I. PENDAHULUAN
1 . Latar Belakang
Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan bahwa pengembangan perekonomian yang kompetitif dengan orientasi glcbal berbasis sektor rnaritim dan pertanian mewujudkan industri yang mampu mengembangkan kesempatan kerja melalui upaya pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Dalam rangka melaksanakan pembangunan
daerah
dan
pemerataan
pertumbuhan,
perlu
dikembangkan produk-produk unggulan yang berbasis sumberdaya lokal (resource based).
Berdasarkan Keppres No. 142 tahun 1998 tentang kedudukan, tugas, susunan organisasi dan tata kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan, tugas pokok Direktorat Industri Logam Mesin dan Maritim (ILMM) adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal lndustri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (Ditjen ILMEA) Departemen Perindustrian dan Perdagangan baik tugas umum pemerintahan maupun tugas-tugas pembangunan di bidang industri logam, mesin, dan maritim. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi direktorat diatur pula dengan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.444/MPP/Kep/911998 tanggal 29 September 1998. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Depperindag serta No.24IMPPIKepl 111999 tanggal 14 Januari 1999 tentang kelengkapan organisasi dan tata kerja.
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dijabarkan dalam berbagai kegiatan
yang
disesuaikan
dengan
arahan
GBHN
khususnya
pembangunan di sektor industri dan perdagangan. Fungsi pemmusan kebijakan teknis diwujudkan dalam berbagai bentuk usulan kebijakan di bidang perizinan, tata niaga, bea masuk, dan bea masuk tambahan serta aspek-aspek pembinaan yang ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif (melalui kebijakan fiskal, moneter dan administrasi). Fungsi pelaksanaan kebijakan dilakukan melalui pembinaan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap para pelaku industri melalui berbagai bentuk dukungan baik di bidang manajemen, teknologi dan perluasan pasar. Kebdakan yang dihasilkan ditujukan bagi pengembangan industri traktor pertanian yang pada saat ini hampir seluruh kegiatan industri traktor pertanian sedang mengalami penurunan utilitas kapasitas produksi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal lndustri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (ILMEA) utilitasnya tidak lebih dari 40 %. Hal ini disebabkan karena industri tersebut memiliki struktur yang sangat rapuh . Kerapuhan ini terutama disebabkan karena ketergantungan impor bahan baku yang sangat tinggi, tidak tersedianya infrastruktur yang memadai, produktivitas yang rendah serta keterkaitan rantai nilai ke belakang dan ke depan sangat kurang. Sementara itu di lihat dari siai demand terdapat peluang yang cukup besar bagi industri traktor pertanian. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar hidupnya di sektor pertanian. Peluang peningkatan penggunaan alsintan juga dimungkinkan dengan masih terdapatnya lahan pertanian yang cukup luas terutama di luar pulau Jawa yang sangat berpotensi untuk didayagunakan secara optimal. Dengan demikian industri traktor pertanian diharapkan mampu untuk mendukung
mekanisasi
swasembada pangan.
pertanian
dalam
rangka
mewujudkan
Dalam kenyataannya peluang tersebut belum dapat menjadi daya ungkit untuk rnendorong industri traktor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri, yang disebabkan oleh belum tersedianya dukungan yang diperlukan untuk upaya pengembangan. Berbagai dukungan yang diperlukan antara lain berupa : (1) modal kerja yang diperlukan untuk kegiatan usaha terlalu mahal, (2) bahan baku yang diperlukan sebagian besar masih impor, (3) serta kurangnya dukungan di bidang rekayasa dan rancang bangun. Selain itu, kondisi pasar tengah mengalami keterpurukan, selain karena daya beli petani menurun, juga pasar ekspor yang sehanrsnya dapat meningkat dengan terdepresiasinya rupiah juga sedang menurun. Tabel 1 memperlihatkan nilai ekspor dan impor traktor pertanian dari tahun 1996 sampai dengan bulan September tahun 2002. Nilai ekspor mengalami peningkatan dari tahun 1996 yang hanya US$ 86.688 menjadi
US$ 2.098.383 pada tahun 2000, sedangkan mulai tahun 2001 sampai dengan bulan September 2002 nilai ekspor mengalami penurunan. Sebaliknya nilai impor walaupun pada tahun 1996 dan tahun 1997 mengalami peningkatan dari US$ 23.569,869 menjadi US$ 36.980.164, tetapi pada tahun 1998 mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah sebesar US$ 5.938.036 pada tahun ?999, dan baru mulai tahun 2000 sampai dengan bulan September tahun 2002 nilai impor traktor pertanian mengalami peningkatan kembali.
Peningkatan nilai ekspor mulai tahun 1997 sampai dengan 2000 disebabkan oleh peningkatan apresiasi nilai tukar dolar terhadap rupiah, sedangkan penurunan nilai impor pada tahun 1998 dan 1999 bukan disebabkan oleh meningkatnya daya saing industri dalam negeri terhadap produk impor, tetapi lebih disebabkan oleh berkurangnya kegiatan mekanisasi pertanian sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut. Mulai tahun 2000 mekanisasi pertanian di dalam negeri mulai meningkat kembali, namun sayangnya tidak disertai dengan peningkatan penggunaan traktor pertanian buaian dalam negeri, melainkan menggunakan traktor pertanian yang berasal dari impor, ha1 ini ditunjukan dengan meningkatnya nilai impor mulai tahun 2000 sampai dengan bulan September tahun 2002. Tabel 1.1 Nilai Ekspor lmpor Produk Traktor Pertanian (dalam US$)
Sumber BPS (2003),diolah
Pertnasalahan yang dihadapi oleh industri traktor pertanian saat ini adalah rendahnya daya saing yang mengakibatkan meningkatnya produk impor di pasar domestik. Untuk mengantisipasi ha\ tersebut diperlukan adanya strategi peningkatan daya saing bagi industri traktor pertanian, agar industri tersebut bisa survive baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Strategi peningkatan daya saing ini bertujuan untuk menciptakan industri traktor pertanian agar mempunyai sumber daya dan kemampuan yang mapan di negara sendiri sehingga memungkinkan perusahaan tersebut menjalankan strateginya di luar negeri. Untuk menyikapi masalah-masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang tersebut, perlu disusun suatu strategi menyeluruh yang lebih terencana dan terpadu untuk peningkatan daya saing industri traktor pertanian sebagai respon dari pemerintah khususnya Direktorat ILMM melalui kebijakan-kebijakan yang kondusif agar mampu menciptakan nilai (value) bagi produk industri traktor pertanian yang tidak mudah ditiru pesaing sehingga memberikan keunggulan bersaing yang lestari (sustainable competitive advantage) yang didukung oleh strategi dari masing-masing industri traktor pertanian melalui program-program produksi, pemasaran, dan pengembangan produknya agar mampu berdaya saing baik di pasar domestik maupun global. 1.2 ldentifikasi Masalah
Direktorat ILMM saat ini tengah melakukan upaya reframing dan focusing pengembangan industri traktor pertanian dalam negeri guna meningkatkan kualitas dan daya saing. Hal ini menjadi strategis mengingat kondisi industri traktor pertanian mengalami beberapa ancaman bagi kelangsungan hidup industrinya saat ini yang diakibatkan antara lain turunnya daya beli petani, meningkatnya harga bahan baku impor, serta membanjimya produk traktor pertanian impor.
Untuk menciptakan suasana kondusif dan memberikan dorongan bagi pengembangan industri traktor pertanian dalam negeri, diperlukan adanya perencanaan strategik pengembangan industri traktor pertanian di lndonesia sebagai upaya peningkatan kualitas dan daya saing agar produk traktor pertanian yang dihasilkan memiliki nilai (value) yang optimal. 1.3 Perurnusan Masalah
Berdasarkan identifikasi beberapa kondisi yang ada, dirumuskan masalah yang dihadapi sebagai berikut. 1. Bagaimana mengidentifikasi kondisi lingkungan ekstemal dan internal
dalam pengembangan industri traktor pertanian dalam negeri. 2. Bagaimana . merumuskan strategi pengembangan industri traktor
pertanian yang melibatkan peranserta pemerintah, pelaku industri dan masyarakat. 3. Bagaimana program kegiatan yang sebaiknya dilakukan dalam rangka
melaksanakan strategi pengembangan industri traktor pertanian. 1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Melakukan pengkajian terhadap kondisi lingkungan eksternal dan
internal dari industri traktor pertanian. 2. Memformulasikan strategi dan kebijakan pengembangan industri
traktor pertanian di lndonesia. 3. Menyusun program dan kegiatan bagi pengembangan industri traktor
pertanian di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan acuan dan arahan kepada seluruh jajaran Direktorat lndustri Logam Mesin dan Maritim sebagai pembina industri traktor pertanian dan pengusaha sebagai operator industri traktor pertanian untuk selalu berada dalam koridor dan mekanisme yang sama dalam mencapai tujuan peningkatan daya saing industri traktor pertanian. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat mendorong peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat (petani) akan pentingnya penggunaan alsintan sebagai upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas hasil pertanian dalam rangka mencapai swasembada pangan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian difokuskan pada strategi peningkatan daya saing industri traktor pertanian di tingkat nasional dengan pembahasan menggunakan Five Forces Model (Porter, 1997) selanjutnya dianalisis menggunakan Matrik IFE dan
EFE pada input stage dan menggunakan
SWOT Matrix pada matching stage, dan pada decision stage untuk
menentukan skala prioritas dari alternatif strategi digunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). lndustri traktor pertanian yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi industri traktor pertanian roda-2 (hand tractors) dan traktor pertanian roda-4 yang digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.