I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki pesona wisata yang
menakjubkan. Membentang sepanjang 5.150 km yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dengan lima pulau terbesarnya yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Nama Indonesia sendiri berasal dari bahasa Yunani, "Indos" yang berarti India dan "Nesos" yang berarti kepulauan. Secara geografis, Indonesia dilewati garis ekuator di beberapa kota yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis basah dengan hujan sepanjang tahun. Selain itu posisinya yang menjadi perantara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik menjadikan lokasi Indonesia sangat strategis. Dalam hal pariwisata, Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad ke-14 kemudian setelah masuknya bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari Belanda. Gubernur jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan Biro Wisata yang disebut Vereeeging Toeristen Verkeer kemudian pada 1 Juli 1947, pemerintah
Indonesia berusaha
menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism)1. Upaya perkembangan wisata di Indonesia terus ditingkatkan tiap tahunnya dengan tema dan fokus yang berbeda-beda namun tetap satu tujuan untuk mengembangkan wisata di Indonesia.
1
Dieny Ferbianty. "Sejarah Pariwisata Indonesia" (PDF). Diakses pada 27 Juni 2011 dalam Wikipedia.org
1
Sesuai dengan TAP MPR No IV/MPR/1978 manfaat kegiatan pariwisata antara lain dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat, memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan dan dapat memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa. Selain itu secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara negara-negara yang sudah berkembang, yang biasanya adalah negaranegara sumber wisatawan atau negara “Pengirim Wisatawan” dengan negaranegara yang sedang berkembang yakni negara-negara kunjungan wisatawan atau negara “Penerima Wisatawan” (Wahab,1992). Maju dan berkembangnya pariwisata dapat mengembangkan daerahdaerah miskin menjadi lokasi industri baru seperti disimpulkan oleh IOUTO dalam Roma Convention tahun 1963 yang mengatakan bahwa pariwisata sebagai suatu faktor perkembangan ekonomi, peran dan pentingnya pariwisata internasional, karena pariwisata tidak hanya sebagai sumber perolehan devisa, akan tetapi juga sebagai suatu faktor menentukan lokasi industri dan pengembangan wilayah yang miskin akan sumber-sumber alam. Pembangunan industri pariwisata yang mampu mengentaskan kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai trickle down effect bagi masyarakat setempat. Lampung adalah salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang berada di ujung bagian selatan Pulau Sumatra. Letak Geografis Provinsi Lampung berada pada 6º 45' - 3º45' Lintang Selatan dan 103º 48' - 105º 45' Bujur Timur. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Berbagai macam wisata yang terdapat di Provinsi Lampung antara lain
2
situs sejarah yang terdiri dari situs eksitu, situs insitu, kota tua dan desa tradisional, situs budaya berupa beragam tradisi yang masih berlangsung seperti Karnaval Tuping dan Prosesi Gajah, arsitektur tradisional, seni pertunjukan baik seni tari, teater musik dan sastra, kerajinan rakyat hingga wisata ziarah. Potensi wisata ini terbukti mampu mendatangkan banyak wisatawan ke Provinsi Lampung tiap tahunnya. Tabel 1 menunjukkan data kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung tahun 2006-2010. Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Lampung Tahun 2006 - 2010 WISATAWAN TAHUN NUSANTARA MANCANEGARA 2006 843.768 6.893 2007 1.176.581 8.893 2008 1.448.059 10.028 2009 1.982.910 36.942 2010 2.136.103 37.503 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, 2011
TOTAL 850.661 1.185.474 1.458.087 2.019.852 2.173.606
Data pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang signifikan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara dan pada tahun 2010 mampu berkontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung sebesar 1,51% atau Rp 1.335.853.000.000 dari jumlah total PDRB sebesar Rp 88.322.488.000.0002. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal pariwisata
pemerintah setempat menaruh
perhatian yang khusus dalam upaya mengelola berbagai potensi wisata yang ada. Berbagai macam upaya pemasaran produk wisata di Provinsi Lampung juga gencar dilakukan. Perkembangan usaha pariwisata di Provinsi Lampung juga menunjukkan hal yang signifikkan tiap tahunnya selama kurun waktu 2006-2010. Tabel 2 menunjukkan perkembangan usaha pariwisata di Provinsi Lampung.
2
Lampiran : SE.MENDAGRI Nomor: 120/313/OTDA, Tanggal 24 Januari 2011
3
Tabel 2 Perkembangan Usaha Pariwisata di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010 2006 No.
2007
2008
2009
2010
JENIS USAHA Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
Jml
(+/-)%
1
Hotel Bintang
8
14,29
8
0
8
0
10
20
10
0
2
Hotel Melati
135
3,05
146
8,15
139
-4,80
131
-5,75
148
12,97
3
Pondok wisata
9
-10
10
11,11
15
50
16
6,6
16
0
4
Restoran/RM.Makan
522
16,79
556
6,51
510
-8,28
647
26,9
652
0,77
5
Panti Pijat
22
37,5
22
0
18
-18,19
18
0
18
0
6
Diskotik
3
0
3
0
3
0
3
0
2
-33,3
7
Billiard
29
38,10
32
10,34
43
34,38
43
0
49
13,95
8
Objek Wisata
19
0
20
5,26
225
5,00
249
10,66
296
18,87
9
Kolam Renang
4
33,33
12
200
24
100
27
12,5
35
29,62
10
Padang Golf
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
11
Karaoke
14
27,27
14
0
16
14,29
25
56,25
18
-28
Jumlah Usaha
766
824
1002
1170
1245
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung, 2011
Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa berbagai macam jenis usaha pariwisata di Provinsi Lampung terus berkembang tiap tahunnya mulai dari penyediaan berbagai fasilitas penginapan, olahraga hingga berbagai jenis objek wisata, dengan usaha dalam bidang rumah makan memberikan kontribusi paling besar tiap tahunnya meskipun sempat mengalami penurunan di tahun 2008. Kemudian disusul
dengan perkembangan
usaha objek
wisata
yang menunjukkan
perkembangan yang terus meningkat tiap tahun dan mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2008. Hal ini berarti Provinsi Lampung sudah mampu bersaing dan memiliki pangsa pasar yang terus meningkat tiap tahunnya. Salah
satu
wilayah
di
Provinsi
Lampung
yang
sedang
fokus
mengembangkan potensi wilayah adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang baru mengalami pemekaran dan resmi berdiri pada tanggal 2 November 2007 dengan luas wilayah sebesar 117.377 hektar. Meskipun sektor pertanian merupakan sektor yang paling utama dan 4
menjadi basis dalam menopang kegiatan di Kabupaten Pesawaran, dalam hal pariwisata Kabupaten Pesawaran termasuk wilayah yang memiliki tingkat kunjungan wisatawan tertinggi ketiga pada tahun 2010. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara tahun 2010. Tabel 3. Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2010 WISATAWAN No.
JUMLAH
NAMA KABUPATEN/KOTA WISMAN
1
KOTA BANDAR LAMPUNG
2
KOTA METRO
3
WISNUS
WISATAWAN
13,169
1.041.114
1.054.283
36
16,843
16,879
KAB. LAMPUNG SELATAN
6,295
857,828
864,123
4
KAB. LAMPUNG TIMUR
1,401
51,577
52,978
5
KAB. TULANG BAWANG
269
21.070
21,339
6
KAB. LAMPUNG TENGAH
749
14,261
15.010
7
KAB. WAY KANAN
0
727
727
8
KAB. LAMPUNG UTARA
154
2,459
2,613
9
KAB. LAMPUNG BARAT
12,077
47,364
59,441
10
KAB. TANGGAMUS
3.250
9.500
12.750
11
KAB. PESAWARAN
103
73.360
73,463
12
KAB. PRNGSEWU
-
-
0
14
KABUPATEN MESUJI
-
-
0
13
KAB.TUBA BARAT
-
-
0
37,503
2.136.103
2.173.606
JUMLAH
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2011
Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang memiliki tingkat kunjungan yang tinggi pada tahun 2010. Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang sangat potensial dalam usaha pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang menduduki peringkat ketiga setelah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.
5
Meskipun Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah yang baru mengalami pemekaran, dalam hal pariwisata ternyata mampu mendatangkan banyak wisatawan pada tahun 2010. Pada sektor pariwisata Kabupaten Pesawaran memiliki berbagai objek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran digolongkan menjadi tiga objek wisata yakni objek wisata pantai, pulau dan alam (Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Pesawaran, 2011). Objek wisata pantai terdiri dari Pantai Tembikil dan Pantai Mutun MS Town yang memiliki jumlah pengunjung tertinggi pada tahun 2011 yakni mencapai 10.000 orang per tahun, kemudian Pantai Sekar Wana sebanyak 5000 orang per tahun, Pantai Mutun Asri sebesar 3000 orang per tahun, Pantai Ringgung sebesar 2000 orang per tahun, Pantai Quin Arta dan Teluk Mutun Resort sebesar 1000 orang per tahun, serta Pantai Bensor yang belum bisa diketahui tingkat kunjungannya. Sementara untuk objek wisata pulau, berbagai jenis pulau yang terdapat di Kabupaten Pesawaran antara lain Pulau Tangkil, Pulau Maitem, Pulau Tegal, Pulau Siserot, Pulau Umang-Umang, Pulau Legundi, Pulau Legundi Tua, Pulau Siuncal, Pulau Tanjung Parus, Pulau Legian, Pulau Sibebi, Pulau Lunik, Pulau Lok, Pulau Balak, Pulau Hiu, Pulau Kubur, Pulau Pahawang Lunik, Pulau Pahawang Besar, Pulau Tulang Kabih, Pulau Lohor, Pulau Lalang Balak, Pulau Lalang Lunik, dan Pulau Pertapaan. Namun tidak semua pulau yang ada di Kabupaten Pesawaran termasuk objek wisata, beberapa pulau hanya menjadi potensi wisata dengan Pulau Legundi sebagai pulau dengan luas kawasan terbesar yakni mencapai 1.820 Ha. Selain itu, berbagai jenis objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Pesawaran antara lain jenis objek wisata
6
air terjun yaitu Air Terjun Ciupang, Air Terjun Gunung Minggu, dan Air Terjun Kembar. Kemudian jenis objek wisata alam dan air terjun yakni Abah Udan dan Wan Abdul Rahma, serta jenis objek wisata alam yakni Gunung Tanjung. Namun hanya Wan Abdul Rahma yang sudah digolongkan menjadi objek wisata, sementara yang lainnya masih dikategorikan sebagai potensi wisata di Kabupaten Pesawaran. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki berbagai jenis objek wisata namun belum begitu mendapat perhatian seperti terlihat dari belum adanya data yang akurat mengenai luas dan tingkat kunjungan dari beberapa objek wisata. Namun salah satu objek wisata yang potensial di Kabupaten Pesawaran adalah Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan dua jenis objek wisata yang berada dalam satu lokasi namun kedua objek wisata ini memiliki perbedaan yang signifikan. Pantai Mutun MS Town merupakan objek wisata yang menawarkan keindahan alam dan pantai yang dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana seperti toko souvenir, restoran, tempat ibadah serta jenis permainan yang sangat beragam baik untuk anak kecil hingga dewasa. Sementara Pulau Tangkil merupakan objek wisata yang juga menawarkan keindahan alam dan pantai namun dalam kondisi yang lebih tenang dan menurut beberapa pengunjung lebih indah daripada Pantai Mutun MS Town. Untuk mengunjungi Pulau Tangkil kita harus masuk melalui Pantai Mutun MS Town terlebih dahulu kemudian menaiki perahu yang berada di Pantai Mutun MS Town, menyebrangi laut selama kurang lebih dua puluh menit. Pulau Tangkil mengkhususkan lokasinya untuk keindahan
7
pulau dan pantai saja, sehingga lokasi ini tidak dilengkapi dengan berbagai jenis sarana dan permainan untuk segala umur seperti di Pantai Mutun MS Town. Beragamnya wisata yang ditawarkan berbagai daerah tentu saja menimbulkan tingginya permintaan terhadap wisata tersebut. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Faktor yang merupakan komponen permintaan potensial wisata adalah waktu luang, uang, sarana dan prasarana (Janianton dan Helmut, 2006). Perlu adanya kajian tentang kegiatan wisata pada objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil. Kajian tersebut terkait tentang deskripsi kondisi lokasi wisata secara terpisah, perbandingan surplus konsumen yang diperoleh dari masing-masing lokasi wisata, estimasi harga tiket optimum sesuai kesediaan membayar pengunjung, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata terhadap kedua jenis objek wisata secara terpisah. 1.2
Rumusan Masalah Kawasan wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil merupakan
objek wisata yang potensial untuk dikembangkan dan dijadikan sektor unggulan. Pantai Mutun MS Town terletak di jalan Pematang Rinjing, Desa Sukajaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, sekitar 25 kilometer arah barat daya dari Kota Bandar Lampung sangat strategis dan mudah dijangkau pengunjung. Sebagai tempat kunjungan wisatawan, selama dua tahun terakhir Pantai Mutun MS Town mulai berbenah dan mempercantik diri dengan berbagai sarana dan fasilitas yang telah dibangun untuk melengkapi keindahan Pantai Mutun MS Town seperti berbagai macam permainan yakni flying fox,
8
banana boat, kano, seawage, atau naik kuda menyusuri pantai dan lain sebagainya. Namun berbagai permasalahan terkait dengan aksesibilitas dan sarana transportasi menuju objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil masih menjadi permasalahan yang sulit untuk diselesaikan. Upaya perbaikan yang dilakukan pengelola objek wisata setempat terlihat belum mampu mengatasi kondisi yang ada. Minimnya papan petunjuk informasi menuju lokasi serta buruknya kondisi jalan dan beragam permasalahan terkait dengan fasilitas inti maupun fasilitas penunjang di kedua objek wisata masih menjadi permasalahan yang sangat dikeluhkan oleh beberapa wisatawan. Sehingga meskipun lokasi objek wisata terletak tidak jauh dari pusat Kota Bandar Lampung, berbagai permasalahan pada kedua jenis objek wisata ini terkadang masih menjadi hambatan untuk dikunjungi wisatawan terlebih untuk wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Bandar Lampung. Selain memiliki pantai yang indah Pantai Mutun MS Town juga dilengkapi dengan pulau yang bernama Pulau Tangkil dengan pantai yang lebih bersih dan suasana yang tidak begitu ramai sehingga lebih nyaman jika ingin menikmati suasana pantai. Untuk mencapai Pulau Tangkil kita bisa menyebrang menggunakan perahu yang telah disediakan dengan membayar sebesar Rp 10.000,00 dan tiket masuk menuju Pulau Tangkil sebesar Rp 3.000,00 per pengunjung. Namun, selama ini analisis terhadap permintaan wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil dan faktor yang mempengaruhinya belum pernah dilakukan. Analisis ini perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola dalam merencanakan berbagai kebijakan pengembangan kawasan wisata dan dalam mengatasi kekurangan kawasan wisata ini seperti dalam hal
9
akses menuju kawasan tersebut dan penyediaan papan informasi untuk memudahkan pengunjung, serta berbagai upaya untuk memperbaiki fasilitas di kedua objek wisata tersebut secara terpisah. Selain itu penelitian terhadap objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil secara terpisah perlu dilakukan karena setiap objek wisata tersebut memiliki fungsi permintaan tersendiri yang tidak dapat disatukan antara fungsi permintaan yang satu dan yang lainnya. Sehingga hal ini tidak bisa diamati hanya dengan menggunakan satu fungsi permintaan dengan metode biaya perjalanan (travel cost method) karena dapat menyebabakan overestimate dan bias. Sehingga diharapkan dengan mengetahui fungsi permintaan dari masing masing objek wisata, pengelola dapat menghitung berapa perbandingan surplus konsumen dan harga tiket yang sesuai dengan kesediaan membayar pengunjung atas fasilitas yang dikembangkan. Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah untuk penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil? 2) Bagaimana perbandingan surplus konsumen yang diperoleh dari Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil? 3) Bagaimana penetuan tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil? 4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil?
10
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: 1) Memberikan deskripsi kondisi objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 2) Membandingkan besarnya surplus konsumen yang diperoleh dari objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 3) Mengestimasi tingkat retribusi optimum harga tiket di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menuju Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi: 1) Masyarakat mengenai berbagai informasi pada objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil 2) Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang serupa 3) Sebagai bahan rekomendasi dan informasi bagi pengelola obyek wisata dalam menentukan kebijakan pengembangan objek wisata selanjutnya 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Mutun MS Town dan
Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Penelitian ini memiliki beberapa batasan yaitu :
11
1) Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk melakukan kegiatan rekreasi, meliputi biaya transportasi, pembelian tiket, biaya konsumsi, biaya penyewaan alat atau jasa, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lainnya yang dikeluarkan selama melakukan rekreasi 2) Pendugaan faktor-faktor permintaan ekonomi wisata dengan regresi linier berganda, perbandingan surplus konsumen dan estimasi harga tiket masuk optimum di Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil menggunakan pendekatan biaya perjalanan 3) Pengunjung dibedakan antara pengunjung yang berwisata ke Pantai Mutun MS Town dan yang berwisata ke Pulau Tangkil
12