Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2016 ISBN: 978-602-61268-0-1
Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan Kerja Guru Dengan Komitmen Guru Terhadap Organisasi Helina Apriyani AMIIK BSI BOGOR
[email protected]
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru dengan komitmen guru terhadap organisasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Se Komisariat Utara Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode survey. Responden penelitian adalah guru-guru dari 6 SMP Swasta Se Komisariat Utara Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor yang berjumlah 103 orang, dengan teknik proportional random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari tiga variable penelitian berbentuk angket. Validitas ketiga angket diukur dengan menggunakan rumus alpha cronbach.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: pertama, terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan komitmen guru terhadap organisasi dengan koefisien korelasi sebesar ry1 = 0,391, pada taraf signifikasi α = 0,05. Dengan didukung persamaan regresi Ŷ = 64,137+ 0,401 X1.Kedua, terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja guru dengan komitmen guru terhadap organisasi dengan koefisien korelasi sebesar ry2 = 0,364, pada taraf signifikasi α = 0,05. Dengan didukung persamaan regresi Ŷ = 69,377+ 0,303 X2.Ketiga terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru .secara bersama-sama dengan komitmen guru terhadap organisasi dengan koefisien korelasi ganda ry1.2 = 0,433 dengan taraf signifikasi α = 0,05 dengan persamaan regresi ganda Ŷ = 52,891 + 0,294 X1 + 0,199 X.2. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komitmen guru terhadap organisasi. di SMP Swasta Se Komisariat Utara Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh peningkatan kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru. . Kata Kunci: kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja dan komitmen organisasi
I. PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Pendidikan formal diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia, terlebih lagi jika lulusan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sabagai pengaplikasian dan penguasaan ilmu yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi saat ini masih belum bisa terpenuhi dan itu merupakan salah satu gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita. Penyelenggaraan pendidikan menuntun kepada suatu sistem kerja yang tidak parsial, karena penyelenggaraan pendidikan terjadi karena adanya jaringan kerja sama dari berbagai komponen yang ada di dalam lembaga pendidikan (sekolah) ataupun lembaga lain. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan adalah guru. Melalui guru penanaman nilai-nilai dan pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-44
relevan dengan keadaan saat ini dan masa depan dapat berlangsung. Komitmen guru terhadap organisasi sekolah seringkali menjadi isu yang sangat penting. Begitu pentingnya hal tersebut, sampai-sampai beberapa sekolah berani sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang ditawarkan. Meskipun hal ini sudah sangat umum, namun tidak jarang para guru masih belum memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. Pemahaman tentang pentingnya kondisi kerja yang kondusif mengarahkan sekolah untuk dapat berjalan secara efektif dan efisien. Substansi peningkatan komitmen guru terhadap organisasi adalah keberhasilan interaksi pilar keberhasilan interaksi belajar mengajar, keberhasilan itu akan terwujud apabila ada kemauan yang berasal dari personal guru itu sendiri, yaitu berupa keinginan yang kuat untuk bekerja secara baik. Guru yang memiliki keinginan yang kuat dalam melaksanakan tugasnya akan menyadari bahwa mereka memiliki tanggungjawab yang besar dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam organisasi sekolah, guru merupakan tenaga professional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu menjalankan kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2016 ISBN: 978-602-61268-0-1 mempunyai komitmen yang kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja, sehingga akan memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam dirinya untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Komitmen guru terhadap organisasi pasti akan mendorong rasa percaya diri dan semangat kerja mereka. Komitmen guru akan melancarkan pergerakan sekolah menuju perubahan yang harus merupakan peningkatan baik bersifat fisik maupun psikologis, sehingga menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah.. Dari mana pun memulainya, kepala sekolah harus lebih dulu berfokus pada guru yang menjalankan perubahan, bukan pada fasilitas yang diperoleh atau problematika yang dihadapi dengan adanya perubahan itu. Ia tidak perlu cepat-cepat masuk pada konsep-konsep perubahan sebelum memberi perhatian pada cara guru-guru berpikir. Sebab, konsep-konsep yang hebat itu implementasinya akan terpulang pada bagaimana para guru menjalankannya. Komitmen organisasional guru harus dibangkitkan oleh kepala sekolah yang bisa menyampaikan perubahan-perubahan yang bakal terjadi agar lebih mudah diterima. II. LANDASAN TEORI 2.1 HAKEKAT KOMITMEN ORGANISASI Menurut Sopiah, 2008: Komitmen organisasional guru adalah suatu ikatan psikologis guru pada organisasinya yang ditandai dengan adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat, kemampuan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi. Komitmen Organisasional sebagai daya relative dari keberpihakan dan keterlibatan seseorang terhadap organisasi, Summer dan Acito menjelaskan dimensi dalam komitmen guru terhadap organisasi sebagai berikut: 1. Affektif Commitment adalah tingkat keterkaitan kejiwaan dengan organisasi atas dasar harapan tentang lembaga yang bersangkutan. Komitmen seperti ini timbul dikarenakan memiliki rasa senang, ketentraman serta factor lainnya yang diterima dalam lembagadan tidak ada di lembaga lain. 2. Continuance Commitment adalah ketergantungan kejiwaan individu dengan lembaga disebabkan nilai yang individu terima karena akibat meninggalkan lembaga. Individu mempunyai rasa yang tinggi atau kesetiaan diatas keseluruhan dalam kepersertaan apabila meninggalkan lembaga. Normative Commitment adalah ketergantungan individu dengan kejiwaan dengan lembaga karena adanya keharusab etika untuk menjaga keterkitan dengan lembaga. Dalam kaitannya dengan hal yang mempengaruhi individu untuk tidak keluar dan berpartisipasi untuk memberikan yang terbaik untuk lembaga baik entitas atau non entitas adalah keharusan dan bilamana keluar individu akan tidak nyaman Komitmen guru terhadap organisasi guru adalah keadaan kejiwaan individu yang mengidentifikasikan keterkaitan individu dengan
lembaga serta mempunyai dampak kepada interpretasi individu untuk tidak pergi atau tetap tinggal menjadi bagian dalam lembaga disebabkan adanya perhitungan yang matang pada factor-faktor komitmen. Ketiga factor tersebut mewakili hubungan antara pengajar dan organisasinya. Sebab dan akibatnya pun tidak sama. Implikasinya adalah produktivitas akan Nampak pada komitmen afektif, berkenaan pada hasil yang diterima dalam tugasnya yang dapat memberikan hasil maksimal keinginan individu secara kejiwaan sehingga mereka merasakan kesenangan dan ahli dalam pemenuhan tugas dan tangung jawab. Dilain pihak, dampak dari bergulirnya komitmen continue dan komitmen normative lebih banyak terkait dengan yang tidak memiliki hasil kerja secara terus menerus. Komitmen continues adalah perolehan dari kesimpulan semua kegiatan atau nilai yang harus diterima dan ditelaah jika pergi dari lembaga. Disisi lain, dicirikan dariteman sejawat dapat diuji kemahirannya dalam lembaga. Komitmen guru terhadap organisasi merupakan ciri khas dan keterkaitan guru yang besar kepada lembaga.Komitmen organisasional guru didasari oleh rasa untuk bertahan yang tinggi untuk tidak pergi dari organisasi dan tetap setia menjadi bagian dalam lembaga dan bekerja secara maksimal dalam perolehan misi lembaga. Komitmen guru terhadap organisasi terdiri dari tiga dimensi yaitu: (1) Komitmen Afektif (komitmen yang terjadi karena adanya ikatan emosional), indikatornya: (a) keinginan untuk tetap menjaga keanggotaan organisasi/sekolah, (b) dedikasi guru terhadap tugas. (2) Komitmen Continue (komitmen berkelanjutan yang mengacu pada biaya yang akan timbul apabila meninggalkan organisasi/sekolah), indikatornya: (a) keinginan untuk bekerja, (b) kepercayaan guru terhadap sekolah. (3) Komitmen normatif (komitmen yang terjadi karena adanya kesadaran perasaan untuk tetap tinggal di dalam organisasi/sekolah), indikatornya: (a) mempunyai rasa memiliki terhadap organisasi/sekolah, (b) mematuhi peraturan organisasi/sekolah. 2.2 HAKEKAT KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kepemimpinan sekolah bermutu terpadu menuntut adanya pemimpin transformasional, yang jika diadaptasi kepemimpinan transformasional diidentifikasikan dan diasoasikan memiliki kemampuan penciptaan bayangan masa, yaitu memiliki gambaran masa depan lembaga yang ideal dan lembaga yang unggul, yang dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholders. Kepemimpinan transformasional dianggap mampu memobilisasi komitmen seluruh komponen lembaga untuk mewujudkan bayangan sekolah yang ideal dan efektif serta memuaskan pelanggan karena jika sekolah itu telah bermutu sesuai atau melebihi keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggannya. Seorang pimpinan transformasional dapat dilihat dalam Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-45
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2016 ISBN: 978-602-61268-0-1 kaitannya dengan efek pimpinan tersebut terhadap para anggotanya. Para anggota seorang pimpinan transformasional merasa adanya keyakinan, kebanggaan, kecintaan dan rasa segan kepada pimpinan dan mereka terpacu dalam memberikan lebih pekerjaan yang terbaik yang dapat mereka lakukan. Seorang pimpinan transformasional memberi dorongan dan gambaran tentang masa depan dengan membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau negara daripada kepentingan diri sendiri dan mengaktifkan (menstimulus) kebutuhan-kebutuhan mereka yang lebih tinggi Sementara itu, Aan Komariah dan Cepi Triatna mendefinisikan bahwa pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi. Selain itu pemimpin transformasional dikatakan agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem kearah yang lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimmpin transformasional karena ia meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan. Factor yang mempengaruhinya adalah: a. membawa perubahan, b. memiliki visi yang jelas, c. memiliki gambaran holistis tentang bagaimana organisasi di masa depannya, d. memiliki keahlian diagnosis, e. mampu memecahkan masalah dari segala aspek. 1 Selanjutnya mengklasifikasikan kepemimpinan menjadi beberapa faktor. Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I, yaitu : idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individual consideration. Idealized influence: kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah. Inspirational motivation: kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. Intellectual Stimulation: kepala sekolah dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik. Individual consideration: kepala sekolah dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya. Dimensi dalam kepemimpinan transformasional yaitu: 1. Pengaruh idealis (Idealized influence) yaitu memiliki kapabilitas yang tinggi, tekun dan keteguhan hati sehingga layak menjadi teladan yang dikagumi, dihormati dan dipercaya
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-46
2. Motivasi yang menginspirasi (inspiration motivation) yaitu perilaku pemimpin yang memotivasi dan menginspirasi sekeliling mereka melalui pemberian makna dan tantangan kerja bagi pengikut. 3. Stimulasi Intelektual (intellectual stimulation) yaitu pemimpin menstimulasi upaya pengikut untuk menjadi inovatif dan kreatif melalui mempertanyakan asumsi, meninjau ulang masalah, dan menggunakan pendekatan baru untuk menganalisis situasi lama. 4. Pertimbangan individual (Individualized concideration) adalah pemimpin menaruh perhatian terhadap masing-masing kebutuhan terhadap prestasi dan pertumbuhan pengikut melalui peran pemimpin. Didasari atas teori yang disampaikan para ahli, maka sintesis kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah perilaku kepala sekolah yang menginspirasi dan dapat pengaruh kepada para anggota sehingga mereka merasakanharapan, keberartian, kesetiaan dan respek kepada pimpinan serta terdorong untuk menggapai tujuan lembaga Kepemimpinan Transformasional memiliki empat dimensi, yaitu: (1) Dimensi Idealized influence (kharismatik), indikatornya: (a) membangkitkan kesadaran atas visi dan misi sekolah, (b) membangkitkan kebanggaan. (2) Dimensi Intelectual Stimulation (rangsangan intelektual), indikatornya: (a) memberikan rangsangan keinovasian, (b) merangsang pemikiran kritis dalam pemecahan masalah. (3) Dimensi Individual Consideration (perhatian terhadap individu), indikatornya: (a) memberikan perhatian,(b) melatih guru. (4) Dimensi Inspirational Motivation (motivasi inspirasional), indikatornya: (a) meningkatkan kepercayaan yang dimiliki guru, (b) mengispirasikan kreativitas pada guru.
2.3 HAKEKAT KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja adalah salah satu factor dominan bagi seorang guru untuk merampungkan pekerjaannya. Kepuasan kerja ini akan didapat apabila ada kesamaan antara keinginan dan keberadaan di lingkungan kerja. Kepuasan kerja sesungguhnya adalah cerminan dari rasa serta perilaku para guru dan interaksi antara guru dengan iklim kerja dimana dia berada. Setiap individu akan merasakan kepuasan kerja yang berbeda tergantung bagaimana individu mempersepsikan nilai-nilai dari pekerjaannya. Robbins dalam Husaini mengartikan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Sikap individu ini bisa menyangkut puas dan tidak puas pada seluruh dimensi dari pekerjaannya. Factorfaktornya adalah: a. pekerjaan yang menantang, b. imbalan yang setimpal, c. kondisi kerja yang mendukung, d. mitra kerja yang mendukung. Selanjutnya Gibson et.al masih dalam Husaini mengemukakan pendapat bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada sikap individu terhadap pekerjaannya. Jika individu bersikap positif
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2016 ISBN: 978-602-61268-0-1 terhadap pekerjaannyam maka ia akan mendapatkan kepuasan kerja. Sebaliknya, jika ia bersikap negatif pada pekerjaannya, maka ia akan mendapatkan ketidakpuasan dalam pekerjaannya. Sementara itu, Danang Sunyoto beranggapan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para pegawai memandang pekejaannya. Kepuasan kerja merefleksikan rasa terhadap tanggung jawab. Hal ini Nampak pada sikap positif pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Manajemen harus selalu memperhatikan kepuasan kerja karena hal ini mempengaruhi sikap absensi, perputaran tenaga kerja, kepuasan kerja dan masalah-masalah penting lainnya. Factor yang mendukungnya adalah: a.faktor hubungan antar karyawan menyangkut hubungan antara pimpinan dan bawahannya, faktor fisik dan iklim kerja, hubungan sosial di antara pegawai, b.faktor individual, diantaranya sikap seseorang terhadap pekerjaan, usia dengan pekerjaan, jenis kelamin. c.faktor keadaan keluarga pegawai. Dilain sisi Ayon memiliki pendapat bahwa Kepuasan kerja merupakan penilaian atau refleksi dari ketertarikan individu terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja akan tampak dalam sikap positif seseorang atas segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya dan terhadap pekerjaannya. Kepuasan perlu dipantau dampaknya dan mengaitkannya pada hasil yang menjadi tujuan, misalnya: kepuasan kerja dengan kinerja karyawan, kepuasan kerja dengan turnover, kepuasan kerja dengan absensi, kepuasan kerja dengann efek lainnya seperti dengan kesehatan fisik-mental, kemampuan mempelajari pekerjaan baru dan kecelakaan kerja. Faktor yang mempengaruhinya adalah: upah, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan, pengidentifikasian, dan lingkungan. III. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey melalui pendekatan korelasional. Perolehan data primer di lapangan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang ada dalam variabel penelitian. Data yang diperlukan adalah data mengenai kepemimpinan transformasional, kepuasan kerja guru dan komitmen guru terhadap organisasi. Data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Populasi dalam penelitian ini adalah guruguru SMP Swasta di Komisariat Utara Kecamatan Cibinong yang berstatus guru tetap yayasan yang berjumlah 138 orang yang tersebar di 6 SMP Swasta.
1. Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dengan komitmen guru. Model hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan komitmen guru dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linier sederhana Ŷ₁ = 64,137 + 0,401X₁, artinya setiap peningkatan satu unit nilai kepemimpinan transformasional akan diikuti oleh peningkatan nilai komitmen guru sebesar 0,401 unit dengan konstanta 64,137. Persamaan regresi Ŷ₁ = 64,137 + 0,401X₁ dapat digunakan untuk memprediksi skor komitmen guru jika skor budaya kepemimpinan transformasional diketahui. Nilai koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,391 menunjukkan hubungan yang positif antara kepemimpinan transformasional dengan komitmen guru. Kontribusi komitmen guru terhadap kepemimpinan transformasional ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (ry12) sebesar 0,153 yang berarti 15,326% variasi komitmen guru (Y) dapat dijelaskan oleh variasi kepemimpinan transformasional melalui persamaan Ŷ₁ = 64,137 + 0,401X₁. McShane, Von Glinow berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional dipandang dari bagaimana ia mengubah anggota atau organisasi dengan menciptakan, mengkomunikasikan, dan menjalankan visi organisasi atau unit kerja serta memberi inspirasi para pegawai untuk berusaha dan bekerja keras untuk mencapai visi organisasi tersebut sehingga akan menciptakan visi strategic, menyampaikan visi, menjalankan visi dan membangun komitmen kearah visi organisasi. . 2. Hubungan antara Kepuasan dengan Komitmen Guru.
Kerja
Guru
Model hubungan antara kepuasankerja guru dengan komitmen guru dinyatakan dalam persamaan regresi linier sederhana Ŷ₂ = 69,377 + 0,303X₂, artinya setiap peningkatan satu unit nilai kepuasan kerja guru akan diikuti oleh peningkatan nilai komitmen guru sebesar 0,303 unit dengan konstantan 69,377. Persamaan regresi Ŷ₂ = 69,377 + 0,303X₂ dapat digunakan untuk memprediksi skor komitmen guru jika skor kepuasan kerja guru diketahui. Nilai koefisien korelasi (ry2) adalah sebesar 0,364 menunjukkan hubungan yang positif antara kepuasan kerja guru dengan komitmen guru terhadap organisasi. Kontribusi kepuasan kerja guru terhadap komitmen guru terhadap organisasi ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (ry22) sebesar 0,13266 yang berarti 13,266% variasi komitmen guru terhadap organisasi (Y) dapat dijelaskan oleh variasi kepuasan kerja guru (X2) melalui persamaan regresi Ŷ₂ = 69,377 + 0,303X₂.
IV. PEMBAHASAN Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-47
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2016 ISBN: 978-602-61268-0-1 3. Hubungan antara Kepemimpinan transformasional dan Kepuasan kerja guru secara Bersama-sama dengan Komitmen Guru. Model hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama dengan komitmen guru terhadap organisasi dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linier ganda Ŷ = 52,891 + 0,294 X1 + 0,199 X₂. Hal ini berarti bahwa apabila nilai kepemimpinan transformasional (X1) dan nilai kepuasan kerja guru (X2) meningkat sebesar satu unit, maka nilai komitmen guru terhadap organisasi (Y) akan meningkat sebesar 0,294 dan 0,199 unit dengan konstanta 52,891. Nilai koefisien korelasi ganda (ry12) sebesar 0,433, yang berarti terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama dengan komitmen guru terhadap organisasi. Kontribusi kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama ditunjukan oleh nilai koefisien determinasi ganda (ry122) sebesar 0,13350 yang berarti 13,350% variasi komitmen guru dapat dijelaskan oleh variasi kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama melalui persamaan regresi ganda Ŷ = 52,891 + 0,294X1 + 0,199 X₂. Bila dilihat secara keseluruhan, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru terhadap komitmen guru terhadap organisasi. Namun, hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan komitmen guru relatif lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara kepuasan kerja guru dengan komitmen guru (ry1=0,391 >0,364 = ry2). Kontribusi kepemimpinan transformasional terhadap komitmen guru sebesar 15,326% dan kepuasam kerja guru terhadap komitmen guru sebesar 13,266%. Sementara itu, kontribusi kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru secara bersama-sama terhadap komitmen guru terhadap organisasi adalah sebesar 13,350%. Dengan demikian komitmen guru terhadap organisasi akan terwujud paling banyak dipengaruhi oleh tingkat kepemimpinan transformasional didukung oleh kepuasan kerja guru sehingga ada kesinambungan yang sangat baik. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan komitmen guru dengan nilai koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,391 dan didukung persamaan regresi Ŷ₁ = 64,137 + 0,401X₁. Kontribusi hubungan kepemimpinan transformasional terhadap
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-48
komitmen guru adalah sebesar 15,326% yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (ry12) sebesar 0,153. 2. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja guru dengan komitmen guru dengan nilai koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,364 dan didukung persamaan regresi Ŷ₂ = 69,377 + 0,303X₂. Kontribusi kepuasan kerja guru terhadap komitmen guru adalah sebesar 13,266% yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (ry22) sebesar 0,132. 3. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama dengan komitmen guru dengan nilai koefisien korelasi (ry12) sebesar 0,433 dan didukung persamaan regresi Ŷ = 52,891 + 0,294 X1 + 0,199 X₂. Kontribusi kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja guru secara bersama-sama terhadap komitmen guru adalah sebesar 13,350% yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (ry122) sebesar 0,133.
REFERENSI Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership .Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Bertocc, David. Leadership In Organizations. Maryland: University Press of Amerika,2009 Colquitt, J. A. Lepine, M.J Wesson. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace .New York: McGraw-Hill Irwin, 2009 Gani, Darwis S. ,Djoehana Setyamadjaja, Sumardi. Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan. Bogor: Program Pascasarjana Pakuan, 2008. Gibson, James L., J. H Donnelly, J.M Ivancevich, R. Konopaske, Organizations Behavior, Structure, Processes Fourteenth Edition . New York: McGraw-Hill Companies, Inc, 2012 Kadim, Abd & Arfan Tilome, Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence Bandung: ALFABETA, 2011. Luthans, Fred. Organizational Behavior Twelfth Edition .New York: McGraw Hill, 2011 McShane & Von Glinow, Organization Behavior (Boston: McGraw-Hill International, 2008. M.Bass, Bernard & Ronald E. Riggio, Transformasional Leaderhip Second Edition .New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2006 Norulkamar, Ungku, Salmiah Mohd Amin, Wan Khairuzzaman. The Impact of Technostrest On Organization Commitment among Malaysian Academic Librarians .Singapore Journal of Library & Information Management, Vol 38, 2009
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2016 ISBN: 978-602-61268-0-1 Pasolong, Harbani .Kepemimpinan Birokrasi .Bandung: Alfabeta, 2010 Robins, Stephen P. Organizational Behavior 10th Edition (San Diego: Pearson Education International, 2003 Salami, Samuel O .Demographic and Psychological Factors Predicting Organizational Commitment among Industrial Workers .Nigeria: Department of Guidance and Counselling, Vol 10, 2008 Schermerhorn, Jhon R. G. Hunt, Osborn, Uhl-Bien, Organizational Behavior 11th Edition. United States: John Wiley & Sons, Inc, 2010 Soekarso, Agus Sosro, Iskandar Putong, Cecep Hidayat, Teori Kepemimpinan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010 Sopiah, Perilaku Organisasional Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2008. Sutrisno, Edy. Budaya Organisasi .Jakarta: Kencana, 2010. Sugiarti, Euis Meirin .Hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komunikasi interpersonal dengan komitmen organisasional guru, Tesis .Bogor: Pascasarjana Universitas Pakuan, 2011. Sugiono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA, 2011.
PROFIL PENULIS Helina Apriyani, memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tahun 2008. Kemudian tahun 2016 memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor. Saat ini sebagai Staf Pengajar program studi Manajemen Informatika AMIK BSI Bogor.
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. B-49
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2017 ISBN: 978-602-61268-0-1
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. 50