HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD TONGAS PROBOLINGGO TAHUN 2013 MARIA ANGELINA C S W 11002114 Subject: Paritas, Retensio Plasenta, Ibu Bersalin Description: Persalinan tidak semuanya berjalan normal, salah satunya adalah terjadinya retensio plasenta dalam proses persalinan. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya retensio plasenta adalah paritas. Ibu multipara lebih cenderung mengalami retensio plasenta dibandingkan dengan ibu primipara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Rancang bangun penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Variabel independen pada penelitian ini adalah paritas dan variabel dependennya adalah kejadian retensio plasenta. Populasi yaitu seluruh ibu bersalin berjumlah 579 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 237 responden. Penelitian dilakukan di ruang VK Bersalin RSUD Tongas Probolinggo pada tanggal 12 sampai 17 Mei 2014. Data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah : editing, coding, data entry dan tabulating. Analisa data menggunakan uji chi square Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil responden adalah primipara yaitu 121 orang (44,2%) dan rata-rata responden tidak mengalami retensio plasenta yaitu 148 orang (62,4%). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan ρ=0,00, dimana ρ<α. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian Retensio Plasenta Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian rentensio plasenta. Diharapkan hendaknya masyarakat bisa mematuhi program pemerintah yaitu keluarga berencana sehingga dapat berfikir secara rasional dalam mengatur jumlah anak dan mencegah secara dini resiko persalinan dan khususnya Retensio Plasentsa. ABSTRACT Not every deliveres run normal, one of them is the occurrence of retained placenta in the delivery process. One of the factors that led to the occurrence of retained placenta is parity. With parity multiparous mothers more likely to have retained plasenta than mothers with parity primiparous. This study aims to know the relationship of between parity the incidence of retained placenta in maternal. This type of research is analytic. The research design was cross-sectional. The independent variable in this study is the parity and the dependent variable was the incidence of retained placenta. The population was the entire maternal population totaling 579 respondents. The sampling technique used in this study is simple random sampling and obtained a sample of 237 respondents. The study was conducted at room VK Tongas 1
Kab.Probolinggo Maternity Hospital on May 12 to 17, 2014. Data collected was processed with the following steps: editing, coding, data entry and tabulating. Analysis of the data using the chi square test. The results showed a small proportion of parity primiparous that 121 people (44.2%) and the average of the respondents did experience a retained placenta that 148 people (62,4%). Based on the statistical test using the Chi-Square test is obtained ρ = 0.00, where ρ < α. It can be concluded that Ho refused and H1 accepted, which means there is a relationship between the incidence of retained placenta parity There is a significant association between parity and incidence of placenta rentensio. People should be expected to comply with the government's family planning program that can think rationally in regulating the number of children and prevent the risk of premature birth and in particular Plasentsa retained. Keywords: Parity, retained placenta, Mother Maternity
Contributor
: 1.Dian Irawati, S.K.M., M.Kes 2. Fifin Wijayanti, S.ST Date : 26 Juni2014 Type Material : LaporanPenelitian Permanen link : Right : Open document Summary : LATAR BELAKANG Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke jalan lahir ( Sumarah , 2009 ) . Akan tetapi tidak semua persalinan berjalan normal . Salah satunya adalah terjadinya retensio plasenta dalam proses persalinan. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi ( manuaba,Dkk,2010 ) . Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya retensio plasenta adalah paritas. Ibu dengan paritas multipara dapat menyebabkan kejadian retensio plsaenta sebesar 1,449 kali lipat dibandingkan dengan ibu dengan paritas primipara. Paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum . Hal ini disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi atonia uteri.atonia uteri pada ibu dengan paritas tinggi terjadi karena kondisi miometrium dan tonus ototnya sudah tidak baik lagi sehingga menimbulkan kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat impantasi plasenta yang akibatnya terjadi perdarahan postpartum ( Meilia , 2009 ) Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 67% (atonia uteri;23,88%, sisa plasenta ;19,40%, retensio plasenta;40,30% dan persalinan dengan laserasi jalan lahir;16,42%) . Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan ( Meilia , 2014 ). Jumlah kejadian setiap daerah tidak sama pada setiap daerah di indonesia, hal tersebut tampak pada survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di salah satu rumah sakit di Jawa Timur, yaitu tepatnya di RSUD Tongas Kab.Probolinggo pada 2
tanggal 21 Maret – 26 Maret 2014 , diketahui bahwa kejadian Retensio Plasenta meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 diketahui dari 802 Persalinan, 223 ibu (27%) mengalami HPP yang disebabkan oleh retensio plasenta , 37 (20,6%) diantaranya terjadi pada primipara, 132 (50,4%) terjadi pada multipara dan 54 (29%) terjadi pada grandemulti. Pada tahun 2012 ,dari 832 Persalinan, 249 (30%) ibu mengalami Retensio Plasenta , 39 (19,4%) diantaranya terjadi pada primipara, 141 (54,3%) terjadi pada multipara, 69(26,3%) terjadi pada grandemulti. Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta ( rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage)atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan ( Meiia,2014). Paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum. Pengaruh paritas sangat besar karena paritas yang banyak > 4 dengan usia ibu > 35 tahun dapat terjadi komplikasi pada kehamilan,persalinan nifas. Banyak sumber menyetujui bahwa ibu yang sebelumnya memiliki tiga bayi atau lebih beresiko tinggi mengalami retensio plasenta. Kejadian retensio plasenta juga berkaitan dengan grandemultipara dengan implantansi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive ,akreta, inkreta dan perkreta serta memerlukan tindakan plasenta manual segera bila terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang (Meiia,2014). Disamping itu plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar ,disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III,sehingga terjadii lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (Wiknjosastro,dkk,2005). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, plasenta inkarserata, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Manuaba,dkk,2010). Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat mengambil sikap dalam menghadapi retensio plasenta sebagai berikut : retensio plasenta dengan perdarahan langsung melakukan plasenta manual, memperhatikan keadaan umum penderita segera memasang infus dan memberikan transfusi , proteksi dengan antibiotika dan mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkoba (Manuaba,dkk,2010). Cara lainnya bahwa mendorong dan memicu lahirnya plasenta bisa dengan atur posisi jongkok,pengosongan kandung kemih, berjalan, tetap dalam posisi tegak, dll. Dari uraian diatas maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Hubungan paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta pada ibu bersalin di RSUD Tongas Kab.Probolinggo METODE PENELITIAN Penelitianinimenggunakanjenispenelitianpenelitian Analitik.Jenis rancangan bangun penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalahparitasdanvariabeldependendalampenelitianiniadalahretensio plasenta.Populasi penelitian ini adalah semuaseluruh ibu bersalin di RSUD Tongas Probolinggo Ruang VK 2013 579 responden.Pada tahun 2013 ibu bersalin di VK RSUD Tongas Kab.probolinggo berjumlah 237 persalinan sesuai kriteria sampel.Teknik sampling yang digunakanadalahprobability sampling tipe simple random sampling.Penelitian ini dilaksanakan diVK RSUD Tongas Kab.probolinggopadatanggal12 –17 Mei 2014.Teknikpengumpulan data menggunakan
3
data skunderdaninstrumenpenelitianmenggunakanlembar menggunakanujichi square.
checklist.Analisa
data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden berpendidikan SMA yaitu 100 orang (42,2%), sebagian besar responden tidak bekerja yaitu 135 orang (61,3%), sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu 121 orang (51,1%), sebagian besar paritas responden multipara yaitu 121 orang (51,1%), sebagianbesarrespondenterjadiretensio plasenta yaitu 148 orang (62,4%). Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square(cara perhitungan terlampir). Maka didapatkan hasil X² hitung > X² tabel yaitu 19,922>5,991 dengan derajat kemaknaan (ρ=0,00) yaitu uji signifikan secara statistik adalah 0,00 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara paritas dengan Kejadian Rentensio Plasenta. A. Paritas Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar paritas responden multipara yaitu 121 orang (51,1%). Menurut manuaba (1999) Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada kasus-kasus obstetrik yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun Paritas merupakan banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN,2010) sedangkan paritas diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu Nullipara : adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak sama sekali, Primipara perempuan yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup didunia luar. Multipara perempuan yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali. Grandemultipara perempuan yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2009) Sebagian besar responden paritasnya multipara yaitu rata-rata mempunyai 2-4 anak, paritas responden tidak lepas dari latar belakang pendidikanya, pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan cara berfikirnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden berpendidikan SMA yaitu 100 orang (42,2%). Pendidikan berarti bimbingan pendidikan pada seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang , maka makin mudah dalam menerima informasi , sehingga kemampuan ibu dalam berfikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berfikir rasional pada suatu hal yang ideal (Suparyanto,2010). Melalui data skunder diperoleh bahwa sebagian besar responden yang tingkat pendidikanya SMA telah mempunyai anak lebih dari dua, hal ini karena dengan pendidikan SMA responden masih berfikir bahwa banyak anak banyak rezeki, mereka belum mampu untuk berfikir rasional bahwa semakin banyak anak maka semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi jika hal ini tidak diimbangi dengan taraf ekonomi yang memadai maka sebuah keluarga akan jatuh miskin, karena belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari yang meliputi sadang, pangan dan tempat tinggal.
4
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu 135 orang (61,3%). Kenyataanya di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo responden yang memiliki paritas tinggi adalah responden yang tidak bekerja disebabkan tidak ada pemikiran status pekerjaan untuk membatasi jumlah anak karena saat ini ada fasilitas pemerintah yang menempatkan responden untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diinginkan. B. Kejadian Retensio Plasenta Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden terjadi retensio plasenta yaitu 148 orang (62,4%). Penyebab Retensio Plasenta dalah plasenta belum lepas dari dinding rahim,plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan disebabkan tidak ada usaha untuk melahirkan atau penanganan kala tiga yang salah.,kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta,plasenta berimplantasi lebih dalam (Marmi,2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor uterus,faktor presdisposisi yang meliputi paritas yang mengakibatkan plasenta melakukan perluasan implantasi dalam pemenuhan nutrisi dan faktor yang terakhir adalah umur(Okti,2012). Responden yang terjadi Retensio Plasenta di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo karena rata-rata responden memiliki paritas tinggi sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa terjadinya retensio plasenta seringkali ditemukan pada paritas tinggi. sedangkan responden yang tidak terjadi retensio plasenta di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo terjadi pada sebagian kecil responden dengan paritas rendah hal ini dikarenakan banyak faktor presdisposisi seperti paritas tinggi sehingga mengakibatkan plasenta melakukan perluasan implantasi sehingga plasenta sulit untuk lahir. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara usia dengan kejadian retensio plasenta diketahui bahwa sebagian besar responden yang berusia 20-35 tahun sebanyak 121 orang (51,1%) mengalami kejadian retensio plasenta dan sebanyak 77 orang (32,5%). Banyak resiko kesehatan yang mengancam bila perempuan menikah sebelum usia 20 tahun di saat organ reproduksinya belum cukup kuat untuk berhubungan intim atau melahirkan (Riska,2011). Usia ibu makin tua akan terjadi kemunduran progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas (Okti,2009) Kejadian Retensio Plasenta seharusnya memang banyak terjadi pada usia yang lebih tua . berdasarkan penelitian di lapangan responden usia 20-35 tahun banyak yang terjadi retensio plasenta karena pada usia tersebut kondisi alat reproduksi wanita sudah cukup matang untuk melahirkan sehingga resiko-resiko persalinan seperti Retensio Plasenta dapat ditekan.
5
C. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden multipara sebanyak 121 orang (51,1%) dan sebagian besar terjadi retensio plasenta sebanyak 92 orang (38,8%) Berdasarkan tabulasi silang didapatkan bahwa terdapat responden yang memiliki kategori m,ultipara dan terjadi retensio plasenta yaitu 92 responden (38,8%). Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square (cara perhitungan terlampir). Maka didapatkan hasil X² hitung > X² tabel yaitu 19,922 > 5,991 dengan derajat kemaknaan (ρ=0,00) yaitu uji signifikan secara statistik adalah 0,00 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara paritas dengan Kejadian Rentensio Plasenta. Uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. Paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya perdarahan post partum. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan vili kholiaris akan menembus dinding uterus (Okti,2009). Kejadian retensio plasenta juga berkaitan dengan grandemulti dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva,akreta,inkreta dan perkreta serta memerlukan tindakan plasenta manual segera bila terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang (Wordpress,2012). Responden yang tidak terjadi retensio plasenta di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo karena rata-rata responden memiliki paritas rendah sehingga dapat menekan kejadian retensio plasenta sedangkan responden yang terjadi Retensio Plasenta di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo terjadi pada sebagian besar responden dengan paritas tinggi hal ini dikarenakan banyak faktor presdisposisi seperti paritas tinggi sehingga mengakibatkan retensio plasenta. Kejadian Retensio Plasenta memang kerap dihubungkan dengan paritas yang tinggi hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan terdapat kelompok multipara yang mengalami kejadian retensio plasenta hal ini terjadi karena mayoritas responden ini tidak bekerja, untuk mendeteksi dini resiko-resiko yang akan terjadi pada saat persalinan ini mereka masih rendah sehingga tidak dapat menekan kejadian retensio plasenta. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian tentang hubungan Paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta di RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo : 1. Sebagian besarparitas responden multipara yaitu 121 orang (51,1%). 2. Sebagianbesarrespondenterjadiretensio plasenta yaitu 148 orang (62,4%). 3. Ada hubungan antara paritas dengan Kejadian Rentensio Plasentadi RSUD Tongas Kabupaten Probolinggo. Hasil analisis menggunakan uji statistik menggunakan uji Chi-Square. Maka didapatkan hasil X² hitung > X² tabel yaitu 19,922>5,991 dengan derajat kemaknaan (ρ=0,00< α: 0,05) REKOMENDASI a. Bagi Peneliti selanjutnya Peneliti bertambah wawasan dan diharapkan pada penelitian selanjutnya peneliti mengembangkan hasil karya tulis ini dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta
6
b. Bagi Masyarakat Hendaknya masyarakat bisa mematuhi program pemerintah yaitu keluarga berencana sehingga dapat berfikir secara rasional dalam mengatur jumlah anak dan mencegah secara dini resiko persalinan dan khususnya Retensio Plasenta. c. Bagi Tenaga Kesehatan Hendaknya petugas kesehatan lebih baik dalam memberikan pelayanan kesehatan d. Bagi Institusi Pendidikan Supaya institusi pendidikan bisa mendapatkan pengetahuan penelitian sehingga dapat masukan bahan penelitian. Alamat Korespondensi : a. Alamat rumah : Jl.Letjend sutoyo Gg 5 Kav 13 Probolinggo b. Email :
[email protected] c. No. HP : 082336248881
7