Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-0271
KINERJA DAN ANGKA KEBUTUHAN NYATA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DESA TLUWUK KABUPATEN PATI Ery Suryo Kusumo1) 1)Mahasiswa
Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Uiversitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutamai 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email:
[email protected]
Abstrak Keberlangsungan sistem irigasi untuk mendukung ketahanan pangan memerlukan program operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang efektif. Salah satu bentuknya adalah dengan perencanaan penyediaan angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP). Sebagai langkah awal penyusunan AKNOP perlu adanya penilaian kinerja jaringan irigasi, yang salah satunya adalah irigasi tambak. Selama ini sistem penilaian kinerja masih menggunakan sistem manual yang memakan waktu cukup lama, sehingga diperlukan suatu sarana pendukung teknologi komputasi. Penelitian ini mengkaji bagaimana mempertahankan sistem jaringan irigasi tambak melalui rangkaian proses yang sistematis, yakni menciptakan model penilaian kinerja (tools), menghitung indeks kinerja di setiap komponen penilaian, mendapatkan kinerja jaringan tambak secara umum, merekomendasikan bentuk kegiatan yang diperlukan, dan menghitung kebutuhan anggaran berdasarkan bentuk kegiatan yang direkomendasikan. Metode penelitian ini melalui tiga tahap yaitu tahap perancangan model penilaian, tahap penilaian kinerja dan tahap penyusunan AKNOP jaringan tambak di Desa Tluwuk, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan telah berhasil diciptakan model penilaian kinerja sebagai alat bantu (tools) yang berbasis PHP dan MySQL serta dapat digunakan pada jaringan reklamasi rawa pasang surut (tambak) maupun rawa non pasang surut (rawa lebak) yang dapat digunakan oleh lembaga maupun instansi yang membidangi irigasi rawa. Hasil penilaian kinerja jaringan irigasi tambak Tluwuk pada periode pasang purnama didapatkan indeks kinerja saluran dan bangunan sebesar 2,71 atau berfungsi 57,20%; dan kinerja tanggul pelindung dalam kondisi baik. Untuk periode pasang perbani didapatkan indeks kinerja saluran dan bangunan sebesar 3,18 atau berfungsi 45,40%; dan kinerja tanggul pelindung dalam kondisi baik. Sesuai dengan kondisi terakhir yakni pengamatan saat pasang perbani maka tindakan yang direkomendasikan terhadap saluran dan bangunan air adalah rehabilitasi sedangkan tanggul pelindung berupa pemeliharaan. AKNOP jaringan irigasi tambak Tluwuk adalah Rp 2.511.253.700,-. Implementasi dari AKNOP ini diharapkan indeks kinerja tambak Tluwuk meningkatkan menjadi 1,00 atau berfungsi 100% baik saat pasang purnama maupun pasang perbani. Kata kunci: Model Penilaian Kinerja Tambak,PHP dan MySQL, AKNOP
yang tidak optimal diakibatkan oleh tingginya laju sedimentasi pada saluran-saluran utama irigasi tambak. Sedimentasi pada saluran irigasi utama ini menyebabkan pemasukan air bersih menjadi terhambat yang berakibat menurunnya kualitas air tambak secara signifikan.
1. PENDAHULUAN Di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah, wilayah potensial pertambakan berada di pantai utara Jawa Tengah memanjang dari Kabupaten Brebes sampai Kabupaten Rembang dengan luas 40.000 ha. Dari luas tambak tersebut, Kabupaten Pati memiliki tambak terluas dengan luas 10.353 ha yang tersebar di Kecamatan Batangan, Wedarijaksa, Trangkil, Margoyoso, Tayu dan Dukuh Sekti (Prasetio dkk, 2010).
Di sisi lain, selama ini sistem penilaian kinerja jaringan irigasi tambak masih menggunakan sistem manual. Sistem tersebut sebagian besar masih menggunakan peran manusia, baik dari pendataan, pengolahan, penyimpanan sampai pada penyampaian informasi.
Potensi tambak di Kabupaten Pati tersebut tidak dibarengi dengan mantabnya kondisi jaringan irigasi yang ada. Penelitian yang dilakukan Prasetio dkk (2010) menyatakan bahwa kondisi umum saluran irigasi tambak di Kabupaten Pati belum memadai, juga model saluran irigasi yang ada belum permanen. Para pembudidaya juga mengeluhkan sistem irigasi
Penelitian yang menggabungkan antara pengembangan sistem informasi dan implementasinya terhadap pengembangan manajemen jaringan irigasi antara lain telah dilaksanakan oleh Sidra (2012). Dalam penelitian tersebut menjelaskan perlunya suatu sistem informasi secara spasial untuk mengetahui 1
kondisi fisik jaringan irigasi yang berada di Daerah Irigasi Bantimurung. Pengembangan sistem informasi tersebut memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG).
penilaian, mendapatkan kinerja jaringan tambak secara umum, merekomendasikan bentuk kegiatan yang diperlukan, dan menghitung kebutuhan anggaran berdasarkan bentuk kegiatan yang direkomendasikan.
Penelitian yang dilakukan Indarto dan Usman (2010) menghasilkan Sistem Informasi Daerah Irigasi (SIDI) yang bekerja diatas Mapwindow GIS. Plug-in SIDI tersebut berfungsi sebagai alat pendukung (tools) untuk membantu operasi dan manajemen jaringan irigasi dan infrastrukturnya. Implementasi SIDI di Daerah Irigasi Sampean Baru menunjukkkan bahwa perangkat lunak SIDI dapat operasional dan user friendly untuk mendukung manajemen irigasi pada tingkat Daerah Irigasi. Sriyana (2010) memperkenalkan software Sistem Informasi Jaringan Irigasi (SIJARI) yang berbasis ArcView GIS 3.3. Aplikasi ini memberikan kemudahan perolehan data, dapat diupdate setiap saat serta cepat.
Berdasarkan uraian diatas maka maksud penelitian ini adalah menyusun model penilaian kinerja jaringan irigasi tambak, menghitungindeks kinerja serta besaran Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) jaringan irigasi tambak. tujuan dari penelitian ini adalah menciptakan model penilaian kinerja jaringan irigasi tambak danmenghitung nilai kinerja dan mendapatkan besaran AKNOP jaringan irigasi tambak sebagai upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja jaringan.
2. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
McLoughlin (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa, irigasi dan sistem drainase yang ada mengalami penurunan pada kemampuan dan kinerja. Hal ini disebabkan awalnya dibiarkan bekerja diluar batas kapasitasnya, rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan (O&P), kekurangan dan bahkan pelayanan yang memburuk. Perlu adanya perhatian khusus untuk mengidentifikasi biaya yang relevan O&P irigasi.
Lokasi penelitian dilakukan di jaringan irigasi tambak Desa Tluwuk Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, dengan luas ± 420 ha.Penilaian kinerja saat pasang purnama dilaksanakan tanggal 27 Januari 2013 (15 Shafar 1434 H atau 15 Sapar 1946), dan penilaian kinerja saat pasang perbani dilaksanakan tanggal 2 April 2013 (21 Jumadil Ula 1434 atau 21 Jumadil Awal 1946).
Kurangnya dana O&P serta rehabilitasi jaringan irigasi diidentifikasi sebagai salah satu penyebab menurunnya kondisi fisik jaringan irigasi di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatra Barat (Yuskardi, 2012). Analisis untuk mendapatkan satuan harga operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi per hektar perlu dilakukan agar penyediaan dana yang dianggarkan sesuai kebutuhan.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah perpaduan dari penelitian pengembangan sistem informasi dan deskriptif evaluatif.
2.2 Jenis Penelitian
2.3 Analisis Data Analisis data meliputi: a. Rancang bangun model, beberapa aktivitasnyadidalamnya antara lain desain proses, HIPO, flowchart, desain input dan output, ERD, desain database dan desain user interface (Adjie, 2011).Bahasa pemrograman yang digunakan PHP dan MySQL. b. Analisis penilaian kinerja jaringan tambak mengacu pada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2011 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Jaringan Reklamasi Rawa. c. Komponen perhitungan AKNOP mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2011 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak.
Penilaian kinerja sebagai bentuk dari kegiatan pemantauan dan evaluasi berfungsi untuk mendapatkan data-data penyusunan program. Dijelaskan oleh Tri Rahajeng (2011), bahwa penilaian kinerja sistem irigasi sebaiknya dilakukan setiap tahun agar dapat diketahui nilai kinerja sistem irigasi masingmasing daerah irigasi. Nilai yang diperoleh digunakan untuk menyusun program tindak lanjut seperti perbaikan berat, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang lebih terarah dan tepat guna.
2.4 TahapPenelitian
Penelitian ini mengkaji bagaimana mempertahankan sistem jaringan irigasi tambak melalui rangkaian proses yang sistematis, yakni menciptakan model (tools), menghitung dan penilaian kinerja mendapatkan indeks kinerja di setiap komponen
Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi: 1) Tahap Perancangan Model 2) Tahap Penilaiain Kinerja 3) Tahap Perhitungan AKNOP 2
3. HASIL PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Model Pada desain proses dibuat diagram konteks sebagai inisialisasi awal sebagai awal sistem dan digambarkan secara general. Selanjutnya adalah pembuatan HIPO, yang berbasis pada fungsi, yaitu tiap-tiap modul di dalam system digambarkan oleh fungsi utamanya. Penulis menggunakan HIPO dengan jenis Visual Table of Contents (VTOC). Pada penyusunan flowchart, untuk model penilaian kinerja jaringan irigasi tambak terdiri atasflowchart perhitungan indeks kondisi saluran, flowchart perhitungan indeks kondisi bangunan, flowchart perhitungan indeks kondisi saluran dan bangunan serta flowchart perhitungan kinerja jaringan irigasi tambak.
Gambar 2. Tampilan Input Kondisi Saluran
Untuk tahap desain input dan output, pada desain input model yang dirancang mencakup Jaringan Irigasi, Sungai Utama, Form Saluran, Form Bangunan Air dan Form Tanggul Pelindung, sedangkan output (keluaran) berupa Laporan Jaringan Irigasi, Laporan Kondisi Saluran, Laporan Kondisi Bangunan Air, Laporan Kondisi Saluran dan Bangunan serta Laporan Kinerja Jaringan.
Gambar 3. Tampilan Input Kondisi Bangunan Air
3.2 Kinerja Jaringan Irigasi Tambak Tluwuk
Selanjutnya adalah penyusunan Entity Relationship Diagram(ERD), salah satu pemodelan data konseptual yang paling sering digunakan dalam proses pengembangan basis data bertipe relasional. Setelah ERD tersusun maka dibuat desain database sebagai salah satu komponen penting dalam penyusunan aplikasi komputer.
3.2.1 Penilaian Kondisi Saluran
Tahap terakhir adalah implementasi. Untuk tahap awal rancangan model ini, sistem hanya membagi satu user yakni user selaku guestsekaligus administrator. Dibawah ini disajikan beberapa tampilan halaman hasil tahap perancangan model.
Hasil pengamatan lapangan saat pasang purnama diketahui bahwa air pasang purnama tidak dapat mencapai titik terakhir batas saluran kecuali untuk Kali Lambao. Penampang basah sudah banyak ditumbuhi tanaman aquatik dan adanya sedimentasi yang cukup tinggi terutama di Kali Irigasi dan Kali Batang.
Jaringan irigasi tambak di Desa Tluwuk merupakan salah satu jaringan tambak dengan sistem irigasi semi teknis. Petak-petak tambak yang ada memanfaatkan suplai air dari Kali Irigasi yang merupakan sungai utama dan langsung bermuara ke Laut Jawa.
Pengamatan bermdi sebagian saluran sudah ditumbuhi rumput. Secara umum kondisi tanggul saluran terdapat longsoran yang memerlukan perbaikan.Hasil penilaian kondisi saluran saat pasang purnama ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Indeks Kondisi Saluran Saat Pasang Purnama
Gambar 1. Tampilan Halaman Utama
3
3.2.3 Penilaian Kondisi Tanggul Pelindung
Pengamatan kondisi saluran saat pasang perbani memberikan kondisi yang berbeda dibandingkan saat pasang purnama. Air pasang meninggalkan sedimen dan kotoran sisa pakan komoditas tambak. Hasil penilaian kondisi saluran irigasi tambak Tluwuk saat pasang perbani ditampilkan dalam Tabel 2.
Tanggul pelindung di jaringan tambak desa Tluwuk berupa urugan batu/tanah serta deretan pohon mangrove yang dapat pula berfungsi sebagai penahan gelombang pasang. Hasil pengamatan kondisi lapangan, secara umum kondisi tanggul pelindung dalam keadaan baik. 3.2.4 Penilaian Kondisi Saluran dan Bangunan
Tabel 2. Indeks Kondisi Saluran Saat Pasang Perbani
Pada periode pasang purnama didapatkan indeks kondisi saluran dan bangunan sebesar 2,71; ekivalen memiliki kinerja sebesar 57,20% sehingga direkomendasikan kegiatan pemeliharaan berkala. Untuk periode pasang perbani, indeks kinerja saluran dan bangunan air memperlihatkan nilai 3,18; nilai ini ekivalen dengan 45,40% sehingga diperlukan kegiatan rehabilitasi.
3.2.2 Penilaian Kondisi Bangunan Air
3.2.5 Penilaian Kinerja Jaringan
Sesuai pengamatan lapangan, bangunan air baik utama maupun penunjang yang ada di jaringan tambak Tluwuk mengalami kerusakan dan perlu adanya penggantian. Pintu stop log dari jumlah total 8 (delapan) buah hanya berfungsi baik 4 (empat) buah, pintu Bendung perlu perbaikan, dan perbaikan saluran berupa pasangan batu.
Penilaian kinerja jaringan irigasi tambak didasarkan pada hasil penilaian kinerja saluran dan bangunan air serta tanggul pelindung. Kinerja tambak Tluwuk ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Kinerja Jaringan Tambak Tluwuk
Pengamatan kondisi bangunan air pada saat pasang perbani tidak mengalami perubahan sehingga hasil penilaian antara pasang purnama dan pasang perbani sama. Hasil penilaian kondisi bangunan air ditunjukkan dalam Tabel 3.
Hasil penilaian menunjukkan indeks kinerja lebih baik pada periode pasang purnama daripada periode pasang perbani. Hal ini disebabkan pada periode pasang perbani konsentrasi sedimentasi yang tertinggal saat air pasang lebih banyak yang menyebabkan fungsi pengaturan air tidak berjalan maksimal. Selain semakin banyaknya tumbuhan air serta rumput di sepanjang saluran dan berm yang mengganggu aliran air menuju petakan tambak.
Tabel 3. Indeks Kondisi Bangunan Air
4
Hasil rancang bangun model akan diuji untuk mengetahui keberfungsiannya. Data penilaian kinerja yang didapat dari proses manual akan dimasukkan ke model.Hasil kalibrasi model aplikasi dengan model manual (Ms. Excel) tidak terjadi perbedaan, dengan demikian model berfungsi dan dapat dijadikan sebagai alat bantu (tools) saat penilaian kinerja. Berdasarkan hasil analisis terhadap model terdapat kelebihan dan kekurangan dari model yang diciptakan. Kelebihan model ini antara lain: 1. Struktur sistem dan struktur data masih sederhana sehingga mudah digunakan saat melakukan penilaian kinerja jaringan irigasi rawa. 2. Mampu menampilkan indeks kinerja dan rekomendasi kegiatan di masing-masing komponen penilaian kinerja sebagai awal perencanaan kegiatan O&P jaringan irigasi. 3. Menggunakan bahasa pemrograman berbasis web dan multi-user sehingga hanya perlu dikemas untuk dapat publikasi situs. Adapun kelemahan-kelemahan dari model penilaian kinerja tambak ini yaitu: 1. Hanya mampu menampilkan dokumen penilaian kinerja yang berupa data, tanpa dukungan gambar maupun keterangan lainnya. 2. Sistem masih membagi menjadi satu kelompok yakni, user sebagai guest sekaligus administrator sehingga tingkat keamanan data lemah. 3. Perlu penambahan menu data aset irigasi sebagai database tersendiri.
Pemeliharaan rutin adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan tata air tambak, agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar operasi dan mempertahankan keberlanjutan fungsi dan manfaat prasarana jaringan tambak yang dilakukan secara terus menerus.Jenis kegiatan dan hasil perhitungan ditampilkan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rincian Biaya Pemeliharaan Rutin
3.3.3 Biaya Pemeliharaan Berkala Hasil peninjauan lapangan akan dihitung pula biaya pebaikan pintu air masing-masing satu unit untuk Kali Sagi dan Kali Lambao. Disamping kegiatan tesebut, dilakukan pula perbaikan pintu air di Bendung Tluwuk dan perbaikan pasangan batu di Kali Irigasi dan Kali Batang. Hasil perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 7. Tabel 7. Rincian Biaya Pemeliharaan Berkala
3.3 AKNOP Jaringan Irigasi Tambak Tluwuk Perhitungan AKNOP didasarkan pada hasil pengamatan kondisi terakhir yakni periode pasang perbani. Dengan demikian rincian AKNOP jaringan tambak Tluwuk terdiri atas biaya operasi rutin, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan biaya rehabilitasi.
3.3.4 Biaya Rehabilitasi Demi kepentingan pengaturan tata air tambak dalam jaringan maka kegiatan galian alur Kali Irigasi dan Kali Batang masuk dalam kegiatan rehabilitasi. Demikian pula perbaikan pintu stoplog di Kali Kikis dan Krasak akan dilakukan penggantian pintu air yakni menjadi pintu klep otomatis. Hasil perhitungan biaya rehabilitasi ditunjukkan dalam Tabel 8.
3.3.1 Biaya Operasi Rutin Untuk operasi jaringan irigasi tambak Tluwuk diperlukan pembiayaan berupa insentif (honor atau upah) dan perjalanan dinas (bagi pengamat, juru, PPA atau staf), serta biaya operasional kantor dan peralatan seperti kebutuhan ATK, bahan survey dan sebagainya. Hasil perhitungan kebutuhan biaya operasi di jaringan irigasi tambak Tluwuk dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 8. Rincian Biaya Rehabilitasi
Tabel 5. Rincian Biaya Operasi Rutin
3.3.5 AKNOP Jaringan Irigasi Tambak Tluwuk 3.3.2 Biaya Pemeliharaan Rutin 5
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan biaya AKNOP jaringan irigasi tambak Tluwuk sebesar Rp. 2.511.253.700,- (dua miliar lima
berhasil disusun. Model penilaian kinerja ini berbasis PHP dan MySQL. Model ini dapat digunakan di jaringan reklamasi rawa baik rawa pasang surut (tambak) maupun rawa non pasang surut (rawa lebak). 2) Pada periode pasang purnama didapatkan indeks kinerja saluran dan bangunan sebesar 2,71 (berfungsi 57,20%), sedangkan periode pasang perbani didapatkan indeks kinerja saluran dan bangunan sebesar 3,18 (berfungsi 45,40%)dengan kinerja tanggul pelindung dalam kondisi baik. Sesuai dengan kondisi terakhir yakni pengamatan saat pasang perbani maka tindakan yang direkomendasikan terhadap saluran dan bangunan air adalah rehabilitasi sedangkan untuk tanggul pelindung berupa pemeliharaan. 3) Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) jaringan irigasi tambak Tluwuk adalah Rp 2.511.253.700,-.
ratus sebelas juta dua ratus lima puluh tiga ribu tujuh ratus rupiah). Rincian biaya AKNOP ditunjukkan dalam Tabel 9.
Tabel 9. AKNOP Jaringan Tambak Tluwuk
Dari tabel dapat dilihat bahwa biaya rehabilitasi merupakan biaya yang paling besar (71,43%) dalam rangka pengelolaan jaringan irigasi. Gambar 4 menampilkan grafik prosentase pembiayaan AKNOP jaringan irigasi tambak Tluwuk.
6. REKOMENDASI Beberapa saran yang dapat dilakukan antara lain : 1) Saat penilaian kinerja perlu menyusun hirarki komponen penyusun jaringan irigasi seteliti mungkin sehingga tidak ada komponen / elemen dari saluran, bangunan air dan tanggul pelindung yang terlewatkan. 2) Perlunya penambahan komponen penyusun kinerja jaringan seperti aspek kelembagaan / organisasi pengelola jaringan tambak, produktivitas hasil tambak maupun kontruksi pengaman luar jaringan (jetty, sea dike dan sebagainya) yang juga dapat berfungsi sebagai penahan gelombang pasang sehingga penilaian lebih obyektif. 3) Perpaduan dengan aplikasi program lainnya seperti GIS, Java dan sebagainya dimungkinkan untuk membuat desain struktur perhitungan dan tampilan program lebih menarik.
Gambar 4. Grafik Prosentase AKNOP
4. IMPLIKASI Penilaian kinerja jaringan irigasi tambak merupakan upaya mengukur kemampuan kerja jaringan tata air tambak berdasarkan kondisi fisik dan fungsinya dalam mengatur tata air. Dari penilaian kinerja tersebut dihasilkan indeks kinerja dan rekomendasi kegiatan yang diperlukan. Perhitungan AKNOP didasarkan pada rekomendasi kegiatan yang diperlukan terhadap saluran dan bangunan. Selain menambah khazanah pengetahuan dan teknologi keairan, diharapkan implementasi AKNOP dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja jaringan irigasi tambak desa Tluwuk, Kabupaten Pati dan model penilaian kinerja dapat digunakan sebagai alat bantu (tools) saat penilaian kinerja jaringan irigasi rawa boleh instansi atau lembaga yang membidangi irigasi rawa.
4) Penilaian kinerja jaringan irigasi tambak hendaknya dapat dilakukan setiap tahun sehingga perhitungan AKNOP sesuai kondisi lapangan. Dengan harapan hasil perhitungan AKNOP tersebut dapat sebagai masukan untuk diterapkan di tahun anggaran berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA [1] Adjie, F. 2011. Perancangan Sistem Informasi Akademik Pada CV. Lentera Mandiri (Language Education Center) di Kartasura, Sukoharjo. Laporan Proyek Akhir. Sekolah
5. KESIMPULAN
Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Sinar Nusantara. Surakarta. (Unpublised).
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan : 1) Model penilaian kinerja sebagai alat bantu (tools) saat penilaian kinerja jaringan irigasi tambak telah 6
ik/.../1510/. Diakses tanggal 5 Desember 2013.
[2] Anonim. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2011 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak..
[9] Tri Rahajeng, E.A. 2011. Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi (DI) Krisak Kabupaten Wonogiri. http://pasca.uns.ac.id/. Diakses
[3] Ditjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/SE/M/11 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Reklamasi Rawa. Jakarta.
tanggal 10 Agustus 2013.
[10] Wahjono, H.D. 2007, Pengembangan Sistem Database Sumber Daya Air Kota Samarinda. Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 8 Nomor 3:189-196 http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/a rticle/.../398/. Diakses tanggal 7 Desember 2012.
[4] Indarto & Usman, F. 2010. Desain Fitur dan Implementasi Sistem Informasi Daerah Irigasi (Studi Kasus: Daerah Irigasi Sampean Baru). Media Teknik Sipil. http://media.sipil.ft.uns.ac.id/index.php/m ts/article/view/89/85/. Diakses tanggal 20 November 2012.
[11] Yuskardi. 2012. Analisis Harga Satuan Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Irigasi (AKNPI) Berdasarkan Klasifikasi Kondisi Jaringan Irigasi.
[5] McLoughlin. 2007. O & M Budget Irrigation
http://pasca.uns.ac.id/p=2456/. tanggal 10 Agustus 2013.
System Level In Third World: Economic, Explore Alternative Journal of The American Water Resources Association. Volume 4, Issue 3, page 599-607. http://online.library.wiley.com/doi/10.111 1/j.1752-1688.1988.tb00911.x/abstract/. Diakses tanggal 9 September 2013.
[6] Prasetio,
A.B., Albasri & Rasidi. 2010. Perkembangan Budidaya Bandeng Di Pantai Utara Jawa Tengah (Studi Kasus: Kendal, Pati dan Pekalongan). Prosiding. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, http://isjd.pdii.lipi.go.id/. Diakses tanggal 3 April 2013.
[7] Sidra, Andi. 2012. Sistem Informasi Spasial Kondisi Fisik Jaringan Irigasi Bantimurung Kabupaten Maros. Skripsi. Universitas Hasanuddin. http://repository.unhas.ac.id/. tanggal 10 April 2013.
Makassar. Diakses
[8] Sriyana. 2010. Sistem Informasi Jaringan Irigasi
(SIJARI) Kabupaten Sukoharjo berbasis Program Arcview GIS 3.3. Jurnal Teknik. Volume 31 Nomor 1. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/tekn
7
Diakses