IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TUMBUHAN OBAT DI KAWASAN HUTAN LERENG PEGUNUNGAN MERATUS KECAMATAN LOKSADO PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Identification of Medicinal Plants at Sloping Forest Area of Meratus Mountain at Loksado Sub District, South Kalimantan Province Syakhrani Mansyur1), Achmad Ariffien Bratawinata2) dan Sutedjo2)
Abstract. This research aimed at identifying plants species which beneficial and function as medicine; floristic composition, species ecology dominance in community, diversity level, dispersal pattern, species association and correlation value. This research was conducted at sloping forest area of Meratus Mountain in Malinao village, Loksado sub district, South Kalimantan Province. Results of the research showed that the species number of medicinal plants were seedlings 36,00 % (27 species), saplings 23,01 % (26 species), poles 28,57 % (22 species) and trees 30,21 % (29 species). Density of the medicinal plants species and their percentage compared with total number of all species were 6.600 seedlings/ha (52,38 %), 660 saplings/ha (38,64 %), 86 poles/ha (37,23 %) and 148 trees/ha (41,34 %). The three dominant of medicinal plants species of trees were Uwar Bati (Eugenia sp.), Surian (Toona sureni) and Kasai (Pometia pinnata), poles were Miwai (Saccopetalum horsfieldi), Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum) and Uwar Bati (Eugenia sp.) and saplings were Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum), Miwai (Saccopetalum horsfieldi), Ruhut (Eugenia sp.) and seedlings were Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum), Pitumbur (Callophyllum inophyllum) and Akar Kuning (Arcangelicia flava). Diversity level of medicinal plants based on Shannon Index value (H’) namely from the highest values were tree stage followed by saplings, poles and seedlings. Based on Morishita Index value, dispersal pattern of medicinal plants for all growth stages tended being clustered. Association level between medicinal plants species that had significant correlation (at 95 % level) and highly significant correlation (at 99 % level) for each growth stages were as follow: trees 30 species couples, poles 28 species couples, saplings 27 species couples and seedlings 31 species couples. Kata kunci: tumbuhan obat, tingkat pertumbuhan, komposisi, asosiasi.
Tumbuhan obat yang merupakan bagian dari hasil hutan non kayu di Indonesia sangat banyak jenisnya. Dari tumbuhan tersebut diperoleh bahan obat-obatan dari yang berbentuk pohon, semak, liana sampai pada bentuk umbi-umbian. ___________________________________________________________________ 1) Fakultas Kehutanan Universitas Palangkaraya, Palangkaraya 2) Laboratorium Dendrologi dan Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Unmul, Samarinda
59
60
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku obat terutama obat tradisional mencapai lebih dari 1.000 jenis, 74 % di antaranya merupakan tumbuhan liar yang hidup di hutan (Amzu, 1991). Nilai dan manfaat dari tumbuhan hutan sebagai obat-obatan secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan untuk mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional merupakan basis utama pemeliharaan kesehatan bagi 80 % penduduk negara berkembang (3 milyar jiwa). Dari jenis yang ada, lebih dari 5.100 jenis digunakan sebagai bahan obat tradisional di Cina, 2.000 jenis di Amazon dan lebih dari 2.000 jenis yang dimanfaatkan di Indonesia (Haryanto, 1995 dalam Fitriyadie, 2003). Penelitian dan informasi mengenai potensi, penyebaran dan bioekologi tumbuhan obat masih sangat terbatas. Kawasan lereng pegunungan Meratus di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan merupakan hutan alam yang masih perawan, memiliki potensi dengan keanekaragaman hayati dan kelimpahan cukup tinggi yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan tempat wisata budaya yang masih asli. Di antara jenis tersebut terdapat jenis yang berfungsi sebagai bahan baku obat (Fitriyadie, 2003). Berdasarkan hasil survey, dalam wilayah Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang terdiri dari beberapa desa mempunyai karakteristik dan potensi jenis tumbuhan obat yang beragam. Penelitian terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan obat dari tingkat pohon sampai anakan yang ada di wilayah gunung Meratus masih perlu terus dilakukan, karena seiring dengan perubahan waktu, maka dapat terjadi perubahan komposisi jenis dan penyebarannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis yang dianggap sebagai tumbuhan obat, baik secara tradisional sering digunakan masyarakat maupun sebagai bahan baku obat industri; mengidentifikasi organ (bagian) dari tiap-tiap jenis tumbuhan obat yang berfungsi sebagai bahan obat dan kegunaan dalam pengobatan; mengetahui karakteristik tumbuhan penyusun tegakan dan tumbuhan jenis obat dalam areal penelitian, yang meliputi analisis komposisi floristik komunitas tumbuhan obat, tingkat penguasaan ekologis suatu jenis dalam komunitas, tingkat kestabilan dalam komunitas, tingkat kemenonjolan dalam komunitas serta asosiasi antar jenis dan nilai kekerabatan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang manfaat medis (pharmakologi) jenis tumbuhan obat yang dijumpai, memberikan informasi karakteristik pertumbuhan secara alami dari masing-masing jenis tumbuhan obat, memberikan gambaran umum mengenai karakteristik tempat tumbuh (site) dari jenis tumbuhan obat yang dijumpai. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di lereng pegunungan Meratus pada Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Propinsi Kalimantan Selatan, yang berada di sebelah timur ibukota Kabupaten HSS yaitu Kandangan, berjarak sekitar 138 km dari kota Banjarmasin (ibukota Propinsi Kalimantan Selatan). Kecamatan Loksado berjarak sekitar 40 km dari Kandangan.
Mansyur dkk. (2005). Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat
61
Bahan dan peralatan yang digunakan adalah alkohol 70 %, kertas koran, kertas kardus, kantong plastik, sasak, phiband, caliper, tali nilon, haga/spiegel relaskop, teropong, kamera, kompas, clinometer, peta kerja, buku lapangan, parang, meteran 30 m, pisau, gunting, celotape dan tally sheet. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2003 yang meliputi orientasi lapangan, pembuatan petak di lapangan, pengambilan data lapangan dan identifikasi jenis.. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi dengan purposive sampling,. yang mana petak ukur dibuat untuk tingkat pohon (trees) dengan ukuran 20 m x 20 m dan di dalam petak tersebut dibuat sub petak untuk tingkat tiang sebanyak 4 buah dengan ukuran 10 m x 10 m. Di dalam sub petak tingkat tiang dibuat sub petak untuk tingkat pancang (poles) dengan ukuran 5 m x 5 m sebanyak 1 buah dan di dalam sub petak tingkat pancang (saplings) dibuat sub petak tingkat semai (seedlings) dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 1 buah. Jadi di dalam petak ukuran 20 m x 20 m terdapat 4 buah sub petak tingkat tiang, 4 buah sub petak tingkat pancang dan 4 buah sub petak tingkat semai. Jadi jumlah petak pengamatan adalah 25 buah petak untuk tingkat pohon dan masing-masing100 buah sub petak untuk tingkat tiang, pancang dan semai. Data yang dikumpulkan meliputi data primer, yaitu nama jenis, jumlah individu, diameter batang setinggi dada (gsd 20 cm), tinggi bebas cabang dan tinggi total untuk tingkat pohon, tiang, pancang dan semai. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum daerah lokasi penelitian, data iklim setempat dan peta-peta yang berhubungan dengan lokasi penelitian Data pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat didasarkan atas informasi penduduk setempat serta mengacu pada pustaka yang ada. Setiap jenis tumbuhan dan bagian yang dimanfaatkan untuk obat dicatat. Untuk kepentingan identifikasi setiap jenis tumbuhan obat tersebut diambil contoh daun, tangkai, ranting, kulit, akar, buah dan bunga serta bagian lain untuk dibuat spesimen herbariumnya, sedangkan untuk melengkapi data biologi (morfologi, ekologi dan penyebaran) digunakan material di herbarium Wanariset Samboja dan Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Unmul Samarinda. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis yang meliputi: komposisi dan struktur tumbuhan, keanekaragaman jenis (indeks keanekaragaman jenis, indeks kemerataan jenis, indeks dominasi jenis), kesamaan jenis dan korelasi asosiasi antar dua jenis HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di areal penelitian dengan metode eksplorasi, maka dari luas total plot 1 hektar diperoleh bahwa kelerengan secara umum pada areal penelitian bervariasi dari datar, landai hingga curam dengan kisaran besarnya kelerengan adalah 0–40 % dan meliputi daerah lembah hingga punggung yang curam. Hal ini merupakan gambaran sebagian besar kondisi wilayah Kecamatan Loksado umumnya dan Desa Malinau khususnya.
62
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
Struktur Horizontal Tegakan Penilaian struktur tegakan berdasarkan jumlah batang, luas bidang dasar dan volume tegakan dengan interval kelas diameter 10 cm per hektar ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Tegakan Horizontal dalam Jumlah Pohon, Luas Bidang Dasar dan Volume Tegakan per Hektar pada Petak Penelitian Kelas diameter (cm) < 9,9 10 – 19,9 20 – 29,9 30 – 39,9 40 – 49,9 50 – 59,9 60 – 69,9 70 – 79,9 80 – 89,9 90 – 99,9 > 100 Jumlah
Jumlah pohon per hektar 429 231 142 79 44 34 17 9 8 6 16 1015
Luas bidang dasar (m2 per hektar) 3,48 6,74 7,39 6,91 7,82 5,51 4,10 4,60 4,12 17,27 67,94
Volume tegakan (m3 per hektar) 27,78 69,81 88,00 100,42 121,43 73,51 81,96 58,40 84,17 349,06 1.054,54
Struktur tegakan yang ada di dalam plot penelitian berdasarkan jumlah pohon ternyata mempunyai pola sebaran berbanding terbalik yaitu membentuk kurva J terbalik (de lio court curve), yang mana populasi pohon dengan dimensi kecil mempunyai jumlah (kuantitas) yang lebih besar daripada pohon dengan kelas diameter yang lebih besar. Komposisi Jenis Tumbuhan Obat Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di dalam areal penelitian ditunjukkan pada Tabel 2 yang meliputi nama daerah, nama latin dan familinya. Pada tabel tersebut terlihat bahwa ditemukan sebanyak 47 jenis tumbuhan obat yang termasuk dalam 21 famili. Tabel 2. Nama Daerah, Nama Latin dan Famili Tumbuhan Obat di Lokasi Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama daerah (Dayak Meratus, Kalsel) Akar Kuning Ambih Bakantut Baraulin Binturung Cangkring Carikan Darah Empedu Tanah
Nama Latin Arcangelicia flava Diospyros currniopsis Melia excelsa Unknown 41 Artocarpus lanceofolia Shorea compressa Morinda citrifolia Pieria fe terrae
Famili Menispermaceae Ebenaceae Meliaceae Moraceae Dipterocarpaceae Rubiaceae Scrophulariaceae
Mansyur dkk. (2005). Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat
63
Tabel 2 (lanjutan) No. 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Nama daerah (Dayak Meratus, Kalsel) Gaharu Jintungan Kambayau Karialin Kasai Kaja Kayu Baras Kepayang Kukuning Dasar Limpasu Hutan Limpasu Lua Mali-mali Merawas Medang Asam Mindih Miwai Pasak bumi Pelawan Pilajau Pitumbur Pulai Bini Pulantan Putat Ruhut Rukam Seluang Belum Sangsuling Simpur Sintuk Sintuk Lawang Sintuk Putih Sungkai Surian Tampang Tarambisa Ulur-ulur Uwar Bati Wawangun
Nama Latin Aquilaria malaccensis Bischaffia javanica Dacryodes rostrata Eurycoma sp. Pometia pinnata Aglaia sp. Memecylon chroleucum Scaphium macropadum Madhuca magnifica Beccaurea sp. Beccaurea rasemosa Ficus variegata Leea indica Litsea firma Litsea angustifolia Michelia sp. Saccopetalum horsfieldi Eurycoma longifolia Tristania mangayi Alstonia sp. Callophyllum inophyllum Alstonia scholaris Alstonia angustiloba Baringtonia maccanosa Eugenia sp. Flacourtha rukam Luvunga eleuteranda Casia medosa Dillenia reticulata Cinnamomum sintok Cinnamomum pendulum Cinnamomum burmanivi Peronema canescens Toona suriane Uncaria gambir Myristica sp. Unknown 48 Eugenia sp. Achronychia sp.
Famili Thymeleaceae Euphorbiaceae Burseraceae Simarubaceae Sapindaceae Meliaceae Melastomaceae Strerculiaceae Sapotaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Moraceae Leaceae Lauraceae Lauraceae Meliaceae Annonaceae Simarubaceae Myrtaceae Apocynaceae Guttiferae Apocynaceae Apocynaceae Lecythidaceae Myrtaceae Falacourtiaceae Rutaceae Caesalpinaceae Dilleniaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Verbenaceae Meliaceae Moraceae Myrtaceae Myrtaceae Rubiaceae
Jenis-jenis tumbuhan obat dan kegunaannya dari hasil penelitian disajikan pada Tabel 3.
64
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
Tabel 3. Daftar Jenis Tumbuhan Obat dan Kegunaannya yang Ditemukan Petak Penelitian
1 Akar Kuning
Arcangelicia flava
Menispermaceae
2 3 4 5 6
Dyospyros curroniopsis Melia excelsa Unknown 41 Artocarpus lansifolia Shorea compressa
Ebenaceae Meliaceae Moraceae Dipterocarpaceae
Tingkat Bagian yang pertumbuhan yang Pemanfaatan Cara penggunaan dimanfaatkan digunakan Batang merambat Batang, akar, daun Liver, asma, malaria, Direndam dalam air matang, diminum sakit kuning, sakit kepala Tiang Pucuk daun Sakit perut Diremas, airnya diminum Pohon Kulit batang Sakit perut, diare Kulitnya direbus, diminum Semai, pancang Daun, akar Sakit perut Direbus, airnya diminum Pohon Getah kayu Obat bisul Oleskan pada bisul Pohon Kulit kayu Obat sariawan Direndam dalam air, airnya diminum
7 Carikan Darah 8 Empedu Tanah
Morinda citrifolia Pieria felterrae
Rubiaceae Scrophulariaceae
Batang merambat Pohon
Akar Kulit batang
Obat berak darah Diare
Direbus, air diminum Direndam dalam air
9 Gaharu 10 Jintungan
Aquilaria malaccensis Bischofsia javanica
Thymeleaceae Euphorbiaceae
Pohon Pohon
Getah kayu Kulit batang
Pegal linu Sariawan
11 12 13 14
Dacryodes rostrata Eurycoma sp. Pometia pinnata Aglaia sp.
Burseraceae Simarubaceae Sapindaceae Meliaceae
Pohon Semai Pohon Pohon
Buah Akar Kulit batang Buah
Demam Sakit pinggang Sakit perut Penyakit kulit
Melastomataceae Sterculiaceae
Semai Pohon Pohon
Daun Akar Getah Kulit kayu
Pembersih darah Obat kuat Obat gatal Racun serangga
Direbus, airnya diminum Kulit batang bagian dalam dikerik, dioleskan pada bibir pecah-pecah Dimakan Direbus, air diminum Direbus Ditumbuk-tumbuk dan direbus dalam air Direbus, airnya diminum Direbus, airnya diminum
Sapotaceae
Semai
Akar
Sakit telinga
No.
Nama daerah
Ambih Bakantut Baraulin Binturung Cangkring
Kambayau Karialin Kasai Kaja
15 Kayu Baras 16 Kepayang
Nama Latin
Memecylon chroleucum Scaphium macropadum
17 Kukuning Dasar Madhuca magnifica
Famili
Getahnya dioleskan Kulit kayu bagian dalam dikerik dan ditabur pada serangga Direndam dalam air lalu diminum
Mansyur dkk. (2005). Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat
65
Tabel 3 (lanjutan)
Nama Latin
Famili
18 Limpasu
Beccaurea rasemosa
Euphorbiaceae
Tingkat Bagian yang pertumbuhan yang dimanfaatkan digunakan Pohon Buah
19 Limpasu Hutan 20 Lua
Beccaurea sp. Ficus variegata
Euphorbiaceae Moraceae
Pohon Pohon
21 Mali-mali
Leea indica
Leaceae
Pancang
No.
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama daerah
Medang Asam Merawas Mindih Miwai Pasak Bumi Pelawan Palajau Pitumbur Pulai bini Pulantan
Buah Air batang Akar Daun
Litsea sp. Litsea firma Melia azedarach Saccopetalum houfeedi Eurycoma longifolia Tristania maingayi Alstonia sp. Callophyllum inophyllum Alstonia scholaris Alstonia angustiloba
Lauraceae Lauraceae Meliaceae Annonaceae Simarubaceae Myrtaceae Apocynaceae Guttiferae Apocynaceae Apocynaceae
Pohon Pohon Pohon Pohon Pancang, semai Pohon Pohon, semai Semai Pohon Pohon
Kulit batang Kulit batang Kulit batang Kulit kayu Akar Kulit batang Akar Akar Kulit batang Getah
32 Putat
Baringtonia maccanosa
Lecythidaceae
Pohon
33 Ruhut 34 Rukam
Eugenia sp. Flacourthia rukam
Myrtaceae Falacourtiaceae
Pancang
Getah Kulit kayu Daun Daun muda
35 Saluang Bilum
Luvunga eleuteranda
Rutaceae
Pohon
Akar
Pemanfaatan
Cara penggunaan
Obat jerawat
Ditumbuk, dicampur dalam bedak
Obat jerawat Obat batuk Setelah melahirkan Obat luka
Ditumbuk, dicampur dalam bedak Diminum Direndam, air diminum Ditumbuk-tumbuk, ditempel pada luka Direbus, air diminum Direbus, air diminum
Sakit kepala Setelah bersalin Pengusir nyamuk Dibakar Pengusir nyamuk Dibakar Pengusir nyamuk Kulit kayu dibakar Sariawan Direbus dan airnya diminum Sakit pinggang Direbus Diare Direbus dan diminum Sakit pinggang Akar direndam dan diminum Obat malaria Direndam dalam air, airnya diminum Malaria, sakit pinggang Direbus Muntah darah Getahnya diminum Obat sakit gigi Pada gigi yang sakit Obat kayap Dioles pada kayap Obat luka Getah ditempelkan pada luka Sakit perut,diare Kulit kayu direbus Diare Daun direbus Untuk membersihkan Diremuk, diperas, airnya disaring mata Sakit pinggang Direndam dalam air, airnya diminum
66
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
Tabel 3 (lanjutan)
No.
Nama daerah
Nama Latin
Famili
36 Sangsuling
Casia medosa
Caesalpinaceae
37 Simpur
Dillenia reticulata
Dilleniaceae
38 Sintuk
Cinnamomum sintoc
Tingkat Bagian yang pertumbuhan yang dimanfaatkan digunakan Pohon Buah
Pemanfaatan Obat gatal
Cara penggunaan Buah dibakar, dicampur minyak kelapa, dioleskan Diremas
Daun
Sakit mata
Lauraceae
Pohon Semai Pohon
Kulit batang
Melancarkan haid Tekanan darah Sakit jantung Berak darah
Direbus dalam air, airnya diminum
Akar Kulit batang
Sakit rematik Meningkatkan nafsu makan Berak darah Sakit rematik Meningkatkan nafsu makan Berak darah Racun ulat grayak Obat sakit perut
Direndam dalam air dan airnya diminum
Akar diremdam dalam air dan diminum
39 Sintuk Lawang
Cinnamomum pendulum
Lauraceae
Semai Pohon
40 Sintuk Putih
Cinnamomum burmanii
Lauraceae
Semai Pohon
Akar Kulit batang
41 Sungkai 42 Surian
Peronema canescens Toona suriane
Verbenaceae Meliaceae
Semai Pohon Pohon
Akar Daun Kulit batang
43 Tampang 44 Tarambisa
Uncaria gambir Myristica sp.
Rubiaceae Myristicaceae
Pohon Pohon
Daun Biji
Akar diremdam dalam air dan diminum Daun diremas, airnya disiramkan Ditumbuk, direndam dalam air dan diminum Sakit perut Direbus Gangguan pencernaan Ditumbuk, airnya diminum
45 Ulur-ulur
Unknown 48
-
Air batang
Sakit perut, luka dalam Airnya diminum
46 Uwar Bati
Eugenia sp.
Myrtaceae
Tumbuhan merambat Pohon
47 Wawangun
Achronychia sp.
Rubiaceae
Pancang
Bunga Daun Daun
Akit mata, beri-beri, masuk angin Melancarkan ASI
Akar diremdam dalam air dan diminum Direndam dalam air dan airnya diminum
Diremas Direbus
Mansyur dkk. (2005). Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat
67
Nilai Penting Jenis Tegakan dan Tumbuhan Obat Nilai Penting Jenis (NPJ) untuk 4 tingkat pertumbuhan (pohon, tiang, pancang dan semai) merupakan jumlah dari nilai-nilai relatif yaitu nilai kerapatan relatif (KR) yang memberikan gambaran ketersediaan dan potensi individu jenis dalam tegakan, frekuensi relatif (FR) yang menggambarkan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya jenis di dalam tegakan hutan dan dominasi relatif (DR) yang menggambarkan potensi penguasaan jenis dalam suatu tegakan hutan. Nilai Penting Jenis (NPJ) tingkat pohon: jenis tumbuhan obat yang dominan pada tingkat pohon berturut-turut nilai NPJ-nya adalah Uwar Bati (Eugenia sp.) = 12,02 %, Surian (Toona sureni) = 11,35 %, Kasai (Pometia pinnata) = 11,20 %, Miwai (Saccopetalum horsfieldi) = 10,62 %, Ruhut (Eugenia sp.) = 7,84 %, Pulantan (Alstonia angustiloba) = 7,61 %, Lua (Ficus variegata) = 7,03 %, Sintuk Lawang (Cinnamomum sp.) = 6,11 %, Pelawan (Tristania maingayi) = 6,09 %, Merawas (Litsea firma) = 6,04 % dan Limpasu (Baccaurea rasemosa) = 4,60 %. Nilai Penting Jenis (NPJ) tingkat tiang: jenis tumbuhan obat yang dominan pada tingkat tiang berturut-turut nilai NPJ-nya adalah jenis Miwai (Saccopetalum horsfieldi) = 16,01 %, Sintuk Lawang (Cinnamomum sp.) = 13,00 %, Uwar Bati (Eurycoma sp.) = 9,20 %, Kasai (Pometia pinnata) = 8,74 %, Kayu Baras (Memecylon chroleucum) = 7,74 %, Pulantan (Alstonia angustiloba) = 6,36 %, Lua (Ficus variegata) = 5,79 %, Kambayau (Dacryodes rostrata) = 5,73 dan Limpasu (Beccaurea rasemosa) = 5,67 %. Nilai Penting Jenis (NPJ) tingkat pancang: jenis tumbuhan obat yang dominan pada tingkat pancang berturut-turut nilai NPJ-nya adalah jenis Sintuk Lawang (Cinnamomum sp.) = 20,26 %, Miwai (Saccopetalum horsfieldi) = 12,85 %, Ruhut (Eugenia sp.) = 9,26 %, Karialin (Eurycoma sp.) = 6,74 %, Limpasu (Beccaurea rasemosa) = 6,70 %, Uwar Bati (Eurycoma sp.) = 5,81 %, Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) = 5,78 %, Tampang (Uncaria gambir) = 4,43 % dan Kambayau (Dacryodes rostrata) = 3,82 %. Nilai Dominasi Rasio Jenis (SDR4) Tingkat Semai Jenis tumbuhan obat yang dominan pada tingkat pancang berturut-turut nilai SDR4-nya adalah jenis Sintuk Lawang (Cinnamomum sp.) = 86,37 %, Pitumbur (Callophyllum inophyllum) = 34,09 %, Akar Kuning (Arcangelicia flava) = 33,69 %, Miwai (Saccopetalum horsfieldi) = 28,38 %, Sintuk (Cinnamomum sintok) = 28,43 %, Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) = 27,08 %, Saluang Bilum (Luvunga eleuteranda) = 26,91 %, Kambayau (Dacryodes rostrata) = 21,28 %, Merawas (Litsea firma) = 20,93 %, Medang Asam (Litsea sp.) = 18,59 %, Tarambisa (Myristica sp.) = 18,23 % dan Ulur-ulur = 18,00 %. Jumlah jenis tumbuhan obat dan persentasenya dibandingkan dengan jumlah seluruh jenis dari masing-masing tingkat pertumbuhan yang ditemukan pada petak penelitian adalah sebagai berikut: tingkat pohon sebanyak 31 jenis (32,29 %) dari 96 jenis keseluruhan, tingkat tiang ditemukan 24 jenis (33,33 %) dari 72 jenis keseluruhan, tingkat pancang sebanyak 31 jenis (27,68 %) dari 112 jenis keseluruhan dan tingkat semai ditemukan 30 jenis (39,47 %) dari 76 jenis keseluruhan.
68
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
Berdasarkan referensi yang ada menunjukkan, bahwa dilihat dari kegunaannya, satu jenis tumbuhan obat mempunyai khasiat atau manfaat ganda. Bagian-bagian yang dimanfaatkan dari tumbuhan obat tersebut antara lain berupa: akar, kulit batang, buah, getah, kayu dan daunnya, sedangkan dari segi pengolahannya masih tergolong sederhana antara lain: ditumbuk, direbus, direndam, diremas, diambil langsung getahnya atau dimakan langsung (berupa buah). Jenis tumbuhan obat berdasarkan kegunaannya dalam penyembuhan penyakit dapat dikelompokkan menjadi 8 yaitu: perawatan kesehatan fisik, pengobatan saluran pencernaan dan pengeluaran, perawatan dan pengobatan penyakit kulit, pengobatan luka, pengobatan penyakit demam dan penurun panas, pengobatan sakit gigi dan mata, pengobatan penyakit batuk dan pengobatan bagi orang keracunan dan anti bisa. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Penilaian kestabilan suatu tingkat pertumbuhan dalam suatu komunitas dapat dilihat dari nilai derajat atau indeks keanekaragaman jenis dari masing-masing tingkat pertumbuhan yang dianalisis. Jumlah jenis tumbuhan obat dan jumlah individu yang diidentifikasi berdasarkan Nilai Indeks Keanekaragaman atau Indeks Shanon (H’) ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H’) untuk Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Petak Penelitian Tingkat pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon
Jumlah individu per ha seluruh jenis jenis tumb. obat 12600 6600 1708 660 231 86 358 165
Indeks keanekaragaman (H’) Seluruh jenis Tumbuhan obat 1,769 1,096 1,658 1,250 1,741 1,243 1,490 1,322
Berdasarkan tingkat pertumbuhan seluruh jenis, nilai Indeks Keanekaragaman yang tertinggi adalah pada tingkat semai dibandingkan dengan tingkat lainnya. Dari nilai tersebut menunjukkan pula bahwa pada tingkat semai mempunyai stabilitas yang paling tinggi, walaupun secara umum kisaran Indeks Keanekaragaman setiap tingkat menunjukkan nilai yang relatif sama. Dari tingkat pertumbuhan jenis tumbuhan obat berdasarkan nilai Indeks Keanekaragaman yang tertinggi adalah pada tingkat pohon dibandingkan dengan tingkat lainnya. Dari nilai tersebut menunjukkan pula bahwa pada tingkat pohon mempunyai stabilitas yang paling tinggi. Menurut Desmukh (1986), komunitas yang telah lama mengalami proses suksesi akan mengalami keanekaragaman yang lebih tinggi dengan komunitas perintis. Pada komunitas yang klimaks akan mengakibatkan meningkatnya keanekaragaman spesies, rantai makanan dan komunitas yang lebih stabil. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1976), bahwa secara fisik keadaan lingkungan yang stabil terdiri
Mansyur dkk. (2005). Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat
69
dari banyaknya variasi jenis dan umur serta jumlah individu yang jarang atau sedikit. Keadaan tidak stabil dari lingkungan terjadi bila tumbuhan hanya berkelompok dengan jumlah jenis yang relatif kecil. Komunitas dengan lingkungan yang stabil adalah mempunyai penyebaran jenis dan keragaman jenis yang besar (Odum, 1971). Pola Penyebaran Tumbuhan Obat Penentuan dominasi jenis berdasarkan kriteria yang digunakan dalam penentuan pola penyebaran yang dimiliki tumbuhan secara keseluruhan dan jenis tumbuhan obat pada areal penelitian adalah kriteria berdasarkan Indeks Morishita yaitu mengelompok, acak dan seragam/merata. Untuk melihat pola penyebaran masing-masing tingkat pertumbuhan pada petak penelitian, berikut ditampilkan hasil perhitungan Indeks Morishita. Tabel 5. Indeks Morishita dan Pola Penyebaran Tumbuhan Obat di Petak Penelitian Tingkat pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon
Indeks Morishita Seluruh jenis tumbuhan Tumbuhan obat 1,228 1,362 1,175 1,645 1,110 1,410 1,158 1,360
Pola sebaran tumbuhan obat Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Perbandingan pola penyebaran (Indeks Morishita) pada tingkat pertumbuhan yang berbeda menunjukkan bahwa pada semua tingkat pertumbuhan mempunyai pola penyebaran yang relatif sama yaitu mengelompok. Hal ini berkaitan dengan sifat genetis jenis di areal hutan Kalimantan umumnya yang bersifat mengelompok berdasarkan familinya atau kelompok jenis tertentu. Sesuai dengan pendapat Ewusie (1980) yang menyatakan, bahwa pola penyebaran yang mengelompok merupakan pola penyebaran yang paling sering terjadi di hutan alam. Dominasi dan Kemerataan Jenis Penentuan tingkat dominasi jenis atau penguasaan jenis dalam komunitas dilakukan dengan perhitungan Indeks Dominasi yang akan menunjukkan apakah individu-individu lebih terpusatkan pada satu atau beberapa jenis saja dari suatu tingkat pertumbuhan dalam komunitas tegakannya. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Dominasi (Ĉ) dan nilai Indeks Kemerataan (e) untuk semua jenis tumbuhan dan jenis tumbuhan obat pada masing-masing tingkat pertumbuhan ditunjukkan pada Tabel 6. Indeks Dominasi yang tertinggi dari seluruh jenis adalah pada tingkat semai yaitu 0,066 dibandingkan dengan tingkat lainnya. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat semai mempunyai tingkat penguasaan jenis yang paling tinggi, sedangkan untuk tingkat pohon tingkat penguasaan jenis dalam tegakan paling rendah yaitu 0,023.
70
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
Tabel 6. Indeks Dominasi (Ĉ) dan Indeks Kemerataan (e) untuk Semua Jenis Tumbuhan dan Tumbuhan Obat di Petak Penelitian
Tingkat pertumbuhan
Indeks Dominasi (Ĉ)
Indeks Kemerataan (e)
Seluruh jenis
Jenis tumb. obat
Jumlah
Semai
0,066
0,046
0.941
Tumb. obat 0,742
Pancang
0,035
0,013
0,809
0,838
Tiang
0,033
0,010
0,937
0,901
Pohon
0,023
0,012
0,752
0,886
Indeks Kemerataan jenis yang tertinggi adalah pada tingkat semai dibandingkan dengan tingkat lainnya dan Indeks Kemerataan yang terendah adalah tingkat pohon. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat semai yang mempunyai tingkat Kemerataan Jenis yang paling tinggi mempunyai individu penyusun tegakan yang lebih beragam pada jenis-jenis penyusunnya, sedangkan pada tingkat pohon yang mempunyai nilai Indeks Kemerataan terendah artinya pada tingkat ini individu penyusun tegakan lebih terpusat pada beberapa jenis saja. Asosiasi Antar Dua Jenis Keeratan hubungan atau asosiasi antar jenis satu dengan jenis lainnya pada suatu komunitas hutan dihitung berdasarkan kehadiran jenis atau frekuensinya dalam petak penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan analisis asosiasi nilai X 2 (chi square) dan nilai koefisien asosiasi (Cole Coefisient) ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Asosiasi Nilai X2 (Chi Square) dan Nilai Koefisien Asosiasi (Cole Coefisient)
Jumlah asosiasi antar jenis Tingkat pertumbuhan Taraf Taraf 95 % 99 % Pohon 49 86 Tiang 12 68 Pancang 34 120 Semai 55 82
Jumlah asosiasi antar jenis Bersifat positif (+) 121 78 154 134
Bersifat negatif (-) 14 2 3
Jumlah asosiasi antar jenis tumbuhan obat (taraf 95 % dan 99 %) 30 19 28 31
Tingkat asosiasi antar jenis tumbuhan obat yang mempunyai hubungan signifikan (95 %) dan sangat signifikan (99 %) pada masing-masing tingkat pertumbuhan adalah tingkat pohon sebanyak 30 pasangan jenis, tingkat tiang sebanyak 28 pasangan jenis, tingkat pancang sebanyak 27 pasangan jenis dan tingkat semai sebanyak 31 pasangan jenis.
Mansyur dkk. (2005). Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Obat
71
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Komposisi jumlah jenis tumbuhan obat untuk masing-masing tingkat pertumbuhan terhadap seluruh jenis tumbuhan berturut-turut adalah tingkat semai sebanyak 36,00 % (27 jenis), tingkat pancang 23,01 % (26 jenis), tingkat tiang 28,57 % (22 jenis) dan tingkat pohon 30,21 % (29 jenis). Kerapatan jenis tumbuhan obat adalah 6.600 semai/ha (52,38 %), 660 pancang/ha (38,64 %), 86 tiang/ha (37,23 %) dan 148 pohon/ha (41,34 %) dari jumlah individu seluruh jenis. Dominasi jenis tertinggi dari tumbuhan obat yang dijumpai untuk tingkat pohon adalah Uwar Bati (Eugenia sp.), Surian (Toona sureni) dan Kasai (Pometia pinnata). Tingkat tiang adalah Miwai (Saccopetalum horsfieldi), Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum) dan Uwar Bati (Eugenia sp.). Tingkat pancang adalah Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum), Miwai (Saccopetalum horsfieldi) dan Ruhut (Eugenia sp.). Tingkat semai adalah Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum), Pitumbur (Callophyllum inophyllum) dan Akar Kuning (Arcangelicia flava). Tingkat keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan nilai Indeks Shannon (H’) tertinggi aadalah tingkat pohon, diikuti tingkat pancang, tiang dan semai. Penyebaran tumbuhan obat dari seluruh stadium bertendensi mengelompok. Asosiasi antar jenis tumbuhan obat yang mempunyai hubungan signifikan (pada taraf 95 %) dan sangat signifikan (pada taraf 99 %) pada masing-masing tingkat pertumbuhan adalah sebagai berikut: pohon sebanyak 30 pasangan jenis, tiang 28 pasangan jenis, pancang 27 pasangan jenis dan semai 31 pasangan jenis. Asosiasi antar jenis tumbuhan obat yang dominan untuk tingkat pohon adalah Uwar Bati (Eugenia sp.) dengan Natu (Palaquium rostrata), Maharangan (Dyospyros korthalsiana), Meranti Habang (Shorea leprosula), Tawiya (Scopium macropadum). Untuk tingkat tiang adalah Miwai (Saccopetalum horsfieldi) dengan Jubung-jubung (Actinodaphne sp.), Pulai (Alstonia scolaris), Pulantan (Alstonia angustiloba), Riringkit, Siwan dan Tawiya (Scopium macropadum). Untuk tingkat pancang adalah Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum) dengan Bangkinang (Elacocarpus glabra). Untuk tingkat semai adalah Sintuk Lawang (Cinnamomum pendulum) dengan Asam Hantu (Mangifera sp.), Bekatan (Paranephelium xeritophyllum), Maharangan (Diospyros korthhalsiana), Meranti Batu (Shorea oligunosa), Sintuk Putih (Cinnamomum burmanivi) dan Sintuk (Cinnamomum sintok). Saran Perlu disusunnya suatu tahapan identifikasi jenis tumbuhan obat yang bersifat praktis di lapangan dan dapat diterapkan atau digunakan secara setempat (local specific). Pembudidayaan jenis-jenis tumbuhan obat, baik yang kurang dikenal maupun yang telah banyak digunakan oleh masyarakat sekitar hutan dalam proses pengembangan jenis tumbuhan obat tersebut perlu disosialisasikan secara lebih luas. Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan
72
JURNAL KEHUTANAN UNMUL 1 (1) APRIL 2005
jenis tumbuhan obat dengan faktor ekofisiologisnya antara lain jenis tanah dan tipe hutan. Melihat kondisi topografi di wilayah kawasan hutan pegunungan Meratus dengan ketinggian berkisar antara 500–1000 mdpl dengan terdapatnya 47 jenis tumbuhan obat di kawasan penelitian ini diharapkan kawasan hutan pegunungan Meratus dijadikan kawasan lindung atau kawasan konservasi. DAFTAR PUSTAKA Amzu, E. 1991. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia. (Prosiding). Desmukh. 1986. Ecology and Tropical Biology. Blackwell Scientific Publication Palo Alto, Oxford, London. Ewusie, J.Y. 1980. Pengantar Ekologi Tropika. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. Fitriyadie. 2003. Keanekaragaman Tumbuhan Obat dan Manfaatnya bagi Masyarakat Lokal di Kawasan Hutan Lindung Pegunungan Meratus Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1976. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.