perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DAN PENGELOLAAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KINERJA GURU BIMBINGAN KONSELING SMP KOTA SALATIGA
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh : Yudi Haryono NIM. S811108057
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DAN PENGELOLAAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KINERJA GURU BIMBINGAN KONSELING SMP KOTA SALATIGA” ini adalah karya penelitian saya sendiri bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (permendiknas No 17 tahun 2012). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semseter (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Teknologi Pendidikan PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Teknologi Pendidikan PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan
Yudi Haryono
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya diantara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang siapa berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan dipercepat oleh nasabnya. (H.R. Muslim)
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta`ala Yang Maha Mulia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada :
Kedua orang tuaku, yang mengukir jiwa ragaku. Kuswati, istriku tercinta yang memberikan dorongan serta mendampingiku dengan setia Rahardi Adhitya Leksana, Sigit Ashar Setyoaji, anak-anakku yang kusayang dan kucintai commit to userSaudara dan rekan-rekanku semua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat, nikmat dan ridha-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan, bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat selesai. Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana. 3. Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd, selaku pembimbing I dalam penelitian dan penulisan tesis ini yang telah memberikan masukan dan motivasi, memberikan arahan serta koreksi dalam penulisan tesis ini. 5. Ibu Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku pembimbing II dalam penelitian dan penulisan tesis ini yang telah memberikan masukan, arahan serta koreksi dalam penulisan tesis ini 6. Kepala SMP dan Guru BK SMP di kota Salatiga yang telah memberikan informasi sehingga terselesaikannya penulisan tesis ini. Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih ada kekurangan, namun besar harapan penulis tegur sapa dan saran sangat penulis harapkan sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin. Surakarta, commit to user
Penulis
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ......................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS .......................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................
iv
MOTO
...............................................................................................
v
PERSEMBAHAN ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
viii
ABSTRAK ..............................................................................................
x
ABSTRACT ..............................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
4
D. Perumusan Masalah........................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................
7
A. Landasan Teori...............................................................................
7
1. Kinerja Guru Bimbingan Konseling ..........................................
7
2. Profesionalitas Guru ................................................................
13
3. Pengelolaan Bimbingan Konseling Siswa .................................
19
B. Penelitian Terdahulu.......................................................................
43
C. Kerangka Berfikir ...........................................................................
44
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. commit to user A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
46 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Desain Penelitian ............................................................................
46
C. Populasi,dan Sampel ......................................................................
49
1. Populasi .....................................................................................
49
2. Sampel .......................................................................................
50
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
50
E. Persyaratan Analisis .......................................................................
60
F. Teknik Analisis Data ......................................................................
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................
65
A. Deskripsi Data ................................................................................
65
1. Profesional Guru ........................................................................
65
2. Pengelolaan Bimbingan Konseling .............................................
66
3. Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling.....................................
68
B. Hasil Pengujian Prasyarat ...............................................................
71
C. Pengujian Hipotesis ........................................................................
73
D. Pembahasan Data ...........................................................................
79
BAB V PENUTUP ...................................................................................
84
A. Kesimpulan ....................................................................................
84
B. Implikasi ........................................................................................
85
C. Saran ..............................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Yudi Haryono. S811108057. 2012. Hubungan Profesionalitas Guru Dan Pengelolaan Bimbingan Konseling Dengan Kinerja Guru Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) Hubungan profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling. (2) Hubungan pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling. (3) Hubungan pengelolaan bimbingan konseling dan profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan/ korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah guru BK di Kota Salatiga yang berjumlah 66 guru. Penetapan jumlah sampel berdasarkan Arikunto jika populasi berada di bawah 100 maka populasi digunakan seluruhnya sehingga jumlah sampel dalam penelitian 66 guru. Teknik pengumpulan data menggunakan angket skala likert. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linieritas, dan uji independensi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada hubungan yang signifikan antara profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, hal ini ditunjukkan bahwa diperoleh Fhitung adalah 42,466 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,574; berarti bahwa besarnya sumbangan yang diberikan oleh profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga adalah 57,4%, sedangkan sisanya 42,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian.(2) Ada hubungan yang positif dari profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung 3,054 dengan nilai p= 0,003 < 0,05 dengan sumbangan efefktif sebesar 11,12 %. (3) Ada hubungan yang positif dari pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, yang ditunjukkan dengan thitung 7,603 dan nilai p = 0,000 < 0,05 dengan sumbangan efefktif sebesar 46,26%. Kata kunci: Profesionalitas Guru, Pengelolaan Bimbingan Konseling, Kinerja Guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Yudi Haryono. S811108057. 2012. The Correlation between Teachers’ Professionalism and Advisory and Counseling Management with the Advisory and Counseling Teachers’ Performance in Public Junior High School in Salatiga. Thesis. Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta The purposes of this research are to analyze: (1) The relationship of teacher’s professionalism towards counseling teacher performance. (2) the relationship of management of counseling towards counseling teacher performance. (3) The relationship of teacher’s professionalism and management of counseling towards counseling teacher performance. The research that conducted is relationship / correlation research which aims to find the relationship of independent variables to the dependent variable. The population in this research are Junior High School BK teachers at Salatiga totaling 66 teachers. Determination of the number of samples based on based Arikunto if the population is under 100 then the whole population is used so that the number of samples in the study 66 teachers. The data collection technique used Likert scale questionnaire. Data analysis techniques used correlation analysis techniques and multiple regression analysis test with prerequisite test for normality, linearity testing, and independence testing. Based on the results’ research it can be concluded that: (1) There is a significant of teacher’s professionalism with counseling teacher performance at Junior High School in Salatiga, it is indicated that the obtained Fhitung is 42.466 with a p-value = 0.000 <0.05. The coefficient of determination (R2) of 0.574; it means that the amount of donations given by the teachers’ professionalism and management of counseling teacher towards counseling teacher performance was 57.4%, while the remaining 42.6% is influenced by other factors outside the study. (2) There is a positive relationship of teacher’s professionalism with counseling teacher performance at Junior High School in Salatiga, as shown by thitung 3.054 with p = 0.003 <0.05 with a contribution of 11.12% efefktif. (3) There is a positive relationship of management of counseling with counseling teacher performance at Junior High School in Salatiga, as indicated by the thitung 7.603 and p = 0.000 <0.05 with a contribution of 46.26% efefktif. Keywords: Teacher Performance
Professionalism,
Management
commit to user
Counseling,
Teacher
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan Indonesia saat ini setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks. Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (Added value), yaitu bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan. Kedua, tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam meningkatkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks). Keempat, munculnya kolonialisme baru di bidang iptek dan ekonomi menggantikan kolonialisme politik. Dengan demikian kolonialisme kini tidak lagi berbentuk fisik, melainkan dalam bentuk informasi. Berkembangnya teknologi informasi dalam bentuk komputer dan internet, sehingga bangsa Indonesia sangat bergantung kepada bangsa-bangsa yangtotelah commit user lebih dulu menguasai teknologi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi. Inilah bentuk kolonialisme baru yang menjadi semacam virtual enemy yang telah masuk keseluruh pelosok dunia ini. Kemajuan ini harus dapat diwujudkan dengan proses pembelajaran yang bermutu dan menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, professional, unggul, berpandangan jauh ke depan (Visioner), memiliki percaya dan harga diri yang tinggi. Untuk mewujudkan hasil diatas diperlukan strategi yang tepat, diantaranya adalah bagaimana strategi mengembangkan kompetensi siswa berdasarkan kemampuan, sikap, sifat serta tingkah laku siswa sehingga membuat siswa menyenangi proses pembelajaran. Peningkatkan kinerja guru bimbingan konseling tidak bisa dipandang secara pragmatis, terpisah dari bagian bagiannya yang utuh. Peningkatan kinerja guru bimbingan konseling harus dilihat secara pendekatan sistem, menyeluruh, utuh dan tidak terpisah-pisah dari bagian-bagiannya sehingga dapat dilihat progres reports terhadap laju perkembangan kinerja guru bimbingan konseling seperti yang diharapkan. Selain dari pada itu, pengembangan kinerja guru bimbingan konseling dengan konsep pendekatan system terutama system manajemen berbasis sekolah akan sangat mudah dan efektif untuk mengevaluasi system apa yang perlu ditinjau, dimodifikasi ataupun dirubah menurut kebutuhan. Kinerja guru bimbingan konseling di sekolah dapat ditingkatkan melalui pengelolaan bimbingan konseling dan profesionalitas guru itu sendiri. Persoalan ini menjadi menarik ketika sebagian besar para pemerhati pendidikan di tanah air tidak memperhatikan kedua masalah ini secara serius untuk meningkatkan kinerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
guru bimbingan konseling. Oleh karena itu menarik untuk dijadikan objek peneltian. Hal di atas tentu tidak mengada ada, menginat tujuan pelayanan bimbingan konseling ialah agar konseling dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Sudrajat, 2008: 1). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugastugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Sudrajat (2008: 3) merumuskan fungsi bimbingan dan konseling sebagai berikut: (1) fungsi pemahaman; (2) fungsi preventif; (3) fungsi pengembangan; (4) fungsi penyembuhan; (5) fungsi penyaluran; (6) fungsi adaptasi; (7) fungsi penyesuaian; (8) fungsi perbaikan; (9) fungsi fasilitasi; (10) fungsi pemeliharaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain kinerja guru bimbingan konseling mempunyai hubungan dengan pengelolaan
bimbingan
konseling,
tetapi
juga
dapat
dipengaruhi
oleh
profesionalitas guru. Profesionalitas guru adalah faktor penting terhadap keberhasilan sekolah. Untuk mencapai profesionalitas guru yang baik, maka guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan akademik dan juga non akademik dalam menunjang kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai hubungan profesionalitas guru dan pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga.
B. Identifikasi Masalah Identifikasi Masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada hubungan profesionalitas guru dengan kinerja guru BK? 2. Seberapa besar peranan antara pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru BK? 3. Faktor apa saja yang mempunyai hubungan dengan kinerja guru BK? 4. Adakah peranan pengelolaan bimbingan konseling dan profesionalitas guru dengan Kinerja guru BK?
C. Pembatasan Masalah Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada masalah hubungan profesionalitas guru dan pengelolan bimbingan konseling dengan kinerja guru commit to user bimbingan konseling SMP Kota Salatiga.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas maka penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara profesionalitas guru dan kinerja guru bimbingan konseling di SMP Kota Salatiga? 2. Adakah hubungan antara pengelolaan bimbingan konseling dan kinerja guru bimbingan konseling di SMP Kota Salatiga? 3. Adakah hubungan antara profesionalitas guru dan pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling di SMP Kota Salatiga?
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan profesionalitas guru dan pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling di SMP . 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis: a. Hubungan profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling. b. Hubungan pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling. c. Hubungan pengelolaan bimbingan konseling dan profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis berupa pengembangan khasanah keilmuan pendidikan terutama terkait dengan pengembangan kompetensi siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah untuk dijadikan rujukan dalam menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan; b. Bagi pihak sekolah sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan strategi peningkatan mutu output sekolah; c. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan utnuk melakukan penelitian selanjutnya dengan tema serupa di lokasi yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI , KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Landasan Teori
1. Kinerja Guru Bimbingan Konseling (Y) Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan tertentu. Kebutuhan manusia dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Kegiatan bekerja seseorang dalam sebuah institusi kemudian terwujud ke dalam sebuah rumusan yang disebut kinerja. Termasuk dalam pengertian ini adalah kinerja guru di satuan pendidikan. Pendapat lain dikemukakan oleh Smith (Mulyasa, 2007: 136), bahwa kinerja adalah ”…output drive from processes, human or otherwise”. Jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Keterkaitan psikologis akan tampak jelas dari dan di dalam kesungguhan kerja serta tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dipercayakan. Hal ini juga tidak lepas dengan persoalan kinerja guru. Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi commit to pula user dengan rasa tanggungjawabnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi (Isjoni, 2007:2). Kinerja guru akan tercapai dengan baik jika guru tersebut memiliki kompetensi sebagai seorang guru. Kompetensi dasar guru dilihat dari kinerja dalam kegiatan belajar mengajar, ini mengandung makna keterkaitan psikologis dari seseorang terhadap pekerjaannya yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Permen 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dalam Pedoman Administrasi Pendidikan (SMP/SMA/SMK), guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Guru merupakan satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar, sangat berperan dalam usaha mentransfer ilmu pengetahuan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru juga merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang berperan aktif dan dapat menempatkan kedudukannya secara proporsional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Khususnya setiap guru memikul tanggung jawab membawa siswanya menuju kedewasaan pada taraf tertentu. Guru juga harus mempunyai jiwa pengabdian, dituntut untuk bersifat programatis dan filosofis, memiliki pandangan yang mendasar, mematuhi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
norma dan nilai-nilai yang berlaku, serta memiliki semangat membangun. Selain syarat tersebut di atas seorang guru harus memiliki badan yang sehat, tidak mempunyai penyakit menular, dan tidak cacat tubuh yang mengganggu pekerjaannya. Selain itu guru juga harus memiliki kemampuan profesional, memiliki kepribadian kapasitas intelektual, dan memiliki sifat edukatif sosial. Untuk mencapai kinerja yang baik, guru bimbingan konseling harus memiliki kompetensi. Menurut Sudrajat (2007: 1) kompetensi guru bimbingan konseling meliputi: a. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling. Dalam penguasaan landasan teoritik bimbingan dan konseling ini seorang guru BK juga harus memiliki penguasaan; 1) menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya; 2) mengimplementasikan prinsipprinsip pendidikan dan proses pembelajaran; 3) menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan b. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Untuk mewujudkan kompetensi yang kedua ini guru harus memiliki kemampuan, diantaranya: 1) menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, non formal, dan informal; 2) menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus; dan 3) menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Menguasai konsep dan praktis penelitian bimbingan dan konseling. Pemahaman konsep dan praksis bimbingan dan konseling seorang guru BK harus: 1) memahami berbagai jenis dan metode penelitian; 2) mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling; 3) melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling; 4) memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling. d. Menguasai kerangka teori dan praktis bimbingan dan konseling. Untuk mewujudkan kompetensi penguasaa kerangka teori dan praksis seorang guru BK harus mampu: 1) mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling; 2) mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling; 3) mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling; 4) mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja; 5) mengaplikasikan pendekatan/model/ jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling; dan 6) Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling. Perilaku guru, tugas, dan tanggung jawab guru sebagaimana terdapat dalam kaitan pelaksanaan tugas mangajar dan membimbing siswa tertuang dalam Permen 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. tugas dan tanggung jawab guru meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Membuat perangkat program pengajaran yang terdiri dari silabus, program tahunan, progran semester, rencana pelaksanaan pengajaran, KKM, dan agenda mengajar; 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran; 3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, mid semester, ulangan semester, dan ujian akhir; 4) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian; 5) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan; 6) Mengisi daftar nilai siswa; 7) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam kegiatan proses belajar mengajar; 8) Membuat alat pelajaran/alat peraga; 9) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni; 10) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum; 11) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah; 12) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya; 13) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa; 14) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran; 15) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum; dan 16) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butir 1 sampai dengan 16 dapat digunakan sebagai indikator dalam penelitian. Hakekat kinerja guru adalah kemajuan dalam menghasilkan sesuatu yang didasari oleh pengetahuan, sikap, motivasi, dan keterampilan pada tugas, kewajiban, serta tanggung jawabnya yang telah ditetapkan, yaitu pelaksanaan tugas mangajar dan membimbing siswa. Dalam SK Menpan No. 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya, lebih lanjut SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993, serta SK Mendikbud No. 025/O/1995 merinci tugas pokok tersebut, khususnya dikaitkan dengan standar prestasi kerja
guru dan jenjang
jabatan. Standar prestasi kerja guru adalah kegiatan minimal yang wajib dilaksanakan guru agar dapat diusulkan untuk naik pangkat/jabatan. Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru bimbingan konseling meliputi: (a) bidang-bidang bimbingan (ada lima bidang bimbingan), (b) jenis-jenis layanan BK (ada 7 layanan BK), (c) jenis-jenis kegiatan pendukung (ada lima kegiatan pendukung), (d) tahapan pelaksanaan program BK (ada lima tahapan), dan (e) jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru bimbingan konseling untuk memperoleh pelayanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan kinerja guru bimbingan konseling adalah kemajuan dalam menghasilkan sesuatu yang didasari oleh pengetahuan, sikap, motivasi, dan keterampilan pada tugas, kewajiban, serta tanggung jawabnya yang telah ditetapkan, yaitu pelaksanaan tugas mangajar dan membimbing siswa dalam kaitannya dengan permasalahan baik pribadi maupun sosial yang dihadapi siswa di sekolah. 2. Profesionalitas guru (X1) Pendidik atau guru adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik di dalam mengupayakan potensinya baik potensi psikomotor, kognitif maupun afektif (Departemen Agama, 2003:23). Menuut Uno (2008: 15) mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C.Mc Lendon dalam bukunya This is Teaching (halm 10): ”Teacher is professional person who conducts classes.” (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Jeans D Grams dan C.Morris Mc Clare dalam foundation of Teaching, An Introduction to Modern Education, halm 141: ”teacher are those persons who consciously direct the experiences and behaviour of an individual so that educations takes places.“ (Guru adalah mereka yang sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan). Profesionalitas guru merupakan faktor penting terhadap keberhasilan sekolah. Untuk mencapai profesionalitas guru yang baik, maka guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan akademik dan juga non akademik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang mampu berbicara
diberbagai bidang ilmu pengetahuan belum tentu guru, untuk
menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2005: 5). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab 1 pasal I disebutkan bahwa: (1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. (2) Profesi guru dan dosen adalah pekerjaan dan/atau jabatan yang memerlukan kemampuan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan dan keahlian dalam melayani peserta didik dengan memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu. (3) Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi agar memuaskan pemakai jasa yang dihasilkan. Menurut Kunandar (2007: 16) profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mensyaratkan kompetensi dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna. Profesionalisme adalah kondisi, arah nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang maka profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Oleh karena itu guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Menurut Akadum (2007: 5) Komponen-komponen yang terkait dalam sistem pembinaan profesionalitas. a. Ketenagaan: pembina, penilik, kepala sekolah, guru, tutor guru pemandu mata pelajaran yang melakukan fungsinya masing-masing, disertai dedikasi dan komitmen terhadap tugasnya. b. Program penataran, diskusi, seminar, tutorial, kebutuhan riil dan praktis dalam proses belajar mengajar, jadwal dan pelaksanaan program. c. Managemen: organisasi, struktur kepengurusan, mekanisme kerja, disiplin, komunikasi, motivasi kerja, pencatatan, pelaporan. d. Dana: Sumber-sumber penggunaan dan pertanggung jawaban. e. Pemantauan dan evaluasi: pemantauan rutin, penampungan masalah dan keluhan tes hasil belajar. Atmodiwiro
(2003:
102)
menyatakan
profesionalitas
tenaga
pendidikan khususnya guru, menyangkut: (1) Program pendidikan prajabatan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Keluaran dalam ujian akhir pendidikan, (3) Kelulusan dalam ujian jabatan, (4) Perijinan kerja/ praktek, (5) Pengucapan sumpah jabatan, (6) Pengucapan kode etik jabatan, (7) Perfomance/praktek profesi, (8) Sistem imbalan, (9) perlindungan profesi, (10) Organisasi profesi, (11) Keanggotaan dalam organisasi profesi, (12) pembinaan, (13) pengawasan, (14) Pemindahan disiplin organisasi, (15) Penindakan hukum. Merujuk kepada Peraturan pemerintah nomor 19/ 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 setidaknya guru harus mempunyai 4 kompetensi yang meliputi: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian , kompetensi profesional dan kompetensi sosial. a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi Guru disini dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan (Knowledge), Ketrampilan (teaching Skill), serta sikap (karakter)
berupa
kecerdasan,
kreativitas
dan
komitmen
dalam
menjalankan tugas sebagai corong pendidikan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru untuk dapat memahami peserta didik baik secara jasmani maupun secara rohani sehingga antara Guru dan siswa mempunyai hubungan emosional yang sangat erat sehingga
terjalinnya komunikasi yang harmonis dalam
suasana pembelajaran. Inilah model pembelajaran dalam dunia pendidikan masa depan Guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik agar dapat mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu kemampuan seorang guru untuk merancang pelaksanaan pembelajaran, mampu melakukan evaluasi hasil belajar secara otentik adalah sebuah keniscayaan. Guru juga harus memahami landasan pendidikan seperti menerapkan teori belajar dan pembelajaran yang strategis sesuai dengan karakteristik peserta didik b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal seorang guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru harus mampu mencerminkan kewibawaan, dewasa, pribadi yang bijaksana dan mempunyai watak yang terpuji dalam pandangan peserta didik. Kompetensi ini harus melekat pada diri pribadi seorang guru yang akan menjadi panutan bukan hanya dalam lingkungan sekolah tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Bangga menampilkan diri sebagai sosok guru diera kompetensi dewasa ini adalah sebuah kepantasan, berbeda dengan guru dimasa lalu yang selalu termarjinalkan dalam berbagai kebijakan tetapi saat ini profesi ini menjadi primadona karena perhatian pemerintah begitu besar terhadap Renumerasi kesejahteraannya. Dengan demikian guru janganlah menjadi euforia, perhatian tersebut harus seiring dengan kompetensi serta kemampuan yang dimiliki agar guru dapat mengemban tugasnya secara profesional sehingga mutu pendidikan sebagai harapan semua kalangan dapat tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kompetensi Profesional Profesional secara esensial memiliki 3 dimensi pokok yaitu Keilmuan dan pengetahuan (Science and Knowledge), Keahlian (Skill) dan kesejawatan (Organisasi Profesi). Guru yang Profesional paling tidak harus memiliki dan mengembangkan kemampuannya dalam tiga pilar profesional diatas karena sebagai Guru bukanlah profesi asal-asalan tetapi profesi sentral yang sangat berpengaruh terhadap wajah pendidikan Nasional pada masa yang akan datang. Guru yang profesional adalah Guru yang harus mampu menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta mampu memgembangkan materi tersebut dengan konsep keterkaitan secara universal dan menerapkan konsep–konsep keilmuan, metode pengajaran yang koheren dengan materi ajar secara mendalam dan berkwalitas. Disamping itu Guru juga harus mampu mengeksplorasi konsep dan metode keilmuannya, melakukan penilitian dan kajian–kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ajar sehingga mampu menemukan penemuan baru dalam proses pembelajaran (Sholihin, 23 Januari 2009). d. Kompetensi Sosial: Merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka indikator profesionalisme guru yaitu meliputi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kompetensi pedogogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. b. Kompetensi kepribadian: kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, Kepribadian yang dewasa, Kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa, dan
berakhlak
mulia dan dapat menjadi teladan. c. Kompetensi Professional yaitu menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dan menguasai struktur dan metode keilmuan. d. Kompetensi Sosial yaitu mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, dan mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Kunandar, 2007: 75). 3. Pengelolaan Bimbingan Konseling Siswa (X2) a. Pengertian Pengelolaan Pengelolaan merencanakan,
atau
manajemen
mengorganisasikan,
adalah
serangkaian
menggerakkan,
kegiatan
mengembangkan
terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, secara efisien dan efektif Wahjosumidjo (2000: 117). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelolaan atau manajemen didefinisikan oleh Parker Follet dalam Sagala (2007: 49) sebagai “the art of getting things done through people” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien. Manajemen seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan
yang
intinya
adalah
kagiatan
rutin
catat
mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan Suryosubroto (2004: 21). Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Tim, 2004: 1). Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang mungkin diperlukan, jadi manajer tidak bekerja sendiri. b. Pengertian Bimbingan Konseling Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan ini dilakukan secara terencana dan sistematis untuk semua peserta didik berdasarkan identifikasi kebutuhan mereka, pendidik, institusi dan harapan orang tua dan dilakukan oleh seorang tenaga profesional bimbingan dan konseling yaitu konselor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun tugas-tugas perkembangan peserta didik tingkat remaja (siswa SMP/MTs. dan SMA/MA/SMK) adalah: (1) mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat. (3) mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita. (4) memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas. (5) mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni. (6) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat. (7) mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi. (8) mengenal sistem etika dan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, maupun makhluk Tuhan. (9) mencapai kematangan dalam pilihan karir. (10) mencapai kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga. c. Posisi Bimbingan Konseling The Guidance Service is the Heart of Educational Process. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan terhadap peserta didik yang tidak terpisahkan dari layanan manajemen dan supervisi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun kurikulum dan pembelajaran serta bukan merupakan bagian dari bidang yang lain. Bimbingan dan konseling juga tidak direduksi sebagai pengembangan
diri
atau
bagian
dari
pengembangan
diri
karena
pengembangan diri merupakan tanggung jawab semua sub sistem pendidikan, sehingga tidak bisa dipisahkan dari mata pelajaran, kurikulum muatan lokal, dukungan manajerial dan layanan bimbingan dan konseling. Pengembangan diri sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, Bab II, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum pada semua jenjang pendidikan, SD, SMP dan SMA/SMK menyatakan bahwa kurikulum berisi: mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Dinyatakan pula: “Pengembangan diri bukan
merupakan
mata
pelajaran
yang
harus
diasuh
oleh
guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.” Posisi pengembangan diri dan bimbingan berdasarkan perspektif Bimbingan dan Konseling Perkembangan adalah pengembangan diri secara utuh merupakan layanan dasar bimbingan (guidance curriculum), selain itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam Bimbingan dan Konseling masih terdapat tiga layanan lainnya, yaitu: layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem. Jadi pengembangan diri hanya bagian dari layanan bimbingan dan konseling. Implementasinya layanan bimbingan dan konseling tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah saja tetapi untuk seluruh peserta didik karena bertumpu pada kebutuhan dan tuntutan lingkungan individu. Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis dalam suasana pedagogis. Layanan psiko-pedagogis dalam seting persekolahan maupun luar sekolah dalam koteks kultur, nilai dan religi yang diyakini konseling dan konselor. Orientasi bimbingan dan konseling adalah perkembangan perilaku yang seharusnya dikuasai oleh individu untuk jangka panjang tertentu menyangkut ragam proses pendidikan, karir, pribadi, sosial, keluarga dan pengambilan keputusan. d. Tujuan Bimbingan Konseling Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan memahami kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi
kesulitan-kesulitan
mengembangkan
kemampuannya
sendiri; secara
(4)
optimal;
mengenal (5)
dan
menggunakan
kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya; (7) mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya sampai batas optimal. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4)
mengatasi
kesulitan
dalam
mengidentifikasi
dan
memecahkan
masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau
mewujudkan
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan (accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action) melaksanakan tugas-tugas perkembangan. e. Dasar pemikiran Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseling memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseling tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseling tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseling, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseling (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex). Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicitacitakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseling dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseling beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan konseling yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan
masalah-masalah
konseling.
Tugas-tugas
perkembangan
dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseling, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseling, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta serta para ahli: psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseling agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseling, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseling sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual , yaitu meliputi biologis, psikis, sosial, dan spiritual. f. Fungsi Bimbingan dan Konseling 1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseling agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseling diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseling. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseling tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseling dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex). 3) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan
konseling.
Konselor
dan
personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseling mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. 4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseling yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. 5) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseling memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. 6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah
dan
staf,
konselor,
dan
guru
untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseling. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseling, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseling secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseling. 7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseling agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 8) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseling sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseling supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9) Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseling dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseling. 10) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseling supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseling agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseling Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsepkonsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah: 1). Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseling. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseling atau konseling, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2). Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseling bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseling dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan
adalah
konseling,
meskipun
pelayanan
bimbingannya
menggunakan teknik kelompok. 3). Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseling yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. 4). Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guruguru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork. 5). Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseling agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseling, yang itu semua sangat penting baginya dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengambil keputusan. Kehidupan konseling diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseling untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan
kemampuan
bawaan,
tetapi
kemampuan
yang
harus
dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseling untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. 6). Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, perusahaan/industri,
tetapi
juga
lembaga-lembaga
di
lingkungan
keluarga,
pemerintah/swasta,
dan
masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut. 1). Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseling (konseling) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2). Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseling (konseling) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam
hal
ini guru pembimbing
berkewajiban
membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut. 3). Asas keterbukaan,
yaitu asas
bimbingan
dan konseling
yang
menghendaki agar konseling (konseling) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseling (konseling). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan
pada
diri
konseling
yang
menjadi
sasaran
pelayanan/kegiatan. Agar konseling dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. 4). Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseling
(konseling)
yang
menjadi
sasaran
pelayanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseling untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5). Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseling (konseling) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseling-konseling yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseling. 6). Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseling (konseling) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. 7). Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseling) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. 8). Asas Keterpaduan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 9). Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan
apabila
isi
dan
pelaksanaannya
tidak
berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan
konseling
(konseling)
memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut. 10). Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar
ahli
dalam
bidang
bimbingan
dan
konseling.
Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. 11). Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseling (konseling) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. g. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi, dengan substansi program pelayanan mencakup: (1) empat bidang, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, (4) sasaran pelayanan, dan (5) volume/beban tugas konselor. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu: 1). Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah. 2). Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan. 3). Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran. 4). Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan. 5). Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling. Secara keseluruhan manajemen Bimbingan dan Konseling mencakup tiga kegiatan utama, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan, dan (3) penilaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1). Perencanaan.
digilib.uns.ac.id
Perencanaan
kegiatan
pelayanan
Bimbingan
dan
Konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling harian yang merupakan penjabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (b) substansi layanan/kegiatan pendukung; (c) jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan; (d) pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (e) waktu dan tempat. Rencana kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung Bimbingan
dan
Konseling
berbobot
ekuivalen
2
(dua)
jam
pembelajaran. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah. 2). Pelaksanaan
Kegiatan.
Bersama
pendidik
dan
personil
sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. 3). Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah. Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk: (1) kegiatan tatap muka secara klasikal; dan (2) kegiatan non tatap muka. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi,
konseling perorangan,
bimbingan kelompok,
konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bimbingan dan Konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG). 4). Penilaian Kegiatan. Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dua jenis yaitu: (1) penilaian hasil; dan (2) penilaian proses. Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan melalui: a). Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani. b). Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling
diselenggarakan
untuk
mengetahui
dampak
layanan/kegiatan terhadap peserta didik. c). Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dampak layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan bimbingan
konseling
mengorganisasikan,
adalah
serangkaian
menggerakkan,
kegiatan
mengembangkan
merencanakan, terhadap
upaya
pemberian bantuan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan
yang
kondusif,
dilakukan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat ber-tindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan. B. Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian agar lebih terfokus pembahasannya, maka dirujuk terlebih dahulu penelitian sebelumnya. Rosyid (2008) Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kecerdasan Emosional belajar matematika siswa kelas VII SMP Advent VII Jakarta. Penelitian ini dilakukan di SMP Advent pada taun ajaran 2007 – 2008. Sampel diambil dengan teknik random sampling sebanyak 30 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat es post the facto, karena penelitian tidak langsung mengendalikan variabel bebas. Sebagai variabel bebas adalah kecerdasan emosional variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa. Untuk instrument variabel bebas (X) menggunakan penyebaran angket dengan skala likert dengan 5 kemungkinan jawaban yaitu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selalu, kadang-kadang, hampir tidak pernah, tidak pernah, sering. Instrument variabel terikat (Y) menggunakan butir soal sebanyak 30 soal.
C. Kerangka Pikir 1.
Kinerja guru bimbingan konseling (Y), merupakan kemajuan dalam menghasilkan sesuatu yang didasari oleh pengetahuan, sikap, motivasi, dan keterampilan pada tugas, kewajiban, serta tanggung jawabnya yang telah ditetapkan, yaitu pelaksanaan tugas mangajar dan membimbing siswa dalam kaitannya dengan permasalahan baik pribadi maupun sosial yang dihadapi siswa di sekolah.
2.
Profesionalisme guru (X1), adalah kecakapan kerja atau keahlian guru yang selaras dengan tuntutan bidang kerja yang dijabarkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang di layani.
3.
Pengelolaan bimbingan konseling (X2), adalah serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan,
menggerakkan,
mengembangkan
terhadap upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambar suatu kerangka pikir sebagai berikut:
X1 Y X2
Gambar 1 Kerangka Pikir Keterangan: X1
: Profesionalitas guru;
X2
: Pengelolaan Bimbingan dan Konseling;
Y
: Kinerja Guru Bimbingan Konseling.
D. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan yang positif antara profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling di SMP Kota Salatiga; 2. Terdapat hubungan yang positif antara pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling di SMP Kota Salatiga; 3. Terdapat hubungan yang positif antara profesionalitas guru dan pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling di SMP Kota Salatiga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Kota Salatiga baik negeri maupun swasta. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dimulai Juli sampai September 2012. B. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Frenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc. Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismala, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan. Selanjutnya Frenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi kedalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha to user Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan kondisi yang commit sudah terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Penelitian ini menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas Profesionalitas Guru (X1)
dan variabel bebas kedua adalah Pengelolaan
Bimbingan Konseling (X2). Sebagai variabel terikatnya adalah Kinerja guru bimbingan konseling (Y). Definisi operasional variabel diatas adalah sebagai berikut : 1. Kinerja guru Bimbingan Konseling Kinerja guru bimbingan konseling merupakan kemajuan dalam menghasilkan sesuatu yang didasari oleh pengetahuan, sikap, motivasi, dan keterampilan pada tugas, kewajiban, serta tanggung jawabnya yang telah ditetapkan, yaitu pelaksanaan tugas mangajar dan membimbing siswa dalam kaitannya dengan permasalahan baik pribadi maupun sosial yang dihadapi siswa di sekolah. 2. Profesionalitas Guru Profesionalisme guru adalah kecakapan kerja atau keahlian guru yang selaras dengan tuntutan bidang kerja yang dijabarkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang di layani. a. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. b. Kompetensi kepribadian: kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, Kepribadian yang dewasa, Kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa, dan
berakhlak
mulia dan dapat menjadi teladan. c. Kompetensi Professional yaitu menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dan menguasai struktur dan metode keilmuan. d. Kompetensi Sosial yaitu mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame pendidik dan tenaga kependidikan, dan mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Kunandar, 2007: 75). 3. Pengelolaan Bimbingan Konseling Pengelolaan bimbingan konseling adalah serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan,
menggerakkan,
mengembangkan
terhadap upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat ber-tindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2007: 55), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik, sifat yang dimiliki objek/subjek itu. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan subjek penelitian dimana individu yang akan dikenai perilaku atau dapat dikatakan sebagai keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah semua guru Bimbingan Konseling di SMP Kota Salatiga yang berjumlah 66 orang . Yaitu dengan daftar berikut ini:
Tabel 1. Populasi Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Sekolah SMP N 1 Salatiga SMP N 2 Salatiga SMP N 3 Salatiga SMP N 4 Salatiga SMP N 5 Salatiga SMP N 6 Salatiga SMP N 7 Salatiga SMP N 8 Salatiga SMP N 9 Salatiga SMP N 10 Salatiga SMP Muhammadiyah SMP Pangudi Luhur commit to user SMP Stella Matutina
Jumlah Guru 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 2 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 15 16 17 18 19
SMP Islam Al Azhar 18 SMP IslamSudirman SMP Kristen 1 SMP Kristen 2 SMP Dharma Lestari SMP Satya Wacana Total
2 2 2 2 1 1 66
2. Sampel Pengertian sampel menurut Hadi (2004:221) adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Menurut Retnoningsih (2003:3) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mengandung karakteristik populasi. Karena jumlah populasi yang ada kurang dari 100 maka populasi dijadikan sebagai sampel. Dengan sampel guru BK sebanyak 66 guru dengan sampel uji coba terpakai karena memasukkan sampel 20 guru BK yang digunakan untuk try out instrument penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (Arikunto, 2002:124). Angket
dipakai untuk
memperoleh data tentang profesionalitas guru (X1) pengelolaan bimbingan konseling (X2) dan kinerja guru bimbingan konseling (Y) SMP Kota Salatiga. Tabel 2. Kisi-kisi Angket penelitian No 1.
Variabel Indikator Penelitian Kinerja guru bimbingan a. Menguasai landasan teoritik konseling (Y) bimbingan dan konseling b. Menguasai esensi pelayanan commit to bimbingan user dan konseling dalam jalur,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. d. 2.
Profesionalitas guru (X1)
a. b. c. d. bimbingan a. b. c.
3.
Pengelolaan konseling (X2)
jenjang dan jenis satuan pendidikan Menguasai konsep dan praktis penelitian bimbingan dan konseling Menguasai kerangka teori dan praktis bimbingan dan konseling Kompetensi kepribadian Kompetensi pedagogik Komptensi professional Kompetensi sosial Fisik Psikis Sosial
Angket yang digunakan bersifat tertutup dengan menggunakan skala Likert yaitu angket tentang hubungan profesionalitas guru, pengelolaan bimbingan konseling dan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Angket berisi lima pilihan jawaban, setiap butir pertanyaan disediakan lima alternatif jawaban yaitu a, b, c, d, c dan e. Pemberian skor jawaban dari yang paling tinggi yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1 dengan urutan yang telah ditentukan. Adapun penjelasannya adalah Sangat Sesuai (SS) skor 5, Sesuai (S) skor 4, Ragu-Ragu (R) skor 3, Tidak Sesuai (TS) skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 1. Sebelum digunakan, angket tesebut diuji cobakan terhadap 20 orang guru BK di Kota Salatiga untuk menentukan validitas, reliabilitas dan uji reliabilitas angket. 1.
Validitas Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007: 30) menyatakan bahwa suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anton Sukarno (2008: 24) mengemukakan bahwa alat ukur yang valid (sahih) adalah alat ukur yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa instrument dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur apa yang seharusnya diukur secara tepat. Jenis-jenis validitas menurut Sutrisno Hadi (1994 : 111-116) ada lima macam validitas yaitu face validity, logicar validity, factorial validity, content validity dan empirical validity. Dalam penggunaannya tidak semua validitas itu diuji, namun dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua uji validitas yaitu content validity (validitas isi) dan empirical validity (validitas empiris). Validitas isi yaitu isi pertanyaan/pernyataan dalam instrumen sudah sesuai dengan indikator masing-masing variabel. Sedangkan validitas empiris yaitu peneliti mencoba instrumennya pada sasaran yang sesuai dengan sasaran penelitian, sering juga disebut dengan kegiatan uji coba. Validitas empiris menggunakan teknik analisis butir, yang dilakukan dengan mengkorelasi skor-skor pada butir yang dimaksud dengan skor total. Adapun untuk uji validitas, digunakan rumus teknik korelasi product moment dengan rumus : =
∑ (∑
dimana : = Koefisien korelasi ∑
= ∑
−
(∑ )(∑ )
commit to user
)(∑
)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
∑
=∑
−
∑
=∑
−
(∑ )
(∑ )
N = Jumlah individu X = Skor butir angket Y = Skor total angket (Anton Sukarno, 2008: 174)
Setelah diadakan perhitungan diperoleh harga rxy, selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel product moment. Apabila uji validitas item pertanyaan/pernyataan diperoleh harga rxy lebih besar dari r tabel maka butir item tersebut dinyatakan valid. Perhitungan pengujian validitas item dilakukan dengan alat bantu komputer melalui program SPSS.
Dari hasil uji coba instrumen dengan 20 guru SMP di dalam populasi diperoleh hasil sebagai berikut: a. Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan Kinerja Guru Bimbingan Konseling Hasil pengujian validitas diketahui bahwa 16 butir pertanyaan untuk mengungkap tentang kinerja guru bimbingan konseling (Y) dinyatakan bahwa 13 instrumen pertanyaan valid, hal ini karena nilai sig < 0,05, dan 3 butir pertanyaan tidak valid karena besarnya sig > 0,05, sehingga butir-butir pertanyaan tentang kinerja guru bimbingan konseling (Y) layak dipergunakan sebagai instrumen penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3. Uji Validitas Butir Pertanyaan Kinerja Guru Bimbingan Konseling
Sig (2-tailed) No. Butir 1 0.690 2 0.011 3 0.001 4 0.088 5 0.046 6 0.011 7 0.004 8 0.030 9 0.000 10 0.000 11 0.011 12 0.002 13 0.003 14 0.046 15 0.000 16 0.056 Sumber : Data Primer
Status Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
b. Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan Profesionalitas Guru Hasil pengujian validitas diketahui bahwa 12 butir pertanyaan untuk mengungkap tentang Profesionalitas Guru (X1) dinyatakan bahwa 10 butir pertanyaan valid, hal ini karena nilai sig < 0,05, sedangkan 2 butir pertanyaan tidak valid dikarenakan sig > 0,05, sehingga butir-butir pertanyaan tentang profesionalitas guru (X1) layak dipergunakan sebagai instrumen penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Uji Validitas Butir Pertanyaan Profesionalitas Guru No.Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sig (2-tailed) 0.055 0.520 0.013 0.036 0.002 0.000 0.003 0.001 0.001 0.002 0.041 0.000
Status Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
c. Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan Pe ngelolaan Bimbingan Konseling (X2) Hasil pengujian validitas diketahui bahwa 9 butir pertanyaan untuk mengungkap tentang Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) dinyatakan bahwa 8 butir pertanyaan valid, hal ini karena nilai sig < 0,05, sedangkan 1 butir pertanyaan tidak valid dikarenakan sig > 0,05, sehingga butir-butir pertanyaan tentang pengelolaan bimbingan konseling (X2) layak dipergunakan sebagai instrumen penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5. Uji Validitas Butir Pertanyaan Pengelolaan Bimbingan Konseling No.Butir Sig (2-tailed) 1 0.014 2 0.013 3 0.001 4 0.002 5 0.040 6 0.011 7 0.001 8 0.002 9 0.189 Sumber : Data Primer 2.
Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Reliabilitas Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007: 30) menyatakan bahwa suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Anton Sukarno (2008: 24) mengemukakan bahwa alat ukur yang valid (sahih) adalah alat ukur yang mampu mengukur apa yang akan diukur. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa instrument dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur apa yang seharusnya diukur secara tepat. Jenis-jenis validitas menurut Sutrisno Hadi (1994 : 111-116) ada lima macam validitas yaitu face validity, logicar validity, factorial validity, content validity dan empirical validity. Dalam penggunaannya tidak semua validitas itu diuji, namun dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua uji validitas yaitu content validity (validitas isi) dan empirical validity (validitas empiris). Validitas isi yaitu isi pertanyaan/pernyataan dalam instrumen sudah commit to user sesuai dengan indikator masing-masing variabel. Sedangkan validitas empiris
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu peneliti mencoba instrumennya pada sasaran yang sesuai dengan sasaran penelitian, sering juga disebut dengan kegiatan uji coba. Validitas empiris menggunakan teknik analisis butir, yang dilakukan dengan mengkorelasi skor-skor pada butir yang dimaksud dengan skor total. Adapun untuk uji validitas, digunakan rumus teknik korelasi product moment dengan rumus : =
∑ (∑
)(∑
)
dimana : = Koefisien korelasi ∑
= ∑
∑
=∑
−
∑
=∑
−
−
(∑ )(∑ )
(∑ )
(∑ )
N = Jumlah individu X = Skor butir angket Y = Skor total angket (Anton Sukarno, 2008 : 174) Setelah diadakan perhitungan diperoleh harga rxy, selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel product moment. Apabila uji validitas item pertanyaan/pernyataan diperoleh harga rxy lebih besar dari r tabel maka butir item tersebut dinyatakan valid. Perhitungan pengujian validitas item dilakukan dengan alat bantu komputer melalui program SPSS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono 2006: 97). Sedangkan Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007: 37) mengemukakan suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas ganjil genap. Uji reliabilitas dilakukan terhadap item-item yang sudah teruji validitasnya, sehingga item yang tidak valid tidak diikutsertakan. Dalam penelitian ini untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik Alpha dari Cronbach, karena datanya ordinal bukan nominal. Pengolahan data untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini, menggunakan komputer program mini tab. Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha untuk variabel pengelolaan bimbingan konseling dan profesionalitas guru, dibandingkan dengan nilai tabel r. Jika nilai hitung r lebih besar dari nilai tabel r, maka instrumen dinyatakan reliabel. Adapun rumus untuk menguji reliabilitas adalah sebagai berikut : =
1−
Keterangan : ∑
= =
∑
∑
−
(∑
)
(∑
)
∑
=
∑
−
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
=
digilib.uns.ac.id
∑
rii = Reabilitas instrumen n
= Jumlah item
Vi = Variance item Vt = Variance total skor. (JP. Guilford dalam Sukarno, 2008: 189) Kriteria reliabilitas: a.
Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataan maka beberapa kali diambil akan tetap sama.
b.
Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keandalan. Reliabilitas artinya dapat dipercaya.
Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas: Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas No 1. 2. 3.
Nama Variabel
Cronbach Nunnally Alpha Profesionalitas Guru (X1) 0,744 0,60 Pengelolaan Bimbingan konseling (X2) 0,733 0,60 Kinerja Guru (Y) 0,741 0,60 Hasil pengujian reliabilitas pada variabel profesionalitas guru (X1),
pengelolaan bimbingan konseling (X2), serta kinerja guru bimbingan konseling (Y) diperoleh nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 yang mana menjelaskan bahwa semua variabel menunjukkan kuatnya reliabilitas. Dengan demikian seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Persyaratan Analisis Pengujian asumsi klasik dilaksanakan agar data dalam penelitian ini tidak mengalami masalah asumsi klasik atau bias, sehingga dinyatakan BLUE (best, linier, unbiased, estimator). 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui setelah perlakuan akan berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas data hasil tes digunakan uji Kolmogorow-Smirnov (Prosedur Explorer pada menu utama SPSS) dan melihat normal probability plot melalui tampilan output SPSS 13.0. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan perhatian pada penyimpangan atau deviasi maksimum, yaitu D = Max [Fo(x) – Sw(x)], dengan distribusi sampling D di Ho diketahui normal. Keputusan uji, jika p sama atau kurang dari a, tolak Ho dan jika p lebih dari a, terima Ho. Adapun metode normal probability plot membandingkan distibusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diangonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal (Ghozali, 2002: 77). 2. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik (Ghozali, 2002: 80). Dengan uji ini akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
linear, kuadrat atau kubik. Ada beberapa metode yang dilakukan untuk melakukan pengujian linearitas, tetapi dalam penelitian untuk melakukan pengujian linearitas menggunakan metode Lagrange Multiplier yang merupakan uji alternatif dari Ramsey Test yang dikembangkan oleh Engle. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai χ2hitung atau (n × R2). Langkah-langkah pengujiannya adalah: a) Meregresikan persamaan awal Y = a + b1X1 + b2X2 + ei b) Jika
dianggap
persamaan
awal
tersebut
yang
benar
spesifikasinya, maka nilai residualnya harus dihubungkan dengan nilai kuadrat variabel bebas, sehingga persamaan menjadi: U = a + b1X12 + b2X22 + ei c) Dapatkan nilai R2 untuk menghitung χ2hitung Jika χ2hitung > χ2tabel, maka hipotesis yang menyatakan model linear ditolak, atau sebaliknya jika χ2hitung < χ2tabel, maka hipotesis yang menyatakan model linear diterima. 3. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antar variabel bebas (x) dan hubungan tersebut sangat erat. Informasi yang dihasilkan dari variabel-variabel yang saling berhubungan (kolinier) sangat mirip dan sulit dipisahkan pengaruhnya. Hal ini juga akan menghasilkan perkiraan keberartian koefisien yang diperoleh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data ialah cara untuk menganalisis data yang diperoleh selama
penelitian
sehingga
akan
diketahui
kebenarannya
atas
suatu
permasalahan. Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis. 1. Regresi Berganda Pada
penelitian
ini
data
yang
terkumpul
dianalisis
dengan
mempergunakan analisis regresi berganda melalui tampilan output SPSS 13.0 for Windows, dengan rumus Y = B0 + B1X1 + B2X2 + α Keterangan : Y = Kinerja Guru BK X1 = Pengelolaan bimbingan konseling X2 = Profesionalitas Guru 2. Uji ketepatan Parameter Praduga (uji ” t ”) Uji “t” adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa diantara dua variabel mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengujian koefisien regresi secara individu digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap varianel terikat. Rumus hipotesis: H0:Bj = 0, yang berarti variabel Bj tidak berpengaruh terhadap model. H1:Bj 0, berarti variabel Bj berpengaruh terhadap model.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi uji “t“ digunakan untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumus uji “ t “ yang digunakan adalah. t=
M 2 M1 2
(Arikunto, 2002: 301)
2
x1 x 2 N ( N 1) Keterangan :
M = Nilai rata-rata hasil per kelompok. N = Banyaknya subjek x = Deviasi setiap nilai x2 dan x1 3. Uji Ketepatan Model (Uji “ F “) Uji “ F ” (Anova) digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan (bersamasama). Oleh karena itu perlu diadakan pengujian secara simultan atas semua variabel bebas. Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan rumus uji “ F ”. Adapun rumusnya adalah. F=
R2 / k (1 R 2 ) /(n k 1)
Keterangan : k = Banyaknya variabel bebas n = Ukuran sampel statistik F ini berdistibusi F dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = nk-1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinan merupakan suatu nilai atau ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kecocokan dari suatu model regresi. Nilai R2 bisa juga dikatakan sebagai ukuran yang menyatakan besar sumbangan variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y). R2 didefinisikan sebagai berikut. R2 =
JKR JKT
= 1-
JKS JKT
dengan JKT=JKR+JKS
5. Sumbangan prediktor Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa sumbangan (peran) masing-masing variabel bebas. Ada dua jenis sumbangan, yaitu sumbangan efektif dan sumbangan relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determinasi, sedangkan jumlah sumbangan relatif untuk semua variabel bebasnya sama dengan 1 atau 100% (Budiyono, 2004: 293). Sumbangan efektif disajikan dengan SE, dan sumbangan relatif disajikan SR terhadap terjadinya regresi linear disajikan dalam bentuk formula sebagai berikut. a. SE (X)% = βx1..n ∙ ryx1…n b. SR (X)% =
SE X % R2
Keterangan: βx1..n
= Standar Koefisien Beta;
ryx1…n = Koefisien Korelasi Antara Kriterium Dengan Prediktor; R2
= Nilai R Square. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data 1. Profesionalitas Guru (X1) Diskripsi tentang profesionalitas guru SMP Kota Salatiga diperoleh melalui prosedur frekuensi dalam progam SPSS 15.00 for windows yang dilakukan terhadap 66 guru dan 19 kepala sekolah sebagai responden. Hasil perhitungan data diketahuai bahwa nilai rerata = 39,05; median = 37; modus = 37; standart deviasi = 5,220; range= 17, nilai terendah = 31 dan tertinggi = 48. Adapun sebagai gambaran umum distribusi tentang profesionalitas guru SMP Kota Salatiga, secara lengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Profesionalitas Guru ( X1) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18
NILAI 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 JUMLAHcommit to user
FREKUENSI 3 2 2 7 6 6 8 4 1 4 3 1 0 3 3 4 5 4 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Profesionalitas guru (X1) Berdasarkan grafik di atas nampak bahwa rata-rata jawaban responden berkisar pada interval 35 – 38 yang berjumlah 24 responden atau sekitar 36,36% responden beranggapan bahwa profesionalitas guru bimbingan konseling sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan lagi. 2. Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) Diskripsi tentang pengelolaan Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga diperoleh melalui prosedur frekuensi dalam progam SPSS 15.00 for windows yang dilakukan terhadap 66 guru dan 19 kepala sekolah sebagai responden. Hasil perhitungan data diketahuai bahwa nilai rerata = 31,59; median = 31,50; modus = 38; standart deviasi = 5,870; range = 19; terendah = 21 dan tertinggi = 40. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Distribusi Pengelolaan Bimbingan Konseling Interval
Kategori
Frekuensi
Prosentase
21-25
Kurang Baik
13
19.70%
26-30
Cukup Baik
19
28.79%
31-35
Baik
9
13.64%
36-40
Sangat Baik
25
37.88%
66
100%
Jumlah
Adapun sebagai gambaran umum tentang pengelolaan Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga, secara lengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini: Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pengelolaan Bimbingan Konseling ( X2) NO
NILAI
FREKUENSI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 JUMLAH
1 1 2 6 3 6 4 2 1 6 1 2 2 1 3 6 2 9 4 4 66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2)
Berdasarkan distribusi frekuensi di atas, pengelolaan Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini disebabkan nilai rata-rata pada interval 35 – 40 sebanyak 25 responden; sehingga menunjukkan bahwa pengelolaan Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga termasuk dalam kategori sangat baik. 3. Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling (Y) Diskripsi tentang kinerja guru bimbingan dan konseling SMP Kota Salatiga diperoleh melalui prosedur frekuensi dalam progam SPSS 15.00 for windows yang dilakukan terhadap terhadap 66 guru dan 19 kepala sekolah. Hasil perhitungan data diketahuai bahwa nilai rerata = 50,89; median = 52; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modus = 51; standart deviasi = 7,809; range = 27; terendah = 37 dan tertinggi = 64. Untuk mengetahui tingkatan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, data dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu sangat tidak baik, tidak baik, baik dan sangat baik.
Tabel 10. Distribusi Pengelolaan Bimbingan Konseling Interval
Kategori
Frekuensi
Prosentase
37- 43
Kurang Baik
16
24.24%
44-50
Cukup Baik
10
15.15%
51-57
Baik
26
39.39%
58-64
Sangat Baik
14
21.21%
66
100%
Jumlah
Berdasarkan distribusi frekuensi di atas, kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga termasuk dalam kategori baik. Hal ini disebabkan nilai rata-rata jawaban responden pada interval 51-57 yaitu sebanyak 26 responden sehingga menunjukkan bahwa kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga termasuk dalam kategori baik.
Adapun sebagai gambaran umum tentang kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, secara lengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru ( Y) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
INTERVAL KELAS. NILAI 37 – 38 39 – 40 41 – 42 43 – 44 45 – 46 47 – 48 49 – 50 51 – 52 53 – 54 55 – 56 57 – 58 59 – 60 61 – 62 63 – 64 JUMLAH
FREKUENSI 5 7 2 4 0 5 3 11 2 10 7 2 5 3 66
Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Kinerja guru (Y)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Pengujian Prasyarat
Uji Prasyarat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat “penyakitpenyakit” regresi yang tidak diperbolehkan dalam pengolahan data regresi secara statistik. 1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2005: 76). Untuk menguji normalitas data digunakan analisis kolmogorof smirnov. Distribusi data adalah normal apabila nilai signifikansi kolmogorof smirnov > 0,05. Berikut ini hasil uji normalitas. Tabel 10. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov Z
.437
Asymp. Sig. (2-tailed)
.991
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan table di atas maka dapat diketahui hasil perhitungan kolmogorof smirnov diperoleh nilai signifikansi 0,991 lebih besar dari 0,05 maka distribusi residual model regresi ini adalah normal. 2.
Uji Multikolinearitas Multikolinieritas adalah korelasi linier yang perfect (100 %) atau eksak di antara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model (Setiaji, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2006: 61). Berdasarkan hasil analisis data pengujian multikolinearitas pada model regresi dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS 15.0 for windows diperolah hasil sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Profesionalitas Guru (X1) Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) Sumber: data primer diolah
Tolerance
VIF
0.933
1.072
0.933
1.072
Keterangan Tidak Terjadi Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas
Dengan melihat hasil pengujian multikolinearitas di atas, diketahui bahwa tidak ada satupun dari variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Begitu juga nilai VIF masing-masing variabel tidak ada yang lebih besar dari 10, selain itu hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa nilai tolerane dan VIF mendekati angka 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang sempurna antara variabel bebas (independent), sehingga model regresi ini tidak ada masalah multikolinearitas. 3.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran atau varian faktor mengganggu (disturbance) tidak konstan sepanjang observasi. Apabila harga Z makin besar maka sebaran Y makin lebar atau sempit. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh R2 = 0,048 sehingga diperolah nilai χ2 hitung = 0,048 × 66 = 3,168; dengan demikian nilai LM lebih kecil dari tabel Chi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Square 9,2 yang menunjukkan bahwa standar error (e) tidak mengalami heteroskedastisitas. C. Pengujian Hipotesis a. Uji Korelasi 1) Pengujian Hipotesis 1 Hubungan (corelation) X1 dengan Y = 0,428 dan dengan nilai Sig 0,000 < 0,005 sehingga terdapat hubungan yang positif antara profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. 2) Pengujian Hipotesis 2 Hubungan (corelation) X2 dengan Y = 0,715 dan dengan nilai Sig 0,000 < 0,005 sehingga terdapat hubungan yang positif antara pengelolaan bimbingan konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. 3) Pengujian Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y
= 8,539 + 0,389X1 + 0,860X2
R² = 0,574
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat sebagaimana berikut ini: a = 8,539
commit to user
diinterpretasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai konstan untuk persamaan model regresi adalah 8,539 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling yang baik, maka kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga tetap mengalami peningkatan. b1 = 0,389 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel profesionalitas guru adalah 0,389 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa semakin baik profesionalitas guru SMP Kota Salatiga, maka kinerja guru akan semakin mengalami peningkatan. b2 = 0,860 Besar nilai koefisien regresi untuk variabel pengelolaan Bimbingan Konseling adalah 0,860 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengelolaan Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga, maka kinerja guru akan semakin mengalami peningkatan. b. Uji F Uji F adalah untuk menguji ketepatan model regresi (Setiaji; 2006: 31). Menurut Kuncoro (2007: 82) Uji F Statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai kontribusi secara bersama-sama terhadap vatiabel tetikat. Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu profesionalitas guru (X1) dan pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) secara simultan mempunyai kontribusi terhadap variabel dependen kinerja guru bimbingan dan konseling (Y). Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Hipotesis Ho : b1 = b 2 = b 3 = 0 Artinya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling secara bersama-sama tidak mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Ho : b1 b 2 b 3 0 Artinya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling secara bersama-sama mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. 2) Menentukan level of significant Pada penelitian ini menggunakan level of significant () = 0,05 3) Kriteria Pengujian Ho diterima apabila Sig > 0,05 Ho ditolak apabila Sig < 0,05 4) Hasil Fhitung Hasil perhitungan nilai Fhitung yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 for windows adalah 42,466. 5) Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung adalah 42,466 dengan sig = 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak, artinya profesionalitas guru dan
pengelolaan Bimbingan Konseling secara bersama-sama
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uji t Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh kontribusi satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2007: 81). Dalam penelitian ini Uji t statistik digunakan untuk menguji apakah variabel profesionalitas guru (X1) dan pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) mempunyai kontribusi terhadap variabel dependen kinerja guru bimbingan konseling (Y). Berikut ini adalah hasil uji t yang perhitungannya dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows. 1) Hipotesis Ho : b = 0, artinya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Ha : b 0, artinya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling
mempunyai
hubungan
yang
signifikan
terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. 2) Menentukan level of significant. Penelitian ini menggunakan level of significant () = 0,05 3) Kriteria Pengujian Ho diterima apabila: sig > 0,05 Ho ditolak apabila: sig < 0,05 4) Hasil Perhitungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 12. Hasil Uji t Statistik No
Variabel
1. Profesionalitas guru (X1)
thitung
p
Keterangan
3.054 0.003
Signifikan
2. Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) 7.603 0.000
Signifikan
Sumber: data primer diolah 5) Kesimpulan Hasil perhitungan t statistik untuk variabel profesionalitas guru diperoleh nilai thitung 3,054 dengan p= 0,003 sehingga Ho ditolak, artinya profesionalitas guru mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Hasil Perhitungan t statistik untuk variabel pengelolaan Bimbingan Konseling diperoleh nilai thitung 7,603 dengan p = 0,000 sehingga Ho ditolak, artinya pengelolaan Bimbingan Konseling mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. d. Koefisien Determinan (R2) Menurut Kuncoro (2007: 84) koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa besarnya nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,574. Hal ini berarti bahwa besarnya sumbangan yang diberikan oleh profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga adalah 57,4%, sedangkan sisanya 42,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Sumbangan Relatif dan Efektif Sumbangan
prediktor
digunakan
untuk
mengetahui
berapa
sumbangan (kontribusi) masing-masing variabel bebas. Ada dua jenis sumbangan, yaitu sumbangan efektif dan sumbangan relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determinasi, sedangkan jumlah sumbangan relatif untuk semua variabel bebasnya sama dengan 1 atau 100%, (Budiono, 2004: 293). Berikut adalah hasil perhitungan sumbangan efektif (SE%) dan sumbangan relatif (SR%): 1) Sumbangan Efektif (SE%) a) Profesionalitas guru (X1) SE (X1)%
= βx1 × rxy1× 100% = 0,260 × 0,428 × 100% = 11,12%
b) Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) SE (X2)%
= βx2 × rxy2× 100% = 0,647 × 0,715 × 100% = 46,26%
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa sumbangan efektif yang diberikan oleh profesionalitas guru terhadap kinerja guru adalah 11,12% dan sumbangan efektif yang diberikan pengelolaan Bimbingan Konseling terhadap kinerja guru adalah 46,26% sehingga totalnya adalah 57,4%. 2) Sumbangan Relatif (SR%) a) Profesionalitas guru (X1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
SR (X1)%
digilib.uns.ac.id
=
SE X % 100% R2
=
11,12% 100% 57,4%
= 19,39% b) Pengelolaan Bimbingan Konseling (X2) SR (X2)%
=
SE X % 100% R2
=
46,26% 100% 57,4%
= 80,59% Besarnya sumbangan relatif untuk profesionalitas guru sebagaimana perhitungan di atas adalah 19,39% dan pengelolaan Bimbingan Konseling adalah 80,59% sehingga totalnya adalah 100%. Berdasarkan perhitungan sumbangan efektif (SE%) maupun sumbangan relatif (SR%) menunjukkan bahwa pengelolaan bimbingan dan konseling mempunyai prosentase lebih besar dibandingkan profesionalitas guru Bimbingan Konseling hal ini berarti pengelolaan bimbingan konseling paling dominan berpengaruh terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. D. Pembahasan Data As’ad (2004) mengartikan kinerja sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja berkaitan dengan tingkat penyelesaian tugas-tugas terhadap seorang individu. Kinerja merefleksikan seberapa baiknya seorang individu memenuhi persyaratan-persyaratan dari sebuah pekerjaan itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator belum menunjukkan peningkatan mutu yang berarti. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga diperoleh persamaan regresi Y= 8,539 + 0,389X1 + 0,860X2 . Nilai konstan untuk persamaan model regresi adalah 8,539; berarti bahwa tanpa adanya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling yang baik, maka kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga tetap mengalami peningkatan. Koefisien regresi untuk variabel profesionalitas guru adalah 0,389; berarti bahwa semakin baik profesionalitas guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, maka kinerja guru akan semakin mengalami peningkatan. Hasil perhitungan t statistik untuk variabel profesionalitas guru diperoleh nilai thitung 3,054 > 1,984 (p= 0,003) sehingga Ho ditolak, artinya profesionalitas guru memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Koefisien regresi untuk variabel pengelolaan Bimbingan Konseling adalah 0,860 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengelolaan Bimbingan Konseling SMP Kota Salatiga, maka kinerja guru akan semakin mengalami peningkatan. Hasil Perhitungan t statistik untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel pengelolaan Bimbingan Konseling diperoleh nilai thitung 7,603 > 1,984 (p= 0,000) sehingga Ho ditolak, artinya pengelolaan Bimbingan Konseling memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Berdasarkan hasil perhitungan secara simultan diperoleh Fhitung adalah 42,466 dengan sig = 0,000 sehingga Ho ditolak, artinya profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Adapun dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,574; berarti bahwa besarnya sumbangan yang diberikan oleh profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga adalah 57,4%, sedangkan sisanya 42,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Adanya komitmen yang tinggi dari seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas bawahannya, maka akan meningkat pula pengelolaan Bimbingan Konseling dan gilirannya akan meningkatkan kinerja bawahannya tersebut. Melalui profesionalitas guru yang diterapkan secara efektif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan para guru yang dipimpinnya maka akan membuat guru akan termotivasi dalam bekerja sehingga akan meningkatkan kinerjanya. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengelolaan
bimbingan
konseling memiliki kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan profesionalitas guru. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengelolaan yang baik maka kinerja guru bimbingan konseling akan maksimal juga. Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dalam hal ini peranan guru BK sangat penting dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan juga penentuan masa depan siswa sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan John Schacter
(2006)
dalam
peneltiannya
Teacher
Performance-Based
Accountability: Why, What and How menyatakan guru yang berkualitas merupakan variabel yang sangat utama untuk meningkatkan prestasi siswanya. Karena guru mempunyai peranan yang sangat kuat dalam peningkatan prestasi siswa bila dibandingkan dengan pengelolaan kelas. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling ini meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau evaluasi kegiatan. Sebelum melakukan kegiatan bimbingan dan konseling maka guru melakukan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan yaitu meliputi penyusunan program tahunan yang dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan, menyusun perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat: sasaran layanan/kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendukung, substansi layanan/kegiatan pendukung, jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan, pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat dan menentukan waktu dan tempat. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling guru harus mempersiapkan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan memberikan tanggapan dan keterampilan memberi pengarahan. Teknik-teknik ini sama dengan teknik-teknik yang dipergunakan dalam layanan konseling individu. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Algozzine (2007) dalam penelitiannya Beginning Teachers' Perceptions of Their Induction Program Experiences bahwa guru yang berkualitas merupakan hal yang paling penting untuk meningkatkan pendidikan di suatu sekolah dan juga dapat memaksimalkan prestasi siswa di sekolah tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga dapat ditarik kesimpulan: 1. Ada hubungan yang positif antara profesionalitas guru dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Hal ini ditunjukkan corelation X1 dengan Y = 0,428 dan nilai Sig 0,000 < 0,05 serta nilai thitung 3,054 dengan nilai p= 0,003 < 0,05 dengan sumbangan efefktif sebesar 11,12 %, berarti semakin meningkat profesionalitas guru semakin meningkat pula kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. 2. Ada hubungan yang positif dari pengelolaan Bimbingan Konseling terhadap kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, yang ditunjukkan corelation X2 dengan Y = 0,715 dan nilai Sig 0,000 < 0,05 serta thitung 7,603 dan nilai p = 0,000 < 0,05 dengan sumbangan efefktif sebesar 46,26%. 3. Ada hubungan yang positif antara profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga. Hal ini ditunjukkan bahwa diperoleh Fhitung adalah 42,466 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,574; berarti bahwa besarnya sumbangan yang diberikan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
profesionalitas guru dan pengelolaan Bimbingan Konseling dengan kinerja guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga adalah 57,4%, sedangkan sisanya 42,6% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian. B. Implikasi Kinerja berkaitan dengan tingkat penyelesaian tugas-tugas terhadap seorang individu. Kinerja merefleksikan seberapa baiknya seorang individu memenuhi persyaratan-persyaratan dari sebuah pekerjaan itu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa profesionalitas guru, pengelolaan Bimbingan Konseling dan supervisi pengawas memberikan kontribusi positif terhadap kinerja guru, oleh karena itu maka implikasi dari hasil penelitian ini adalah: 1. Guru
Bimbingan
Konseling
harus
bisa
memahami
karakteristik
kompetensi yang harus dikuasai sehingga dapat meningkatkan tanggung jawab pelaksanaan tugas mengajar dan membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi baik pribadi maupun sosial. 2. Jika pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru dengan baik maka tujuan dalam pembelajaran khususnya kegiatan BK dapat tercapai C. Saran Adanya berbagai kekurangan serta keterbatasan dari hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru perlu meningkatkan kompetensi profesionalismenya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seminar dan pelatihan sehingga mampu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkatkan kinerjanya khususnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. 2. Bagi guru Bimbingan Konseling perlu meningkatkan penguasaan pengelolaan atau manajemen sebagai upaya pengembangan proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien. 3. Dinas Pendidikan Kota Salatiga diharapkan untuk mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru untuk dicarikan solusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga, Suara Pembaharuan. Tersedia: http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/22099/ OpEd.dial Anton Sukarno. 1994. Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Pres. Arifin, H.M. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT Golden Terayon Pres. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. _________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: PT. Rineka Cipta. Assosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN. _________. 2007. PenataanPendidikan Profesional Konselor (Naskah Akademik ABKIN). Bandung: ABKIN. Atmodiwiro Soebagio. 2003. Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Ardadizyadjaya. Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. 2003. Handbook of School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur, Balitbang. Fraenkel Jack R. And Norman E. Wallen. 2008. How to Design and Evaluate in Research. New York: The McGraw – Hill Companies, Inc. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset. commit toYogyakarta: user ________. 2004. Research Methodology. Andi Offset
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hamzah B. Uno. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Herr Edwin L. 1979. Guidance and Counseling in the Schools. Houston: Shell Com. Isjoni. 2007. Cooperative Learning/Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Penerbit Alfabeta. Kepmenpan Nomor 84 Tahun 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press. Marry Parker Follet, The Speaker of the House of Representatives. Peter Ferdinand Drucker, Managing in Turbulent Times (1980) and Post Capitalist Society (1993). The Practice of Management. ________.dalam Handoko T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Mc.Millan J.H. & Schumacher, Sally. 2001. Research in Education. New York: Logman. Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. ________. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. ________. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. ________ Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
________ Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Ridwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2007. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Retnoningsih, Ana dan Suharso. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya. SKB Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor: 0433/P/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. SK Mendikbud Nomor: 025/O/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru/Guru Bimbingan konseling dan Angka Kreditnya. Smith, C.A.Organ D.W. & Near,J.P. 1983. Organization citizenship Behavior its Nature And Antecendent. Journal of Applied Psychology. Solikhin, Abu ’Izzuddin. 2006. Tarbiyah Dzatiyah. Solo: Bina Insani Pres. Sudrajad, Akhmad. 2008. Psikologi Pendidikan. Kuningan: PE-AP Pres. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. ________. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Syamsudin A. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Syamsudin, AR dan Vismala S.Damaianti. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen. Wahjosumidjo. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Yusuf, Syamsu. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
commit to user