eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
Hubungan Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga dengan Motivasi Belajar Anak di Sekolah
Octo Jaya Abriyoso1, Kismiyati El Karimah2, Pramono Benyamin3 Jurusan Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan keterbukaan, sikap positif, kesetaraan, empati, dan sikap mendukung dalam keluarga dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik anak saat belajar disekolah. Populasi penelitian ini adalah siswa SMPN 14 Bandung yang berjumlah 998 siswa. Dengan menggunakan rumus Yamane, maka jumlah sampel adalah sebanyak 90 responden. Teknik sampling yang dipakai adalah sampling random klaster dan teknik acak sederhana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasi dengan teknik korelasi uji statistik Rank Spearman (rs). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket, wawancara, dan studi pustaka sebagai referensi bagi penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat
hubungan
antara komunikasi antarpribadi dalam
keluarga dengan motivasi belajar anak di sekolah. Sedangkan pada subvariabel X yang terdiri dari keterbukaan, sikap positif, kesetaraan, empati, dan sikap mendukung, semuanya memiliki hubungan dengan subvariabel Y yang terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Kesimpulan
dari
penelitian
ini
adalah
bahwa
komunikasi
antarpribadi dalam keluarga memiliki hubungan dengan motivasi belajar anak di sekolah. Saran yang dapat diberikan peneliti yaitu sebaiknya orang tua meningkatkan kualitas komunikasi antarpribadi kepada anak di dalam keluarga dan diharapkan sekolah dapat memberikan pengarahan dan motivasi yang baik pada anak untuk belajar dengan lebih baik.
Kata kunci: komunikasi antarpribadi, keluarga, motivasi belajar
1
Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2
Page 1 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
1. Pendahuluan Komunikasi
merupakan
salah
satu
aspek
vital
didalam
kehidupan.
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia, karena dengan komunikasi, kebutuhan akan terpenuhi. Komunikasi juga merupakan sarana terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial. Manusia adalah makhluk sosial, diantara satu dan lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadi interaksi timbal balik. Dalam keluarga, komunikasi juga menjadi hal penting yang dapat menjadi penentu dalam keberhasilan membangun rumah tangga. Menurut Balson (1999:218), komunikasi yang efektif apabila orang yang mengungkapkan keprihatinan dan problem tahu bahwa pendengarnya memahami pesan yang sedang disampaikan. Perilaku komunikasi pertama yang dipelajari manusia berasal dari sentuhan orang tuanya (Mulyana 2005: 17). Akan tetapi, komunikasi antarpribadi dapat juga terjadi relatif tanpa tujuan atau maksud tertentu yang jelas, misalnya ketika seseorang sedang bertemu dengan kawannya dan mereka lalu saling bercakap-cakap dan bercanda. Konsep “jalinan hubungan” (relationship) sangat penting dalam kajian komunikasi antarpribadi. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami pasang surut dalam hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari prestasi yang diraih oleh pelajar Indonesia di tingkat internasional yang menurun. Menurut survey Politic and Economic Risk and Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia. Juga menurut Trends International Mathematics and Science
Study
(TIMSS)
yang
merupakan
studi
internasional
tentang
kecenderungan atau perkembangan matematika dan sains di negara-negara dunia, dilaksanakan empat tahun sekali. Hasil survei menunjukkan peringkat Indonesia pada keikutsertaan pertamakali yaitu pada tahun 1999, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 34
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 2 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
dari 46 negara. Dan ranking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi ranking 36 dari 48 negara, sementara pada tahun 2011 sedang dilangsungkan.1 Keluarga merupakan lingkungan dari anak didik. Keluarga adalah pihak yang memiliki peran terbesar dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang. Ketika sebuah keluarga terbentuk, komunitas baru karena hubungan darah pun terbentuk pula. Interaksi sosial yang berlangsung dalam keluarga tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena ada tujuan dan kebutuhan bersama antara ibu, ayah dan anak. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai atau kebutuhan yang berbeda menyebabkan mereka saling berinteraksi dan berhubungan. Keinginan tersebut tidak terlepas dari kegiatan komunikasi orang tua dan anak. Komunikasi yang buruk antara ayah, ibu, dan anak sering kali menciptakan konflik yang tidak berkesudahan. Penyebab konflik itu pun beragam. Solusi semua konflik adalah komunikasi yang baik, penuh pengertian dan saling menghargai dan menyayangi, serta ingin saling membahagiakan. Konflik didalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa frustasi, sehngga mempengaruhi hasil belajar anak. Seperti dijelaskan dalam Modul Pendidikan Anak di Sekolah Universitas Terbuka, bahwa orang tua yang kurang terlibat dan kurang membimbing, serta terlalu mengontrol dan sibuk menanyakan pekerjaan rumah, justru menghambat prestasi dan motivasi anak. Agar terjadinya komunikasi yang seimbang dibutukan pengertian oleh orang tua dan anak mengenai satu tujuan yang diharapkan. Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dan ibu, ayah dan anak, serta antara ibu dan anak. (Satrio, 2010: 3) Dalam komunikasi antarpribadi yang baik, bukan terletak pada masalah sering atau jarangnya komunikasi itu dilakukan, melainkan pada bagaimana komunikasi itu dilakukan. Kualitas komunikasi sangat perlu diperhatikan selama komunikasi berlangsung. Komunikasi antarpribadi akan menunjukkan tingkat keefektifannya ketika komunkator dan komunikan sudah saling terbuka.
1
http://mathheny.blogspot.com/2011/12/trends-international-mathematics-and.html (diakses pada 3 Januari 2012 pada pukul 23:27 WIB)
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 3 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
Keterbukaan merupakan pengungkapan diri, pengungkapan diri itu sendiri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. (Satrio, 2010: 4) Menurut Joseph DeVito, karakteristik komunikasi antarpribadi yang efektif menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, kesetaraan, dan sikap positif. Dari aspek-aspek ini kita kemudian dapat menurunkan perilaku perilaku spesifik yang menandai komunikasi antarpribadi yang efektif. (Joseph DeVito 1997: 259) Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (Sardiman, 2008: 73) Dalam kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2008: 75). Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah di paparkan, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan: “Adakah hubungan antara efektivitas komunikasi antarpribadi dalam keluarga dengan motivasi belajar anak di SMP Negeri 14 Bandung?”
2. Kerangka Pemikiran 2.1 Teori Teori yang digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah teori atribusi. Teori atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut Myers, kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Attribution theory (teori sifat) merupakan posisi tanpa perlu disadari pada saat melakukan sesuatu
menyebabkan orang-
orang yang sedang menjalani sejumlah tes bisa memastikan apakah perkataanOcto Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 4 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
perkataan dan perbuatan-perbuatan orang lain dapat merefleksikan sifat-sifat karakteristik yang tersembunyi dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-reaksi yang dipaksakan terhadap situasi tertentu. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa orang berusaha menentukan penyebab dari perilaku ketika dalam keraguan, mencari informasi yang akan membantunya mendapatkan jawaban. Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Frizt Heider. Menurut Heider, setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potonganpotongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan cara-cara tertentu. Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat demikian. Dua fokus perhatian di dalam mencari penyebab suatu kejadian, yakni sesuatu di dalam diri atau sesuatu di luar diri. Apakah orang tersebut melakukan pencurian karena sifat dirinya yang memang suka mencuri, ataukah karena faktor di luar dirinya, dia mencuri karena dipaksa situasi, misalnya karena dia harus punya uang untuk membiayai pengobatan anaknya yang sakit keras. Bila kita melihat/menyimpulkan bahwa seseorang itu melakukan suatu tindakan karena sifat-sifat kepribadiannya (suka mencuri) maka kita telah melakukan atribusi internal (internal attribution). Tetapi jika kita melihat atau menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang dikarenakan oleh tekanan situasi tertentu (misalnya mencuri untuk membeli obat) maka kita melakukan atribusi eksternal (external attribution). Proses atribusi telah menarik perhatian para pakar psikologi sosial dan telah menjadi objek penelitian yang cukup intensif dalam beberapa dekade terakhir. Cikal bakal teori atribusi berkembang dari tulisan Fritz Heider yang berjudul “Psychology of Interpersonal Relations”. Dalam tulisan tersebut Heider menggambarkan apa yang disebutnya “native theory of action”, yaitu kerangka Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 5 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
kerja konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan, menjelaskan, dan meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam kerangka kerja ini, konsep intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran penting. Menurut Heider ada dua sumber atribusi tingkah laku: (1). Atribusi internal atau atribusi disposisional (2). Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada. (Sarwono, 1984: 200) 2.2 Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel dari penelitian komunikasi antarpribadi dalam keluarga dengan motivasi belajar anak terdiri dari dua variabel, yaitu: Variabel X: Komunikasi Antarpribadi Dengan tujuan agar anak menjadi termotivasi belajarnya di sekolah maka dibutuhkan sebuah siklus komunikasi antarpribadi yang yang efektif antara orang tua dan anak. Dalam konteks komunikasi antarpribadi, Joseph DeVito mengemukakan bahwa ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, antara lain : 1. Keterbukaan (Openness) adalah hal terbuka, perasaan toleransi (KBBI, Online). Pada penelitian ini, keterbukaan juga berarti adanya kemauan untuk membuka diri pada hal-hal tertentu, agar anak mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi mudah dilakukan, serta kemauan untuk menanggapi anak secara jujur dan terus terang terhadap apa yang disampaikannya. Sikap keterbukaan memiliki indikator antara lain:
Saling terbuka dalam interaksi antara anggota keluarga
Orang tua mendengarkan dan menerima keluhan anak dengan seksama
Saling bertanggungjawab atas ucapan dan pemikiran antara anggota keluarga
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 6 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
2. Sikap Positif (Positiveness) adalah sikap yang pasti, tegas, tentu, yakin (KBBI Online). Bagaimana orang tua dapat berperilaku positif seperti berpikir positif terhadap dirinya sebagai orang tua maupun terhadap anaknya sendiri. Sikap positif dalam penelitian ini antara lain bagaimana orang tua dapat mempercayai anaknya untuk melakukan kegiatannya sendiri tanpa harus selalu diawasi serta selalu berupaya untuk mencontohkan perilaku-perilaku positif pada anak. Indikatornya adalah sebagai berikut:
Sikap
Dorongan
3. Kesetaraan (Equality) adalah sikap yang menunjukkan keserupaan, tidak berbeda, tidak berlainan, sepadan, seimbang, sebanding, setara (KBBI Online). Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada sesuatu untuk saling disumbangkan antara kedua belah pihak. (Joseph DeVito 1997: 263) Bagaimana orang tua dapat menerapkan konsep kesamaan perilaku, kesukaan, sikap, pengalaman antara orang tua dan anak. Tentu saja masih dalam batasan yang hanya pantas diterima oleh anak dengan kisaran umur 11-14 tahun. Indikator dari sikap kesetaraan antara lain:
Memahami dan menyelaraskan perbedaan berpendapat dalam keluarga
Mengurangi superioritas untuk berpendapat dalam keluarga
4. Empati (Emphaty) adalah keadaan yang membuat diri seseorang dapat merasakan hal yang dirasakan oleh orang lain (KBBI Online), baik secara emosional maupun intelektual. Dalam penelitian ini sikap empati adalah bagaimana orang tua dapat merasakan dan mengerti kondisi fisik anak, serta memahami kondisi psikis anak dalam setiap situasi. Indikator dari sikap empati adalah sebagai berikut:
Orang tua tidak langsung mengkritik atau menilai anak
Mengetahui dan memahami pemikiran anak melalui sudut pandangnya
5. Sikap Mendukung (Supportiveness) adalah sikap membantu, mendorong, menunjang (KBBI Online). Dengan kata lain adanya sikap saling mendukung Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 7 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
antar orang tua dan anak dalam tujuan agar pesan keduanya dapat tersampaikan dengan baik. Dalam penelitian ini, maksudnya adalah orang tua selalu menanyakan secara lebih dalam setiap isyarat kecil dari anak serta menunjukkan kesan bahwa orang tua menyanggupi untuk mendengar perkataan anak. Indikatornya adalah sebagai berikut:
Deskriptif
Spontanitas
Provisional
Variabel Y: Motivasi Belajar Anak di Sekolah Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Malayu dalam Juliani (2007:9) memberikan definisi motivasi sebagai berikut: ”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”. Sementara menurut Mc Donald dalam Sardiman (2008:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Robbin dalam Juliani (2007:9) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan kebutuhan beberapa individu. Sementara menurut Sardiman (2008:24) motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. 1. Motivasi Intrinsik: adalah motif-motif yang menjadi efektif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran. Dalam penelitian ini indikator dari motivasi intrinsik ini adalah: Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 8 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
Anak belajar karena ingin menguasai pelajaran yang ada di sekolahnya Anak belajar karena ia ingin mendapatkan bekal untuk masa depannya Anak belajar karena ia ingin menjadi orang yang berguna bagi dirinya dan orang lain. (Sardiman, 2008: 90) 2. Motivasi Ekstrinsik: adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. ( resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Dalam penelitian ini indikator dari motivasi ekstrinsik adalah:
Anak belajar agar mendapat peringkat prestasi kelas
Anak belajar untuk mendapatkan hadiah dari orang tuanya
Anak belajar agar mendapatkan pujian dari guru dan temantemannya. (Sardiman, 2008: 91)
3. Populasi & Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh SMP yang terdapat di kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Populasi menurut Rakhmat, (2002:24) adalah “sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Rakhmat (2005:78), mengemukakan bagian yang diamati itu disebut sample. Sampel merupakan proses penarikan objek yang ada pada populasi, sampel yang dimaksud untuk menggambarkan karakteristik dari suatu populasi, maka teknik sampling membutuhkan perhatian yang seksama agar didapat hasil yang Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 9 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
representatif. Sampel yang representatif harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proposional. Menurut data yang peneliti dapatkan dari Pikiran Rakyat Online, jumlah SMP yang terdapat di kota Bandung berjumlah 54 sekolah. SMP-SMP tersebut tersebar di seluruh region kota Bandung yang terdiri dari 5 bagian yaitu Bandung Utara, Timur, Tenggara, Selatan, dan Barat. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling random klaster. Alasan menggunakan teknik ini adalah karena objek penelitian yang tidak diketahui dengan pasti jumlahnya. Pertama-tama populasi dibagi berdasarkan region-region berdasarkan letak geografis. Terdapat 5 region menurut pembagian SMP-SMP yang terdapat di kota Bandung yaitu Bandung Utara, Timur, Tenggara, Selatan dan Barat, dipilihlah secara random dari kelima region tersebut dan didapatkan region Bandung Utara yang terdiri dari 9 SMP. Kemudian dari daftar-daftar SMP yang terdapat di Bandung Utara tersebut, dipilihlah satu SMP secara acak untuk menentukan sampel yang representatif untuk mewakili seluruh unsur dalam populasi. Maka terpilihlah SMP Negeri 14 yang terletak di Jl. Lap. Supratman No 8 Bandung Utara. Setelah peneliti melakukan pra-riset, didapatkan data bahwa SMP Negeri 14 memiliki 998 siswa yang tinggal bersama orang tua mereka yang terdiri dari ayah dan ibu untuk kemudian akan dijadikan calon sampel untuk penelitian. Ukuran atau besar sampel ditentukan berdasarkan metode Yamane: {n= N / ( 1 + Ne 2 )}
Penggunaan rumus Yamane ini dikarenakan jumlah populasi dalam penelitian ini diatas 500. Rumus Yamane dengan tingkat kesalahan pengamatan (error) sebanyak 10%. Angka tersebut ditetapkan oleh peneliti berdasarkan kondisi waktu, tenaga, dan dana. Setelah mengetahui ukuran sampel yang akan diteliti berjumlah 90 anak, maka selanjutnya menentukan siapa yang akan menjadi responden dari seluruh siswa SMPN 14 Bandung. Peneliti menggunakan teknik sampling acak sederhana untuk menentukan siapa yang menjadi responden. Teknik ini dilakukan
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 10 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
sedemikian rupa sehingga setiap unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. (Rakhmat, 2007: 79)
4. Metodologi Penelitian Penilitian yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga dengan Motivasi Belajar Anak di Sekolah”, menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Metode kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Pendekatan korelasional adalah suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan hubungan prediktif dengan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih. Metode korelasional sebenarnya kelanjutan dari metode deskriptif. “Metode deskriptif tidak menjelaskan hubungan diantara variabel, tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi” (Rakhmat, 2005:27). Penilitian ini akan meneliti tentang hubungan komunikasi antarpribadi dalam keluarga dengan motivasi belajar anak di sekolah di SMP Negeri 14 kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga merupakan variabel X, sedangkan Motivasi Belajar Anak di Sekolah merupakan variabel Y. Metode korelasional
mengacu pada studi
yang bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan antarvariabel melalui statistik korelasional. Bahwa rancangan penilitian korelasional didasarkan asumsi bahwa realita lebih baik dideskripsikan suatu jaringan timbal balik dan menginteraksikan daripada hubungan kausal. Menurut Rakhmat (2005:27), jika kedua variabel saja yang kita hubungkan korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation), jika lebih dari dua, kita menggunakan korelasi ganda (multiple correlation). Metode korelasi digunakan untuk (Rakhmat, 2005:31) Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 11 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
1. Mengukur hubungan berbagai variabel 2. Meramalkan variabel yang tidak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental. 4.1 Teknik Pengumpulan Data 1. Angket Angket adalah teknik pengampilan data komunikasi secara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun secara tertulis dan disebarkan untuk mengetahui serta mendapatkan data primer dari responden. Hasil angket digunakan sebagai sumber membuat analisa data dan uraian serta kesimpulan akhir dari penelitian. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara bertanya langsung. Wawancara merupakan metode pengumpulan data secara langsung untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya kepada responden atau kepada orang yang kompeten sesuai dengan masalah yang diteliti. 3. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik yang dilakukan dengan menelaah teoriteori, pendapat-pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khsusnya buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
5. Hasil dan Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan data hasil penyebaran angket pada para siswa SMPN 14 Bandung mengenai “Hubungan Komunikasi Antarpribadi dengan Motivasi Belajar, maka dapat didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap saling terbuka dalam interaksi antar anggota keluarga, orang tua mendengarkan dan menerima keluhan anak dengan seksama, dan saling bertanggungjawab atas ucapan dan pemikiran antar anggota keluarga dalam keluarga yang merupakan
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 12 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
aspek-aspek dari subvariabel X1 yaitu keterbukaan dengan motivasi intrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap yang positif dalam keluarga, dan dorongan untuk menghargai pentingnya orang lain dalam keluarga, yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X2 yaitu sikap positif dengan motivasi intrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara bagaimana memahami dan menyelaraskan perbedaan berpendapat dalam keluarga, dan mengurangi superioritas ketika berpendapat didalam keluarga, yang merupakan aspekaspek dari subvariabel X3 yaitu kesetaraan, dengan motivasi intrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara bagaimana sikap orang tua yang tidak langsung menilai dan mengkritik anak, serta mengetahui dan memahami pemikiran anak melalui sudut pandangnya, yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X4 yaitu empati, dengan motivasi intrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap deskriptif, spontanitas, dan provisional dalam keluarga, yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X5 yaitu sikap mendukung dengan motivasi intrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 6. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap saling terbuka dalam interaksi antar anggota keluarga, orang tua mendengarkan dan menerima keluhan anak dengan seksama, dan saling bertanggungjawab atas ucapan dan pemikiran antar anggota keluarga dalam keluarga yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X1 yaitu keterbukaan dengan motivasi ekstrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah.
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 13 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap yang positif dalam keluarga, dan dorongan untuk menghargai pentingnya orang lain dalam keluarga, yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X2 yaitu sikap positif dengan motivasi ekstrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 8. Terdapat hubungan yang signifikan antara bagaimana memahami dan menyelaraskan perbedaan berpendapat dalam keluarga, dan mengurangi superioritas ketika berpendapat didalam keluarga, yang merupakan aspekaspek dari subvariabel X3 yaitu kesetaraan, dengan motivasi ekstrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 9. Terdapat hubungan yang signifikan antara bagaimana sikap orang tua yang tidak langsung menilai dan mengkritik anak, serta mengetahui dan memahami pemikiran anak melalui sudut pandangnya, yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X4 yaitu empati, dengan motivasi ekstrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah. 10. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap deskriptif, spontanitas, dan provisional dalam keluarga, yang merupakan aspek-aspek dari subvariabel X5 yaitu sikap mendukung dengan motivasi ekstrinsik anak SMPN 14 Bandung ketika belajar di sekolah.
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 14 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol. 1 ., No. 1 (2012)
DAFTAR PUSTAKA
Balson, Maurice. 1999. Becoming Better Parents: Menjadi Orang Tua yang Sukses. Jakarta: PT Grasindo DeVito, Joseph A. 1997, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: Professional Books Juliani. 2007. Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap di RSU Dokter Pringadi Medan. Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalalludin. 2007, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rinaldi, Satrio. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Keluarga dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah. Manajemen Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. Sardiman, A.M. 2008, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sarwono, Sarlito W. 1984, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Octo Jaya Abriyoso -Hubungan Efektivitas Komunikasi... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 15 of 15