HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA (Suatu Penelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Abstrak. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita, sedangkan 26% infeksi berat yang sudah termasuk ISPA merupakan penyebab kematian bayi. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dengan jenis penelitian survei analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian Cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah balita yang berjumlah 309 balita, sedangkan sampel sebanyak 174 balita yang ditentukan dengan teknik Simple random sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara kepadatan hunian (p = 0.001) dan pendapatan keluarga ( p = 0.008) dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Sedangkan kondisi ventilasi dengan nilai p value = 0.078 (p ≥ 0.05 ), kondisi lantai nilai p value = 0.668 (p ≥ 0.05 ), dan pencahayaan alami p value = 0.367 (p ≥ 0.05 ) tidak terdapat hubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Dari hasil penelitian ini di ketahui perlunya peningkatan pemberian informasi kepada ibu yang mempunyai balita mengenai penyakit ISPA dan Melakukan perbaikan kondisi rumahnya agar dapat memenuhi persyaratan kesehatan dalam rangka pengendalian ISPA. Kata Kunci : Ispa, Balita, Kondisi Fisik Rumah, Sosial Ekonomi Keluarga
I.
PENDAHULUAN Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita, sedangkan 26% infeksi berat yang sudah termasuk ISPA merupakan penyebab kematian bayi. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes RI, 2002). Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo jumlah penderita ISPA tahun 2010 sebanyak 1.485 penderita, tahun 2011 berjumlah 2.408 penderita sedangkan pada tahun 2012 penderita ISPA berjumlah 1.353 penderita. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan kabupaten gorontalo jumlah penderita ISPA balita tahun 2012 tercatat 11.981 penderita yang tersebar di 20 wilayah kerja puskesmas. Sesuai data yang di peroleh bahwa kasus ISPA tertinggi yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo salah satunya di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango. Di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango terdiri atas 8 Desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 yaitu 12.865 jiwa dan jumlah KK adalah 3339 KK, dengan jumlah masyarakat miskin 5.003 jiwa, jumlah KK miskin 1492 jiwa, dan jumlah balita 1214 orang. Berdasarkan data dari puskesmas Tilote jumlah penderita ISPA balita pada tahun 2012 sebanyak 458 penderita. Hal ini menunjukan bahwa penyakit ISPA saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango, karena masih tingginya angka kesakitan pada balita akibat penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Desa Tabumela Kecematan Tilango Kabupaten Gorontalo.
II. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian Cross sectional tentang hubungan kondisi fisik rumah dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh balita yang ada di Desa Tabumela Kecamatan Tilango pada tahun 2012 sebanyak 309
balita yang berasal dari 3 dusun. Sementara jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005) yaitu sebanyak 174 sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anailis bivariat menggunakan uji Chi square dengan menggunakan bantuan software SPSS. Hasil uji Chi Square dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistic (Ridiwikdo, 2010 :102). Yang menjadi dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95% : a. jika nilai p value ≤ α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima. b. jika nilai p value > α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak. III. Hasil dan Pembahasan 2.1 Hasil Penelitian Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kondisi fisik rumah dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji statistik chi square dengan menggunakan bantuan program SPSS. Dikatakan ada hubungan jika nilai P value < 0,05. 1) Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita. Hubungan antara Luas ventilasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Variabel Memenuhi Kondisi Syarat Ventilasi Tidak Rumah memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian ISPA ISPA; Tidak ISPA; n (%) n (%)
Total n (%)
31 (38,3)
48 (51,6)
79 (45,4)
50 (61,7)
45 (48,0)
95 (54,6)
81 (100)
93 (100)
174 (100)
P
0.078
Sumber: Data Primer 2013 Keterangan : n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA, p = Tingkat Kemaknaan Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.078 (p ≥ 0.05 ). Dengan demikian dapat
disimpulkan Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. 2) Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Hubungan antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita disajikan pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Variabel Memenuhi Kondisi Syarat Lantai Tidak Rumah memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian ISPA ISPA; Tidak ISPA; n (%) n (%)
Total n (%)
59 (72,8)
65 (69,9)
124 (71,3)
22 (27,2)
28 (30,1)
50 (28,7)
81 (100)
93 (100)
174 (100)
0,668
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.668 (p ≥ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan antara kondisi lantai rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. 3) Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita disajikan pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Kejadian ISPA ISPA; Tidak ISPA; n (%) n (%)
Memenuhi 9 (11,1) Syarat Kepadatan Tidak Hunian memenuhi 72 (88,9) Syarat Jumlah 81 (100)
Total n (%)
29 (31,2)
38 (21,8)
64 (68,8)
136 (78,2)
93 (100)
174 (100)
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.001 (p ≤ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. 4) Hubungan Pencahayaan Alami Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita
Dengan
Hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit ISPA pada balita disajikan pada tabel 4.15
P
Sumber: Data Primer 2013 Keterangan : n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA, p = Tingkat Kemaknaan
Variabel
Sumber: Data Primer 2013 Keterangan : n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit ISPA, p = Tingkat Kemaknaan
P
0,001
Tabel 4.15 Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Variabel Memenuhi Syarat Pencahayaan Tidak Alami memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian ISPA ISPA; n (%) Tidak ISPA; n (%)
Total n (%)
56 (69,1)
70 (75,3)
126 (72,4)
25 (30,9)
23 (24,7)
48 (27,6)
81 (100)
93 (100)
174 (100)
P
0,367
Sumber: Data Primer 2013 Keterangan : n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian Penyakit ISPA, p = Tingkat Kemaknaan Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.367 (p ≥ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. 5) Hubungan Pendapatan Keluarga Kejadian Penyakit ISPA pada Balita
Dengan
Hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita disajikan pada tabel 4.16
Tabel 4.16 Hubungan pendapatan keluarga Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Kejadian ISPA Total P Variabel ISPA; Tidak ISPA; n (%) n (%) n (%) Pendapatan Tinggi 7 (8,6) 22 (23,7) 29 (16,7) Keluarga Rendah 74 (91,4) 71 (76,3) 145 (83,3) 0,008 Jumlah 81 (100) 93 (100) 174 (100) Sumber: Data Primer 2013 Keterangan : n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Penyakit ISPA, p = Tingkat Kemaknaan Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.008 (p ≤ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.
2.2 Pembahasan 2.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa luas ventilasi rumah tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.078 (p ≥ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Berdasarkan penelitian terhadap 174 rumah di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai ventilasi tidak memenuhi syarat adalah 95 rumah (54,6%), dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 50 balita (61,7%). Sedangkan ventilasi yang memenuhi syarat adalah 79 rumah (45,4%), dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan ventilasi yang memenuhi syarat adalah sebesar 31 balita (38.3%). Artinya walaupun jumlah responden yang memiliki ventilasi memenuhi syarat sedikit, namun persentase balita yang terkena ISPA tergolong tinggi. Namun demikian, ternyata pada kelompok balita dengan kategori ventilasi tidak memenuhi syarat diperoleh persentase kasus ISPA yang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan kebersihan ventilasi, kondisi ventilasi (terbuka atau tertutup), serta berkaitan dengan kepadatan penduduk yang ada di
Desa Tabumela. hal ini dikarenakan berdasarkan observasi walaupun luas ventilasi rumah responden kurang dari 10% luas lantai namun kondisi ventilasinya terbuka dan tidak terhalang oleh benda lain, sehinga sedikit kemungkinan untuk udara dalam rumah lancar dan tingkat kelembabannya dalam rumah tidak terlalu tinggi. Kemudian sebagian rumah responden walaupun luas ventilasinya >10% luas lantai namun berdasarkan observasi bahwa ventilasinya ditutupi oleh benda lain seperti tripleks yang memungkinkan sirkulasi udara dalam ruangan tidak lancar sehingga ruangan terasa panas. 2.2.2
Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa kondisi lantai rumah tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.668 (p ≥ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan antara kondisi lantai rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 174 rumah di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai lantai tidak memenuhi syarat adalah 50 rumah (28,7%) dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 27,2% (22 balita). Sedangkan rumah yang mempunyai lantai memenuhi syarat adalah 124 rumah (71,3%), dimana kasus ISPA pada kelompok responden yang mempunyai jenis lantai yang memenuhi syarat sebanyak 72,8% (59 balita). Berdasarkan hasil observasi sebagian besar kelompok balita yang ada di Desa Tabumela telah memiliki jenis lantai rumah yang memenuhi syarat. Namun demikian, ternyata persentase ISPA pada kelompok balita yang telah memiliki jenis lantai yang memenuhi syarat masih tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian rumah responden walaupun kondisi lantainya diplester dan berubin namun berdasarkan observasi bahwa kondisi lantainya kotor (berdebu) dan kondisinya rusak. Faktor resiko lain yang mungkin dapat mempengaruhi kejadian ISPA di Desa Tabumela pada kelompok balita yang memiliki jenis lantai memenuhi syarat antara lain kualitas kebersihan lantai, terkait perilaku yaitu seberapa sering menyapu atau mengepel lantai yang berdampak pada tingginya jumlah debu dan mikroorganisme dilantai.
2.2.3
Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.001 (p ≤ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 174 rumah di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai kepadatan hunian tidak memenuhi syarat adalah 136 rumah (78,2%) dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 72 balita (88.9%). Sedangkan kepadatan hunian yang memenuhi syarat adalah 38 rumah (21,8%), dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat sebanyak 9 balita (11,1%). Sesuai dengan hasil observasi di Desa Tabumela, masalah kepadatan hunian di Desa Tabumela ini sebagian besar disebabkan karena masih rendahnya kemampuan masyarakat untuk mandiri. Banyaknya keluarga yang tinggal dalam satu rumah (menumpang) bersama orang tua atau saudara orang tua, mertua, kerabat keluarga balita. Selain itu, penyebab lainnya terjadinya kepadatan penghuni adalah karena jumlah anak terlalu banyak (tidak sesuai dengan sosial ekonomi keluarga), hal ini juga disebabkan karena ketakutan ibu melakukan KB. Semakin padatnya ruangan menyebabkan kondisi dalam ruangan terasa pengap dan penghuninya sukar untuk bernafas karena udara segar dalam ruangan untuk kebutuhan pernafasan orang sudah tidak tercukupi lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko balita terkena ISPA akan meningkat jika tinggal di rumah dengan tingkat hunian padat. Tingkat kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah keluarga yang menempati rumah. Kepadatan hunian ini memungkinkan bakteri maupun virus dapat menular melalui pernapasan dari penghuni rumah yang satu ke penghuni rumah lainnya. 2.2.4
Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa pencahayaan alami tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.367 (p ≥ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 174 rumah di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai pencahayaan tidak memenuhi syarat adalah 48 rumah (27,6%) dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 30,9% (25 balita). Sedangkan pencahayaan yang memenuhi syarat adalah 126 rumah (72,4%), dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan pencahayaan yang memenuhi syarat sebanyak 69,1% (56 balita). Sesuai dengan hasil observasi di lapangan sebagian besar responden memiliki pencahayaan alami yang memenuhi syarat, namun balita yang ISPA masih tergolong tinggi, untuk pencahayaan alaminya sudah memenuhi syarat karena kebiasaan masyarakat membuka pintu sehingga cahaya bisa masuk ke dalam ruangan. Adapun faktor lain yang menyebabkan tingginya penyakit ISPA di Desa tabumela berkaitan dengan padatnya penghuni dan lingkungan perumahan yang berada di sekitaran danau limboto sehingga keadaan rumah menjadi lembab, dan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri penyakit sehingga akan mempengaruhi terjadinya penularan penyakit ISPA yang ada di Desa Tabumela Kecamatan Tilango. 2.2.5
Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.008 (p ≤ 0.05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 174 rumah di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, di ketahui bahwa rumah yang memiliki pendapatan keluarga rendah adalah 145 rumah (83,3%) dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan pendapatan keluarga rendah adalah adalah 91,4% (74 balita). Sedangkan yang memiliki pendapatan keluarga tinggi adalah 29 rumah (16,7%), dimana kasus ISPA pada kelompok responden dengan pendapatan keluarga tinggi adalah 8,6% (7 balita).
Sesuai dengan hasil observasi prosentase kasus ISPA pada kelompok sosial ekonomi rendah sangat tinggi, hal ini dipengaruhi karena masih tingginya masyarakat miskin yang ada di Desa Tabumela. Faktor resiko lain yang turut mempengaruhi yaitu karena prosentase dengan tingkat pendidikan ibu rendah juga masih sangat tinggi serta sebagian besar pasangan suami istri masih berumur di bawah 20 tahun. Hal ini sangat mempengaruhi pola asuh, dan kemampuan dalam menyediakan makanan, serta lingkungan yang bersih. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian hubungan kondisi fisik rumah dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dapat disimpulkan hasil analisis statistik menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara kepadatan hunian (p = 0.001) dan pendapatan keluarga ( p = 0.008) dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Sedangkan kondisi ventilasi dengan nilai p value = 0.078 (p ≥ 0.05 ), kondisi lantai nilai p value = 0.668 (p ≥ 0.05 ), dan pencahayaan alami p value = 0.367 (p ≥ 0.05 ) tidak terdapat hubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Diharapkan untuk Puskesmas sebagai ujung tombak dalam program Pemberantasan Penyakit ISPA disarankan agar Petugas P2 ISPA meningkatkan kordinasi lintas program dengan petugas promosi kesehatan dan sanitarian puskesmas untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kondisi rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Meningkatkan kordinasi lintas sektor dengan pemerintah kecamatan dan desa, tokoh masyarakat, PKK, dan kader posyandu agar secara bersama-sama mendorong peran serta masyarakat terutama dalam meningkatkan kondisi kesehatan rumahnya.
DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Gorontalo, 2012. Rekapitulasi Laporan STP RS Rawat Inap dan Rawat Jalan se Provinsi Gorontalo : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Dinkes
Provinsi Gorontalo. 2007. Buletin Epidemiologi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Gorontalo : Dinkes Provinsi Gorontalo.
Depkes, R. I., 2007. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta : Ditjen PPM dan PL. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta. Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.