ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Tika Nurmalasari Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan berpengaruh baik secara parsial maupun bersamaan terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Bagi perusahaan, laba sangat diperlukan karena bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu parameter kinerja perusahaan adalah laba. Laba yang dihasilkan perusahaan mengalami perubahan laba setiap tahunnya sehingga dapat mempengaruhi keputusan investasi para investor. Perubahan laba merupakan kenaikan maupun penurunan laba per tahun. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, dan gross profit margin. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya net income to sales yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba, sedangkan quick ratio, debt ratio, inventory turn over, dan gross profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Secara bersamaan, quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, dan gross profit margin berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Kata Kunci : Rasio Keuangan, Perubahan Laba.
ABSTRACT The purpose of this research is to know whether financial ratios affect either partially or simultaneously to earnings changes in the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The company’s main goal is to maximize earnings. For companies, earnings are necessary because the benefit to the company’s survival. One parameter of the company’s performance is earnings. The earnings have been resulted by the company experience earnings changes each year so that it can influence the investment decisions of investors. Earnings changes is an increase or decrease in earnings per year. Financial ratios used in this research are quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, and gross profit margin. Analytical techniques used in this research were multiple linear regression analysis. The result showed that partially only net income to sales has significant affect to earnings changes, while quick ratio, debt ratio, inventory turn over, and gross profit margin haven’t significant affect on changes earnings. Simultaneously, the quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, and gross profit margin have significant affect to earnings changes. Keyword: Financial Ratios, Earnings Changes.
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin kompetitif menuntut setiap perusahaan dapat mengolah dan melaksanakan manajemen perusahaan menjadi lebih professional. Hal ini dikarenakan munculnya pesaing dalam dunia usahan dengan jumlah yang banyak, baik pesaing dalam negeri maupun luar negeri sehingga mengakibatkan setiap perusahaan berupaya terus meningkatkan kinerja perusahaan yang baik demi eksitensi dan kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh perusahaan. Laporan keuangan perusahaan akan memberikan informasi mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 yang menyatakan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang didapat dari laporan keuangan biasanya digunakan oleh berbagai pihak, baik pihak intern (pemilik dan manajemen) maupun pihak ektern (kreditor, pemerintah, dan investor) tergantung kepentingan masing-masing pihak. Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Teknik analisis yang biasa digunakan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang menunjukkan hubungan diantara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan ke-
uangan neraca dan laporan laba rugi. Hasil analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam pencapaian target (laba) yang telah ditetapkan dan kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Bagi perusahaan, laba sangat diperlukan karena bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan. Disamping itu juga, masyarakat luas pada dasarnya mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat dari kinerja manajemen. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktivitas atau penururnan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan equitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laporan laba rugi di dalamnya tercantum laba rugi yang dialami oleh perusahaan tersebut. Laporan laba rugi merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode akuntansi tertentu (Suprihatmi S.W dan M. Wahyudin,2003). Laba pada umumnya dipakai sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan sehingga laba dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi dan prediksi untuk meramalkan perubahaan laba yang akan datang. Laba yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya prediksi perubahan laba. Perubahan laba merupakan kenaikan atau penurunan laba per tahun. Perubahan laba yang tinggi mengindikasikan laba yang diperoleh perusahaan tinggi, sehingga tingkat pembagian deviden perusahaan tinggi pula. Maka dari itu, perubahan laba akan mempengaruhi keputusan investasi para investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan investor mengharapkan dana yang diinves-
tasikan ke dalam perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai rasio keuangan. Terutama yang berkaitan dengan manfaatnya dalam mempengaruhi perubahan laba di masa yang akan datang. Oleh karena itu, skripsi ini berjudul ”ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. II.
LANDASAN TEORI Menurut Harahap (2004:297) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Analisis rasio (ratio analysis) merupakan salah satu alat analisis yang paling populer dan banyak digunakan. Menurut Simamora (2000:522) menyatakan bahwa analisis rasio adalah analisis yang menunjukkan hubungan diantara pos-pos yang terpilih dari data laporan keuangan. Hubungan ini dinyatakan dalam presentase, tingkat, maupun proporsi tunggal. Rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lainnya. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Menurut Wild (2005:25) mendefinisikan laba, sebagai berikut: laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan atau penurunan ekuitas sebelum
distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Perubahan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba per tahun. Penilaian tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun (Lusiana, 2008). Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak. Penggunaan laba sebelum pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis (Suprihatmi, 2003). Beberapa jurnal dan skripsi sejenis mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba adalah sebagai berikut: 1. Suprihatmi S. W. dan M. Wahyudin (2003) dalam jurnal “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kemampuan Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan-Perusahaan Manfaktur Yang Terdaftar Di PT Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari delapan rasio keuangan yang digunakan hanya empat rasio keuangan yang signifikan terhadap perubahan laba, yaitu: ITO, ROI, ROE, dan GPM. 2. Lina Purnawanti (2005) dalam penelitian yang berjudul “Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa delapan rasio keuangan yang terdiri dari CR, GPM, OPM, NIS, ROE, ITO, TATO, dan SCL, hanya empat rasio keuangan yang ber-pengaruh signifikan dan positif sebagai prediktor perubahan laba, yaitu: ITO, TATO, NIS, dan SCL. 3. Lusiana Noor Andriyani (2008) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Ke-
gunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial rasio keuangan yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan laba, yaitu: LDR, QR, CAR, ROA, ROE, NPN, GPM, dan ROOA, sedangkan secara parsial rasio keuangan yang ber-pengaruh signifikan dan negatif terhadap perubahan laba, yaitu: CR, NWC, DR, DER,TIER, ROA, ROE, NPM, GPM, dan ROOA dapat mempengaruhi terhadap perubahan laba. III.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di www.idx.co.id dan www.jsx.co.id tahun 2007-2010. Begitu juga dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris. Penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel pe-nelitian melalui pengujian hipotesis. Dimana jenis penelitian ini sesuai dengan penelitian, yaitu: menjelaskan hubungan variabel independen (rasio keuangan) terhadap variabel dependen (perubahan laba). Dalam penelitian ini mengambil objek penelitian, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut JASICA (Jakarta Stock Industrial Classification) yang lengkap memiliki laporan keuangan dan dipublikasikan dalam www.idx.co.id dan www.jsx.co.id periode 2007-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio keuangan dan data laba. data rasio keuangan yang diolah dari data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur tahun 2008, 2009, dan 2010
yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang berhubungan dengan penelitian. Data laba untuk tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dapat diperoleh dari laporan laba rugi tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipublikasikan di www.idx.co.id dan www.jsx.co.id. Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti (Sulistyo, 2010:22), sedangkan sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2009:118). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2010. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 158 perusahaan, sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan sampel representatif sesuai dengan kriteri yang telah ditentukan. Berikut ini adalah tabel proses pengambilan sampel dalam penelitian ini: Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel Keterangan 1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI menurut JASICA periode 2007-2010 2. Perusahaan yang tidak bisa digunakan: Perusahaan yang tidak secara berturut-turut terdaftar di BEI menurut JASICA periode 2007-2010.
Jumlah Perusahaan 158
38
Perusahaan yang tidak lengkap mempublikasi34 kan laporan keuangan dan tidak diaudit selama periode 2007-2010 Perusahaan yang laporan keuangan menggunakan mata uang 4 asing, yaitu dollar. Perusahaan yang secara tidak berturut-turut meghasilkan laba se32 lama periode 20072010. Jadi, jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam pe- ________50 nelitian ini adalah: Sumber: Data diolah berdasarkan IDX Statistics periode 2007-2010
Pengukuran data dalam penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan pengertian serta rumus setiap variabel yang digunakan, yaitu: 1. Perubahan Laba (Y) Perubahan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba per tahun. Penilaian tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun (Lusiana, 2008). Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak. Penggunaan laba sebelum pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis (Suprihatmi, 2003). Pada penelitian ini perubahan laba yang digunakan adalah perubahan laba relatif, dikarenakan angka laba
tersebut lebih representatif dibandingkan laba absolut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh ukuran perusahaan. Rumus perubahan laba relatif sama dengan rumus pertumbuhan laba, maka dari itu perubahan laba relatif dapat dihitung dengan cara: ∆
=
−
(Harahap, 2004:310) Keterangan: ∆ = Perubahan Laba = Laba perusahaan tertentu pada periode tertentu = Laba perusahaan tertentu pada periode sebelumnya 2. Quick Ratio (X1) Quick ratio (rasio cepat) atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva cepatnya (quick assets). Aktiva cepat adalah aktiva yang dapat dengan segera dikonversikan menjadi kas. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah kas, surat berharga, dan piutang dagang bersih dengan kewajiban jangka pendeknya (Simamora, 2000:525). = (Simamora, 2000:525) 3. Debt Ratio (X2) Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. = (Kasmir, 2009:156) 4. Inventory Turn Over (X3) Inventory turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bera-
pa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. = (Kasmir, 2009:180) 5. Net Income To Sales (X4) Net income to sales (juga dikenal sebagai margin laba) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh efektivitas dalam menghasilkan penjualan dan biaya pengendalian (Ikhsan, 2009:102). = (Ikhsan, 2009:102) 6. Gross Profit Margin (X5) Rasio ini mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga jual. Laba kotor didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. = (Munawir, 2007:99) Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS versi 17.0. Analisa ini digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan (X) terhadap perubahan laba (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Rasio keuangan yang digunakan dalam penellitian ini adalah quick ratio (X1), debt ratio (X2), inventory turn over (X3), net income to sales (X4), dan gross profit margin (X5) Model persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: =
+ +
+ +
(Priyatno, 2008:61)
+
+
Keterangan: Y = Perubahan Laba b = Kostanta e = Koefisien error Untuk menghasilkan suatu model persamaan yang baik, maka hasil analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik. Pengujian dengan asumsi klasik dapat dilakukan dengan melakukan uji sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistri normal, maka analisis dapat menggunakan metode parametrik. Namun, jika data tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan metode nonparametrik. Dalam uji ini akan digunakan uji OneSample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 0,05 (Priyatno, 2008:28). Jika nilai signifikan > 0,05, maka data terdistribusi normal. Namun, jika nilai signifikan 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2008:39). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Uji ini dapat dideteksi dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi (Priyatno, 2008:47). Me-
tode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan adalah jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima berarti tidak terjadi autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi (Priyatno, 2008:42). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam uji ini adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji Glejser. Uji Glejser dapat dilakukan dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut. Apabila probabilitas signifikan variabel independen di atas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2007:93). e. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisa statistik berupa uji t, uji F, dan koefisien determinasi. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada output Coeffients dari hasil analisis regresi linier berganda. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linier berganda. Pengambilan keputusan pada uji t dan uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikannya pada taraf kepercayaan 0,05. Jika nilai signifikan 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan jika nilai signifi-
kan < 0,05 maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar presentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen (Priyatno, 2008:79). IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal, maka analisis pada penelitian ini dapat menggunakan metode parametrik, yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan alat bantu SPSS versi 17.0. Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = -0,430 + 0,073 QR - 0,072 DR + 0,042 ITO + 4,672 NIS + 0,583 GPM + e Dari persamaan di atas dapat dijelaskan nilai konstanta sebesar -0,430, artinya jika QR, DR, ITO, NIS, dan GPM nilainya 0, maka perubahan laba nilainya sebesar -0,430%. Koefisien regresi QR sebesar 0,073, artinya jika nilai independen lain nilainya tetap dan QR mengalami kenaikan 1%, maka perubahan laba mengalami peningkatan sebesar 0,073%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara QR dengan perubahan laba berarti semakin naik QR maka semakin meningkat perubahan laba. Hal ini juga terjadi pada variabel ITO, NIS dan GPM yang memiliki koefi-
sien bernilai positif dengan masing-masing nilai koefisien regresinya sebesar 0,042, 4,672, dan 0,583. Koefisien regresi DR sebesar 0,072, artinya jika nilai variabel independen lainnya tetap dan DR mengalami kenaikan 1%,
maka perubahan laba akan mengalami penurunan sebesar 0,072%. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara DR dengan perubahan laba berarti semakin naik DR maka semakin turun perubahan laba.
Tabel 4.1 a
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig. Tolerance
VIF
(Constant) -.430
.424
QR
.073
.170
.070
.427 .672
.747
1.338
DR
-.072
.526
-.021
-.136 .892
.859
1.164
ITO
.042
.035
.201 1.208 .235
.718
1.394
NIS
4.672
2.132
.409 2.192 .035
.571
1.750
.583
1.293
.083
.584
1.711
GPM
-1.013 .318
.451 .655
a. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis melalui model regresi linier berganda bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, dan gross profit margin mempengaruhi perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan hasil regresi pada uji t (tabel 4.1), menunjukkan bahwa QR tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikannya lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,672. Ketidakmampuan QR mempengaruhi perubahan laba dimungkinkan karena aktiva lancar yang paling likuid seperti surat berharga yang berkualitas buruk dapat mengakibatkan nilai jualnya dibawah nilai nominalnya dan piutang bermutu rendah sehingga tidak dapat ditagih. Akibatnya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar. Tidak mampunya perusahaan membayar kewajiban lancarnya mengindikasikan perusahaan mengalami penurunan
laba atau bahkan mengalami kerugian. Tingginya rasio ini disebabkan oleh tingginya aktiva lancar yang paling likuid dihasilkan sehingga pendapatan yang diperoleh perusahaan meningkat dan kemudian akan mengakibatkan perubahan laba meningkat pula. Hal ini sesuai dengan terori yang ada, menurut Harahap (2004:302) menyatakan bahwa semakin besar rasio ini semakin baik sehingga kinerja perusahaan pun baik dan juga mengindikasikan perusahaan tidak mengalami kerugian. Pengaruh DR terhadap perubahan laba dapat dilihat nilai signifikannya (tabel 4.1) lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,892. Hal ini menunjukkan bahwa DR tidak betpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Ketidakmampuan DR mempengaruhi perubahan laba sangat dimungkinkan karena hasil penggunaan dana hutang untuk membiayai aktiva yang digunakan perusahaan tidak mampu menutupi seluruh beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan sehingga mengakibatkan penurunan laba yang diperoleh bahkan perusahaan mengalami kerugian. Hal ini sesuai dengan teori
yang ada, menurut Kasmir (2009:156) menyatakan bahwa apabila debt ratio yang tinggi, akan berdampak buruk karena tingkat hutang yang semakin tinggi, sehingga beban bunga akan semakin besar yang dapat mengurangi laba perusahaan. Pengaruh ITO terhadap perubahan laba dapat dilihat nilai signifikannya (tabel 4.1) lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,235. Hal ini menunjukkan bahwa ITO tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Ketidakmampuan ITO mempengaruhi perubahan laba sangat dimungkinkan karena kurang efektifnya perusahaan dalam kegiatan penjualan sehingga perputaran persediaannya kurang cepat. Perputaran persediaan kurang cepat akan mengakibatkan tingginya dana yang dibutuhkan untuk ditanamkan dalam persediaan, maka semakin sedikit dana yang ditanamkan untuk kegiatan usaha lainnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, menurut Kasmir (2009:180) menyatakan bahwa dimana inventory turn over tinggi menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik sehingga mengakibatkan bertambahnya pendapatan yang juga berarti perubahan laba meningkat. Pengaruh NIS terhadap perubahan laba dapat dilihat nilai signifikannya (tabel 4.1) lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar 0,035. Hal ini menunjukkan bahwa NIS berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Kemampuan NIS mempengaruhi perubahan laba sangat dimungkinkan karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, dan penentuan harga sehingga dapat mengaruhi perubahan laba. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, menurut Harahap (2004:304) menyatakan bahwa semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap perusahaan dalam mendapatkan laba cukup baik. Pengaruh GPM terhadap perubahan laba dapat dilihat dari nilai signifikannya (tabel 4.1) lebih besar dari 0,05, yaitu 0,655. Hal ini menunjukkan bahwa GPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba. Ketidakmampuan GPM mempengaruhi perubahan laba sangat dimungkinkan karena laba kotor yang dihasilkan tidak mampu menutupi seluruh biaya operasional perusahaan yang terdiri dari biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum yang besarnya bervariasi sehingga mengakibatkan penurunan terhadap laba yang diperoleh atau bahkan perusahaan mengalami kerugian. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, menurut Harahap (2004: 306) menyatakan bahwa gross profit margin dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasional sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Pada uji F (tabel 4.2) dapat diketahui bahwa secara bersamaan variabel independen (QR, DR, ITO, NIS, dan GPM) berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari nilai signifikan sebesar 0,028 yang berarti nilai signifikannya lebih kecil dari nilai taraf yang telah ditentukan sebesar 0,05. Tabel 4.2 b
ANOVA Sum of Squares Df
Model 1 Regression
4.305
5
Residual
10.805
36
Total
15.110
41
Mean Square
F
Sig. a
.861 2.869 .028 .300
a. Predictors: (Constant), GPM, DR, QR, ITO, NIS b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
Pada uji koefisien determinasi (tabel 4.3) dapat diketahui besarnya nilai R square sebesar 0,285. Hal ini berarti bahwa 28,5% variabel dependen perubahan laba dapat dijelaskan oleh variabel independennya, yaitu: QR, DR, ITO, NIS, dan GPM. Tabel 4.3 b
Model Summary
Model 1
R Adjusted R Std. Error of the Square Square Estimate
R a
.534
.285
.186
.547840
a. Predictors: (Constant), GPM, DR, QR, ITO, NIS b. Dependent Variable: PERUBAHAN LABA
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Andriyani, Lusiana Noor. 2008. “Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)”. Semarang: Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jilid II. Jakarta: Erlangga. Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi Manajemen Perusahaan Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Munawir, S., 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS Statistical Product and Service Solution Uji Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom. Purnawati, Lina. 2005. “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba”. Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Indonesia. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan dan Bisnis. Jilid II. Jakarta: Salemba Empat. Suprihatmi dan Wahyudin. 2003. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kemampuan Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan-Perusahaan. Wild, John J. et al. 2005. Analisis Laporan Laporan Keuangan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. www.idx.co.id (26 Mei 2011) www.jsx.co.id (26 Mei 2011)
1. Dari lima rasio keuangan sebagai variabel independen, yaitu: quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, dan gross profit margin hanya terdapat satu rasio keuangan secara parsial yang mempengaruhi perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah net income to sales (NIS). 2. Kelima rasio keuangan, yaitu quick ratio, debt ratio, inventory turn over, net income to sales, dan gross profi margin dapat mempengaruhi perubahan laba secara bersamaan. Begitu juga dalam penelitian ini, adapun saran yang dianjurkan, yaitu: 1. Bagi para manajer (perusahaan) dan investor sebaiknya lebih teliti dalam menilai laporan keuangan perusahaan khususnya informasi kinerja keuangan mengenai rasio keuangan dalam penelitian ini, yaitu QR, DR, ITO, NIS, dan GPM dalam mempengaruhi perubahan laba untuk melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan. 2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan manambahkan variabel independen selain variabel yang digunakaan dalam penelitian ini dan memperluas penelitian ini dengan cara menambahkan tahun pengamatan agar memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.