1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang baik untuk pengembangan sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang mampu memberikan pertumbuhan ekonomi adalah sub sektor perkebunan. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan Indonesia yang memiliki prospek dan mendominasi produksi kawasan Asia Tenggara bahkan tingkat dunia. Salah satu faktor penentu produktivitas tanaman kelapa sawit adalah dengan menggunakan bibit yang berkualitas yang didapatkan melalui penggunaan benih yang secara genetik unggul dan pemeliharaan yang baik, terutama pemupukan. Namun, sebagian besar pekebun swadaya menggunakan bibit berkualitas rendah yang berasal brondolan lepas di kebun serta pengelolaan pupuk yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai pengelolaan pembibitan yang baik, kurang tersedianya tenaga kerja yang profesional dan terampil dibidangnya serta manajemen pemupukan yang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah Indonesia mendirikan berbagai lembaga pendidikan yang mampu memenuhi harapan tersebut. Oleh karena itu, ketepatan manajemen pemupukan selama proses pembibitan menjadi faktor yang sangat penting. Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien dan efektif, memenuhi prinsip enam
Laporan Tugas Akhir
2
tepat, yaitu: tepat waktu, dosis, cara, jenis, tepat tempat dan pengawasan (Simatupang, Palupi dan Suwarto, 2010). Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap menguntungkan.
serangan penyakit
dan
pengaruh
iklim
yang tidak
Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi penyediaan
unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang maksimal (Saputra, 2011). Biaya pemupukan tanaman kelapa sawit berkisar antara 40-60 % dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau 15-20 % dari biaya produksi dan merupakan eksploitasi yang besar bagi perusahaan. Agar sasaran pemupukan dapat tercapai dan efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan maka manajemen pemupukan kelapa sawit perlu dibina dan dimantapkan serta terus menerus disempurnakan sehingga biaya pemupukan yang sudah begitu besar tidak menjadi sia-sia (Wawan, 2011). Oleh karena itu, pengelolaan manajemen pemupukan di perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan mengingat biaya pemupukan yang begitu besar dan menjadi dasar bagi penulis untuk lebih mengetahui tentang pemupukan pada kelapa sawit yang efektif dan efisien.
Laporan Tugas Akhir
3
1.2. Tujuan A. Tujuan Umum Kegiatan ini bertujuan agar penulis memperoleh pengalaman dan kondisi nyata pengelolaan perkebunan sebagai bekal untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. B. Tujuan Khusus 1. Mengetahui teknik pemupukan di pembibitan pada tanaman kelapa sawit yang tepat. 2. Dapat menganalisa kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan. 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pada kegiatan pemupukan di pembibitan kelapa sawit. 4. Mengetahui pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pembibitan kelapa sawit setelah dilakukan pemupukan. 1.3. Manfaat 1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang pemahaman kegiatan pemupukan di instansi/perusahaan secara umum dan menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pemupukan. 2. Hasil dan penulisan laporan ini hendaknya dapat memberikan tambahan informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan nantinya.
Laporan Tugas Akhir
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Pahan, 2010). Taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika tanaman menurut Lubis dan Agus (2011), dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Tracheopita
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermeae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Arecales
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menurut Suwarto dan Octavianty (2010) memiliki varietas yang cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain - lain. Berdasarkan warna buah dari species Elaeis guineensis Jacq. dikenal varietas : Nigrescens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi orange setelah buah matang.
Laporan Tugas Akhir
5
Virescens, buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna orange. Albescens, waktu muda buah berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna merah. 2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif.
Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2010). a.) Akar (radix) Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Akar yang pertama muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula, yang panjangnya 15 cm. Dari radikula akan tumbuh akar lain yang berfungsi untuk mengambil air dan hara dari media. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang - cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Akar juga dipengaruhi oleh sistim perakaran dari tanaman pengganggu atau gulma (Adi, 2011). Zona perakaran kelapa sawit kebanyakan terletak pada kedalaman sampai satu meter, tetapi jumlah perakaran terbesar berada pada kedalaman 15 - 30 cm. Sistem perakaran pada tanaman kelapa sawit sangat rapat dan lebat sehingga dapat menahan berdirinya pohon dengan kuat, maka jarang sekali ditemukan pohon
Laporan Tugas Akhir
6
kelapa sawit yang tumbang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini : b. Batang (caulis) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm – 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Pahan, 2008). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm – 60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl). Kecepatan tumbuh berkisar 35 cm – 75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (Pahan, 2010). c.) Daun (Folium) Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun - daun membentuk satu pelepah yang panjangnya
Laporan Tugas Akhir
7
lebih dari 7,5 – 9 meter dan jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar 250 – 400 helai. Daun kelapa sawit yang masih muda dan kuncup berwarna kuning pucat. Daun pada tanaman kelapa sawit yang masih muda dan kuncup berwarna kuning pucat.
Daun pada tanaman kelapa sawit merupakan tempat
berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin dalam proses fotosintesis berlangsung maka semakin banyak bahan makanan yang dibentuk, sehingga produksi tanaman akan meningkat (Adi, 2011). 2.3. Pembibitan Kelapa Sawit Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok suatu industri perkebunan (Poeloengan, 1996 cit Syahfitri, 2007). Faktor bibit memegang peranan penting di dalam menentukan keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar (Salman, 1993 cit Syahfitri, 2007). Pembibitan
adalah
suatu
proses
untuk
menumbuhkan
dan
mengembangkan biji atau benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting (Syahfitri, 2007). Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage).
Laporan Tugas Akhir
Sistem pembibitan
8
dua
tahap terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama
(main-nursery). Pembibitan awal (pre-nursery) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009 cit Sukarman, 2012). Kecambah yang dipindahkan ke pembibitan awal adalah kecambah yang normal. Ciri-ciri kecambah yang normal adalah : radikula (bakal akar) berwarna kekuning-kuningan dan plumula (bakal batang) keputih-putihan, radikula lebih tinggi dari plumula, radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm (Chairani, 1991 cit Syahfitri, 2007). Menurut Socfindo (2014) seleksi dilaksanakan berdasarkan umur bibit diantaranya pada saat menyemai (0 bulan/pre-nursery), umur 4-6 minggu (prenursery} dan umur 3-3,5 bulan (akan pindah ke main nursery).
Laporan Tugas Akhir
9
Bibit yang tidak normal di pre-nursery yakni : 1. Bibit Berdaun Sempit (narrow leaves / grass leafs) yaitu perbandingan lebar dan panjang helaian daun tidak seimbang atau lebih kecil dibanding daun normal. Helaian daun sempit dan memanjang disebabkan faktor genetlk. 2. Daun Bergulung (rolled leaf) yaitu daun sempit, panjang dan bergulung sepanjang tulang daun, umumnya disebabkan faktor genetis tetapi dapat juga disebabkan oleh kekeringan dan serangan serangga penghisap daun. 3. Tanaman Kerdil/Bantat (Stunted Plant / runt) yaitu bibit berbentuk normal tetapi mempunyai ukuran lebih kecil. Selain faktor genetik dapat juga diakibatkan kesalahan kultur teknis, seperti penggunaan tanah yang tidak memenuhi syarat, aplikasi herbisida yang salah dan kekurangan nutrisi. 4. Perakaran bibit bantat, dimana akar pada bibit tidak berkembang, jumlah secondary root tidak banyak dibanding pada bibit normal. 5. Daun dengan strip kuning (chimera), dengan ciri pada helaian daun terdapat bagian yang berwarna kuning, bisa berupa strip kecil atau menyerupai pita (partial). Disebabkan faktor genetik karena tidak adanya klorofil pada jaringan daun. 6. Daun Berkerut (Crinkle Leaf) dengan ciri permukaan daun berkerut. Pada gejala ringan umumnya bibit akan membentuk daun baru yang normal. Selain disebabkan faktor genetik dapat juga kekurangan boron. 7. Daun berputar (twisted leaf) dengan ciri daun melengkung dan tumbuh melengkung diatas permukaan tanah sebagai akibat kesalahan sewaktu menanam kecambah (plumula ke bawah dan radicula ke atas). Sering terjadi pada kecambah yang punya 2-3 embryo.
Laporan Tugas Akhir
10
8. Bibit etiolasi (over grown plant), terjadi karena terlalu lama di prenursery (kompetisi terhadap sinar matahari) sehingga bibit meninggi dan kurus. 9. Daun tidak terbuka (colante) dengan ciri helaian daun bersatu, tidak terbuka atau terbuka sebagian, dapat disebabkan shock bibit (kekeringan), serangan serangga, bahan kimia atau kekurangan unsur boron. Menurut Socfindo (2014) seleksi di main nursery dilakukan 4 tahap yaitu tahap I umur 4 bulan, tahap II umur 6 bulan, tahap III umur 8 bulan dan tahap IV saat akan transplanting ke lapangan. Abnormalitas di main nursery yakni : 1. Pokok streril (erect) dengan ciri bibit tegak dan kaku, sudut pelepah dengan sumbu batang sempit dan sering lebih tinggi dari bibit sekitarnya. Pada umumnya menjadi pokoksteril atau tidak berproduksi. Penyebabnya faktor genetik. 2. Pokok kerdil (stunted/runt) yaitu pokok yang terhambat pertumbuhannya. Penyebabnya bisa genetis atau pemeliharaan yang kurang baik seperti media tanah yang salah, kekurangan atau kelebihan air yang menyebabkan defisiensi nitrogen. 3. Permukaan tajuk rata (flat top) dengan ciri daun muda tumbuh lebih pendekdari daun yang lebih tua sehingga terbentuk tajuk yang rata pada bagian atasnya. Dapat disebabkan faktor genetik atau defisiensi boron. 4. Pokok loyo (limp/flacit) dengan ciri daun muda tumbuh lebih panjang dari daun tua, tetapi pelepah dan helai anak daun lemas/loyo dan terkulai. Hal ini disebabkan oleh factor genetik.
Laporan Tugas Akhir
11
5. Pokok juvenile yaitu bibit yang anak daunnya tidak berdiferensiasi (belum terbentuk), tetap seperti daun tanaman muda (bifurcate). Sedang pada bibit normal anak daun (pinnate) sudah terbentuk. 6. Jarak anak daun pendek (short internode) dengan ciri jarakantara anak daun lebih sempit dibanding dengan daun normal. Bibit ini kelihatannya lebih pendek dari bibit sekitarnya. Penyebabnya faktor genetik. 7. Jarak anak daun lebar (wide internode) dengan ciri jarakantara anakdaun lebih lebar dibanding daun normal Bibit kelihatannya lebih tinggi dan kurus disbanding bibit sekitarnya. Penyebabnya faktor genetik. 8. Anak daun sempit (narrow pinnae) dengan ciri helaian anak daun sempit seperti jarum dibanding dengan daun normal. Biasanya menggulung dan membentuksudut yang tajam dengan pelepah daun. Penyebabnya faktor genetik. 9. Anak daun lebar dan pendek (short board leaf) dengan ciri anak daun lebih lebar dan pendek dibanding dengan tanaman normal, sehingga terbentuk tanaman yang kerdil. Penyebabnya factor genetik. 10. Sudut anak daun sempit (Acute pinnae Insertion) dengan ciri sudut anak daun dengan pelepah daun sempit/kecil sehingga bibit berkembang menjadi steril. Biasanya gejala initerjadi bersama dengan anak daun yang mengecil Penyebabnya faktor genetik. 11. Pokok raksasa (giant plant) yaitu bibit dengan pertumbuhan yang sangat jagur (vegetative vigorous). Percabangan pada bagian dasar lebar dan sering menjadi pohon tidak produktif (steril). Penyebabnya faktor genetik.
Laporan Tugas Akhir
12
12. Daun dengan strip kuning (chimera) dengan ciri pada helaian daun terdapat bagian yang berwarna kuning, bisa berupa strip kecil atau menyerupai pita (partial). Penyebabnya faktor genetik karena tidak adanya cholorophyl pada jaringan daun. 13. Crown Diases atau disebut penyakit tajuk, daun muda berputar/bengkok dan anak daun pada bagian yang berputar/ bengkokrusakatau kering dan sering seperti kena serangan busuk pucuk. 2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan antara lain iklim dan tanah (Lubis dan Agus 2011). a.) Tinggi tempat dan topografi Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 400 m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah
pada ketinggian
0 - 300 m. Tinggi tempat dari permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara. Akibat sulitnya mendapatkan areal yang datar sampai dengan bergelombang saat ini, maka areal topografi berbukit sampai dengan curam juga menjadi pertanaman kelapa sawit, namun tentunya dibutuhkan perlakuan khusus dalam hal konservasi tanah.
Agar areal berbukit atau curam yang di tanami kelapa sawit dapat
menguntungkan, diperlukan pembuatan teras-teras yang terencana dan penataan jalan yang baik (Pahan, 2010).
Laporan Tugas Akhir
13
b.) Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, akan tetapi agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis tanah yang cocok. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah jenis tanah Podsolik merah kuning, Latosol dan Aluvial yang terkadang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai (Sunarko, 2014). Kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010), yang cocok adalah sebagai berikut : -
Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
-
Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50%.
-
Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
-
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
c.) Iklim Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
Laporan Tugas Akhir
14
di sekitar Utara - Selatan 12º pada ketinggian 0 - 500 m dpl. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang
130
Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Evizal, 2014). Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut : 1.) Curah hujan Kelapa sawit dapat tumbuh dengan curah hujan yang baik adalah 2.000 – 2.500 mm/tahun, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata sepanjang tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif adalah 1.300 – 1.500 mm per tahun. Karena itu jumlah curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun masih tetap baik bagi kelapa sawit sepanjang tidak terdapat defisit air 250 mm. Curah hujan yang jumlahnya lebih dari 2.500 mm juga tetap baik selama hari hujan tidak lebih dari 180 hari dalam setahun. Curah hujan rata - rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 – 3.000 mm per tahun yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3). Curah hujan > 3.000 mm/tahun menjadi pembatas ringan, namun curah hujan < 1.250 mm/tahun menjadi pembatas berat (Adi, 2011). Defisit air yang tinggi dapat menyebabkan produksi hanya akan normal kembali setelah 3 – 4 tahun. Defisit air yang tinggi menyebabkan bunga - bunga dalam periode perkembangan bunga sebelum anthesis menjadi gugur. Demikian juga bunga - bunga yang telah anthesis bisa aborsi (Adi, 2011).
Laporan Tugas Akhir
15
2.) Temperatur Temperatur yang optimal 24 - 28º C, terendah 180 C dan tertinggi 32º C serta kelembaban rata - rata 32º C. Kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain - lain (Adi, 2011). Kelembaban rata - rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0 - 400 meter. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah (Evizal, 2014). 3.) Penyinaran matahari Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang - kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa diberbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga (Lubis dan Agus, 2011). Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di daerah - daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya karena pohon - pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun menurun (Evizal, 2014).
Laporan Tugas Akhir
16
4.) Angin Kecepatan angin 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Adi, 2011). 2.5. Pupuk dan Pemupukan 2.5.1. Pengertian pupuk dan pemupukan Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah (Kurnianti, 2012). Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahanbahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah. Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis serta berbeda pula sifat-sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman. Karena halhal tersebut di atas agar diperoleh hasil pemupukan yang efisien dan tidak merusak akar tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan jenis pupuk dan cara pemberian pupuk yang tepat (Kurnianti, 2012). 2.5.2. Sifat dan jenis pupuk Menurut Kurnianti (2012) berdasarkan kebutuhan tanaman, pupuk dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu sebagai berikut : 1. Pupuk makro Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi
Laporan Tugas Akhir
17
Nitrogen (N), Pospat (P), dan Kalium (K), sedangkan makro sekundernya meliputi Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). 2. Pupuk mikro Pupuk mikro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif kecil, sekalipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit pupuk ini mutlak diperlukan tanaman yang meliputi Klor (Cl), Besi (Fe), Mangan (Ma), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo) dan seng (Zn). Berdasarkan asalnya, pupuk dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu sebagai berikut: 1. Pupuk organik Menurut Siregar dan Hartatik (2011) pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan yang sebagian besar berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa untuk menyediakan hara terutama N dan Corganik, serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah tangga, dan pabrik, serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar. Pupuk organik dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau yang sudah dikomposkan.
Laporan Tugas Akhir
18
Wikipedia (2012) menambahkan kelebihan dan kekurangan pupuk organik: a. Kelebihan:
Tidak menyebabkan polusi lingkungan
Meningkatkan aktivitas biologi tanah mampu menekan Al dengan membentuk kompleks Al-organik pada tanah masam
Meningkatkan KTK
Memperbaiki struktur tanah
Meningkatkan kemampuan tanah menahan air
b. Kekurangan:
Kandungan hara makronya sedikit, sehingga kurang mencukupi untuk kebutuhan tanaman,
kurang ekonomis dalam transpotasi
ketersediaan haranya lambat
2. Pupuk Anorganik Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis (Wikipedia, 2012).
Laporan Tugas Akhir
19
Menurut Wikipedia (2012) Pupuk anorganik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Pupuk Tunggal Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara sebagai penambah kesuburan.Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K. Purwanto (2012) menambahkan, adapun kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan pupuk tunggal adalah sebagai berikut: Kelebihan Mudah didapat dan harga lebih murah Kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang dibutuhkan Kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman. Kelemahan
Pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat lossis ataupun kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap (Urea). Kondisi ini dipengaruhi terhadap aplikasi pemberian pupuk (4 T) tepat waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat tempat, sehingga kehilanggan dapat diperkecil.
Pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah (tetapi ini bisa dianulir dengan aplikasi lain seperti tanam kacangan ataupun pemakaian organik suplemen.
b. Pupuk Majemuk Kandungan hara dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam tiga angka yang berturut-turut menunjukkan kadar N, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk majemuk
Laporan Tugas Akhir
20
15 – 25 – 10 menunjukkan bahwa tiap 100 Kg pupuk mengandung 15 Kg N + 25 Kg P2O5 + 10 Kg K2O (Sarwono, 2010). Pupuk majemuk umumnya dibuat dalam bentuk butiran yang seragam sehingga memudahkan penaburan yang merata. Butir-butir umumnya agak keras dengam permukaan licin sehingga dapat mengurangi sifat memfiksasi air (higroskopis) dari udara lembab. Dikenal tiga jenis besar butir yaitu kasar, sedang dan halus atau prills . Prills ini keras, bulat, permukaan licin dan besar butirnya seragam (Sarwono, 2010). Purwanto (2012) menambahkan, adapun kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan pupuk majemuk adalah sebagai berikut: Kelebihan Pupuk slow release (tidak secara keseluruhan terurai sebab pupuk komposisi padan dengan bahan lainnya). Tidak merusak tanah bersinergis. Lebih mudah aplikasinya, lebih lengkap dan seimbang kandungan unsur haranya,
lebih
seragam
penyebaran
unsur
haranya,
lebih
efisien
penggunaannya, lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu, serta lebih mudah pengadaan dan penyimpanannya Kekurangan
Harga pupuk sangat mahal
Ketepatan dosis tidak bisa tercapai sebab setiap unsur seyawa hara terdapat dalam perbandingan yang berbeda.
Kebutuhan pupuk tidak sama setiap unsurnya.
Laporan Tugas Akhir
21
Menurut Wikipedia (2012) kelebihan dan kekurangan pemberian pupuk anorganik adalah sebagai berikut: Kelebihan Pemberiannya dapat terukur dengan tepat Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlah nya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik Kekurangan Meninggalkan residu ke dalam tanah Dalam jangka panjang akan merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah Degradasi unsur hara. PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), Medan (2013) menambahkan kandungan unsur-unsur pupuk anorganik digolongkan sebagai berikut : a. Pupuk Nitrogen Penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan. Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi. Penyebab kekurangan Nitrogen : Terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif.
Laporan Tugas Akhir
22
Upaya : Aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma. Novizan (2009) menambahkan unsur nitrogen dapat diperoleh dari beberapa sumber diantaranya adalah: 1. Amonium Nitrat (NH4NO3) Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering.
Amonium
nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama. 2. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4 Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai di daerah panas. 3. Kalsium Nitrat (CaNo3) Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis. 4. Urea (CO(NH2)2) Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis.
Urea sangat mudah larut
dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
Laporan Tugas Akhir
23
b. Pupuk Fosfor Penyusun
ADP
(Adenosina
Dipospat)/ATP
(Adenosina
Tripospat),
memperkuat batang dan merangsang perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah, Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing. Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit tumbuh dengan bintil akar yang sedikit. Penyebab kekurangan P : P tanah rendah ( < 15 ppm ), Top Soil tererosi, kurangnya pupuk P dan kemasaman tanah tinggi. Upaya : Aplikasi P dipinggir piringan/gawangan, kurangi erosi, tingkatkan status P tanah, dan perbaiki kemasaman tanah. Novizan (2009) menambahkan unsur fosfor diperoleh dari berbagai sumber diantaranya adalah: 1. SP36 Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat.Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar. 2. Amonium Phospat Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0 dan Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. Pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan.Reaksinya termasuk
Laporan Tugas Akhir
24
alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah. c. Pupuk Kalium Aktifitas stomata, aktifitas enzim dan sintesa minyak. Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit serta jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan K menyebabkan bercak kuning/transparan, white stripe, daun tua kering dan mati. Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti Ganoderma. Kelebihan K merangsang gejala kekurangan B sehingga rasio minyak terhadap tandan menurun. Penyebab kekurangan K : K di dalam tanah rendah, kurangnya pupuk K, kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah. Upaya : Aplikasi K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, perbaiki kemampuan tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir piringan Sumber kalium yang banyak dikenal adalah kalium klorida (MOP-muriate of potash) yang mengandung 50% K atau 60% K2O dalam bentuk KCl. Novizan (2009) menambahkan unsur Kalium diperoleh dari berbagai sumber diantaranya adalah: 1. Kalium Chlorida (KCl) Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor
berpengaruh
negatif
terhadap
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
Laporan Tugas Akhir
tanaman
yang
25
2. Kalium Sulfat (K2SO4) Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 4852%. Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan untuk menggunakan pupuk ini. 3. Kalium Nitrat (KNO3) Mengandung 13% N dan 44% K2O. Berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral. d. Magnesium Penyusun klorofil, dan berperanan dalam respirasi tanaman, maupun pengaktifan enzim. Kekurangan Mg menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisiyang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering. Penyebab kekurangan Mg : Rendahnya Mg didalam tanah, kurangnya aplikasi Mg, ketidakseimbangan Mg dengan kation lain, curah hujan tinggi ( > 3.500 mm/tahun ), tekstur pasir dengan top soil tipis. Upaya : Rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1,2, aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi, pupuk ditabur pada pinggir piringan. e. Tembaga Pembentukan klorofil dan katalisator proses fisiologi tanaman. Kekurangan Cu menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow. Jaringan klorosis hijau pucat - kekuningan muncul ditengah anak daun muda.
Laporan Tugas Akhir
26
Bercak kuning berkembang diantarajaringan klorosis. Daun pendek, kuning pucat kemudian mati. Penyebab kekurngan Cu : Rendahnya Cu didalam tanah gambut atau pasir, tingginya aplikasi Mg, aplikasi N dan P tanpa K yang cukup. Upaya : Perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu SO4 f. Boron Meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein. Kekurangan Boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata. Penyebab kekurangan Boron : Rendahnya B tanah, tingginya aplikasi N, K dan Ca.
Laporan Tugas Akhir
27
g. Besi (Fe) Tanda-tanda kekuranagn Fe : Ujung daun nekrosis, Tajuk atas menguning dan Bercak seperti pulau dengan dasar hijau. Tabel 1. Beberapa jenis dan sifat pupuk yang umum dipergunakan Jenis Pupuk
Rumus Kimia Kadar Unsur Reaksi Bentuk Warna Kelarutan Hara Utama Kemasaman dalam air UREA (NH2)2CO 42 – 46% N Sedikit masam Kristral dan Putih Mudah larut butir ZA (Zwavelzure Ammoniak) (NH4)2SO4 20 – 21% N dan Masam Kristal Putih kelam Mudah larut / Ammonium Sulfat 21 – 27% S sampai putih kekuningan Natrium Nitrat (NN) NaNO3 16 % N dan Netral sampai Kristal Berbagai warna: Mudah larut 26% Na basa merah, kuning, kelabu, dan ungu TSP (Triple Super Phosphat Ca(H2PO4)2.H2 44-52% P2O5 Netral Butiran Abu-abu Dapat larut e) O (granul) Fosfat Alam (RP= Rock Ca3(PO4)2 Sangat beragam Netral sampai Tepung Tergantung Kelarutan Phosphate) tergantung basa (serbuk) sumbernya. Abu- sangat sumbernya. 25 – abu keputihan, rendah 38% P2O5 merah kecoklatan Kalium Clorida KCl 52 – 60% K2O, Netral sampai Kristal Merah, putih Dapat larut (MOP=Muriate of Potash) dan 47 % Cl agak masam kotor Kalium Sulfat K2SO4 49-53% K2O Netral sampai Kristal Putih keabuDapat larut (ZK=Zwavelzure Kali) agak masam abuan Kieserit MgSO4.H2O 27% MgO dan Agak masam Tergantung Putih keabuTergantung 22% S sumbernya: abuan, atau putih sumbernya: Kristal dan Agak sukar
Laporan Tugas Akhir
Higroskopisitas Higroskopis pada kelembaban nisbi 73% Higroskopis pada kelembaban nisbi 80% Higroskopis pada kelembaban nisbi 72% Tidak higroskopis Tidak higroskopis
Kurang higroskopis, pada kelembaban nisbi 84% Kurang higroskopis Tidak higroskopis
28
tepung Dolomit HGFB Copper Zinc Ferrum 15:15:6:4
12:12:17:2
13:6:27:4:0.65B
CaMg(CO3)2
larut sampai dapat larut Putih atau putih Sukar larut Tidak higroskopis keabu-abuan Putih kotor Mudah larut Higroskopis Biru Mudah larut Higroskopis
18-22% MgO, Basa Tepung dan 40% CaO Na2B4O7.5H2O 45% B2O5 Kristal CuSO4.5H2O 26% Cu dan Masam Kristal 13% S ZnSO4.H2O 36% Zn Masam Kristal Mudah larut FeSO4.7H2O 19% Fe Masam Kristal Mudah larut 15%N, Netral sampai Butir (granul) Coklat kemerahan Mudah larut 15%P2O5, 6% agak masam K2O, 4% MgO 12%N, Netral sampai Butir (granul) Merah kecoklatan Mudah larut 12%P2O5, agak masam 17%K2O, 2%MgO 13%N, 6%P2O5, Butir (granul) Mudah larut 27%K2O, 4%MgO, 0.65% B
Sumber : Andi, 2012
Laporan Tugas Akhir
Higroskopis Higroskopis Agak higroskopis
Agak higroskopis
Agak higroskopis
29
Tabel 2. Bentuk unsur hara yang diserap tanaman Unsur Hara Nitrogen Fosfor Kalium Magnesium Kalsium Boron Tembaga Seng Besi Belerang Klor Mangan Molibdenum
Bentuk Diserap Tanaman NH4+, NO2-, NO3HPO4-2, H2PO4K+ Mg+2 Ca+2 BO3-3 Cu+, Cu+2 Zn+2 Fe+2, Fe+3 SO3-2, SO4-2 ClMn+2, Mn+4 MoO4-2
Sumber : Andi, 2012 Secara umum dalam penentuan rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit yaitu dilakukan analisis tanah dan tanaman. Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang
diharapkan. Analisa
tanah
di laboratorium dilakukan terhadap
variable - variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya (Jacob, 2015). Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai kriteria tertentu (Jacob, 2015). Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang
Laporan Tugas Akhir
30
tersedia saja, secara tepat. Jadi sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa yang dipakai di laboratorium harus sederhana, cepat, mudah dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat harus didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk – bentuk kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan mekanisme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman (Jacob, 2015). Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat juga diketahui dari analisis jaringan tanaman. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Analisis tanaman umumnya dilakukan terhadap bagian-bagian tertentu saja ataupun seluruh bagian tanaman. Interpretasi keadaan kesuburan tanah akan lebih baik apabila kedua cara ini (analisis tanah dan tanaman) digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih umum dipakai untuk tanaman umur panjang dibandingkan tanaman semusim (Jacob, 2015). Seperti halnya dengan uji tanah, maka pada analisis tanaman pun pemilihan metode analisis dilakukan melalui uji-uji korelasi dan kalibrasi. Uji korelasi disini bertujuan untuk mencari hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur dalam bagian – bagian tanaman tertentu atau seluruhnya dan pada umur – umur tertentu dengan produksi tanaman. Pada uji kalibrasi dicari hubungan antara selang ataupun nilai kritis dari unsur tersebut dalam tanaman dengan produksi tanaman. Teknik ini banyak dipakai pada perkebunan tebu
Laporan Tugas Akhir
31
di Hawaii dengan istilah Crop logging (Clements, 1980). Sebagai gambaran mengenai kandungan unsur hara tanaman yang merupakan batas antara defisiensi dan kecukupan (Jacob, 2015). Dosis dan jadwal
pemupukan
sangat
tergantung
pada
umur
dan
pertumbuhan bibit. Di main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg). Penggunaan pupuk majemuk N-P-K-Mg dan Kieserite dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di main nursery (gram/bibit) Umur (Minggu Ke14 15 16 17 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52
Pupuk N-P-K-Mg (15-14-6-4) 2,5 2,5 5,0 5,0 7,5 7,5 10,0 10,0
Pupuk N-P-K-Mg (12-12-17-2)
10,0 10,0 10,0 10,0 15,0 15,0 15,0 15,0 20,0 20,0 20,0 20,0 25,0 25,0
Sumber : Publikasi PPKS cit Sukarman (2012)
Laporan Tugas Akhir
Kieserite
5,0 5,0 7,5 7,5 10,0 10,0 10,0
32
Berikut ini kebutuhan pupuk untuk satu hektar main nursery dengan jumlah sekitar 11.000 bibit. 1. Pupuk mejemuk (15-15-6-4)
: 50 gram x 11.000 = 550 kg/hektar
2. Pupuk mejemuk (12-12-17-2)
: 230 gram x 11.000 =2.530 kg/hektar
3. Pupuk kieserite
: 55 gram x 11.000 = 605 kg/hektar
2.5.3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan pupuk Menurut Kurnianti (2012) pemberian pupuk sampai batas-batas tertentu selalu diikuti oleh kenaikan produksi. Jumlah kebutuhan pupuk sampai batasbatas tertentu, ini akan berubah-ubah dan tidak sama, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Jenis tanah dan tingkat kemuduran kesuburan tanah
Jenis tanaman yang akan dipupuk
Varietas tanaman yang akan dipupuk (unggul atau tidak)
Umur tanaman yang akan dipupuk
Jenis pupuk yang digunakan
Ada atau tidaknya pohon pelindung
Jumlah kehilangan pupuk yang diberikan
Ada tau tidaknya penggunaan stimulasi pada tanaman.
2.5.4. Cara aplikasi pupuk organik dan anorganik 1. Cara Aplikasi Pupuk Organik Menurut Kurnianti (2012) cara pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik adalah sebagai berikut: - Penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.
Laporan Tugas Akhir
33
- Pemberiaan pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik daripada dosis banyak yang diberikan sekaligus - Pada media tanam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1:1. Sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3. 2. Cara Aplikasi Pupuk Anorganik (Pupuk kimia) Menurut Kurnianti (2012) cara pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik adalah sebagai berikut: a. Ditabur atau disebar Cara pemupukan ditabur atau ditebar diterapkan untuk pupuk berupa butiran (granule) atau serbuk. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada tanaman yang sistem perakarannya dangkal. b. Larikan Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya lebar dan teratur . Cara pemupukannya dengan membuat larikan untuk memupuk dengan cara memasukkan pupuk ke dalam larikan kemudian tutup lagi dengan tanah agar pupuk yang diberikan tidak mudah menguap. c. Dimasukkan ke lubang tanam Cara pemupukan ini dengan cara pupuk dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah dibuat, kemudian ditutup lagi dengan tanah. Cara ini digunakan untuk tanaman tahunan.
Laporan Tugas Akhir
34
d. Pengocoran Diterapkan untuk pupuk padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam air. Keuntungan memupuk cara ini adalah pupuk langsung diserap oleh akar tanaman yang kemudian diolah oleh daun. Menurut IPB (2012) efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang dihasilkan.
Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan
rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional.
Jadi peningkatan
efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan. 2.5.5. Efisiensi pemupukan Menurut Novizan (2009) efisiensi dan efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor : 1. Faktor pada tanaman : a. Indeks luas daun, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. b. Massa perakaran aktif, menentukan laju dan jumlah hara dan air terserap 2. Faktor pada cuaca : a. Lama dan intensitas penyinaran, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. b. Suhu udara, menentukan laju dan jumlah asimilat terbentuk. 3. Faktor pada tanah : a. Kandungan hara tanah, menentukan jumlah hara yang bisa tersedia. b. Kelembaban tanah, menentukan kelarutan pupuk dan ketersediaan hara. c. Keasaman tanah, menentukan ketersediaan hara.
Laporan Tugas Akhir
35
d. Struktur dan tekstur tanah, menentukan ketersediaan hara dan air. e. Mikroorganisme dan bahan organik tanah, menentukan ketersediaan hara. 4. Faktor pada aplikasi pupuk : a. Ketepatan jenis dan bentuk pupuk. b. Ketepatan dosis dan perimbangan antar jenis pupuk. c. Ketepatan cara dan letak aplikasi. d. Ketepatan waktu (frekuensi, urutan, cuaca) aplikasi. e. Ketepatan tempat aplikasi f. Pengawasan 2.5.6. Konsep pemupukan berimbang Menurut PT. PUSRI ( 2013) pemupukan berimbang adalah menyediakan semua zat hara yang cukup sehingga tanaman dapat mencapai hasil yang tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan, jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Prinsip pemupukan berimbang bertujuan untuk mencapai pemupukan yang efektif dan efisien. Dosis pupuk yang berimbang dibuat atas dasar beberapa pertimbangan antara lain; 1) jumlah hara yang terangkut oleh hasil panen, 2) jumlah hara yang terimmobilisasi dalam batang, cabang, pelepah/daun, 3) jumlah hara yang dikembalikan ke dalam tanah, 4) jumlah hara yang terfiksasi dan hilang dalam tanah, dan 5) jumlah hara yang tersedia dalam tanah (Faiz, 2009).
Laporan Tugas Akhir
36
2.6. Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Arif dan Zulkarnain (2008) fungsi manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh seorang manajer dalam kegiatan manajerialnya. Sehingga kegiatan manajerial yang dilakukan oleh manajer tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan proses manajemen. Proses tersebut bermula dari pembuatan perencanaan sampai pada pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektif sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Secara menyeluruh, fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan/Planning Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Laporan Tugas Akhir
37
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Pelaksanaan (Actuating) Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership). 4. Evaluasi (Evaluating) Pengevaluasian
atau
evaluating
adalah
proses
pengawasan
dan
pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
Laporan Tugas Akhir
38
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Letak Geografis PKPM-2 ini dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) yang termasuk dalam kelompok Wilmar Group, Desa Tapian Kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. 3.2. Keadaan Iklim dan Tanah 3.2.1. Keadaan iklim Adapun data curah hujan 5 tahun terakhir (2010 - 2015) di PT. AMP-1. Tabel 4. Data curah hujan dan hari hujan 5 tahun terakhir di AMP-1.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Total Rerata
Curah Hujan 5 Tahun Terakhir (2010 - 2015) Curah Hujan Hari Hujan Total CH Rata-rata Total HH CH 688 344 30 290 145 17 735 368 30 899 450 36 504 252 37 138 138 14 188 188 11 154 154 13 270 270 17 580 580 23 518 518 24 234 234 16 5.198 3.641 268 433,167 301,167 22
Rata-rata HH 15 9 15 18 19 14 11 13 17 23 24 16 194 16
Sumber : PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) 3.2.2. Keadaan tanah Jenis tanah di PT. Agra Masang Perkas-1 (AMP-1) yang termasuk dalam kelompok Wilmar Group adalah Aluvial dan Organosol.
Laporan Tugas Akhir
39
3.3. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah salah satu perusahaan Swasta Nasional. PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) berdiri 5 April 1994. PT. AMP Plantation mempunyai luas kebun 9.226,42 Ha sesuai dengan SK HGU dari Mentri Negara Agraria/Ka BPN Pusat dengan SK HGU Nomor: 102/HGU/BPN1997, SK HGU Nomor: 13/HGU/PBN-2000, Nomor: 29/HGU/BPN99/A/21 dan Nomor 14-540. 1-23-2004. Yang dilengkapi dengan Sertifikat HGU Nomor: 09 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 10 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 15 Tanggal 23 Agustus 2000, Nomor: 11, Tanggal 31 Maret 2004, Nomor: 12 Tanggal Maret 2004, Nomor 01 Tanggal Maret 2004, dengan luas tertanam 7.362 Ha. Dan insfratruktur 1.435 Ha dengan total luas lahan keseluruhan
8.797
Ha. PT. AMP Plantation memiliki pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di atas tanah seluas 200.900 M2 yang berlokasi di Jorong Tapian Kandis Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan SK Bupati Agam Nomor: 125/IMB/BA/1994 tertanggal 22 Desember 1994 dan Nomor: 11/IMB/2005 Tanggal 13 September 2005. Kapasitas PKS PT. AMP Plantation 80 Ton/jam. PKS PT. AMP Plantation beroperasi sejak Bulan September 1996 untuk pengolahan Buah Kelapa Sawit (CPO) dan dikembangkan untuk pengolahan inti sawit dengan istilah Lain Kernel Crushing Plant (KCP) yang menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO) pada tahun 2005. Tata letak lahan pada AMP-1 adalah: Perumahan staff
: 5 Ha
Perumhan Karyawan, Mesjid, TK
: 6 Ha
Kantor
: 2 Ha
Laporan Tugas Akhir
40
Gudang, Bengkel
: 1,5 Ha
Perumahan Plasma
: 2 Ha
Klinik, Gudang Master
: 1,5 Ha
3.4. Keadaan Tanaman dan Produksi Luas areal yang dikelola Kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah 1.964,9 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal pembibitan, 618,84 Ha areal TBM dan 1.334,06 Ha areal TM. Unit Kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) ini terdiri dari 2 Phase yang masing-masing luasnya yaitu: Phase I
: 618,84 Ha (tahun tanam 2013, 2014, 2015)
Phase II
: 1.334,06 Ha (tahun tanam 1995, 1996, 1997)
Pada kebun ini dipimpin oleh seorang Manager/Pimpinan, setiap Phase dipimpin oleh Kaphase yang dibantu oleh Asisten dan Mandor.
Laporan Tugas Akhir
41
3.5. Manajemen Perusahaan 3.5.1. Struktur organisasi perusahaan dan ketenagakerjaan PT AMP-1 Jumlah karyawan kebun Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) adalah sebanyak 2000.
Laporan Tugas Akhir
42
3.5.2. Uraian struktur organisasi 1. Pimpinan Unit a. Tugas Pokok Memimpin satu unit aktifitas kebun seluas 2.000-4.000 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun administrasi keuangan/pembukuan serta fungsi pelaporan manajemen sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. b. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
2. Ka. Phase a. Tugas Pokok Memimpin satu phase aktifitas kebun seluas 1.000-1.500 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun
Laporan Tugas Akhir
43
administrasi untuk peningkatan produktifitas kerja sesuai dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya b. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan
3. Sr. Field Conductor a. Tugas Pokok Bertugas dan bertanggung jawab serta memiliki wewenang dalam seluruh kegiatan pengelolaan kebuan seluas ± 500 ha dan membantu Officer dan Adm sesuai petunjuk teknis yang dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya
Laporan Tugas Akhir
44
b. Tanggung Jawab
Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan
4. Mandor a. Tugas Pokok Bertanggung jawab terhadap pengawasan secara efisien terhadap gang-nya dalam hal tugas yang berhubungan dengan pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, perawatan kebun dan panen dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. b. Tanggung Jawab
Melakukan implementasi program kerja yang telah disepakati berdasarkan pada keadaan fisik, waktu, mutu, dan efisiensi.
Laporan Tugas Akhir
45
Melakukan pengawasan terhadap gang-nya untuk tercapainya target sesuai dengan standar dengan menggunakan sumber daya manusia dan fisik secara efektif.
Memimpin gang-nya dan memelihara hubungan kerja dan semangat tim didalam gang-nya ataupun dengan gang yang lain.
Membuat laporan ke asisten berdasarkan pada produksi, produktifitas dan parameter lainnya sesuai dengan kesepakatan.
Memberikan pelatihan dan pengembngan terhadap anak buahnya didalam gang-nya.
Memastikan bahwa tenaga kerja mempunyai peralatan kerja yang sesuai standar untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya.
Memastikan bahwa gang-nya menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang lingkungan.
Memastikan bahwa gang-nya menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang kesehatan dan keselamatan.
Melakukan pengembangan dan pemeliharaan secara terbuka terhadap hubungan masyarakat sekitar.
5. Pemanen a. Tugas Pokok Memotong TBS yang masak dan mengutip brondolan yang tercecer mulai dari pokok, piringan, pasar pikul sampai ke TPH dengan susuna yang rapi, menyusun pelepah yang dipotong pada tempat yang ditetapkan dengan sistem
Laporan Tugas Akhir
46
manjemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen sistem lainnya. b. Tanggung Jawab
Memanen buah masak.
Memotong tangkai tandan semepet mungkin.
Tidak meninggalkan buah masak di pokok.
Pemanen bertanggung jawab dengan pruning.
Pelepah disusun di gawang mati leter U.
Tidak ada pelepah gantung.
Tidak meninggalkan brondolan di pokok, piringan, dan pasar pikul.
Brondolan harus bersih dari sampah, pasir, batu dan kotoran
3.5.3. Fasilitas dan kesejahtraan karyawan A. Sistem Penggajian/upah Pada dasarnya ada dua sistem penggajian yang bisa digunakan, dimana tergantung pada masing – masing sifat pekerjaan, kondisi medan kerja kualitas mental dari tenaga kerja yaitu : a) Sistem harian tetap, dipilih jika hasil kerja per hari dapat diukur dengan pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang bagus. b) Sistem borongan, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang rendah. Sedangkan untuk kriteria pembayaran komponen upah adalah sebagai berikut :
Upah Karyawan dalam 1 hari kerja adalah Rp. 64.600
Upah pemanen adalah harga per tandan Rp. 750
Laporan Tugas Akhir
47
Upah knek/tukang muat Rp. 5.000/ton
Tidak dibayar jika tidak bekerja baik pada hari kerja maupun hari libur.
B. Fasilitas Umum Dan Khusus Fasilitas umum yang diberikan kepada semua Karyawan berupa air, rumah, listrik, mesjid, klinik, sekolah, bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga. Fasilitas khusus diberikan kepada staff berupa motor untuk Asisten dan Kaphase dan mobil untuk Pimpinan/Manager. C. Cuti Karyawan yang sudah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus, berhak atas istirahat tahunan/cuti selama 12 (dua belas) hari kerja. 1.
Hak cuti/istirahat tahunan mulai timbul/ada, jika karyawan telah bekerja terlebih dahulu selama 12 (dua belas) bulan terus menerus dan untuk itu perusahaan wajib menyampaikan mulai berlakunya hak cuti kepada karyawan.
2.
Jatuhnya hak cuti tahunan bertepatan dengan tanggal masuk/mulai bekerjanya pekerja pada perusahaan.
3.
Pekerja yang akan mengambil hak cuti tahunan tersebut harus mengajukan permohnan terlebih dahuu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum melaksanakan cuti, kecuali dalam hal mendesak.
4.
Pelaksanaan cuti dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari pimpinan perusahaan.
5.
Bagi pekerja yang memperpanjang cutinya atanpa pemberitahuan dan seizin perusahaan atau tanpa berita dianggap mangkir, kecuali dalam hal-hal yang
Laporan Tugas Akhir
48
mendesak dan nyang bersangkutan harus dapat menunjukkan bukti-bukti atau alasan-alasan yang tepat. 6.
Pekerja yang menjalani cuti dan tidak kembali bekerja setelah lewat 5 (lima) hari berturut-turut dari cutinya berakhir tanpa berita, dianggap mengundurkan diri.
7.
Istirahat/cuti tahunan pada dasarnya harus dijalani secara keseluruhan dan dapat dipecah dalam beberapa bagian, namun mengingat kepentingan kedua belah pihak cuti tahunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah satu bagiannya paling sedikit 6 (enam) hari.
8.
Selama melaksanakan cuti maka, gaji/upah dibayar penuh.
9.
Perusahaan dapat menunda permohonan cuti dengan alasan kepentingan kerja yang ada. Penundaan yang dimaksud diberitahukan kepada karyawan secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) hari seteah permohonan cuti diterima.
10. Hak cuti tidak dapat diganti dalam bentuk uang. 11. Hak atas istirahat/cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah lahirnya hak cuti tahunan itu pekerja ternyata tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan-alasan yang diberikan oleh pengusaha atau karena alasan-alasan tertentu yang disampaikan oleh pekerja kepada pengusaha. 12. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya (undang - undang ketenagakerjaan Nomor: 13 tahun 2003 pasal 80).
Laporan Tugas Akhir
49
3.5.4. Keselamatan kerja 1. Tiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya sendiri dan wajib memakai peralatan/perlengkapan keselamatan kerja yang telah disiapakan perusahaan, serta wajib mematuhi atau mengikuti dan melaksanakan ketentuan serta syarat-syarat keselamatan dan perlindungan kerja yang berlaku. 2. Peralatan dan perlengkapan kerja diberikan berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan
dari karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang
dimaksud dalam program sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan. 3. Apabila karyawan melihat atau menemukan hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya/mengganggu kesehatan dan keamanan kerja, maka karyawan wajib melaporkan ke pimpinan 3.5.5. Prekrutan, mutasi, promosi, dan transfer karyawan Perekrutan pekerja pada PT. Agra Masang Perkasa-1 saat ini dengan cara melihat dan mengambil lamaran kerja yang masuk ke kantor pusat. Mutasi, pemindahan Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa-1 semuanya atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat. Promosi Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa-1 semuanya atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat. Transfer Karyawan tidak ada dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa-1 ini.
Laporan Tugas Akhir
50
IV. METODOLOGI
4.1. Tempat dan Waktu Kegiatan tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Agra Masang Perkasa-1 Desa Tapian Kandis Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, selama 3 bulan yaitu dimulai dari tanggal 16 Maret sampai dengan 13 Juni 2015. 4.2. Metode Pelaksanaan Adapun metode yang digunakan selama tugas akhir ini adalah sebagai berikut : a. Bekerja Setiap kegiatan pengendalian gulma yang telah disepakati oleh Pembimbing Lapangan diutamakan dapat dikerjakan oleh masing - masing mahasiswa serta ditentukan prestasi kerjanya. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan bergabung bersama Karyawan setempat atau tersendiri sesuai dengan kondisi di Perusahaan serta atas persetujuan/perintah Pembimbing Lapang. b. Demonstrasi Kegiatan demonstrasi pengendalian gulma dapat dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan Pembimbing Lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.
Laporan Tugas Akhir
51
c. Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan Pembimbing Lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat. d. Diskusi Kegiatan diskusi dilakukan khususnya untuk kegiatan - kegiatan yang tidak dilakukan pada perusahaan tersebut pada saat pelaksanaan tugas akhir atau kegiatan - kegiatan lain yang dianggap perlu oleh Pembimbing Lapang untuk di diskusikan. 4.3. Pengumpulan Data dan Informasi Data yang dilkumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan tanya jawab langsung dengan Karyawan, Mandor, Asisten dan Kaphase serta pihak yang terkait dengan laporan ini dan masalah - masalah lain yang ada hubungannya dengan perusahaan serta data yang berasal dari PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) dalam bentuk buku panduan dan penunjang. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari buku - buku penunjang seperti Budidaya dan Pasca Panen Kelapa Sawit, Pupuk dan pemupukan, Manajemen, Pemasaran dan Literatur lain yang berhubungan dengan tanaman kelapa sawit lainnya. Informasi yang dikumpulkan diantaranya berupa gambaran umum Perusahaan mengenai sejarah perusahaan, keadaan iklim dan tanah perusahaan, organisasi perusahaan, sumberdaya perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan.
Laporan Tugas Akhir
52
4.4. Analisis Data dan Informasi Analisa data yang dilakukan menyangkut aspek manajemen, aspek teknis di lapangan serta aspek finansial. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah, setelah dianalisa dengan cara diskusi dengan pembimbing lapang maupun hasil pengamatan yang terdapat di lapangan dan buku - buku panduan.
Laporan Tugas Akhir
53
V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisa Hasil Hasil analisa pada kegiatan pemupukan di pembibitan yang dilaksanakan di PT. Agra Masang Perkasa-1 (AMP-1) dapat dilihat sebagai berikut : Kegiatan Pemupukan Pada Pembibitan Pre Nursery Luas
: 0,003 Ha
Frekuensi per bulan
: 4 kali sebulan
Pemupukan terhadap pembibitan pre nursery yaitu menggunakan pupuk NPK Blue dengan dosis 1 gram/bibit atau setara dengan 5 butir NPK blue/bibit. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 2 - 3 cm dari pangkal batang tanaman. Adapun bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan pre nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Penggunaan bahan pemupukan pembibitan pre nursery
No 1
Nama bahan Pupuk NPK Blue
Satuan Kg
Harga Jumlah (Rp) 3 4.100
2
Ember
Unit
1
10.000
Jumlah
Biaya (Rp) 12.300 10.000 22.300
Laporan Tugas Akhir
54
Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan pre nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Penggunaan tenaga kerja pemupukan pembibitan pre nursery No 1.
Jenis sub kegiatan
Waktu pelaksanaan
Satuan
Memupuk 07.00 WIB – HK bibit kelapa Selesai sawit
Jumlah
Harga (Rp)
1
64.600
Jumlah
Biaya (Rp)/Ha 64.600
64.600
Adapun rekapitulasi biaya kegiatan pemupukan terhadap pembibitan pre nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Rekapitulasi biaya pemupukan pembibitan pre nursery No 1. 2. 3.
Jenis Biaya Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya Biaya Per Hektar
Biaya (Rp) 22.300 64.600 86.900 28.966.667
Adapun biaya kegiatan pemupukan terhadap pembibitan pre nursery di PT. Agra Masang Perkas-1 dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Biaya pemupukan pembibitan pre nursery No 1.
Biaya Per Bed
Biaya bibit AMP 1
(Luas =0,003 Ha)
(Luas = 0,003 Ha)
86.900
86.900
Biaya Per Hektar 28.966.667
Laporan Tugas Akhir
55
2. Kegiatan : Pemupukan Bibit Pre nursery ke Main nursery Luas
: 0,6 Ha
Frekuensi per tahun
: 1 kali setahun
Lokasi
: Datar
Pemupukan bibit dilakukan pada lubang tanam pada saat pemindahan bibit Pre nursery ke Main nursery yaitu dengan menggunakan pupuk Agroblen dengan dosis 50 gram dan pupuk RP 100 gram yang ditaburkan ke dalam setiap lubang tanam. Adapun bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Penggunaan bahan pemupukan bibit pre nursery ke main nursery No
Nama Bahan
Satuan
Jumlah
Harga @
Biaya
1.
Pupuk Agroblen
Kg
150
4.100
615.000
2.
Pupuk RP
Buah
4
2.000
8.000
3.
Ember
Buah
2
10.000
20.000
Jumlah
643.000
Laporan Tugas Akhir
56
Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Penggunaan tenaga kerja pemupukan pembibitan main nursery No 1.
Jenis Sub Kegiatan Menabur pupuk ke lubang tanam
Waktu Pelaksanaan 07.00 WIBselesai
Satuan
Jumlah
Harga
Biaya
HK
2
64.600
129.200
Jumlah
129.200
Adapun biaya rekapitulasi untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Rekapitulasi biaya pemupukan pembibitan main nursery No 1. 2. 3.
Jenis Biaya Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya Biaya Per Hektar
Biaya (Rp) 643.000 129.200 772.200 1.287.000
Adapun biaya untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Biaya pemupukan pembibitan main nursery No 1.
Biaya Per Blok
Biaya bibit AMP-1
(Luas =0,6 Ha)
(Luas = 3 Ha)
962.400
3.861.000
Biaya Per Hektar 1.287.000
Laporan Tugas Akhir
57
3. Kegiatan : Pemupukan Pada Pembibitan Main Nursery (NPK Blue) Luas
: 0,6 Ha
Frekuensi per tahun
: 12 kali setahun
Lokasi
: Datar
Pemupukan terhadap pembibitan main nursery yaitu dengan menggunakan pupuk NPK Blue dengan dosis 15 gram/bibit. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 3 - 5 cm dari pangkal batang tanaman. Pelaksanaan pemupukan yaitu dengan penerapan prinsip 5 T, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat sasaran. Adapun bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Penggunaan bahan pemupukan pembibitan main nursery (NPK Blue) No
Nama Bahan
Satuan
Jumlah
Harga @
Biaya
1.
Pupuk NPK Blue
Kg
150
4.100
615.000
2.
Mangkok
Buah
4
2.000
8.000
3.
Gendongan
Buah
4
10.000
40.000
4.
Pisau
Buah
1
1.000
1.000
5.
Ember
Buah
4
10.000
40.000
Jumlah
704.000
Laporan Tugas Akhir
58
Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Penggunaan tenaga kerja pemupukan pembibitan main nursery No Jenis Sub Waktu Kegiatan Pelaksanaan 1.
Memupuk bibit kelapa sawit
07.00 WIB
Satuan
Jumlah
Harga
Biaya
HK
4
64.600
258.400
Jumlah
258.400
Adapun biaya rekapitulasi untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Rekapitulasi biaya pemupukan pembibitan main nursery No 1. 2. 4.
Jenis Biaya Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya Biaya Per Hektar
Biaya (Rp) 704.000 258.400 962.400 1.604.000
Adapun biaya untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Biaya pemupukan pembibitan main nursery No 1.
Biaya Per Blok
Biaya bibit AMP-1
(Luas =0,6 Ha)
(Luas = 3 Ha)
962.400
4.812.000
Biaya Per Hektar 1.604.000
Laporan Tugas Akhir
59
3. Kegiatan : Pemupukan Pada Pembibitan Main Nursery (Kieserit) Luas
: 0,6 Ha
Frekuensi per tahun
: 12 kali setahun
Lokasi
: Datar
Pemupukan terhadap pembibitan main nursery dengan menggunakan pupuk Kieserit dengan dosis 5 gram/bibit. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 3 - 5 cm dari pangkal batang tanaman. Pelaksanaan pemupukan yaitu dengan penerapan prinsip 5 T, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat sasaran. Adapun bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Penggunaan bahan pemupukan pembibitan main nursery (Kieserit) No
Nama Bahan
Satuan
Jumlah
Harga @
Biaya
1.
Pupuk Kieserit
Kg
50
3.610
180.500
2.
Mangkok
Buah
4
2.000
8.000
3.
Gendongan
Buah
4
10.000
40.000
4.
Pisau
Buah
1
1.000
1.000
5.
Ember
Buah
4
10.000
40.000
Jumlah
269.500
Laporan Tugas Akhir
60
Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Penggunaan tenaga kerja pemupukan pembibitan main nursery (Kieserit) No 1.
Jenis Sub Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Satuan
Jumlah
Harga
Biaya
Memupuk bibit kelapa sawit
07.00 WIB
HK
4
64.600
258.400
Jumlah
258.400
Adapun biaya rekapitulasi untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Rekapitulasi biaya pemupukan pembibitan main nursery No 1. 2. 5.
Jenis Biaya Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja Total Biaya Biaya Per Hektar
Biaya (Rp) 269.500 258.400 527.900 879.833
Adapun biaya untuk kegiatan pemupukan terhadap pembibitan main nursery di PT. Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Biaya pemupukan pembibitan main nursery No
1.
Biaya per bed
Biaya bibit AMP-1
(luas =0,6 Ha)
(Luas =3 Ha)
527.900
2.639.499
Biaya per hektar
879.833
Laporan Tugas Akhir
61
5.2. Analisis Manajemen 5.2.1. Perencanaan (planning) PT
Agra
Masang
Perkasa-1 melakukan
pemupukan
pembibitan
berdasarkan estimate pemupukan yang dibuat dan ditetapkan oleh Tim Riset Agronomi dan pihak manajemen. Dalam estimate pemupukan jelas terlihat kegiatan aplikasi pupuk pada bulan yang sudah ditetapkan untuk pembibitan baik itu jenis pupuk yang digunakan dan dosis pemupukan. Pemupukan pembibitan dilakukan dengan jenis pupuk yaitu pupuk anorganik seperti NPK blue yang kandungannya N 12%, P2O5 12% dan K205 17% , Kieserit yang kandunganya 26,05% MgO, Agroblen yang kandungannya 17-89+3MgO dan RP yang kandungannya 31,01% P2O5. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan merupakan pilihan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis yang ditetapkan oleh Direktorat Pengembangan Produksi dan Kontrol PT. Wilmar, tbk. didasarkan pada hasil Tim Riset Agronomi dan pihak manajemen. Rencana pemupukan di pembibitan berdasarkan estimate pemupukan di PT Agra Masang Perkasa-1 dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Standard pemupukan NPK BLUE di PT Agra Masang Perkasa-1 tahun 2015 Bulan
Jenis Pupuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE NPK BLUE
Dosis/ Pokok (Gram) 5 10 15 15 20 20 20 30 30 30
Sumber : estimate pemupukan PT Agra Masang Perkasa-1 tahun 2015
Laporan Tugas Akhir
62
Tabel 22. Standard pemupukan Kieserit di PT Agra Masang Perkasa-1 tahun 2015 Bulan
Jenis Pupuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT KIESERIT
Dosis/ Pokok (Gram) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : estimate pemupukan PT Agra Masang Perkasa-1 tahun 2015 Dalam perencanaan pemupukan di pembibitan ketentuan-ketentuan lainnya yang harus direncanakan adalah: Dibuat persediaan alat dan bahan untuk kegiatan pemupukan berupa pisau, ember, gendongan dan mangkuk. Minimal 3 bulan sebelum jadwal aplikasi, pupuk sudah diorder ke Kantor Direksi oleh Divisi Manager, dimana diminta agar pupuk sudah lengkap sampai ke kebun minimal sebulan sebelum jadwal aplikasi dimulai. Dipersiapkan tenaga kerja untuk tenaga penabur 4-6 orang (sesuai kebutuhan). Standar kapasitas pekerja adalah tidak ditentukan jumlah karung untuk per orang, namun berapa jumlah pupuk yang turun di lapangan maka itu dihabiskan bersama oleh semua tenaga kerja yang menabur pupuk. Metode aplikasi yang digunakan adalah dengan cara memupuk dimulai dari barisan tepi hingga barisan bibit ujung dan cara pemupukan yaitu ditabur secara melingkar di sekitar batang tanaman dengan merata dan tidak boleh menumpuk.
Laporan Tugas Akhir
63
5.2.2. Pengorganisasian (organizing) Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang (pekerja) yang memiliki pekerjaan yang sama serta tujuan yang sama. Organisasi dalam suatu pekerjaan sangat penting untuk dilaksanakan, sehingga masing-masing orang (pekerja) dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Struktur organisasi yang djalankan secara baik dan benar akan memberikan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. PT Agra Masang Perkasa-1 menyusun dan mejalankan sistem organisasi yang terdiri atas tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing personil yang terdapat dalam struktur organisasi pada Gambar 2 dibawah ini. Divisi Manager
Kepala gudang
Asisten Pemupukan
-
Mandor pupuk
Karyawan gudang
Karyawan pupuk
Gambar 2. Bentuk pengorganisasian kegiatan pemupukan AMP-1
Laporan Tugas Akhir
64
Tangung jawab dan wewenang masing-masing personil: a. Divisi Manager : Membuat rencana kerja bulanan berdasarkan estimate yang sudah ada Mengatur distribusi takaran pupuk dari gudang induk ke gudang afdeling setiap hari. Mengawasi pelaksanaan aplikasi dan memeriksa hasilnya setiap hari. Memonitor kelancaran aplikasi dan memecahkan masalah yang timbul di lapangan. Mempunyai wewenang memberikan sanksi kepada bawahan yang tidak mengerjakan tugasnya. b. Kepala gudang : Bertanggung jawab atas semua barang yang masuk dan keluar dari gudang. Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di gudang c. Asisten pemupukan : Membuat rencana kerja dan mengatur kegiatan kerja setiap hari. Membina tenaga kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan. Mengatur transportasi pekerja dan bahan kerja ke lokasi kerja. Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya tiap hari. Mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan d. Mandor Pemupukan : Membuat rencana aplikasi dan mengatur kegiatan setiap hari. Mengatur transportasi pupuk dan pekerja ke lokasi setiap hari. Membina tenaga kerja dengan kompetensi yang memadai. Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya setiap saat
Laporan Tugas Akhir
65
Mempunyai wewenang menegur langsung karyawan yang melakukan kesalahan e. Karyawan gudang : Melaporkan semua barang yang masuk dan keluar dari gudang kepada kepala gudang f. Karyawan pupuk : Melakukan pemupukan sesuai dengan standar perusahaan dan target yang telah ditentukan 5.2.3. Pelaksanaan (actuating ) 1. Pelaksanaan pemupukan Pelaksanaan pemupukan di pembibitan dilakukan berdasarkan estimate pemupukan yang telah ada. Pemupukan di pembibitan yang dilakukan di PT Agra Masang Perkasa-1 adalah sebagai berikut: a. NPK Blue Pemupukan terhadap pembibitan pre nursery yaitu menggunakan pupuk NPK Blue dengan kandungan N 12%, P2O5 12% dan K205 17% dengan dosis 1 gram/bibit atau setara dengan 5 butir NPK blue/bibit. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 2 - 3 cm dari pangkal batang tanaman dengan frekuensi pemupukan yaitu 4 kali sebulan. Kemudian pemupukan NPK Blue juga dilakukan pada pembibitan main nursery dengan frekuensi 1 kali sebulan hingga umur bibit main nursery mencukupi untuk dipindah ke lapangan dengan dosis sesuai standar yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
Laporan Tugas Akhir
66
b. Agroblen dan RP Pemupukan bibit dilakukan pada lubang tanam pada saat pemindahan bibit Pre nursery ke Main nursery yaitu dengan menggunakan pupuk Agroblen yang kandungannya 17-8-9+3MgO dengan dosis 50 gram per lubang tanam dan RP yang kandungannya 31,01% P2O5 dengan dosis 100 gram per lubang tanam serta frekuensi pemupukan dilakukan 1 kali setahun. c. Kieserit Pemupukan terhadap pembibitan main nursery dengan menggunakan pupuk Kieserit dengan kandungan 26,05% MgO dosis 5 gram/bibit. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 3 - 5 cm dari pangkal batang tanaman, dengan frekuensi 12 kali setahun. Pelaksanaan pemupukan yaitu dengan penerapan prinsip 5 T, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat sasaran. Dalam pemupukan di pembibitan dengan jenis pupuk NPK Blue, Agroblen, RP dan Kieserit. Kegiatan dimulai dari jam 07.00 WIB pagi.
Tenaga kerja
pemupukan merupakan tenaga kerja harian dan setiap pagi melakukan master pagi pukul 05.30 WIB pagi di lapangan phase-1, AMP-1 dan diabsen oleh mandor pupuk. Kemudian Asisten pembibitan menunjuk tenaga kerja untuk melakukan pemupukan. Setelah itu, karyawan pupuk berangkat ke lokasi pembibitan AMP-1. Sedangkan mandor dan Asisten pembibitan mengurus pupuk di gudang dan tenaga pemuat yaitu diambil dari karyawan bibit kemudian mengangkut pupuk dengan menggunakan sepeda motor ke pembibitan sebanyak yang sudah disediakan sesuai dengan jumlah pupuk yang sudah ditentukan oleh Mandor. Tenaga pemupukan pulang pukul 14.00 WIB.
Laporan Tugas Akhir
67
5.2.4. Pengawasan (Controlling ) a. Pengawasan pemupukan Pengawasan yang dilakukan di dalam kegiatan pemupukan di pembibitan dilakukan oleh Asisten pemupukan dan Mandor pupuk di lapangan. Pengontrolan yang dilakukan yaitu dengan memperhatikan kerja dan kinerja karyawan terhadap pemupukan yang dilakukan pada bibit agar penerapan prinsip 5 T terlaksana dengan baik. Setelah proses pemupukan, Mandor Pupuk mengumpulkan bekas karung pupuk yang telah kosong dan dibawa ke gudang untuk dihitung apakah pupuk telah teraplikasi ke seluruh tanaman, sesuai dengan jumlah karung pupuk yang telah di bawa ke lapangan. Sedangkan kepala gudang melakukan pengawasan berdasarkan laporan dari Asisten pemupukan dan disesuaikan dengan laporan karyawan gudang. Kemudian pupuk Sedangkan Divisi Manajer melakukan pengawasan dengan memeriksa laporan dari Asisten pemupukan, Kepala gudang tentang kegiatan pemupukan berdasarkan tugasnya masing-masing. 5.3. Pembahasan 5.3.1. Aspek manajemen a. Perencanaan Dalam estimate pemupukan di pembibitan yang dilakukan oleh PT AMP-1 jelas terlihat kegiatan aplikasi pupuk dalam setiap bulan baik itu jenis pupuk yang digunakan dan dosis pemupukan yang dibuat berdasarkan Tim Riset Agronomi dan pihak manajemen dengan memperhatikan keadaan dan analisa tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wawan (2011) bahwa dosis untuk pembibitan tanaman kelapa sawit ditetapkan berdasarkan hasil analisis daun dan tanah bagian dari
Laporan Tugas Akhir
68
kantor pusat. Kemudian mengenai biaya, penentuan tenaga kerja serta waktu pengaplikasian pupuk juga sudah dilakukan oleh PT AMP-1 sesuai perencanaan. Setiap kegiatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan perencanaan yang sudah ada agar tercapainya tujuan dengan efektif dan efisien. Hal ini juga dinyatakan oleh Astra Agro Niaga (1996) cit Simatupang et al., (2010) perencanaan pemupukan perlu dilakukan sebaik mungkin, karena berkaitan dengan biaya, material, dan tenaga yang jumlahnya relatif besar. Perencanaan digunakan untuk menentukan biaya (budget) operasional (tahunan), menentukan waktu pengadaan material pupuk (semester), pengaturan di gudang dan penyediaan tenaga kerja (bulanan/mingguan). Perencanaan pemupukan mencakup jenis pupuk yang akan digunakan, dosis pupuk yang akan diaplikasikan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, waktu pelaksanaan pemupukan, dan blok yang akan dipupuk. b. Pengorganisasian Pengorganisasian di bidang pemupukan pada pembibitan yang diterapkan oleh PT AMP-1 berbeda menurut Simatupang et al., (2010) yaitu dalam kegiatan pemupukan ditingkat afdeling biasanya dikepalai oleh Asisten Afdeling. Pihakpihak yang terlibat dalam kegiatan pemupukan adalah Asisten Afdeling, Kepala Gudang, Kepala Transportasi, Mandor 1, Mandor Pupuk, Krani Transportasi, Karyawan Gudang, Operator Transportasi dan Karyawan Pupuk yang masingmasing mempunyai tugas. Di PT. Agra Masang Perkasa-1 khususnya untuk bagian Divisi dimulai dari Divisi Manajer yang mengepalai setiap divisi, selanjutnya Asisten Pemupukan yang bekerjasama dengan Kepala Gudang dalam penyediaan jumlah pupuk yang akan dibawa ke lapangan, selanjutnya Mandor pupuk
Laporan Tugas Akhir
mendata
69
kesiapan penyediaan pupuk yang diperlukan oleh karyawan gudang, kemudian dalam hal pengangkutan pupuk dari gudang ke pembibitan yaitu diangkut menggunakan sepeda motor oleh karyawan pembibitan. Pengangkutan pupuk ke pembibitan yang dilakukan di lapangan yaitu tidak menggunakan truk dan tidak memerlukan karyawan pengangkut dari luar, hal ini dikarenakan jumlah pupuk yang dipesan dan akan diangkut yaitu dalam jumlah kecil sekitar 2-3 karung pupuk karena sasaran yaitu diberikan kepada bibit tanaman kelapa sawit yang dosis pupuknya sedikit seperti yang tertera pada tabel 21 dan 22 dan populasi bibit untuk sekali aplikasi yaitu 10.000 bibit dalam luasan 0,6 ha/bed, sehingga pembagian pupuk di lapangan (pembibitan) cukup diletakkan pada satu titik saja yaitu
berada
diposisi
tengah
bed/blok).
Selanjutnya
Mandor
pupuk
menginstruksikan kepada Karyawan pupuk untuk mengaplikasikan pupuk ke bibit. c. Pelaksanaan Pada pelaksanaan pemupukan pada pembibitan yang dilakukan oleh PT AMP-1 yaitu pada bulan Maret dilakukan pemindahan bibit pre nursery ke main nursery sehingga dilakukan pemupukan dengan jenis pupuk Agroblen dan RP yang diberikan ke dalam lubang tanam dengan dosis pupuk Agroblen yaitu 50 gram dan 100 gram untuk jenis pupuk RP. Hal ini merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan estimate yang telah dibuat pihak manajemen, karena ketersediaan pupuk ada di gudang ketika pupuk dibutuhkan untuk penanaman bibit pre nursery ke tahap main nursery. Pemupukan di PT AMP-1 sudah berjalan dengan efektif dan efisien karena sudah memenuhi lima prinsip yang tepat dalam pemupukan. Menurut simatupang
Laporan Tugas Akhir
70
et al., (2010) pemupukan yang efektif dan efisien harus sesuai dengan lima prinsip yang tepat dalam pemupukan yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat tempat. Hal ini jelas terlihat dalam pelaksanaan waktu pemupukan dengan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan estimate pemupukan disebabkan persediaan jenis pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan pada waktu tersebut tersedia di gudang. Kemudian waktu pemupukan yang dilakukan pada bulan Maret juga terlaksana dengan efektif karena jumlah curah hujan sebesar 73,6 mm/bulan merupakan curah hujan kecil sehingga tidak mempengaruhi proses kegiatan pemupukan di pembibitan. Kemudian pada bulan April dilakukan pemupukan pembibitan pada tahap pre nursery yang dilakukan oleh PT AMP-1 yaitu menggunakan pupuk NPK Blue yang merupakan pupuk majemuk yang berfungsi sebagai pembentukan bagian vegetatif tanaman, dosis pupuk yang diberikan untuk bibit pre nursery yaitu 5 gram/bibit dengan frekuensi dilakukan setiap minggu. Pemupukan pada pre nursery dengan jenis pupuk yang diaplikasikan sesuai dengan estimate pemupukan yang ditetapkan oleh pihak manajemen serta kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien dikarenakan persediaan jenis pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan pada waktu tersebut tersedia di gudang. Kemudian untuk frekuensi pemupukan di pre nursery yang dilakukan AMP-1 sudah sesuai dengan ketentuannya, hal ini didukung oleh Sunarko (2009) cit Sukarman (2012) yang menyatakan bahwa frekuensi pemupukan pada tahap pre nursery dilakukan seminggu sekali. Selanjutnya pada bulan Mei berdasarkan estimate perusahaan dilakukan kegiatan pemupukan pada pembibitan main nursery dengan menggunakan jenis
Laporan Tugas Akhir
71
pupuk majemuk yang dibuat berdasarkan kondisi lingkungan dan tanah yang dilakukan oleh pihak riset dan pihak manajemen. Selanjutnya lakukan pemupukan terhadap bibit dengan menggunakan pupuk NPK Blue dengan dosis 15 gram/bibit yang sudah ditetapkan oleh standard pemupukan yang dilakukan oleh PT AMP-1 pada bulan Mei. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 3 - 5 cm dari pangkal batang tanaman. Waktu pemupukan yang dilakukan pada bulan Mei yang dilakukan oleh PT AMP-1 yaitu kurang efektif, karena ditinjau dari data curah hujan yang diperoleh dari kantor pusat yaitu diketahui besar curah hujan pada bulan Mei yaitu 50,4 mm/bulan dan itu merupakan waktu hujan besar dan seharusnya pemupukan ditunda hingga waktu pemupukan dengan curah hujan kecil yaitu > 60 mm/bulan (Said, 2010). Berdasarkan estimate perusahaan kegiatan pemupukan pada pembibitan main nursery juga dilakukan pada bulan Mei dengan menggunakan jenis pupuk Kieserit kemudian dilakukan pemupukan terhadap bibit dengan dosis 5 gram/bibit (sesuai dengan standard pemupukan yang dibuat tim riset dan pihak manajemen) yang tertera pada table di atas. Pemupukan dilakukan secara melingkar dengan jarak 3 - 5 cm dari pangkal batang tanaman. Waktu pemupukan yang dilakukan pada bulan Mei yang dilakukan oleh PT AMP-1 yaitu kurang efektif, karena ditinjau dari data curah hujan yang diperoleh dari kantor pusat yaitu diketahui besar curah hujan pada bulan Mei yaitu 27,6 mm/bulan dan itu merupakan waktu hujan besar dan seharusnya pemupukan ditunda karena kelembaban tanah sangat menentukan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan dan pencucian, pemupukan dilakukan pada saat curah hujan kecil yaitu > 60 mm/bulan (Said, 2010).
Laporan Tugas Akhir
72
Pelaksanaan pemupukan yang dilakukan oleh PT AMP-1 yaitu dijalankan sesuai perencanaan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen baik itu mengenai jenis pupuk yang digunakan serta waktu aplikasi pupuk di lapangan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan oleh Karyawan pupuk yang diawasi oleh Asisten pembibitan dan Mandor pupuk sehingga pelaksanaan pemupukan dilakukan dengan sesuai prinsip 5 T terlaksana dengan baik. d. Pengawasan Pengawasan yang dilakukan oleh PT AMP-1 di dalam kegiatan pemupukan di pembibitan dilakukan oleh Asisten pemupukan dan Mandor pupuk di lapangan. Pengontrolan yang dilakukan yaitu dengan memperhatikan kerja dan kinerja karyawan terhadap pemupukan yang dilakukan pada bibit agar penerapan prinsip 5 T terlaksana dengan baik. Setelah proses pemupukan, Mandor Pupuk mengumpulkan bekas karung pupuk yang telah kosong dan dibawa ke gudang untuk dihitung apakah pupuk telah teraplikasi ke seluruh tanaman, sesuai dengan jumlah karung pupuk yang telah di bawa ke lapangan. Sedangkan kepala gudang melakukan pengawasan berdasarkan laporan dari Asisten pemupukan dan disesuaikan dengan laporan karyawan gudang. Kemudian pupuk Sedangkan Divisi Manajer melakukan pengawasan dengan memeriksa laporan dari Asisten pemupukan, Kepala gudang tentang kegiatan pemupukan berdasarkan tugasnya masing-masing. Sedangkan menurut
Simatupang et al., (2010) Pengawasan dalam pemupukan hanya
dilakukan oleh Mandor. Dalam pengawasan ini jelas terlihat bahwa PT. AMP-1 melakukan pengawasan dengan baik dan intensif sehingga peluang kehilangan pupuk rendah.
Laporan Tugas Akhir
73
5.3.2. Aspek biaya Pada perhitungan analisa hasil biaya pemupukan pembibitan kelapa sawit di PT Agra Masang Perkasa-1 diperoleh biaya per Ha untuk masing masing jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan untuk setiap aplikasi adalah sebagai berikut: Pupuk NPK Blue pre nursery
: Rp. 28.966.667/Ha
Pupuk Agroblen dan RP
: Rp. 1.287.000/Ha
Pupuk NPK Blue main nursery
: Rp. 1.604.000/Ha
Kieserit
: Rp. 879.833/Ha
Biaya pemupukan pembibitan kelapa sawit selama 1 periode di PT. AMP-1 adalah Rp. 32.737.500/Ha, kemudian diperoleh data dari laporan tugas akhir Megawati tahun 2012 mengenai biaya pemupukan pada pembibitan kelapa sawit per hektar di BAH LIAS ESTATE PT. LONSUM, Tbk. yaitu sebesar Rp. 18.463.510. Dari data tersebut diketahui bahwa biaya pemupukan yang dikeluarkan oleh PT AMP-1 untuk luasan kebun satu hektar mencapai 44 % lebih besar dibanding biaya pemupukan oleh BAH LIAS ESTATE PT. LONSUM, Tbk. Hal ini dipengaruhi oleh jenis pupuk yang digunakan, rotasi pemupukan, upah tenaga kerja, alat kerja dan harga dari jenis pupuk. Harga pemupukan yang fluktuatif dan ketersediaan pupuk yang dibutuhkan langka
sehingga cost
pembelian menjadi meningkat serta berpengaruh terhadap biaya pemupukan dan harga pupuk yang setiap tahun mengalami kenaikan. 5.3.3. Aspek agronomi Pada kegiatan praktek lapang yang dilakukan mengenai manajemen pemupukan pada pembibitan di PT AMP-1 telah diketahui cara pengelolaan mengenai aspek manajemen yang diterapkan oleh PT AMP-1 serta mengenai
Laporan Tugas Akhir
74
aspek pembiayaan pada pemupukan bibit kelapa sawit. Selain pengamatan mengenai aspek manajemen dan aspek biaya diketahui juga mengenai aspek agronomi, karena tujuan akhir dari pengelolaan aspek manajemen yang dijalankan oleh PT AMP-1 yaitu untuk mendapatkan hasil yang optimal yaitu pertumbuhan bibit menjadi meningkat dan juga sehat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tahap akhir pembibitan (transplanting) mengenai pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit di PT AMP-1 dengan menggunakan jenis pupuk anorganik majemuk dan juga pupuk tunggal menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan bibit kelapa sawit menjadi lebih baik dan sehat, hal ini terbukti pada saat pemindahan bibit main nursery yang sudah mencukupi umur untuk dipindah di lapangan dilakukan tahap penyeleksian kembali terhadap bibit yaitu tahap transplanting ke lapangan diperoleh data bahwa bibit yang sehat dan layak dipindah ke lapangan lebih banyak ditemukan dibanding bibit abnormal yang hanya mencapai sekitar 2,5% per 200 bibit saja yaitu dominan ditemukan Crown Diases atau disebut penyakit tajuk, daun muda berputar/bengkok dan anak daun pada bagian yang berputar/bengkok rusak atau kering dan sering seperti kena serangan busuk pucuk dan bukan karena pengaruh kekurangan unsur haraa. Persentase bibit abnormal pada bibit kelapa sawit PT AMP-1 masih di bawah batas toleransi pada seleksi main nursery menurut Socfindo (2014) yaitu sebesar 14 %. Hal ini dikarenakan menurut Leiwakabessy (1997) cit Nurahmi, Nurhayati dan Ulfa (2010) bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia, serta pertumbuhan akan maksimum jika unsur hara yang tersedia dalam keadaan optimum dan seimbang, maka pemberian pupuk anorganik yang diaplikasikan oleh PT AMP-1 ke bibit kelapa sawit terutama pada tahap main
Laporan Tugas Akhir
75
nursery terlihat menunjukkan hasil yang baik terhadap pertumbuhan bibit, seperti yang dikatakan menurut Sukarman (2012) bahwa pada main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg) karena menurut Wikipedia (2012) salah satu kelebihan dari pemanfaatan pupuk majemuk yaitu Lebih mudah aplikasinya, lebih lengkap dan seimbang kandungan unsur haranya, lebih seragam penyebaran unsur haranya, lebih efisien penggunaannya, lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu, serta lebih mudah pengadaan dan penyimpanannya. Namun pengaruh penggunaan jenis pupuk majemuk NPK terhadap tanaman butuh waktu lama baru terlihat, hal ini dikarenkan menurut Nazari (2008) cit Ramadhani, Sudradjat dan Wachjar (2013) Pengaruh pupuk majemuk NPK baru terlihat pada umur 3 BSP terhadap seluruh peubah morfologi karena pupuk majemuk NPK dapat menyediakan unsur hara lengkap dan tersedia bagi bibit kelapa sawit setelah 3 bulan aplikasi pemupukan. Hal tersebut disebabkan sifat pupuk majemuk NPK yang melepaskan hara N, P dan K perlahan sehingga tersedia lambat bagi tanaman (Wu et al., 2008 cit Ramadhani et al., 2013).
Laporan Tugas Akhir
76
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan laporan akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Pemupukan pembibitan dilakukan oleh PT AMP-1 dengan teknik disebar melingkari batang tanman yaitu dengan jenis pupuk anorganik seperti NPK blue yang kandungannya N 12%, P2O5 12% dan K205 17% , Kieserit yang kandunganya 26,05% MgO, Agroblen yang kandungannya 17-89+3MgO dan RP yang kandungannya 31,01% P2O5. 2. Kebutuhan pupuk pada pembibitan kelapa sawit oleh PT AMP-1 yaitu jenis dan dosis pupuk yang digunakan merupakan pilihan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis yang ditetapkan oleh Direktorat Pengembangan Produksi dan Kontrol PT. Wilmar, tbk. didasarkan pada hasil Tim Riset Agronomi dan pihak manajemen terhadap tanah dan tanaman. Biaya pemupukan pembibitan kelapa sawit selama 1 periode di PT. AMP-1 adalah Rp. 32.737.500/Ha, kemudian diperoleh data dari laporan tugas akhir Megawati tahun 2012 mengenai biaya pemupukan pada pembibitan kelapa sawit per hektar di BAH LIAS ESTATE PT. LONSUM, Tbk. yaitu sebesar Rp. 18.463.510. 3. Aspek manajemen yang dilaksanakan oleh PT AMP-1 mengenai pemupukan di pembibitan sudah terlaksana sesuai dengan perencanaan jelas terlihat kegiatan aplikasi pupuk dalam setiap bulan baik itu jenis pupuk yang digunakan dan dosis pemupukan yang dibuat berdasarkan Tim Riset Agronomi dan pihak manajemen dengan memperhatikan keadaan
Laporan Tugas Akhir
77
dan analisa tanah.
Kemudian mengenai
pengorganisasian dalam
pemupukan sudah dikelompokkan sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing personil dalam pencapaian tujuan bersama. Pelaksanaan dan pengawasan juga dilakukan dengan baik oleh semua pihak sehingga peluang kehilangan pupuk rendah dan pupuk teraplikasi sesuai dengan metode dan dosis yang telah ditetapkan. 4. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tahap akhir pembibitan (transplanting) mengenai pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit di PT AMP-1 dengan menggunakan jenis pupuk anorganik majemuk dan juga pupuk tunggal menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan bibit kelapa sawit menjadi lebih baik dan sehat. 6.2. Saran Dalam pelaksanaan suatu organisasi dibutuhkan aspek manajemen yang baik dalam pengelolaannya dilakukan secara efektif dan efisien sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Laporan Tugas Akhir
78
DAFTAR PUSTAKA Andi. 2012. Jenis dan sifat Pupuk. http://informasi-kelapasawit.blogspot.com /2012/10/pemupukan-kelapa-sawit.html Adi, P. 2011. Kaya dengan bertani kelapa sawit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 146 Hal. Arif, S., N. dan Zulkarnain, I. 2008. Dasar-dasar manajemen dalam teknologi informasi. http://lppm.trigunadharma.ac.id/public/fileJurnal/FFB36-OKJurnal27-SN-IZ-Dasar%20Manajemen.pdf. Evizal, R. 2014. Dasar – dasar produksi perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009 Hal. Faiz, M. 2009. Pemupukan berimbang. http://faizbarchia.blogspot.com /2009/06/pemupukan-berimbang.html. Hardjowigeno, S. 2012. Ilmu tanah.Akademika Pressindo. Jakarta. IPB. 2012. Tinjauan pustaka. http://repository.ipb.ac.id. Irvan, H. 2009. Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sime Darby Group, Musi Rawas, Sumatera Selatan. http://www.google.com/url? Jacob, A. 2015. Metode dan teknik pengambilan contoh tanah dan tanaman dalam mengevaluasi status kesuburan tanah. http://dokumen.tips/documents/jurnal-ilmu-kesuburan-tanah.html Kurnianti, N. 2012. Pupuk dan pemupukan. http://petunjukbudidaya.blogspot. com/2012/12/pemupukan.html. Lubis, R. E. Agus, W. 2011. Buku pintar kelapa sawit. Agromedia. Jakarta Selatan. 296 Hal. Novizan. 2009. Pemupukan yang efektif. http://www.facebook.com/permalink. Nurhami, E., Nurhayati, Ulfa, A. 2010. Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada berbagai komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk daun seprint. http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrista/article/viewFile/708/662 Pahan, I. 2008. Panduan lengkap kelapa sawit, manajemen agribisnis dari hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal Pahan, I. 2010. Panduan lengkap kelapa sawit, manajemen agribisnis dari hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. PPKS, Medan. 2013. Peranan unsur hara. http://www.pusri.co.id/indexC%200302 .php.
Laporan Tugas Akhir
79
PT. PUSRI. 2013. Pengembangan pertanian pemupukan berimbang. pusri.co.id/indexC0302.php, (22 Juni 2013).
http://www.
Purwanto, E. 2012. Pemupukan. http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/ pemupukan.htm. Ramadhani, R., F., Sudrajat dan Wachjar, A. 2013. Optimasi dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan utama. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile/81 51/pdf Said. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit. https://h0404055.wordpress.com/2010/04/05/manajemen-pemupukantanaman-kelapa-sawit/. Saputra, R., A. 2011. Evaluasi pemupukan pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Radang Seko Banjar Balam, Pt Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau. http://www.google.com/url?sa. Sarwono. 2010. Ilmu tanah. Agro media. Jakarta Selatan. Simatupang, S., Palupi, E.R dan Suwarto. 2010. Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya LokaI (PT. Astra Agro Lestari TBK) Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. http://maksiindonesia.com/upload/journal/journal_maksi_maksiindonesia.pd f Siregar A., F. dan W. Hartatik. 2011. Aplikasi pupuk organik dalam meningkatkan efisiensi pupuk anorganik pada lahan sawah. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/publikasimainmenu-78/art/433-organik78 Socfindo. 2014. Metode seleksi bibit kelapa sawit. http://www.socfindo.co.id/?socfindo=berita&act=detail&id=19 . Sukarman. 2012. Teknik pembibitan kelapa sawit. http://wwwteknikpembibitankelapasawit.blogspot.com/2012/05/teknikpembibitan-kelapa-sawit.html. Sunarko. 2014. Budidaya kelapa sawit di berbagai jenis lahan. Agrao media. Jakarta selatan. 200 Hal. Suwarto dan Octavianty. 2010. Budidaya tanaman perkebunan unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta. 260 Hal.
Laporan Tugas Akhir
80
Syahfitri. E., D. 2007. Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan utama akibat perbedaan konsentrasi danfrekuensi pemberian pupuk pelengkap cair. http://repository.unib.ac.id/6081/2/I,II,III-EVAFP.pdf. Wawan. 2011. Pemupukan kelapa sawit. https://puputwawan.wordpress.com/2011/09/06/pemupukan-kelapa-sawit-2/. Wikipedia, 2012. Pupuk. http://id.wikipedia.org/wiki/pupuk.
Laporan Tugas Akhir
81
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Pemupukan Pembibitan PT AMP-1
Gambar 1. Lubang tanam bibit MN
Gambar 3. Penaburan pupuk Agroblen
Gambar 2. Penaburan pupuk Rp
Gambar 4. Lubang tanam berisi pupuk
.
Gambar 4. Pembibitan MN
Gambar 5. Pembibitan PN
Laporan Tugas Akhir
82
Lampiran 2. (Lanjutan)
Gambar 6. Penuangan pupuk RP
Gambar 7. Pupuk RP
Gambar 8. Penuangan pupuk Agroblen
Gambar 9. Pupuk Agroblen
Gambar 10. Penuangan pupuk NPK Blue
Gambar 11. Pupuk NPK Blue
Laporan Tugas Akhir
83
Lampiran 3. (Lanjutan)
Gambar 12. Penaburan pupuk NPK Blue
Gambar 13. Penuangan Kieserit
Gambar 14. Penaburan pupuk Kieserit
Gambar 15. Bibit dipupuk Kieserit
Gambar 16. Karyawan pupuk
Gambar 17. Foto bersama karyawan semprot
Laporan Tugas Akhir
84
Lampiran 4. (Lanjutan)
Laporan Tugas Akhir
85
Laporan Tugas Akhir