JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
REFORMULASI GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWIRAUSAHAAN PENENUN SONGKET PALEMBANG Anisatul Mardiah1) 1)
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri KM. 3,5, Sumatera Selatan 30126 Email :
[email protected]) ABSTRACT
Outlines of State Policy (Guidelines) has undergone changes after the reform, including changing the duties and authority of the Assembly no longer as the country's highest lembata. MPR no longer has the authority to establish guidelines and heads of state will no longer have to give an account to the Assembly, because the head of state is elected directly by rakyat.MPR only authorized compile National Long-Term Development Plan (RPJPN) together with the Parliament. The Guidelines now needed again when looking at the reform of the nation that would not go out of krisis.Gagasan to reformulate the guidelines intended to make development planning does not deviate from the Pancasila and the Constitution in relation 1945.Dalam reformulating the guidelines, when seen from a functional perspective it becomes clear that a reformulation of the Guidelines is necessary. Reformulation of the guidelines have a role as an instrument of governance or the model to take inspiration in order to optimize the governance Indonesia.GBHN expected to synergize with national and local governments have autonomy spacious.In the future, the ability of this nation in the understanding that the guidelines are basically a stripped of the opening 1945 therein has a purpose and becomes a handle to build the nation. Keywords : Guidelines, reformulation, government kepada MPR, karena kepala negara dipilih langsung oleh rakyat.MPR hanya diberi kewenangan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) bersama-sama dengan DPR. Dokumen perencanaan pembangunan ini tidak lagi menjadi kewenangan MPR, melainkan kewenangan bersama antara MPR RI dan Presiden RI.Namun Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bukan tanpa persoalan.Persoalan klasik yang dihadapi adalah tidak adanya jaminan kepastian bahwa apa yang telah dikonstruksikan secara ideal dalam peraturan perundangundangan terkait dengan SPPN maupun RPJPN itu dilaksanakan secara konsisten oleh pemangku kepentingan terkait.Oleh karena itu wacana kembali ke GBHN digulirkan. Sekarang GBHN diperlukan lagi ketika melihat reformasi bangsa yang tak kunjung keluar dari krisis.Gagasan untuk mereformulasi GBHN bertujuan agar perencanaan pembangunan tidak menyimpang dari Pancasla dan UUD 1945.Dalam kaitan reformulasi GBHN, apabila dilihat dari perspektif fungsional ini maka jelas bahwa reformulasi GBHN sangatlah diperlukan.
1. Pendahuluan Sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan signifikan di berbagai aspek dan dimensi pasca runtuhnya rezim orde baru.Perubahan struktur dan fungsi kelembagaan negara merupakan salah satunya. Perubahan mendasar juga terjadi dalam proses penyelenggaraan pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan negara seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.Perubahan mendasar juga menyangkut keberadaan GBHN. Pada masa Orde Baru, GBHN merupakan pedoman untuk presiden dalam menjalankan roda pemerintahan.Bila Presiden melanggar GBHN, maka MPR dapat memberhentikan Presiden.Sejak era reformasi, eksistensi GBHN tidak lagi sebagai konsekuensi perubahan UUD 1945. Sebagai penggantinya adalah Rencana Pembanguanan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) selama 20 tahun sebagaimana dituangkan dalam UU No 17 tahun 2007, sebagai amanat dari Pasal 13 ayat (1) UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). RPJPN ini menjadi rujukan pembangunan lima tahunan yang disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah mengalami perubahan pasca reformasi, termasuk mengubah tugas dan wewenang MPR yang tidak lagi sebagai lembata tertinggi negara. MPR tidak lagi mempunyai kewenangan menetapkan GBHN dan kepala negara tidak lagi mesti mempertanggungjawabkannya
Reformulasi GBHN dan Kewirausahaan Perajin Songket GBHN,awalnya ditujukan untuk menegaskan visi bangsa yang dinamis, daripada mengubah konstitusi setiap saat, lebih baik diciptakan suatu dokumen lain yakni GBHN yang bisa dievaluasi, dianalisis, bahkan diganti setiap 5 tahun. Begitu indah dan mulianya niat awal dari fungsi dan keberadaan GBHN tersebut.
32
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
Kontroversi pengertian fungsi GBHN, akhirnya disudahi dengan diubahnya UUD 1945.Di dalam perubahan yang ketiga dan keempat UUD 1945, kewenangan MPR menyusun GBHN telah dihilangkan.Ketiadaan GBHN berpengaruh kepada sistem dan alat untuk mewujukan cita-cita bangsa bernegara, atau lebih sempit lagi akan mengubah sistem perencanaan pembangunan nasional. Dengan GBHN yang disusun oleh MPR maka peluang untuk adanya pembangunan berkelanjutan jelas lebih terbuka dan memadai, apabila dibandingkan dengan kondisi saat ini yang hanya menggantungkan visi perencanaan pembangunan administrasi, tetapi juga dalam berbagai pranata lain yang secara keseluruhan merupakan sebuah kesatuan yang bulat yang merupakan gambaran dari masyarakat tersebut. Reformulasi GBHN memiliki peranan sebagai instrumen penyelenggaraan pemerintahan atau model untuk mengambil inspirasi dalam rangka mengoptimalkan tata pemerintahan Indonesia.GBHN diharapkan dapat mensinergikan pemerintah nasional dan lokal yang memiliki otonomi luas.Di masa yang akan datang, kemampuan bangsa ini dalam memahami bahwa GBHN pada dasarnya adalah penjabaran dari pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memiliki tujuan dan menjadi pegangan untuk membangun bangsa dan negara. Pergeseran arah dan tujuan rencana pembangunan Indonesia yang berkelanjutan, tidak bisa dilepaskan oleh pentingnya pembangunan manusia Indonesia, sebab dengan memprioritaskan pembangunan manusia Indonesia seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 45 akan menciptakan masyarakat yang berintegritas moral dan memiliki landasan etis terhadap wawasan ke bangsaan serta tanggap terhadap berbagai perubahan. Dengan begini visi dan misi pembangunan dalam jangka menengah maupun jangka panjang akan lebih fokus dengan memprioritaskan kepentingan negara dibandingkan dengan kepentingan-kepentingan lainnya.
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
ekonomi "process of perceiving, creating, and pursuing economic opportunities". Akan tetapi dikatakan dalam buku tersebut, bahwa proses dari kewirausahaan itu sendiri sulit untuk diukur. Menurut Bapak Eddy Soeryanto Soegoto bahwa kewirausahaan atau entrepreneurship adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.Sedangkan menurut Ahmad Sanusi (1994) kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.Selain itu, pengertian kewirausahaan menurut bapak Soeharto Prawiro (1997) adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.Sementara Drucker (1959) mengatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.Pengertian kewirausahaan menurut Zimmerer (1996) adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha. Pengertian kewirausahaan menurut Siswanto Sudomo (1989) Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah segala sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil risiko untuk mewujudkan gagasannya Pengertian Wirausaha Setelah anda mengetahui tentang pengertian kewirausahaan, maka sudah barang tentu anda tahu apa arti wirausaha itu sendiri. Hal itu karena pengertian wirausaha sederhananya adalah orang yang menjalankan wirausaha itu sendiri. Berikut tiga ahli yang memberikan tanggapan tentang apa pengertian wirausaha atau entrepreneur itu. 1. Wirausaha atau enterpreneur adalah orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan kesempatan bisnis mengumpulkan sumber sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan kesuksesan (Geoffrey G. Meredit et ak, 1995). 2. Enterpreneur atau wirausaha adalah seseorang yang mengambil risiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis menerima imbalan jasa berupa profit nonfinancial (Skinner, 1992). 3. Wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan koordinasi, organisasi dan pengawasan. Wirausaha memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keuntungan (Say, 1996).
Pengertian Kewirausahaan Secara umum kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.Menurut Drs. Joko Untoro, kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, atas dasar kemampuan dengan cara manfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Dalam buku Entrepreneurial Finance oleh J.Leach Ronald Melicher bahwa kewirausahaan adalah sebuah proses dalam mengubah ide menjadi kesempatan komersil dan menciptakan nilai (harga) "Process of changing ideas into commercial opportunities and creating value". Sementara di dalam buku Entrepreneurship: Determinant and Policy in EuropeanUs Comparison bahwa kewirausahaan adalah proses mempersepsikan, menciptakan, dan mengejar peluang
Ciri ciri Wirausaha Seseorang dikatakan
33
wirausaha
sudah
tentu
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
memenuhi definisi wirausaha itu sendiri, untuk lebih jelasnya silahkan dibaca ciri ciri wirausaha dibawah ini: 1) Memiliki keberanian mempunyai daya kreasi Seorang wirausaha haruslah memiliki keberanian dalam memiliki daya kreasi atau tidak takut untuk bermimpi dan merencanakan. Segala ketakutan akan sia sia dalam bermimpi dan berencana haruslah dihilangkan. Setidaknya harus diingat STOP (Stop "berhenti, Think "berpikir", Observation "Observasi" dan Plan "rencana") apabila terjadi hal hal yang membuat ide tersebut tertunda atau mandek. 2) Berani mengambil risiko Seseorang dikatakan wirausaha apabila memiliki sifat berani mengambil risiko, hal ini tentu saja harus sejalan dengan perencanaan yang sebelumnya telah dilakukan serta pengamatan yang dilakukannya terhadap ide yang dimilikinya. 3) Memiliki semangat dan kemauan keras Seorang dapat dikatakan wirausaha selain berani mengambil risiko haruslah memiliki semangat dan kemauan yang keras untuk sukses. 4) Memiliki analisis yang tepat Seseorang dapat dikatakan wirausaha apabila memiliki pengetahuan yang tepat untuk membuat analisis yang tepat, diusahakan mendekati 100 % benar. 5) Tidak konsumtif Ini adalah penyakit untuk masa sekarang. Seorang wirausaha haruslah tidak konsumtif atau setidaknya, konsumsinya jauh lebih sedikit dari penghasilannya. 6) Memiliki jiwa pemimpin Jiwa pemimpin harus dimiliki seorang wirausaha.Dengan ini, mereka mampu mengembangkan usaha mereka menjadi lebih maju. 7) Berorientasi pada masa depan Sudah jelas, bila anda seorang wirausaha yang inovatif dan kreatif dan memiliki ciri ciri wirausaha yang lain maka anda akan memiliki kemampuan ini.
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
dalaman dan celano belabas berwarna kuning (melambangkan kejayaan dan kemakmuran), bagian lutut ke bawah disulam dengan benang emas (diankeen) dan dihiasi motif bunga dengan tumpal pucuk rebung atau motif lajur.Celano belabas ini dilengkapi dengan kain (sewet rumpak) yang dibuat dari kain tenun tajoong dengan motif bunga-bunga kecil dan tumpal benang emas, ada pula yang bertumpal tegak, tetapi tidak bermotif. Sebagai busana pelengkap para raja/sultan, songket dengan warna cerah dan keindahan motifnya itu tidak sekedar bermakna seni dan keindahan saja.Ada kandungan nilai filosofis yang sangat dalam untuk tiap lembarnya.Hal ini terkait pula dengan pembentukan jatidiri baru Palembang setelah melepaskan diri dari pengaruh politik dan ideologi Mataram. Apabila kemudian songket sebagai bagian dari tradisi yang merupakan pembentuk “jatidiri baru” masyarakat Palembang, maka songket Palembang mengalami pergeseran dan penyesuaian motif. Jika sebelum masa Kesultanan Palembang Darussalam banyak busana yang bermotif hewan, akhirnya disesuaikan dengan kepercayaan Islam yang melarang penggambaran bentuk hewan.Hal tersebut juga berlaku pada songket yang „terpaksa‟ menyesuaikan motifnya.Sebagai contoh, motif naga dalam nago besaung (naga bertarung), digambarkan dalam pola geometris, sehingga bentuknya tidak lagi benar-benar persis naga jika dilihat sepintas. Seiring perjalanan waktu, songket akhirnya menjadi semacam industri yang memberikan kontribusi bagi perekonomian rakyat.Daya tariknya sebagai cendera mata untuk turis menjadikan industri ini mengalami perkembangan yang cukup baik. Walikota Palembang melalui SK tahun 1996 menetapkan kawasan sentra tenun Songket di beberapa kelurahan, yaitu 30 dan 32 Ilir, serta 12, 13 dan 14 Ulu. Hingga kini unit usaha kerajinan itu jumlahnya mencapai 300 unit. Dari semua unit usaha itu, dihasilkan paling tidak 14.000 lembar songket dengan omset sekitar Rp. 4 milyar per tahun. Saat ini, songket tidak hanya berfungsi sebagai benda yang mewah atau pelengkap busana yang gemerlap.Berbagai benda cendera mata dapat dibuat dari bahan songket. Misalnya, hiasan dinding berupa kaligrafi dan kipas, kopiah, tempat tissu, tanjak, celengan, dompet, tas kepit, tas sandang, sandal, gantungan kunci, dan lain sebagainya. Cendera mata ini memiliki daya tarik tersendiri bagi turis sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian penenun songket di kota Palembang. Lantas bagaimana hubungan antar kewirausahaan penenun songket Palembang dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)? Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Ini berarti pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriyah, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya, atau kepuasan batiniyah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab dan sebagainya,
2. Pembahasan Hubungan Kewirausahaan Penenun Songket Palembang dengan GBHN Kain songket dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim yang makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling masyhur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Pada masa kesultanan Palembang Darussalam, songket dipakai raja-raja sebagai pakaian kebesaran. Model pakaian Sultan Palembang terdiri dari baju kebaya landoong, baju dalaman, dan celana panjang (celano belabas), tanjak, dansandal.Baju kebaya landoong terbuat dari kain songket motif nago besaung, sebuah motif yang menunujukkan kekuatan istana (raja/sultan), untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan kekuasaannya.Sedangkan baju
34
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya. Pembangunan Nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyeleng-garaan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Dalam GBHN 1993 dinyatakan, bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Oleh karena itu pembangunan nasional dilaksanakan pada semua aspek kehidupan yang meliputi : Bidang ekonomi Bidang kesra, pendidikan dan kebudayaan Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bidang hukum. Bidang politik, aparatur negara, penerangan, komunikasi dan media massa, dan Bidang pertahanan keamanan.
b.
c.
Tujuan pembangunan nasional seperti disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan UUD 1945. Dalam GBHN 1993 menegaskan bahwa tujuan Pembangunan Nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiel spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang, aman tentram, tertib dan dinamik serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka bersahabat, tertib dan damai. (Tim Penataran P4).
d.
Karakteristik Etos Kerja Islami Sebagai agama yang menekankan arti penting amal dan kerja, Islam mengajarkan bahawa kerja itu harus dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip berikut:
e.
a. Bekerja berdasarkan pengetahuan Perkerjaan itu dilakukan berdasarkan pengetahuan sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam al-Qur‟ansurah al-Isra' /17 ayat 36:1 Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Kerana
1
Departemen Agama RI, al-Qur'anulkarim,:Miracle Reference, Bandung: Sygma h.567
2
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawapannya.” Bekerja berdasarkan keahlian. Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian, ini dapat dipahami dari sabda Rasulullah SAW: yang artinya: Ketika Nabi saw berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang arab badui, lalu bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?. Namun Rasulullah saw tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu, sebahagian orang berkata: “Beliau mendengar perkataannya, tetapi tidak menyukai apa yang dikatakannya”, dan sebahagian lagi berkata: “Beliau tidak mendengar perkataannya”. Hingga akhirny Rasulullah saw menyelesaikan pembicaraannya, lalu berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?. Orang itu berkata: “Saya, wahai Rasulullah”. Maka Beliau bersabda: “Apabila sudah hilang amanah, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Ia bertanya: “Bagaimana hilangnya amanah itu:, Rasulullah saw menjawab: “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”. (HR. Al-Bukhari).2 Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana dapat difahami dari firman Allah yang artinya: “Dialah Tuhan yang telah menciptakan mati dan hidup.Untuk menguji siapa di antara kalian yang dapat melakukan amal (pekerjaan) yang terbaik; dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (alMulk/67: 2).3 Dalam Islam, amal atau kerja itu juga harus dilakukan sesuai dengan standard mutu, iaitu dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai aturan yang berlaku. Ikhlas maknanya kerja dibuat semata hanya kerana Allah SWT dan sesuai aturan adalah kerja dibuat mengikut aturan yang ditetapkan. Pekerjaan itu diawasi oleh Allah SWT, Rasulullah SAW dan masyarakat, oleh kerana itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah: yang artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah SWT dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (alTaubah / 9: 105).4 Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi. Pekerja keras dengan etos yang tinggi itu digambarkan oleh sebuah hadith sebagai orang yang tetap menaburkan benih sekalipun hari telah akan kiamat.5
Al-Imam al-Hafiz Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail alBukhari: (1998). Shahih al-Bukhari. Riyadh: Bayt al-Afkar al-Dawliyah, Hadis No. 59, hal. 36 3 op.cit., h.1121 4 Ibid., h. 403 5 Dari Anas Ibn Malik (dilaporkan bahwa) ia berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda: “Apabila salah seorang kamu menghadapi kiamat sementara di tangannya masih ada benih hendaklah ia tanam benih itu.” (H.R. Ahmad).
The
35
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
f. Berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia kerjakan. Ini adalah konsep pokok dalam Islam.Konsep imbalan bukan hanya berlaku untuk pekerjaanpekerjaan dunia, tetapi juga berlaku untuk pekerjaanpekerjaan ibadah yang bersifat ukhrawi. Di dalamalQur‟an ditegaskan bahawa: Allah membalas orangorang yang melakukan sesuatu yang buruk dengan imbalan setimpal dan memberi imbalan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan.”(alNajm / 53: 31). g. Nilai pekerjaan tergantung pada niat. Berusaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi yang amat terkenal bahawa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada niat-niat yang dipunyai pelakunya: jika tujuannya tinggi (seperti tujuan mencapai redha Allah SWT) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti, hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka), maka setingkat itu pulalah nilai kerjanya tersebut.1 Sabda Rasulullah SAW itu menegaskan bahawa nilai kerja manusia tergantung kepada komitmen yang mendasari kerja itu.Tinggi rendah nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya.Komitmen atau niat adalah suatu bentuk pilihan dan keputusan individu yang dikaitkan dengan sistem nilai yang dianutnya. Oleh kerana itu komitmen atau niat juga berfungsi sebagai sumber dorongan batin bagi individu untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu, atau, jika ia mengerjakannya dengan tingkat-tingkat kesungguhan tertentu.
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
mendapatkan sesuatu apa pun kecuali yang ia usahakan sendiri. “Belumkah ia (manusia) diberitahu tentang apa yang ada dalam lembaran-lembaran suci Nabi (Musa)? Dan Nabi Ibrahim yang setia?Iaitu bahawa seseorang yang berdosa tidak akan menanggung dosa orang lain. Dan bahawa tidaklah bagi manusia itu melainkan apa yang ia usahakan. Dan bahawa usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian ia akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Dan bahawa kepada Tuhanmu lah tujuan yang penghabisan”(al-Najm /53: 36-42).3Itulah yang dimaksudkan dengan ungkapan bahawa, kerja adalah bentuk eksistensi manusia, iaitu bahawa harga diri manusia adalah amal perbuatan atau kerjanya itu. Manusia ada kerana amalnya, dengan amalnya yang baik itu manusia mampu mencapai harkat yang setinggitingginya, iaitu bertemu Allah SWT dengan penuh keredhaanNya. Adapun ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja menurut Toto Tasmara dalam Membudayakan Etos Kerja Islami akan tampak dalam sikap dan tingkah laku berikut :4 a. Menghargai waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. b. Ikhlas Salah satu kompetensi moral yang dimiliki oleh seseorang yang berbudaya kerja Islami adalah nilai keikhlasan. Mereka yang mempunyai jiwa yang ikhlas akan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa motivasi lain kecuali bahawa pekerjaan itu merupakan amanat yang harus ditunaikannya sebaik-baiknya dan memang begitulah seharusnya. Motivasi unggul yang ada hanyalah niat pada hati nuraninya sendiri (consciene).Kalaupun ada reward atau imbalan, itu bukanlah tujuan utama, melainkan sekedar akibat sampingan (side effect) dari pengabdian dirinya yang murni tersebut. c. Jujur. Perilaku yang jujur adalah perilaku yang diikuti oleh sikap tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya tersebut atau integritas. Kejujuran dan integritas ini bagaikan dua sisi mata uang.Seseorang tidak cukup hanya memiliki keikhlasan dan kejujuran, tetapi dibutuhkan nilai pendorong lainnya, iaitu integriti. Akibatnya, mereka siap menghadapi seluruh akibat yangakan dihadapi dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh suka cita, dan tidak pernah terpikir olehnya untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain. d. Memiliki komitmen. Yang dimaksud dengan komitmen adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakini. Dalam komitmen tergantung sebuah tekad,
Ajaran Islam menunjukkan bahawa “kerja” atau “amal” adalah bentuk keberadaan manusia. Ertinya, manusia ada kerana kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaannya. Jika filsuf Perancis, Rene Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku berpikir maka aku ada” (Cogito ergo sum) – karena berpikir baginya bentuk wujud manusia– maka sesungguhnya, dalam ajaran Islam, ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada.” 2 Pandangan ini bermaksud bahawa manusia tidak akan 1
Sebuah hadis yang amat terkenal, “Sesungguhnya (nilai) segala pekerjaan itu adalah (sesuai) dengan niat-niat yang ada, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya (ditujukan) kepada (ridla) Allah dan Rasul-Nya, maka ia (nilai) hijrahnya itu (mengarah) kepada (redha) Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa yang hijrahnya itu ke arah (kepentingan) dunia yang dikehendakinya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya itu pun mengarah kepada apa yang menjadi tujuannya.” (Lihat al-Sayyid „Abd al- Rahim „Anbar alThahthawi, Hidayat al-Bari ila Tartib al-Ahadits al-Bukhary, 2 Jilid (Kairo: al- Maktabat al-Tijariyah al-Kubra, 1353 H), jil. 1, hlm. 220-221; dan al-Hafidh al-Mundziry, Mukhtashar Shahih Muslim, 2 Jilid (Kuwait: Wazarat al-Awqaf wa al-Syu‟un alIslamiyyah, 1388 H/1969 M), jil. 2, hlm. 47. (hadis No. 1080). 2 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), hlm.417.)
3
Departemen Agama RI, al-Qur'anulkarim, op.cit.,h. 1051 Toto Tasmara, (2010), Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insanih. 105 – 106) 4
36
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
e.
f.
g.
h.
i.
j.
keyakinan, yang melahirkan bentuk vitaliti yang penuh semangat.Mereka yang memiliki komitmen tidak mengenal kata menyerah.Bagi mereka, komitmen adalah soal tindakan, keberanian, kesungguhan, dan kesinambungan. Istiqamah, kuat pendirian. Istiqamahberarti berhadapan dengan segala rintangan masih tetap qiyam (berdiri). Konsisten berarti tetap menapaki jalan lurus walaupun sejuta halangan menghadang.Seseorang yang istiqamahtidak mudah berbelok arah, betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya, dia tetap pada niat semula. Disiplin. Erat kaitannya dengan konsisten adalah sikap berdisiplin, iaitu suatu sikap, perbuatan untuk selalu taat pada aturan.Individu yang berdisiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab memenuhi kewajipannya. Mata hati dan profesi terarah pada hasil yang akan diraih sehingga mampu menyesuaikan diri dalam situasi yang menantang. Mereka pun mampu menyesuaikan diri untuk menerima inovasi atau gagasan baru.Penyesuaian diri yang cepat untuk menangani berbagai perubahan yang menekan.Kerana sikapnya yang konsisten itu pula, mereka tidak tertutup pada gagasan-gagasan baru yang bersifat inovatif. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan. Ciri lain dari individu yang memiliki budaya kerja adalah keberaniannya menerima konsekuensi dari keputusannya. Bagi mereka, hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab individu.Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun, kerana pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri. Rasa tanggung jawab mendorongnya untuk bergerak dinamis, seakan-akan di dalam dadanya ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan dan menjaga apa yang telah menjadi keputusan atau pilihannya. Percaya diri. Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan ketegasan dalam bersikap.Berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan. Kreatif. Peribadi Muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru sehingga diharapkan hasil kerjanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Bertanggung jawab. Tindakan bertanggungjawab dapat didefinisikan sebagai sikap dan tindakan individu di dalam menerima sesuatu sebagai amanah dengan penuh rasa cinta, ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihanpilihan yang melahirkan amal prestatif.Mereka yang memiliki tanggung jawab ini menganggap pekerjaannya sebagai amanah yang harus ditunaikan dengan penuh kesungguhan, yang kemudian melahirkan keyakinan yang mendalam bahawa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah.
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
k. Memiliki hargadiri. Individu yang memiliki harga diri akan selalu berbinar ketika dia ingin menyebarkan nilai manfaat. Hidupnya penuh semangat untuk menjadikan dirinya sebagai sosok manusia yang sentiasa memberikanmanfaat kepada orang lain dengan penuh cinta, dan itu mahal harganya. l. Memiliki jiwa kepemimpinan. Sebagai seorang mujahid yang dituntut untuk memiliki jiwa kepemimpinan, sudah pasti seluruh peranan dirinya merupakan bayang-bayang dari hukum dan kehendak Allah SWT, sehingga keputusan dan kehadiran dirinya mampu mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan ruang serta waktu dengan butiran nilai tauhid. Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran (role) sehingga kehadiran dirinya mampu memberikan pengaruh kepada lingkungannya.Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai personaliti yang tinggi. Dia larut dalam keyakinannya, tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti apa yang terbaik. Seorang pemimpin bukan tipikal pengikut, selalu menerima perintah atasan, kerana sebagai seorang pemimpin, dia sudah dilatih untuk berpikir kritis analitis, kerana dia sadar bahawa seluruh hidupnya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, sebagaimana firmanNya: yang artinya Artinya :”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.(al-Isra’ /17 : 36) m. Berwawasan ke depan. Peribadi Muslim yang memiliki etos kerja mempuyai pandangan jauh ke depan. Gagasan pikirannya melampaui zamannya sehingga mereka pantas disebut pemimpin yang memiliki pandangan atau wawasan ke depan (visionary leadhership). Mereka memiliki aktiviti yang sangat tinggi, menghargai orang lain, dan terbuka terhadap gagasan bahkan kritik.Mereka berorientasi ke masa depan.
Individu yang memiliki etos kerja tidak akan berspekulasi dengan masa depan dirinya. Dia selalu menetapkan segala sesuatunya dengan jelas sehingga seluruh tindakannya diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan. n. Hemat dan efisien. Dia berhemat bukan kerana ingin memupuk kekayaan sehingga melahirkan sifat kikir individualistis, melainkan kerana ada satu reserve bahawa tidak selamanya waktu itu berjalan lurus, ada up dan down, sehingga berhemat bererti mengestimasikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.Efisiensi bererti melakukan segala sesuatu secara benar, tepat, dan akurat. Efisien bererti pula mampu membandingkan antara besaran output dan input. Adapun efektivitas berkaitan dengan tujuan atau menetapkan hal yang benar.Dengan
37
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
demikian, bisa dikatakan bahawa efisiensi bererti berkaitan dengan cara melaksanakan, sedangkan efektivitas berkaitan dengan arah tujuan. o. Memiliki jiwa wiraswasta yang tinggi. Orang yang memiliki etos kerja harus memiliki jiwa wiraswasta yang tinggi, iaitu kesadaran dan kemampuan yang sangat mendalam untuk melihat segala fenomena yang ada di sekitarnya, merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap perenungan batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis. Kerana itu, mereka selalu melihat setiap sudut kehidupan dunia sebagai peluang kesempatan yang harus di coba. p. Memiliki insting bersaing(fastabiq al-khairat). Semangat bertanding merupakan sisi lain dari seorang Muslim yang memiliki etos kerja. Panggilan untuk bertanding dalam segala lapangan kebajikan dan meraih prestasi, dihayatinya dengan rasa penuh tanggung jawab sebagai pembuktian ayat al-Qur'an yang telah menuliskan kalamnya dengan sangat motivatif, sebagaimana firmanNya yang artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlombalombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah SWTakan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu. (alBaqarah / 2 :148).
d.
e.
f.
g. Mana mungkin individu bisa berlomba atau bertanding apabila tidak ada semangat untuk bekerja, bergerak, dan berjuang. Untuk itu, dia tidak akan pernah menyerah pada kelemahan atau sebagai individu yang hanya menerima nasib tanpa upaya untuk mengubahnya. Berikut adalah upaya agar merubah nasib seseorang, yaitu : a. Keinginan untuk mandiri (independent). Individu yang mempunyai etos kerja merasa bahagia bila dapat memperoleh hasil atas usaha, karsa, dan karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri. Kerana itu, ia mempunyai keinginan yang kuat untuk mandiri. b. Mereka kecanduan belajar dan haus mencari ilmu. Kecanduan belajar dan kehausan mencari ilmu ini didasari oleh kesedaran bahawa Rasulullah SAW mewajipkan pada setiap umatnya untuk mencari ilmu dari buaian hingga ke liang lahat. Bahkan demi ilmu, dia tidak peduli sejauh apa tempat yang harus ia tempuh, walau ke negeri Cina. Sifat kritis dan objektivitinya pun menyebabkan ia tidak melihat “siapa” yang mengatakan, selama yang dikatakannya adalah ilmu dan kebenaran, dia akan timba dan resapkan. c. Memiliki semangat perantauan Salah satu ciri peribadi yang memiliki etos kerja adalah suatu dorongan untuk melakukan perantauan. Mereka ingin menjelajahi seluruh hamparan bumi, memetik hikmah, dan mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa budaya manusia.Akan tetapi,
h.
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
semangat perantauan tidak selamanya dibuktikan secara diperolehi dari hasil membaca buku, menggali hikmah dan menyimak fenomena alam.Badannya tidak pergi jauh, tetapi daya imajinasinya merantau sampai ke luar batas langit, dan kemudian melahirkan berbagai gagasan kreatif. Memperhatikan kesehatan dan gizi Etos kerja muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan cara dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya. Kuat dan pantang menyerah Kekuatan dan keuletan merupakan modal yang sangat besar dalam menghadapi tantangan atau tekanan (pressure), sebab sejarah telah banyak membuktikan betapa banyak bangsa yang mempunyai sejarah pahit, namun akhirnya dapat keluar dengan berbagai inovasi, kohesivitas kelompok, dan mampu memberikan prestasi yang tinggi bagi lingkungannya.Kerana itulah, bisa dikatakan bahawa kerja keras, ulet, tangguh, dan pantang menyerah merupakan ciri dan cara dari personaliti Muslim yang memiliki etos kerja. Berorientasi pada produktiviti. Individu Muslim itu seharusnya sangat menghayati makna yang difirmankan Allah SWT dengan sangat tegas, iaitu larangan untuk bersikap membazir kerana sesungguhnya orang-orang yang membazir adalah temannya setan. Memperkaya jaringan silaturahmi. Individu yang memiliki etos kerja akan menjadikan silaturahmi sebagai salah satu roh pengembangan dirinya. Kerana bukan sahaja memiliki nilai ibadah, tetapi hasilnya juga dapat dipetik di dunia, iaitu memberikan informasi yang dapat membuka peluang dan kesempatan usaha. Mereka memiliki semangat perubahan Individu yang memiliki etos kerja sangat sadar bahawa tidak ada satu makhluk pun di bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali dirinya sendiri.
3. Kesimpulan Terkait dengan ajaran Islam sebagai sumber motivasi kerja Islami, secara konseptual bahwasanya Islam berdasarkan ajaran wahyu bekerja sama dengan akal adalah agama amal atau agama kerja. Bahwasanya untuk mendekatkan diri serta memperoleh keredhaan Allah SWT, seorang hamba harus melakukan amal saleh yang dikerjakan dengan ikhlas hanya kerana Dia, iaitu dengan memurnikan tauhid. Berdasarkan uraian teori sebelumnya, dapat disimpulkan bahawa karakteristik etos kerja Islami meliputi: ikhlas, disiplin, suka tantangan, kreatif, berjiwa sosial tinggi, jujur, profesional, teguh pendirian, percaya diri, kemandirian, tanggung jawab, kompetitif, orientasi kerja, memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan ibadah, interaksi interpersonal. Salah satu tuntuan dalam bekerja bagi kaum Muslim adalah bekerja secara profesional (itqan).Profesional di sini maksudnya adalah bekerja sesuai dengan keahlian,
38
JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK VOLUME 2 No.1 AGUSTUS 2016
penuh semangat, tekun, teliti, adil dan bertanggung jawab. Bila waktunya bekerja, maka ia bekerja dengan tekun, semangat, teliti dan bertanggung jawab. Jika waktunya istirahat untuk makan atau salat, maka gunakan waktu istirahat untuk makan atau solat dan istirahat. Jika tidak demikian, maka bukan profesional dan itu bukan etos kerja individu Muslim. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengarahkan agar pembangunan industri ditujukan untuk lebih meningkatkan produksi, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan ekspor dan menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor pembangunan lainnya serta sekaligus sebagai wahana meningkatkan penguasaan teknologi. Dalam melaksanakan pembangunan industri, GBHN juga menetapkan pentingnya secara terusmenerus dilaksanakan upaya untuk mendorong pemanfaatan potensi modal dasar pembangunan, seperti sumber kekayaan alam dan jumlah penduduk yang besar, sebagai kekuatan ekonomi yang nyata.Selanjutnya dinyatakan perlunya terus dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan dan peranan usaha swasta dan koperasi dalam kegiatan industri, terutama bagi golongan ekonomi lemah dan koperasi.Demikian juga diarahkan agar pelaksanaan pembangunan selalu selaras dengan upaya untuk memelihara kelestarian lingkungan melalui pencegahan pencemaran lingkungan hidup dan pemborosan penggunaan sumber alam.Oleh karena itu wacana mereformulasi GBHN perlu segera diwujudkan.
ISSN PRINT : 2502-0900 ISSN ONLINE : 2502-2032
[7] Asifudin, Ahmad. (2004). Etos Kerja Islami.Yogyakarta: UII Press [8] al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. (1998). Shahih al-Bukhari.Riyadh: Bayt al-Afkar alDawliyah [9] Caco, Rahmawati. (2006). "Etos Kerja" (Sorotan Pemikiran Islam) dalam Farabi, Jurnal Pemikiran Konstruktif Bidang Filsafat dan Dakwah, Vol.3 No. 2. Gorontalo: IAIN Sultan Anai [10] al-Ghazali, Abu Hamid bin Muhammad. (t.th). Ihyā Ulumuddin, III, Beirut: Dar al-Fikr [11] Kartiwa, Suwati. (1996). Kain Songket Indonesia, Jakarta: Djambatan [12] Kementerian Agama RI. (2011). Al-Qur'anulkarim: Miracle The Reference, Bandung: Sygma [13] Khaldun, Ibnu. (2001). Mukaddimah.terj. Masturi Irham dkk. Jakarta: Pustaka al-Kautsar [14] al-Khayyat, Abdul Aziz. (1994). Etika Bekerja dalam Islam (terj). Jakarta: Gema Insani Press [15] Madjid, Nurcholish. (2000). Islam, Doktrin dan Pradaban. Jakarta: Paramadina. [16] -----------------------. (1999). Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat.Jakarta: Paramadina [17] ------------------------. (2006). Etos Kerja dalam Islam: Kajian Konseptual dengan Metode Tafsir Maudhu'i. Vol. 4. No.2 [18] Entrepreneurship, Menjadi Pebisnis Ulung oleh Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto diterbitkan oleh Kompas Gramedia, tahun 2009 di Jakata. [19] Buku Pintar Pelajaran oleh Drs.Joko Untoro dan Tim Guru Indonesia [20] Undang-Undang Dasar 1945 [21] Garis-garis Besar Haluan Negara RI 1988 & 1993
Daftar Pustaka [1] Abdullah, Irwan, (1994), The Muslim Businessmen: Religious Reform and Economic Modernization in a Central Javanese Town, Universiteit van Amsterdam [2] Abdullah, Taufik, (1986), Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES [3] Abu Daud, Sulaiman ibn al-Asyats al-Sijistany. (1998). Sunan Abu Daud.Riyadh: Bayt al-Afkar alDawliyah [4] Abu Ya'la, Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna alTamimi. (t.th). Musnad Abu Ya'la Jilid VII.Beirut: Dar al- Ma'mun li al-Turats [5] Amin, M. Masyhur. (1989). Teologi Pembangunan: Paradigma Baru Pemikiran Islam. Yogjakarta: LKPSM-NU [6] Arsyad, Azhar. (1999). Dimensi Budaya Kerja dan paham Teologi : Hubungannya dengan Pendidikan dan Implikasinya terhadap Manajemen Kinerja. Jakarta: Program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah
39