1
IDENTIFIKASI ANGKA KEBUTUHAN NYATA OPERASI DAN PEMELIHARAAN BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI LOMAYA Hendra Saipan1), Barry Y. Labdul2), Aryati Alitu3) 1 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Email :
[email protected] 2 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Email :
[email protected] 3 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Email :
[email protected]
INTISARI Keberadaan Daerah Irigasi Lomaya-Alale diharapkan mampu memicu dan mendukung roda pertumbuhan ekonomi serta menunjang swasembada pangan di Provinsi Gorontalo. Untuk mendukung harapan keberadaan Daerah Irigasi tersebut, harusnya didukung oleh sistem irigasi yang baik dan terorganisir. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan tersebut Daerah Irigasi Lomaya-Alale harus memiliki sistem pengelolaan Jaringan Irigasi meliputi kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (O&P) serta rehabilitasi Jaringan Irigasi. Operasi dan Pemeliharan serta rehabilitasi jaringan irigasi ini dapatdirealisasikan dengan baik, jika didasarkan pada analisa Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP). Penelitian ini dilakukan mengikuti tahapanberikut; (1) identifikasi kondisi eksisting Jaringan Irigasi berupa kondisi fisik saluran dengan melakukan penelusuran langsung dilapangan, (2) tahap identifikasi rencana Operasi dan tahap Pemeliharaan (O&P) Jaringan Irigasi Lomaya serta tahap (3) penyusunan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya. Hasil penelitian menunjukkan Kondisi eksisting Jaringan Irigasi Lomaya berdasarkan hasil prosentasi Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharan (AKNOP) berada dalam kondisi tidak baik. Hal ini terlihat dari hasil prosentasi biaya pemeliharaan berkala yang masih besar yaitu sebesar 88% dibandingkan dengan biaya prosentasi Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin, dengan demikian kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya masih belum sesuai harapan.AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya belum cukup optimal, terarah, dan tepat guna yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan biaya pemeliharaan berkala yang besar dibandingkan dengan biaya operasi rutin dan pemeliharaan rutin yaitu sebesar. Rp.4.217.799.709,00 dari total biaya Rp. 4.793.980.973,00. Kata Kunci: Jaringan Irigasi, Angka Kebutuhan Nyata, Operasi dan Pemeliharaan Abstract Lomaya-Alale irrigation system is expected to trigger and to support economic growth for the Gorontalo food self-sustaining. Such condition requires w well organized and well maintained irrigation systems. In doing so, the Lomaya-Alale irrigation system need to have irrigation management system consisting of the operational and maintenance as well as rehabilitation of the irrigation network. Such mechanism could only be materialized only if based on the real operation and maintenance demand value. This study has been performed by implementing the following procedure (1) Existing irrigation network identification by observing the irrigation physical condition, (2) Identification of the Lomaya operational and maintenance plan, and (3) investigating the Lomaya real operation and maintenance demand value. It was found that the real operation and maintenance demand value was not in good condition. The regular maintenance cost was relative high (88%) compared to the routine operational cost. Therefore the performance real operation and maintenance demand value is below the expected performance, which is less-optimum, disoriented, and not well implemented. Maintenance cost was higher than that of routine maintenance and operational costs (IDR 4,217,799,709.00)from total cost of IDR 4,793,980,973.00. Keywords: Irrigation network, real demand value, operational and maintenance
2
inventarisasi jaringan irigasi di Daerah Irigasi Lomaya-Alale masih banyak terdapat kendala yang menghambat pemenuhan kebutuhan air persawahan. Kendala yang ada dari hasil inventarisasi oleh Sub Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo Khususnya PSDA 01 Daerah Irigasi Lomaya-Alale yaitu terdapat kerusakan fisik bangunan dan saluran. Hal ini biasanya disebabkan minimnya atau tidak sesuai lagi biaya yang dikeluarkan untuk operasional dan pemeliharan jaringan irigasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pembahasan tentang “Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Bendung dan Jaringan Irigasi Lomaya” sangat diperlukan, serta dibutuhkan analisa yang tepat. Sehingga jaringan irigasi dapat berjalan normal dan pendistribusian debit air dapat merata serta memenuhi kebutuhan air khususnya di tingkat jaringan irigasi primer dan sekunder.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo secara geografis memiliki letak 0° 19′ 00” - 1° 57′ 00” LU (Lintang Utara) dan 121° 23′ 00” - 125° 14′ 00” BT (Bujur Timur). Dari posisi ini wilayah Provinsi Gorontalo berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Luas wilayah Provinsi Gorontalo 12.215,44 km2, jika dilihat dari potensi pertanian dan topografi wilayah ini memiliki sektor pertanian yang baik khususnya persawahan. Persawahan yang ada di Provinsi Gorontalo sebagian besar pengairannya masuk dalam kategori sistim irigasi teknik. Oleh karena itu, sesuai dengan wilayah yang menjadi fokus penelitian yaitu Daerah Irigasi Lomaya-Alale. Luas wilayah potensial persawahan Daerah Irigasi ini sebesar 3.008 Ha (SUBDINAS SDA, 2014). Keberadaan Daerah Irigasi LomayaAlale diharapkan mampu memicu dan mendukung roda pertumbuhan ekonomi serta menunjang swasembada pangan di Provinsi Gorontalo. Untuk mendukung harapan keberadaan Daerah Irigasi tersebut, harusnya didukung oleh sistem irigasi yang baik dan terorganisir. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan tersebut Daerah Irigasi LomayaAlale harus memiliki sistem pengelolaan jaringan irigasi meliputi kegiatan Operasional dan Pemeliharaan (O&P) serta rehabilitasi jaringan irigasi. Operasional dan Pemeliharan serta rehabilitasi jaringa irigasi ini dapat direalisasikan dengan baik, jika didasarkan pada analisa Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP). Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP), merupakan cara menganalisis untuk mengetahui angka kebutuhan nyata dalam pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk pengelolaan irigasi dari hasil inventarisasi penelusuran kerusakan jaringan irigas. Kenyataan yang ada kondisi Daerah Irigasi Lomaya-Alale, jika dilihat dari hasil
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat disimpulkan begitu pentingnya irigasi bagi pertanian, oleh karena itu perlu diadakan pengkajian tentang irigasi. Sehingga rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi eksisting jaringan irigasi lomaya dalam pemenuhan kebutuhan air persawahan, bagaimana kegiatan Operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya, apakah angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan bisa relevan dan tepat guna. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Identifikasi kondisi eksisting Jaringan Irigasi Lomaya dalam pemenuhan kebutuhan air persawahan. 2. Identifikasi kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya. 3. Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) yang relevan dan tepat guna.
1
perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan komisi irigasi. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air irigasi, Bupati/Walikota membentuk Komisi Irigasi yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota. Komisi Irigasi tersebut mempunyai fungsi membantu Bupati/Walikota dalam peningkatan kinerja pengelolaan irigasi, terutama pada bidang penyediaan, pembagian, dan pemberian air irigasi bagi tanaman serta merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi Kabupaten/Kota (Peraturan Pemerintah No. 20/2006 Tentang Irigasi).
2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Irigasi Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur dan setelah digunakan dapat pula dibuang kembali. Tujuan irigasi yaitu untuk mencukupi kebutuhan air di musim hujan bagi keperluan pertanian seperti membasahi tanah, mengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah. Tanaman yang diberi air irigasi umumnya dibagi menjadi tiga golongan yaitu padi, tebu, dan palawija (Mawardi, E dan Memed, M., 2006).
2.5 Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Jaringan Irigasi Terpeliharanya dan berfungsinya jaringan irigasi dengan baik tidak semata mata ditentukan oleh tercukupinya biaya Operasi dan Pemeliharaan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat setempat serta tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam pemanfaatannya. Besarnya kontribusi hasil pertanian terhadap pendapatan petani dan keluarganya, juga berpengaruh pada pemeliharaan sarana pertanian termasuk sarana irigasi.
2.2 Ruang Lingkup Daerah Irigasi Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, pembinaan, dan pembuangannya (Peraturan Pemerintah No. 20/2006 Tentang Irigasi). 2.3 Pengelolaan Irigasi Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan irigasi. Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (Peraturan Pemerintah No. 20/2006 Tentang Irigasi).
2.5.1 Operasi Jaringan Irigasi Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007). 1.
Data Pendukung Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi Sesuai dengan tujuan utama dari penelitian ini, maka operasi jaringan irigasi berkisar pada pembiayaan berupa insentif (honor atau upah), perjalanan dinas (bagi pengamat/kepala ranting, juru pengairan, staf ranting, POB, atau PPA ), serta biaya operasional kantor dan peralatan, bahan
2.4 Lembaga Pengelola Irigasi (LPI) Lembaga Pengelola Irigasi (LPI) meliputi instansi pemerintah yang membidangi irigasi,
2
survey dan sebagainya. Biaya yang dibutuhkan diatas diperuntukkan terhadap tahap dari kegitan operasi jaringan irigasi. Adapun tahap kegiatan operasi jaringan irigasi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007, meliputi 3 tahap yaitu tahap perancanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. 2. Peran Serta P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi dilakukan dengan melibatkan peran serta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan,dan pelaksanaan kegiatan dalam operasi jaringan.
irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi. 2)
Pemeliharaan Rutin Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. 3)
Pemeliharaan Berkala Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik sesuai kondisi Jaringan Irigasinya. Setiap jenis kegiatan pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda periodenya, misalnya setiap 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal musim tanam serta waktu pengeringan. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat penggantian.
2.5.2
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007).
4)
Penanggulangan / Perbaikan Darurat Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengrusakan/penjebolan tanggul, Longsoran tebing yang menutup Jaringan, tanggul putus, dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi.
1.
Data Pendukung Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dalam penyelenggaraan diperlukan data-data pendukung yaitu (1) Peta Daerah Irigasi (Skala 1 : 5.000 atau Skala 1 : 10.000), (2) Skema Jaringan Irigasi, (3) Inventarisasi Jaringan Irigasi, (4) Gambar Pasca konstruksi (as built drawing), (5) Perencanaan 5 (lima) Tahunan Pengelolaan Aset Irigasi, (6) Dokumen dan Data Pendukung lainnya (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007).
3.
Peran Serta P3A Dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas yang membidangi irigasi dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan Jaringan Irigasi dilakukan dengan melibatkan peran serta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Jaringan Irigasi. Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut : a. P3A/GP3A/ IP3A bersama petugas pengelola Irigasi melakukan
2.
Jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi Jenis-jenis kegiatan dalam pemeliharaan jaringan irigasi yaitu meliputi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007): 1)
Pengamanan Jaringan Irigasi Pengamanann jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan
3
b. c.
d.
e. f.
penelusuran untuk mengidentifikasi kerusakan-kerusakan, usulan rencana perbaikan dan skala prioritas Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjaan oleh P3A/GP3A/IP3A Dinas yang membidangi Irigasi melaksanakan pemeliharaan Jaringan Irigasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola. P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan Jaringan Irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan kemampuannya. P3A/GP3A/IP3A berperan aktif dalam pengamanan Jaringan Irigasi. P3A/GP3A/IP3A datap melakukan pengawasan atas pelaksanaan pelaksanaan pemeliharaan Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan Pelaksanaan kepada Dinas atau pengelola terkait.
pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Menurut Sarwan (2004), pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana jaringan irigasi yang mantap besarnya 1-2% dari nilai investasi biaya pembangunan jaringan irigasi setiap tahunnya. 2.6.1 Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penyediaan biaya didasarkan pada angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) untuk melakukan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Bendung dan Jaringan Irigasi. Skala prioritas pembiyaan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemelihaan yaitu meliputi pembiyaan Operasi rutin, Pemeliharaan Rutin, dan Pemeliharaan Berkala. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Dalam menganalisa suatu permasalahan diperlukan adanya berbagai data. Data yang diperlukan dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran atau pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari mengutip berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
4.
Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang optimal, diperlukan tata cara/prosedur yang tepat dengan mengacu pada tahap sebagai berikut : Inventarisasi Jaringan Irigasi Perencanaan pemeliharaan Jaringan Irigasi Pelaksanaan pemeliharaan Jaringan Irigasi Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan Jaringan Irigasi
3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Jaringan Irigasi Lomaya. Posisi jika dilihat berdasarkan luas bentang jaringan irigasi, wilayah Daerah Irigasi ini berada di 2 (dua) wilayah yang berbeda yaitu sebagian besar Kabupaten Bone bolango dan sebagian kecil di Kota Gorontalo. Berdasarkan batasan masalah pada Bab I fokus tinjauan, penelitian di lakukan di Jaringan Irigasi Primer Lomaya, Sekunder Lodelomobongo, Sekunder Molawahu, dan Sekunder Padengo.
2.6 Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) adalah angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan untuk pengelolaan irigasi dari hasil inventarisasi penelusuran kerusakan jaringan irigasi yang ditetapkan melalui musyawarah (Kepmen Kimpraswil No. 529/KPTS/M/ 2001). Komponen yang diperlukan dalam penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan
4
(O&P) yang mengacu pada biaya atau Angka Kebutuhan Nyata yang tepat guna. Selanjutnya dapat diperoleh hasil yang akan dibahas dan kemudian akan menghasilkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data meliputi: 1. Inventarisasi yang mengacu dari hasil survey lapangan, untuk tahap pemeliharaan jaringan irigasi. 2. Komponen perhitungan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ini merupakan suatu prosedur sistematis dengan maksud untuk memperoleh data yang diperlukan. Data data yang dikumpulkan berupa data primer maupun data sekunder. Adapun data-data tersebut meliputi data primer dan data Sekunder
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Inventarisasi Jaringan Irigasi Lomaya Daerah Irigasi Lomaya-Alale memiliki 2 (dua) buah bendung yaitu Bendung Lomaya dan Bendung Suplesi Alale. Berdasarkan batasan masalah pada Bab I, untuk Jaringan Irigasi Alale tidak masuk dalam penelitian ini. Inventarisasi Jaringan Irigasi dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan prosentase kerusakan pada Jaringan Irigasi Lomaya khususnya dengan metode pengukuran manual memakai roll meter. Bendung Lomaya dibangun pada tahun 1912 M yang sumber dananya dari VOC dan letaknya di Desa Lomaya Kecamatan Bolango Utara Kabupaten Bone Bolango; Bendung ini memiliki bentang mercu sepanjang 45 meter, luas areal potensial seluas 2.583 Ha dan luas areal fungsional seluas 2.252 Ha. Jaringan Irigasi ini memiliki saluran Induk/Primer sepanjang 3.120 meter, saluran Sekunder sepanjang 25.733 meter, saluran muka sepanjang 616 meter, tanggul sepanjang 1.346 meter, dan Jalan Inspeksi sepanjang 741 meter.
3.4 Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi pustaka dari penelitian terdahulu , dimaksudkan untuk menentukan teori dan metode apa yang tepat guna dan dapat digunakan sebagai dasar dari penelitian ini. 2. Pengumpulan Data, yang dikumpulkan dibagi dalam dua kategori yaitu, data primer, dan data sekunder. 3. Survey lapangan, dilakukan sebelum penelitian agar bertujuan untuk mengetahui informasi tentang ketersediaan dan Kondisi Fisik Jaringan Irigasi Lomaya, serta peninjauan ulang tentang Operasi dan Pemeliharaan (O&P) sesuai kondisi saat ini. 4. Inventarisai berdasarkan hasil survey lapangan menyangkut Operasi dan Pemeliharaan (O&P) 5. Analisis Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya pada DI.Lomaya/Alale. 6. Hasil dan Pembahasan, setelah melakukan analisis data dan melakukan pemodelan Operasi dan Pemeliharaan
1.2 Identifikasi Kondisi Eksisting Jaringan Irigasi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Persawahan
5
Hasil survai identifikasi Jaringan Irigasi, ditemukan permasalahan yang menjadi skala prioritas dalam penanganan. Permasalahan prioritas yang diidentifikasi di Jaringan Irigasi Lomaya khususnya yaitu meliputi: Rumput tumbuh di sepanjang bahu saluran Rumput yang tumbuh di sepanjang bahu saluran menjadi salah satu prioritas dalam penanganan Pemeliharan Jaringan Irigasi. Berdasarkan hasil survai penelusuran jaringan, rumput yang tumbuh di sepanjang bahu saluran di temukan di saluran Induk/Primer, Sekunder Lodelombongo, Sekunder Molawahu, dan Sekunder Padengo.
Foto : Kondisi Bendung Lomaya
Foto : Kondisi Tanggul Saluran
Foto : Kondisi Rumput pada Saluran
Foto : Kondisi Sedimen pada Saluran
1)
Sumber: :Bidang Hasil Penelusuran Irigasi, 2014. Sumber SDA, DinasJaringan PU Provinsi Gorontalo
Gambar Irigasi Lomaya Gambar4.1 4.1Kondisi KondisiEksisting EksistingJaringan Jaringan Irigasi Lomaya
1.3 Identifikasi Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya 1.3.1 Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi Lomaya Identifikasi kegiatan Operasi didasarkan pada pendataan kebutuhan di lapangan dan kantor. Hasil pendataan volume kebutuhan Operasi Rutin sesuai yang dibutuhkan di Jaringan Irigasi Lomaya. Volume kebuhan Operasi Rutin secara lengkap disajikan dalam Tabel 4.2 dibawah ini.
2)
Terjadi endapan sedimen dalam saluran Permasalahan endapan sedimen dalam saluran menjadi salah satu prioritas dalam penanganan Pemeliharan Jaringan Irigasi. Berdasarkan hasil survai penelusuran jaringan, endapan sedimen dalam saluran ditemukan di saluran Sekunder Lodelombongo, Sekunder Molawahu dan Sekunder Padengo.
Tabel 4.2 Identifikasi Kebutuhan Operasi Rutin No. A.
3)
Kerusakan tanggul saluran (gerusan dan longsor). Permasalahan kerusakan tanggul saluran menjadi salah satu prioritas dalam penanganan Pemeliharan Jaringan Irigasi. Berdasarkan hasil survai penelusuran jaringan, kerusakan tanggul saluran ditemukan di saluran Kantong Sedimen Sekunder Lodelombongo, Sekunder Molawahu, dan Sekunder Padengo.
B.
C.
Uraian Kegiatan
Satuan
Volume
1. Pengamat
OB
12
2. Juru
OB
60
5 orang/thn
3. Staf Pengamat
OB
72
6 orang/thn
4. PPA/POB
OB
84
7 orang/thn
5. Pekerja Harian Tetap
OB
Analisa
6. Pekerja Harian Tetap
OB
Analisa
Perjalanan Dinas 1. Pengamat Ke Kantor Dinas
Org kali
12
1 orang/thn 12
2. Juru Survey Inventory
Org kali
60
5 orang/thn 5 X
3. PPA/POB Survey Inventory
Org kali
58
29 orang/thn 2 X
4. Staf Teknis Survey Inventory
Org kali
12
6 orang/thn 2 X
Bahan Habis Pakai & ATK 1. Kertas HVS/A4
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Kondisi dan penanganan Jaringan Irigasi Lomaya
rim
25
2. ATM/ATK
ls
1
3. Tinta Printer
bh
5
4. Foto Copy/Cetak Laporan
lbr
1,000
Kondisi saat ini
1.
Bendung
2.
Saluran Utama
75 %
Uraian
D.
Form OP, dokumen
Pemeliharaan Fasilitas Kantor 1. Operasional rutin (Listrik)
Bulan
12
2. Operasional rutin (PDAM)
Bulan
12
3. Perawatan Kantor
Kali
1
a. Sekunder
4. Perawatan Printer
Kali
3
b.Induk/Primer
5. Perawatan PC
Kali
2
c. Muka
6. BBM Operasional
ltr
1,000
1. Sepeda Motor
Unit
5
2. Viar
Unit
2
25 %
Sesuai Kebutuhan
inventory, dll
Saluran Bendung Keterangan Baik Rusak Baik Rusak (%) (%) (%) (%) 80 % 20 % Pemeliharaan Berkala
No.
Keterangan
Gaji dan Upah
Pemeliharaan Berkala
Sumber Irigasi, 2014. Sumber : Hasil BidangPenelusuran SDA, DinasJaringan PU Provinsi Gorontalo
E.
Peralatan
Sumber : HasilSumber perhitungan, 2015 : Bidang
6
Keadaan 3 Roda
SDA, Dinas PU Provinsi Gorontalo
1.3.2
Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya Identifikasi kegiatan pemeliharaan didasarkan pada hasil pengamatan dan pengukuran sesuai kondisi Daerah Irigasi Lomaya. Dengan demikian identifikasi Pemeliharaan di Jaringan Irigasi Lomaya terdiri dari masing-masing item kegiatan prioritas. Hasil dari survai identifikasi menunjukan kegiatan yang menjadi skala prioritas seperti kegiatan pemotongan rumput, pengecetan pintu dan bangunan, pelumasan, pengangkatan sedimen dari dalam saluran, dan kegiatan pasangan batu/Lenning. Kegiatan Pemeliharaan di atas dapat dibedakan berdasarkan kondisi fisik Jaringan Irigasi. Berikut ini dapat disajikan dalam Tabel 4.3 Kriteria Pemeliharaan berdasarkan klasifikasi kondisi Jaringan Irigasi Lomaya.
Tabel 4.4. Daftar Kebutuhan Penunjang Pemeliharaan Rutin No. A.
B.
No
Uraian Kegiatan
- Pemeliharaan
bangunan
Pemeliharaan
dan
saluran (Pengecetan) 1.
Pemeliharaan
- Pemeliharaan Pintu ( Pelumasan) - Pemotongan Pintu
Rutin
- Pengangkatan endapan sedimen - Perbaikan Tanggul saluran 2.
Pemeliharaan Berkala
Satuan
Volume
1. Cat Kayu
Kg/Thn
25
2. Cat Tembok
Kg/Thn
25
3. Kuas
Bh
10
Pemeliharaan Pintu
C.
1. Cat Besi
Kg/Thn
75
2. Cat Thiner 'A'
Ltr
133
3. Solar
Ltr
25
4. Oli Sae 90
Ltr
20
5. Sikat Baja
Bh
15
6. Kuas
Bh
30
7. Bronz
Kg/Thn
6
Peralatan
Tabel 4.3 Kriteria Pemeliharaan berdasarkan klasifikasi kondisi Jaringan Irigasi Lomaya. Kriteria
Jenis Pekerjaan Pemeliharaan Bangunan / Saluran
1. Mesin Pemangkas
bh/Thn
3
2. Tempat Sampah
bh/Thn
10
3. Karung
bh/Thn
100
4. Tali Tambang
M
50
5. Takal 5 Ton
Bh
1
6. Dll
Ls
1
Keterangan Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal bangunan/saluran dan diperlukan Pemeliharaan Rutin.
Sumber perhitungan, 2015 Sumber: :Hasil Bidang SDA, Dinas PU Provinsi Gorontalo
2. Pemotongan Rumput Volume pekerjaan pemotongan rumput ini sesuai hasil pengukuran dibeberapa ruas saluran yang ada, diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.5. rekapitulasi volume pekerjaan pemotongan rumput pada masing-masing saluran.
Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 – 20 % dari kondisi awal bangunan/bangunan dan diperlukan Pemeliharaan Berkala.
1.3.2.1 Kegiatan Pemeliharaan Rutin Menentukan volume kegiatan Pemeliharaan Rutin, disesuaikan dengan hasil pendataan dibeberapa ruas saluran yang ada. 1. Kebutuhan Penunjang Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin pada Jaringan Irigasi dapat berjalan lancar jika didukung dengan kebutuhan penunjang. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Volume Pemotongan rumput No.
Nama Saluran
Panjang (M’)
Volume (M2)
1.
Induk/Primer
2.964,80
19.378,15
2.
Sekunder Lodelomobongo
6.338,90
37.597,90
3.
Sekunder Molawahu
8.025,04
27.228,31
4.
Sekunder Padengo
Jumlah
9.014,20
56.374,38
26.342,94
140.578,74
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
4.3.2.2 Kegiatan Pemeliharaan Berkala Volume Pemeliharaan Berkala Jaringan Irigasi Lomaya berdasarkan hasil peninjauan dan pengukuran di lapangan. Hasil perolehan volume Pemeliharaan Berkala berdasarkan di lapangan yaitu terdiri volume pekerjaan galian endapan, pemarasan rumput, dan pasangan batu/linning. 1. Pengangkatan Endapan Sedimen
7
Untuk pengangkatan endapan sedimen ini sesuai hasil pengukuran dibeberapa ruas saluran yang ada. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6. Rekapitulasi Volume Pengangkatan Sedimen Panjang (M’)
Volume (M3)
841,00
1.233,98
2. Sekunder Molawahu
1.380,50
1.890,54
3. Sekunder Padengo
3.580,00
4.565,61
5.801,50
7690.13
No.
Nama Saluran
1. Sekunder Lodelomobongo
Jumlah
4.4.2 Biaya Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi Lomaya Pemeliharaan Rutin adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan tata air Irigasi, agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar operasi dan mempertahankan keberlanjutan fungsi dan manfaat prasarana Jaringan Irigasi yang dilakukan secara terus menerus. Jenis kegiatan dan hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 4.9.
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
2. Perbaikan Tanggul Saluran Perbaikan tanggul saluran sesuai hasil pengukuran di beberapa ruas saluran yang ada, berikut ini disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7. Rekapitulasi Volume Perbaikan Tanggul Saluran Pas. Panjang Bongkaran No.
Nama Saluran
Siaran
Plesteran
Batu M’
M
3
M
3
M
2
Lenning M3
M3
Tabel 4.9. Rincian Biaya Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi Lomaya
1. K. Sedimen 848,70
1.025,11
331,00
304,33
1.705,20
2.009,46
1.025,11 1798.77
646.68
-
179,00
5,97
Sek. Lodelomobongo 2. Sekunder Padengo 3.
Sekunder Molawahu Jumlah Total
No.
2.884,9
3.338,9
304,33
575,85
2.009,46 3.789,45 3.338,9 6.164,07
1.196,40 2.022,08
-
Kebutuhan Penunjang Kegiatan Pemeliharaan Rutin
Rp. 53.367.500,00
Pekerjaan Pemarasan Rumput
Rp 53.138.764,00
2.
Jumlah Biaya
4.4 Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya Perhitungan AKNOP didasarkan pada hasil Pengamatan kondisi terakhir yakni tahun 2014. Dengan demikian rincian AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya terdiri atas biaya Operasi Rutin, Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala dan Biaya Rehabilitasi.
Kebutuhan Biaya(Rp.)
1.
5,97
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Uraian
Rp. 106.506.264,00
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
4.4.3 Biaya Pemeliharaan Berkala Jaringan Irigasi Lomaya Pemeliharaan Berkala Jaringan Irigasi Lomaya diperlukan pembiayaan berupa biaya pekerjaan galian endapan, biaya pekerjaan pemarasan rumput, dan biaya pekerjaan pasangan batu/linning. Hasil perhitungan kebutuhan biaya Pemeliharaan Berkala di Jaringan Irigasi Lomaya disajikan dalam Tabel 4.10.
4.4.1 Biaya Operasi Rutin Jaringan Irigasi Lomaya Operasi Jaringan Irigasi Lomaya diperlukan pembiayaan berupa insentif (honor atau upah) dan perjalanan dinas (bagi Pengamat, Juru, PPA atau staf), serta biaya operasional kantor dan peralatan seperti kebutuhan ATK, bahan survey dan sebagainya. Hasil perhitungan kebutuhan biaya operasi di Jaringan Irigasi Lomaya disajikan dalam Tabel 4.8.
8
Total biaya dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatkan biaya Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliraan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya sebesar Rp. 4.793.980.973,00,- ( Empat Milyar tujuh ratus sembilan puluh tiga sembilan ratus delapan puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tiga rupiah ). Rincian biaya AKNOP disajikan dalam Tabel 4.11
masih banyak terdapat kerusakan pada saluran. Kerusakan dari hasil identifikasi yaitu terdiri sebagai berikut: a. Kerusakan Dinding Saluran pada Pasangan Batu Kerusakan dinding saluaran pada pasangan batu dengan volume sebesar 3.338,9 m3 dengan panjang saluran 5.801,50 m, maka berdarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007, tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi tingkat kerusakan seperti ini masuk dalam kriteria kondisi rusak ringan ( kerusakan 10 – 20 % dari kondisi awal bangunan/saluran) dan diperlukan Pemeliharaan Berkala. Kerusakan dinding saluran pada pasangan batu disajikan dalam Gambar 4.1. b. Pengecilan Penampang Saluran Akibat Endapan Sedimen Dari hasil identifikasi lapangan volume total endapan sedimen di saluran sekunder Lodelomobongo, sekunder Molawahu, dan sekunder Padengo yaitu sebesar 7690.13 m3 dengan panjang saluran 5.801,50 m. Hal ini menyebabkan penyaluran air ke petak irigasi menjadi tidak baik lagi. Berdarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007, tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi tingkat kerusakan seperti ini masuk dalam kriteria kondisi rusak ringan ( kerusakan 10 – 20 % dari kondisi awal bangunan/saluran) dan diperlukan Pemeliharaan Berkala yaitu melakukan pekerjaan pengerukan endapan sedimen. Pengecilan Penampang Saluran Akibat Endapan Sedimen disajikan dalam Gambar 4.1.
Tabel 4.11. Rincian biaya AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya No.
Uraian
Biaya (Rp.)
1.
Operasi Rutin
Rp. 469.675.000,00
2.
Pemeliharaan Rutin
Rp. 106.506.264,00
3.
Pemeliharaan Berkala
Rp. 4.217.799.709,00
Total Biaya
Rp. 4.793.980.973,00
Sumber : Hasil perhitungan, 2015
Berikut ini disajikan dalam bentuk grafik Prosentase AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya dalam Gambar 4.2. Prosentase AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya Operasi Rutin 10%
Pemeliharaan Rutin 2%
Pemeliharaan Berkala 88%
Gambar 4.2. Grafik Prosentase AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya
Hasil uraian analisis diatas dapat selanjutnya dapat dibahas tentang Kondisi eksisting Jaringan Irigasi, Rencana Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Jarinagn Irigasi dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya.
2.
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (O & P ) Jaringan Irigasi Lomaya Keberadaan kegiatan operasi Jaringan Irigasi Lomaya jika ditinjau dari prosentase AKNOP masih sangat kecil yaitu hanya sebesar 10 % (Gambar 4.2) . Dengan biaya yang minim seperti ini sangat sulit untuk menjalankan bentuk atau kegiatan operasi Jaringan Irigasi sesuai defenisi pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M,
1.
Kondisi Eksisting Jaringan Irigasi Lomaya Keberadaan Jaringan Irigasi Lomaya pada saat ini banyak terlihat kerusakan dalam segi fisik dan terjadi pengecilan penampang saluran diakibatkan endapan sedimen. Hal ini berdasarkan dari hasil edentifikasi di lapangan bahwa eksisting Jaringan Irigasi Lomaya
9
2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Oleh karena itu Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi Lomaya masih kurang rutin, akibatnya biaya yang dibutuhkan untuk Pemeliharaan Berkala lebih besar.
5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya disimpulkan : 1. Kondisi eksisting jaringan irigasi Lomaya berdasarkan hasil prosentase Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharan (AKNOP) berada dalam kondisi tidak baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil prosentase biaya pemeliharaan berkala yaitu sebesar 88 % dibanding dengan biaya Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin. 2. Kegiatan Oprasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya masih belum sesuai harapan, yaitu bagaimana menekan biaya Pemeliharaan Berkala dengan miningkatkan intensitas serta biaya Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin. Hal ini dilihat dari perbandingan prosentase biaya operasi rutin, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala yang tidak proporsional. 3. Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) jaringan irigasi Lomaya belum cukup optimal, terarah, dan tepat guna. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan biaya pemeliharaan berkala yang besar dibandingkan dengan biaya operasi rutin dan pemeliharaan rutin yaitu sebesar Rp. Rp.4.217.799.709,00 dari total biaya Rp. 4.793.980.973,00.
3.
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya Keberadaan Daerah Irigasi Lomaya diharapkan mampu memicu dan mendukung roda pertumbuhan ekonomi serta penunjang untuk menghadapi swasembada pangan di Provinsi Gorontalo. Untuk mendukung harapan keberadaan Daerah Irigasi tersebut , maka harus didasari dengan analisa Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP). Akan tetapi kenyataan yang ada dari hasil identifikasi dan perhitungan belum menunjukan harapan keberadaan Daerah Irigasi Lomaya tersebut. Hal ini diakibatkan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya belum relevan dan tepat guna seperti terlihat pada rincian pembiyaan Operasi Rutin, Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan Berkala yang kurang proporsional. Biaya Pemeliharaan Berkala lebih besar dibanding biaya operasional rutin dan Pemeliharaan Rutin yaitu sebesar Rp. 4.217.799.709,00 dari total biaya Rp. 4.793.980.973,00. Jika diprosentasikan nilai Operasi Rutin hanya sebesar 10 %, Pemeliharaan Rutin 2 % , sedangkan untuk Pemeliharaan Berkala sangat besar yaitu 88%.
5.2 Saran Beberapa saran yang dilakukan antara lain: 1. Kegiatan Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi Lomaya ditingkatkan lagi, Agar keberadaan eksisting jaringan iringasi Lomaya sesuai dengan yang diharapkan. 2. Kinerja dan koordinasi antar lembaga pengelola irigasi (LPI) perlu ditingkatkan. Hal ini meliputi pihak instansi pemerintah yang membidangi irigasi (PSDA 01 Dinas PU Propinsi Gorontalo), perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan komisi irigasi. 3. Penilaian jaringan irigasi Lomaya hendaknya dapat dilakukan setiap tahun
10
sehingga perhitungan AKNOP sesuai kondisi lapangan, dengan harapan hasil perhitungan AKNOP ini dapat sebagai masukan untuk mengontrol anggaran operasi dan pemeliharan jaringan irigasi berikutnya. 4. Kesadaran masyarakat di sekitar saluran irigasi perlu ditingkat, agar tidak membuang sampah dalam saluran dan perlu ditingkatkan kinerja saluran kantong sedimen. 6.
Sarwan, S., 2004, Konsepsi Pengembangan Program Operasi Pemeliharaan Irigasi, Direktorat Jendral Sumber Daya Air Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta. Yuskardi., 2012, Analisis Harga Satuan Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI) Berdasarkan Klasifikasi Kondisi Jaringan Irigasi, Diakses tanggal 10 Agustus 2013.
REFERENSI
Kepmen Kimpraswil No. 529/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penyerahan Kewenangan Pengelolaan Irigasi Kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Jakarta. Kusumo E, S., 2013, Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak Desa Tluwuk Kabupaten Pati, ISSN : 2339-0271 , Surakarta. Mawardi, E., Memed, M., 2006, Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis, Alfa Beta, Bandung. McLoughlin., 2007, O & M Budget Irrigation System Level In Third World: Economic, Explore Alternative Journal of The American Water Resources Association, Diakses tanggal 9 September 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M., 2007, Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 20/2006, Tentang Irigasi, Jakarta. Ritonga D.S., 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI Daerah Irigasi Sungai Ular. USU
11