1 I. PENDAHULUAN
Berbagai jenis jamur tumbuh di daerah Banyumas. Di antaranya adalah Ganoderma spp. sebagai jamur dengan genus paling besar. Menurut Bhosle (2010), Karsten pada tahun 1881 menemukan jamur dari genus Ganoderma dengan jenis Ganoderma
lucidum
dan
jumlah
spesiesnya
semakin
bertambah
seiring
bertambahnya penelitian tentang Ganoderma. Jamur ini termasuk ke dalam makrofungi yang dikenal sebagai jamur obat (medicinal mushroom). Ganoderma termasuk dalam kingdom Fungi, filum Basidiomycota, kelas Hymenomycetes, ordo Aphyllophorales, famili Ganodermataceae, genus Ganoderma dan
nama spesies G. lucidum (Alexopoulos, 1996). Kata latin lucidum berarti
bersinar atau berkilauan dan menunjukan pernis yang muncul pada permukaan jamur. Kompleks G. lucidum terdiri atas tubuh buah yang tebal, bergabus dan berwarna kuning kemerahan pada awalnya dan kemudian berubah menjadi berwarna kecoklatan pada akhirnya. Batas tubuh buah biasanya tipis berwarna putih pada awalnya dan menjadi coklat terang pada tahap akhirnya. Bentuknya bervariasi bundar, semi bundar dan bentuk kipas atau seperti ginjal (Chang dan Miles, 2004). Sejak abad ke empat masehi, G. lucidum diketahui sebagai medicinal mushroom dan dikenal sebagai jamur kemopreventif yang telah digunakan sebagai komponen obat tradisional di Cina dan Jepang (Suryanto, 2006). Ada beberapa jenis Ganoderma, dan kebanyakan penelitian dilakukan untuk mengetahui khasiat obat menggunakan G. lucidum (Dunhan 2000). Tubuh buah maupun ekstrak dari jamur G. lucidum dapat difermentasi menjadi minuman beralkohol, ataupun minuman kesehatan. Dalam industri makanan juga sudah digunakan tubuh buah, ekstrak serat diet (Boh, et al., 2000).
2 Senyawa aktif G. lucidum terkandung dalam tubuh buah maupun miseliumnya. Senyawa tersebut antara lain: polisakarida, adenosin, asam ganoderik, protein, triterpenoid, vitamin, elemen makro dan mikro, germanium organik, antikanker, antitumor, antikarsinogen dan zat pengatur tubuh (Sjabana, 2001). Chang dan Miles (2004), juga menyatakan bahwa senyawa utama G. lucidum yang mempunyai aktivitas farmakologi adalah triterpen dan polisakarida, meskipun protein-protein, asam-asam nukleat, dan subtansi-subtansi lain juga telah diidentifikasi. Senyawa yang banyak diperoleh pada ekstrak miselium, tubuh buah maupun spora Ganoderma adalah asam ganoderik. Asam ganoderik merupakan salah satu senyawa terpenoid dengan kerangka karbon yang dibangun oleh penyambungan enam satuan molekul isoprena (Astuti, 2001). Senyawa asam ganoderik membantu mengurangi tekanan darah tinggi, dan menghambat pertumbuhan sel kanker (Kim, 1999). Berbagai upaya terus dikembangkan untuk mencari obat antikanker alami yang efektif untuk mencegah, memperlambat atau menghentikan siklus sel kanker. Dalam hal kualitas kesehatan, orang cenderung memilih obat yang alami, yaitu yang berasal dari alam. Hal ini disebabkan banyaknya efek samping obat-obatan kimiawi (Susanto, 2011). Alasan lain penggunaan obat herbal yaitu, kebutuhan akan obat yang aman, tingkat toksisitasnya yang rendah, dan harga yang murah ( Sudirman, 1999). Menurut Neighbors dan Monahan (1998), salah satu penyakit kanker yang paling umum pada sistem reproduksi wanita adalah kanker pada leher rahim atau serviks yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18
3 (Thoma, 2008). HPV merupakan virus DNA yang sering menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermis dan mukosa leher rahim (Kumar et al., 2007). Penelitian
tentang
potensi
miselium
dan
tubuh
buah G.lucidum
isolat indigenous, yakni isolat 10 asal Cianjur telah dilakukan terhadap sel kanker rahim (sel HeLa). Penelitian dilakukan dengan metode MTT untuk uji sitotoksik, sedangkan untuk uji proliferatif dan apoptosis masing-masing dengan uji doubling time dan pengecatan acrydin orange. Ekstrak etanol dari tubuh buah maupun miselium G. lucidum bersifat sitotoksik terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 berturutturut 593,13 µg/mL dan 879,66 µg/mL (Ratnaningtyas et al., 2012). Selama pertumbuhannya, Ganoderma spp. menghasilkan metabolit umum yang berasal dari metabolisme primer dan metabolit spesifik yang berasal dari metabolisme sekunder. Jamur dapat mensintesis metabolit sekunder jika kondisi lingkungan mendukung untuk mengubah molekul intermediet dari metabolit primer menjadi metabolit sekunder (Purwatiningsih et al., 2000). Metabolit sekunder dihasilkan saat fase stasioner, ketika pembelahan sel berhenti (Fardiaz, 1992). Berdasarkan hasil penelitian Yang dan Liu (1998), diketahui miselium G. lucidum yang dikultur dalam medium glukosa ammonium klorida dan diinkubasi selama 7 hari pada kecepatan rotasi 100 rpm, temperatur 30 °C- 32 °C dan pH 4 - 4,5 mampu menghasilkan produk polisakarida 1,6 mg/mL. Lama inkubasi akan memberi kesempatan miselium dalam menyerap nutrisi, sehingga semakin lama waktu inkubasi, semakin banyak pula senyawa metabolit yang dihasilkan sampai dicapai fase stasioner dari fase pertumbuhan (Istiqomah, 2005). Penelitian tentang lama inkubasi yang berbeda dimaksudkan untuk mengetahui waktu optimal bagi Ganoderma sp. isolat Banyumas 2 dalam memproduksi senyawa aktif yang terkandung dalam miseliumnya. Menurut
4 penelitian Wulan (2010), produksi polisakarida akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu inkubasi, dan akan berhenti pada waktu tertentu sesuai dengan jumlah nutrisi yang tersedia pada medium. Berdasarkan penelitian Saputra (2010), diketahui bahwa G. lucidum yang ditumbuhkan pada medium Ganoderma Medium Complex dengan lama inkubasi 28 hari dengan menggunakan uji Brine Shrimp Lethality Test (BST) menunjukkan adanya aktivitas antitumor polisakarida ekstraseluler tertinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LC50 sebesar 588,8 µg/mL. Medium kultur untuk pertumbuhan jamur dapat berupa medium padat, semi padat, dan cair. Produksi miselium dengan menggunakan medium padat memiliki kekurangan, di antaranya waktu yang dibutuhkan lama, pertumbuhan miselium kurang homogen, berat kering miselium sulit diukur, dan metabolit yang dihasilkan sulit untuk dianalisis. Medium yang biasa digunakan untuk pertumbuhan dan produksi polisakarida ekstraseluler adalah medium cair. Penggunaan medium cair memiliki keunggulan dibandingkan dengan medium padat dan semi padat. Keunggulannya adalah mudah dalam mengambil miselium untuk dianalisis, mudah memproduksi polisakarida ekstraseluler dalam waktu singkat, mudah dilakukan aerasi dan mudah dianalisis (Bilgrami dan Verma, 1981). Miselium akan tumbuh dipermukaan medium cair yang statis, sehingga perlu ditambahkan agitasi pada medium dengan shaker atau pengadukan (Carlile dan Watkinson, 1995). Rahayu (2003), telah melakukan penelitian tentang pertumbuhan miselium G. lucidum dan produksi polisakarida ekstraseluler dengan medium kultur cair yang diinkubasi selama 7, 14, dan 21 hari. Pertumbuhan miselium terbaik dihasilkan oleh kultur medium Potato Dextrose Broth (PDB) dengan lama inkubasi selama 21 hari yang menghasilkan bobot rata-rata 0,91039 g/100 mL. Penelitian tentang produksi miselium G. lucidum dari medium Malt Extract Pepton Broth (MEPB), Malt Yeast
5 Broth (MYB), Dog Food Broth (DFB), dan (Potato Dextrose Yeast Broth) PDYB telah dilakukan oleh Permana (2010). Hasil tertinggi didapatkan oleh miselium dari kultur medium PDYB. Miselium dari kultur PDYB menghasilkan bobot kering 0,68038/150 mL, hal ini dikarenakan kandungan C dan N pada medium PDYB lebih tinggi dibandingkan medium MEPB, MYB, DFB, dan PDYB. Untuk memanfaatkan senyawa metabolit aktif dari miselium Ganoderma spp. sebagai bahan herbal antikanker, dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan terhadap dua cairan berbeda, seperti air dan pelarut organik lain. Tujuan ekstraksi yaitu menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Prinsip ekstraksi berdasarkan perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut, mulai terjadi pada lapisan luar dan berdifusi masuk ke dalam pelarut (Cannell, 1998). Menurut penelitian Hidayati (2000), menyebutkan bahwa fraksi ekstrak Ganoderma spp. dari Kaliurang maupun Lembang memberikan dua fraksi yang aktif, yaitu fraksi n-heksan dan butanol. Analisis fitokimia yang telah dilakukan melaporkan bahwa dalam fraksi n-heksan dan butanol terkandung steroid, triterpenoid, flavonoid, dan kuinon. Senyawa yang terdapat pada fraksi n-heksan adalah steroid dan triterpenoid. Kedua senyawa ini merupakan golongan terpenoid yang merupakan senyawa metabolit sekunder utama dalam Ganoderma. Penelitian tentang kapasitas antioksidan oleh Pangestuti (2012), diperoleh hasil yaitu, ekstrak nheksan memiliki total fenol yang besar dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol. Proses pemisahan senyawa aktif dari miselium G.lucidum yang dikultur pada medium broth menghasilkan dua jenis senyawa metabolit sekunder, yaitu yang larut air dan tidak larut air. Kedua senyawa tersebut diketahui efektif menghambat
6 pertumbuhan dari beberapa sel kanker manusia. Senyawa metabolit sekunder tersebut efektif menghambat 85-93% pertumbuhan sel Hep3B, AGS dan A549 dengan efek sitotoksik yang rendah pada sel paru-paru normal manusia. Penghambatan pada sel WRL68 yaitu kurang dari 25% dari konsentrasi suplemen tertinggi 1 mg/L (Chung et al., 2001). Uji sitotoksik merupakan salah satu pengembangan metode untuk memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel (Kurnijasanti et al., 2008). Miselium Ganoderma memiliki potensi sebagai bahan dasar antikanker (Lin, 2003). Untuk itu perlu dilakukan uji sitotoksik dari ekstrak miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 2. Uji MTT merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji sitotoksik. Prinsip dari metode ini adalah terjadinya reduksi garam tetrazolium MTT (3-(4,5dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromid) oleh sistem reduktase. Suksinat tetrazolium yang masuk rantai respirasi dalam mitokondria sel-sel yang hidup akan membentuk kristal formazan berwarna ungu yang
tidak larut air. Penambahan
reagen stopper (SDS) akan melarutkan kristal berwarna tersebut yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan ELISA reader (CCRC, 2009). Sel hidup dinyatakan dengan warna ungu, sedangkan sel mati ditunjukkan dengan warna kuning. Dalam penelitian menggunakan kultur sel kanker serviks, kultur yang biasa digunakan antara lain sel HeLa. Kultur sel ini memiliki sifat semi melekat dan digunakan sebagai model sel kanker untuk mempelajari sinyal transduksi seluler (ATCC, 2011). Sel HeLa ini cukup aman dan merupakan sel manusia yang umum digunakan untuk kepentingan kultur sel (LabWork Study Guideand Lecture Notes, 2000).
7 Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan penghambatan proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel (Meiyanto et al., 2003). Berdasarkan uraian tersebut maka timbul permasalahan antara lain : 1. Apakah pada IC50 ekstrak n-heksan miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 2 memiliki potensi sebagai antikanker serviks. 2. Berapakah waktu inkubasi yang optimal miselium Ganoderma sp. untuk menghasilkan ekstrak yang efektif sebagai antikanker serviks.
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut 1. Mengetahui nilai IC50 ekstrak miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 2 yang berpotensi sebagai antikanker serviks. 2. Mengetahui lama inkubasi miselium Ganoderma sp. pada medium cair PDYB yang optimal sebagai bahan antikanker serviks.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui potensi Ganoderma sp. isolat Banyumas 2, serta mengetahui aktivitas antikanker jamur tersebut dengan lama inkubasi berbeda. Informasi yang didapat diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk pengobatan di bidang kesehatan dengan menggunakan Ganoderma sp. isolat Banyumas 2 yang efektif sebagai bahan antikanker. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
8 1. Ekstrak n-heksan miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 2 berpotensi sebagai bahan antikanker pada IC50. 2. Inkubasi optimal miselium Ganoderma sp. isolat Banyumas 2 selama 28 hari pada medium cair PDYB dapat memberikan hasil optimal sebagai bahan antikanker serviks.