HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA
HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI Siska Damayanti Sari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan Madura ABSTRACT Control of dengue fever emphasis on mosquito control (Aedes aegypti) is useful to break the chain of transmission in addition to early warning in cases of dengue fever and reduce mortality that may arise as a result of the disease. This research includes analytical observational study with cross sectional approach. The population used in the home are all working areas Ketapang Harbor Banyuwangi in the period from January 2012 s / d April 2012 some 210 houses. In this study, the sample size used was 138 houses by using simple random sampling. The result of this is reseach most respondents have a negative larvae number 134 respondents or 97.1%. Most of the respondents have less behavior amounted PSN 131 respondents or 94.9%. From the results of analysis Asymp.Sig value is 0.974, where the value is greater than the value of α (0.05), which shall mean that there is no relationship between the behavior of the PSN with the presence of mosquito larvae. Key words : behavior, dengue fever, larva
LATAR BELAKANG
dan berkembang pada daerah yang mempunyai kepadatan nyamuk Aedes aegypti, kepadatan penduduk serta mobilitas penduduk yang tinggi (WHO, 2003). Pengendalian penyakit demam berdarah dititik beratkan pada Pengendalian nyamuk penularnya (Aedes aegypti) yang berguna untuk memutus rantai penularan di samping kewaspadaan dini terhadap kasus demam berdarah serta mengurangi angka kematian yang mungkin timbul akibat penyakit tersebut. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida. Namun selama larvanya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Oleh karena itu dalam program Pengendalian penyakit demam berdarah penyemprotan insektisida untuk sesegera mungkin dilaksanakan untuk membatasi penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah, terbatas di lokasi yang mempunyai potensi berjangkit kejadian luar biasa atau wabah. Yang paling penting di program Pengendalian penyakit demam
Dalam rangka mempertinggi serta memelihara derajat kesehatan secara optimal maka pembangunan di bidang kesehatan sangat diperlukan karena menjadi salah satu modal pokok didalam mendukung pembangunan nasional saat ini. Interaksi kesehatan lingkungan atau environmental health dengan pembangunan dewasa ini maupun yang akan datang saling membawa pengaruh timbal balik satu sama lain. Untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, banyak faktor yang berpengaruh antara lain: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan masyarakat dan keturunan. Salah satu penyakit yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat yaitu penyakit demam berdarah dengue. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti(Soegeng S, 2006). Timbulnya mendadak dan bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya sehingga berpotensi tinggi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit tersebut mudah timbul
76
HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA
METODE PENELITIAN
berdarah ini adalah upaya membasmi larva nyamuk dengan melakukan 3M,karena tempat perindukan (breding place) yang disukai oleh Aedes aegypti adalah genangan air yang terdapat dalam suatu wadah/container bukan genangan air di atas yaitu menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya, menutup rapat tempat penampungan air dan mengubur/menyingkirkan barangbarang bekas yang dapat menampung air hujan seperti: kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain lain. Apabila kegiatan 3M yang dikenal dengan istilah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga dan lingkungannya masingmasing, maka penyakit ini dapat diberantas. Areal kerja dari Kantor Kesehatan Pelabuhan yaitu meliputi di dalam lingkungan pelabuhan serta diluar pelabuhan / yang disebut daerah buffer pelabuhan yaitu sekurangkurangnya 400 meter dari daerah perimeter pelabuhan. Index Aedes aegypti (house index) sedapat mungkin dipertahankan hingga kurang dari 1% di daerah buffer pelabuhan (menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 431/Menkes/SK/IV/2007). Tetapi berdasarkan laporan kegiatan pengamatan dan Pengendalian nyamuk Wilayah Kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada tahun 2009 jumlah rata- rata house index sebesar 3,36%, tahun 2010 sebesar 3,38%, dan pada tahun 2011 jumlah rata-ratanya 4,39%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kepadatan nyamuk Aedes aegypti di daerah buffer. Oleh karena itu maka Peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian mengenai hubungan perilaku PSN dengan keberadaan larva aedes aegypti di wilayah kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.
Penelitian ini termasuk penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional karena data dan fakta diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran terhadap gejala atau fenomena dari subyek penelitian dalam waktu yang bersamaan. Kemudian data yang diperoleh dianalisis guna mengetahui hubungan antara variabel penelitian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua rumah di Wilayah Kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada periode bulan Januari 2012 s/d April 2012 sejumlah 210 rumah.Pada penelitian ini besarnya sampel yang digunakan adalah 138 rumah dengan menggunakan simple random sampling. Observasi yaitu melaksanakan pengamatan langsung ke rumah/bangunan yang menjadi obyek penelitian. Wawancara yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan para responden (orang dewasa yang tinggal di tempat tersebut) untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan form pengamatan entomologi. Perilaku Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menekan populasi nyamuk, meliputi kegiatan pembersihan sarang nyamuk. Untuk mengetahui tingkat kegiatan PSN. pengukurannya dengan kuesioner, Jawaban pertanyaan faforable dengan menggunakan skala likert yaitu ya diberi skor 1, dan tidak diberi skor 0. Jawaban untuk pertanyaan unfaforable dengan menggunakan skala likert yaitu ya diberi skor 0 dan tidak diberi skor 1.
77
HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA
HASIL
atau 97,1%.Siklus kehidupan nyamuk Aedes aegypti dalam lingkungan air dimulai setelah nyamuk Aedes aegypti betina bertelur. Telur yang dihasilkan 10 – 100 butir setiap kali bertelur. Bentuk telur Aedes aegypti adalah bulat panjang seperti cerutu, warnanya kehitam-hitaman dan bersifat tahan kering. Telur tersebut diletakkan secara tersebar maupun berkelompok pada dinding tempat air pada bagian permukaan airnya atau pada batas air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi larva dalam waktu lebih kurang dua hari setelah telur terendam air.
Tabel 1 : Perilaku PSN pada masyarakat di Wilayah Kerja pelabuhan Ketapang Banyuwangi Perilaku PSN
%
Kurang Cukup Baik
3 131 4
2.2 94.9 2.9
Total
138
100.0
Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku PSN kurang berjumlah 131 responden atau 94,9%. Menurut Sri Rezeki (2002) dan kawan-kawan upaya Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue dititikberatkan pada Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dengan insektisida. Namun selama larvanya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Kegiatan 3 M yang dikenal dengan istilah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing- masing, maka penyakit ini dapat diberantas.
Tabel 3 : Tabulasi Silang Antara Perilaku PSN Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Jentik Nyamuk Negatif Jentik PSN
3 0 127 4 4 0 Total 134 4 Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar memiliki perilaku PSN cukup dengan negatif jentik nyamuk aedes aegypti berjumlah 127 responden. Siklus kehidupan nyamuk Aedes aegypti dalam lingkungan air dimulai setelah nyamuk Aedes aegypti betina bertelur. Telur yang dihasilkan 10 – 100 butir setiap kali bertelur. Bentuk telur Aedes aegypti adalah bulat panjang seperti cerutu, warnanya kehitam-hitaman dan bersifat tahan kering. Telur tersebut diletakkan secara tersebar maupun berkelompok pada dinding tempat air pada bagian permukaan airnya atau pada batas air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi larva dalam waktu lebih kurang dua hari setelah telur terendam air (Dep.Kes.RI,2005). Tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa
Tabel 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Keberadaan Jentik Nyamuk Keberadaan Jentik Nyamuk
%
Negatif 134 97.1 Jentik Positif Jentik 4 2.9 Total 138 100.0 Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki negatif jentik sejumlah 134 responden
78
Kurang Cukup Baik
Positif Jentik
HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA
di sebut kontainer dan bukan pada genangan-genangan air di tanah. Menurut Sri Rezeki (2002) dan kawankawan upaya Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue dititikberatkan pada Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dengan insektisida. Namun selama larvanya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Kegiatan 3 M yang dikenal dengan istilah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing- masing, maka penyakit ini dapat diberantas. Berdasarkan perbandingan ChiSquare Hitung dengan Chi-Square tabel, dari hasil analisis diperoleh ChiSquare Hitung sebesar 0.220, sementara diketahui bahwa nilai ChiSquare Tabel untuk α (0.05), db=3 sebesar 7.81. Karena Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel maka Ho diterima. Dari hasil analisis diketahui nilai Asymp.Sig adalah 0.974, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0.05). Dengan demikian diputuskan Ho diterima. Yang bearti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku PSN dengan keberadaan jentik nyamuk.
1. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhanmeningkatkan sosialisasi atau promosi kesehatan kepada masyarakat serta memperbaiki program yang sudah berjalan yaitu upaya pencegahan penyakit DBD. 2. Bagi Masyarakat mengikuti tiap kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan, selalu melaksanakan hidup bersih dan sehat, mau ikut berpartisipasi pelaksanaan kegiatan PSN. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian dengan lebih mendetail dan lebih sempurna. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keberadaan jentik di Wilayah Kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, Azis.(2009).Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data . Jakarta : Salemba Medika Arikunto S. (2002) .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ProsedurJakarta : Rineka cipta Eko sujianto, Agus .(2009).Aplikasi statistik SPPSS 16Jakarta : PT Prestasi Pustakarya. Natsir,Moh (2005) .Metodologi Penelitian, Bogor : Glacia Indonesia
KESIMPULAN Kesimpulan 1. Sebagian besar responden memiliki negatif jentik sejumlah 134 responden atau 97,1%. 2. Sebagian besar responden memiliki perilaku PSN kurang berjumlah 131 responden atau 94,9%. 3. Dari hasil analisis diketahui nilai Asymp.Sig adalah 0.974, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0.05) yang bearti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku PSN dengan keberadaan jentik nyamuk. Saran
79
HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA
Notoatmodjo,soekijo.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni . Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitiaan Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Edisi 1. Jakarta : salemba Medika Nursalam & Pariani. (2001). Pendekatan Praktis : Metodoligi Riset Penelitian Sagung Seto,jakarta Saryono. (2009).Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Cendekia
80