perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun Oleh : YUSNIA ASRIATUL CHUSNA K6408063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Yusnia Asriatul Chusna NIM : K6408063 Jurusan/Progam Studi : P. IPS/PPKn
HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN
KINERJA
GURU
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA ini benar
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan
Yusnia Asriatul Chusna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
Oleh : YUSNIA ASRIATUL CHUSNA K 6408063
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari
:
Tanggal :
Senin 15 Oktober 2012
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.Machmud Al Rasyid, SH, M.Si. NIP. 19610215 198903 1 001
Drs.Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd. NIP. 19560515 198503 1 002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Ketua
Nama Terang Dr. Sri Haryati, M.Pd.
Tanda tangan _____________________
Sekretaris
Moh Muchtarom, S.Ag., M.S.I
_____________________
Anggota I
Drs. Machmud Al Rasyid, SH, M.Si
_____________________
Anggota II
Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd.
_____________________
Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
MOTTO
Guru cerminan pribadi yang mulia Anak didik cerminan pribadi yang dinamis Keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dalam pembinaan pribadi yang paripurna (Syaiful Bachri Djamarah)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibu beserta keluarga tercinta yang tak henti
hentinya mendoakan dan
bermujahadah. 2. Mas Andi Asmoro dan adik Yusril Ichza Mahendra 3. Teman
teman PPKn angkatan 2008
4. Almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
ABSTRAK
Yusnia Asriatul Chusna. HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 2) Tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 3) Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian survey. Populasi penelitian adalah SLTA Negeri Surakarta sebanyak 18 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 62 orang sebagai responden. Sampel penelitian sebanyak 52 guru. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Validitas data dilakukan dengan menggunakan validitas internal. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas, uji linieritas, dan uji homogenitas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data variabel daya belajar dan kinerja guru berdistribusi normal. Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru bersifat linear. Sampel penelitian diperoleh dari populasi yang homogen. Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 84,46%. Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. Hasil analisis korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,488 lebih besar dari r tabel sebesar 0,279. Persamaan regresi yang diperoleh yaitu Y = 44,7591 + 0,541X. Koefisien determinasi sebesar 23,8%. Simpulan penelitian ini adalah: 1) Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 84,46%. 2) Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. 3) Ada hubungan yang positif dan signifikan daya belajar dengan kinerja guru SLTA Negeri di Kota Surakarta, dengan kontribusi variabel daya belajat terhadap kinerja guru sebesar 23,8%. Kata kunci: daya belajar, kinerja guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
ABSTRACT
Yusnia Asriatul Chusna. THE CORRELATION BETWEEN LEARNING CAPABILITY AND PERFORMANCE OF CIVIC THEACHERS IN PUBLIC HIGH SCHOOLS IN SURAKARTA IN YEAR 2012. Script. Faculty of Teacher Training and Education of Sebelas Maret University Surakarta. October 2012. This research in aiming at investigating: 1) the level of learning capability of civic teachers in public high school in Surakarta, 2) the level of civic teacher performance ini public high school in Surakarta, and 3) the correlation between learning capability and performance of civic teachers in public high sshools in Surakarta. This surevey research has taken eighteen public high schools in Surakrta as the population and sixty two teachers from those public high schools as the resondents. Fifty two civic teachers are used as the samples. Questionaires are used as a means of data collection. Data validity is conducted by using internal validity. Normally, linearity, and homogenity test are applied to get the prerequesite analysis test. Correlational analysis is applied to conduct the data analysis. The research finding shows that the distribution of variable data of civic
research are taken from homogenous population. The level of learning capability of civic teachers in public high schools in Surakarta is 84,46%. The level of performance of civic teachers in public high school in Surakarta is 72,09%. The result of correlational analysis is attained from r observation is 0,488; that is higher than r table 0,279. The regression equity is Y = 44,7591 + 0,541X. The coefficient determination is 23,8%. The conclussion of this research are: 1) the level of learning capabilty of civic teahers in public high schools in Surakarta is 84,46%. 2) the level of performance of civic teachers in public high school in Surakarta is 72,09%. 3) there is a positive and significant correlations between learning capability and performance of civic teachers in public high schools in Surakarta. The variable contribution of learning capabilty towards teachers performance is 23,8%. Keywords: learning capability, teachers performance.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI . Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendpatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penelitian.
2.
Drs. Saiful Bachri, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penelitian.
3.
Dr. Sri Haryati, M. Pd, Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang telah memberikan izin penelitian.
4.
Drs. Machmud Al Rasyid, SH, M.Si, Pembimbing I yang memberikan pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd, Pembimbing II yang memberikan pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
6.
Kepala sekolah SMA N 1, SMA N 4, SMA N 5, SMA N 6, SMA N 7, SMA N 8, SMK N 1, SMK N 2, SMK N 3, SMK N 4, SMK N 5, SMK N 6, SMK N 7, SMK N 8, SMK N 9, MA N 1, MA N 2, dan SMA LB N Surakarta, yang telah memberikan ijin dan membantu peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
7.
Guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan se Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Surakarta yang bersedia menjadi responden penelitian yang telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
membantu dalam pengumpulan data penelitian, sehingga diperoleh data yang digunakan dalam analisis pada penelitian ini. 8.
Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti sehingga dapat membantu penyusunan skripsi ini.
9.
Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Menyadari keterbatasan kemampuan peneliti, maka kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya, maupun bagi para pembaca pada umumnya. Surakarta,
Oktober 2012
Peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...........................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................
vii
ABSTRAK ............................................................................................................
viii
ABSTRACT ............................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
x
DAFTAR ISI .........................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................
6
C. Pembatasan Masalah .........................................................................
7
D. Rumusan Masalah .............................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ...............................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................
8
1. Secara Teoritis ..............................................................................
8
2. Secara Praktis ...............................................................................
8
KAJIAN PUSTAKA .........................................................................
10
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ..............................
10
1. Kajian tentang Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan
10
2. Kajian tentang Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan .........
20
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
C. Kerangka Berpikir .............................................................................
29
D. Hipotesis ............................................................................................
30
METODE PENELITIAN ..................................................................
31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
31
1. Tempat penelitian ..........................................................................
31
2. Waktu penelitian ...........................................................................
31
B. Rancangan / Desain Penelitian ..........................................................
32
C. Populasi dan Sampel .........................................................................
33
1. Populasi ........................................................................................
33
2. Sampel ...........................................................................................
35
D. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................
36
E. Pengumpulan Data ............................................................................
38
1. Pengertian Angket .........................................................................
39
2. Jenis-Jenis Angket .........................................................................
39
3. Langkah-Langkah Menyusun Angket ...........................................
39
F. Validasi Instrumen Penelitian ...........................................................
40
1. Validitas.........................................................................................
41
2. Reliabilitas .....................................................................................
43
G. Analisis Data .....................................................................................
44
1. Menyusun tabulasi data .................................................................
44
2. Memenuhi persyaratan ..................................................................
44
3. Uji Hipotesis .................................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................
47 47
B. Deskripsi Data ...................................................................................
48
1. Daya Belajar ..................................................................................
48
2. Kinerja guru ...................................................................................
50
C. Uji Persyaratan Analisis ....................................................................
51
BAB III
1. ............................................................................................. Meng uji Normalitas ...............................................................................
52
2. Menghitung Linearitas...................................................................
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
3. Uji Independensi ...........................................................................
53
D. Pengujian Hipotesis ...........................................................................
53
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X dan Y .........
54
2. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear ..............................
54
3. Koefisien Determinasi ..................................................................
54
E. Pembahasan Hasil Analisis Data .......................................................
55
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN .................................................
58
A. Simpulan ............................................................................................
58
B. Implikasi ............................................................................................
58
C. Saran ..................................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
61
BAB V
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ...............................................................
32
Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian Tahun 2012 ..............................................
34
Tabel 3.3. Pengambilan Sampel Penelitian Tahun 2012 .....................................
36
Tabel 4.1. Daftar SLTA Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012 .........................
47
Tabel 4.2. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Jenis Kelamin Tahun 2012 .................................................................
48
Tabel 4.3. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Segi Usia Tahun 2012 ...............................................................................
48
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012 .........................................................................
49
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012 .................................................................................
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
AFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................
29
Gambar 4.1. Histogram Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012 ......................................................................................
49
Gambar 4.2. Histogram Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012 ......................................................................................
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Tabel Krejie dan Morgan ..................................................................
64
Lampiran 2. Kisi-kisi angket penelitian ................................................................
65
Lampiran 3. Angket penelitian ..............................................................................
66
Lampiran 4. Tabulasi Hasil Uji Coba Angket .......................................................
72
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Angket Daya Belajar Guru PKn ........................
76
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Angket Kinerja Guru Guru PKn ........................
79
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Angket Daya Belajar Guru PKn ....................
82
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Angket Kinerja Guru Guru PKn ....................
83
Lampiran 9. Tabulasi data Hasil Penelitian Variabel Daya Belajar Guru PKn ....
85
Lampiran 10. Tabulasi data Hasil Penelitian Variabel Kinerja Guru PKn ..........
86
Lampiran 11. Data Induk Penelitian .....................................................................
88
Lampiran 12. Tabel Kerja Analisis Data...............................................................
90
Lampiran 13. Deskripsi Data Variabel Daya Belajar Guru PKn ..........................
92
Lampiran 14. Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru PKn ...................................
94
Lampiran 15. Uji Normalitas variabel Daya Belajar Guru PKn ...........................
96
Lampiran 16. Uji Normalitas variabel Kinerja Guru PKn ....................................
97
Lampiran 17. Tabel Kerja Uji Linearitas X terhadap Y........................................
98
Lampiran 18. Perhitungan Uji Linearitas X terhadap Y ....................................... 100 Lampiran 19. Perhitungan Uji Independensi ....................................................... 102 Lampiran 20. Menghitung Koefisien Korelasi .................................................... 103 Lampiran 21. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi................................................ 104 Lampiran 22. Menghitung Persamaan Regresi ..................................................... 105 Lampiran 23. Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ............................................. 106 Lampiran 24. Surat Ijin Penyusunan Skripsi dari Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ................................................................ 107
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Lampiran 25. Surat Permohonan Ijin Penelitian/Tryout Kepada Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta ............................................. 108 Lampiran 26. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga ............................................................................................... 109 Lampiran 27. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian di SLTA Negeri Kota Surakarta ............................................................................... 110 Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 128
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kekuatan nasional sebagai sebuah negara. Kekuatan nasional ditentukan oleh berbagai macam faktor yaitu: 1) keadaan wilayah nasional (luas serta potensi kekayaannya) dan jumlah penduduknya, 2) sistem nasional, 3) kemampuan ekonomi, 4) kemampuan militer, 5) tekad nasional, 6) tingkat kecerdasan penduduk, dan 7) strategi nasional. Dari berbagai macam kekuatan tersebut, salah satunya adalah tingkat kecerdasan penduduk (Daoed Joesoef, 2011: 21). UUD 1945 dalam pembukaannya dinyatakan bahwa tujuan nasional negara Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
Ujang Rahman, 2003: 67), yang dapat
diperoleh melalui kecerdasan penduduknya. Kecerdasan penduduk akan dapat dicapai melalui pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan di Indonesia dirasakan selama bertahun-tahun semakin merosot. Kemerosotan tersebut disebabkan oleh banyak faktor seperti, menurunnya kinerja guru, rendahnya motivasi belajar siswa, kurangnya dukungan orang tua, dan lainlain. Sebagaimana dikemukakan oleh Raihan Iskandar (2012), Anggota Komisi X DPR RI, bahwa: Kualitas pendidikan Indonesia tahun ini mengalami kemerosotan. Hal ini berdasarkan laporan The United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011 yang mengumumkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat ke-108 pada 2010 menjadi peringkat ke-124 pada tahun ini. http://beritapks.com, 2012. Diunduh tanggal 21 Juni 2012 Usaha perbaikan sudah dilakukan oleh pemerintah, namun yang menjadi sorotan utamanya adalah pada kurikulum. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1947, disempurnakan dalam kurikulum 1968, disempurnakan menjadi kurikulum 1975, disempurnakan dengan kurikulum 1984, kemudian disempurnakan lagi dengan kurikulum 1994, selanjutnya kurikulum 2004 atau disebut kurikulum KBK, dan sampai saat ini disempurnakan dengan kurikulum
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
tahun 2008 yang disebut dengan KTSP. Sementara itu kemerosotan pendidikan tidak hanya diakibatkan oleh kurikulum tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnnya dan salah satunya adalah kurangnya kemampuan profesionalisme guru maupun keengganan belajar siswa. Dari segi guru, kemampuan profesionalisme guru masih rendah karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti rekruitmen guru yang tidak berdasar pada kemampuan guru dan cenderung ke arah praktek kolusi, manajemen pendidikan yang tidak profesional, birokrasi yang rumit, dan banyak faktor lain. Hal
ternyata kemerosotan pendidikan bukan dikarenakan oleh lemahnya kurikulum dan sarana-prasarana, melainkan oleh kurangnya kompetensi gur pernyataan tersebut jelas bahwa kurikulum yang selama ini selalu diperbaiki ternyata bukanlah penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, akan tetapi ternyata adalah rendahnya kompetensi guru. Kualitas kinerja guru menjadi bagian yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan. Salah satu hal yang terkait dengan kualitas guru adalah kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. Dinyatakan oleh John Schacter (2003: 3) bahwa Why teacher performance-based accountability? Because, it can focus efforts on actual teaching performance and provide a constructive knowledge base to develop teacher quality. Effective teaching is out there. It needs to be defined, measured, and related to student achievement. Dari pernyataan tersebut penilaian kinerja guru didasarkan pada akuntabilitasnya. Kinerja guru dapat difokuskan pada kinerja guru secara nyata dan membangun pengetahuan dasar untuk meningkatkan kualitas guru. Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan teknologi informasi. Kedua hal tersebut berada dalam kehidupan manusia yang terus menerus berkembang dengan pesatnya, dan secara langsung berdampak terhadap dunia pendidikan. Berkembang cepatnya IPTEK dan informasi dimaksud tidak jarang para ilmuan mengalami kesulitan menghadapi dampak dan tantangan nyata yang timbul sebagai akibat dari berbagai macam teori dan praktek serta persepsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
yang dikembangkannya. Kendati perbedaan itu timbul, sudah banyak pula dirasakan manfaatnya bagi dunia pendidikan. Fungsi dan makna pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membantu individu mengembangkan ilmu pengetahuan dan atau teknologi serta informasi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2006 memerintahkan kepada Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo, agar melakukan reformasi dan revitalisasi pendidikan nasional menjelang peringantan hari kemerdekaan RI ke 61 (Winarno Surakhmad, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan sudah dianggap menurun kualitasnya oleh Presiden. Demikian pula dikemukakan oleh Elly Nurcahyanti (2011) dari hasil penelitiannya bahwa guru menurut kelayakan mengajar di berbagai satuan pendidikan adalah sebagai berikut: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (Swasta), untuk SMP yang layak mengajar hanya 54,12% (negeri) dan 60,99% (Swasta), untuk SMA yang layak mengajar 65,29% (negeri) dan 58,26% (Swasta), serta SMK yang layak mengajar hanya 55,49% (negeri) dan 58,26% (Swasta). (http://blog.elearning.unesa.ac.id/elly-nurcahyanti) Menurunnya kualitas pendidikan boleh dikata sangat memprihatinkan. Selain sumber daya yang tidak profesional, juga sarana fisik yang tidak memadai. Banyak guru yang melakukan tindakan asusila terhadap muridnya, guru yang melakukan kegiatan lain yang bersifat pidana. Sementara banyak diberitakan di mass media bahwa sarana fisik sekolah, terutama gedung sekolah sudah tidak layak pakai bahkan sudah tidak dapat digunakan sama sekali. Hal tersebut tentu juga mendukung semakin rendahnya mutu pendidikan. Sumber daya yang tidak profesional yang ditunjang oleh sarana fisik yang sangat tidak memadai sangat mendukung penurunan kualitas hasil pendidikan. Berbagai fenomena sebagaimana dijelaskan di atas juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Yuliani Indrawati (2006: 56) menyimpulkan bahwa Faktor faktor pengetahuan, ketrampilan, motivasi secara simultan berpengaruh sebesar 20,5% terhadap kinerja guru matematika, sisanya 79,5% dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian . Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa faktor
commit to user
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
mempengaruhi kinerja guru. Dari beberapa faktor tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan dan keterampilan, merupakan variabel-variabel yang dapat terbentuk dengan adanya kegiatan belajar. Jadi seorang guru harus tetap belajar untuk dapat memiliki banyak pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya untuk dapat menjadi guru yang profesional. Pada umumnya banyak guru yang enggan untuk belajar. Meskipun banyak yang kuliah lagi di pascasarjana, namun lebih banyak karena tuntutan formal dari kebijakan pemerintah. Jadi yang mendorongnya untuk belajar secara formal masih berasal dari luar (eksternal), yaitu untuk memenuhi ketentuan dari pemerintah yang berkaitan dengan kenaikan pangkat dan golongan dan tentunya juga kenaikan gaji. Sedangkan daya dorong yang berasal dari dalam masih belum begitu kuat. Hal ini tentunya karena motivasi belajar guru yang rendah. Motivasi belajar secara formal jelas karena adanya tuntutan dari pemerintah. Sedangkan motivasi belajar dari faktor internal masih belum muncul. Jika guru memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuannya, atau adanya keinginan untuk menyampaikan ilmu (faktor agamis), atau ingin menjadikan anak didik yang berhasil, maka hal ini tentu akan dapat memunculkan dan atau meningkatkan motivasi internal guru untuk belajar. Hal inilah yang tentunya dapat mempengaruhi daya dorong guru untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Daya dorong para guru untuk belajar yang bersifat internal masih perlu ditingkatkan. Daya dorong ini berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru. Seorang guru yang memahami profesinya, maka akan muncul daya dorong yang bersifat internal. Beberapa di antaranya adalah keinginan menularkan ilmu, meningkatkan kecerdasan siswa, memajukan pendidikan, dan banyak keinginan lainnya yang masing-masing individu berbeda-beda. Daya dorong ini sangat penting bagi guru dalam menunjang profesinya. Adanya daya dorong yang bersifat internal ini akan menjadikan guru belajar dan terus belajar baik secara formal maupun informal. Belajar secara informal berarti guru akan selalu tertarik dengan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Guru akan senang membaca buku, melakukan penelitian, berkreasi, berdiskusi dengan rekan guru, bertanya, dan banyak hal lainnya. Dengan melakukan belajar secara informal tentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
akan meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilannya sebagai seorang guru. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut tentu akan meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian daya dorong belajar guru berkaitan dengan kinerja guru. Daya dorong belajar yang dimiliki guru tentunya akan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Kemampuan guru dalam mengajar akan terlihat dari tingkat kelulusan siswa yang mengikuti ujian akhir. Salah satunya adalah ujian nasional. Di kota Surakarta, hasil ujian nasional tahun 2011 menunjukkan adanya ketidak lulusan siswa. Atau dengan kata lain bahwa ada sebagian sekolah yang tidak dapat meluluskan 100% siswanya. Sebagaimana dinyatakan Nurul Hudayati (2011) sebagai berikut: Mengacu data kelulusan UN 2011, bisa kami sampaikan 21 sekolah dari 37 SMA negeri dan swasta tidak berhasil lulus 100%. Kemudian kelompok SMK, dari 45 sekolah, 33 sekolah lulus 100% dan di kategori MA, dua 2011 Kota Solo, Budi Setiono. http://hudayati-nurul. blogspot.com/2011/05/ pengumuman-kelulusan-smamasmk-tertib-51.html Dari informasi tersebut menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang tidak dapat meluluskan 100% siswanya. Atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang diberikan kepada siswa selama ini belum dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal ini tentunya terkait dengan kinerja guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Usaha meningkatkan kualitas guru juga dilakukan oleh pemerintah melalui pemberian rangsangan yang berupa sertifikasi guru. Kegiatan sertifikasi sebagai upaya meningkatkan kualitas guru dilakukan melalui kegiatan portofolio dan Pendidikan dan Latihan Profesionalisasi Guru (PLPG). Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang menunjukkan bahwa guru benar-benar sudah memiliki kriteria profesional yang ditetapkan oleh pemerintah. Sementara itu kegiatan PLPG merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru agar dapat memenuhi syarat sebagai guru yang profesional. Guru yang sudah memiliki sertifikat profesional juga diberi kehormatan dengan memperoleh gaji yang lebih dari guru lain yang belum bersertifikat. Hal ini untuk menunjukkan bahwa guru yang sudah lulus sertifikasi merupakan guru yang berbeda dari guru pada umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Namun demikian, kegiatan sertifikasi guru juga tidak menjamin bahwa guru yang sudah bersertifikat akan menjalankan tugasnya secara profesional meskipun gajinya telah dinaikkan secara berlipat. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngadirin Setiawan dan Tutuk Ningsih (2010: 289) yang dilakukan di MAN Purwokerto menunjukkan bahwa pemberian sertifikat pendidik memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru, namun besarnya pengaruh menunjukkan sangat lemah dan tidak begitu signifikan . Kinerja guru bersertifikat yang masih lemah tersebut tentunya juga disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Salah satu hal yang terkait dengan permasalahan tersebut adalah pada masalah pengawasan, baik pengawasan dalam proses sertifikasi guru hingga pengawasan dalam pelaksanaan tugas. Secara internal, guru sebagai individu juga menjadi penyebab kinerja guru tidak maksimal. Banyaknya kesibukan guru baik dari sisi pekerjaan, sebagai keluarga, dan sebagai bagian dari hubungan sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Banyak urusan yang harus diselesaikan menjadikan guru sudah kehilangan banyak daya dalam kehidupannya. Karena itu, daya belajar yang mestinya dimiliki guru juga semakin berkurang. Rendahnya daya belajar guru menjadikan guru tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga guru tidak dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Rendahnya daya belajar ini merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja guru. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji tentang hubungan daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, tentunya setiap organisasi memiliki permasalahan tersendiri. Permasalahan muncul karena adanya ketidak seimbangan antara harapan dengan kenyataan. Karena itu, terdapat berbagai macam permasalahan yang muncul dalam organisasi. Beberapa permasalahan yang muncul tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
1. Kurangnya kemampuan profesionalisme guru menjadi salah satu penyebab merosotnya mutu pendidikan di Indonesia. 2. Keengganan belajar siswa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. 3. Rendahnya motivasi guru dapat menjadi penyebab kinerja guru tidak maksimal. 4. Sertifikasi guru yang kurang terkontrol tidak sepenuhnya dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar. 5. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai dan bahkan tidak dapat digunakan merupakan salah satu faktor yang menjadikan kinerja guru tidak maksimal. 6. Rendahnya daya belajar guru menjadikan guru tidak dapat mencapai kinerjanya secara maksimal. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk peneliti dapat mengarahkan pembahasannya dengan lebih seksama dan dapat merumuskan masalah penelitian dengan jelas, serta mengetahui variabel-variabel yang akan diteliti sehingga dapat menentukan cara atau metode pemecahannya dan alat yang dipergunakan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah hubungan daya belajar dengan kinerja guru. Untuk memperjelas batasan masalah di atas, maka dikemukakan batasan istilah sebagai berikut: 1. Daya belajar (learning capability) adalah daya yang mendorong seorang individu dalam melakukan kegiatan belajar. 2. Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
1. Berapakah tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta? 2. Berapakan tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta? 3. Apakah ada hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta? E. Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan dalam usaha menjawab permasalahan penelitian. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan, yaitu mengetahui: 1. Tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 2. Tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 3. Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. F. Manfaat Penelitian Suatu kegiatan tentunya memiliki manfaat-manfaat, terutama kepada pihakpihak yang terkait dengan jenis kegiatan tersebut. Begitu pula dengan kegiatan penelitian, juga memiliki manfaat yang terkait dengan kegiatan penelitian. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaatmanfaat yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Manfaat-manfaat tersebut yaitu: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia di bidang pendidikan, menjadi bahan kajian bagi peningkatan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat mencapai keberhasilan pendidikan moral kepada siswa, dan dapat menjadi pengalaman bagi peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
2. Secara Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar bagi pimpinan lembaga pendidikan dalam usaha meningkatkan kinerja guru dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara nasional, meningkatkan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat menciptakan generasi muda yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian tentang Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, baik dilakukan secara individual, kelompok, maupun dengan bimbingan sehingga perilakunya berubah (Thoifuri, 2007: 99). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa untuk memperoleh pengetahuan diperlukan suatu aktivitas yang dapat memberikan pengaruh pada perubahan perilaku. Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2009: 68). Tilaar menyatakan bahwa
ga (jasmani) itu mempunyai
tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap memiliki daya-daya, misalnya daya untuk mengenal, daya mengingat, daya berkhayal, daya berfikir, daya merasakan, daya
(Tilaar, 2003: 265).
Demikian juga Sumadi Suryabrata (1984: 265) raga (jasmani) itu mempunyai tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap memiliki daya-daya, misalnya daya untuk mengenal, daya mengingat, daya
Dari pendapat ini dapat dijelaskan bahwa sebagaimana jasmani, daya jasmani dapat diperkuat dengan melakukan latihan berulang-ulang. Demikian juga dengan kondisi jiwa seseorang, akan semakin kuat jika dilakukan secara berulang. Kemampuan berpikir seseorang akan semakin kuat jika pikiran itu melakukan aktivitas secara berulang-ulang, misalnya sering mengerjakan soal, sering mengingat sesuatu ataupun aktivitas lainnya yang sifatnya mengulang. Sehubungan dengan masalah belajar, ada beberapa teori yang melandasi kajian tentang belajar. Salah satunya adalah teori psikologi daya. Menurut teori
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
ini, seseorang belajar didasari oleh kesiapan mental yang terdiri dari sejumlah daya (kekuatan) yang bernilai dimana satu sama lain terpisah, seperti: daya mengamati, mengingat, menanggapi, menghayal, dan berpikir yang kesemuanya membutuhkan latihan (Thoifuri, 2007: 99). Lebih lanjut dikemukakan berdasarkan teori kognitivisme bahwa terjadinya tingkah laku manusia karena kemampuan manusia untuk mengetahui dan membuat hubungan antar komponen yang diketahuinya (Thoifuri, 2007: 99). Kemampuan mengetahui inilah menjadikan respons seseorang terhadap stimulan semakin kuat. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas, maka aktivitas psikologis atau jiwa juga memerlukan daya-daya yang mendorongnya sehingga aktivitas yang dilakukan dapat memperoleh tujuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa daya belajar adalah daya yang mendorong seorang individu dalam melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dapat dinyatakan juga sebagai motivasi untuk belajar, yaitu dorongan yang menjadikan seseorang melakukan kegiatan belajar. Daya belajar pada diri seseorang mengarahkan individu untuk terus selalu belajar. Kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk terus menerus belajar merupakan daya belajar atau dapat juga disebut dengan learning capability, sebagaimana dikemukakan oleh Muchtar Buchori (2009: 187) menyatakan bahwa n untuk belajar sendiri secara terus menerus ini, tanpa bantuan orang lain, disebut Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa daya belajar atau learning capability merupakan kemampuan untuk belajar secara terus menerus tanpa adanya paksaan dari siapapun. Jika seseorang memiliki daya belajar, maka individu tersebut akan mengatur dirinya sendiri untuk selalu belajar. Sehubungan dengan masalah daya belajar atau leaning capability, ada pendekatan dalam sistem pembelajaran, yaitu pendekatan independent learning. Pendekatan independent learning adalah belajar mandiri dalam arti mempelajari topik/materi tertentu yang tidak diajarkan oleh guru, tetapi harus dikuasai oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
y, 2004: 342). Pendekatan lain yang berkaitan dengan daya belajar adalah pendekatan selfdirected learning. Pendekatan self-directed learning merupakan
pendekatan
humanistik dalam arti memberi kemerdekaan manusiawi sepenuhnya kepada pembelajar sehingga guru benar(Muhibbin Syah, 2009: 140). Dengan adanya pendekatan tersebut, maka daya belajar dapat mengarahkan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar tanpa memerlukan bantuan orang lain secara penuh. Daya belajar guru terlihat dalam aktivitas belajar seperti membaca, mengikuti pelatihan, melakukan penelitian, dan lain-lain. Berdasarkan berbagai pengertian dan pendapat di atas, maka dapat dikemukakan pengertian daya belajar guru. Dalam penelitian ini didefinisikan daya belajar guru adalah dorongan yang menjadikan seorang guru melakukan kegiatan belajar secara terus menerus secara mandiri. Dengan pengertian tersebut, maka daya belajar guru merupakan aktivitas psikis yang menjadikan guru memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas belajar. b. Daya dorong dan Motivasi Daya dorong belajar sebagaimana dalam simpulan dari berbagai pendapat di atas merupakan daya yang mendorong seseorang atau individu melakukan kegiatan belajar. Daya belajar juga tidak terlepas dari motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari pengertian tentang motivasi belajar. Salah satunya dikemukakan oleh Mc Donald yang
motivation is
an energy change within the person characterized by affective arrousal and (Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 114). Motivasi adalah suatu perubahan di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pengertian tersebut menunjukkan adanya perubahan energi dalam motivasi seseorang yang mengarah pada suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Jadi, motivasi menggerakkan seseorang untuk diimplementasikan dalam kegiatan fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Dengan adanya kegiatan fisik, maka seseorang dapat mencapai sesuatu yang mendorong dirinya untuk melakukan kegiatan tersebut. c. Motivasi 1) Pengertian Muh. Uzer Usman mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk Sukadi, 2006: 37). Pengertian tersebut senada dengan pengertian sebelumnya bahwa motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat yang dilandasi dengan keadaan dan kesiapan dalam dirinya. upakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
(Hamzah B Uno, 2008: 3). Pengertian tersebut lebih mengarah pada perubahan tingkah laku, bahwa dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan dorongan untuk mengadakan perubahan tingkah laku, tidak hanya berbuat sesuatu. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui ada empat elemen dalam motivasi yaitu: a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi. b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. c) Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. d) Tujuan yang dikehendaki adalah perubahan tingkah laku. Adanya keempat unsur tersebut, maka dapat diketahui ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang, yaitu dengan melihat apakah unsur-unsur tersebut nampak dalam diri seseorang atau tidak. Kalau keempat unsur tersebut nampak, maka seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi. Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat dilihat sejauh mana ketiga unsur tersebut nampak dalam tingkah laku atau tindakan tertentu. Terkait dengan pengertian motivasi di atas, dinyatakan bahwa motivasi belajar merupakan komponen kedua konsep belajar mandiri, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
(Haris Mudjiman 2008: 37). Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan dorongan mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Bagi seorang, motivasi belajar akan dapat mengarahkan perilakukan untuk melakukan kegiatan belajar, termasuk perilaku kemandirian belajar. Belajar mandiri juga merupakan perilaku yang berkaitan dengan filsafat konstruktivisme dalam belajar. 2) Fungsi Motivasi Motivasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dari pengertian yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa motivasi memiliki fungsi-fungsi. Fungsi utama motivasi berdasarkan pengertian di atas yaitu mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi ada tiga yaitu: a) Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini berarti motivasi sebagai penggerak atau motir yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan. Motivasi mengarhkan perbuatan seseorang kepada tujuan yang hendak dicapai. Motivasi menggerakkan seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dalam mencapai tujuan yang menjadi motivasi. c) Menyeleksi perbuatan. Motivasi menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Sebaliknya, motivasi menjadikan seseorang menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Sardiman AM, 2006: 85) Sehubungan dengan fungsi motivasi di atas, maka seseorang yang memiliki motivasi tertentu, akan melakukan perbuatan yang mendukung tercapainya tujuan sebagaimana diharapkan. Demikian pula dengan adanya motivasi, akan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dan bahkan mengganggu tercapainya tujuan. Mengenai fungsi motivasi, Winkel mengemukakan bahwa motivasi ibarat kekuatan mesin di kendaraan. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan kendaraan membawa muatan (Martinis Yamin, 2007: 223).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi memang satu hal yang sangat vital bagi seseorang
dalam menjalani kegiatan belajar. Tanpa motivasi,
sebagaimana kendaraan, maka kegiatan belajar tidak dapat berjalan. Lebih dari pada itu, motivasi memiliki hal yang lebih sekedar sebagai mesin, namun juga sebagai penentu arah. Mengenai fungsi motivasi, dinyatakan bahwa fungsi motivasi adalah
motivasi berfungsi sebagai pengarah, dan c. motivasi berfungsi sebagai (Martinis Yamin 2007: 224). Dari pendapat tersebut, senada dengan pendapat Sardiman AM di atas, hanya saja pada point ketiga, bahwa fungsi motivasi adalah sebagai penggerak, sedangkan Sardiman menyatakan sebagai penyeleksi perbuatan. Dari kedua pendapat tersebut jelas menunjukkan bahwa motivasi merupakan hal yang penting bagi penentu tindakan seseorang. Motivasi akan mendorong, mengarahkan, dan menyeleksi ataupun menggerakkan dalam melakukan kegiatan belajar. 3) Jenis-Jenis Motivasi Motivasi memiliki berbagai jenis. Menurut Syaiful Bachri Djamarah (2002: 115) motivasi dibagi menjadi dua, yaitu (2002: 198) mengemukakan bahwa motif dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) motif biogenetis, 2) motif sosiogenetis, dan 3) motif teologis . Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembagian jenis motivasi dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pendapat yang pertama memandang asalnya motivasi, sedangkan pendapat kedua dilihat dari tujuan. Untuk lebih memahami tentang macam-macam motivasi tersebut, di bawah ini diuraikan setiap jenis motivasi. a) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadikan aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, motivasi intrinsik ini memegang peranan penting. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit untuk melakukan suatu perbuatan. Kalaupun ia melakukan biasanya dalam keadaan terpaksa dan tentunya kegiatan yang dilakukan tidak dilakukan dengan baik. Sehingga akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dorongan untuk melakukan sesuatu yang bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi
motivasi intrinsik muncul berdasarkan
kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial (Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 116). Dengan demikian bila seseorang tidak memiliki motivasi intrinsik, maka perbuatan yang dilakukan cenderung sekedar memenuhi tuntutan dan bersifat seremonial saja. Tidak ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas kesadaran diri, melainkan hanya memenuhi syarat yang ditentukan. b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 117). Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam mengarahkan perbuatan seseorang. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar seseorang melakukan suatu perbuatan. Seseorang yang mengharapkan orang lain melakukan sesuatu, maka seseorang akan memberi motivasi kepada orang yang dimaksud. Motivasi tersebut dapat berupa berbagai hal. Misalnya, seorang ibu menginginkan anaknya belajar. Ibu tersebut menyatakan akan membelikan tas jika ia mau belajar dan mencapai ranking satu. Bentuk janji membelikan tas merupakan salah satu bentuk pemberian motivasi dari luar (ekstrinsik).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Motivasi ekstrinsik dapat dipergunakan untuk hal-hal kebaikan, namun juga dapat digunakan untuk hal-hal keburukan. Misalnya, seseorang menyuruh orang lain untuk mengambil milik seseorang dengan imbalan tertentu atau lainnya. Pemberian imbalan tersebut merupakan bentuk motivasi ekstrinsik yang ditujukan untuk hal-hal keburukan. Jadi, motivasi ekstrinsik dapat memberikan pengaruh negatif tetapi juga dapat berpengaruh terhadap
hal-hal yang positif. Misalnya seorang guru
memberikan hadiah bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. c) Motif biogenetis Motif biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhankebutuhan organisme demi kelanjutnya hidupnya. Motif ini lebih banyak bersifat fisik, karena kebutuhan biogenetis merupakan kebutuhan fisik, seperti makan, minum, istirahat, seks, dan lain-lain. Jadi motif biogenetis merupakan dorongan yang mengarakan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. d) Motif sosiogenetis Motif sosiogenetis merupakan motif yang berkembang karena pengaruh lingkungan kebudayaan dimana individu berada. Motif sosiogenetis merupakan faktor yang berkembang karena lingkungan setempat. Adanya motif tersebut menjadikan individu yang berasal dari budaya yang berbeda, motif sosiogenetisnya juga berbeda. Misal motif sosiogenetis yaitu keinginan mendengarkan musik, makan makanan tertentu seperti makan sagu, atau lainnya. e) Motif teologis Motif teologis adalah motif yang bersifat ketuhanan. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Karena itu manusia memiliki hubungan atau interaksi dengan tuhannya. Motif ini akan terlihat dari kegiatan ibadah, atau keinginan untuk mengabdi kepada tuhan (sufi). Berdasarkan berbagai motif di atas, maka dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki motif-motif tertentu. Antara individu yang satu dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
lainnya ada yang berbeda motif hidupnya dan ada yang sama. Selain itu, motif-motif tersebut dapat saja berinteraksi sehingga akan memunculkan perilaku-perilaku tertentu berdasarkan motif-motif pada diri seseorang tersebut. 4) Elemen Motivasi Elemen motivasi terdiri dari
elemen dalam (inner component),
element luar (outer element), tujuan dan motivated states, pemenuhan kebutuhan dan reinforcement tingkah laku (Wasty Sumanto, 1998: 98). a) Elemen dari dalam berupa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang, berupa keadaan tidak puas, atau ketegangan psikologis. Rasa tidak puas psikologis ini bisa timbul oleh karena keinginan-keinginan untuk memperoleh penghargaan pengakuan serta berbagai macam kebutuhan lainnya. b) Elemen dari luar adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan itu sendiri berada di luar diri seseorang itu, namun mengarhkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya. c) Seseorang dapat membuat reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mencapai tujuan, guna mengurangi ketegangan psikologisnya. Dalam banyak hal,orang
dapat
menggunakan
berbagai
cara
untuk
memenuhi
kebutuhannya, dengan memilih tujuan-tujuan yang sulit dicapai. d) Tingkah laku yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi apabila kebutuhan itu ditimbulkan. Tingkah laku yang membawa ke arah tercapainya tujuan, diperkuat (reinforced), yaitu bilamana seseorang dimotivasi lagi dengan cara yang sama, maka tingkah laku itu terjadi lagi. Selain pendapat di atas, pendapat lain tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (
(Sobry Sutikno, 2007: 138).
Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi akan terbentuk jika individu memiliki kebutuhan. Kebutuhan akan muncul bila ada kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Jika seseorang memiliki harapan-harapan tertentu, sedangkan ia tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit untuk dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
memenuhi harapan tersebut, maka muncullah kebutuhan. Dalam kaitannya dengan belajar, seseorang harus mengetahui harapan-harapannya dan mengetahui pula apa yang ia miliki untuk dapat mencapai atau meraih harapan tersebut. Dengan mengetahui apa yang ia miliki dibandingkan dengan harapan-harapannya, maka seseorang merasa memiliki kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk belajar agar apa yang diharapkannya dapat dicapai. Adanya harapan yang belum dapat dipenuhi dengan apa yang dimilikinya, maka akan muncul dorongan-dorongan. Dorongan-dorongan tersebut akan muncul sehingga seseorang mau melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, adanya kebutuhan akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau berusaha memiliki sesuatu yang akan dapat digunakan untuk memenuhi harapannya. Dalam kaitannya dengan tujuan, harapan-harapan dalam dirinya merupakan sesuatu yang hendak dituju. Jadi, tujuan yang akan dicapai merupakan harapan yang muncul dalam dirinya. Dengan demikian, jika seseorang merasa memiliki kebutuhan, kemudian kebutuhan tersebut akan memunculkan dorongan-dorongan tertentu, dan dorongan tersebut adalah untuk mencapai tujuan, maka seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi. Dalam kaitannya dengan belajar, maka motivasi yang dimaksudkan tentunya adalah motivasi belajar. d. Pentingnya motivasi belajar Motivasi belajar bagi seseorang yang sedang belajar merupakan hal yang penting dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Pentingnya motivasi belajar bagi seseorang yaitu: 1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir; 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; 3) Mengarahkan kegiatan belajar; 4) Membesarkan semangat belajar; 5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan besar dan kemudian bekerja yang bersinambungan (Sobry Sutikno, 2007: 139). Dengan memperhatikan pentingnya motivasi belajar, maka seseorang dapat mengarahkan tingkah lakunya agar dapat meningkatkan motivasinya dalam belajar. Memahami pentingnya motivasi juga perlu dilakukan guru agar guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya secara cepat dan tepat. Hal ini terkait dengan salah satu tugas guru yaitu memberikan motivasi kepada siswa agar dapat belajar secara maksimal dalam mencapai tujuan belajar. e. Tolok ukur daya belajar Daya atau energi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Kegiatan belajar akan dapat berlangsung jika ada daya yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Daya belajar belajar dipengaruhi oleh berbagai hal sebagaimana motivasi belajar. Untuk itu, tolok ukur daya belajar dapat diseimbangkan dengan motivasi belajar. Jadi, daya belajar guru dapat diketahui dari motivasi belajar guru. Adapun unsur-unsur motivasi belajar guru sebagaimana pendapat Hamzah B. Uno dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2008: 31). Berdasarkan pendapat tersebut, maka daya belajar dalam penelitian ini dapat diukur dari berbagai hal di atas, yaitu dengan mengetahui hasrat dan keinginan untuk berhasil, memiliki dorongan dan merasa butuh belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, memiliki penghargaan dalam belajar, merasakan ada hal yang menarik dalam belajar, dan adanya dukungan lingkungan yang kondusif untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, secara operasional, daya belajar guru dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik maupun psikhis yang dilakukan oleh guru dalam usaha memperoleh peningkatan pengetahuan. 2. Kajian tentang Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar (Rusman, 2011: 50).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance prestasi kerja atau prestasi sesunggunya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu yang dimulai dengan serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Menurut LAN, kinerja diartikan
prestasi
kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (Rusman, 2011, 50). Hasibuan (1995:36) menyatakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu . Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Dari pendapat di atas bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat diukur Menurut Mulyana (2007: 116) kinerja guru merupakan keberhasilan guru dalam pembelajaran di kelas yang dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses
Segi proses yaitu guru dikatakan berhasil jika mampu melibatkan sebagian besar anak didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat guru pada waktu mengajar di kelas serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan segi hasil yaitu guru dikatakan berhasil apabila mampu mengubah perilaku sebagian besar anak didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang baik. Berdasarkan uraian tentang kompetensi dan peranan guru, tentu dapat diidentifikasi kinerja ideal seorang guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya. Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Menurut August W. Smith, Kinerja adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia
man, 2011:
50). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
ability, capacity, held, incentive,
environment dan validity (Rusman, 2011: 50). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka kinerja guru dapat diartikan sebagai keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi keberhasilan anak didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan adanya perubahan perilaku sebagian besar siswa pada kompetensi dasar. b. Pengertian guru Hakekat guru adalah orang yang senantiasa merasakan keberhasilan dan kegagalan anak didiknya sebagaimana keberhasilan dan kegagalan yang ia miliki dan rasakan sendiri (Thoifuri, 2007: 7). Dinyatakan pula bahwa Guru adalah pemimpin utama yang menjadi tulang punggung atau kekuatan yang menjadi andalan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
Zainal Aqib, 2009: 2).
Dari dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki tanggung jawab terhadap anak didiknya di sekolah. Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab dalam mencapai keberhasilan siswa sebagai individu yang sedang belajar. Sehubungan dengan pengertian di atas, bahwa guru memiliki kompetensi tertentu sebagai syarat menjadi seorang guru. Dinyatakan dalam permendiknas no Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional Pasal tersebut menunjukkan bahwa seorang guru memiliki syarat wajib, yaitu memiliki standar kualifikasi secara akademis dan juga memiliki kompetensi sebagai seorang guru sesuai dengan peraturan yang berlaku secara nasional. Dengan
demikian,
seorang
guru
bukanlah
orang
sembarangan
yang
menyampaikan ilmu tanpa dilandasi oleh kualifikasi akademis dan kompetensi tertentu. c. Guru profesional Istilah guru profesional berasal dari dua kata, guru dan profesional. istilah guru telah dijelaskan, sedangkan istilah profesional dijelaskan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Istilah profesional berasal dari kata profesi. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan profession yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Secara etimologis, istilah profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagi instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Rusman, 2011: 16). Dari pengertian tersebut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan dengan syarat-syarat tertentu berupa pengetahuan. Dari istilah profesi, muncul istilah profesional. Disebutkan dalam UU No
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma t menunjukkan bahwa profesional menunjuk suatu pekerjaan atau kegiatan sebagai sumber penghasilan yang memerlukan keahlian sesuai kualitas atau norma tertentu yang memerlukan pendidikan tertentu. Istilah
guru
profesional
dapat
diberi
pengertian
sebagaimana
program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-
Oemar
Hamalik, 2006: 27). Pengertian lain dikemukakan oleh Rusman (2011: 18) adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
Dari kedua pengertian tersebut bahwa guru profesional merupakan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan di bidang pendidikan dan pembelajaran sehingga dapat menjalankan tugasnya secara maksimal. Menunjuk pada pengertian guru profesional di atas, maka ada guru profesional
madani
sebagaimana
dikemukakan
oleh
Sudarwan
Danim.
Menurutnya, Guru Profesional Madani (GPM) adalah guru yang memiliki:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
1. Pemahaman terhadap karakteristik siswa; 2) penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan; 3) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik; dan 4) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan (Sudarwan Danim, 2011: 113). Guru profesional madani adalah guru profesional yang menguasai masalah pendidikan dan pembelajaran serta didukung kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan profesionalitas serta kepribadiannya secara berkelanjutan. d. Ciri-ciri guru profesional Guru profesional adalah guru yang memiliki ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru. Guru sebagai tenaga profesional, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan dari pada usaha untuk kepentingan pribadi. 2) Guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyartan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru. 3) Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan. 4) Guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. 5) Guru, selalu diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi, serta terlibat secara luas dalam berbagai in service 6) Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career). 7) Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal (Rusman, 2011: 26). Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa seorang guru merupakan jabatan yang tidak mudah untuk dilakukan. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap murid-muridnya saja, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga tanggung jawab sosial. Terhadap diri sendiri, guru profeisonal memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan dirinya agar kemampuannya terus meningkat. Sedangkan tanggung jawab sosial, guru profesional harus mengedepankan kepentingan sosial daripada kepentingan diri sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
e. Tolok ukur kualitas kinerja guru Kinerja guru merupakan harapan bagi semua orang, baik orang tua siswa, siswa sendiri, masyarakat, dan tentu negara juga mengharapkan hasil pendidikan dapat mencetak kader bangsa yang mampu memajukan negara. Harapan tersebut tentunya juga tergantung dari kualitas kinerja guru itu sendiri. Untuk mengetahui kualitas kinerja guru, dikemukakan: ada tolok ukur kualitas kinerja guru yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Rusman, 2011: 54). Dengan demikian, secara operasional, kinerja guru dapat didefinisikan sebagai kemampuan guru dari segi kegiatan pendidikan dan pembelajaran, kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan pribadi, kemampuan melakukan kegiatan sosial dan kemampuan yang berkaitan dengan profesionalitas sebagai guru. Untuk dapat mencapai kualitas kinerja guru, guru memiliki peranan yang berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu: guru melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, guru melaksanakna proses pembelajaran, guru sebagai pelaksana administrasi sekolah, guru sebagai komunikator, guru mampu mengembangkan keterampilan diri, guru dapat mengembangkan potensi anak, guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Kinerja
guru
yang
berkaitan
secara langsung dengan
kegiatan
pembelajaran, memiliki indikator yang lebih spesifik. Dikemukakan oleh Rusman (2011: 97), bahwa penilaian kinerja guru meliputi:
penilaian kinerja dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan membuka
dan
menutup
pembelajaran,
pelaksanaan
variasi
stimulus
pembelajaran, pelaksanaan keterampilan bertanya, dan memberi penguatan Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dinilai meliputi tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan standar kompetensi, indikator, ranah tujuan, kesesuaian dengan kurikulum, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran yang dapat dinilai meluputi kemampuan membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
belajar,
kegiatan
pembelajaran,
blajra
evaluasi
mengajar,
kemampuan
pembelajaran,
kemampuan
menggunakan menutup
media kegiatan
pemblajaran, dan tindak lanjut. Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran meliputi kegiatan membuka pelajaran dari segi sikap,, memulai pelajaran, melakukan apersepsi, keterkaitan pendahuluan dengan inti pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran meliputi kemampuan menyimpulkan, menggunakan kata-kata yang membesarkan hati siswa, memberikan evaluasi lisan dan tulisan, serta memberikan tugas. Pelaksanaan stimulus pembelajaran meliptui gerak guru, iyarat guru, suarau guru, pemusatan perhaian, pola interaksi, diam sejenak, dan penggantian indera penglihatan/pendengaran. Keterampilan bertanya meliputi kejelasan pertanyaan, kejelasan hubungan pertanyaan dengan materi, pemberian waktu berpikir, pendistribusian pertanyaan, dan pemberian tuntunan. Kemampuan memberi penguatan meliputi kemampuan mengucapkan kata sanjungan, kalimat sanjungan, pujian, penguatan dengan gerak non verval seperti senyuman, pendekatan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan memberi hadiah yang relevan. f. Hubungan Daya Belajar dengan Kinerja Guru Daya belajar merupakan daya atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Bagi guru, daya belajar berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru. Pengembangan kompetensi tidak harus dilakukan atau diadakan oleh pimpinan. Akan tetapi pengembangan kompetensi dapat dilakukan sendiri oleh masing-masing individu. Guru yang memiliki energi atau daya untuk mengembangkan dirinya sendiri merupakan guru yang profesional madani (GPM). Dinyatakan oleh Sudarwan Danim (2011: 125)
intelektual, mental, emosional, da Dari pernyataan tersebut jelas bahwa guru yang profesional merupakan guru yang energik baik fisik maupun mental, intelektual, emosional, dan spritualnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Dengan adanya energi atau daya yang kuat tersebut, maka guru dapat mengembangkan profesionalitas di dalam dirinya. Guru profesional merupakan guru yang menjalankan tugas sesuai dengan etika profesional. Guru yang demikian melakukan tugas sesuai dengan aturan yang ada dan lebih tertuju pada pencapaian tujuan dari pada untuk kepentingan -mata karena rasa terpanggil untuk berbuat, tanpa mengingkari ada maksud yang ingin dicapai dirinya secara individual, seperti gaji, aktualisasi diri, mengisi waktu luang, atau rekreas
(Sudarwan Danim, 2011: 125).
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa guru profesional menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya dan tentunya juga masih mengakui adanya kebutuhan individualnya sebagai manusia yang memerlukan banyak hal. Namun dalam hal ini tentunya masing-masing dijalankan sesuai dengan porsi yang berimbang. Guru profesional menjalankan tugas sesuai hak dan kewajibannya secara berimbang. Sebagaimana uraian di atas bahwa guru profesional merupakan guru yang energik, menjalankan tugas dan kehidupan pribadinya secara seimbang. Lebih lanjut lagi bahwa guru profesional selalu berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sudarwan Danim (2011: 132) bahwa
Pernyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa guru profesional akan selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik. Dengan demikian, maka kinerja guru profesional akan semakin menuju kesempurnaan atau kinerja yang maksimal sesuai dengan tujuan. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa adanya energi atau daya yang ada dalam diri guru profesional, maka salah satu daya yang ada merupakan daya belajar yang akan digunakan untuk selalu mengembangkan dirinya secara profesional. Dengan tidak meninggalkan kehidupannya, guru profesional menjalankan hak dan kewajibannya secara berimbang. Energi atau daya yang dimiliki oleh guru profesional akan selalu mengarahkan dirinya kepada prestasi yang lebih baik lagi. Jadi, daya belajar yang ada dalam diri guru akan mengarah pada kinerja yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Moch Bruri Triyono dan Badrun Kartowagiran (2009) yang menyimpulkan bahwa: Model evaluasi kinerja guru professional ini terdiri dari tiga komponen, yakni: (1) mekanisme penilaian kinerja guru professional, (2) kriteria atau indikator guru professional, dan (3) instrumen kinerja guru profesional yang terdiri dari IPKG I, IPKG II, dan instrumen penilaian atasan dan pengawas yang ketiga-tiganya adalah instrumen sertifikasi guru. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji masalah kinerja guru. Sedangkan perbedaannya yaitu variabel yang terkait dengan penelitian, dalam penelitian ini dikaitkan dengan variabel daya belajar, sedangkan penelitian yang lalu hanya membahas satu variabel saja. Perbedaan juga terletak pada metode penelitian, dimana penelitian yang lalu merupakan penelitian kualitatif, sedangkan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif
korelasional.
Analisis
data juga berbeda,
penelitian
yang lalu
menggunakan analisis interaktif, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis korelasi.
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran tentang hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi bahan kajian adalah daya belajar (learning capability) dan kinerja guru. Alur pemikiran dari hubungan variabel-variabel tersebut dapat diuraikan secara singkat di bawah ini. Daya belajar guru adalah kekuatan yang digunakan oleh seseorang guru untuk melakukan suatu kegiatan. Daya belajar guru dapat dilihat dari adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita, penghargaan, kegiatan yang menarik, dan lingkungan yang kondusif. Dengan adanya hal-hal tersebut maka akan memunculkan daya belajar yang kuat. Tinggi rendahnya daya yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan tingkat aktivitas seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Jadi daya belajar akan berkaitan juga dengan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan dari aktivitas yang dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Guru sebagai seorang pengajar, melakukan suatu aktivitas, yaitu kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa. Dalam menyampaikan pengetahuan tersebut diperlukan kemampuan yang harus selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan jaman. Untuk itu, guru perlu melakukan kegiatan belajar agar dapat memiliki kemampuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Tujuannya agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Tujuan pembelajaran merupakan keberhasilan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam melakukan diagnosis, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan administrasi sekolah, kemampuan komunikasi, pengmbangan keterampilan, pengembangan potensi anak, dan pengembangan kurikulum. Dengan terlaksananya berbagai hal tersebut, maka tentu akan menghasilkan kinerja yang maksimal. Untuk dapat melakukan kegiatan belajar, guru memerlukan daya tertentu sehingga ia mau dan mampu melakukan kegiatan belajar. Daya tersebut dapat berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya daya belajar seorang guru sebagaimana telah disebutkan di atas. Dengan adanya daya belajar yang baik, maka guru dapat memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelenggarakan pembelajaran secara maksimal. Secara grafis, hubungan variabel tersebut dapat digambarkan di bawah ini:
Daya Belajar (learning capability)
Guru
Kegiatan Pembelajaran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
commit to user
Kinerja Guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang signifikan antara daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian merupakan objek dari kegiatan penelitian, sedangkan waktu penelitian menunjukkan berlangsungnya kegiatan penelitian tersebut. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar dinyatakan (2011: 41) dan waktu penelitian bermanfaat untuk membatasi daerah dan waktu dari variabelvariabel yang dite Karena itulah maka penelitian ini juga menetapkan tempat dan waktu penelitian. 1. Tempat Penelitian Penelitian sosial dilakukan di suatu tempat tertentu. Tempat tersebut merupakan tempat keberadaan objek penelitian. Penentuan waktu terkait dengan fenomena permasalahan yang perlu dikaji. Tempat penelitian yang dijadikan objek memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian ini adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Kota Surakarta. Peneliti mengambil lokasi di Kota Surakarta, dengan alasan sebagai berikut : a. Terdapat fenomena tentang kekurangberhasilan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ditunjukkan masih adanya beberapa sekolah yang tidak dapat meluluskan siswanya. b. Tersedia data penelitian yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini terkait dengan salah satu tujuan dari suatu penelitian yang dilakukan dan kemampuan peneliti sehubungan dengan waktu yang tersedia untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah usulan penelitian disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, dan setelah mendapat ijin dari pihak yang berwenang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2012. Adapun jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian 2012 Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
Keterangan 1. Persiapan a. Mengurus perizinan b. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru c. Menyusun angket d. Melakukan ujicoba angket e. Menganalisis hasil ujicoba dan merevisi angket 2. Pelaksanaan Penelitian a. Penyebaran angket/kuesioner b. Skoring angket c. Tabulasi data hasil angket d. Analisis data hasil penelitian 3. Penyusunan laporan/skripsi a. Penyusunan draf b. Pengetikan skripsi 4. Pelaksanaan ujian skripsi
X X X
X X X X
X X X
X X X
X
B. Rancangan / Desain Penelitian Ada beberapa macam jenis penelitian yang digunakan dalam sebuah kegiatan penelitian, tergantung dari metode penelitiannya. Riduwan (2008 : 49) mengemukakan bahwa
metode penelitian dapat berbentuk: metode penelitian
survey, expost facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research, evaluasi, dan Dari berbagai macam jenis penelitian tersebut, sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian survey. Disebutkan oleh Kerlinger (1996) bahwa Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis
Riduwan,
2008: 49). Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada populasi tertentu dengan mengambil sampel sebagai sumber data. Selanjutnya, penelitian dimaksudkan untuk menganalisis kejadian-kejadian yang sifatnya relatif sesuai dengan keadaan objek penelitian, mendistribusi data yang diperoleh, dan mencari hubungan antara variabel dalam penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu daya belajar sebagai variabel bebas dan kinerja guru sebagai variabel terikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Karena itu, maka penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara daya belajar dengan kinerja guru. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian dilakukan pada suatu objek atau tempat tertentu. Objek atau tempat penelitian bidang sosial yaitu berupa sebuah lembaga atau organisasi yang berisi orang-orang yang menjadi anggota dari lembaga atau organisasi. Jadi yang menjadi objek dalam penelitian sosial adalah orang-orang yang kemudian disebut sebagai populasi. Objek yang dimaksud adalah perilaku dari orang-orang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Sehubungan dengan populasi, Suharsimi Arikunto (2010 : 173)
subyek
Berbeda halnya dengan Saifuddin Azwar (2004: 77) yang mengeok subjek yang hendak dikenai Sementara itu, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2011: 42) menyatakan
kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Dari pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki subyek tersebut. Adapun populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Atas Negeri di Kota Surakarta, dengan jumlah sekolah sebanyak 20 sekolah yang terdiri dari 8 SMAN, 9 SMKN, 2 MAN, dan 1 SMALB. Namun dari 20 sekolah, ada 2 sekolah yang tidak bersedia digunakan sebagai tempat penelitian, sehingga hanya ada 18 sekolah yang menjadi tempat penelitian. Adapun daftar sekolah yang menjadi lokasi penelitian sebagai populasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lokasi Penelitian SMA N 1 Surakarta SMA N 4 Surakarta SMA N 5 Surakarta SMA N 6 Surakarta SMA N 7 Surakarta SMA N 8 Surakarta SMK N 1 Surakarta SMK N 2 Surakarta SMK N 3 Surakarta SMK N 4 Surakarta SMK N 5 Surakarta SMK N 6 Surakarta SMK N 7 Surakarta SMK N 8 Surakarta SMK N 9 Surakarta MA N 1 Surakarta MA N 2 Surakarta SMA LB N Surakarta Jumlah
Jumlah Guru 5 4 5 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 1 62
Dari sejumlah sekolah tersebut, terdapat guru Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 62 orang guru. Dengan demikian, jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 62 orang guru Pendidikan Kewarganegaraan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
2. Sampel Suatu penelitian dilakukan terhadap sebagian dari anggota populasi yang ada. Sebagian dari anggota populasi yang menjadi responden penelitian biasa disebut sampel. Penelitian dilakukan terhadap sampel karena adanya beberapa alasan.
sampel dalam penelitian didasari oleh pertimbangan efisiensi sumber daya. Sumber daya tersebut Dari pendapat tersebut bahwa pengambilan sampel dalam penelitian terkait dengan kemampuan peneliti yang terkait dengan ketersediaan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Sehubungan
dengan
sampel,
Suharsimi
Arikunto
(2010:
174)
Sampel yang diambil harus representatif, yakni mewakili populasi dalam arti semua ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada populasi tercermin pada sampel. Oleh karena itu dalam menentukan sampel harus mengikuti teknik-teknik yang ditentukan. Dalam menentukan jumlah sampel, harus dilakukan dengan teknik tertentu agar dapat mewakili populasinya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 177) menentukan besarnya sampel, peneliti harus melakukannya dengan berbagai pertimbangan, antara lain keberagaman karakteristik, misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal daerah, suku, agama atau kepercayaan, usia, dan lain-lain yang sekiranya terkait dengan variabel yang diteliti Sementara itu dik
-
teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat dipertanggung jawabka
(Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 46).
Karena itulah, maka dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan sampel. Dalam menetapkan besarnya anggota sampel, maka beberapa pertimbangan yaitu:
(1)
(Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 47). Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam suatu penelitian juga menetapkan sampel dengan teknik tertentu. Penggunaan teknik tertentu penetapan jumlah sampel terkait dengan masalah keterbatasan peneliti, yang terkait dengan ketersediaan waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
penelitian, kemampuan dari segi tenaga untuk pengumpulan data, dan tentunya besarnya biaya penelitian. Sesuai dengan uraian tentang pengambilan sampel di atas, maka penetapan sampel dapat dilakukan berdasarkan tabel yang disusun oleh Krejie dan Morgan (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 51). Tabel Krejie dan Morgan dapat dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan tabel Krejie dan Morgan, dengan jumlah populasi sebanyak 62 orang, maka jumlah sampel sebesar 52. Pengambilan sampel dilakukan secara random. Hasil pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3. Pengambilan Sampel Penelitian Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lokasi Penelitian SMA N 1 Surakarta SMA N 4 Surakarta SMA N 5 Surakarta SMA N 6 Surakarta SMA N 7 Surakarta SMA N 8 Surakarta SMK N 1 Surakarta SMK N 2 Surakarta SMK N 3 Surakarta SMK N 4 Surakarta SMK N 5 Surakarta SMK N 6 Surakarta SMK N 7 Surakarta SMK N 8 Surakarta SMK N 9 Surakarta MA N 1 Surakarta MA N 2 Surakarta SMA LB N Surakarta
Proportional Sampel (5/62) x 52 (4/62) x 52 (5/62) x 52 (4/62) x 52 (3/62) x 52 (4/62) x 52 (2/62) x 52 (4/62) x 52 (3/62) x 52 (3/62) x 52 (4/62) x 52 (3/62) x 52 (3/62) x 52 (3/62) x 52 (4/62) x 52 (3/62) x 52 (4/62) x 52 (1/62) x 52 62
Jumlah Sampel 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 52
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel atau disebut juga sampling adalah
roses
pengambilan atau memilih n buah elemen/objek/unsur dari populasi yang berukuran N (Nugraha Setiawan, 2005: 1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Pendapat lain dikemukakan bahwa: sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-
(Hadari
Nawawi, 1995: 152). Pengambilan sampel merupakan bagian dari kegiatan dalam penelitian, terutama penelitian yang melibatkan populasi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam menentukan sampel, diupayakan untuk dapat mewakili populasi penelitian. Untuk itu, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan situasi dan konsisi populasi penelitian. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Berbagai macam cara pengambilan sampel dikemukakan oleh beberapa ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1995 : 152)menyebutkan ada dua teknik sampling sebagian berikut : 1. Probability Sampling Teknik sampling ini termasuk teknik random sebagai cara penentuan sampel yang objektif, karena memperhitungkan besarnya variasi populasi yang dapat menjadi sumber kekeliruan dalam penarikan sampel. 2. Non Probability Sampling Teknik sampling ini termasuk non random sampling, karena tidak memperhitungkan variasi antara setiap unit sampling dan kemungkinan kekeliruan sampel. Sutrisno Hadi menyatakan bahwa ada beberapa cara pengambilan sampel dalam penelitian baik teknik random sampling maupun teknik non random sampling sebagai berikut : 1. Secara Random Sampling dapat ditempuh dengan ; a. Cara Undian b. Cara Ordinal. c. Cara Random dari bilangan random 2. Secara Non Random Sampling dapat dilakukan dengan : a. Proporsional sampling. b. Stratified sampling. c. Purposive sampling. d. Quota sampling e. Double sampling. f. Area probability sampling g. Cluster sampling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
h. Accidental sampling i. Combioned sampling (Sutrisno Hadi, 2005: 76). Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik tersebut bertujuan agar sampel pada penelitian ini dapat digeneralisasi pada populasi penelitian, sehingga sampel yang diambil benar-benar representatif dan dapat memenuhi syarat sebagaimana populasinya. Proportional random sampling adalah penarikan sampel yang dilakukan secara proportional, yaitu mengambil sampel dari beberapa kelompok populasi sesuai dengan jumlah proporsi yang ada. Sedangkan pengambilan sampel secara random adalah pengambilan sampel secara acak. Dengan demikian, proportional random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel secara proporsional di setiap kelompok populasi, dan pengambilan pada tiap kelompok populasi dilakukan secara acak.
E. Pengumpulan Data Penelitian dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan kajian teori. Untuk dapat membuktikan hipotesis tersebut, diperlukan data dari objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2011: 52)
Data yang diperlukan dalam pengujian hipotesis tentunya dikumpulkan dengan caracara tertentu. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2011: 52) Karena itulah maka dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan teknik tertentu sesuai dengan jenis-jenis pengumpulan data. Ada beberapa teknik pengumpulan data. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2011: 52) mengemukak atas (1) observasi, (2) w Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Idrus (2007: 126) bahwa teknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Dari berbagai macam teknik pengumpulan data tersebut, sesuai dengan keperluan penelitian maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu angket/kuesioner. 1. Pengertian Angket Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 194)
Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atas halJadi jelas bahwa teknik pengumpulan data dengan angket adalah pengumpulan data untuk menyelidiki suatu masalah dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan informasi keterangan, tanggapan atau hal yang diketahui secara tertulis. 2. Jenis-jenis Angket Suharsimi Arikunto (2010 :195) mengemukakan bahwa kuesioner dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang. a. Dipandang dari cara menjawabnya, ada: a) Kuesioner terbuka b) Kueioner tertutup b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada: a) Kuesioner langsung b) Kuesioner tidak langsung c. Dipandang dari bentuknya, ada: a) Kuesioner pilihan ganda b) Kuesioner irisan c) Check list d) Rating scale Dalam penelitian ini angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket langsung tertutup dengan bentuk rating scale yaitu angket yang berupa daftar pertanyaan yang disediakan untuk responden agar mereka menjawab tentang dirinya sendiri, yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih satu jawaban pada kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. 3. Langkah-Langkah Menyusun Angket Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tujuan pembuatan angket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
b. Menentukan aspek-aspek yang akan diukur (Lampiran 2). c. Menyusun petunjuk pengisian angket. d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan indikator-indikator yang akan diteliti (Lampiran 3). e. Mengadakan uji coba (try out) f. Revisi angket Setelah angket diuji cobakan, maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi. Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan atau mendrop item-item pertanyaan yanng tidak valid atau tidak reliabel. g. Memperbanyak angket Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel, diperbanyak sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel. Angket siap untuk disebarkan kepada responden. h. Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak dan sudah mendapatkan umpan balik dari responden sebagai alat pengumpul data yang kemudian dianalisis.
F. Validasi Instrumen Penelitian Setelah angket disusun, angket tersebut perlu diuji cobakan untuk mengetahui letak kelemahan atau hal-hal yang akan menyulitkan responden dalam menjawab pertanyaan. Selain itu uji coba (try out) ini bertujan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket tersebut. Sutrisno Hadi (1999 : 166) mengemukakan sebagai berikut: Tujuan mengadakan try out : a. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya b. Untuk menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. c. Untuk memperbaiki pertanyaan-partanyaan yang biasanya dilewati, menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal. d. Untuk menambahkan item yang sangat perlu atau meniadakan item-item yang dinyatakan tidak relevan dengan tujuan riset.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Uji coba atau try out dari angket dilakukan pada anggota populasi di luar sampel penelitian. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket digunakan alat ukur sebagai berikut : 1. Validitas Suharsimi Arikunto (2010 : 211) mengemukakan bahwa yang dimaksud kan tingkat-tingkat kevalidan dan
Dengan demikian suatu instrumen dikatakan sahih atau valid jika mempunyai validitas yang tinggi atau sebaliknya mampu mengukur atau mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Ada dua jenis validitas untuk instrument p (Suharsimi Arikunto, 2010: 212). Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas logis apabila instrument tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrument yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi sedangkan instrument yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi. Menurut Sugiyono (2009:174), instrument yang valid harus mempunyai
Instrument yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrument secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur, validitas internal ini terdri dari dua macam validitas yakni: (1) validitas konstrak (Construct Validity) dan (2) Validitas isi (content validity). Validitas konstrak disusun berdasarkan teori yang relevan. Sedangkan validitas isi (Content Validity), disusun berdasarkan rancangan atau program yang telah ada. Instrument yang dinyatakan mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrument disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas konstrak dan validitas butir. Berdasarkan validitas konstrak dan validitas butir, untuk validitas konstrak angket diturunkan dari teori yang dituangkan dalam indikator-indikator dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
selanjutnya menjadi kisi-kisi instrument. Untuk validitas butir, angket diujicobakan, kemudian hasil uji coba dianalisis. Adapun untuk validitas butir, dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu : rxy
N X2
N
XY (
(
X )(
X )2 N
Y) Y2
(
Y )2
(Suharsimi Arikunto, 2010:213)
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi antara variabel x dan y
X
= Skor masing-masing item
Y
= Skor total
XY = Jumlah perkalian X 2 = Jumlah kuadrat X Y 2 = Jumlah kuadrat Y N = Jumlah subjek Hasil uji validitas yang telah dilakukan terhadap 10 responden diperoleh data seperti terlihat pada lampiran 4. Hasil uji validitas sebagai berikut: a. Angket Daya Belajar Angket uji coba tentang daya belajar dalam penelitian ini sejumlah 20 butir pernyataan. Dari 20 butir tersebut, terdapat 4 butir yang dinyatakan tidak valid, karena hasil analisis korelasi menunjukkan nilai kurang dari r tabel. Butir yang tidak valid tersebut adalah butir nomor 5, 8, 13, dan 19 (Lampiran 5). Keempat butir tersebut kemudian didrop atau dihilangkan dan tidak digunakan dalam penelitian, karena ada butir lain yang dapat mewakili indikator yang sama. Sehingga angket yang digunakan untuk penelitian sebanyak 16 butir pernyataan. b. Angket Kinerja Guru Angket uji coba tentang kinerja guru dalam penelitian ini sejumlah 24 butir pernyataan. Dari 24 butir tersebut, terdapat 4 butir yang dinyatakan tidak valid, karena hasil analisis korelasi menunjukkan nilai kurang dari r tabel. Butir yang tidak valid tersebut adalah butir nomor 6, 13, 16, dan 23 (Lampiran 6). Keempat butir tersebut kemudian didrop atau dihilangkan dan tidak digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
dalam penelitian, karena ada butir lain yang dapat mewakili indikator yang sama. Sehingga angket yang digunakan untuk penelitian sebanyak 20 butir pernyataan. 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu instrumen. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto b pengertian sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat (2010 :221). Menurut Sugiyono (2009: 183)
reliabilitas instrumen dapat
. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan tes-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. Untuk reliabilitas angket dalam penelitian ini digunakan uji konsistensi internal (Internal Consistency). Suatu instrumen yang memiliki reliabilitas yang tinggi dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat dipercaya. Uji reliabilitas angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus alpha, yaitu:
k
r11
k 1
1
2 b 2 t
( Suharsimi Arikunto, 2010 : 239 )
Keterangan : r11
= Reliabilitas instrumen yang dicari
k
= Banyaknya butir pertanyaan 2 b 2 t
= Jumlah varian butir soal / banyak soal = Varians total Hasil uji reliabilitas angket daya belajar diperoleh r11 sebesar 0,971
(Lampiran 7). Kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan N = 10 dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,632. Karena harga r11 > r tabel, maka angket daya belajar dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas angket kinerja guru diperoleh r11 sebesar 0,978 (Lampiran 8). Kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan N = 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,632. Karena harga r11 > r tabel, maka angket kinerja guru dinyatakan reliabel.
G. Analisis Data Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dalam rangka pengujian hipotesis dan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi. Adapun langkah-langkah analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menyusun Tabulasi Data Data yang telah diperoleh kemudian disusun ke dalam tabel-tabel untuk memudahkan dalam perhitungan. 2. Memenuhi Persyaratan Uji persyaratan untuk teknik analisis statistik dengan korelasi, yaitu : a. Sampel diambil secara random b. Uji normalitas Untuk menguji normalitas data digunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut : fh
fo
2
2
fh
(Suharsimi Arikunto, 2010: 333 )
Dimana : 2
= Chi Kuadrat fo
= Frekuensi yang diperoleh dari hasil observasi
fh
= Frekuensi yang diharapkan
c. Uji linieritas Uji linearitas ini digunakan untuk menguji apakah model linear yang diambil benar-benar cocok atau tidak dengan keadaannya. Bila letak titik variabel bebas dan terikat berada sekitar garis lurus, maka dapat menggunakan metode linear. Tetapi metode linear kurang cocok, maka dapat menggunakan metode non-linear.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Adapun perhitungan uji linieritas dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut: JK (G)
=
JK (TC)
= JK (S)
JK (E), dimana:
JK (S)
= JK (T)
JK (T)
=
JK (a)
=
JK (a/b)
=b
b
=
JK (a)
JK (b/a)
dkTC dk(G) RJK (TC) = RJK (G)
=
Fhit
=
(Sudjana, 2002: 332)
d. Uji Independensi Uji
independensi
dilakukan
untuk
mengetahui
ketidakterikatan
(independen) variabel bebas dengan variabel terikat. Uji independensi dilakukan dengan menggunakan uji F. Adapun rumus uji F adalah sebagai berikut: F
JK reg /k
RK
reg
JK res /(n - k - 1)
RK
res
(Syafaruddin Siregar, 2004: 207) 3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang diterima atau ditolak. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Menghitung korelasi sederhana antara X dan Y
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
N
rxy N
XY
X2
X
2
X
Y
N
Y2
2
Y
(Suharsimi Arikunto, 2010 : 213 ) b. Uji signifikansi koefisien korelasi Uji signifikansi koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah harga koefisien korelasi dari hasil perhitungan signifikan atau tidak. Uji signifikansi koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan rumus sebagai berikut: t
r N-2 1- r2
(Syafaruddin Siregar, 2004: 211) c. Menghitung persamaan garis regresi linear dengan rumus :
Y
a0
a1 X 1
(Sudjana, 2002 : 198)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Surakarta yang terdiri dari SMU Negeri dan SMK Negeri. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas tersebut di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta. Setiap sekolah terdapat guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 2 sampai 3 orang guru. Secara lebih jelas, SLTA Negeri di kota Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1. Daftar SLTA Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012 Nama Sekolah MAN 1 Surakarta MAN 2 Surakarta SMALB/B Negeri SMAN 1 Surakarta SMAN 2 Surakarta SMAN 3 Surakarta SMAN 4 Surakarta SMAN 5 Surakarta SMAN 6 Surakarta SMAN 7 Surakarta SMKN 1 Surakarta SMKN 2 Surakarta SMKN 3 Surakarta SMKN 4 Surakarta SMKN 5 Surakarta SMKN 6 Surakarta SMKN 7 Surakarta SMKN 8 Surakarta SMKN 9 Surakarta
Alamat Sekolah Jl. Sumpah Pemuda 25 Jl. Slamet Riyadi 308 Jl. Mr. Sartono, Cengklik Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta Jl. Prof. Wz. Johanes 58 Surakarta Jl. Adisucipto No. 1 Jl. Letjen. Sutoyo 18 Surakarta 57135 Jl. Mr. Sartono No. 30 Jl. Mr. Muhammad Yamin No. 79 Jl. Sungai Kapuas No. 28 Surakarta Jl. Lu Adisucipto No. 33 Jl. Brigjen Sudiarto No. 34 Jl. Lu. Adisucipto No. 40 Jl. Lu. Adisucipto No. 42 Jl. Lu. Adisucipto No. 38 Jl. Jend. Akhmad Yani No. 374 Jl.Sangihe,Kepatihan Wetan Surakarta Banyuanyar
Dari sejumlah sekolah tersebut, terdapat 2 sekolah yang tidak bersedia digunakan sebagai tempat penelitian, yaitu SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Surakarta. Dari jumlah sekolah yang bersedia ditempati sebagai objek penelitian, terdapat guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sejumlah 62 orang guru. Keadaan karakteristik guru Pendidikan Kewarganegaran yang menjadi populasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Jenis Kelamin Tahun 2012 No. 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah 30 32 62
Jumlah
Persentase 48,4 51,6 100,0
Tabel 4.3. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Segi Usia Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia Responden 30 - 35 36 - 40 41 - 45 46 - 50 51 - 55 56 - 60 Jumlah
Jumlah 3 4 18 20 12 5 62
Persentase 4,84 6,45 29,03 32,26 19,35 8,06 100,0
B. Deskripsi Data Penelitian ini membahas tentang hubungan variabel bebas yaitu daya belajar (X) dengan variabel terikat yaitu kinerja guru (Y). Data kedua variabel tersebut diperoleh melalui angket. Peneliti menggunakan angket sebagai teknik utama untuk pengumpulan data mengenai daya belajar dan kinerja guru. Melalui proses tabulasi data daya belajar (Lampiran 9) dan kinerja guru (Lampiran 10), kemudian diperoleh data induk penelitian (lampiran 11). Selanjutnya, dibuat tabel kerja analisis data sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 12). Berdasarkan tabel kerja analisis data, maka peneliti mengemukakan deskripsi data sebagai berikut : 1. Daya Belajar Data daya belajar yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada 52 responden sebagai subjek penelitian, dapat diketahui :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
a. Nilai tertinggi
: 73
b. Nilai terendah
: 53
c. Nilai Rata-rata
: 63,35
d. Standar deviasi
: 4,19
e. Median
: 63,26
f. Modus
: 63,0 (lampiran 13)
Berdasarkan banyaknya data, maka dapat dibuat 7 kelas interval dengan interval kelas sebesar 3. Distribusi data variabel daya belajar sebagai berikut: Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Data KewarganegaraanTahun 2012
Daya
Belajar
Guru
Pendidikan
No
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase
1 2 3 4 5 6 7
71-73 68-70 65-67 62-64 59-61 56-58 53-55 Jumlah
2 7 10 17 10 4 2 52
3,85% 13,46% 19,23% 32,69% 19,23% 7,69% 3,85% 100,00%
Distribusi data daya belajar pada tabel di atas dapat digambarkan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.1. Histogram Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Tahun 2012 Berdasarkan data daya belajar, dapat dihitung tingkat pencapaian skor sebagai berikut: Jumlah butir pertanyaan
: 16
Jumlah altenatif jawaban
:5
Banyaknya responden
: 52
Jumlah tertinggi skor yang dapat diperoleh
: 16 x 5 x 52 = 4160
Jumlah skor hasil penelitian
: 3294
Persentase skor yang diperoleh
: (3294 / 4160) x 100% = 79,18%
Dari perhitungan tersebut, maka tingkat daya belajar guru sebesar 79,18%. 2. Kinerja Guru Data kinerja guru yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada 52 responden sebagai subjek penelitian, dapat diketahui : a. Nilai tertinggi
: 89
b. Nilai terendah
: 70
c. Nilai Rata-rata
: 79,02
d. Standar deviasi
: 4,92
e. Median
: 70
f. Modus
: 89 (lampiran 14)
Berdasarkan banyaknya data, maka dapat dibuat 7 kelas interval dengan interval kelas sebesar 3. Distribusi data variabel kinerja guru dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012 No Kelas Interval Frekuensi Persentase 1 87-89 3 5,77% 2 85-86 4 7,69% 3 82-84 9 17,31% 4 79-81 12 23,08% 5 76-78 10 19,23% 6 73-75 9 17,31% 7 70-72 5 9,62% Jumlah 52 100,00%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Distribusi data daya belajar pada tabel di atas dapat digambarkan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.2. Histogram Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012 Berdasarkan data kinerja guru, dapat dihitung tingkat pencapaian skor sebagai berikut: Jumlah butir pertanyaan
: 20
Jumlah altenatif jawaban
:5
Banyaknya responden
: 52
Jumlah tertinggi skor yang dapat diperoleh
: 20 x 5 x 52 = 5200
Jumlah skor hasil penelitian
: 4109
Persentase skor yang diperoleh
: (4109 / 5200) x 100% = 79,02%
Dari perhitungan tersebut, maka tingkat daya belajar guru sebesar 79,02%.
C. Uji Persyaratan Analisis Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah dengan melaksanakan pengujian persyaratan analisis yang merupakan langkah dalam melakukan pengujian hipotesis yaitu membuktikan hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis data dengan uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Homogenitas. Untuk memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan pengujian hipotesis maka dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Menguji Normalitas Uji normalitas ini untuk menguji apakah data yang telah diperoleh mempunyai sebaran data yang normal, maksudnya penyebaran nilai dari sampel yang mewakili telah mencerminkan populasinya. a. Uji Normalitas X Dari hasil perhitungan uji normalitas data variabel daya belajar dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga
2
hitung
= 1,797 (lihat lampiran
15). Dari sampel sebanyak 52 diketahui banyak kelas interval (k) adalah 6, sehingga derajat kebebasan (db) adalah k signifikansi 5 % didapatkan harga menunjukkan bahwa
2
hitung
<
2
tabel
2 tabel
3 sama dengan 4, dengan taraf
= 9,408. Hasil perhitungan tersebut atau 1,797 < 9,408 sehingga dapat
dinyatakan bahwa data daya belajar berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Y Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga
2 hitung
= 2,588 (lihat lampiran 16). Dari sampel sebanyak 52 diketahui
banyak kelas interval (k) adalah 7, sehingga derajat kebebasan (db) adalah k sama dengan 4, dengan taraf signifikansi 5 % didapatkan harga Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
2
hitung
<
2 tabel
2
tabel
1
= 9,408.
atau 2,588 <
9,408 sehingga dapat dinyatakan bahwa data kinerja guru berdistribusi normal. 2. Menghitung Linearitas Uji linearitas X terhadap Y dilakukan dengan membuat tabel kerja seperti terlihat pada lampiran 17, kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumusnya. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : JK (G)
= 653,79167
JK (T)
= 325885
JK reg (a)
= 324690
b
= 0,5408
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
JK reg (b / a) = 284,8144 JK (S)
= 910,1664
JK (TC)
= 358256,1664
df (TC) = k
2
= 17
df (G) = N
k
= 33
RJK (TC)
= 15,081
RJK (G)
= 19,812
Fhitung
= 0,76 (lampiran 18)
Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa pada TS = 5 % dengan pembilang 17 dan db penyebut = 33 diperoleh F tabel = 4,03. Sehingga Fhitung < Ftabel atau 0,76 < 4,03 maka dapat dinyatakan bahwa bentuk regresi linear atau X linear terhadap Y 3. Uji Independensi Uji independensi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki ketidakterikatan (independen) dengan variabel terikat. Uji independensi dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil pengujian dengan rumus tersebut diperoleh harga F hitung sebesar 15,65 (lampiran 19). Hasil tersebut dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 50 dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 4,11. Dari harga-harga tersebut diketahui bahwa F hitung > F tabel (15,65 > 4,11). Karena itu Ho diterima dan menolak Ha. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel Y (kinerja guru) dependen terhadap variabel X (daya belajar).
D. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah yang telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang telah terkumpul dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis sebaliknya hipotesis akan ditolak apabila data yang terkumpul tidak dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengemukakan hasil analisis statistik, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X dan Y Hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana antara X dengan Y, diperoleh hasil r hitung sebesar 0,488 (lampiran 20). Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada N = 52 dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,279. Karena rxy > rtabel atau 0,488 > 0,279 maka disimpulkan bahwa variabel daya belajar dengan kinerja guru ada hubungan yang positif dan signifikan. Uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji t diperoleh harga t hitung sebesar 3,95 (lampiran 21). Kemudian dikonsultasikan dengan harga t tabel pada dk = 50 dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,02. Dari harga-harga tersebut diketahui bahwa harga t hitung > t tabel atau 3,95 > 2,02. Karena t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga koefisien korelasi sudah signifikan, yang menunjukkan hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima. 2. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut :
Y
44,7591+ 0,541X (lampiran 22)
Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika variabel daya belajar bernilai nol (0) atau tidak ada, maka besarnya kinerja yaitu sebesar nilai konstantanya yaitu 44,76. Koeifisien variabel X sebesar 0,541 menunjukkan bahwa jika variabel X bertambah 1 satuan, maka Y akan bertambah sebesar 0,541. Sebaliknya jika X berkurang sebesar 1 satuan, maka Y akan berkurang sebesar 0,541. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Hasil perhitungan dalam penelitian ini diperoleh harga koefisien determinasi sebesar r2 yaitu sebesar 0,4882 = 0,238. Besarnya kontribusi dapat dihitung sebagai berikut: R2 x 100% = 0,238 x 100% = 23,8%. Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut, maka besarnya kontribusi variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu daya belajar, terhadap variabel terikat kinerja guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
sebesar 23,8%. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang memberikan kontribusi terhadap kinerja guru, yaitu sebesar 76,2%.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Hubungan daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Surakarta dalam penelitian ini terbukti berdasarkan hasil analisis statistik. Hasil analisis statistik dengan uji koefisien korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,488 < r tabel dengan signifikansi 0,05 sebesar 0,279. Karena itu disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara daya belajar guru dengan kinerja guru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yang menyataka signifikan antara daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan
kebenarannya. Hasil penelitian sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja guru merupakan variabel yang dipengaruhi oleh adanya daya belajar guru. Besarnya pengaruh daya belajar terhadap kinerja guru yaitu sebesar 23,8%. Dengan adanya pengaruh sebesar 23,8% berarti masih ada faktor atau variabel lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru. Berbagai faktor tersebut merupakan faktor di luar konteks penelitian atau faktor-faktor selain daya belajar. Besarnya pengaruh dari faktor atau variabel lain selain faktor daya belajar yaitu sebesar 76,2%. Daya belajar merupakan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dapat dimiliki oleh siapa saja, termasuk juga oleh seorang guru. Daya belajar antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Daya belajar guru adalah daya atau kekuatan yang mendorong seorang guru untuk melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dalam diri seseorang menentukan tinggi rendahnya aktivitas dalam melakukan kegiatan belajar. Dari aktivitas belajar yang dilakukan seorang guru, maka dapat mempengaruhi banyak sedikitnya ilmu pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh dan dimiliki seorang guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui belajar inilah yang menjadi bekal bagi seorang guru untuk menjalankan tugasnya. Semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seorang guru maka semakin baik pula dalam menjalankan tugasnya. Kinerja guru adalah hasil kerja yang dilakukan oleh guru. Hasil kerja guru dapat dilihat dari berbagai sudut atau bagian yang merupakan tugas seorang guru. Perlu diketahui bahwa tugas guru tidak hanya mengajar atau menyampaikan ilmu pengetahuan di kelas. Akan tetapi juga berkaitan dengan hal-hal kegiatan pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa kinerja guru dilihat dari empat hal dari perencanaan sampai pelaksanaan. Pertama adalah segi perencanaan, dalam hal ini adalah penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Terkait dengan materi, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran memerlukan pengetahuan yang banyak sehingga guru dapat mengembangkan materi yang hendak disampaikan kepada anak didiknya. Selain masalah materi, pengetahuan tentang metode pembelajaran juga dapat menjadi bagian dari bahan penyusunan RPP, sehingga dengan banyaknya pengetahuan tentang metode pembelajaran, guru dapat memilih metode yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Kedua, kinerja guru dilihat dari pelaksanaan pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran tentu didasarkan pada rencana yang telah dibuat dan dituangkan dalam RPP. Namun demikian, perencanaan belum tentu sesuai dengan kondisi kelas karena ada faktor situasional yang berubah. Untuk menghadapi situasi yang mendadak, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Hal ini dapat diperoleh melalui belajar baik secara individual maupun secara kelompok, belajar secara informal maupun formal. Karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru akan sangat menunjang kinerjanya. Ketiga, pemberian stimulus secara variatif. Kegiatan pembelajaran di kelas sangat memerlukan stimulus atau rangsangan untuk belajar. Siswa sangat membutuhkan stimulus atau perangsang agar dapat belajar dengan baik. Dalam memberikan rangsangan atau stimulus guru harus memiliki pengetahuan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
pengalaman yang cukup. Guru harus banyak membaca, terutama pengetahuan yang berkaitan dengan kondisi psikologis anak didik. Untuk itulah diperlukan kegiatan belajar bagi seorang guru, dimana kegiatan belajar ini akan terlaksana jika guru memiliki daya belajar. Keempat, yaitu keterampilan bertanya dan memberi penguatan. Masalah ini, terkait dengan kegiatan evaluasi. Seorang guru juga harus melakukan evaluasi dari hasil kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannya. Kegiatan evaluasi dilakukan salah satunya dengan bertanya. Namun demikian, bertanya merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Kegiatan bertanya memerlukan teknik tersendiri, apalagi bertanya tentang kegiatan yang telah dilakukannya. Untuk itulah, kegiatan bertanya perlu dipelajari sedemikian rupa sehingga pertanyaan yang dilontarkan merupakan pertanyaan yang benar-benar dapat mengevaluasi sebuah proses pembelajaran. Untuk itulah, guru harus selalu belajar agar semakin dapat menguasai kemampuan bertanya dan hal ini tentunya memerlukan daya belajar. Selain keterampilan bertanya, guru juga harus dapat memberi penguatan. Penguatan atau istilah lainnya adalah reinforcement, merupakan kegiatan untuk meningkatkan motivasi siswa. Penguatan harus diberikan sesuai dengan porsinya dan tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketepatan dalam memberi penguatan akan memberikan efek yang positif atau dapat meningkatkan motivasi siswa. Sebaliknya jika penguatan diberikan secara salah, maka dapat menurunkan motivasi siswa. Untuk itulah, guru harus terus belajar agar dapat menguasai cara memberikan penguatan ini. Berbagai hal yang telah dikemukakan di atas sangat mendukung terciptanya kinerja guru yang maksimal. Di sinilah daya belajar sangat diperlukan guru untuk terus belajar agar semua keterampilan guru sebagaimana disebutkan di atas dapat dikuasai dengan baik. Selain pengetahuan sebagai bahan pengembangan materi, keterampilan juga sangat diperlukan agar kegiatan belajar dapat dilakukan secara lebih baik dan mendekati kesempurnaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
D. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,18%. 2. Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan daya belajar dengan kinerja guru SLTA Negeri di Kota Surakarta, dengan kontribusi variabel daya belajar terhadap kinerja guru sebesar 23,8%. Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil analisis data diperoleh temuan lain yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu daya belajar dan kinerja guru. Temuan lain tersebut antara lain adalah 1. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi
Y
44,759 + 0,541 X
Artinya bahwa rata-rata kinerja (Y) diperkirakan meningkat atau menurun sebesar 0,541 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit daya belajar. 2. Besarnya kontribusi berdasarkan hasil pengujian hipotesis adalah sebesar 23,8%. Besarnya kontribusi menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang turut berpengaruh terhadap kinerja guru. Besarnya kontribusi dari variabel lain yaitu sebesar 76,2%.
E. Implikasi Daya belajar sebagai daya yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang guru yang memiliki daya dorong belajar yang rendah maka guru tersebut kurang bersemangat dalam belajar. Kegiatan belajar seharusnya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Kemampuan dan keterampilan sangat penting untuk menunjang pelaksanaan
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
kegiatan pembelajaran. Tanpa kemampuan dan keterampilan yang berarti, maka pelaksanaan pembelajaran hanya dapat berlangsung secara statis, tidak ada variasi yang berarti dan tentunya hal ini menjadikan siswa mudah bosan dengan situasi pembelajaran. Kebosanan yang terjadi pada siswa tentu berakibat pada kegiatan belajar siswa yang tidak maksimal. Sehingga hal ini dapat menjadikan hasil belajar siswa menjadi rendah. Keberadaan daya belajar guru sangat penting dalam menunjang kinerjanya. Kegiatan pembelajaran yang merupakan tugas guru harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan diharapkan dapat dilakukan secara maksimal. Jika daya belajar guru rendah, maka kemampuan dan keterampilan guru juga rendah. Hal ini dapat menjadikan kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang demikian merupakan indikator kinerja guru yang rendah. Dengan demikian bahwa kegiatan pembelajaran yang tidak dapat berlangsung secara aktif kreatif inovatif dan menyenangkan merupakan kegiatan pembelajaran yang kurnag berhasil. Hal ini merupakan wujud dari kinerja guru yang tidak maksimal atau rendah. Sebaliknya jika kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara aktif kreatif, inovatif dan menyenangkan, maka kegiatan pembelajaran ini merupakan wujud dari kinerja guru yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya belajar berhubungan secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini berarti bahwa jika daya belajar guru rendah, maka kinerja guru juga rendah. Sebaliknya jika daya belajar guru tinggi maka kinerja guru juga tinggi. Semakin tinggi daya belajar guru maka semakin tinggi pula kinerja guru dan demikian pula sebaliknya. Jadi jelas bahwa daya belajar berhubungan erat dengan kinerja guru dan kinerja guru merupakan kunci keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
F. Saran Berdasarkan pembahasan hasil analisis data dan simpulan
yang
telah
peneliti sajikan di atas, peneliti dapat memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
1. Kepada Guru Guru diharapkan dapat memiliki daya belajar secara terus menerus. Daya belajar
sangat
penting untuk
meningkatkan
kinerjanya sehingga
kegiatan
pembelajaran akan dapat dicapai secara maksimal. Daya belajar guru termasuk cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan daya belajar guru, maka guru harus meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap siswa. Guru harus menyadari bahwa tugasnya sebagai guru yang diberi gaji bulanan adalah untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Selain itu, guru juga harus memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Gaji yang diterimanya merupakan imbalan yang diberikan sebagai bentuk usaha meningkatkan kecerdasan bangsa dan merupakan amanah dari UndangUndang Dasar 1945. Guru juga perlu merealisasikan daya belajar yang ada dalam dirinya dengan mengikuti studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, membaca jurnal-jurnal pendidikan, berkunjung ke toko buku, mencari buku yang terkait dengan pendidikan, dan banyak hal lainnya. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka wawasan guru akan bertambah sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan dengan lebih baik, atau kinerjanya meningkat. 2. Kepada Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendidikan harus dapat menumbuhkan dan meningkatkan daya belajar guru. Untuk itu, kepala sekolah harus menjalankan fungsinya sebagai manajer sekolah. Kepala sekolah harus selalu melakukan memberikan koreksi atas pelaksanaan tugas guru yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah harus selalu memberikan pembetulan jika ada guru yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kepala sekolah juga harus
menyeimbangkan antara hak dan kewajiban guru. Jika kewajiban guru belum dilaksanakan dengan baik, maka hak guru jangan diberikan secara mudah. Sebaliknya jika guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, maka hak guru harus segera diberikan. Dengan demikian maka guru akan bersemangat dalam belajar.
commit to user