HUBUNGAN POLA ASUH AKADEMIK DAN ALOKASI WAKTU DENGAN PRESTASI REMAJA PADA KELUARGA BERCERAI
RINA APRIANTINI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola Asuh Akademik dan Alokasi Waktu dengan Prestasi Remaja pada Keluarga Bercerai adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013
Rina Apriantini NIM I24090082
ABSTRAK RINA APRIANTINI. Hubungan Pola Asuh Akademik dan Alokasi Waktu dengan Prestasi Remaja pada Keluarga Bercerai. Dibimbing oleh DWI HASTUTI. Perceraian yang semakin meningkat secara tidak langsung menuntut ibu menjadi orang tua tunggal dalam hal pola asuh. Kondisi keluarga tidak utuh membuat alokasi waktu remaja dalam hal pendidikan akan berubah begitupun dengan prestasi di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola asuh akademik, alokasi waktu, dan prestasi remaja Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian cross sectional study di Kota Bogor, dan melibatkan 50 ibu dan anak usia 12-18 tahun dari keluarga bercerai. Penarikan contoh dipilih secara non probality sampling, adapun teknik penarikan contoh dilakukan secara convenience. Metode pengambilan data menggunakan teknik wawancara dan self report dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 persen remaja memiliki pola asuh akademik yang cukup. Remaja mengalokasikan waktu 7 jam sehari untuk pendidikan, 2.5 jam untuk kegiatan sosial, dan 5.5 jam sehari untuk waktu luang. Sebanyak 64 persen remaja memiliki prestasi belajar yang cukup (65-79). Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh
akademik, alokasi waktu sosial dan pengorganisasian waktu remaja serta sedikit waktu yang dihabiskan remaja untuk waktu luangnya maka semakin baik pula persepsi remaja terkait prestasinya. Persepsi remaja terkait prestasi membuat anak meraih prestasi akademik (rapor) yang baik. Kata kunci: perceraian, pola asuh akademik, alokasi waktu, prestasi akademik
ABSTRACT RINA APRIANTINI. Relationship between Academic Parenting Practices and Time Allocation with Academic Achievement of Adolescence on Divorced Families. Supervised by DWI HASTUTI. The increasing number of the divorce demanding mother to be a single parent in terms of parenting. The condition of intact family will change both adolescent’s allocation time and academic performance in school. This research aimed to analyze academic parenting practices, adolescent’s time allocation, and academic performance of adolescent. This research was conducted with a cross-sectional study design in the
city of Bogor, and involved 50 mothers and children aged 12-18 years from divorced families. A sample selected by non probality sampling, while the technique was a convenience sampling. The methods of data collection was using interview with self report questionnaire. The results show that 58 percent adolescents had enough academic parenting practices. Adolescents spent time 7 hours per day for education, 2.5 hours per day for social, 5.5 hours per day for leisure time, and 64 percent of adolescents had middle academic performance (65-79). The result showed that the
better parenting academic practices. Social time and time organization and less time for leisure the better the perception of their achievements. Adolescent perceptions related to achievement was related with their academic achievement based on report card. Keywords: Divorce, academic parenting practices, time allocation, academic achievement
HUBUNGAN POLA ASUH AKADEMIK DAN ALOKASI WAKTU DENGAN PRESTASI REMAJA PADA KELUARGA BERCERAI
RINA APRIANTINI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Nama NIM
Hubungan PoJa Asuh Ak:ademik dan Alokasi Waktu dengan Pre stasi Remaja pada Keluarga Bercerai. Rina Apriantini 124090082
Disetuj ui oleh
r Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartovo, M.Sc Ketua Depertemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
r2 1 AUG 2013
Judul Nama NIM
: Hubungan Pola Asuh Akademik dan Alokasi Waktu dengan Prestasi Remaja pada Keluarga Bercerai. : Rina Apriantini : I24090082
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc NIP. 19630714 198703 1 002
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Depertemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus: Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc NIP. 19630714 198703 1 002
PRAKATA Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Akademik dan Alokasi Waktu dengan Prestasi Remaja pada Keluarga Bercerai”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahan serta saran motivasi kepada penulis, Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan nasehat kepada penulis, serta Alfiasari S.P, M.Si dan Dr. Ir. Dyah Krisnatuti M.S selaku dosen penguji skripsi, dan seluruh jajaran dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas limpahan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan, seluruh staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas bantuan dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua Kosasih Idja Suhardja dan Mimin Arminah, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan do’a, motivasi, dukungannya, dan kasih sayangnya yang tiada hentinya kepada penulis. Rekan dan sahabat Ikhsan Pragatama dan keluarga yang selalu memberikan do’a, motivasi, dukungannya, dan kasih sayangnya, sahabat seperjuangan yang selalu memberikan dorongan dan mendengarkan keluh kesah penulis; Feni, Nova, dan Julia, teman penelitian; Aliah, Asilah, dan Dinda yang selalu memberi semangat, masukan dan nasehat kepada penulis, teman-teman IKK 46 atas kebersamaan yang telah dibangun selama lebih dari tiga tahun, terima kasih karena telah membangun lingkungan yang bersahabat dan saling mendukung serta kepada seluruh responden, pihak sekolah, dan kantor pengadilan agama Bogor yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya dengan yang lebih baik. Amin Semoga penelitian ini dapat menjadi arahan dan bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Bogor, Agustus 2013
Rina Apriantini
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Tujuan Manfaaat Penelitian
1 2 3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE PENELITIAN
6
Desain, Lokasi Dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data Analisis dan Pengolahan Data Definisi Operasional HASIL Karakteristik Keluarga dan Remaja Pola Asuh Akademik Fasilitas Akademik Alokasi Waktu Prestasi Akademik Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Pola Asuh Akademik Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Alokasi Waktu Hubungan antara Pola Asuh Akademik, Alokasi Waktu dengan Prestasi Remaja
6 6 6 7 10 11 11 12 13 13 15 16 17 18
PEMBAHASAN
18
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
21 21 21
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kerangka Pemikiran Penarikan Contoh Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan fasilitas akademik Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu remaja selama 24 jam
5 6 13 14
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis dan Cara Pengambilan Data Data dan Cara Pengolahan Sebaran Nilai Rata-Rata Karakteristik Contoh Sebaran Contoh berdasarkan Pola Asuh Akademik Sebaran Contoh berdasarkan Pengorganisasian Waktu Sebaran Contoh berdasarkan Prestasi Remaja Sebaran Contoh berdasarkan Persepsi Prestasi Remaja Koefisien Korelasi antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja dengan Pola Asuh Akademik Koefisien Korelasi antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja dengan Alokasi Waktu Koefisien Korelasi Pola Asuh Akademik, Alokasi Waktu dengan Prestasi Akademik Dan Persepsi Prestasi
7 8 11 12 14 15 16 17 17 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Grand Theory Ringkasan Hasil Studi Nilai Minimum, Maksimum, Rata-Rata, dan Standar Deviasi Validitas dan Reliabilitas Pola Asuh Akademik Validitas dan Reliabilitas Pengorganisasian Waktu Validitas dan Reliabilitas Persepsi Prestasi Pola Asuh Akademik Pengorganisasian Waktu Persepsi Prestasi Hubungan Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja dengan Pola Asuh Akademik Hubungan Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja dengan Alokasi Waktu Hubungan Pola Asuh Akademik, Alokasi Waktu, dengan Prestasi Remaja Riwayat Hidup
25 26 29 30 32 34 36 37 38 39 40 41 42
PENDAHULUAN Latar Belakang Tren perceraian di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI tahun 2010, menyebutkan bahwa dari sekitar dua juta orang menikah setiap tahunnya terdapat 285 184 perkara yang berakhir dengan perceraian di Indonesia. Perceraian akan mempengaruhi lingkungan keluarga, khususnya anak karena perceraian bagi anak akan berdampak pada penentuan status anak maupun interaksi anak dengan orang tua setelah perceraian (Maryanti & Rosmiani 2007). Perceraian dalam keluarga manapun merupakan peralihan besar dan penyesuaian utama bagi anak. Anak akan membutuhkan dukungan, kepekaan, dan kasih sayang yang lebih besar untuk membantunya mengatasi kehilangan yang dialaminya (Cole 2004). Adanya rasa luka, rasa kehilangan, dan kesulitan penyesuaian diri dalam bentuk masalah perilaku, kesulitan belajar, atau penarikan diri dari lingkungan sosial (Mu’tadin 2002). Menurut Koper (2005), remaja merasakan beratnya dampak perceraian karena selain perceraian orang tua, mereka juga sedang mengalami masa yang penuh guncangan dan perubahan besar dalam pencarian identitas diri. Seperti yang diungkapkan Gunarsa dan Gunarsa (2004) bahwa hubungan antara ibu dan anak yang penuh kasih sayang akan memotivasi anak dalam mencapai prestasi belajar. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang berprestasi tinggi sering berinteraksi dengan keluarga dibandingkan remaja yang berprestasi rendah. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan mengakibatkan anak mendapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi, perilaku yang lebih baik di sekolah maupun dirumah (Santrock 2007). Selain itu, keterlibatan orang tua memiliki dampak positif yang signifikan pada anak-anak di seluruh hasil akademik (Jeynes 2003). Penelitian Kordi dan Baharudin (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh akademik dengan prestasi belajar. Perceraian orang tua dianggap memiliki dampak negatif dalam pencapaian prestasi akademik di sekolah. Anak remaja dari keluarga bercerai cenderung memiliki kesulitan belajar, sehingga nilai yang dicapai di sekolahnya rendah (Barber & Eccles 1992). Selain itu, menurut Gregor (2005) dalam Baskoro (2008) persepsi seorang anak dapat mempengaruhi optimisme masa depannya. Jika seorang anak memiliki persepsi yang tidak baik terhadap perceraian, maka hal itu akan berpengaruh buruk terhadap optimisme masa depannya. Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis bagi anak, terutama menyangkut hubungan dengan orang tua yang tidak tinggal bersama (Baskoro 2008). Hasil meta-analisis konsekuensi pada keluarga bercerai menurut Amato (2000) menunjukkan anak dari keluarga bercerai rendah dalam hal akademik, tingkah laku, penyesuaian psikologis, konsep diri, dan kompetensi sosial. Perpecahan keluarga merupakan fenomena nyata yang menyebabkan terjadinya kenakalan anak karena tidak lengkapnya kedua orang tua. Penelitian Bojuwoye dan Akpan (2009) menyebutkan bahwa dampak negatif perceraian terhadap penyesuaian sosial lebih kuat untuk anak laki-laki daripada anak perempuan. Dibandingkan dengan keluarga utuh, anak dari keluarga yang
2
mengalami perceraian memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah akademik, masalah eksternal maupun masalah internal. Penelitian Nye (1957) dalam Pryor dan Rodgers (2001) menemukan bahwa 13 persen anak-anak dari keluarga bercerai memiliki nilai sekolah yang buruk dibandingkan dengan tujuh persen anak dari keluarga utuh. Evans, Kelly dan Wanner (2001) juga menemukan bahwa anak-anak dari keluarga bercerai lebih cenderung putus sekolah. Perubahan yang terjadi dalam keluarga akan merubah bentuk aktivitas yang dilakukan anak baik aktivitas pendidikan maupun lainnya yang dapat terlihat dari capaian prestasi belajar anak tersebut. Menurut Bahren (2000) anak perlu mendapatkan kesempatan yang cukup untuk bermain dan bergaul dengan anak lain seusianya agar perkembangan sosialnya tidak terhalang. Hal tersebut tidaklah mudah, walaupun anak sudah mengenal waktu. Penelitian Raley (2006), diacu dalam Price et al (2007) menunjukan bahwa anak-anak dari orang tua tunggal menghabiskan lebih banyak waktu menonton televisi dan terlibat dalam tugastugas rumah tangga dan kurang waktu yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti pekerjaan rumah dan membaca. Remaja dengan orang tua tunggal menghabiskan lebih sedikit waktu belajar atau makan malam dengan orang tua, dan lebih banyak waktu untuk tidur, bekerja, dan tanpa pengawasan. Penelitian terdahulu lebih banyak memperlihatkan dampak negatif dari perceraian dan jarang menemukan dampak positif yang terjadi dalam diri remaja terkait capaian prestasi, alokasi waktu maupun pola asuh akademik yang diberikan oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mencoba untuk lebih memaparkan permasalahan tersebut ditinjau dari sudut pandang remaja. Pola asuh akademik dari ibu tunggal apakah berhubungan dengan prestasi remaja disekolah. Alokasi waktu yang dimanajemen oleh remaja untuk pendidikan, sosial, dan juga waktu luang apakah dapat memberikan hubungan dengan prestasi remaja. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola asuh akademik dan alokasi waktu dengan prestasi remaja pada keluarga bercerai. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan karakteristik remaja pada keluarga bercerai 2. Mengidentifikasi pola asuh akademik, alokasi waktu, dan prestasi remaja pada keluarga bercerai 3. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik remaja dengan pola asuh akademik pada keluarga bercerai 4. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik remaja dengan alokasi waktu remaja pada keluarga bercerai 5. Menganalisis hubungan pola asuh akademik, alokasi waktu dengan prestasi remaja pada keluarga bercerai.
3
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terkait. Bagi peneliti, penelitian diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan pemikiran dan keilmuan yang telah diterima di bangku kuliah terutama dalam bidang perkembangan anak. Bagi institusi IPB, penelitian ini diharapkan dapat menyumbang referensi baru bagi civitas akademika khususnya di bidang perkembangan anak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada orang tua terkait dampak yang ditimbulkan dari perceraian terhadap prestasi akademik anak, memberikan gambaran kepada orang tua terkait pola asuh akademik yang diberikan kepada anak setelah menjadi orang tua tunggal agar anak mampu mempertahankan prestasi belajarnya. Sekolah sebagai sarana pendidikan dapat mendukung dan memfasilitasi anak dalam mencapai prestasi akademik maupun non akademik. Bagi anak, penelitian ini diharapkan dapat mendorong anak untuk dapat terus berprestasi ditengah konflik perceraian yang dialami orang tuanya, membuat anak mengalokasikan waktunya untuk hal-hal yang positif, membuat anak selektif dalam menentukan lingkungan bermainnya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa atau peneliti yang tertarik dengan topik penelitian sejenis. Meskipun hasilnya tidak dapat digeneralisasi, namun, temuan tentunya dapat memberikan beberapa wawasan yang mungkin akan terjadi dalam dinamika keluarga menyangkut masalah anak pada saat perceraian orangtua.
KERANGKA PEMIKIRAN Pola asuh pada dasarnya terbentuk oleh adanya interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut akan terbentuk selama kegiatan pengasuhan. Keluarga sangat tergantung dari lingkungan sekitarnya, begitu pula sebaliknya, keluarga juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Bronfenbrenner (1981) menyajikan model pandangan dari segi ekologi dalam mengerti proses sosialisasi anak-anak. Dalam pengasuhan ini berarti ibu sebagai orang tua tunggal akan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Ibu sebagai orang tua tunggal harus dapat memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anak, agar anak dapat mempersepsikan pola asuh yang diberikan kepadanya dengan baik sehingga mencapai prestasi akademik yang baik. Perceraian membuat anak-anak merasa tidak aman atau membuat anak merasa bahwa masa depan akan suram dan mereka menjadi tak berdaya karena mereka takut bahwa sesuatu yang buruk bisa terjadi pada mereka (Wallerstein & Blakeslee 2003). Karakteristik keluarga yang yang mengalami perceraian yang terdiri dari usia ibu, pendidikan ibu, pendapatan ibu, pekerjaan ibu, lama perceraian, perkawinan ke/riwayat nikah, serta usia menikah diduga menentukan bagaimana pola asuh akademik orang tua terhadap anaknya. Besar keluarga diduga berhubungan dengan pola asuh akademik yang akan berdampak pada prestasi akademik anak. Menurut Hurlock (1980) besar keluarga akan mempengaruhi
4
pengasuhan dan fasilitas belajar yang mampu disediakan orang tua. Lama perceraian berhubungan dengan resiko hasil perkembangan anak. Secara khusus, anak-anak korban perceraian lebih cenderung mengalami kecemasan, kesepian, rendahnya harga diri, dan kesedihan (Kim 2011). Namun, penelitian Wadsby dan Svedin (1996) menyatakan bahwa lamanya waktu sejak perceraian tampaknya tidak memiliki relevansi untuk nilai akhir yang diterima oleh anak-anak. Anak-anak dari keluarga yang mengalami perceraian menunjukkan sulitnya penyesuaian diri dengan lingkungannya akibat perceraian dibandingkan dengan keluarga utuh. Penelitian Price et al (2006) menemukan bahwa remaja pada keluarga bercerai menghabiskan lebih banyak waktu tanpa pengawasan dibandingkan dengan remaja pada keluarga utuh. Selain karakteristik keluarga, karakteristik remaja yang meliputi usia dan jenis kelamin juga diduga berhubungan dengan alokasi waktu anak dalam mengatur waktunya untuk mencapai hasil yang baik pada aspek prestasi akademik di sekolah. Anak remaja dari keluarga bercerai cenderung memiliki kesulitan belajar hal ini dapat disebabkan oleh tekanan yang ada dalam keluarga. Pola asuh akademik yang diberikan oleh keluarga yang mengalami perceraian diduga akan berbeda dengan pola asuh akademik pada keluarga utuh, sehingga prestasi akademik yang dicapai di sekolahnya rendah, hal ini dapat diduga karena kurangnya pola asuh akademik yang diberikan orang tua. Alokasi waktu diduga berhubungan dengan prestasi akademik anak di sekolah, alokasi waktu yang digunakan oleh anak cenderung berbeda ketika sebelum dan sesudah orang tua mengalami perceraian. Begitu pun dengan kebiasaan-kebiasaan orang tua kepada anak. Orang tua perlu memperhatikan kesibukan anak yang bermanfaat setiap harinya, misalnya dengan mengatur jadwal waktu belajar, berorganisasi, main, dan nonton TV, sehingga aktifitas yang dilakukan oleh anak seimbang dengan hasil prestasi belajar di sekolah. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik perlu membantu anak dalam perencanaan waktu dan pelaksanaannya (Gunarsa 1979). Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah yang dicerminkan dari nilai rapor serta persepsi remaja terkait prestasi. Karakteristik ibu dan remaja diduga memiliki hubungan dengan pola asuh akademik, alokasi waktu, dan prestasi remaja pada keluarga yang bercerai, pola asuh akademik dan alokasi waktu diduga berhubungan dengan prestasi remaja dan persepsi remaja terkait prestasi. Penelitian ini akan melihat bagaimanakah hubungan pola asuh akademik dan alokasi waktu dengan prestasi remaja pada keluarga bercerai. Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan pola asuh akademik dan alokasi waktu dengan prestasi remaja pada keluarga yang mengalami perceraian dapat dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik keluarga: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendidikan Pendapatan Status pekerjaan Lama perceraian Usia ibu Usia pada saat menikah Riwayat nikah Besar keluarga
Karakteristik remaja: 1. Usia anak 2. Jenis kelamin
= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti
Fasilitas akademik Pola asuh akademik
Gaya pengasuhan
Prestasi remaja - Nilai rapor - Persespsi prestasi Alokasi waktu: - Pendidikan, sosial, luang - Pengorganisasian waktu belajar
Lingkungan sekolah
= hubungan yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran
5
6
METODE Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian cross sectional study di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut memiliki angka perceraian tertinggi di Jawa Barat (SIAK 2011). Kecamatan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal. Sembilan sekolah yang berada di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal dijadikan lokasi penelitian diantaranya SMA N 5 Bogor, SMA BBS, SMA Pembangunan 1, Mts. Yasiba, SMP N 6, SMP N 14, SMP N 5, SMP N 8, dan SMP N 12. Pengambilan data contoh dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2013. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak remaja dari keluarga bercerai yang berada di Kota Bogor. Penarikan contoh dipilih secara non probality sampling, adapun teknik penarikan contoh dilakukan secara convenience, dengan pertimbangan kesediaan contoh untuk terlibat dalam penelitian. Contoh pada penelitian ini adalah remaja dengan latar belakang keluarga bercerai usia 12-18 tahun. Data contoh yang terkumpul dari sembilan sekolah yang menjadi lokasi penelitian dilakukan dengan cara penyebaran angket terkait status orang tua saat ini (utuh, cerai hidup dan cerai mati) terpilihlah sebanyak 96 contoh yang sesuai kriteria (cerai hidup, tinggal bersama ibu, dan ibu belum menikah kembali), namun hanya sebanyak 50 orang yang bersedia dan dijadikan contoh dalam penelitian. Keluarga Bercerai di Kota Bogor
Purposive
Kecamatan Bogor Barat
Kecamatan Tanah Sareal
6 sekolah
3 sekolah
Diperoleh dari angket
96 contoh 50 contoh
Purposive
Convenience
Convenience Convenience
Gambar 2 Penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengambilan Data Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
7
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan dengan cara wawancara dan self report dengan alat bantu kuesioner yang meliputi karakteristik keluarga (usia ibu, pendidikan, pendapatan, status pekerjaan, lama perceraian, riwayat nikah, usia menikah, besar keluarga), karakteristik anak (usia dan jenis kelamin). Data sekunder yang kumpulkan yaitu nilai rapor dan jumlah data perceraian dari pengadilan agama. Secara rinci jenis dan cara pengambilan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data Jenis data Primer
Primer
Variabel Karakteristik keluarga - Usia ibu - Pendidikan - Pendapatan - Status pekerjaan - Lama perceraian - Riwayat nikah - Usia menikah - Besar keluarga
Cara pengambilan data Kuesioner
Skala data
Sumber informasi Ibu
Rasio Ordinal Rasio Nominal Rasio Nominal Rasio Rasio
Karakteristik remaja - Usia anak - Jenis kelamin
Kuesioner
Primer
Pola asuh akademik Fasilitas akademik
Kuesioner
Ordinal
Remaja
Primer
Alokasi waktu
-
Remaja
Primer
Pengorganisasian waktu Persepsi prestasi
Recall aktivitas selama 24 jam Kuesioner
Ordinal
Remaja
Kuesioner
Ordinal
Remaja
Nilai rapor per semester
Rasio
Primer Sekunder
Sekunder
Prestasi akademik - Nilai rapor per semester Jumlah keluarga bercerai
Remaja Rasio Nominal
Remaja
Data pengadilan agama
Analisis dan Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, entering, cleaning, dan analyzing. Analisis data yang digunakan antara lain analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik keluarga dan remaja, pola asuh akademik, pengorganisasian waktu, persepsi prestasi, dan prestasi akademik (rapor). Analisis inferensia menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman untuk menganalisis hubungan karakteristik keluarga dan remaja, pola asuh akademik, alokasi waktu remaja, pengorganisasian
8
waktu dengan prestasi remaja. Penjelasan secara lengkap dalam pengolahan data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Data dan cara pengolahan Variabel Karakteristik Keluarga Usia ibu (Papalia et al 2001, diacu dalam Gunarsa 2004) Pendidikan ibu (tingkat pendidikan terkahir)
Pendapatan
Status pekerjaan Lama perceraian
Riwayat perkawinan/ perkawinan keUsia menikah (dalam Gunarsa 2004)
Besar keluarga
Karakteristik Anak Usia anak (Monks, Knoers, & Haditono 1996 dalam Marliyah et al 2004) Jenis kelamin Instrumen Pola asuh akademik (Puspitasari 2008)
Fasilitas akademik
Kategori data 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 0. 1. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Dewasa awal (21-40) tahun Dewasa madya (40-65) tahun Dewasa Akhir (> 65) tahun Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Diploma Sarjana < 1 000 000 1 000 001 – 2 500 000 2 500 001 – 5 000 000 5 000 001 – 7 500 000 7 500 001 – 10 000 000 > 10 000 000 Tidak bekerja Bekerja < 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun Pertama Kedua Remaja madya (15-18 tahun) Remaja akhir (18-21 tahun) Dewasa awal (21-40 tahun) Kecil ( < 4 orang) Sedang ( 5-7 orang) Besar ( > 8 orang)
1. 2. 3. 0. 1.
Remaja awal (12-15 tahun) Remaja akhir (15-18 tahun) Remaja akhir (18-21 tahun) Perempuan Laki-laki
Terdiri dari 18 pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, dan c yang masing-masing diberi skor 1, 2, dan 3. Skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kurang (18-29), sedang (30-41), dan baik (42-54). Terdiri dari 27 item fasilitas penunjang akademik. Skoring : 0=tidak dan 1=Ya. Dikategorikan kurang (0-9), cukup tersedia (10-18), memadai (19-27).
9
Variabel Alokasi waktu
Pengorganisasian waktu (Buchori 2012)
Persepsi prestasi (Buchori 2012)
Prestasi akademik
Kategori data Recall aktivitas selama 24 jam, yang terdiri dari waktu untuk sosial, waktu untuk pendidikan, dan waktu untuk luang atau menjalankan hobinya. Dihitung berdasarkan lamanya waktu yang remaja lakukan untuk setiap aktivitas. Presentase selama 24 jam untuk setiap aktivitas = Rata-rata waktu per aktivitas /1440 menit x 100 %. Lama (jam) per aktivitas dihitung dari rata-rata waktu per aktivitas/60 menit. Terdiri dari 15 pernyataan dengan skor presentase terbesar menunjukan kecenderungan proses yang baik. Skoring : 0 = tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 = sering, 3 = sangat sering. Terdiri dari 15 pernyataan dengan skor presentase terbesar menunjukan kecenderungan prestasi akademik yang baik. Skoring : 0 = tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 = sering, 3 = sangat sering. Dilihat dari nilai rapor sampai semester terakhir. Kriteria dan skala penilaian
yang disepakati oleh setiap sekolah yaitu kriteria tinggi dengan skala penilaian 80-100, sedang (65-79) dan rendah (<65). Untuk pembagian interval pada hasil jawaban kuesioner yang terdiri dari pola asuh akademik, pengorganisasian waktu, dan persepsi prestasi. Sistem scoring pada seluruh variabel dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor, maka semakin tinggi kategorinya. Setelah itu dijumlahkan dan dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif. Rumus yang digunakan dalam penghitungan ini adalah : Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (Sma) – Skor Minimun (Smi) Jumlah Kategori Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut: Rendah/Kurang = Smi sampai (Smi + IK) Sedang = (Smi + IK) + 1 sampai (Smi + 2IK) Tinggi/Baik = (Smi 2IK) + 1 sampai Sma Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Pearson dan Spearman. Analisis korelasi memiliki tujuan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel atau lebih terdapat hubungan, dan apabila terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.
10
Definisi Operasional Keluarga bercerai adalah keluarga yang pernah bercerai (cerai hidup) dalam riwayat perkawinannya. Responden adalah ibu dan anak usia remaja dengan latar belakang keluarga bercerai. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh keluarga dengan latar belakang keluarga bercerai diukur dari usia ibu, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, lama perceraian, riwayat menikah, usia menikah dan besar keluarga. Usia ibu adalah umur responden. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan ibu yang dilihat dari kepemilikan surat tanda tamat belajar/ijazah. Status Pekerjaan ibu adalah status pekerjaan ibu setelah bercerai bekerja atau tidak bekerja. Pendapatan keluarga adalah penghasilan perbulan yang diperoleh oleh ibu, anggota keluarga lain, atau mantan suami yang dinilai dengan rupiah per bulan. Lama perceraian adalah rentang waktu ibu yang mengalami perceraian terhitung dari keputusan perceraian hingga sekarang (tahun). Riwayat menikah adalah latar belakang pernikahan (dihitung perceraian dengan urutan pernikahan ke-). Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti dari keluarga bercerai yang terdiri dari ibu dan anak. Usia menikah adalah umur ibu (tahun) saat pertama kali menikah. Karakteristik remaja adalah ciri yang melekat pada diri remaja yang diukur berdasarkan usia dan jenis kelamin. Remaja adalah individu yang berusia remaja antara 12 sampai 18 tahun di Kota Bogor yang berasal dari latar belakang keluarga bercerai. Jenis kelamin anak adalah karakteristik remaja yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Pola asuh akademik adalah interaksi yang diberikan ibu dalam memberikan stimuli kepada anak untuk mencapai suatu prestasi dengan pemberian fasilitas akademik yang menunjang. Fasilitas akademik adalah ketersedian fasilitas penunjang untuk kegiatan belajar anak yang dilihat dari ketersediaan fasilitas sesudah orang tua bercerai. Alokasi waktu remaja adalah jumlah satuan waktu atau jam dalam sehari (selain hari libur) yang digunakan oleh remaja untuk pendidikan. Kegiatan sosial adalah kegiatan responden dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun teman sebaya untuk bermain. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan belajar yang dilakukan responden di sekolah maupun di luar sekolah seperti kegiatan belajar di kelas, ekstrakulikuler, organisasi, mengerjakan tugas/PR, kegiatan les atau bimbingan belajar. Kegiatan pribadi adalah waktu yang digunakan untuk kepentingan pribadi seperti kegiatan makan, minum, beribadah dan tidur. Pekerjaan rumah tangga adalah kegiatan responden untuk melakukan pekerjaan di rumah dan membantu ibu.
11
Waktu luang adalah waktu responden untuk kegiatan yang sesuai dengan hobi dan kesukaannya seperti, olah raga, jalan-jalan, atau bermain game. Pengorganisasian waktu belajar adalah pengelolaan waktu yang dilakukan remaja dalam melakukan berbagai kegiatan baik kegiatan akademik maupun non akademik. Prestasi remaja adalah capaian hasil belajar (rapor) anak selama di sekolah setelah status orang tua bercerai. Persespsi prestasi adalah persepsi anak terkait hasil capaian prestasi akademik dan non akademik yang telah ia raih.
HASIL Karakteristik Keluarga dan Remaja Karakteristik keluarga dalam penelitian ini adalah usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, status pekerjaan, lama perceraian, riwayat pernikahan, usia menikah, dan besar keluarga. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh ibu berada pada kategori usia dewasa madya (40-65 tahun) sebesar 52 persen. Persentase terbesar pendidikan ibu berada pada kategori tamat SMA sebesar 44 persen. Ditinjau dari status pekerjaan, hampir seluruh ibu (92 %) berstatus bekerja dan hanya delapan persen berstatus tidak bekerja. Keadaan sosial ekonomi keluarga memiliki peranan penting dalam memenuhi pendidikan anak. Hasil penelitian menunjukkan sebaran terbesar (34%) ibu memiliki pendapatan berkisar
Min – Max 30-50 15-38 300 000-12 000 000 2-5 0.3-18 12-18
Rata-rata+sd 41.08+5.22 22.60+4.09 2 995 000+2 855 5503.9 3.18+0.89 6.52+4.55 13.68+1.5
Setiap anak memiliki tahapan dalam perkembangannya seiring bertambahnya usia, sehingga pada usia remaja memiliki kecenderungan
12
perubahan dalam pola pengasuhan. Remaja yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 50 orang, terdiri dari remaja laki-laki berjumlah 20 orang (40%) dan perempuan berjumlah 30 orang (60%). Lebih dari tiga perempat responden (78%) termasuk dalam kategori usia remaja awal, sebanyak 18 persen termasuk dalam kategori remaja madya dan 4 persen termasuk kategori remaja akhir. Pola Asuh Akademik Pola asuh akademik adalah interaksi antara ibu dan anak selama kegiatan pengasuhan dalam mendidik anak berupa bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orang tua terhadap prestasi dan kemajuan belajar anak. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung pada pendidikan dalam keluarga yang diwujudkan dalam pola asuh. Komponen pola asuh yang dilihat dalam penelitian ini mencakup cara orangtua menentukan waktu belajar anak, pengulangan pelajaran, pengerjaan tugas/PR, evaluasi ulangan di sekolah, fasilitas belajar yang disediakan, dan pemberian motivasi pada anak (Puspitasari 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja (58%) memiliki pola asuh akademik sedang. Berdasarkan status pekerjaan ibu, hampir seluruh ibu berstatus bekerja. Hal ini membuat ibu sulit menyediakan waktu untuk sekedar menemani anak belajar ataupun membantu anak dalam mengerjakan tugas/PR yang diberikan sekolah. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik Pola Asuh Akademik Kurang (18-29) Sedang (30-41) Baik (42-54) Total
n 4 29 17 50
% 8 58 34 100
Hasil analisis per item pertanyaan pola asuh akademik (Lampiran 7) dapat dikatakan bahwa cara orang tua mengatur waktu belajar anak sudah cukup baik. Sebanyak 60 persen orang tua mengajarkan anak menyediakan waktu khusus untuk belajar. Lebih dari separuh remaja (60%) memiliki lama waktu belajar di rumah sekitar satu sampai dua jam perhari. Dalam hal pengulangan pelajaran, lebih dari separuh orang tua (54%) menemani anaknya dalam mengulang pelajaran, minimal satu kali sehari. Selain itu, orang tua juga membantu anaknya dalam memahami pelajaran yang sulit dimengerti. Pengerjaan tugas atau PR yang diberikan sekolah, separuh orang tua (50%) membantu ataupun hanya sekadar mengawasi anaknya mengerjakan tugas/PR agar dapat mengkoreksi jawaban anaknya jika salah. Selain orang tua, terdapat guru les, kakak, atau saudara yang membantu dalam mengerjakan tugas/PR dan ditambah penyediaan fasilitas akademik yang menunjang pendidikan anak. Evaluasi ulangan di sekolah, sebanyak 64 persen orang tua mengingatkan dan membantu anak untuk belajar jika akan ada ulangan di sekolah. Kemudian, hasil ulangan anak diperiksa oleh orang tua. Jika menerima rapor, separuh orang tua (50%) mengevaluasi secara keseluruhan hasil prestasi belajar anaknya di sekolah. Sebanyak 72 persen remaja juga memilih kamar sebagai ruangan untuk belajar.
13
Pemberian motivasi belajar, sebanyak 54 persen orang tua menyuruh anaknya untuk belajar lebih giat lagi dan menasehati jika nilai ulangannya rendah. Namun, sebanyak 72 persen anak merasa orang tua mereka hanya kadang-kadang saja puas dengan hasil belajar yang mereka dapat. Hal ini dapat diartikan bahwa orang tua menunjukkan perasaan puas jika hasil belajar anaknya baik. Hasil analisis Kordi dan Baharudin (2010) menunjukkan bahwa kepuasan orang tua dengan prestasi akademik anak-anak dikaitkan dengan persepsi kompetensi akademik anak dari kinerja sekolah. Fasilitas Akademik Tersedianya fasilitas akademik yang memadai memungkinkan anak dapat belajar dengan baik, sehingga memungkinkan ia mencapai prestasi belajar yang baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Darman (1984) bahwa salah satu yang menentukan prestasi belajar anak adalah tersedianya fasilitas akademik yaitu perlengkapan belajar anak. Fasilitas akademik merupakan sarana yang dapat menunjang kegiatan belajar anak serta komponen dalam pemberian pola asuh akademik yang diterapkan oleh ibu. Pemenuhan fasilitas akademik yang dimiliki antara lain penunjang minat dan bakat, buku-buku bacaan, elektronik/teknologi, dan perlengkapan belajar. Ketersediaan fasilitas akademik dilihat dari fasilitas akademik yang dimiliki saat ini sesudah orang tua bercerai. Berdasarkan penelitian, ketersedian fasilitas akademik disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak dalam hal pendidikan. Ketersediaan fasilitas akademik sesudah orang tua bercerai menunjukkan bahwa responden memiliki fasilitas akademik yang memadai (60%). Berdasarkan penelitian, kebanyakan ibu bercerai pada saat anak masih berusia dini sehingga belum dapat terpenuhi beragam fasilitas yang dapat menunjang pendidikan. Ketersediaan fasilitas akademik berdasarkan lama perceraian menunjukkan bahwa kategori lama perceraian satu sampai dengan lima tahun memiliki fasilitas penunjang belajar yang memadai di rumah. Setelah bercerai, ibu lebih memilih bekerja untuk tetap memenuhi kebutuhan rumah tangga dan juga pendidikan anak. Memadai
60%
Cukup tersedia Kurang
40% 0% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan fasilitas akademik
Alokasi Waktu Waktu merupakan sumber daya yang dimiliki oleh semua orang dalam jumlah yang sama, rata-rata 1x24 jam perhari (Bahren 2000). Alokasi waktu pada penelitian ini dilihat dari lamanya aktivitas yang dilakukan selama 24 jam perhari (selain hari libur) terutama untuk alokasi waktu pendidikan seperti sekolah,
14
ekstrakulikuler, organisasi (OSIS, rohis, pramuka), mengerjakan tugas/PR baik secara individu maupun kelompok dan bimbingan belajar. Alokasi waktu sosial seperti bermain dan berkumpul dengan teman. Serta alokasi waktu luang untuk menjalankan hobinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen atau sekitar 7 jam perharinya remaja mengalokasikan waktu untuk pendidikan. Rata-rata waktu yang dialokasikan remaja untuk kegiatan sosial sebesar 10 persen atau sekitar hampir 2.5 jam perhari. Selain itu, lamanya aktivitas yang dilakukan remaja untuk waktu luang sebesar 23 persen atau sekitar 5.5 jam perharinya.
Alokasi waktu untuk luang
23%
Alokasi waktu untuk pribadi
33%
Alokasi waktu untuk pendidikan
30%
Alokasi waktu untuk sosial
10%
Alokasi waktu untuk rumah tangga
4% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu remaja selama 24 jam
Pengorganisasian waktu belajar merupakan kemampuan remaja dalam mengelola waktu antara akademik dan kegiatan lain seperti bermain ataupun menjalankan hobinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja (82%) memiliki pengorganisasian waktu belajar pada kategori sedang dalam mengelola waktu akademik maupun menjalankan hobinya. Remaja kurang memanfaatkan waktu untuk kegiatan belajar selain disekolah, mengulang pelajaran dirumah, ataupun membuat jadwal belajar rutin setiap harinya. Kurangnya pengawasan dari ibu karena kesibukan bekerja membuat remaja kurang dapat mengelola waktunya dengan baik, sehingga lebih banyak waktu yang remaja lakukan untuk kegiatan selain belajar. Hal ini menyebabkan remaja hanya terkadang mendapatkan nilai tertinggi di sekolah ataupun nilai harian yang baik, sehingga persepsi remaja terkait prestasi masih dikatakan kurang baik. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pengorganisasian waktu Pengorganisasian waktu Kurang (0-15) Sedang (16-30) Baik (31-45) Total
n 6 41 3 50
% 12 82 6 100
Hasil analisis per item pernyataan (Lampiran 8) menunjukkan sebanyak 80 persen remaja terkadang memanfaatkan waktu untuk belajar, 44 persen remaja tidak pernah mengikuti bimbingan belajar, hanya 2 persen remaja yang sangat
15
sering dalam mengulang kembali pelajaran. Hampir separuh remaja (44% dan 46%) terkadang membuat jadwal kegiatan dan mengunjungi perpustakaan, lebih dari separuh remaja (56%) sering membagi waktu kegiatan di rumah maupun teman, separuh remaja (50%) dapat membagi waktu antara kegiatan belajar dengan kegiatan lainnya dan memiliki waktu belajar setiap hari. Separuh remaja (50%) terkadang mengerjakan tugas/PR di rumah, hanya 20 persen remaja yang memiliki waktu sangat sering untuk keluarga. Hampir separuh remaja (48%) terkadang mempunyai waktu untuk menjalankan hobinya, hanya 6 persen remaja yang memiliki jadwal rutin belajar, 58 persen remaja terkadang membaca buku di rumah. Sebanyak 74 persen merangkum materi pelajaran, dan 64 persen meluangkan waktu ke toko buku untuk menambah wawasan. Prestasi Akademik Prestasi akademik remaja dalam penelitian dilihat dari nilai rata-rata rapor per semester sampai semester terkahir yang ditempuh di sekolah dan persepsi remaja terkait prestasi. Berdasarkan penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM), kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi dengan angka maksimal 100 (seratus). Kriteria ketuntasan minimal merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar (rapor). Kriteria dan skala penilaian yang disepakati oleh setiap sekolah yaitu kriteria tinggi dengan skala penilaian 80-100, sedang (65-79) dan rendah (<65). Rata-rata keseluruhan rapor adalah 78.31 berada pada kategori sedang. Variabel prestasi dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu rendah, sedang, tinggi. Hasil menunjukkan sebanyak 32 dari 50 remaja (64%) memiliki prestasi akademik yang cukup baik (sedang), 34 persen remaja terkategori tinggi dan hanya dua persen remaja yang terkategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa remaja dengan latar belakang keluarga bercerai masih dapat mencapai prestasi akademik yang cukup baik yang terlihat dari laporan hasil belajar disekolah. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan prestasi remaja Prestasi (nilai rapor) Rendah (<65) Sedang (65-79) Tinggi (80-100) Total
n 1 32 17 50
% 2 64 34 100
Persepsi yang dialami seorang anak bersifat subjektif sehingga motivasi berprestasinya tergantung bagaimana anak mempersepsikan pola asuh yang diberikan ibu sebagai orang tua tunggal. Persepsi prestasi akademik remaja menunjukkan bahwa sebanyak 50 persen remaja memiliki persepsi prestasi akademik kurang baik, sedangkan hanya sebanyak 4 persen yang terkategori baik. Hal ini diduga karena pengorganisasian waktu remaja dalam aktivitas belajar dan juga kegiatan lainnya masih terkategori sedang, remaja masih belum dapat mempertahankan prestasinya ataupun prestasi yang diperoleh tersebut hanya sekali dan dalam waktu yang sudah cukup lama, sehingga remaja merasa apa yang telah ia raih merupakan prestasi yang baik. Menurut Baskoro (2008) persepsi
16
seseorang terhadap perceraian mempunyai hubungan terhadap optimisme masa depan. Semakin baik persepsi seseorang terhadap perceraian, semakin baik pula optimisme masa depan seseorang. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan persepsi prestasi remaja Persepsi Prestasi Akademik Kurang (0-15) Sedang (16-30) Baik (31-45) Total
n 25 23 2 50
% 50 46 4 100
Hasil analisis per item pernyataan (Lampiran 9) menunjukkan 70 persen remaja terkadang pernah mendapatkan nilai tertinggi, lebih dari separuh remaja (56%) terkadang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, 42 persen remaja sering mendapat nilai PR diatas 80 dan hampir separuh remaja (44%) terkadang mendapatkan rata-rata rapor tinggi (>80) pada lebih dari satu mata pelajaran. Separuh remaja (50%) terkadang mendapatkan nilai ulangan harian yang baik (>80), 68 persen remaja tidak pernah mendapatkan beasiswa/penghargaan atas prestasi di sekolah, 34 persen remaja terkadang mendapatkan peringkat sepuluh besar. Separuh remaja (50%) sering berusaha mempertahankan nilai agar diterima di sekolah favorit, sebanyak 44 persen remaja terkadang mendapatkan kesempatan menjadi ketua panitia. Lebih dari separuh remaja tidak pernah meraih prestasi di bidang seni dan olah raga (58%), tidak pernah mengikuti lomba mata pelajaran (62%), tidak pernah mengikuti lomba non akademik di bidang seni dan olah raga (52%), maupun berprestasi berkat keterampilan/bakat yang dimiliki (44%). Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Pola Asuh Akademik Kualitas pengasuhan yang orang tua berikan, umumnya tergantung pada kondisi keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin banyak interaksi dalam keluarga yang terjadi. Hasil uji hubungan menunjukkan terdapat hubungan negatif antara besar keluarga dengan pola asuh akademik (r=0.289, pvalue<0.01). Hal ini berarti semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin baik pola asuh akademik yang di berikan oleh ibu. Berdasarkan penelitian, sebagian besar keluarga berada pada kategori keluarga kecil sehingga ibu lebih fokus dalam hal pengasuhan untuk anak dan pemenuhan kebutuhan khususnya pendidikan. Dehyadegary et al (2012) menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh orang tua dapat memberikan bimbingan yang lebih baik untuk perkembangan positif remaja, terutama dalam prestasi akademik . Keadaan sosial ekonomi orang tua mempengaruhi pembentukkan kepribadian anak, respon anak terhadap pelajaran dan berhasil tidaknya anak dalam memperoleh prestasi (Mark, Rand & Lucas 1992). Karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin) hasil uji
hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara karakteristik remaja dengan pola asuh akademik. Hal ini diduga bahwa usia dan jenis kelamin tidak sepenuhnya menjadi alasan bagi ibu untuk memberikan pola asuh akademik kepada anaknya.
17
Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja dengan pola asuh akademik Variabel
Pola Asuh Akademik
Karakteristik keluarga Usia ibu Status pekerjaan Pendapatan Pendidikan Besar keluarga Usia menikah Riwayat nikah Lama perceraian Karakteristik remaja Usia anak Jenis kelamin
-0.194 -0.097 -0.075 0.038 -0.289* 0.121 -0.127 0.171 -0.244 -0.228
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05, **signifikan pada p-value<0.01
Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Alokasi Waktu Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perceraian berhubungan positif signifikan dengan alokasi waktu pendidikan (r=0.389,p-value<0.01), alokasi waktu sosial (r=0.322,p-value<0.05), dan berhubungan negatif signifikan dengan waktu luang (r=0.397,p-value<0.01). Hal ini berarti semakin lama masa perceraian maka semakin baik alokasi waktu remaja untuk pendidikan, kegiatan sosial dan semakin sedikit waktu luang remaja dalam menjalankan hobinya. Pada karakteristik remaja, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia remaja dengan alokasi waktu pendidikan. Namun, terdapat hubungan positif signifikan antara usia remaja dengan alokasi waktu sosial (r=0.339,p-value<0.05). Hal ini berarti semakin bertambahnya usia remaja maka semakin banyak waktu yang remaja habiskan untuk terlibat dalam aktivitas sosial. Tabel 9 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja dengan alokasi waktu Variabel Karakteristik keluarga Usia ibu Status pekerjaan Pendapatan Pendidikan Besar keluarga Usia menikah Riwayat nikah Lama perceraian Karakteristik remaja Usia Jenis kelamin
Sosial
Alokasi Waktu Pendidikan
Luang
0.251 0.084 -0.121 -0.015 -0.027 0.267 0.094 0.322*
0.095 0.032 0.057 -0.072 0.019 -0.025 0.108 0.389**
0.010 -0.062 0.078 0.132 0.166 0.003 -0.083 -0.397**
0.339* -0.121
0.276 -0.100
-0.135 0.024
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05, **signifikan pada p-value<0.01
18
Hubungan antara Pola Asuh Akademik, Alokasi Waktu dengan Prestasi Remaja Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh akademik (r=0.457,p-value<0.01), alokasi waktu sosial (r=0.296,pvalue<0.05), dan pengorganisasian waktu (r=0.690,p-value<0.01), serta hubungan negatif antara alokasi waktu luang dengan persepsi prestasi (r=0.390,pvalue<0.01). Terdapat hubungan positif signifikan antara persepsi prestasi dengan prestasi akademik (r=0.403,p-value<0.01). Namun, hasil uji hubungan menunjukkan tidak terdapat hubungan antara alokasi waktu pendidikan dengan prestasi remaja dan persepsi remaja terkait prestasi. Selain itu, pola asuh akademik, alokasi waktu, dan pengorganisasian waktu tidak menunjukkan hubungan dengan prestasi remaja (rapor). Penelitian Elias (2009) menunjukkan bahwa gaya pengasuhan ibu yang dilakukan secara demokratis, permisif atau otoriter tidak berhubungan signifikan dengan prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh yang ibu terapkan kepada remaja maka semakin baik pula persepsi remaja terkait prestasi. Begitupun dengan alokasi waktu sosial, semakin baik remaja mengalokasikan waktunya untuk aktivitas sosial seperti bermain bersama teman-temannya dan sedikit waktu dalam menjalankan hobinya, maka semakin baik persepsi prestasi remaja. Teman-teman yang berada dalam lingkungannya turut memberikan pengaruh positif pada remaja sehingga remaja tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif. Pengorganisasian waktu yang dikelola dengan baik oleh remaja akan membuat remaja memiliki persepsi prestasi yang baik pula. Persepsi remaja terkait prestasi yang semakin baik, membuat remaja dapat memperoleh capaian hasil belajar di sekolah dengan baik. Hal ini diduga karena lingkungan pertemanan yang membawa remaja ke arah positif dan menjadi penyemangat dalam meraih prestasi. Selain itu, lingkungan keluarga yang memberikan pola asuh yang baik turut berperan dalam memperoleh hasil belajar disekolah. Tabel 10 Koefisien korelasi pola asuh akademik, alokasi waktu, pengorganisasian waktu dengan prestasi akademik dan persepsi prestasi Variabel Pola asuh akademik Alokasi waktu untuk sosial Alokasi waktu untuk pendidikan Alokasi waktu untuk waktu luang Pengorganisasian waktu Persepsi prestasi
Prestasi Akademik 0.070 -0.031 0.010 -0.086 0.135 0.403**
Persepsi Prestasi 0.457** 0.296* 0.077 -0.390** 0.690** -
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05, **signifikan pada p-value<0.01
PEMBAHASAN Pola asuh akademik adalah praktik pengasuhan berupa jenis dan frekuensi kegiatan serta curahan waktu yang diberikan orang tua atau anggota keluarga lain dalam membimbing, mengarahkan, serta mengawasi kegiatan belajar anak (Hastuti 2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari separuh remaja
19
(58%) memiliki pola asuh akademik cukup baik (sedang). Hal ini tercermin dari pola asuh orang tua dalam memberikan bimbingan, arahan, dan perhatian dengan tidak memaksa kehendak, melainkan memberi kasih sayang dan penghargaan sesuai dengan kebutuhan anak sehingga anak mampu mandiri dan turut dalam pengambilan keputusan (Heydemans 2010). Dehyadegary et al (2012) menyatakan bahwa pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh orang tua sehingga mereka dapat memberikan bimbingan yang lebih baik untuk perkembangan positif remaja mereka, terutama dalam prestasi akademik. Pola asuh akademik berhubungan negatif signifikan dengan besar keluarga. Artinya semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin baik pola asuh akademik yang diterapkan di rumah karena orang tua dapat lebih fokus dalam hal pendidikan anak. Pola asuh akademik memiliki kecenderungan yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya besar keluarga (Srinovita 2011). Namun, pola asuh akademik tidak berhubungan dengan usia dan jenis kelamin remaja. Hal ini diduga bahwa usia dan jenis kelamin tidak sepenuhnya menjadi alasan bagi ibu untuk memberikan pola asuh akademik kepada anaknya. Hasil juga menunjukkan bahwa ketika anak-anak tumbuh, dan karena perceraian orang tua berlangsung lama, mereka tidak lagi memiliki kenangan peristiwa saat itu. Namun, menurut Bojuwoye dan Akpan (2009) bagi anak-anak yang berada pada usia remaja tengah atau akhir dan orang tua mereka baru saja bercerai, kenangan peristiwa terakhir dapat memungkinkan mereka untuk menceritakan pengalaman pada saat perceraian orang tua mereka. Rata-rata waktu yang dialokasikan remaja untuk kegiatan pendidikan sebesar 30 persen atau sekitar 7 jam perhari. Rata-rata waktu yang dialokasikan remaja untuk kegiatan sosial sebesar 10 persen atau sekitar hampir 2.5 jam perhari. Selain itu, lamanya aktivitas yang dilakukan remaja untuk waktu luang sebesar 23 persen atau sekitar 5.5 jam perharinya. Usia remaja berhubungan positif signifikan dengan alokasi waktu sosial. Hal ini berarti semakin bertambahnya usia remaja maka semakin banyak waktu yang ia habiskan untuk aktivitas sosial. Remaja dengan ibu bekerja menghabiskan jauh lebih sedikit waktu belajar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (Price et al 2007). Studi yang menggunakan recall cenderung melupakan durasi atau panjangnya waktu yang digunakan sehingga menjadi tidak akurat, karena responden lupa terhadap kejadian secara lengkap dan detail. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini. Lama perceraian berhubungan positif dengan alokasi waktu pendidikan dan alokasi waktu sosial serta berhubungan negatif signifikan dengan alokasi waktu luang. Hal ini berarti semakin lama masa perceraian maka semakin baik alokasi waktu remaja untuk pendidikan dan kegiatan sosialnya namun semakin sedikit waktu remaja meluangkan waktu dalam menjalankan hobinya. Hasil penelitian Price et al (2007) menunjukkan bahwa remaja dengan ibu berpendidikan tinggi lebih menghabiskan banyak waktu belajar dan makan malam dengan orang tua dan kurang waktu menonton televisi. Namun, pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sebaliknya, remaja dengan ibu yang berpendidikan tinggi lebih sedikit dalam melakukan aktivitas belajar di rumah. Sering terjadi perbedaan pendapat mengenai dampak ibu bekerja terhadap pengasuhan anak. Sebagian besar masyarakat sering beranggapan bahwa status ibu bekerja selalu negatif akibatnya terhadap pengasuhan anak. Sedangkan yang
20
lain mengemukakan bahwa anak-anak dari ibu yang bekerja justru menjadi sangat mandiri. Maccoby menyimpulkan dari beberapa penelitian bahwa bekerjanya ibu bukan satu-satunya faktor penyebab terjadinya perkembangan negatif pada anak (Amal 1990). Pada ibu bekerja, yang terpenting adalah pembagian waktu antara pekerjaan dan perhatian terhadap anak. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 64 persen remaja memiliki prestasi belajar yang cukup baik dengan penyediaan waktu ibu dalam menemani dan memotivasi remaja dalam belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan prestasi remaja. Kesibukkan ibu dengan status bekerja membuat ibu terkadang hanya menemani remaja belajar pada saat ibu sedang berada dirumah atau libur. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) bahwa hubungan suasana antara ibu dan anak dengan penuh kasih sayang akan memotivasi anak dalam mencapai prestasi belajar. Persepsi remaja terkait prestasi membuat remaja dapat memperoleh capaian prestasi yang baik seperti remaja yang berasal dari keluarga utuh. Terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh akademik, alokasi waktu sosial dan pengorganisasian waktu serta berhubungan negatif antara alokasi waktu luang dengan persepsi prestasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh akademik, alokasi waktu sosial dan pengorganisasian waktu remaja serta sedikit waktu yang dihabiskan remaja untuk waktu luangnya maka semakin baik pula persepsi remaja terkait prestasinya. Selain itu, persepsi remaja terkait prestasi yang semakin baik membuat remaja dapat memperoleh hasil akademik yang baik pula di sekolahnya. Sesuai dengan penelitian Wadsby dan Svedin (1996) yang menunjukkan bahwa perceraian orang tua itu sendiri berarti tidak menunjukkan hubungan signifikan dapat memperburuk hasil akhir sekolah anak-anak. Selain itu, anak-anak dari keluarga bercerai tidak menunjukkan prestasi sekolah yang rendah, jika dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh. Penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan signifikan antara perceraian orang tua dengan prestasi akademik begitupun dengan pola asuh akademik, alokasi waktu, dan pengorganisasian waktu. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Kordi dan Baharudin (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan prestasi akademik. Namun, sesuai dengan penelitian Hammond (1979), Watts (1991), diacu dalam Wadsby dan Svedin (1996) melaporkan tidak menemukan hubungan yang signifikan antara perceraian orang tua dengan nilai akhir anak-anak dari sekolah, terlepas dari waktu yang telah berlalu sejak perceraian. Hasil ini didapatkan ketika waktu yang telah berlalu antara perceraian dan ketika anak-anak mendapatkan nilai akhir tidak melebihi 5 tahun. McLanahan dan Booth (1991), diacu dalam Price et al (2007) meninjau beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua tunggal kurang terlibat dalam memantau kegiatan anak-anak mereka. Status keuangan yang buruk diduga sangat mempengaruhi rutinitas sehari-hari anak-anak dan upaya untuk merencanakan dan membangun masa depan (Bojuwoye & Akpan 2009). Hasil akademik dapat mencerminkan kendala ekstrinsik pada anak-anak dari keluarga yang bercerai dalam menyelesaikan pendidikan mereka, yang mungkin termasuk kurangnya sumber daya sosial-ekonomi dalam keluarga tersebut dalam memfasilitasi kegiatan belajar (Pryor & Rodgers 2001).
21
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari separuh remaja dengan latar belakang keluarga bercerai (58%) memiliki pola asuh akademik cukup. Pola asuh akademik berhubungan negatif signifikan dengan besar keluarga. Jumlah anggota keluarga yang kecil membuat ibu dapat lebih fokus dalam hal pengasuhan khususnya pendidikan. Rata-rata waktu yang dialokasikan remaja untuk pendidikan sekitar 7 jam perhari dengan pengorganisasian waktu belajar yang cukup baik antara kegiatan akademik maupun dalam menjalankan hobinya. Bertambahnya usia remaja membuat remaja lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk kegiatan sosial di lingkungannya. Lama perceraian ibu membuat remaja lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk pendidikan dan sedikit waktu luang remaja untuk menjalankan hobinya. Prestasi remaja dengan latar belakang keluarga bercerai berada pada kategori cukup (64%) dengan rentang nilai 65 sampai 79. Penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh akademik dan alokasi waktu dengan prestasi remaja. Status ibu bekerja membuat ibu kurang dapat memberikan pengawasan dalam kegiatan belajar remaja. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh akademik, alokasi waktu sosial dan pengorganisasian waktu remaja serta sedikit waktu yang dihabiskan remaja untuk waktu luangnya maka semakin baik pula persepsi remaja terkait prestasinya. Persepsi remaja terkait prestasi membuat anak meraih prestasi akademik (rapor) yang baik di sekolah. Saran Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pola asuh akademik tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik, sehingga diperlukan pemberian pola asuh yang lebih baik dari ibu kepada anak, ibu menyediakan waktu untuk kebutuhan pendidikan anak dan penyediaan fasilitas akademik agar prestasi akademik menjadi lebih baik. Remaja dapat mengatur waktunya lebih baik lagi untuk meningkatkan kegiatan pendidikan dan mengurangi waktu luang dalam menjalankan hobinya agar dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasi akademiknya. Sebaiknya penelitian selanjutnya tidak hanya melihat capaian prestasi akademik dari hasil rapor saja, tetapi dari prestasi non akademik juga, misalnya penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA Amal SH 1990. Sosialisasi dalam Keluarga : Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda. UI. Jakarta (ID). Amato PR. 2000. The consequences of divorce for adults and children. Journal of Marriage and the Family. 62. 1269-1287. Astawan M. 1985. Hubungan antara peranan ayah dalam mengasuh anak dengan prestasi belajar anak di Taman Kanak-Kanak Mexindo-Bogor [skripsi].
22
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. [Badilag] Badan Pengadilan Agama. 2010. www.badilag.net. [20 Oktober 2012] Bahren I. 2000. Jenis dan alokasi waktu kegiatan anak sekolah dasar pada sekolah favorit dan non favorit di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bandura A. 1995. Social Learning Theory. Prentice-Hall. New Jersey. Barber BL and Eccles JS. 1992. Long-term influence of divorce and single parenting on adolescent family and work-related values, behaviors, and aspirations. Psychological Bulletin. 111 (1), 108-126. Baskoro KA. 2008. Hubungan antara persepsi terhadap perceraian orang tua dengan optimisme masa depan pada remaja korban perceraian [skripsi]. Surakarta (ID). Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bochari I. 2012.Hubungan karakteristik keluarga, gender dan peer-group dengan kecerdasan musikal dan prestasi akademik siswa SMA di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bojuwoye O and Akpan O. 2009. Children’s reactions to divorce of parents. The Open Family Studies Journal. (2), 75-81. Bronfenbrenner U. 1979. The Ecology of Human Development. Harvard University Press. Cambridge. Cherlin AJ. 2002. Public and Private Families : An Introduction. Mc. Graw-Hill. New York. Cole K. 2004. Mendampingi Anak Menghadapi Perceraian Orang Tua. Jakarta (ID) : PT. Prestasi Pustakaraya. Darman S. 1984. Latar belakang keadaan gizi dan hubungannya dengan prestasi belajar serta persentasi matematika anak sekolah di Sekolah Dasar Negeri Cokroya Sari, Jawa Tengah [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Dehyadegary E et. al. 2012. Relationship between parenting style and academic achievement among Iranian adolescents in Sirjan. Asian Social Science 8 (1). Malaysia. Department of Human Development & Family Studies Faculty of Human Ecology, University Putra Malaysia (UPM). Elias H dan Yee HT. 2009. Relationship between perceived paternal and maternal parenting style and student academic achievement in selected secondary schools. European Journal of Sosial Sciences. 9 (2). Malaysia. Faculty of Educational Studies. University Putra Malaysia. Evans MD, Kelly J, and Wanner RA. 2001. Educational attainment of the children of divorce: Australia, 1940-90. Journal of Sociology , 37 , pp.275-297. Frankl V E. 1972. Man’s Search For Meaning : An Introduction to Logotherapy. Beacon Press. Boston. Gunarsa SD dan Gunarsa YS . 1979. Psikologi Remaja. Jakarta (ID): PT BPK Gunung Mulia. Gunarsa SD dan Gunarsa YS . 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta (ID): PT BPK Gunung Mulia.
23
Hastuti D. 2009. Pengasuhan: Teori dan Prinsip serta Aplikasinya di Indonesia. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Heydemans E. 2010. Pola asuh orang tua, konsep diri, motivasi diri, iklim sekolah, dan kesadaran emosi siswa SMP. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17 (2), hlm 108-116. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Istiwidayanti, Soedjarwo penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Developmental Psychology. Kim HS. 2011. Consequences of parental divorce for child development. A Journal of The American Sociological Association, 76 (3) , pp 487-511. Kordi A and Baharudin R. 2010. Parenting attitude and style and its effect on children’s school achievements. International Journal of Psycological Studies, 2 (2). Jeynes W. 2003. A Meta-Analysis: The Effects of Parental Involvement on Minority Children’s Academic Achievement. Education & Urban Society, 35 (2), 202-218. Koper C. 2005. Dampak perceraian orangtua terhadap penyesuaian diri remaja [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Mark R and Lucas. 1992. Explaining student achievement trends. Journal Educational. University of California Berkeley. Maryanti dan Rosmiani. 2007. Keluarga bercerai dan intensitas interaksi anak terhadap orang tuanya. Jurnal Harmoni Sosial, I (2). Medan (ID). Universitas Sumatra Utara. Mu’tadin. 2002. Strategy Coping. Http://www.e-psikologi.com.2002.html. [20 Oktober 2012]. Papalia DE, Olds SW. 1989. Human Development. Ed ke-4. USA. McGrawwHill, Inc. Price J et al. 2007. The time use of teenagers. (Tidak dipublikasi). Cornell University. Pryor J and Rodgers B. 2001. Children in changing families: Life after parental separation. Oxford, UK: Blackwell Publishers. Puspitasari F. 2008. Pengaruh faktor individu, keluarga, dan sekolah, terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar [skripsi]. Bogor (ID). Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Raley SB. 2006. Children's Time Use: Too Busy or Not Busy Enough. In S. Bianchi, J. P. Robinson & M. A. Milkie (Eds.), Changing Rhythms of American Family Life (pp. 142-156). New York (US): Russell Sage Foundation. Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Mila Rachmawati, Anna Kuswanti, penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Adolescence. [SIAK] Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Jawa Barat. 2011. www.jabarprov.go.id [28 Oktober 2012] Srinovita Y. 2011. Hubungan pola asuh dan ketersediaan alat stimulasi akademik dengan prestasi akademik remaja yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan pra sekolah. [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu
24
Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Suprihatin et al. 1992. Diktat Manajemen Sumberdaya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB. Syuaroh P. 1988. Pengaruh tingkat konsumsi dan alokasi waktu terhadap prestasi belajar santri yang tinggal di asrama dan luar asrama di Pondik Pesantren Islam Tarogong, Garut, Jawa Barat [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Wadsby M and Svedin CG. 1996. Academic achievement in children of divorce. Journal of School Psychology, 34 (4), pp. 325-336. Wallerstein and Blakeslee. 2003. Listening to children of divorce: new findings that diverge. Family Relation, 52 (4), pp. 385-396. Department of Psychology, Arizona State University.
Lampiran 1 Grand Theory Keluarga merupakan landasan unit kerjasama sosial dengan melibatkan orang tua, ayah dan ibu, untuk bekerja bersama dalam berkreasi, melakukan sosialisasi, dan mendidik anak-anaknya (Fukuyama 2000). Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Rice dan Tucker (1986) menyatakan bahwa fungsi keluarga juga meliputi fungsi ekspresif, yaitu memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan fisik termasuk moral, loyalitas, dan sosialisasi anak, dan fungsi instrumental yaitu manajemen sumberdaya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan keluarga melalui pro kreasi dan sosialisasi anak dan dukungan serta pengembangan anggota keluarga. Pengasuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya tidak terlepas dengan pembagian tugas antara ayah dan ibu. Akan tetapi dalam suatu keluarga terutama suami dan istri sebagai orang tua tidak selamanya mampu menjalankan peran fungsi-fungsi keluarga. Kondisi suatu keluarga akan terjadi konflik yang akhirnya akan menyebabkan adanya ketidaksepahaman, perselisihan, silang pendapat di antara keduanya dan juga akan berpengaruh kepada anggota keluarga lainnya sehingga menyebabkan kegoncangan dan ketidakharmonisan di dalam keluarga, kondisi ini disebut disharmonisasi keluarga, karena jika dalam keluarga suami dan istri bermasalah, maka seluruh interaksi orang tua dengan anak-anaknya juga akan berpengaruh sehingga kebahagiaan dalam keluarga akan mengalami hambatan (Retnowati 2007). Orang tua tunggal menjalankan pola pengasuhan yang kurang konsisten terutama dalam penerapan disiplin kepada anak. Tahap ini oleh para psikolog disebut authoritative parenting (Wallerstein dan Kelly dalam Cherlin, 2002). Teori pengasuhan ibu
tunggal pada keluarga bercerai dari Frankl (1972) mengemukakan bahwa seorang ibu tunggal sering mengalami ketimpangan dan kemiskinan dalam otoritas pengasuhan. Tidak adanya sosok seorang ayah menyebabkan ibu tunggal sering tidak konsisten dalam menjalankan disiplinnya. Hilangnya ayah sebagai sumber penghasilan keluarga menyebabkan ibu tunggal harus bekerja di luar rumah. Peran ganda yang dimainkan itu pada akhirnya tidak sesuai dengan waktu mengasuh anak, kondisi serta kemampuan yang dimilikinya. Tanpa disadari semua faktor tersebut menyebabkan ketimpangan dalam pola pengasuhan sehingga berpengaruh terhadap kesehatan mental seorang anak. Alokasi untuk anak yaitu (1) pekerjaan rumah tangga, (2) kegiatan sosial; (3) kegiatan pendidikan; (4) kegiatan pribadi; dan (5) kegiatan waktu luang. Waktu sebagai sumber daya pelajar tentu dapat digunakan untuk bersekolah dan belajar disamping kegiatan lainnya. Penggunaan waktu yang utama bagi pelajar adalah waktu untuk kegiatan belajar. Penambahan waktu untuk belajar diluar jam sekolah bermanfaat untuk menunjang keberhasilan pelajar di sekolah (Syuaroh 1988), sebab dengan memiliki waktu belajar tambahan, pelajar akan lebih memahami dan mengingat pelajaran di sekolah disamping sebagai sarana untuk latihan. Salah satu Teori Belajar yang dapat menjelaskan proses belajar seorang individu melalui lingkungannya adalah Teori Belajar Sosial yang dikemukakan oleh Bandura (1995). Senada dengan pandangan behaviorisme, Bandura menyatakan bahwa manusia menciptakan atau membentuk suatu perilaku melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Bandura dan teori Brofenbrenner, salah satu lingkungan yang paling berpengaruh terhadap proses belajar sosial seseorang adalah keluarga melalui komunikasi interpersonal. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan pertama bagi seorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar sosial serta membentuk perilaku dan kepribadiannya. 25
25
26 Lampiran 2 Ringkasan hasil studi Tahun 2003
2007
2012
Peneliti Judul William H. A Meta-Analysis: The Jeynes Effects of Parental Involvement on Minority Children’s Academic Achievement Joseph Price The Time Use of et. al Teenagers
Sampel Total subyek mendekati angka 12 000.
Hasil Keterlibatan orang tua memiliki dampak positif yang signifikan dalam seluruh hasil akademik. Hal ini menyatakan bahwa keterlibatan orang tua memiliki pengaruh terbesar untuk meningkatkan prestasi akademik.
Menggunakan data dari 2000 remaja usia 15 sampai 17 tahun, American Time Use Survey (ATUS)
Elham Relationship between Dehyadegary Parenting Style and et.al Academic Achievement among Iranian Adolescents in Sirjan.
Responden adalah 382 remaja SMA (251 perempuan dan 131 lakilaki) dalam rentang usia15 sampai 18 tahun dari sekolah tinggi terpilih di Iran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan ibu berpendidikan tinggi lebih menghabiskan lebih banyak waktu belajar dan makan malam dengan orang tua dan kurang waktu menonton televisi. Anak-anak dari orang tua tunggal menghabiskan lebih banyak waktu menonton televisi dan terlibat dalam tugas-tugas rumah tangga dan kurang waktu yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti pekerjaan rumah dan membaca. Remaja dengan orang tua tunggal menghabiskan lebih sedikit waktu belajar atau makan malam dengan orangtua, dan lebih banyak waktu untuk tidur, bekerja, dan tanpa pengawasan. Temuan kami menunjukkan bahwa beberapa jenis keluarga dapat menghadapi tantangan yang lebih besar dalam menghadapi anak remaja mereka untuk berpartisipasi dalam beberapa kegiatan, orangtua sering mendukung dalam hal belajar, mengurangi menonton televisi, makan malam dengan keluarga, dan cukup tidur. Temuan dari penelitian ini bahwa orang tua memiliki peran penting dalam menentukan tingkat prestasi akademik di kalangan remaja. Dengan demikian, orang tua yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dapat memberikan bimbingan yang lebih baik untuk perkembangan positif remaja mereka, terutama dalam prestasi akademik.
Tahun 2009
Peneliti Olaniyi Bojuwoye and Orok Akpan
Judul Children’s Reactions to Divorce of Parents
Sampel Peserta terdiri lima belas anak(9 anak perempuan dan anak laki-laki 6, dengan usia rata-rata14,4 tahun) dari sebuah sekolah dasar di pinggiran kota Durban, Afrika Selatan.
1992
Bonnie L. Barber dan Jacquelynne S. Eccles
Berdasarkan studi yang relevan terkait penelitian pada bercerai keluarga
2003
Wallerstein dan Blakeslee
Long-Term Influence of Divorce and Single Parenting on Adolescent Family and Work-Related Values, Behaviors, and Aspirations Listening to Children of Divorce: New Findings That Diverge
2009
Habibah Elias dan Tan Huey Yee
Relationship between Perceived Paternal and Maternal Parenting Styles and Student Academic Achievement in Selected Secondary Schools
Sebanyak 247 siswa sekolah
Anak sekolah dengan latar belakang keluarga bercerai
Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, status keuangan yang buruk dari orang tua mempengaruhi penyesuaian diri anak-anak dan juga dampak dari dinamika keluarga lain pada pascaperceraian. Status keuangan yang buruk sangat mempengaruhi rutinitas sehari-hari anak-anak, hubungan anak-anak dengan kehidupan sosial anak-anak dan upaya anak-anak untuk merencanakan dan membangun masa depan. Status ekonomi pada kategori miskin memberikan dampak negatif yang sangat kuat pada hampir semua aspek kehidupan anak-anak dan kesejahteraan. Performa akademis yang buruk, masalah perilaku dan putus dari sekolah sepenuhnya juga dikaitkan dengan status keuangan yang buruk dari orang tua. Anak remaja dari keluarga bercerai cenderung memiliki kesulitan belajar, sehingga nilai yang dicapai di sekolahnya rendah.
Perceraian membuat anak-anak merasa tidak aman atau membuat anak merasa bahwa masa depan akan suram dan mereka menjadi tak berdaya karena mereka takut bahwa sesuatu yang buruk bisa terjadi pada mereka. Menunjukkan bahwa gaya pengasuhan ibu yang dilakukan secara demokratis, permisif atau otoriter tidak berhubungan signifikan dengan prestasi akademik.
27
28 Judul Pola Asuh Orang Tua, Konsep Diri, Motivasi Diri, Iklim Sekolah, dan Kesadaran Emosi Siswa SMP Consequences of Parental Divorce for Child Development Parenting Attitude and Style and its Effect on Children’s School Achievements
Sampel Siswa kelas 1 dan 2 SMP Negeri di Kota Malang yang berjumlah 13.056 yang tersebar di 5 kecamatan. Contoh dari penelitian ini adalah siswa sekolah.
Marie Wadsby dan Carl Goran Svedin
Academic Achievement in Children of Divorce
Sebanyak 74 anak dari perceraian orang tua < 1 tahun, sampai dengan 5 tahun setelah perceraian.
Paul R. Amato
The Consequences of Divorce for Adults and Children
Tahun 2010
Peneliti Esther Heydemans
2011
Hyun Sik Kim
2010
Abdorreza Kordi dan Rozumah Baharudin
1996
2000
Siswa sekolah dengan latar belakang keluarga bercerai
Hasil Pola asuh orang tua dalam memberikan bimbingan, arahan, dan perhatian dengan tidak memaksa kehendak, melainkan memberi kasih sayang dan penghargaan sesuai dengan kebutuhan anak sehingga anak mampu mandiri dan turut dalam pengambilan keputusan. Secara khusus, anak-anak korban perceraian lebih cenderung mengalami kecemasan, kesepian, rendahnya harga diri, dan kesedihan. - Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan prestasi akademik. - Menunjukkan bahwa kepuasan orang tua dengan prestasi akademik anak-anak dikaitkan dengan persepsi kompetensi akademik anak dari kinerja sekolah. - Menunjukkan bahwa perceraian orang tua itu sendiri berarti tidak menunjukkan hubungan signifikan dapat memperburuk hasil akhir sekolah anak-anak. Selain itu, anak-anak dari keluarga bercerai tidak menunjukkan prestasi sekolah yang rendah, jika dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga utuh. - Penelitian Hammond (1979), Watts (1991), melaporkan tidak menemukan hubungan yang signifikan antara perceraian orang tua dengan nilai akhir anak-anak dari sekolah, terlepas dari waktu yang telah berlalu sejak perceraian. Anak dari keluarga bercerai menunjukkan rendah dalam hal akademik, tingkah laku, penyesuaian psikologis, konsep diri, dan kompetensi sosial.
Lampiran 3 Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Usia remaja (tahun) 12 18 13.68 Usia ibu (tahun) 30 50 41.08 Pendapatan (Rp) 300000 12000000 2995000 Pendapatan perkapita (Rp) 100000 4500000 985166.6 Lama perceraian (tahun) 0.3 18.0 6.526 Riwayat pernikahan 1 2 1.02 Usia menikah (tahun) 15 38 22.60 Besar keluarga (orang) 2 5 3.18 Pola asuh akademik 26 52 38.56 Pengorganisasian waktu 8 37 20.46 Persepsi prestasi 6 35 16.16 Alokasi waktu sosial (menit) 55 480 206.10 Alokasi waktu pendidikan 120 590 339.50 (menit) Alokasi waktu luang (menit) 150 480 323.50 Fasilitas akademik setelah 10 25 18.74 bercerai Prestasi belajar remaja (rapor) 64.51 86.50 78.31
SD 1.504 5.221 2855503.9 987758.8 4.5505 0.141 4.096 0.896 6.296 5.556 6.674 74.951 107.011 93.303 4.309 4.497
29
30 Lampiran 4 Validitas pola asuh akademik PAA1
PAA2
PAA3
PAA4
PAA5
PAA6
PAA7
PAA8
PAA9
PAA10
PAA11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PAA1 PAA2 PAA3 PAA4 PAA5 PAA6 PAA7 PAA8 PAA9 PAA10 PAA11 PAA12 PAA13 PAA14 PAA15 PAA16 PAA17 PAA18 TOT_PAA 1 .072 .260 .187 .193 .306* .260 .353* .353* .176 .257 .005 .202 -.033 .048 .389** -.056 .137 .431**
50 .072
.620 50 1
.069 50 .332*
.193 50 .099
.179 50 .318*
.031 50 .079
.068 50 .211
.012 50 .245
.012 50 .188
.220 50 .222
.072 50 .038
.974 50 -.118
.160 50 .078
.819 50 .125
.739 50 .268
.005 50 -.109
.702 50 .339*
.343 50 .372**
.002 50 .369**
.620 50 .260
50 .332*
.019 50 1
.494 50 .413**
.024 50 .262
.587 50 .305*
.142 50 .194
.086 50 .233
.191 50 .286*
.122 50 .449**
.793 50 .141
.415 50 .113
.591 50 .281*
.388 50 .080
.060 50 .409**
.453 50 .119
.016 50 -.047
.008 50 .148
.008 50 .532**
.069 50 .187
.019 50 .099
50 .413**
.003 50 1
.066 50 .395**
.031 50 .455**
.177 50 .365**
.104 50 .315*
.044 50 .178
.001 50 .441**
.328 50 .442**
.435 50 .345*
.048 50 .469**
.580 50 .359*
.003 50 .282*
.412 50 .138
.745 50 -.015
.304 50 .228
.000 50 .669**
.193 50 .193
.494 50 .318*
.003 50 .262
50 .395**
.004 50 1
.001 50 .452**
.009 50 .414**
.026 50 .377**
.217 50 .223
.001 50 .530**
.001 50 .332*
.014 50 .019
.001 50 .390**
.011 50 .491**
.048 50 .291*
.340 50 .046
.915 50 -.103
.111 50 .387**
.000 50 .644**
.179 50 .306*
.024 50 .079
.066 50 .305*
.004 50 .455**
50 .452**
.001 50 1
.003 50 .415**
.007 50 .581**
.120 50 .136
.000 50 .637**
.019 50 .432**
.897 50 .210
.005 50 .620**
.000 50 .385**
.040 50 .093
.751 50 .164
.476 50 -.163
.006 50 .264
.000 50 .696**
.031 50 .260
.587 50 .211
.031 50 .194
.001 50 .365**
.001 50 .414**
50 .415**
.003 50 1
.000 50 .656**
.345 50 .233
.000 50 .424**
.002 50 .398**
.143 50 .020
.000 50 .391**
.006 50 .195
.520 50 .245
.255 50 .180
.259 50 -.070
.064 50 .172
.000 50 .625**
.068 50 .353*
.142 50 .245
.177 50 .233
.009 50 .315*
.003 50 .377**
.003 50 .581**
50 .656**
.000 50 1
.103 50 .366**
.002 50 .490**
.004 50 .528**
.892 50 .063
.005 50 .531**
.174 50 .266
.086 50 .389**
.210 50 .213
.630 50 -.019
.231 50 .411**
.000 50 .739**
.012 50 .353*
.086 50 .188
.104 50 .286*
.026 50 .178
.007 50 .223
.000 50 .136
.000 50 .233
50 .366**
.009 50 1
.000 50 .204
.000 50 .204
.664 50 -.103
.000 50 .309*
.062 50 .010
.005 50 .265
.137 50 .255
.898 50 -.090
.003 50 .335*
.000 50 .442**
.012 50 .176
.191 50 .222
.044 50 .449**
.217 50 .441**
.120 50 .530**
.345 50 .637**
.103 50 .424**
.009 50 .490**
50 .204
.155 50 1
.156 50 .574**
.478 50 .249
.029 50 .478**
.944 50 .535**
.063 50 .320*
.074 50 .054
.534 50 .000
.017 50 .389**
.001 50 .784**
.220 50 .257
.122 50 .038
.001 50 .141
.001 50 .442**
.000 50 .332*
.000 50 .432**
.002 50 .398**
.000 50 .528**
.155 50 .204
50 .574**
.000 50 1
.081 50 .300*
.000 50 .515**
.000 50 .281*
.023 50 .344*
.711 50 .111
1.000 50 -.031
.005 50 .382**
.000 50 .687**
.072 50
.793 50
.328 50
.001 50
.019 50
.002 50
.004 50
.000 50
.156 50
.000 50
50
.034 50
.000 50
.048 50
.014 50
.444 50
.831 50
.006 50
.000 50
PAA12
PAA13
PAA14
PAA15
PAA16
PAA17
PAA18
TOT_PAA
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PAA1 PAA2 PAA3 PAA4 PAA5 PAA6 PAA7 PAA8 PAA9 PAA10 PAA11 PAA12 PAA13 PAA14 PAA15 PAA16 PAA17 PAA18 TOT_PAA .005 -.118 .113 .345* .019 .210 .020 .063 -.103 .249 .300* 1 .199 .227 .183 .057 -.210 -.018 .292* .974 50 .202
.415 50 .078
.435 50 .281*
.014 50 .469**
.897 50 .390**
.143 50 .620**
.892 50 .391**
.664 50 .531**
.478 50 .309*
.081 50 .478**
.034 50 .515**
50 .199
.166 50 1
.113 50 .114
.204 50 .125
.696 50 .324*
.143 50 -.060
.899 50 .148
.040 50 .661**
.160 50 -.033
.591 50 .125
.048 50 .080
.001 50 .359*
.005 50 .491**
.000 50 .385**
.005 50 .195
.000 50 .266
.029 50 .010
.000 50 .535**
.000 50 .281*
.166 50 .227
50 .114
.432 50 1
.387 50 .233
.022 50 -.309*
.678 50 .020
.304 50 .280*
.000 50 .449**
.819 50 .048
.388 50 .268
.580 50 .409**
.011 50 .282*
.000 50 .291*
.006 50 .093
.174 50 .245
.062 50 .389**
.944 50 .265
.000 50 .320*
.048 50 .344*
.113 50 .183
.432 50 .125
50 .233
.103 50 1
.029 50 .002
.889 50 -.029
.049 50 .332*
.001 50 .499**
.739 50 .389**
.060 50 -.109
.003 50 .119
.048 50 .138
.040 50 .046
.520 50 .164
.086 50 .180
.005 50 .213
.063 50 .255
.023 50 .054
.014 50 .111
.204 50 .057
.387 50 .324*
.103 50 -.309*
50 .002
.991 50 1
.839 50 -.143
.019 50 .038
.000 50 .295*
.005 50 -.056
.453 50 .339*
.412 50 -.047
.340 50 -.015
.751 50 -.103
.255 50 -.163
.210 50 -.070
.137 50 -.019
.074 50 -.090
.711 50 .000
.444 50 -.031
.696 50 -.210
.022 50 -.060
.029 50 .020
.991 50 -.029
50 -.143
.322 50 1
.795 50 -.041
.038 50 -.001
.702 50 .137
.016 50 .372**
.745 50 .148
.915 50 .228
.476 50 .387**
.259 50 .264
.630 50 .172
.898 50 .411**
.534 50 .335*
1.000 50 .389**
.831 50 .382**
.143 50 -.018
.678 50 .148
.889 50 .280*
.839 50 .332*
.322 50 .038
50 -.041
.778 50 1
.996 50 .505**
.343 50 .431**
.008 50 .369**
.304 50 .532**
.111 50 .669**
.006 50 .644**
.064 50 .696**
.231 50 .625**
.003 50 .739**
.017 50 .442**
.005 50 .784**
.006 50 .687**
.899 50 .292*
.304 50 .661**
.049 50 .449**
.019 50 .499**
.795 50 .295*
.778 50 -.001
50 .505**
.000 50 1
.002
.008
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
.000
.000
.040
.000
.001
.000
.038
.996
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Keterangan : PAA = Pola Asuh Akademik Reliability PAA Cronbach's Alpha .843
N of Items 18
31
32 Lampiran 5 Validitas pengorganisasian waktu PW1 PW1
Pearson Correlation
PW2 1
Sig. (2-tailed) N PW2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PW3
PW11
PW12
PW13
PW14
PW15
TOT_PW
.321*
.213
.055
.433**
.419**
.482**
.151
.543** .000
.430
.002
.023
.022
.854
.390
.010
.023
.138
.702
.002
.002
.000
.295
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
-.114
1
.032
-.146
-.045
.076
-.111
-.070
.208
.248
-.152
-.068
-.219
-.016
-.054
.113
.828
.312
.759
.600
.443
.629
.148
.082
.291
.640
.126
.910
.709
.435
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
1
**
.271
.232
.169
**
**
**
.117
**
**
**
.221
.725** .000
.430 50
50
.002
.057
.105
.242
.003
.001
.005
.419
.000
.001
.000
.124
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.321*
-.146
.434**
1
.141
.475**
.139
.259
.240
.184
.206
.440**
.408**
.308*
.437**
.615**
.023
.312
.002
.328
.000
.335
.069
.093
.201
.150
.001
.003
.029
.002
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.322*
-.045
.271
.141
1
.182
-.028
.000
.304*
-.025
.206
.235
.290*
.341*
.310*
.445**
.022
.759
.057
.328
.207
.847
1.000
.032
.862
.150
.101
.041
.015
.028
.001
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.027
.076
.232
.475**
.182
1
.358*
.271
.292*
.027
.387**
.140
.218
.368**
.296*
.547**
Sig. (2-tailed)
.854
.600
.105
.000
.207
.011
.057
.039
.852
.005
.330
.128
.009
.037
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.124
-.111
.169
.139
-.028
.358*
1
.349*
.235
.183
.203
.296*
.222
.247
.244
.449**
Sig. (2-tailed)
.390
.443
.242
.335
.847
.011
.013
.100
.203
.156
.037
.122
.084
.087
.001
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.362**
-.070
.416**
.259
.000
.271
.349*
1
.348*
.237
-.042
.347*
.407**
.440**
.026
.527**
.010
.629
.003
.069
1.000
.057
.013
.013
.098
.773
.013
.003
.001
.856
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.321*
.208
.454**
.240
.304*
.292*
.235
.348*
1
.247
.086
.531**
.401**
.528**
.097
.670**
.023
.148
.001
.093
.032
.039
.100
.013
.084
.553
.000
.004
.000
.505
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.213
.248
.394**
.184
-.025
.027
.183
.237
.247
1
.112
.300*
.138
.093
.035
.445**
Sig. (2-tailed)
.138
.082
.005
.201
.862
.852
.203
.098
.084
.437
.034
.339
.521
.807
.001
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N PW11
PW10
.362**
50
N
PW10
PW9
.124
50
N
PW9
PW8
.027
.828
Sig. (2-tailed)
PW8
PW7
.322*
50
N
PW7
PW6
.321*
.002
Sig. (2-tailed)
PW6
PW5
.437**
.032
Pearson Correlation N
PW5
PW4
-.114
**
Sig. (2-tailed) PW4
PW3
.437
.434
.416
.454
.394
.691
.463
.563
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.055
-.152
.117
.206
.206
.387**
.203
-.042
.086
.112
1
-.023
.174
.216
.185
.344*
Sig. (2-tailed)
.702
.291
.419
.150
.150
.005
.156
.773
.553
.437
.875
.227
.131
.197
.014
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
N
50
PW1 PW12
PW6
PW7
PW8
PW9
PW10
PW11
PW12
PW13
PW14
PW15
TOT_PW
.235
.140
.296*
.347*
.531**
.300*
-.023
.002
.640
.000
.001
.101
.330
.037
.013
.000
.034
.875
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.419**
-.219
.463**
.408**
.290*
.218
.222
.407**
.401**
.138
.174
.560**
.002
.126
.001
.003
.041
.128
.122
.003
.004
.339
.227
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.482**
-.016
.563**
.308*
.341*
.368**
.247
.440**
.528**
.093
.216
.513**
.444**
.000
.910
.000
.029
.015
.009
.084
.001
.000
.521
.131
.000
.001
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.151
-.054
.221
.437**
.310*
.296*
.244
.026
.097
.035
.185
.324*
.321*
.014
1
.466**
Sig. (2-tailed)
.295
.709
.124
.002
.028
.037
.087
.856
.505
.807
.197
.022
.023
.924
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.543**
.113
.725**
.615**
.445**
.547**
.449**
.527**
.670**
.445**
.344*
.713**
.659**
.671**
.466**
1
.000
.435
.000
.000
.001
.000
.001
.000
.000
.001
.014
.000
.000
.000
.001
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N TOT_PW
PW5
.440**
Sig. (2-tailed)
PW15
PW4
.691**
N
PW14
PW3
-.068
Sig. (2-tailed) PW13
PW2
.433**
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
.560**
.513**
.324*
.713**
.000
.000
.022
.000
50
50
50
50
1
.444**
.321*
.659**
.001
.023
.000
50
50
50
1
.014
.671**
.924
.000
.001
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Keterangan : PW = Pengorganisasian waktu
Reliability PW Cronbach's Alpha .795
N of Items 15
33
34 34 Lampiran 6 Validitas persepsi prestasi PP1 PP1
Pearson Correlation
PP2 1
Sig. (2-tailed) N PP2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PP3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PP4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PP5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PP6
.520**
.494**
PP8 .242
PP9 .346*
PP10 .320*
PP11 .197
PP12 .689**
PP13 .170
PP14 .225
PP15 .307*
TOT_PP .693** .000
.008
.014
.000
.001
.000
.000
.090
.014
.024
.171
.000
.238
.117
.030
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.369**
1
.358*
.444**
.213
.443**
.305*
.359*
.455**
.256
.155
.514**
.331*
.499**
.575**
.722**
.011
.001
.137
.001
.031
.010
.001
.072
.283
.000
.019
.000
.000
.000
.008 50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.346*
.358*
1
.726**
.661**
.455**
.331*
.506**
.253
.082
-.080
.411**
.035
.219
.240
.607**
.014
.011
.000
.000
.001
.019
.000
.077
.569
.583
.003
.812
.127
.093
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.527**
.444**
.726**
1
.724**
.547**
.547**
.484**
.278
.238
-.035
.550**
.028
.147
.278
.713**
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.050
.096
.808
.000
.847
.310
.051
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.453**
.213
.661**
.724**
1
.462**
.391**
.403**
.164
.031
-.213
.355*
-.136
-.038
.013
.467**
.001
.137
.000
.000
.001
.005
.004
.255
.831
.138
.011
.347
.794
.928
.001
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.455**
.547**
.462**
1
.430**
.308*
.402**
.295*
-.102
.578**
-.038
.294*
.359*
.669**
.000
.001
.001
.000
.001
.002
.029
.004
.037
.482
.000
.792
.038
.010
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.494**
.305*
.331*
.547**
.391**
.430**
1
.454**
.300*
.016
-.081
.544**
-.077
-.009
.252
.563**
.000
.031
.019
.000
.005
.002
.001
.035
.914
.575
.000
.596
.949
.078
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.242
*
**
**
**
*
**
1
*
-.063
-.130
**
-.028
-.034
.245
.493**
Sig. (2-tailed)
.090
.010
.000
.000
.004
.029
.001
.036
.663
.368
.007
.844
.813
.086
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.346*
.455**
.253
.278
.164
.402**
.300*
.297*
1
.057
.179
.581**
.248
.375**
.450**
.630**
.014
.001
.077
.050
.255
.004
.035
.036
.693
.213
.000
.083
.007
.001
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.320*
.256
.082
.238
.031
.295*
.016
-.063
.057
1
.253
.250
.131
.428**
.199
.408**
.024
.072
.569
.096
.831
.037
.914
.663
.693
.077
.079
.364
.002
.166
.003
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N PP11
PP7
.453**
50
N
PP10
PP6
.527**
.443**
Sig. (2-tailed)
PP9
PP5
.346*
50
N
PP8
PP4
.369**
.520**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
PP7
PP3
.359
.506
.484
.403
.308
.454
.297
.377
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.197
.155
-.080
-.035
-.213
-.102
-.081
-.130
.179
.253
1
.133
.809**
.066
.344*
.324*
Sig. (2-tailed)
.171
.283
.583
.808
.138
.482
.575
.368
.213
.077
.358
.000
.648
.014
.022
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
N
50
PP12
PP1
PP2
PP3
PP4
PP5
PP6
PP7
PP8
PP9
PP10
PP11
PP12
PP13
PP14
PP15
TOT_PP
.689**
.514**
.411**
.550**
.355*
.578**
.544**
.377**
.581**
.250
.133
1
.148
.264
.435**
.779**
.000
.000
.003
.000
.011
.000
.000
.007
.000
.079
.358
.306
.064
.002
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.170
.331*
.035
.028
-.136
-.038
-.077
-.028
.248
.131
.809**
.148
1
.295*
.528**
.434**
Sig. (2-tailed)
.238
.019
.812
.847
.347
.792
.596
.844
.083
.364
.000
.306
.038
.000
.002
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation
.225
.499**
.219
.147
-.038
.294*
-.009
-.034
.375**
.428**
.066
.264
.295*
1
.510**
.501**
Sig. (2-tailed)
.117
.000
.127
.310
.794
.038
.949
.813
.007
.002
.648
.064
.038
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.307*
.575**
.240
.278
.013
.359*
.252
.245
.450**
.199
.344*
.435**
.528**
.510**
1
.688**
.030
.000
.093
.051
.928
.010
.078
.086
.001
.166
.014
.002
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
.693**
.722**
.607**
.713**
.467**
.669**
.563**
.493**
.630**
.408**
.324*
.779**
.434**
.501**
.688**
1
.000
.000
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.003
.022
.000
.002
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PP13
N PP14
N PP15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOT_PP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Keterangan : PP = Persepsi prestasi
Reliability PP Cronbach's Alpha .848
N of Items 15
35
36
Lampiran 7 Pola asuh akademik Pola Asuh Akademik a. tidak usah belajar di rumah b. kapan saja jika ada waktu c. ada waktu khusus untuk belajar Berapa lama waktu belajar kamu di rumah? a. < 1 jam b. 1-2 jam sehari c. >2 jam sehari Berapa kali dalam sehari kamu mengulang pelajaran dari sekolah? a. tidak pernah b. 1 kali c. > 1 kali Apakah orang tua kamu menemani kamu belajar di rumah? a. tidak pernah b. 1 kali c. > 1 kali Bagaimana cara orang tua kamu membimbing kamu belajar? a. memaksa b. hanya menemani (diam saja) c. aktif membantu mengulang pelajaran Apa yang dilakukan orang tua kamu selama kamu belajar? a. benar-benar meninggalkan saya belajar sendirian b. meninggalkan saya belajar sendirian namun tetap mengawasi c. menemani hingga saya selesai belajar Apabila orang tua kamu sedang sibuk dengan pekerjaannya, apakah a. tidak kamu dapat bertanya mengenai pelajaran yang kamu tidak b. hanya sesekali ditanggapi mengerti? c. ya, orangtua bersedia membantu Apa yang dilakukan orang tua kamu jika kamu kesulitan memahami a. diam saja pelajaran? b. menyuruh saya membaca buku lagi c. membantu saya memahami pelajaran Apabila kamu tetap kesulitan memahami pelajaran padahal orang a. memarahi saya tua kamu sudah menjelaskan, apa yang mereka lakukan? b. menyuruh saya bertanya pada orang lain (kakak, guru les, saudara) c. menjelaskan lagi dengan penuh kesabaran Siapa yang membantu/mengawasi kamu mengerjakan tugas atau PR a. tidak ada di rumah? b. oranglain (kakak, guru les, saudara) c. orang tua Mengapa mereka membantu atau mengawasi kamu belajar? a. hanya sekadar mengawasi saja b. agar tugas/PR lebih cepat selesai c. agar dapat mengkoreksi jawaban saya jika salah Apa yang dilakukan orang tua kamu jika kamu sudah selesai a. diam saja mengerjakan tugas/PR? b. bertanya apakah saya mengalami kesulitan dalam mengerjakannya c. memuji saya Bagaimana cara menentukan waktu belajar kamu di rumah?
n 1 30 19 13 30 7 8 27 15 18 19 13 9 25 16 14 24 12 11 20 19 2 27 21 2 27 21 19 12 19 24 10 16 12 29 9
% 2 60 38 26 60 14 16 54 30 36 38 26 18 50 32 28 48 24 22 40 38 4 54 42 4 54 42 38 24 38 48 20 32 24 58 18
Pola Asuh Akademik Apa yang dilakukan orang tua kamu jika mengetahui kamu akan ada a. diam saja ulangan? b. menyuruh dan mengawasi saya belajar c. menyuruh dan membantu saya belajar Apakah orang tua kamu memeriksa hasil ulangan kamu? a. tidak pernah b. sesekali memeriksa c. ya, selalu Apa yang orang tua kamu lakukan jika menerima rapor? a. hanya melihatnya saja tanpa memberi tanggapan b. memarahi saya jika hasil prestasi belajar saya jelek c. mengevaluasi keseluruhan hasil prestasi belajar saya di sekolah Dimanakah tempat kamu biasa belajar di rumah? a. dimana saja (kamar) b. ruang keluarga c. ruang khusus belajar (meja belajar) Bagaimana reaksi orangtua kamu jika kamu mendapatkan nilai a. diam saja ulangan yang rendah? b. menasehati secara halus c. menyuruh lebih giat dan mengawasi belajar Apakah orangtua kamu puas dengan hasil belajar kamu? a. Tidak pernah puas b. Kadang-kadang c. Ya, selalu
n 0 32 18 2 28 20 2 23 25 36 2 12 0 23 27 1 36 13
% 0 64 36 4 56 40 4 46 50 72 4 24 0 46 54 2 72 26
Lampiran 8 Pengorganisasian waktu Pengorganisasian Waktu Memanfaatkan waktu untuk belajar Mengikuti bimbingan belajar Mengulang kembali pelajaran di rumah Membuat jadwal kegiatan Mengunjungi perpustakaan sekolah Dapat membagi waktu untuk kegiatan di rumah maupun untuk teman Dapat membagi waktu antara kegiatan belajar dengan kegiatan lain (organisasi, ekskul, dll) Selalu mengerjakan tugas/PR di rumah Selalu memiliki waktu belajar setiap hari Mempunyai waktu untuk keluarga
SS (%) 2 4 2 6 4
S (%) 12 30 24 20 26
KD (%) 80 22 72 44 46
TP (%) 6 44 2 30 24
8
56
36
0
14
50
34
2
10 10 20
40 50 38
50 36 40
0 4 2
37
38
Pengorganisasian Waktu Mempunyai waktu untuk menjalankan hobi Jadwal rutin belajar Membaca buku pelajaran di rumah Merangkum materi pelajaran Mengunjungi toko buku
SS(%) 12 6 16 4 4
S(%) 38 22 20 16 14
KD(%) 48 60 58 74 64
TP(%) 2 12 6 6 16
Keterangan: SS= sangat sering, S= sering, KD= kadang-kadang, TP= tidak pernah.
Lampiran 9 Persepsi prestasi Persepsi Prestasi Akademik Mendapatkan nilai tertinggi Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Mendapat nilai PR diatas 80 Mendapatkan rata-rata rapor tinggi (>80) pada lebih dari satu mata pelajaran Mendapatkan nilai ulangan harian yang baik (>80) Mendapatkan beasiswa/penghargaan atas prestasi di sekolah Mendapatkan peringkat sepuluh besar Berusaha mempertahankan nilai agar diterima di sekolah favorit Mendapatkan kesempatan menjadi ketua panitia Meraih prestasi di bidang seni Meraih prestasi di bidang olah raga Mengikuti lomba akademik Mengikuti lomba non akademik di bidang olah raga Mengikuti lomba non akademik di bidang olah raga Meraih prestasi berkat keterampilan/bakat yang dimiliki
SS (%) 4 10 20
S (%) 26 34 42
KD (%) 70 56 38
TP (%) 0 0 0
4
42
52
2
6
50
44
0
4
6
22
68
12
22
34
32
26
50
22
2
4 4 2 2 4 4 2
14 12 16 12 24 6 26
44 26 24 24 20 24 28
38 58 58 62 52 66 44
Keterangan: SS= sangat sering, S= sering, KD= kadang-kadang, TP= tidak pernah.
Lampiran 10 Hubungan karakteristik keluarga, karakteristik remaja dengan pola asuh akademik usia_anak
usia_ibu
pendptn
lam_cerai
riw_nikah
u_nikah
jak
jk_anak
stat_pekeribu
pendidikan
TOT_PAA
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
usia_anak 1
usia_ibu .396** .004 50 50 .396** 1 .004 50 50 -.089 .028 .541 .849 50 50 .409** .296* .003 .037 50 50 .318* .025 .024 .861 50 50 -.028 .384** .848 .006 50 50 .074 .429** .610 .002 50 50 -.011 -.240 .940 .093 50 50 .113 .138 .435 .339 50 50 -.165 .006 .253 .968 50 50 -.244 -.194
pendptn -.089 .541 50 .028 .849 50 1 50 -.295* .037 50 -.050 .729 50 .129 .372 50 .086 .550 50 .032 .827 50 -.169 .241 50 .505** .000 50 -.075
lam_cerai .409** .003 50 .296* .037 50 -.295* .037 50 1 50 .237 .097 50 .146 .312 50 -.282* .047 50 -.267 .061 50 -.079 .587 50 -.259 .069 50 .171
riw_nikah .318* .024 50 .025 .861 50 -.050 .729 50 .237 .097 50 1 50 -.162 .261 50 -.190 .186 50 .117 .420 50 -.042 .771 50 -.032 .828 50 -.127
u_nikah -.028 .848 50 .384** .006 50 .129 .372 50 .146 .312 50 -.162 .261 50 1 50 -.097 .504 50 -.312* .027 50 .065 .652 50 .400** .004 50 .121
jak .074 .610 50 .429** .002 50 .086 .550 50 -.282* .047 50 -.190 .186 50 -.097 .504 50 1 50 .028 .849 50 .189 .188 50 .098 .500 50 -.289*
jk_anak -.011 .940 50 -.240 .093 50 .032 .827 50 -.267 .061 50 .117 .420 50 -.312* .027 50 .028 .849 50 1 50 -.060 .678 50 -.239 .095 50 -.228
stat_pekeribu .113 .435 50 .138 .339 50 -.169 .241 50 -.079 .587 50 -.042 .771 50 .065 .652 50 .189 .188 50 -.060 .678 50 1 50 -.065 .653 50 -.097
pendidikan -.165 .253 50 .006 .968 50 .505** .000 50 -.259 .069 50 -.032 .828 50 .400** .004 50 .098 .500 50 -.239 .095 50 -.065 .653 50 1 50 .038
.088
.177
.604
.236
.378
.402
.041
.111
.501
.791
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
TOT_PAA -.244 .088 50 -.194 .177 50 -.075 .604 50 .171 .236 50 -.127 .378 50 .121 .402 50 -.289* .041 50 -.228 .111 50 -.097 .501 50 .038 .791 50 1 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
39
40
Lampiran 11 Hubungan karakteristik keluarga, karakteristik remaja dengan alokasi waktu usia_anak
usia_ibu
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
usia_anak usia_ibu pendptn lam_cerai 1 .396** -.089 .409** .004 .541 .003 50 50 50 50 .396** 1 .028 .296*
riw_nikah .318* .024 50 .025
u_nikah jak pendidikan stat_pekeribu jk_anak aw_sos aw_pend aw_luang -.028 .074 -.165 .113 -.011 .339* .276 -.135 .848 .610 .253 .435 .940 .016 .053 .352 50 50 50 50 50 50 50 50 .384** .429* .006 .138 -.240 .251 .095 .010 *
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.004 50 -.089 .541 50 .409**
50 .028 .849 50 .296*
50 -.295*
.037 50 -.295* .037 50 1
Sig. (2-tailed) N riw_nikah Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N u_nikah Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jak Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N pendidikan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N stat_pekeribu Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jk_anak Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aw_sos Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aw_pend Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aw_luang Pearson Correlation
.003 50 .318* .024 50 -.028 .848 50 .074 .610 50 -.165 .253 50 .113 .435 50 -.011 .940 50 .339* .016 50 .276 .053 50 -.135
.037 50 .025 .861 50 .384** .006 50 .429** .002 50 .006 .968 50 .138 .339 50 -.240 .093 50 .251 .079 50 .095 .513 50 .010
.037 50 -.050 .729 50 .129 .372 50 .086 .550 50 .505** .000 50 -.169 .241 50 .032 .827 50 -.121 .402 50 .057 .693 50 .078
50 .237 .097 50 .146 .312 50 -.282* .047 50 -.259 .069 50 -.079 .587 50 -.267 .061 50 .322* .023 50 .389** .005 50 -.397**
50 -.162 .261 50 -.190 .186 50 -.032 .828 50 -.042 .771 50 .117 .420 50 .094 .514 50 .108 .455 50 -.083
.352
.944
.591
.004
.569
.983
.249
.361
.669
50
50
50
50
50
50
50
50
50
pendptn
lam_cerai
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.849 50 1
.861 50 -.050 .729 50 .237
.006 50 .129 .372 50 .146
.097 50 1
.312 50 -.162 .261 50 1
.002 50 .086 .550 50 .282* .047 50 -.190 .186 50 -.097 .504 50 1
50 -.097 .504 50 50 .400** .098 .004 .500 50 50 .065 .189 .652 .188 50 50 -.312* .028 .027 .849 50 50 .267 -.027 .061 .850 50 50 -.025 .019 .863 .897 50 50 .003 .166
.968 50 .505** .000 50 -.259
.339 50 -.169 .241 50 -.079
.093 50 .032 .827 50 -.267
.079 50 -.121 .402 50 .322*
.513 50 .057 .693 50 .389**
.944 50 .078 .591 50 -.397**
.069 50 -.032 .828 50 .400** .004 50 .098 .500 50 1
.587 50 -.042 .771 50 .065 .652 50 .189 .188 50 -.065 .653 50 1
.061 50 .117 .420 50 -.312* .027 50 .028 .849 50 -.239 .095 50 -.060 .678 50 1
.023 50 .094 .514 50 .267 .061 50 -.027 .850 50 -.015 .920 50 .084 .562 50 -.121 .401 50 1
.005 50 .108 .455 50 -.025 .863 50 .019 .897 50 -.072 .620 50 .032 .826 50 -.100 .491 50 -.112 .438 50 1
.004 50 -.083 .569 50 .003 .983 50 .166 .249 50 .132 .361 50 -.062 .669 50 .024 .866 50 -.263 .065 50 -.492** .000 50 1
50 -.065 .653 50 -.239 .095 50 -.015 .920 50 -.072 .620 50 .132
50 -.060 .678 50 .084 .562 50 .032 .826 50 -.062
50 -.121 .401 50 -.100 .491 50 .024
50 -.112 .438 50 -.263
50 -.492**
.866
.065
.000
50
50
50
50
Lampiran 12 Hubungan pola asuh akademik, alokasi waktu, dengan prestasi remaja aw_sos
aw_pend
aw_luang
aw_pri
aw_rt
TOT_PAA
TOT_PW
TOT_PPA
Tot_rapot
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
aw_sos aw_pend aw_luang 1 -.112 -.263 .438 .065 50 50 50 -.112 1 -.492** .438 .000 50 50 50 -.263 -.492** 1 .065 .000 50 50 50 -.277 -.493** -.070 .051 .000 .629 50 50 50 -.156 -.075 -.266 .278 .607 .062 50 50 50 .102 .080 -.345* .480 .579 .014 50 50 50 .145 .119 -.416** .315 .411 .003 50 50 50 .296* .077 -.390** .037 .593 .005 50 50 50 -.031 .010 -.086
aw_pri -.277 .051 50 -.493** .000 50 -.070 .629 50 1 50 -.195 .175 50 .153 .288 50 .115 .427 50 .056 .697 50 .161
aw_rt -.156 .278 50 -.075 .607 50 -.266 .062 50 -.195 .175 50 1 50 .003 .986 50 .088 .546 50 .025 .864 50 -.056
TOT_PAA .102 .480 50 .080 .579 50 -.345* .014 50 .153 .288 50 .003 .986 50 1 50 .746** .000 50 .457** .001 50 .070
TOT_PW .145 .315 50 .119 .411 50 -.416** .003 50 .115 .427 50 .088 .546 50 .746** .000 50 1 50 .690** .000 50 .135
TOT_PPA .296* .037 50 .077 .593 50 -.390** .005 50 .056 .697 50 .025 .864 50 .457** .001 50 .690** .000 50 1 50 .403**
.831
.942
.552
.264
.700
.628
.351
.004
50
50
50
50
50
50
50
50
Tot_rapot -.031 .831 50 .010 .942 50 -.086 .552 50 .161 .264 50 -.056 .700 50 .070 .628 50 .135 .351 50 .403** .004 50 1 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
41
42
43
RIWAYAT PENULIS Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 26 April 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Kosasih Idja Suhardja dan Mimin Arminah. Penulis memiliki satu kakak perempuan, satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan. Pendidikan dasar penulis diselesaikan di SDN Kebon Pedes 3 pada tahun 2003. Kemudian menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 8 Kota Bogor pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis menamatkan sekolah menengah atas di SMA Plus YPHB Kota Bogor. Pada tahun 2009 penulis diterima dan melanjutkan pendidikan tinggi strata satu di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi kemahasiswaan diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) masa kepengurusan 2010-2011 dan staf HRD di Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) masa kepengurusan 2010-2011. Penulis memiliki prestasi yaitu pemenang juara III lomba Essay dalam rangka Hari Keluarga di Institut Pertanian Bogor.
43