I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh setiap negara dimaksudkan untuk memperoleh sejumlah valuta asing yang kemudian melalui mekanisme perbankan akan membentuk cadangan devisa sebagai bagian dari modal pembangunan dan kebutuhan impor.
Indonesia sebagai negara berkembang masih membutuhkan barang-barang impor untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat diproduksi sendiri. Salah satu fungsi dari cadangan devisa adalah untuk mencukupi kebutuhan impor. Cadangan devisa dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan cadangan devisa suatu negara dapat menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian, salah satunya yaitu memperkecil kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi. Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis, maka dapat terjadi rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Apabila telah demikian keadaannya, maka pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 2002).
2
Jadi kondisi jumlah cadangan devisa Indonesia sangat perlu untuk ditingkatkan agar tingkat kerentanan ekonomi Indonesia dapat dikurangi. Salah satu cara untuk menaikkan jumlah cadangan devisa adalah dengan terus melakukan kegiatankegiatan ekonomi internasional. Kegiatan tersebut salah satunya adalah dengan melakukan ekspor dan mengurangi impor serta utang luar negeri.
Di Indonesia, cadangan devisa sering mengalami fluktuasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah:
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Periode 2000-2014 (dalam Juta USD) 120 100 80 60 40 20 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Cadangan Devisa (Juta USD)
Sumber : Bank Indonesia. Gambar 1. Perkembangan Cadangan devisa Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2014. Jika di lihat pada gambar 1, cadangan devisa Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2000 hingga tahun 2014. Pada tahun 2000 sampai tahun 2001 cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan dari 29.394 juta USD menjadi 28.016 juta USD. Kemudian mulai mengalami kenaikan hingga tahun 2004. Pada tahun 2005
3
kembali mengalami penurunan dari 36.321 juta USD menjadi 34.724 juta USD. Setelah itu mengalami kenaikan hingga tahun 2007. Pada tahun 2007 ke tahun 2008 cadangan devisa di Indonesia sempat mengalami penurunan. Faktor utama penyebab penurunan tersebut adalah kiris perekonomian global pada tahun 2008 yang menyebabkan menurunnya kinerja neraca pembayaran. Kinerja neraca pembayaran yang menurun secara langsung menyebabkan posisi cadangan devisa di Indonesia juga menurun di tahun itu. Setelah itu di tahun 2009 cadangan devisa Indonesia mulai mengalami perkembangan sampai tahun 2012.
Penurunan cadangan devisa di Indonesia terjadi lagi pada tahun 2012 sampai tahun 2013 dari 112.781 juta USD menjadi 105.149 juta USD. Hal ini terjadi karena pembayaran utang luar negeri pemerintah dan pembayaran kebutuhan impor pada tahun itu, terutama impor migas. Setelah itu posisi cadangan devisa Indonesia kembali mengalami perkembangan di tahun 2014.
Kenaikan dan penurunan jumlah cadangan devisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah perkembangan neraca pembayaran suatu negara. Sumber-sumber tersebut, diantaranya berasal dari: a. Kegiatan ekspor b. Perdagangan jasa c. Kegiatan pariwisata d. Pinjaman luar negeri (bantuan luar negeri) e. Hibah dan hadiah dari luar negeri f. Warga negara yang bekerja di luar negeri.
4
Mundell dan Johonson (Nopirin, 2008), cadangan devisa dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut: 1. Tingkat inflasi 2. Pendapatan riil 3. Suku bunga domestik 4. Kredit domestik 5. Muliplier uang
Menurut Madura (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan devisa adalah: 1. Laju inflasi 2. Pendapatan Nasional 3. Restriksi Pemerintah 4. Kurs Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurs, PDB, BI Rate, inflasi, restriksi pemerintah, kredit domestik, dan multipier uang dapat mempengaruhi posisi cadangan devisa di Indonesia, namun pada penelian ini variabel yang ditentukan adalah kurs, PDB, BI Rate, dan inflasi. Secara teori dikatakan bahwa kurs secara langsung mempengaruhi cadangan devisa di Indonesia. Kurs berfluktuasi setiap saat sesuai dengan kondisi permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valuta asing. Mata uang akan mengalami penguatan atau pelemahan terhadap mata uang lainnya. Mata uang yang mengalami penguatan relatif terhadap mata uang lainnya dinyatakan sebagai mata uang yang terapresiasi, sedangkan mata uang yang nilainya turun terhadap mata
5
uang lain disebut mata uang yang mengalami depresiasi. Istilah depresiasi dan apresiasi biasanya digunakan pada mata uang suatu negara yang menganut sistem kurs mengambang. Menguat dan melemahnya nilai tukar ditentukan oleh mekanisme yang terjadi di pasar valuta asing. Terapresiasinya kurs akan menyebabkan posisi cadangan devisa di Indonesia mengalami peningkatan dan sebaliknya, jika kurs terdepresiasi maka posisi cadangan devisa di Indonesia juga mengalami penurunan. Berikut adalah grafik perkembangan kurs terhadap cadangan devisa di Indonesia:
120
14
100
12 10
80
8
60
6
40
4
20 0 1998
2 2000
2002
2004
2006
2008
Cadangan Devisa (juta USD)
2010
2012
2014
0 2016
Kurs (Rupiah)
Sumber : Bank Indonesia Gambar 2. Perkembangan Kurs dan Cadangan devisa di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2014.
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa di tahun 2000 sampai tahun 2001 kurs mengalami peningkatan dalam hal ini kurs terdepresiasi, sedangkan cadangan devisa mengalami peningkatan pada tahun itu. Kemudian di tahun selanjutnya
6
yaitu tahun 2002 kurs mengalami penurunan dalam hal ini kurs terapresiasi dan cadangan devisa mengalami penurunan. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005, kurs dan cadangan devisa berjalan seiringan, ketika kurs naik cadangan devisa juga naik, begitupun sebaliknya.
Hal yang paling menarik terjadi pada tahun 2007 sampai tahun 2008, kurs mengalami kenaikan atau terdepresiasi yang cukup signifikan dan cadangan devisa mengalami penurunan yang signifikan juga. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara kurs dengan cadangan devisa. Terdepresiasinya kurs pada tahun itu disebabkan oleh krisis perekonomian global. Pada saat terjadi krisis global, negara adidaya Amerika Serikat mengalami resesi yang serius, sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mengurangi daya beli masyarakat Amerika. Hal ini sangat mempengaruhi negaranegara lain karena Amerika Serikat merupakan pangsa pasar yang besar bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Penurunan daya beli masyarakat di Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor terhadap Indonesia, dengan demikian ekspor Indonesia menurun. Inilah yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Defisit Neraca Pembayaran Indonesia jelas secara langsung menyebabkan penurunan posisi cadangan devisa di Indonesia (Bank Indonesia, 2008).
Kemudian pada tahun 2008 hingga tahun 2012 kurs mengalami penurunan atau terapresiasi dan cadangan devisa mengalami peningkatan. Terapresiasinya kurs pada tahun ini dipengaruhi oleh mulai membaiknya keadaan perekonomian global yang berdampak pada peningkatan posisi cadangan devisa di Indonesia. Pada
7
tahun 2012 sampai tahun 2013 kurs kembali mengalami depresiasi yang menyebabkan cadangan devisa menurun dari 122.781 juta USD menjadi 99.382 juta USD. Menurut Bank Indonesia, terdepresiasinya mata uang rupiah disebabkan oleh sejumlah pembayaran utang luar negeri pemerintah, pemenuhan kewajiban BUMN untuk pembiayaan impor dan. Hal ini langsung berdampak pada penurunan posisi cadangan devisa di Indonesia. Kemudian pada tahun 2013 sampai tahun 2014 kurs secara perlahan mulai terapresiasi dan berdampak positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.
Selain kurs, Produk Domestik Bruto (PDB) juga berpengaruh terhadap naik turunya posisi cadangan devisa di Indonesia. Menurut Mundell dan Johonson (Nopirin 2008), Monetary Approach to the Balance of Payment, Produk Domestik Bruto (PDB) akan mempengaruhi keseimbangan di pasar uang domestik melalui perubahan terhadap permintaan uang domestik. Adanya peningkatan PDB akan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Apabila Bank Indonesia kemudian menerapkan tight money policy untuk mengantisipasi terjadinya inflasi, maka kenaikan tingkat bunga di satu sisi menekan pemberian kredit domestik dan di sisi lain justru menjadi daya tarik masuknya modal asing yang cenderung mendatangkan surplus pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Surplus NPI tersebut selanjutnya akan meningkatkan posisi cadangan devisa di Indonesia. Berdasarkan penjelasan ini, hubungan antara PDB dengan posisi cadangan devisa di Indonesia adalah positif, (Masdjojo, 2010).
8
Berikut adalah perkembangan Produk Domestik Bruto dan cadangan devisa di Indonesia:
120
12,000,000
100
10,000,000
80
8,000,000
60
6,000,000
40
4,000,000
20
2,000,000
0 1995
2000
2005
Cadangan Devisa (Juta USD)
2010
0 2015
PDB (Miliar Rupiah)
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Gambar 3. Perkembangan PDB dan Cadangan Devisa di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2014.
Berdasarkan gambar diatas, Pada tahun 2000 hingga tahun 2001 posisi PDB Indonesia mengalami kenaikan dari 1.389.769 miliar rupiah menjadi 1.646.322 sedangkan cadangan devisa mengalami penurunan. Kemudian pada tahun 2001 hingga tahun 2004 PDB dan cadangan devisa Indonesia sama-sama mengalami kenaikan atau bergerak seiringan. Terjadi penurunan kembali di tahun 2005 atas cadangan devisa, namun PDB tetap mengalami kenaikan. Selanjutnya pada tahun 2006 hingga tahun 2007, PDB dan cadangan devisa mengalami kenaikan. PDB dan cadangan devisa tidak berjalan seiringan kembali pada tahun 2007 sampai tahun 2008. PDB mengalami peningkatan pada tahun tersebut, namun cadangan devisa mengalami penurunan. Setelah itu dari tahun 2008 sampai tahun 2012,
9
PDB dan cadangan devisa mengalami pergerakan yang beriringan. Ketika PBD mengalami peningkatan, cadangan devisa juga ikut mengalami peningkatan. Kemudian di tahun selanjutnya, yaitu pada tahun 2012 sampai tahun 2013, PDB dan cadangan devisa kembali berjalan tidak seiringan. Namun pada akhir tahun penelitian yaitu pada tahun 2013 sampai tahun 2014, PDB dan cadangan devisa kembali bergerak seiringan. Ketika PDB dan cadangan devisa berjalan tidak seiringan, berarti fenomena ini tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa PDB dan cadangan devisa memiliki hubungan yang positif. Mungkin pada saat itu penurunan cadangan devisa tidak terlalu dipengaruhi oleh PDB, melainkan cadangan devisa dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti BI Rate dan inflasi, (Nopirin, 2010).
Menurut Keynesian Balance of Payment Theory, hubungan antara variabel tingkat bunga dengan cadangan devisa dapat dijelaskan melalui mekanisme pendapatan. Apabila karena suatu hal tingkat bunga suatu negara mengalami kenaikan, maka hal itu akan mendorong menurunnya investasi di negara tersebut. Penurunan investasi selanjutnya berpengaruh pada menurunnya pendapatan agregat. Selanjutnya penurunan pendapatan agregat dapat menurunkan kemampuan impor. Apabila nilai impor lebih rendah dari nilai ekpsor, maka hal ini dapat menyebabkan surplus NPI melalui neraca perdagangan dan meningkatkan posisi cadangan devisa, demikian sebaliknya. Oleh karena, dengan asumsi ceteris paribus, hubungan antara tingkat bunga dengan cadangan devisa adalah positif, (Nopirin, 2010).
10
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik perkembangan BI Rate dengan cadangan devisa dibawah:
120
18 16
100
14
80
12 10
60
8
40
6 4
20 0 1998
2 2000
2002
2004
2006
2008
2010
Cadangan Devisa (Juta USD)
2012
2014
0 2016
BI Rate (%)
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Gambar 4. Perkembangan BI Rate dan Cadangan Devisa di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2014.
Berdasarkan gambar di atas, pergerakan antara variabel BI Rate dengan variabel cadangan devisa berjalan tidak beriringan dari tahun 2000 hingga tahun 2009. Hal ini menjelaskan bahwa pada saat BI Rate mengalami kenaikan maka cadangan devisa mengalami penurunan sebaliknya pada saat BI Rate mengalami penurunan maka cadangan devisa mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 hingga tahun 2001, persentase BI Rate mengalami peningkatan dari 12,05% menjadi 16,69% dan posisi cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan. Kemudian persentase BI Rate mengalami penurunan hingga tahun 2004 menjadi 6,17% dan posisi cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan. Persentase BI Rate kembali mengalami kenaikan pada tahun 2005 menjadi 11,84% kemudian turun
11
hingga tahun 2007 menjadi 8% dan cadangan devisa mengalami penurunan di tahun 2005 kemudian naik hingga tahun 2007.
Pada tahun 2008 BI Rate mengalami peningkatan menjadi 9,25% sedangkan cadangan devisa mengalami penurunan menjadi 51.639 juta USD. Selanjutnya, pada tahun 2009 BI Rate mengalami penurunan yang signifkan menjadi 6,5% sedangkan cadangan devisa mulai mengalami peningkatan menjadi 66.105 juta USD. Tahun 2010, BI Rate tetap berada pada angka 6,5% dan cadangan devisa meningkat menjadi 96.207 juta USD. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011, BI Rate kembali mengalami penurunan menjadi 6,0% sedangkan cadangan devisa mengalami peningkatan menjadi 110.123 juta USD. Pada tahun 2012, BI Rate turun ke angka 5,75% dan cadangan devisa sebesar 112.781 juta USD. Namun pada tahun 2013, BI Rate naik cukup signifikan menjadi 7,5% sedangkan cadangan devisa mengalami penurunan menjadi 99.382 juta USD. Pada tahun terakhir, yaitu tahun 2014 BI Rate mengalami peningkatan kembali dari tahun sebelumnya menjadi 7,75% dan cadangan devisa juga mengalami peningkatan menjadi 111.860 juta USD.
Berdasarkan penjelasan di atas secara garis besar terlihat bahwa ketika BI Rate mengalami peningkatan maka posisi cadangan devisa mengalami penurunan dan sebaliknya, ketika BI Rate mengalami penurunan maka posisi cadangan devisa mengalami peningkatan. Sejauh ini gambaran pergerakan BI Rate dengan cadangan devisa berjalan kurang sesuai dengan teori Keynesian Balance of Payment yang mengatakan bahwa hubungan antara BI Rate dan cadangan devisa adalah positif (Nopirin, 2010).
12
Selain kurs, PDB, dan BI Rate, inflasi juga memiliki pengaruh terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Menurut Bank Indonesia, tingkat inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh harga komoditi dunia terutama minyak dan pangan. Pada saat tingkat inflasi di Indonesia tinggi, maka harga dari barang input dan modal juga mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut akan memaksa produsen untuk mengurangi jumlah barang-barang yang diproduksi. Penurunan produksi jelas akan mempengaruhi besaran ekspor Indonesia dan berdampak pada penurunan posisi cadangan devisa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik perkembangan BI Rate dengan cadangan devisa di bawah:
120
18 16
100
14
80
12 10
60
8
40
6 4
20 0 1998
2 2000
2002
2004
2006
2008
Cadangan Devisa (Juta USD)
2010
2012
2014
0 2016
Inflasi (%)
Sumber : Bank Indonesia. Gambar 5. Perkembangan Inflasi dan Cadangan Devisa di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2014.
Berdasarkan gambar diatas, pada tahun 2000 hingga tahun 2001 tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dari 9,35% menjadi 12,55% dan cadangan devisa pada tahun tersebut mengalami penurunan. Pada tahun selanjutnya tingkat inflasi
13
di Indonesia mengalami penurunan hingga tahun 2003 menjadi 5,06% dan cadangan devisa mengalami peningkatan. Kemudian pada tahun 2004, inflasi di Indonesia mengalami kenaikan menjadi 6,4% namun cadangan devisa juga mengalami kenaikan, pada tahun ini inflasi dan cadangan devisa bergerak seiringan. Pada tahun 2005, inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu 17,11% dan cadangan devisa mengalami penurunan. Pada tahun selanjutnya hingga tahun 2007, inflasi mengalami penurunan menjadi 6,59% dan cadangan devisa sebesar 56.920 juta USD. Kemudian pada tahun 2008 tingkat inflasi mengalami kenaikan menjadi 11,06%, kenaikan tersebut berdampak pada penurunan posisi cadangan devisa menjadi 51.639 juta USD. Pada tahun 2009, tingkat inflasi turun signifikan menjadi 2,78% dan posisi cadangan devisa naik menjadi 66.105 juta USD.
Namun pada tahun 2010, kenaikan tingkat inflasi menjadi 6,96% tidak diikuti oleh penurunan cadangan devisa, melainkan cadangan devisa tetap naik menjadi 96.207 juta USD. Pada tahun 2011, tingkat inflasi turun menjadi 3,79% dan posisi cadangan devisa naik menjadi 110.123 juta USD. Tahun 2012, tingkat inflasi naik menjadi 4,3% dan cadangan devisa naik menjadi 112.781 juta USD. Selanjutnya tahun 2013 dan 2014 inflasi naik kemudian turun dari 8,38% menjadi 8,2% dan cadangan devisa turun kemudian naik dari 99.382 juta USD menjadi 111.860 juta USD.
Uraian di atas menjelaskan bahwa, hampir setiap kenaikan tingkat inflasi akan menurunkan posisi cadangan devisa di indonesia dan sebaliknya, penurunan tingkat inflasi akan menaikan posisi cadangan devisa di Indonesia. Fenomena ini
14
secara umum sesuai dengan analisa Bank Indonesia yang mengatakan bahwa kenaikan tingkat inflasi akan berdampak pada penurunan posisi cadangan devisa di Indonesia.
Berdasarkan dengan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui apakah variabel kurs, PBD, SBI, dan inflasi berpengaruh terhadap cadangan devisa di Indonesia. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa Di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari berbagai uraian yang telah dijelaskan di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Kurs berpengaruh terhadap cadangan devisa di Indonesia? 2. Apakah PDB berpengaruh terhadap cadangan devisa di Indonesia? 3. Apakah BI Rate berpengaruh terhadap cadangan devisa di Indonesia? 4. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap cadangan devisa di Indonesia? 5. Apakah Kurs , PDB, BI Rate, dan Inflasi secara bersama-sama mempengaruhi cadangan devisa di Indonesia?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh kurs terhadap cadangan devisa di Indonesia.
15
2. Mengetahui pengaruh PDB terhadap cadangan devisa di Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh BI Rate terhadap cadangan devisa di Indonesia. 4. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia. 5. Mengetahui apakah Kurs, PDB, BI Rate, dan Inflasi secara bersama-sama mempengaruhi cadangan devisa di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk peneliti, pembaca, dan masyarakat umum yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Sebagai salah-satu syarat dalam menyelesaikan program studi S1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung. 2. Menambah wawasan bagi penulis, mahasiswa agar berfikir secara ilmiah pada bidang Ekonomi Moneter dan Ekonomi Internasional khususnya cadangan devisa. 3. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak lain yang ingin mengetahui pengaruh kurs, PDB, BI Rate, dan inflasi terhadap cadangan devisa nasional.
16
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan dengan rumusan malasah yang telah dijabarkan di atas, dapat kita gambarkan kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah:
Kurs
PDB Cadangan Devisa BI Rate
Inflasi Gambar 6. Kerangka Pemikiran
Mundell dan Johonson (Nopirin, 2010), cadangan devisa dipengaruhi oleh Tingkat Inflasi, Pendapatan Riil, Suku Bunga Domestik, Kredit Domestik, dan Muliplier Uang. Menurut Madura (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan devisa adalah: Laju inflasi, Pendapatan Nasional, Restriksi Pemerintah, dan Kurs.
Berdasarkan gambar dan uraian menurut Mundell Johonson dan Madura, penulis menentukan Kurs, PDB, BI Rate, dan Inflasi sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Masdjojo (2010) yang mengemukakan bahwa variabel kurs terbukti berpengaruh negatif signifikan, sedangkan pertumbuhan ekonomi (PDB) berpengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa. Variabel BI Rate dan Inflasi dijelaskan oleh
17
penelitian Mei Lin (2003), yang membuktikan bahwa tingkat inflasi di Jepang memiliki tren signifikan negatif dan untuk tingkat bunga berpengaruh positif. Penelitian ini ingin melihat hubunga antara variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel cadangan devisa di Indonesia.
F. Hipotesis
1. Diduga bahwa Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. 2. Diduga PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. 3. Diduga BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. 4. Diduga inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. 5. Diduga inflasi, PDB, BI Rate, dan Kurs secara bersama-sama cadangan devisa di Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
Rencana Penulisan mini skripsi ini akan dibagi dalam 5 bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan, yang berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teoritis, dan Sistematika Penulisan Penelitian. BAB II : Tinjauan Pustaka.
18
BAB III : Metode Penelitian terdiri atas jenis dan sumber data, Lokasi dan Waktu Penelitian, Metode penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Saran.