunaan alat adalah
terlarut
perairan
sebagai berikut :
menggunakan
1.
Probe disiapkan dan dimasukkan
Prosedur
pada bagian atas Salt Meter
Terlarut dilakukan dengan cara :
sampai rapat dan posisi yang
1.
alat
dengan Multi
pengukuran
tester. Oksigen
Probe Oksigen terlarut (DO)
benar, kemudian tombol “ON”
disiapkan
pada
kedalam socket DO pada alat
alat
ditekan
untuk
dan
dimasukkan
2.
dengan benar dan pada posisi
untuk
yang tepat.
Terlarut.
Tombol
“POWER”
ditekan
4.
Pengukuran
pada
alat
dengan menggunakan Multitester.
ditekan,
hingga
layar
alat
Prosedur pengukuran pH dengan
menunjukkan tampilan “%02”
multi tester adalah sebagai berikut :
dan
1.
indikator manual
untuk
Probe elektroda pH disiapkan
Suhu dimasukkan.
dan dimasukkan kedalam socket
Dibiarkan selama 5 menit hingga
pada alat dengan benar dan pada posisi
yang
tepat,
Tombol
ditekan
untuk
Kalibrasi alat dilakukan sebelum
“POWER”
melakukan pengukuran, dengan
menghidupkan alat, 2.
dan “HOLD” secara bersamaan. Tombol
“ENTER”
Tombol “MODE” pada alat ditekan
ditekan,
hingga
masukkan
pada
untuk Suhu,
layar
layar
alat
menunjukkan tampilan “pH” dan
tunggu selama 30 detik, hingga rmenunjukkan
tampilan “%02” menunjukkan
7.
dilakukan
“Mode”
cara menekan tombol “REC”
6.
pH
Tombol
angka stabil dan tidak berubah. 5.
Oksigen
d) Derajat Keasaman (pH)
untuk menghidupkan alat. 3.
pengukuran
3.
indicator
manual
Larutan “Buffer Solution” yang
angka 20.9.
akan digunakan pada pH 4,00
Tombol “FUNC: ditekan hingga
disiapkan
menunjukkan tampilan “mg/L”
mengakalibrasikan
kemudian alat dapat digunakan
untuk alat
yang
ditempat
kan
pada
Botol
kalibrasi. 4.
Drop
Microtransecting
Methods
(APHA, 1989)
Proses kalibrasi alat dilakukan sebelum melakukan pengukuran, dengan cara menekan tombol “REC” dan “HOLD” secara bersamaan hingga pada layar alat menunjukkan angka 4,00
5.
Tombol “ENTER” ditekan untuk mengakhiri proses kalibrasi, lalu buka botol kalibrasi pada ujung alat, dan pengukuran pH dapat
Keterangan: N = Jumlah perifiton per satuan luas (ind/cm2) Oi = Luas gelas penutup (484 mm2) Op= Luas satuan lapang pandang (1,306 mm2) Vr = Volume konsentrat dalam botol sampel (30 ml) Vo= Volume satuan tetes air contoh (0,05 ml) A = Luas bidang kerikan (5 x 2 cm2) n = Jumlah perifiton yang
dilakukan, kemudian hasil yang ditunjukkan dicatat
pada
setelah
ditunjukkan
layar angka
stabil
alat yang (tidak
berubah).
Indeks
Keanekaragaman
Epifit Mikroalga Adapun
menurut
Kelimpahan Epifit Mikroalga Kepadatan
Makroalga
2.
indeks
keanekaragaman
E. Pengolahan Data 1.
tercacah
jenis
dihitung
Epifit
berdasarkan
perhitungan plankton, dengan alat Haemacytometer modifikasi Lackey
Shannon
(Setyobudiandi, menggunakan berikut :
Shannon and
(H’) Wiener
2009)
dihitung
formula
sebagai
Rumus H’ = -
keseragaman
=
Jumlah
individu
setiap jenis N
=
indeks
Pielou
(E)
(Setyobudiandi, 2009) yaitu :
Dimana : ni
dari
E= Dimana :
Jumlah individu seluruh
jenis
E
= Indeks keseragaman
H’
=Indeks keanekaragaman = (3,3219 Log S)
Adapun indeks
kategori
penilaian
S
= Jumlah Jenis
keanekaragaman sebagai
berikut.
Nilai
Indeks
keseragaman
(E), dengan kisaran 0 dan 1. Nilai 1
Tabel
5.
Kategori
Indeks
menggambarkan
keadaan
semua
Keanekaragaman Nilai
Kategori
Keanekaragaman
Jika nilai Emendekati 1, maka
(H’) H’ ≤ 2,0
spesies melimpah (Fachrul, 2007).
sebaran individu antar jenis relatif Rendah sama.
2,0 < H’ ≤ 3,0
Sebaliknya
jika
nilai
E
Sedang mendekati 0, terdapat kelompok
H’ ≥ 3,0
Tinggi
Sumber : Odum (1983) Setyobudiandi (2009)
dalam
suatu jenis jumlahnya lebih dari jenis lainnya. 4. Indeks
3. Indeks
Keseragaman
Mikroalga
Epifit
Dominansi
Epifit
Mikroalga Untuk mengetahui dominansi jenis menggunakan rumus indeks
dominansi Simpson (Fachrul, 2007)
Indeks
Kategori
Dominansi(C)
yaitu :
0,00 < C ≤ C=
0,50 0,50 < C ≤
Dimana : C
=
Indeks
=
Jumlah
dominansi
Simpson ni
Sedang
0,75 0,75 < C ≤
Tinggi
1,00
individu
Sumber : penilaian indek dominansi Odum (Setyobudiandi, 2009)
spesieske-i N
Rendah
=
Jumlah
individu F. Analisis Data
seluruh spesies
Data yang diperolehari hasil Nilai dari indeks dominansi penelitan, meliputi jenis, kelimpahan, Simpson
memberikan
gambaran index ekologi disajikan dengan Data
tentang dominasi organisme dalam kualitas perairan disajikan dalam suatu komunitas ekologi. Indeks ini bentuk tabel, grafik. Hasil kualitas dapat menerangkan bila mana suatu air mengacu kepada Kepmen LH jenis lebih banyak terdapat selama No.51 tahun 2004. pengambilan data. Adapun kategori penilaiannya disajikan pada Tabel 7. Tabel 6. Kategori penilaian indeks
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi
dominansi
Umum
Lokasi
Penelitian Senggarang merupakan salah satu
wilayah
yang
terletak
Kecamatan
Tanjungpinang
Kepulauan
Riau.
Kawasan
di
Kota ini
merupakan suatu wilayah pesisir yang memiliki ekosistem lamun yang
jenis
Syringodium
iseotifolium
merupakan jenis lamun dengan nilai
cukup luas. dari hasil penelitian oleh penutupan terendah dengan nilai Rajab (2015) komposisi jenis lamun di perairan senggarang kecil terdiri dari
lima
jenis
Thalassia
hemprichii,
Holophila
ovalis,
Cymodocea
rotundata,
Enhalus
0.54% total penutupan seluruh jenis lamun terdapat 5 jenis lamun yang menyebar
di
sepanjang
perairan
dangkal Senggarang. acoroides,
dan
Syringodium
iseotifolium.
Lamun
diperairan
Senggarang Kecil termasuk lamun yang
bertipe
lebih
dari
campuran
karena
B.
Identifikasi
Mikroalga
Jenis-Jenis
Epifit
pada
Daun
Lamun Enhalus acoroides
jenis,
Nilai
Dari hasil penelitian pada
adalah
jenis
perairan Senggarang didapat 10 jenis
Thalassia hemprichii dengan nilai
mikroalga epifit yang melekat pada
1.00 yang berarti jenis Thalassia
daun
hemprichii di temukan di setiap
Berikut jenis-jenis mikroalga epifit
plot
yang didapat dari hasil pengamatan
frekuensi
satu
terbesar
pengamatan,
nilai frekuensi
lamun
Enhalus
terkecil adalah jenis Syringodium
di
iseotifolium dengan nilai 0.05.
menggunakan microscope.
Penutupan
jenis
dengan
10 jenis mikroalga epifit yang dibagi ke
penutupan tertinggi yaitu 5.41% dan
laboratorium
Dari hasil identifikasi didapat
Thalassia
Hemprichii merupkan jenis dengan
acoroides.
dalam
4
Divisi
yaitu
Chyanophyta,
Dinoflagellata,
Mikroalga epifit yang ditemukan
Chrycophyta dan Chlorophyta.
pada daun lamun Enhalus acroides
C. Komposisi Jenis Mikroalga
di Perairan Senggarang didominasi
Epifit Pada Daun Lamun Enhalus
oleh Nitzschia sp dimana persentase
Acroides Di bawah ini dapat dilihat tabel komposisi jenis mikroalga epifit yang didapat pada daun lamun Enhalus
ditemukannya mikroalga ini sebesar 15%.
Nitzschia
sp
merupakan
mikrolaga yang sering di jumpai pada setiap jenis lamun karena jenis
acoroides di perairan Senggarang.
ini hidupnya menempel dan melekat Tabel 5. Komposisi jenis mikroalga epifit hasil pengamatan Genera
Ni
Komposisi (%)
Komposisi Divisi (%)
Lyngbya sp. Merismopedia sp Oscillatoria sp Dinoflagellata
17
15
8,57
5
Peridinium sp Chrysophyta Plearosigma sp
13
7,43
6
Nitzschia sp
27
15,43
7
Synedra sp
14
8,00
8
Navicula sp 20 11,43 Chlorophyta Oedogenium sp 12 6,86 Microspora sp 18 10,29 Jumlah 175 100 Sumber : Data Primer (2016)
2 3
4
9 10
lamun terutama di bagian
permukaan daun lamun itu sendiri. Nitzschia sp merupakan mikroalga
Cyanophyta 1
pada
9,71 31,99
16
9,14
23
13,14
yang
termasuk
Bacilariophyceae
dalam
kelas
(Thomas,1997).
Nitzschia sp mempunyai peranan 8,57
penting
dalam
dalam
ekosistem
perairan sebagai produsen primer. 42,29
mikroalga epifit Nitzschia sp hidup diperairan umumnya berarus kuat, dan berkurangnya kecepatan arus
17,15
akan meningkatkan jenis spesies yg 100
melekat.
Nitzia
sp
merupakan
mikroalga yang tahan terhadap arus
dijumpai. Jenis ini termasuk dalam
yang relatif kuat.
kelas Bacillariophyceae, sedangkan
Mikroalga epifit yang paling sedikit
ditemukan
adalah
nilai
kelimpahan
yang
terendah
terdapat pada jenis Oedogenium sp
Oedogenium sp 7%. dikarenakan
dengan jumlah 26.683 ind/cm2.
mikroalga epifit jenis Oedogenium sp
E.Keanekaragaman, Keseragaman
ini lebih sering di jumpai di perairan
dan Dominansi Jenis Microalga
tawar, danau dan ada juga yang
Epifitpada Daun Lamun Enhalus
hidup diperairan laut . sementara itu
acroides
Oegenium sp sangat banyak di
Keanekaragaman, keseragaman dan
temukan
yang
dominansi merupakan parmeter biota
atau
yang dapat dilihat untuk menjelaskan
kubangan air, jarang pada perairan
keadaan indeks ekologi. Dari data
yang mengalir deras.
hasil penelitian yang diperoleh, nilai
pada
permanen
perairan
seperti
kolam
indeks D.
Kelimpahan
keanekaragaman
jenis
Jenis-Jenis mikroalga pada perairan Senggarang
Mikroalga
Epifit
pada
Daun yang diambil pada daun lamun jenis
Lamun Enhalus acroides Enhalus acoroides masuk dalam Nilai
kelimpahan
jenis
kategori tinggi (3,28). Keseragaman
mikroalga epifit yang palig tinggi
memiliki nilai indeks sebesar 0,99
adalah Nitzschia sp dengan jumlah
yang
60.037 ind/cm2, Jenis ini adalah jenis
keseragamannya tinggi karena nilai
mikroalga epifit yang paling sering
tersebut
dapat
disimpulkan
mendekati
1,
indeks
artinya
keadaan
spesies-spesies
yang
didapat berkisar 31,27-32,06
0
/00,
dijumpai melimpah (Fachrul, 2007).
derajat keasaman atau pH perairan
Di bawah ini dapat dilihat tabel dan
berkisar antara 6,93-8,10 sedangkan
diagram
menggambarakan
untuk nilai kualitas oksigen terlarut
nilai-nilai indeks ekologi mikroalga
(DO) memiliki nilai 7,20-7,23 mg/L.
pada daun lamun Enhalus acoroides
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
di perairan Senggarang. Tabel 7.
tabel 11.
Kategori Indeks Ekologi Mikroalga
Tabel 8. Parameter perairan (fisikakimia) Senggarang
yang
Epifit
Indeks
Nilai 3,28
Tinggi
Keseragaman
0,99
Tinggi
Dominansi
0,11
Rendah
F. kualitas perairan pengamatan
kualitas
parameter fisika-kimia di perairan Senggarang didapat fluktuasi nilai pada saat pagi, siang dan sore hari. Suhu perairan yang didapat pada saat pengamatan berkisar antara 29,3030,97
Hasil ratarata
Baku mutu (Kepmen LH)
Suhu (°C)
29,98
Lamun : 28-30 Alami 3(c)
Salinitas (0/00)
31,54
Lamun : 33-34 Alami 3(e)
pH
7,57
7-8,5 (d)
DO (mg/l)
7,27
>5
Kategori
Keanekaragaman
Hasil
Parameter
Sumber : Data Primer (2016)
Berdasarkan
data
hasil
penelitian dan dibandingkan dengan baku mutu kualitas perairan yang merujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kepmen LH)
o
C, salinitas perairan yang
No. 51 tahun 2004 tentang baku
mutu air laut untuk biota laut, dapat
mikroalga epifit, keanekaragaman
disimpulkan
perairan
dan keseragaman mikroalga epifit
merupakan
bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan
Senggarang ekosistem
bahwa yang lamun
masih
dalam
sebaran
populasi
tiap-tiap
epifit
kategori normal dan meskipun nilai
mikroalga
tersebut kurang tetapi secara alami
melimpah atau merata. Oleh sebab
masih dapat di toleransi.
itu
G. Hubungan antara Parameter
rendah karena tidak terdapat suatu
indeks
yang
jenis
dijumpai
dominasinya
menjadi
Perairan, Kelimpahan dan
jenis tertentu yang berperan dalam
Indeks Ekologi Mikroalga
mendominansi komunitas tersebut.
Epifit
Kualitas
Epifit merupakan plankton yang
hidupnya
menempel
normal
perairan
yang
mengindikasikan
bahwa
di
perairan tersebut masih terbilang
permukaan tumbuhan. Peran penting
subur untuk kehidupan lamunnya
lamun di ekosistem perairan dalam
yang merupakan tempat menempel
mendukung produktivitas primer dan
bagi mikroalga epifit. Kesuburan
perifiton (termasuk mikroalga) juga
perairan
sebagai makanan alami biota lainnya
oleh letak perairan yang langsung
yaitu zooplankton insekta, moluska
terhubung
dan berbagai spesies ikan yang hidup
litoral). Oleh karena itu kondisi
beruaya pada padang lamun (Irawan
perairan dipengaruhi oleh dinamika
dan Sari, 2011). Berdasarkan hasil
laut yang terjadi seperti pasang surut
perhitungan
dan juga masukan air dari laut secara
indeks
ekologi
Senggarang
dengan
dipengaruhi
lautan
(zona
langsung akan menjadikan kondisi
(Welch, 1980; Halsem, 1995dalam
perairan tersebut tetap terjaga. Proses
Junda et al, 2012).
tarikan air (upwelling) yang terjadi di
Salinitas berpengaruh bagi
suatu perairan akan mempengaruhi
kehidupan diatom, nilai salinitas
kondisi
fitoplankton,
31,54 0/00 merupakan nilai salinitas
hidrologi dan pengayakan nutrisi di
yang optimum bagi kehidupan dan
lokasi tersebut (Sediadi, 2004).
pertumbuhan tumbuhan lamun yang
kehidupan
Suhu
rata-rata
perairan
merupakan tempat menempel bagi
Sengarang 29,98 oC merupakan suhu
mikroalga epifit. Untuk pertumbuhan
yang optimal bagi kehidupan lamun
lamun yang optimum dibutuhkan
maupun mikroalga epifit. Menurut
salinitas lebih kurang 35‰ (Zieman
Inansetyo dan Kurniastuty (1995)
in Berwick, 1983dalam Hertanto,
bahwa kisaran 25-30 oC merupakan
2008). pH perairan Senggarang rata-
suhu yang sesuai bagi kehidupan
rata 7,57 termasuk dalam kategori
fitoplankton.
dari
filum
normal serta baik bagi pertumbuhan
Diatom
akan
lamun dan tentu saja merupakan
tumbuh baik pada kisaran suhu
kisaran pH yang baik juga bagi
berturut-turut 30oC-35oC dan 20oC-
kehidupan
30oC, dan filum Cyanophyta dapat
Chrysophyta umumnya pada kisaran
bertoleransi terhadap kisaran suhu
pH 4,5-8,5, dan pada umumnya
30oC)
diatom pada kisaran pH yang netral
dibandingkan kisaran suhu pada
akan mendukung keanekaragaman
Chlorophyta
Alga dan
yang lebih tinggi (diatas
filum
Chlorophyta
dan
diatom
mikroalga
epifit.
jenisnya (Weitzel, 1979 dalam Junda et al, 2012).
Fahrul, M.F 2007.Metode Sampling Ekologi . Bumi Aksara : Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA APHA,1989. Standart Methods for the Examination of Water and Waste Water . 18th edition Washington. Asih.P .2014 Produktifitas Primer Fitoplankton di Perairan Malang Rapat Kabupaten Bintan Skripsi.Universitas Maritim Raja Ali Haji :Tanjungpinang Armanda D.T 2013 Pertumbuhan kultur Mikroalga Diatom Skeletonema Costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara pada Medium F2 dan Medium Conwai.Bioma vol. 2, No 1 49-63 Azkab, MH.2000. Strutur dan Fungsi pada komunitas Lamun.Majalah ilmiah Semi Populer Oseana 25 (3):9-17 Davis,
C.C 1955.The Marine Freshwater plankton. Machigan State Universety Press.USA.562 p.
Effendi, H 2003 Telah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan perairan Kanisius.Yogyakarta 259 hal
Hasanuddin. R .2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometri Lamun Enhalus acroides dengan substrat dan Nutrien di Pulau Sarappo LompoKab.Pangkep.Univer sitas Hasanuddin : Makasar Hertanto. Y. 2008. Sebaran Dan Asosiasi Perifiton Pada Ekosistem Padang Lamun (Enhalusacoroides). Di Perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Irawan, A dan L.I. Sari. 2011. Estimasi Potensi Luasan Daun Lamun Dalam Mendukung Produktivitas di Perairan Pesisir Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton Yogyakarta: Penerbit Kansius.. Junda, M., Hijriah dan Hala, Y. 2012. Identifikasi Perifiton Sebagai Penentu Kualitas Air Pada Tambak Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Bionature, Volume
14, Nomor 1, April 2013, hlm.16-24 Kep
Kiswara
MENLH 2004.Keputusan Kantor Menteri Negara Lingkugan Hidup No.Kep 51 / MENLH / I / 2004. Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.11 hal. W. 1992.Communiti Structure And Biomass Distribution of Seagres Banten Bay, West java, Indonesia.
Kiswara, W dan Winardi. 1995.Keanekaragaman dan Sebaran Lamun di Teluk Kuta dan Teluk Gerupuk, Lombok Selatan W Kiswara (eds).Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Lombok Selatan dan Kondisi Lingkungannya.Jakarta: LIPI. Kordi
K.M.G.H, 2011 lamun
Ekositem
(Seagrass),jakarta
Rineka Cipta. Nontji A. 2008 Plankton Laut. Jakarta :Djambatan 11-13 :347 hal. Nybakken, J.A., 1988. BiologiLaut :SuatuPendekatanEkologis. AlihBahasa: H.M. Eidmandkk. PT Gramedia, Jakarta.
Philips
RS and Menez 1998.Seagrasess.Washingto n D.C:Smithsonian Instituation Press.
Prasetyo, triastomo imam, 1987 beberapa genus alga air tawar sistematika dan diskripsi (menurut gilbert M.Smith) disadur oleh Triastono imam prasetyo ganggang air tawar FPMIPA IKIP Malang. Rahayu,
A. 2013. Pengaruh Kelimpahan dan Komposisi Mikroalga Epifit terhadap Pertumbuhan Lamun Enhalus Aacroides di Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Skripsi. UNPAD.
Rajab.M. 2015 Struktur Komunitas dan Pola Sebaran Lamun di PerairanSenggarang ,Kelurahan Senggarang Kota TanjungPinang .Skripsi .Universitas Maritim Raja Ali Haji: TanjungPinang. Rappe, R. A. 2010. Struktur Rappe, R. A. 2012. Asosiasi Makroalga Epifit Pada Berbagai Jenis Lamun Di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan_Jurnal ISOI. Jakarta. Komunitas Ikan Pada Padang Lamun Yang Berbeda Di Pulau Barrang Lompo. Jurnal Ilmu dan Teknol Kelautan Tropis 2(2): 62-73.
Romimohtarto,
K
2004.
Meroplankton Laut.Penerbit Djambatan,Jakarta. Sediadi, A Effek Upwelling terhadap kelimpahan dan distribusi fitoplankton di perairan laut banda dan sekitarnya. FMIPA Universitas indonesia depok, Jakarta. Setyobudiandi,Israjad at al. 2009.Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan. Bogor: MakairaFPIK. Tomas, C.R.1997 Identifying Marine Phytoplankton,florida Marine Research Institute.Academic Press : Florida. Yazwar,
2008. Keanekaragaman Plankton dan keterkaitannya dengan kualitas Air di parapat danau toba Universitas Sumatera Utara Medan.