HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKHUSYUKAN DALAM SALAT DENGAN KONTROL DIRI PADA KENAKALAN REMAJA
SKRIPSI
Oleh: Diyah Fatwati Arifah 201210230311152
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKHUSYUKAN DALAM SALAT DENGAN KONTROL DIRI PADA KENAKALAN REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Diyah Fatwati Arifah 201210230311152
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi 2. 3. 4. 5. 6.
: Hubungan antara Tingkat Kekhusyukan dalam Salat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja Nama Peneliti : Diyah Fatwati Arifah NIM : 201210230311152 Fakultas : Psikologi Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : Januari 2016
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 4 Februari 2016 Dewan Penguji Ketua Penguji : Yuni Nurhamida S.Psi., M.Si. Anggota Penguji : 1. Hudaniah, S.Psi., M.Si. 2. Zakarija Achmat, S.Psi., M.Si.
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.
Susanti Prasetyaningrum, M.Psi.
Malang, 16 Februari 2016 Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si.
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Diyah Fatwati Arifah NIM : 201210230311152 Fakutlas/Jurusan : Psikologi Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul: Hubungan antara Tingkat Kekhusyukan dalam Salat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja 1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non ekslusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka. Emikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Malang, 16 Februari 20162 Mengetahui, Ketua Program Studi
Yang menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.
Diyah Fatwati Arifah
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Hubungan antara Tingkat Kekhusyukan dalam Salat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja‖ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Terlebih atas datangnya agama Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, dan menjadi the way of life bagi manusia tanpa terkecuali. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi tauladan yang baik untuk kesejahteraan seluruh umatnya. Beliau menjadi salah satu contoh bagaimana cara menyeimbangkan profesionalitas dalam berilmu, beragama, dan penerapan antara keduanya. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, S.Psi., M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi UMM. 2. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si., selaku pembimbing I sekaligus sebagai ketua program studi Psikologi UMM, dan ibu Susanti Prasetyaningrum, M.Psi., selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 3. Ibu Tri Muji Ingarianti, M.Psi., selaku dosen wali penulis yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 4. Pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dan Kemahasiswaan UMM, khususnya kepada Ibu Anis dan Ibu Hudaniah, S.Psi., M.Si., yang telah mendukung dan membantu proses penerimaan beasiswa, sehingga melancarkan proses finansial selama perkuliahan hingga skripsi. 5. Bapak yang penulis rindukan, Siswadi (Alm) yang menjadi teladan, dan selalu menginspirasi penulis untuk selalu berjuang demi kebaikan. Terlebih kepada ibu tersayang, Siti Subandiyah yang tidak bosan menyemangati, mengingatkan betapa indahnya hikmah Allah, serta menyelipkan nama penulis di setiap doa-doanya. 6. Saudari tersayang, mbak Dian Fitrotti Ulinnuha (sang pelita, pemilik akal yang suci/jernih), dan saudara tersayang, Andi Fuad Hakim (sang laki-laki gagah, pemilik jiwa yang bijaksana/penuh hikmah). Semoga doa-doa dari orang tua senantiasa mengalir dalam tiap aktivitas agar menjadi amal yang bermanfaat. 7. SMK Negeri 1 Singosari, SMK Muhammadiyah 2 Malang, dan MA Muhammadiyah 1 Malang, khususnya, kepada kepala sekolah, mbak Woro, jajaran guru dan staff yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan, serta murid-murid yang bersedia menjadi subjek penelitian. 8. Keluarga besar pakdhe Soeroto, khususnya kepada tante Nina Irawati beserta Tim Kinan Shop, yang telah banyak membantu dan memberikan arahan, tantangan, dan semangat dalam proses kepenulisan skripsi ini. 9. Keluarga besar Bani Nuryan dan Bani Suhari, khususnya kepada papa, mama, om, bulik, dan sepupu tersayang, serta bapak Idris sekeluarga yang menjadi keluarga baru sejak penulis berada di Malang hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas doa, dukungan dan bantuan yang diberikan. 10. Sahabat karib, Khori Halimah, yang selalu memberi teladan dan menginspirasi, serta Susi Fitriyani, yang memberi banyak hikmah dan membantu langsung dalam pengoreksian EYD dalam skripsi ini. v
11. Sahabat seperjuangan di Malang, Sakinah Nur Rokhmah, Nur Dwi Ratnasari, Defi Sri Handayani, Anis Puji Lestari, Laila Alfinur Hasana, Laila Quratul A‘yun, Kumala Ayu Wardhani, Ranitha Desrilla, dan Ari Widya Nugraheni yang memberikan dukungan psikologis, wawasan ilmu, dan motivasi berkarya. Terlebih kepada Dwi Yunda Alfiyanti, Hasna Munadhifa, dan Inggit Banafsaj yang membantu langsung saat proses turun lapang. 12. Keluarga Rohis UMM, Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi (IMAMUPSI), khususnya LSO-K Lingkar Psikologi Asy-Syifa‘ (LISFA), yang senantiasa memberi asupan ruhani dan pembinaannya, sehingga membuka cakrawala dan menyadarkan kepada penulis tentang keagungan dan kasih sayang Allah, khususnya dalam ilmu Psikologi. 13. Teman-teman PMR WIRA SMA Negeri 1 Kajen, yang bersedia menjadi subjek subjek try out, khususnya kepada para Melond, Muhammad Ali Usman, Muhammad Luthfi Imama, Deni Oktarian dan Fatihatullah Jibril Al Adhim. Semoga ―Rumah Kita‖ kita diridhoi oleh Allah, dan bisa terwujudkan. 14. Bapak M. Shohib, S.Psi., M.Si., selaku kepala beserta seluruh keluarga UPT. Bimbingan dan Konseling UMM, yang memberikan sumbangan pemikiran, fasilitas, ketrampilan, pengetahuan dan semangat kepada penulis selama pengerjaan skripsi. 15. Teman-teman Fakultas Psikologi, khususnya kelas C angkatan 2012, yang sealu memberikan keceriaan, semangat dan juga membantu proses turun lapang penulis. 16. Laboratorium Psikologi UMM, teman-teman magang PSPA Bima Sakti, dan temanteman KKN PPM Bondowoso, yang telah mengajarkan secara langsung bagaimana ilmu psikologi dapat lebih aplikatif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. 17. LPAN Griya Baca, KSR PMI UMM, Psychology Club, Persona, Morning English Community (MEC), Persatuan Mahasiswa Karisidenan Pekalongan (PMKP), KLIK, dan Panti Asuhan AL Husna yang telah menjadi bagian dari pengembangan kepribadian dan ketrampilan, sehingga penulis tetap kuat terhadap rintangan selama pengerjaan skripsi. 18. Jajaran security dan jukir UMM, khususnya Pak Yatin, yang memberikan kelancaran perjalanan dan keamanan selama perkuliahan dan skripsi. 19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan karya dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi Islam. Meski demikian, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 29 Januari 2016 Penulis
Diyah Fatwati Arifah
vi
DAFTAR ISI Halaman Sampul ………………………………………………………………………. Halaman Judul …………………………………………………………………………. Halaman Pengesahan ………………………………………………………………….. Surat Pernyataan ………………………………………………………………………. Kata Pengantar ………………………………………………………………………. Daftar Isi ……………………………………………………………………………. Daftar Tabel …………………………………………………………………………. Daftar Lampiran ……………………………………………………………………….. Judul Skripsi …………………………………………………………………………… Identitas ……………………………………………………………………………… Intisari …………………………………………………………………………………. Pendahuluan ……………………………………………………………………………. Kontrol Diri …………………………………………………………………………… Aspek Kontrol Diri …………………………………………………………………… Faktor yang mempengaruhi Kontrol Diri ……………………………………………… Kenakalan Remaja …………………………………………………………………… Kekhusyukan dalam Salat ...…………………………………………………………… Aspek Salat Khusyuk ………..………………………………………………………… Faktor yang mempengaruhi Kekhusyukan dalam Salat ………………………………… Remaja ………………………………………………………………………………… Perkembangan Remaja ………………………………………………………………… Tingkat Kekhusyukan dalam Salat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja …… Hipotesa ……………………………………………………………………………… Metodologi Penelitian ………………………………………………………………… Rancangan Penelitian ……………………………………………………………… Subjek Penelitian ………………………………………………………………… Variabel Penelitian dan Instrumen ………………………………………………. Prosedur dan Analisa Data Penelitian ……………………………………………. Hasil Penelitian ……………………………………………………………………… Diskusi …………………………………………………………………………………. Simpulan dan Implikasi ……………………………………………………………… Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. Lampiran-lampiran …………………………………………………………………....
vii
i ii iii iv v vii viii ix 1 1 1 1 6 6 6 7 7 8 8 8 9 9 11 12 12 12 12 13 13 16 18 19 23
DAFTAR TABEL Tabel 1. Fenomena Permasalahan di Indonesia Tahun 2000—2015 …………………. Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ……………………... Tabel 3. Hasil T-Score Tingkat Kehusyukan dalam Shalat …………………………… Tabel 4. Hasil T-Score Kontrol Diri pada kenakalan remaja ..................……………….. Tabel 5. Korelasi Tingkat Kehusyukan dalam Shalat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja ………………………………………………………….. Tabel 6. Rata-Rata Skor Pada Aspek Salat Khusyuk ………………………………… Tabel 7. Rata-Rata Skor Pada Aspek Kontrol Diri ……………………………………
viii
2 13 14 14 15 15 16
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Skala Tingkat Kehusyukan dalam Shalat …… Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas Skala Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja…... Lampiran 3. Blue Print Skala Instrumen Penelitian ………………………………… Lampiran 4. Input Data Skala ……………………………………………………… Lampiran 5. Uji Normalitas Data …………………………………………………… Lampiran 6. Perhitungan T-Score …………………………………………………… Lampiran 7. Hasil Korelasi Product Moment ………………………………………… Lampiran 8. Skala Penelitian ………………………………………………………… Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian ……………………………………………
ix
23 24 26 27 35 36 44 45 47
1
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKHUSYUKAN DALAM SALAT DENGAN KONTROL DIRI PADA KENAKALAN REMAJA Diyah Fatwati Arifah Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected] Salat menjadi kajian yang diprediksi dapat memberikan efek positif pada seseorang, baik dari fisik maupun psikologis beberapa tahun terakhir. Dimensi-dimensi salat pada penelitian sebelumnya antara lain keteraturan, waktu, gerakan, pelaksanaan, dan kekhusyukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hubungan antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif korelasional dengan teknik pengambilan data quota sampling. Subjek pada penelitian ini terdiri dari 220 berusia antara 15—17 tahun. Instrumen penelitian adalah skala tingkat kekhusyukan dalam salat yang disusun oleh peneliti sendiri dan skala kontrol diri pada kenakalan remaja yang diadaptasi dari self control scale yang disusun oleh Tangney, dkk (2004). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja (r= 0.441; p=0.000<0.05). Semakin khusyuk seorang remaja melakukan salat, maka semakin tinggi kontrol dirinya pada kenakalan remaja. Kata Kunci: Kekhusyukan Salat, Kontrol Diri, Kenakalan Remaja The last few years, salah (moslem prayer) become a study that predicted positive effect on a person, both physically and psychologically. In previous studies reseached some dimensions of prayer among regularity, time, movement, execution, and solemnity. The purpose of this study was to find out the relationship between the level of solemnity in prayer with self control on juvenile delinquency. The research method used is quantitative correlational data retrieval quota sampling technique. Subjects in this study consisted of 220 aged between 15-17 years. There were two instruments in this research. One scale is the scale of the level of solemnity in prayer, composed by the researchers themselves and the other scale is self-control scale on juvenile delinquency, adaptation of self control scale developed by Tangney, et al (2004). The results showed a positive relationship between the level of solemnity in prayer with self control on juvenile delinquency (r = 0441; p = 0.000 <0.05). The enhancement of solemnity in prayer is followed by enhancement of self control on juvenile delinquency. Keywords: Solemnity in Salah, Self-Control, Juvenile Delinquency Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai rentang usia, salah satunya adalah usia remaja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, dari 233 juta jiwa penduduk Indonesia, 26,8% atau 63 juta jiwa diantaranya adalah remaja berusia 10 sampai 24 tahun. Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2020 – 2030 Indonesia diprediksi akan mendapat Bonus Demografi. Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar, sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak (Eka, 2014). Pada dasarnya, bonus demografi akan sangat menguntungkan karena Indonesia memiliki penduduk yang sebagian besar berusia produktif. Penduduk usia produktif pada 5 tahun yang akan datang merupakan warga Negara Indonesia yang berusia remaja di masa sekarang.
2
Akan tetapi remaja di Indonesia mengalami permasalahan yang semakin meningkat dari berbagai segi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas, dan UNFPA, menyatakan bahwa remaja Indonesia rentan berperilaku tidak sehat (Pan, 2010). Berikut ini merupakan beberapa fenomena tentang permasalahan remaja di Indonesia yang peneliti rangkum dari tahun 2000 hingga tahun 2015. Tabel 1. Fenomena Permasalahan di Indonesia Tahun 2000—2015. No 1.
Waktu 2000
Kasus Di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi/tahun dan sekitar 20% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja.
2. 3.
20002001 2004
4.
2007
5.
2007
6.
2008
7.
2008
8.
20072010
9.
2011
10.
2012
11.
2013
Aktivitas seksualitas dalam pacaran meningkat dari 71 kasus pada tahun 2000 menjadi 129 kasus di tahun 2001 Dari 1110 remaja di Jawa Barat, remaja yang pernah mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi 33%, pengalaman membolos sebanyak 85,6%, menyontek 80%, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua sebanyak 96,7%, coret-coret dinding 49,9%, pemerasan dan pencurian 7,2%, dan pengrusaan gudang 5,7%. Penyalahgunaan narkoba 1,5% dari populasi total remaja di Indonesia. Hal ini menyangkut penyalahgunaan ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22% Di 12 kota besar di Indonesia, dari 4.500 remaja yang disurvei, 97% menonton film porno, 93,7% SMP dan SMA berciuman serta happy petting, 62,7% SMP tidak perawan lagi, dan 21,2% SMA pernah aborsi. Pada sampel di 33 provinsi di Indonesia, 63% remaja usia SMP dan SMA di Indonesia mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan 21% di antaranya melakukan aborsi. Berdasarkan jenjang pendidikan, pengguna narkoba yang terbanyak adalah remaja dengan jenjang pendidikan SMA sebanyak 2.586 kasus, SLTP 555 kasus, SD 85 kasus, dan Perguruan Tinggi 61 kasus. 500 jenis video porno produksi dalam negeri, melonjak 800 jenis. Sekitar 90% pemerannya pelajar dan mahasiswa. 64% anak muda di kota-kota besar Indonesia 'belajar' seks melalui film porno atau DVD bajakan, 39% usia 15-19 tahun pernah berhubungan seksual, 61% berusia 20-25 tahun Per Juni, 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta, 12 kasus diantaranya menyebabkan kematian. Dari 37 jenis tindak kejahatan yang dihimpun Polresta Samarinda, 12 di antaranya dilakukan oleh remaja
Sumber Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (Amir, 2015). Divisi Konseling-CMPP PKBI Aceh (Arif, 2011). Kemensos (Hms, 2004).
Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (Ananda, 2014) Komisi Nasional Perlindungan Anak (Serdang, 2008)
BKKBN (Suryanto, 2008; Hertanto, 2010)
Polda Jatim (Arief, 2009)
Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) (Hakim, 2014; Wijakesna, 2010) Sexual behavior survey (Munafar, 2014)
Komnas Anak (Hakim, 2014; Yusro, 2010) Polresta Samarinda (Eka, 2014)
Fakta berikutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Synovate Research pada tahun 2004 (Aini, 2013) tentang perilaku seksual remaja di 4 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Berdasarkan hasil survei, para remaja ini mengaku tahu resiko terkena penyakit seksual (27%) sehingga harus menggunakan kontrasepsi (27%). Tapi, hanya 24% dari responden ini yang melakukan upaya preventif untuk mencegah penyakit AIDS. Uniknya, para responden ini sadar bahwa seharusnya mereka menunda hubungan seks sampai menikah (68%) dan mengerti bahwa hubungan seks pra nikah itu tidak sesuai dengan nilai dan agama
3
mereka (80%). Camita Wardhana, selaku Project Director Synovate menambahkan, pada dasarnya mereka juga tahu bahwa ada beberapa jenis penyakit yang ditularkan dari hubungan seksual. Misalnya 93% tahu tentang AIDS dan 34% tahu sipilis. Namun angka kenakalan remaja tetap tinggi dikalangan mereka. Menurut Murdaningsih (dalam Kartono, 1986) kebanyakan fenomena kenakalan atau delinken, dilakukan oleh remaja yang memiliki perkembangan emosi yang tidak matang (immature). Akibatnya, emosi remaja terkadang tidak stabil dan sangat peka terhadap ketegangan emosional. Santrock (2003) menamai hal tersebut dengan fluktuasi diri. Fluktuasi diri merupakan salah satu dimensi dari pemahaman diri. Keinginan untuk memahami diri akan dilakukan karena pada dasarnya masa remaja berada pada masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, atau yang biasa disebut masa puber. Pada masa puber, menurut Erikson (dalam Santrock, 2003), remaja mengalami tahap pencarian identitas diri. Pada masa tersebut, seorang individu akan mengalami krisis indentitas, dan kemudian mengalami proses hingga menuju pencapaian identitas. Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003), krisis adalah tahap dimana remaja memilah-milah alternatif yang berarti dan tersedia. Disisi lain, Erikson menyebutnya sebagai eksperimen kepribadian. Kecenderungan itulah yang kemudian menjadikan remaja mencoba hal apa pun yang menjadi stimulus, baik yang sesuai maupun yang bertentangan dengan norma di masyarakat. Remaja akan terus mengalami ketidakstabilan hingga menemukan teori tentang dirinya yang diyakininya lebih utuh. Pengetahuan dan keyakinan tentang karakteristik atau ciri pribadi inilah oleh Worchel, et. al, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) disebut dengan konsep diri (self concept). Salah satu cara untuk mempelajari tentang diri adalah dengan melakukan interaksi dengan orang lain. Menurut penelitian, remaja lebih banyak melakukan interaksi kepada teman sebayanya (peer), bahkan mencapai dua kali lipat lebih banyak daripada berinteraksi dengan orang tuanya (Braker & Wright; Condry, Simon, & Bronfenbrenner, dalam Santrock 2003). Hal tersebut terjadi karena remaja mulai memahami bahwa dirinya bukan lagi anak kecil, sehingga cenderung menginginkan kebebasan. Seperti yang kita tahu, teman sebaya dapat memberikan efek positif maupun negatif. Hubungan yang harmonis pada masa remaja mempengaruhi kesehatan mental yang positif (Hightower, dalam Santrock, 2003). Sayangnya, saat teman sebaya melakukan hal yang negatif, remaja juga kurang dapat menghindari dan cenderung melakukan konformitas. Konformitas adalah penyesuaian individu dengan cara melakukan hal yang sama dengan yang lainnya walaupun dilakukan secara terpaksa. Menurut penelitian Andriani dan Ni‘matuzahroh, (2013), terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan konformitas. Konformitas pada remaja muncul karena rasa ingin diterima dan menjadi populer di kalangannya. Popularitas menjadi penting bagi remaja karena memiliki pemikiran egosentrisme (dimana remaja merasa unik dan menjadi pusat perhatian) (Santrock, 2003). Jika menilik kembali beberapa ciri perkembangan remaja di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja memiliki stabilitas emosi yang rendah karena sedang berada pada tahap pencarian identitas diri. Identitas diri diperlukan dalam pembentukan konsep diri pada remaja dengan cara berinteraksi dengan teman sebayanya. Remaja yang memiliki konsep diri yang rendah, akan cenderung melakukan konformitas terhadap teman sebayanya, walaupun perilakunya negatif (Sukmawati, Siswati, dan Masykur, 2009). Hal negatif inilah yang
4
dimunculkan dalam perilaku kenakalan remaja. Oleh karena itu, remaja perlu memiliki kontrol diri yang kuat pada kenakalan remaja. Kontrol diri pada kenakalan remaja dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan dan emosi dorongan untuk melakukan kenakalan, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja pada dasarnya merupakan stimulus yang dapat dikendalikan oleh seorang individu. Dorongan-dorongan tersebut dihalangi atau dihambat agar tidak terjadi tingkah laku yang impulsif, yang tidak sesuai dengan norma masyarakat (Reber dan Reber, 2010; Berk, dalam Heni, 2013). Kontrol diri ini akan melibatkan 5 aspek, yaitu kemampuan mendisiplinkan diri (self descipline), kehati-hatian dalam mengambil keputusan (deliberate/nonimpulsive), kemampuan mengatur perilaku yang menyehatkan (healthy habits), kemampuan konsentrasi pada suatu tugas (work ethic), dan kemampuan merencanakan jangka panjang (reliability) (Tangney, Baumeister, dan Boone, 2004). Ketika menghadapi suatu stimulus, seseorang akan merespon secara berbeda. Respon yang tepat merupakan bentuk kontrol diri yang efektif atau biasa disebut appreciate control. Remaja yang memiliki kontrol diri yang tepat akan merespon stimulus kenakalan remaja dengan bijak, menyesuaikan kondisi, dan mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain. Terdapat juga bentuk kontrol diri yang kurang baik yaitu over control (terlalu tinggi menahan impuls), dan under control (terlalu rendah menahan impuls) (Block & Block, dalam Khairunnisa, 2013). Jika terjadi over control, maka individu dapat merespon sangat lambat atau bahkan tidak merespon sama sekali. Kontrol diri pada kenakalan remaja yang lebih buruk ialah under control, dimana individu sangat mudah menerima impuls, karena 5 aspek kontrol dirinya tidak terlibat secara maksimal. Hal inilah yang membuat seorang remaja mudah berkonformitas melakukan kenakalan remaja. Kontrol diri pada kenakalan remaja yang rendah salah satunya disebabkan oleh pengambilan keputusan yang kurang tepat. Akibatnya,kenakalan pada remaja dilakukan tanpa pemikiran yang matang dan cenderung melakukan suatu hal yang menyimpang dari norma (Fox dan Chalkins, 2003). Pengambilan keputusan sejalan dengan coping stres yang tepat, sehingga kestabilan emosi sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan (Sanahan dan Neufeld, 2010). Menurut penelitian, kestabilan emosi dapat diperoleh ketika kondisi gelombang otak seseorang berada pada tahap alfa (Saleh dan Saleh, 2012). Gelombang alfa dapat membuat seseorang dapat berpikir dengan matang dalam melakukan tindakan tertentu. Gelombang otak ini dapat dicapai ketika seseorang berada dalam keadaan rileks dan stres menurun, seperti saat meditasi atau beribadah salat (Sangkan, 2006; Doufesh, et. al, 2012). Penelitian lain dilakukan oleh Bai, et. al, (2012), menunjukkan bahwa responden yang melakukan gerakan rutin salat, memiliki tingkat fungsi kognitif yang lebih baik daripada yang tidak pernah sama sekali. Salat secara khusyuk adalah salat dengan menitikberatkan pada ketenangan dan kesungguhan hati dalam melakukan ibadah kepada Allah. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yono (2012) dan Rosdiana (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kekhusyukan dalam salat dengan kontrol emosi dan stabilitas emosi. Sama halnya ketika salat tahajud. Jika dilakukan secara benar, kegiatan tersebut memiliki peranan dalam menghadapi
5
stres berupa ketenangan yang meberikan manfaat lain pada mahasiswa seperti meningkatkan konsentrasi (Putra, 2011). Sebuah eksperimen sederhana, dilakukan oleh Ahmad Asy-syuqairi dibantu oleh seorang dokter ahli bedah dari Amerika pada sebuah acara ―Khowatathiir‖ (Aram TV, 2008). Ia melakukan scanning otak sebelum dan sesudah melakukan salat dengan tidak khusyuk (tergesa-gesa dan pikiran tidak fokus). Hasilnya kedua gambar scanning otak tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berbeda ketika melakukan salat dengan khusyuk (memfokuskan pikirannya dan menghayati setiap bacaanya). Setelah dilakukan salat secara khusyuk, maka dilakukan scan otak kembali. Dari hasil scan tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan. Seperti gambar berikut.
Gambar 1. Hasil scan otak sebelum dan sesudah salat dengan khusyuk
Pada hasil scan tersebut, menunjukkan area lingkaran pada hasil scan otak sebelum salat terlihat sudah hilang dan menjadi tidak terlalu aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka sedang pasrah atau menyerah pada pengalaman atau praktek yang sedang terjadi pada mereka. Selain itu, dari hasil scan menunjukkan bahwa bertambahnya aktifitas di area reward center yang bertugas untuk memberikan rasa kasih sayang (compassion) dan juga memberikan perasaan positif (Akmal, 2014; Aram TV, 2015). Perasaan positif inilah yang juga mempengaruhi kondisi emosi seorang remaja sehingga dapat mengontrol diri dengan tepat. Berdasarkan penelitian terdahulu, ternyata salat secara khusyuk memiliki pengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik individu yang melakukan salat secara khusyuk dapat berubah lebih baik seperti tekanan darah yang stabil, aliran darah ke otak yang maksimal, pemijatan anggota tubuh sebagai sarana refleksi, meningkatkan memori, dan kestabilan gelombang otak pada tingkat alfa sebagai sarana meditasi. Sedangkan pada sisi psikologis, seseorang akan mencapai kondisi yang tenang, tingkat stres menurun, dan kondisi emosi yang stabil. Kondisi psikologis seperti inilah yang dapat mempengaruhi kontrol diri seseorang. Kontrol diri ditunjukkan dengan kehati-hatian seseorang dalam mempertimbangkan hal tertentu sebelum mengambil keputusan dalam bertindak. Oleh karena itu, salat secara khusyuk dinilai dapat mengubah kemampuan kontrol diri pada kenakalan pada seorang remaja yang rendah menjadi tinggi, sehingga terhindar dari perilaku tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penting dilakukan suatu penelitian tentang apakah ada tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan
6
remaja. Harapannya, hasil penelitian ini dapat menambah rujukan referensi untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial yang terjadi pada remaja di Indonesia. Kontrol Diri Kontrol diri adalah serangkaian proses berupa kemampuan atau kapasitas dalam memberikan alternatif respon terhadap stimulus tertentu. Stimulus ini cenderung mendorong seseorang untuk berperilaku impulsif, sehingga perlu untuk dikendalikan agar membawa ke konsekuensi positif dan sesuai dengan norma masyarakat (Hurlock dan Berk, dalam Khairunnisa, 2013; Goldfried, Marbaum, dan Baumesiter, dalam Pratama, 2015; Reber dan Reber, 2010). Skinner (dalam Alwisol, 2006) menambahkan bahwa self-control tidak sekadar bagaimana individu mengontrol apa yang di dalam diri, tetapi juga variabel-variabel di luar yang dapat menentukan tingkah laku. Block dan Block (dalam Khairunnisa, 2013) membagi kontrol diri menjadi 3 jenis, yaitu: (a) over control, yaitu kontrol yang berlebihan dan menyebabkan seseorang banyak mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus tertentu, (b) under control, yaitu kecenderungan untuk melepaskan impuls yang bebas tanpa perhitungan, dan (c) appropriate control, yaitu kontrol yang memungkinkan individu mengendalikan impulsnya secara tepat. Sedangkan Averill (1973) dan Heni (2013), membagi 3 jenis utama dari kontrol diri yaitu (1) kontrol perilaku (behavioral control), yaitu kesiapan seorang individu ketika merespon suatu stimulus, (2) mengontrol kognisi (cognitive control), yaitu pengendalian dari segi pengolahan informasi, dan (3) mengontrol keputusan (decisional control), yaitu kemampuan individu dalam memutusan hasil yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang diyakini. Aspek Kontrol Diri Aspek kontrol diri menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (dalam Pratama, 2015) menyatakan bahwa terdapat 5 dimensi yaitu (1) self-discipline atau pendisiplinan diri mengarah pada kemampuan individu dalam memberikan kelonggaran dan batasan pada dirinya sesuai standar diri, (2) Delibrate/nonimpulsive atau kehati-hatian yaitu kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan hal tertentu sebelum mengambil keputusan dalam bertindak. Sifatnya tenang dan melibatkan emosi yang stabil, (3) Helathyhabits, atau kebiasaan yang menyehatkan adalah kemampuan individu untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya agar senantiasa mendapatkan dampak yang baik dan menjauhkan dari dampak buruk suatu stimulus, (4) Work ethic, yaitu berkaitan dengan kemampuan individu untuk dapat memberikan etika kerjanya dalam wujud menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal diluar tugasnya meskipun bersifat menyenangkan, dan (5) Reliability adalah dimensi yang mengacu pada kemampuan individu dalam mengatur, mewujudkan, dan mengevaluasi rencana-rencana jangka panjangnya. Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri Kontrol diri dipengaruhi oleh (1) faktor internal meliputi usia dan kematangan, kepribadian, kecerdasan emosi, kemampuan kognitif, minat, motif, dan pengetahuan. Sedangkan (2) faktor eksternal meliputi lingkungan sosial yang mencakup keluarga, masyarakat dan sekolah. Didalamnya termasuk pola asuh dan budaya (Hurlock, Baumeister,, dan Boden, dalam Arlyanti, 2012; Burt dalam Kartono, 1985). Faktor lain yaitu religiusitas memberikan
7
kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya (Desmita, 2005). Kenakalan Remaja Kenakalan remaja menurut Bakolak, Inpres No. 6/1977 diartikan sebagai kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat antisosial, melanggar norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Asmani, 2012). Kelainan tersebut ditunjukkan melalui perilaku menyimpang yang akan diidentifikasi sebagai maslaah sosial apabila perilaku tidak berhasil melewati proses belajar sosial (sosialisasi). Adapun menurut Sunarwiyati (dalam Asmani, 2012), kenakalan remaja menurut bentuknya terdiri atas 3 jenis, yaitu (1) kenakalan biasa seperti berkelahi, membolos, pergi tanpa pamit, dans sebagainya, (2) kenakalan yang menjerumus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai motor tanpa SIM, mengambil barang tanpa izin, dan sebagainya. Sedangkan (3) kenakalan khusus yaitu seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain. Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja Mengacu pada teori sebelumnya, kontrol diri berpusat pada kemampuan seseorang untuk memberikan alternatif respon pada stimulus tertentu. Sedangkan kenakalan remaja merupakan penyimpangan dari norma yang berlaku. Dari kedua hal tersebut, maka dapat diartikan bahwa kontrol diri pada kenakalan remaja, yaitu kemampuan seseorang untuk memberikan alternatif respon terhadap stimulus negatif berupa perilaku menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Secara internal, menurut Kartono (dalam Asmani 2012), kenakalan remaja disebabkan oleh reaksi frustasi negatif, karena seseorang tidak mempu menyesuaikan diri dengan berbagai perbahan sosial yang terjadi. Tetapi, pada dasarnya, reaksi negatif inilah yang dapat dikelola dengan kontrol diri yang baik. Beberapa penelitian menyebutkan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan kenakalan remaja (Permono, 2014; Aroma dan Suminar, 2012; Khairunnisa, 2013; Heni, 2013). Contoh dari kontrol diri pada kenakalan remaja antara lain menolak godaan untuk membolos, meminta izin jika berpergian, mematuhi tata tertib sekolah, tidak melakukan tindakan asusila, dan lain sebagainya. Kekhusyukan dalam Salat Secara bahasa khusyuk berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Asal (sifat) khusyuk adalah kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati manusia (kepada Allah Ta’ala). Ilmuwan muslim lain, yaitu Syaikh ‗Abdur Rahman asSa‘di menyebutkan bahwa khusyuk dalam salat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya merasa tenteram dan jiwanya merasa tenang, (sehingga) semua gerakan (angota badannya) menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap santun di hadapan Allah dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan yang dilakukannya dalam salat, dari awal sampai akhir (dalam Akmal, 2014; Rachman, 2006).
8
Jadi, sifat khusyuk ini berasal dari dalam hati untuk menjadi tenang dan menundukkan diri. Hal tersebut berlanjut kepada pengaruh jiwa dan berdampak pada sikap rendah diri dan tunduk, dan mendorong sikap hormat dan cinta terhadap keagungan Allah (Hadad 2007). Adapun unsur yang terdapat dalam kekhusyukan salat menurut Wibisono (dalam Sangkan, 2006), yaitu (1) meditasi, melalui doa yang teratur, (2) relaksasi melalui gerakan-gerakan salat, (3) hetero atau autosugesti dalam bacaan salat, (4) group therapy melalui salat jemaah, dan (5) hydro therapy melalui mandi junub atau wudu sebelum salat. Adapun tingkatan kekhusyukan salat secara detail menurut Abidin (2004) dibagi menjadi 3 yaitu, (1) asas pertama, dimana seseorang tahu tentang bacaan setiap gerakan salat, (2) asas kedua, meliputi keadaan seseorang dimana ia tahu dan paham secara kognitif tentang bacaan dan penerapannya dalam realita, (3) asas ketiga, yaitu keadaan dimana seseorang tidak hanya tahu dan paham, tetapi juga mampu melibatkan sisi afeksinya untuk dapat merasakan keberadaan Tuhan, baik dalam ibadah maupun perilaku sehari-harinya. Aspek Salat Khusyuk Salat memiliki beberapa pilar untuk dapat dikatakan khusyuk. Hadad (2007) menerangkan pilar tersebut meliputi (1) Al Muraqabah (pengawasan), yakni pengetahuan hati akan dekatnya Ar Rabb (Tuhannya). Tanda dari perilaku ini yaitu orang merasa selalu diawasi Allah, (2) At Ta’zhim (mengagungkan), yaitu seseorang senantiasa mengagungkan Allah, (3) Al Mahabbah (cinta kasih), yaitu perasaan cinta kasih kepada Allah di mana seseorang menunjukkan totalitas diri, diikuti dengan sikap mengorbankan diri, menyelaraskan diri, dan menyadari kelemahan dalam mencintai, (4) Merendahkan diri dan pasrah kepada Allah, meyakini apa yang diperintahkan dan dilarang semata-mata karena kebenaran Allah. Faktor yang Mempengaruhi Kekhusyukan dalam Salat Sedangkan menurut Hadad (2007), kekhusyukan dalam salat memiliki faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung antara lain: (1) kesiapan kognitif dan afektif adanya kehadiran Allah, (2) fokus pikiran dan pemahaman terhadap bacaan salat. Sedangkan faktor penghambatnya, yaitu (1) tempat yang kurang dipersiapkan, (2) faktor fisiologis yang berhubungan dengan anggota badan, seperti kekenyangan, mengantuk, menahan kencing, kelelahan/keletihan dan lain-lain, (3) kegaduhan/kebisingan, dan (4) kondisi cuaca yang sangat panas atau dingin. Remaja Remaja adalah periode perkembangan manusia yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional (Papila dan Olds, dalam Tjahja, 2011; Santrock, 2003). Masa remaja oleh Piaget (dalam Hurlock, 1980) menyebutkan masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja biasanya dimulai dari 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
9
Perkembangan Remaja Secara umum, Tjahja (2011) membagi menjadi 5 ciri perkembangan remaja, yaitu (1) peningkatan emosional yang dikenal sebagai storm & stress, (2) perubahan cepat secara fisik dan seksual, (3) perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain, (4) perubahan nilai, dan (5) sikap ambivalen dalam menghadapi perubahan. Ambivalen disini diartikan sebagai kebingungan pada satu sisi remaja menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang dipikul. Secara emosional, Hurlock (1980) menyebutkan secara tradisional disebut sebagai ―badai dan tekanan‖, di mana ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun mengalami perbaikan hingga pada masa remaja akhir. Pada masa tersebut mereka telah dapat menilai secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Menurut Konopka (dalam Tjahja, 2011), masa remaja meliputi (1) remaja awal, 12 - 15 tahun, (2) remaja madya, 15-18 tahun, dan (3) remaja akhir, 19-22 tahun. Selain itu, pada usia remaja seseorang mulai berminat secara lebih khusus terhadap agama. Adapun tahapannya menurut Hurlock (1980), yaitu (1) periode kesadaran religius, minatnya meningkat dan bersemangat. Di sisi lain, seseorang meragukan keyakinan yang diterima mentah-mentah pada masa anak-anak, (2) periode keraguan religius, yaitu sikap kritis terhadap berbagai ibadah formal, sehingga mencari kepercayaan yang lain yang lebih tepat, dan (3) periode rekonstruksi agama, remaja mulai memiliki kebutuhan akan beragama. Tingkat Kekhusyukan dalam Salat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja Remaja perlu memiliki kemampuan kontrol diri yang baik, agar terhindar dari kenakalan remaja. Hal tersebut didukung oleh penelitian Aviyah dan Farid (2014), yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan kenakalan remaja. Hal tersebut berarti semakin tinggi kontrol diri remaja, maka semakin rendah kecenderungan kenakalan remaja. Mengacu pada kajian teoritis sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja. Kontrol diri pada kenakalan remaja yang tepat atau appreciate control, perlu dimiliki oleh seorang remaja agar dapat mengambil tindakan yang tepat dalam merespon stimulus, baik positif maupun negatif. Ketika seorang remaja berada pada tahapan under control atau kontrol diri yang rendah, maka remaja cenderung menunjukkan tingkah laku impulsif yang melanggar norma masyarakat berwujud kenakalan remaja (Permono, 2014; Aroma dan Suminar, 2012; Khairunnisa, 2013; Heni, 2013). Kenakalan remaja salah satunya disebabkan oleh reaksi frustasi negatif, karena seseorang tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan sosial yang terjadi. Frustasi negatif ini disebabkan oleh banyaknya tuntutan sosial, baik dari teman sebaya maupun masyarakat. Akibatnya, hal tersebut dilampiaskan melalui sikap-sikap khas remaja seperti inkontinenis emosional (emosi tidak bisa dikekang), labilitas emosional (suasana hati yang cepat berganti, berubah, dan tidak tetap), ketidakpekaan, menumpulnya perasaan, ketakutan, dan kecemasan yang berlebihan, serta perasaan rendah diri (Asmani, 2012).
10
Faktor yang paling menonjol pada terjadinya under control remaja yaitu mengenai kestabilan emosi. Kestabilan emosi menjadi indikator penting dalam kontrol diri pada kenakalan remaja karena akan mempengaruhi proses kontrol diri terutama pada dimensi delibrate. Hal tersebut yang paling dipengaruhi karena ketika seseorang berada pada kondisi emosi stabil, remaja akan dapat berpikir tenang dan mengambil pertimbangan secara tepat dan tidak impulsif (Sanahan dan Neufeld, 2010). Menurut penelitian, kestabilan emosi dapat diperoleh ketika kondisi gelombang otak seseorang berada pada tahap alfa (Saleh dan Saleh, 2012). Gelombang otak ini dapat dicapai ketika seseorang berada dalam keadaan rileks dan stres menurun, seperti saat meditasi, salah satunya dengan ibadah. Kontrol diri pada kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh religiusitas. Religiusitas adalah sikap batin (personal) setiap manusia di hadapan Tuhan yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain, yang mencakup totalitas dalam pribadi manusia (Dister, dalam Khairunnisa, 2013). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khairunnisa (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara religiusitas dengan kontrol diri pada remaja. Penelitian lain juga menunjukkan adanya sumbangan efektif variabel religiusitas dan kontrol diri sebesar 27%. Penelitian lain yang mendukung yaitu terdapat korelasi negatif antara religiusitas dengan perilaku cybersex (Hafiza dan Agustina, 2013). Cybersex merupakan salah satu bentuk dari kenakalan remaja yang tergolong dalam kenakalan khusus. Religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam Aviyah dan Farid, 2014) salah satu dimensinya adalah praktik keagamaan. Praktik keagamaan dalam agama Islam salah satunya yaitu salat. Maka, apabila proses kekhusyukan dalam salat dijabarkan, dapat meningkatkan aspek-aspek kontrol diri pada kenakalan remaja karena ulasan berikut. 1. Aspek Self Discipline Aspek ini menliputi kemampuan untuk mendisiplinkan diri. Pada sebuah rtikel ilmiah menjelaskan juga bahwa perilaku religius dapat mempengaruhi kontrol diri dan regulasi diri (McCullough dan Willoughby, 2009). Hal tersebut dapat dijelaskan karena salat merupakan ibadah wajib yang rutin dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Dengan hal ini, seseorang yang khusyuk akan masuk pada dimensi muqarabarh (pengawasan), dimana ia akan selalu merasa diawasi, sehingga akan selalu melaksanakan salat dengan tepat waktu. Selain itu, aspek merendahkan diri pada salat secara khusyuk dapat membuat seseorang merasa tidak berarti apa-apa, sehingga akan selalu memenuhi panggilan Tuhannya dengan segera. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sifat-sifat pendisiplinan diri dapat ditingkatkan dengan melatih rasa muqarabah dan rendah diri terhadap Allah agar terhindar dari kenakalan remaja. 2. Aspek Delibrate/Nonimpulsif Aspek ini mencakup kemampuan seseorang dengan cara berhati-hati dan tenang untuk mengambil keputusan dan tindakan yang tepat. Salat secara khusyuk adalah salah satu ibadah yang mencakup unsur meditasi dan relaksasi (Sangkan, 2006). Efek dari salat ini secara ilmiah terbukti dapat membawa seseorang berada pada gelombang alfa dan teta dimana seseorang dapat berfikir tenang dan rikleks, tetapi tetap pada kesadaran dengan kemampuan konsentrasi yang cukup (Doufesh, et. al., 2012; Saleh dan Saleh, 2012). Penelitian lain dilakukan oleh Bai, et. al., (2012), yang menunjukkan bahwa responden yang melakukan gerakan rutin salat memiliki tingkat fungsi kognitif yang lebih baik daripada yang tidak pernah sama sekali. Salat secara khusyuk memiliki aspek at tazhim (mengagungkan Allah), maka seseorang yang mengagungkan Allah akan menjadikan
11
Allah sebagai prioritas dalam mengambil keputusan. Hal tersebut sejalan dengan aspek lainnya yaitu muqarabah (pengawasan), di mana seseorang merasa Tuhan Maha Melihat, sehingga akan senantiasa berhati-hati dalam mengambil tindakan agar tidak melanggar ketetapan Allah. 3. Aspek Healthy Habits Salat menjadi kegiatan rutin untuk menjaga perilaku sehat. Hal tersebut terjadi karena pada setiap persiapan gerakan salat memiliki fungsi-fungsi pijatan fisiologis tertentu untuk menjaga perilaku sehat (Rahayu, 2004). Selain itu, salat juga mengandung unsur hydrotherapy, yaitu bagian-bagian tubuh dibasuh wudu secara rutin. Sama halnya dengan anjuran para dokter spesialis telapak kaki di Amerika yang menyebutkan bahwa setidaknya kaki harus dipijat rutin untuk mengurangi penyakit-penyakit sejak dini (Saleh dan Saleh, 2012). Dimensi ini sejalan dengan konsep salat mahabbah, yaitu seseorang merasa betapa besar keagungan cinta kepada-Nya, sehingga seseorang dengan senang hati akan menjaga salat dan perilakunya karena mengetahui manfaat yang terkandung didalamnya. Perilaku sehat kemudian yang akan menghindarkan seorang remaja untuk tidak melakukan kenakalan, khususnya pada perbuatan-perbuatan yang merugikan kesehatannya seperti makan sembarangan, aktivitas kebut-kebutan atau bahkan sampai ke penyalahgunaan narkotika. 4. Aspek Work Ethic Aspek ini mencakup kemampuan seseorang untuk dapat bekerja dengan tuntas tanpa terganggu dengan hal-hal di luar. Salat dapat melatih kemampuan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa salat dengan tuma’ninah akan membawa seseorang pada tahap tidak lagi begitu mempedulikan ruang dan waktu di sekitarnya (Saleh dan Saleh, 2012). Selain itu, hasil EEG menunjukkan bahwa seseorang dalam kondisi salat secara khusyuk membawa seseorang pada konsentrasi tinggi, namun dengan kondisi emosi yang tetap stabil (Saleh dan Saleh, 2012; Aram TV, 2015). Aspek salat khusyuk yang terkait erat dengan hal ini adalah merasa ada pengawasan dan senantiasa berpasrah diri kepada Allah atas apa yang dikerjakan. Hal inilah yang kemudian menurunkan kenakalan, seperti tidak mudah tergoda teman untuk melakukan kesenangan sebelum pekerjaan rumah selesai, tidak mudah tergoda untuk membolos, dan lain sebagainya. 5. Aspek Reliability Aspek reliability adalah dimensi yang mengacu pada kemampuan individu dalam mengatur, mewujudkan, dan mengevaluasi rencana-rencana jangka panjang. Artikel ilmiah lain menjelaskan juga bahwa perilaku religius dapat mempengaruhi kontrol diri dan regulasi diri (McCullough dan Willoughby, 2009), karena regulasi mencakup manajemen dan pengaturan diri. Selain itu, unsur hetero-auto sugesti pada salat secara khusyuk membuat seseorang terus memiliki visi dan misi dalam hidup karena bacaan shlalat yang setiap hari dibacanya (Sangkan, 2006). Aspek dalam salat yang terkait dengan hal ini adalah dimensi mahabbah dan rendah diri, yaitu seseorang berusaha memberikan yang terbaik dan selalu merasa kecil dihadapan Allah. Sehingga perilaku yang dilakukan senantiasa dievaluasi sebagai bentuk muhasabah atau perenungan. Hal inilah yang kemudian dapat dikaitkan dengan keterandalan remaja untuk terhidar dari kenakalan, karena senantiasa mengevaluasi apa yang telah dilakukan, dan rencana apa yang harus diwujudkan. Hipotesa Ada tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja. Semakin khusyuk remaja melakukan salat, semakin tinggi kontrol pada kenakalan remaja. Demikian
12
pula sebaliknya, semakin rendah kekhusyukan remaja ketika melakukan salat, semakin rendah pula kontrol diri pada kenakalan remaja.
METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang berfokus pada aspek tertentu yang datanya berupa angka-angka. Data tersebut kemudian diolah secara matematis untuk menarik suatu kesimpulan (Idrus, 2009). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian yang bersifat korelasional. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Pada penelitian ini, fokus yang dikaji yaitu pada variabel tingkat kekhusyukan dalam salat dan variabel kontrol diri pada kenakalan remaja yang diketahui melalui instrumen. Hasil skor instrumen berupa angka. Angka-angka tersebut kemudian dianalisis yang pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan untuk membuktikan hipotesis. Subjek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah siswa di SMK Muhammadiyah 2 Malang sebanyak 105 siswa, MA Muhammadiyah Malang sebanyak 47 siswa, dan SMK N 1 Singosari sebanyak 721 siswa. Sampel dari penelitian ini yaitu siswa kelas X dan XI pada kedua sekolah tersebut. Terkait sampel, Gay (dalam Idrus, 2008) menyebutkan bahwa jumlah minimal subjek yang ini, peneliti diperlukan untuk menguji korelasi adalah 30 orang. Pada penelitian menggunakan sampel berjumlah 220 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling yaitu teknik sampling yang jumlahnya telah ditentukan terlebih dahulu (Idrus, 2009). Teknik ini dipilih untuk mengurangi bias dengan cara menyamakan jumlah subjek laki-laki dan subjek perempuan. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan pada penelitian ini yaitu 1:1. Variabel Penelitian dan Instrumen Pada penelitian ini, terdapat 2 variabel yang terdiri atas variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dari penelitian ini adalah tingkat kekhusyukan dalam salat, sedangkan variabel terikatnya adalah kontrol diri pada kenakalan remaja. Tingkat tingkat kekhusyukan dalam salat adalah salat yang dilakukan seseorang dalam keadaan tenang dengan tingkatan kualitas tertentu. Instrumen pengumpulan data dari variabel tingkat kekhusyukan dalam salat adalah skala tingkat kekhusyukan dalam salat. Skala ini dibuat oleh peneliti yang disusun berdasarkan aspek salat khusyuk dari Hadad (2007). Keempat aspek tersebut yaitu (1) merasa selalu diawasi Allah, (2) senantiasa mnegagungkanNya, (3) cinta kepada-Nya, dan (4) merendahkan diri serta pasrah dihadapan-Nya. Kontrol diri pada kenakalan remaja adalah suatu aktivitas untuk mengendaikan tingkah laku dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan perilaku yang menyimpang dari aturan yang berlaku. Skala ini diambil dari
13
Tangney et. al yang diadaptasi oleh Pratama (2015) dengan proses adaptasi. Proses adaptasi dilakukan untuk menyesuaikan item skala dengan spesifikasi kontrol diri pada kenakalan remaja. Skala kontrol diri terdiri atas 5 aspek, yaitu (1) self-discipline, (2) delibrate/nonimpulsive atau kehati-hatian, (3) helathy habits, atau kebiasaan yang menyehatkan, (4) work ethic atau etika kerja, dan (5) reliability atau keterandalan diri. Pada hasil tryout setelah dilakukan analisis, diperoleh indeks validitas dan nilai Cronbach Alpha pada kedua instrumen seperti yang disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian Alat Ukur Salat Khusyuk Kontrol Diri
Jumlah Item Valid 17 Item 19 Item
Rentang Indeks Validitas 0.254—0.541 0.244—0.517
Rata-rata Indeks Validitas 0.361 0.368
Indeks Reliabilitas (Alpha) 0.801 0.803
Berdasarkan tabel tersebut, maka digunakan instrumen berupa skala tingkat kekhusyukan dalam salat sebanyak 25 item yang terdiri atas 17 item yang diukur dan 8 item netral. Sedangkan pada skala kontrol diri pada kenakaln remaja sebanyak 19 item.
Prosedur dan Analisis Data Penelitian Prosedur pada penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap utama sebagai berikut. 1. Persiapan Prosedur persiapan penelitian dimulai dengan menyusun instrumen penelitian. Skala kontrol diri pada kenakalan remaja, dilakukan adaptasi atau penyesuaian terlebih dahulu agar lebih spesifik dengan subjek dan topik penelitian. Sedangkan skala tingkat kekhusyukan dalam salat disusun sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengungkap tingkat kekhusyukan dalam salat pada remaja. Setelah tersusun, peneliti melakukan tryout pada siswa SMA berjumlah 72 orang yang tersebar di beberapa kota seperti Malang, Pekalongan, dan Semarang. Setelah hasil dari tryout layak untuk dijadikan instrumen sesuai standar, maka dilakukan analisis dengan item dan reliabilitas yang memenuhi kriteria. 2. Pelaksanaan Prosedur pelaksanaan yaitu penyebaran instrumen pada subjek yang telah ditentukan. Setelah melalui perizinan, peneliti membangun raport kepada subjek, dan mengutarakan tujuan peneliti. Kemudian, peneliti menginstruksikan pada subjek untuk mengisi sesuai dengan petunjuk. 3. Analisis Tahap analisis adalah berdasarkan instrumen yang telah terisi, data tersebut diinput dengan koding dan dianalisis menggunakan teknik analisis data berupa uji korelasi product moment pada program IBM Statistics SPSS 15. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel penelitian.
HASIL PENELITIAN Setelah penelitan dilakukan, terdapat 220 orang subjek dengan rincian 103 subjek berasal dari sekolah berbasis Islam dan 117 subjek berasal dari sekolah umum. Perbandingan antara subjek laki-laki dan perempuan pada penelitian ini adalah 1:1. Sedangkan usia subjek secara umum berkisar antara 15 sampai dengan 17 tahun. Jawaban subjek yang telah dikumpulkan,
14
dilakukan uji kenormalan data. Dari hasil uji kenormalan data pada skala tingkat kekhusyukan dalam salat menunjukkan bahwa distribusi data bersifat normal dengan nilai skewness =1.726 dan nilai kurtosis = 0.990. Sedangkan pada skala kontrol diri pada kenakalan remaja, uji kenormalan data menunjukkan bahwa distribusi data bersifat normal dengan nilai skewness = 0.213 dan nilai kurtosis = -0.988. Berikutnya dilakukan penjumlahan skor pada masing-masing instrumen pada setiap subjek. Secara nilai mentah, berdasarkan hasil tersebut, rata-rata subjek secara umum memiliki rentang skor tingkat kekhusyukan dalam salat antara 48 sampai dengan 85. Sedangkan pada hasil skor kontrol diri subjek, secara umum berkisar antara 53 sampai dengan 85. Skor mentah rata-rata dari tingkat kekhusyukan dalam salat secara umumnya adalah 65,509, sedangkan skor mentah rata-rata dari kontrol diri pada kenakalan remaja secara umum adalah 67,855. Peneliti kemudian melakukan analisis t-score pada skor mentah tersebut dipaparkan sebagaimana tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil T-Score Tingkat Kekhusyukan dalam Salat Kategori Rendah Tinggi
TScore <50 >50
Perempuan 56 54
Frekuensi LakiLaki 54 56
Seluruh Subjek 110 110
Perempuan 50.9% 49.1%
Presentase LakiLaki 49.1% 50.9%
Seluruh Subjek 50% 50%
Berdasarkan hasil t-score tersebut, maka dapat terlihat bahwa secara umum perbandingan antara subjek dengan kategori tingkat kekhusyukan dalam salat yang rendah dan tinggi adalah 1:1, yaitu 50% pada masing-masing kategori. Sedangkan secara spesifik, pada jenis kelamin laki-laki, subjek dengan kategori t ingkat kekhusyukan dalam salat yang tinggi lebih banyak daripada yang rendah. Namun sebaliknya, pada subjek perempuan, subjek dengan kategori tingkat kekhusyukan dalam salat yang rendah lebih banyak daripada yang tinggi. Adapun pada hasil t-score pada kontrol diri pada kenakalan remaja, dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 4. Hasil T-Score Kontrol Diri Kategori Rendah Tinggi
TScore <50 >50
Perempuan 53 57
Frekuensi LakiLaki 52 58
Seluruh Subjek 105 115
Perempuan 48.2% 51.8%
Presentase LakiLaki 47.3% 52.7%
Seluruh Subjek 47.7% 52.3%
Berdasarkan hasil t-score tersebut, maka dapat terlihat bahwa subjek secara umum yang berada pada kategori rendah variabel kontrol diri pada kenakalan remaja adalah 47.7% (105 orang), sedangkan yang berada pada kategori tinggi adalah 52.3% (115 orang). Hal ini menunjukkan secara keseluruhan subjek memiliki kategori kontrol diri pada kenakalan remaja yang tinggi, lebih banyak dari pada kategori rendah. Secara spesifik, kontrol baik pada subjek laki-laki maupun perempuan sebagian besar berada pada kategori tinggi.
15
Analisis product moment menyatakan bahwa jika probabilitas bernilai <0,05 maka artinya ada hubungan antar variabel. Adapun kekautannya ditentukan oleh angka korelasi. Apabila angka korelasi >0,5 maka antar variabel memiliki hubungan yang kuat, sedangkan jika angka korelasi <0,5 maka antar variabel memiliki hubungan yang lemah. Setelah data diperoleh dari penelitian, maka data dianalisis dengan cara product moment menggunakan SPSS 15, dan menghasilkan output seperti tabel berikut. Tabel 5. Korelasi Tingkat Kekhusyukan dalam Salat dengan Kontrol Diri pada Kenakalan Remaja Koefisiaen Korelasi Koefisien Korelasi (r) Taraf Kemungkinan Kesalahan Nilai Signifikansi (p)
Indeks Analisis 0.441** 1% (0.01) 0.000
Hasil analisis hubungan antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja menunjukkan angka probabilitas yaitu p=0,000, p<0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada remaja yang signifikan. Keputusan lebih cepat juga bisa diambil langsung dengan melihat nilai koefisien korelasi, yaitu jika bertanda (**) maka menyatakan ada hubungan pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antar variabel bersifat positif, karena pada angka koefisien korelasi menunjukkan angka r=0,441. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kekhusyukan dalam salat seseorang, maka semakin tinggi pula kontrol diri pada remaja. Adapun kekuatan hubungan bersifat sedang, karena nilai r berada di antara 0.3< r <0.5 (Cohen dalam Hemphil, 2003). Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis peneliti diterima. Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan pada remaja. Adapun secara rinci ulasan peraspek, dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel sebagai berikut. Tabel 6. Rata-Rata Skor Pada Aspek Salat Khusyuk Aspek Salat Khusyuk Subjek Perempuan Laki-laki Semua Subjek
Muqarrabah
At Tahzim
Mahabbah
3,04 3,03 3,03
4,82 4,86 4,84
4,40 4,53 4,47
Rendah diri dan pasrah 2,89 2,92 2,90
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki skor yang paling tinggi pada aspek At Tahzim (mengagungkan Allah), kemudian diikuti oleh aspek mahabbah (mencintai Allah), dan muqarabah (merasa dalam pengawasan Allah), sedangkan yang paling rendah berada pada aspek rendah diri dan pasrah keapda Allah. Secara garis besar, skor aspek-aspek salat khusyuk pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
16
Tabel 7. Rata-Rata Skor Pada Aspek Kontrol Diri Aspek Kontrol Diri Subjek Perempuan Laki-laki Semua Subjek
Self Descipline 3,46 3,505 3,483
Deliberate/non Impulsive 3,625 3,619 3,625
Healthy Habits
Work Ethic
Reliability
3,595 3,664 3,63
2,391 2,591 2,536
3,83 3,8 3,83
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki skor paling tinggi pada aspek reliability, diikuti oleh aspek healthy habits, deliberate/non impulsif, dan self discipline. Sedangkan yang paling rendah ada pada aspek work ethic. Secara garis besar, skor rata-rata aspek kontrol diri pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kekhusyukan dalam salat dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kontrol diri pada kenakalan remaja. Semakin tinggi tingkat kekhusyukan dalam salat, maka semakin tinggi pula kontrol diri pada kenakalan remaja. Begitu pula sebaliknya. Hubungan tersebut dapat terjadi karena ketika seorang remaja melakukan salat dengan khusyuk, akan merasakan dan mengakui memiliki Allah yang Mahabesar yang patut untuk disembah. Kekhusyukan dalam salat juga menunjukkan kecintaan terhadap Allah (Hadad, 2007). Kecintaan tersebut ditunjukkan dalam bentuk kebersyukuran, sehingga salat dilakukan dengan senang dan sepenuh hati. Penjelasan tersebut dapat dilihat dari aspek yang paling mendominasi pada kekhusyukan salat berdasarkan hasil penelitian yaitu pada aspek At Tahzim (mengagungkan Allah) dan aspek mahabbah (mencintai Allah). Dampak dari kondisi psikologis salat secara khusyuk adalah membuat seseorang senantiasa mengagungkan dan mencintai Allah, tidak hanya dalam salat, tetapi juga pada aktivitas sehari-hari. Dengan demikian, ketika seorang remaja dihadapkan pada stimulus tertentu untuk melakukan suatu kenakalan, remaja dapat menyeleksi dan mempertimbangkan lebih matang. Pertimbangan tersebut lebih ditekankan pada apakah hal itu membantu dirinya untuk mencapai tujuan jangka panjang tertentu. Dalam hal ini, tujuan jangka panjang remaja muslim adalah untuk mencapai ridho Allah, sehingga setiap langkahnya selalu mempertimbangkan apakah hal tersebut diperbolehkan atau tidak dalam aturan agama Islam. Penjelasan tersebut ditunjukkan pada variabel kontrol diri pada kenakalan remaja yang nilai rata-rata subjek yang paling tinggi yaitu pada aspek reliability. Reliability adalah dimensi yang mengacu pada kemampuan individu dalam mengatur, mewujudkan, dan mengevaluasi rencana jangka panjangnya (Pratama, 2015). Namun pada prosenya, kondisi psikologis remaja sangat mempengaruhi pencapaian tujuan jangka panjang tersebut. Ciri khas remaja yang belum stabil emosinya (Santrock, 2003), dapat dilihat dari hasil penelitian pada aspek work ethic pada variabel kontrol diri pada kenakalan remaja. Aspek tersebut memiliki nilai rata-rata paling rendah, karena pada
17
dasarnya remaja masih mudah untuk tergoda pada hal-hal yang bersifat menyenangkan sehingga terkadang mengesampingkan pekerjaan utama yang tengah dilakukan. Selain itu, seseorang akan menjadikan dirinya sebagai tokoh utama dalam kehidupannya. Remaja yang tengah mencari identitas diri, perhatiannya lebih terfokus pada diri (Hurlock, 1980). Hal tersebut menjadikannya merasa unik dan lebih optimis untuk mencapai tujuan yang ideal. Tanpa sadar, hal tersebut mengurangi rasa rendah diri dan kepasrahannya kepada Allah, yang ditunjukkan dengan aspek rendah diri dan pasrah memiliki sumbangan nilai paling rendah pada aspek salat khusyuk. Hal tersebut mempengaruhi berkurangnya kekhusyukan salat. Kontrol diri pada kenakalan remaja yaitu kemampuan seseorang untuk memberikan alternatif respon terhadap stimulus negatif berupa perilaku menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Salah satunya dipengaruhi oleh religiusitas. Religiusitas memberikan kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya (Desmita, 2005). Sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara religiusitas dengan kontrol diri dan regulasi diri (McCullough dan Willoughby, 2009; Khairunnisa, 2013). Religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam Aviyah dan Farid, 2014) salah satu dimensinya adalah praktik keagamaan. Praktik keagamaan dalam agama Islam salah satunya yaitu salat secara khusyuk. Salat secara khusyuk adalah salat dengan menitikberatkan pada ketenangan dan kesungguhan hati dalam melakukan ibadah kepada Allah. Hasil penelitian yang telah dilakukan didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yono (2012), Rosdiana (2012), dan Anggara (2012). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kekhusyukan dalam salat dengan kontrol emosi, stabilitas emosi, dan kebahagiaan pada jemaah salat khusyuk Fatimah di Surakarta. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa salat secara khusyuk memberi sumbangan efektif sebesar 5,7% terhadap kesejahteraan psikologis pada mahasiswa (Irnawati, 2014). Menurut penelitian, kestabilan emosi dapat diperoleh ketika kondisi gelombang otak seseorang berada pada tahap alfa (Saleh dan Saleh, 2012). Gelombang otak ini dapat dicapai ketika seseorang berada dalam keadaan rileks dan stres menurun, seperti saat meditasi, salah satunya dengan ibadah. Gelombang alfa dapat membuat seseorang dapat berpikir dengan matang dalam melakukan tindakan tertentu. Gelombang otak ini dapat dicapai ketika seseorang berada dalam keadaan rileks dan stres menurun, seperti saat meditasi atau beribadah salat (Sangkan, 2006; Doufesh, et. al, 2012). Haryanto (2003) dan Saleh (2013) mengungkapkan bahwa salat memiliki beberapa dampak positif antara lain relaksasi otot, meditasi, refleksologi dan hydrotherapi. Hal ini yang berkaitan erat dengan aspek healty habits dan aspek deliberate, yaitu seseorang dapat mempertimbangkan dengan matang segala risiko dan mampu menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas yang memiliki dampak negatif bagi dirinya. Kehusyukan dalam salat ini dapat dilatih dengan salat tahajud ketika kondisi lingkungan tenang dan mendukung. Efek dari gerakan tersebut, pada sebuah penelitian oleh Soleh (2006) menujukkan bahwa salat tahajud yang dilakukan dengan khusyuk, dapat mengurangi jumlah hormon yang meningkat hingga luminatif atau seimbang.
18
Hormon kortisol yang penuh merupakan gejala seseorang yang mengalami stress. Hormon kortisol akan berkurang jika kondisi seseorang berada pada keadaan tenang dan senang. Maka, salah satu aspek dari salat khusyuk menurut Hadad (2007) yaitu mahabbah atau kecintaan dan perasaan senang akan menghadap Allah. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Sari (2012) dan Putra (2011) yang menunjukkan bahwa salat tahajud memiliki pengaruh untuk menurunkan stress. Dalam lingkup internasional, kegiatan beribadah , terutama salat, secara umum memang telah menunjukkan beberapa manfaat lewat beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan Murray (Saleh dan Saleh, 2013) menyebutkan bahwa keikutsertaan dalam salat dan ritual-ritual agama lain yang positif akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan, kesehatan dan penurunan tekanan psikologis. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Yucel (2010) secara kompleks menunjukkan bahwa salat, doa, dan dzikir memberikan dampak positif untuk menurunkan depresi, kecemasan, kesepian, kepercayaan diri, dan kenyamanan. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (dalam Haryono, 2003), dengan subjek siswa SMA menemukan hasil adanya hubungan negatif antara keteraturan salat dengan kecemasan. Beberapa penelitian tersebut berkaitan dengan kenakalan remaja yang sedang dikaji peneliti. Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, bahwa kecemasan merupakan salah satu bentuk dari reaksi ketidakmampuan remaja terhadap tuntutan sosial (Asmani, 2012). Salat dan studi ibadah lain menjadi kajian yang patut dilanjutkan untuk menangani berbagai masalah pada manusia secara umum dan muslim secara khusus. Tidak heran, jika pada sebuah penelitian yang dilakukan Wacholtz dan Sambamoorthi (2011) menunjukkan bahwa penggunaan doa dan ibadah dalam menanggapi masalah kesehatan meningkat dari waktu-ke waktu. Kelemahan-kelemahan pada penelitian kali ini yaitu variabel memiliki social desireability yang tinggi sehingga memunculkan jawaban-jawaban responden yang cenderung normatif. Selain itu, penyebaran data yang tidak secara langsung memungkinkan responden untuk menjawab tidak secara terus terang. Kelemahan lain dalam penelitian ini yaitu penggunaan skala tingkat kekhusyukan dalam salat yang kurang komperhensif. Beberapa item masih mencakup presepsi salat secara khusyuk, dan tidak murni pada pelaksanaan salatnya. Sehingga peneliti berikutnya perlu mengganti beberapa item agar lebih tepat.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekhusyukan dalam salat dengan kontrol diri pada kenakalan remaja dengan koefisien korelasi r=0.441, yaitu kekuatan hubungan tersebut tergolong sedang (0.441<0.5). Penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan kekhusyukan dalam salat pada remaja dapat diikuti dengan peningkatan pada kontrol diri pada kenakalan remaja. Implikasi dari penelitian ini meliputi keluarga muslim, diharapkan dapat sejak dini memberikan pendidikan tentang keagungan dan kecintaan kepada Allah. Salah satunya dengan cara memberikan pemahaman kepada anak bahwa kebaikan apapun yang diperoleh berasal dari Allah. Selanjutnya anak dilatih untuk berterima kasih kepada Allah dengan cara memanfaatkan apa yang dimiliki untuk kebaikan, terutama salat. Begitu pula dengan sekolah,
19
diharapkan dapat memahaman rutinitas ibadah pada remaja lebih ditekankan kepada makna salat itu sendiri, bukan pada cara-cara fisik yang bersifat teknis semata (gerakan, bacaan, dsb.). Harapannya, hal-hal tersebut diharapkan dapat melatih dan meningkatkkan kekhusyukan dalam salat kelak pada remaja siswa, sehingga dengan sendirinya memiliki keinginan untuk menyempurnakan ibadahnya lewat gerakan yang tenang, bacaan yang dipahami, dan lain sebagainya. Dengan demikian, salat menjadi ―pengendali‖ kontrol bagi mereka hingga dewasa. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian terkait dengan kekhusyukan dalam salat dengan pemilihan subjek yang berbeda.Variasi item dapat diperhatikan kembali agar dapat memunculkan respon jawaban yang menunjukkan keadaan sebenarnya.Penelitiaan yang lebih direkomendasikan adalah dengan metode eksperimen sehingga dapat diketahui secara pasti kondisi seseorang ketika mencapai kekhusyukan dalam salat. Selain itu, jumlah subjek dapat diperluas sehingga tidak hanya sebatas pada wilayah tertentu, tetapi dapat mencerminkan beberapa sampel dengan karakteristik kecenderungan kenakalan yang berbeda.Sehingga diharapkan dapat membuktikan efektivitas kekhusyukan dalam salat untuk meningkatkan kontrol diri pada kenakalan remaja.
DAFTAR PUSTAKA Aini, S. Q. (2013, September 9). Perilaku seks bebas di kalangan pelajar. Retrived Mei 25, 2014 fromhttp://litbang.patikab.go.id/index.php/jurnal/203-perilaku-seks-bebas-dikalangan-pelajar/182-perilaku-seks-bebas-di-kalangan-pelajar. Akmal, A. (2014, November 21). Penelitian ilmiah: pengaruh sholat khusyu’ terhadap otak. Retrived Mei 25, 2014 fromhttp://zamazim.com/index.php/6-penelitian-ilmiahtentang-sholat-khusyu. Alwisol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM press. Amir, I. (2015). Mencegah lost generation dengan pendidikan karakter. Retrived Mei 25, 2014, from http://www.kompasiana.com/ismawan/mencegah-lost-generation-denganpendidikan-karakter_54f377617455137f2b6c77c9. Ananda. (2014). Kasus kenakalan remaja di Indonesia. Retrived Oktober 11, 2015, fromhttp://teen.kapanlagi.com/girls/pubertas/kasus-kenakalan-remaja-di-indonesiad9dfad.html Andriani, M., & Ni‘matuzahroh. (2013). Konsep diri dengan konformitas pada komunitas hijabers. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1, (01), 108—123. Anggara, F. (2012). Hubungan antara perilaku kekhusyukan shalat dengan kebahagiaan pada majelis pelatihan jamaah salat khusyuk. Naskah skripsi publikasi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Aram TV. خواطر10 – ال ح ل قة10 – ب الل ي ا ب ها أرح نا. Akses pada 30 Mei 2015 dari https://www.youtube.com/watch?v=T4s1j6H3rz8 Arief, S. (2009). Dari 2004-2009, jumlah tersangka meningkat lebih dari 2 kali lipat. Retrived Oktober 11, 2015, from http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b8129829623a63b 2bdf45d596a4a217e4667de79d7. Arif, A. (2011). Katakan cinta pada remaja kita. Akses pada 11 Oktober 2015 dari http://www.kompasiana.com/fazia/katakan-cinta-pada-remajakita_55008a25a333117f735112b7
20
Arlyanti, R. (2012). Hubungan antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual pada remaja Karang Taruna. Naskah Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Aroma, I. S., & Suminar, D. R.. (2012). Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 01, (02), 1—6. Asmani, J. M. (2012). Kiat mengatasi kenakalan remaja di sekolah. Yogyakarta: Buku Biru. Averill, J. R. (1973). Personal Control Over Aversive Stimuli and its Relationship to Stress. Psycho Bull, 80, 286—303. Aviyah, E., & Farid, M. (2014). Religiusitas, kontrol diri dan kenakalan remaja. Dalam Persona, Jurnal Psikologi Indonesia,Mei 2014m vol. 3, No. 2, hal, 126-129. Aziz, A. (2011). Studi Korelasi antara pelaksanaan ibadah shalat dan kedisiplinan belajar siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sidokumpul Guntur Demak tahun pelajaran 2010/2011. Naskah Skripsi Publikasi Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Bai, R. Dkk. (2012). Effect of salat prayer and exercise on cognitive functioning of Hui Muslims aged sixty and over. Jurnal Social Behavior and Personality, 40, (10),. Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial (Ed. Revisi). Malang: UMM Press. Desmita. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: Rosdakarya Doufesh, H., et al. (March, 2012). EEG spectral analysis on muslim prayers. Journal Applied Psychophysiology and Biofeedback, 37, (1), 11—18. Eka, L. (2014). Dampak pertumbuhan penduduk terhadap peningkatan kenakalan remaja. Retrived Mei 25, 2014, from http://www.kompasiana.com/lidwinaeka/dampakpertumbuhan-penduduk-terhadap-peningkatan-kenakalanremaja_54f38329745513972b6c7986. Fox, N. A., & Calkins, S. D. (2003). The development of self control of emotion: intrinsic and extrinsic influences. Journal Motivation and Emotion, March 27, (1), 7—26. Haddad, S. M. A. (2007). Khusyuk bukan mimpi. Solo: Aqwam. Hafiza, F., & Agustina, I. (2013). Religiositas dan perilaku Cybersex Pada kalangan Mahasiswa. Jurnal Psikologika, 18, (1), 15—23. Hakim, I. A. (2014). Wawasan kebangsaan: Indoensia makin terpuruk. Retrived Oktober 11, 2015, dari http://www.kompasiana.com/izzuddin1953/wawasan-kebangsaanindonesia-masih-terpuruk_551fd20ea333117b41b65bee Haryanto, S. (2003). Psikologi shalat, kajian aspek-aspek psikologis ibadah shalat. Yogyagarta: Pustaka Pelajar. Hemphill, J. F. Interpreting the magnitudes of correlation coefficients. Dalam American Psychologist, January 2003, vol. 58, No. 1, 78—80. Heni, S. A. (2013). Hubungan antara kontrol diri dan syukur dengan perilaku konsumtif pada remaja SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. Emphaty Jurnal Fakultas Psikologi, 2, (1), 1—12. Hertanto. (2010). Makin banyak remaja lakukan seks pranikah. Akses pada 25 Mei 2014 dari http://nasional.kompas.com/read/2010/01/18/16461662/Makin.Banyak.Remaja.Lakuk an.Seks.Pranikah Hms, M. (2004). Kenakalan remaja sebagai perilaku menyimpang hubungannya dengan keberfungsian sosial keluarga. Retrived Oktober 11, 2015, fromhttp://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin. Hurlock.(1980). Psikologi perkembangan edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial, pendekatan kualitatif dan kuantitatif edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
21
Irnawati, M. (2014). Hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kesejahteraan psikologis mahasiswa UMS Surakarta. Naskah publikasi skripsi Twinning Program Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kartono, K. (Eds). (1985). Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah. Jakarta: CV. Rajawali. Khairunnisa, A. (2013). Hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah remaja di MAN 1 Samarinda. eJournal Psikologi, 1, (2). Accessed on October 11, 2015 from http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/10/ejournal%20pdf%20(10-03-13-10-14-57).pdf McCullough, M. E., & Willoughby, B. L. B. (2009). Religion, self-regulation, and selfcontrol, dalam Associations, Explanations, and Implications. Psychological Bulletin, 135, (1), 69—93. Munafar, L. O. (2014). Kenakalan remaja saat ini. Retrived Oktober 11, 2015, dari http://www.laodemunafar.com/kenakalan-remaja-saat-ini. Pan. (2010). Separuh dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat. Retrived Oktober 11, 2015,fromhttp://beritasore.com/2010/07/05/separuh-dari-63juta-jiwa-remaja-di-indonesia-rentan-berprilaku-tidak-sehat/. Permono, T. A. (2014). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku delinkuen pada remaja SMA Negeri 1 Polanharjo. Naskah publikasi, Program Sarjana Fakultas Psikologi, Universitas Muhuammadiyah Surakarta, Surakarta. Pratama, A. H. (2015). Hubungan antara self control dengan perilaku berhutang pegawai negeri sipil. Kumpulan penelitian psikologi ekonomi: Psychonomic, 1, (1), 1—11. Putra, H. K. (2011). Peranan shalat tahajud dalam menghadapi stres pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara(USU). Naskah publikasi, Program Sarjana Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Rachman, M. F. (2006). Sholat khusyu’ enjoy aja! Jakarta: Gema Insani. Rahayu, I. T. (2005). Shalat sebagai bentuk terapi jiwa dan fisik. Jurnal PsikoIslamika, 2, (1), 33—44. Reber, A. S., & Reber E. S. (Ed.). (2010). Kamus Lengkap Psikologi (3th Ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rosdiana, D. (2012). Hubungan antara kekhusyukan shalat dengan stabilitas emosi pada jama’ah halaqoh salat khusyuk. Naskah publikasi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saleh, A., & Saleh, A. (2012). Sehat dengan shalat. Jakarta: Salamadani. Sangkan, A. (2006). Pelatihan shalat khusyu’, sholat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam. Jakarta: Shalat Center & Baitul Ihsan. Sanhan, M. J., & Neufeld, R. W. J. (2010). Coping with stress trough decisional control: quantification of negotiating the environment. British Journal of Mathematical and Statistical Psychology, 63, 575—601. Santrock, J. W. (2003). Adolesence: perkembangan remaja (6th Ed). (Terj. S. B. Adlear, & S. Saragih). Jakarta: Erlangga. Sari, A. D. (2012). Pengaruh salat tahajud terhadap tingkat stress pada siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Naskah publikasi, Program Sarjana Fakultas Kedokteran, Universitas Muhuammadiyah Surakarta, Surakarta. Serdang, D. (2008). Dari film porno, keperawanan hingga aborsi. Retrived Mei 25, 2014, fromhttp://news.liputan6.com/read/162668/dari-film-porno-keperawanan-hinggaaborsi. Soleh, M. (2006). Terapi salat tahajud, menyembuhkan berbagai penyakit. Jakarta: Penerbit Hikmah.
22
Sukmawati, Siswati, & Masykur, A. M. (2009). Konsep diri dengan konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada aktivitas clubbing. Naskah publikasi Fakultas Psikologi Universitas Diponogoro. Suryanto. (2008). 63 persen remaja pernah berhubungan seks. Retrived Mei 25, 2014, from http://www.antaranews.com/berita/127525/63-persen-remaja-pernah-berhubunganseks. Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L.(2004). High self-control predicts good adjustment, less Pathology, Better Grades and Interoersinal Success.Journal of Personality, 72, (2), 271—322. Tjahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wacholtz, A., & Sambamoorthi, U. (2011). National trend in prayer use as a coping mechanism for health concerns: changes from 2002 to 2007. Psychology of relogion and spirituality 2011, vol. 3, No. 2, 67—77. Copy Right by American PsychologicalAssosiacion. Wijakesna, A. (2010). Video porno makin marak. Retrived Oktober 11, 2015,from http://beta.mediaindonesia.com/news/2010/12/27/1109721/. Yono, B. (2012). Hubungan antara kekhusyu’an shalat dengan pengendalian emosi. Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhuammadiyah Surakarta. Yucel, S. (2010). Prayer and healing in Islam. USA: Tughra Books. Yusro, Mas. (2010). Trend siswa pasca un: corat-coret, konvoi lalu tawuran. Akses pada 11 Oktober 2015 dari http://www.kompasiana.com/myusro/trend-siswa-pasca-un-coratcoret-konvoi-lalu-tawuran_552c46ed6ea834b7438b4575
23
Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Skala tingkat Kekhusyukan dalam Salat Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
72
% 100,0
0
,0
72 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00002
136,3056
221,793
,203
,655
VAR00003
136,0417
215,843
,353
,642
VAR00004
135,7222
218,795
,307
,646
VAR00005
135,8472
214,920
,398
,639
VAR00006
139,9722
248,619
-,304
,692
VAR00007
136,8611
216,149
,298
,646
VAR00008
135,5972
214,582
,396
,639
VAR00010
136,3750
221,759
,333
,647
VAR00011
138,8889
255,509
-,434
,701
VAR00012
136,5417
223,801
,132
,663
VAR00013
136,0556
210,786
,541
,629
VAR00014
136,5417
217,829
,344
,644
VAR00016
136,2500
218,613
,260
,650
VAR00017
136,6389
231,558
,013
,674
VAR00018
135,6528
227,357
,199
,656
VAR00019
138,3750
213,815
,314
,644
VAR00021
136,9028
205,019
,476
,627
VAR00023
138,7222
228,710
,081
,666
VAR00024
135,8889
218,213
,300
,646
VAR00026
135,2778
218,739
,430
,641
VAR00027
137,1806
223,699
,141
,661
VAR00028
135,2500
220,444
,429
,643
VAR00029
137,8056
229,483
,052
,670
VAR00030
135,4861
216,535
,395
,640
VAR00032
136,8333
228,873
,020
,678
VAR00033
135,9167
215,683
,315
,644
VAR00034
135,7222
223,189
,254
,651
VAR00036
135,9722
230,647
,029
,672
Case Processing Summary %
N Cases
Valid Excluded( a) Total
72
100,0
0
,0
72 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
24
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas Skala Kontrol Diri Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
% 67
100,0
0
,0
67 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
122,9851
139,682
,244
,694
VAR00002
122,5075
144,163
,217
,696
VAR00003
122,7761
139,661
,361
,687
VAR00004
122,7612
145,397
,160
,699
VAR00005
123,5373
147,343
,032
,710
VAR00006
123,5075
145,193
,143
,700
VAR00007
123,3582
143,779
,265
,693
VAR00008
122,9701
140,696
,301
,690
VAR00009
122,5672
153,552
-,147
,720
VAR00010
124,1642
151,412
-,078
,713
VAR00011
123,1045
137,913
,489
,680
VAR00012
123,8358
142,473
,251
,693
VAR00013
122,7761
143,631
,175
,698
VAR00014
122,5672
140,825
,381
,687
VAR00015
122,7612
139,518
,499
,682
VAR00016
124,6567
154,138
-,182
,718
VAR00017
125,5970
156,911
-,399
,719
VAR00018
123,2687
141,078
,334
,689
VAR00019
123,9701
142,878
,244
,694
VAR00020
124,2239
144,449
,165
,699
VAR00021
122,7761
139,964
,440
,684
VAR00022
123,5970
134,638
,512
,675
VAR00023
124,1343
143,057
,192
,697
VAR00024
123,5373
143,949
,165
,699
VAR00025
123,3284
139,800
,354
,687
VAR00026
124,0299
150,938
-,073
,719
VAR00027
123,1194
141,652
,351
,689
VAR00028
123,5821
142,550
,227
,695
VAR00029
123,8507
145,553
,114
,702
VAR00030
123,2836
136,115
,517
,677
VAR00031
123,4328
141,855
,261
,693
VAR00032
123,0597
142,057
,249
,693
25
VAR00033
123,3881
140,635
,274
,692
VAR00034
123,5522
138,160
,395
,684
VAR00035
122,4776
144,708
,142
,701
VAR00036
123,8657
144,845
,164
,699
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
67
% 100,0
0
,0
67
100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,803
N of Items 19
26
Lampiran 3. Blue Print Skala Instrumen Penelitian
Blue Print Skala Tingkat Kekhusyukan dalam Salat No
Aspek
1
Muraqabah
2
At Ta’zhim
3
Mahabbah
4
Rendah diri dan pasrah
Definisi Pengetahuan hati akan dekatnya Ar Rabb (Tuhannya) Seseorang senantiasa mengagungkan Allah Perasaan cinta kasih kepada Allah di mana seseorang menunjukkan totalitas diri, diikuti dengan sikap Meyakini apa yang mengorbankan diri, diperintahkan menyelaraskandan dilarang semata-mata karena dalam diri, dan menyadari kelemahan kebenaran Allah. mencintai Jumlah
Jenis Item Unfavo Netral 16, 19 25, 31
favo 4, 34
Jumlah 6
14, 24, 26 7, 10, 13
5
1, 9
6
8, 21
15, 22
7
28
3, 30, 33
20, 35
6
9
8
8
25
Blue Print Skala Kontrol Diri No
Aspek
Deskripsi
1
Self Descipline
2
Delibrate/ Nonimpulsive
3
Healty Habit
4
Work ethic
5
Reliability
pendisiplinan diri mengarah pada kemampuan individu dalam memberikan kelonggaran dan batasan pada dirinya sesuai standar diri kehati-hatian yaitu kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan hal tertentu sebelum mengambil keputusan dalam bertindak. Sifatnya tenang dan melibatkan emosi yang stabil kebiasaan yang menyehatkan adalah kemampuan individu untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya agar senantiasa mendapatkan dampak yang baik dan menjauhkan dari dampak buruk suatu stimulus kemampuan individu untuk dapat memberikan etika kerjanya dalam wujud menyelesaikan pekerjaan dnegan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal di luar tugasnya meskipun bersifat menyenangkan dimensi yang mengacu pada kemampuan individu dalam mengatur, mewujudkan, dan mengevaluasi rencana-rencana jangka panjangnya. Total
Pernyataan F 1, 7, 22
Pernyataan UF 3, 33
Jumlah
11, 21, 25, 31, 32
12, 34
7
27
8
2
19
1
15, 18, 30
14
4
12
7
19
5
27
Lampiran 4. Input Data Skala Input Data tingkat kekhusyukan dalam salat
28
29
30
31
Kontrol Diri
32
33
34
35
Lampiran 5. Uji Normalitas Data Statistics SK N
Valid Missing
KD 220
220
0
0
Skewness
,283
,035
Std. Error of Skewness
,164
,164
Kurtosis
,324
-,323
Std. Error of Kurtosis
,327
,327
Nilai Skewness tingkat salat khusyuk Nilai Kurtosis tingkat salat khusyuk Nilai Skewness kontrol diri Nilai Kurtosis kontrol diri
= 0.283/0.163= 1.725 = 0.324/0.327= 0.991 = 0.035/0.164= 0.213 = -0.323/0.327= -0.987
36
Lampiran 6. Perhitungan T-Score Tingkat Kekhusyukan dalam Salat
37
38
39
Kontrol Diri
40
41
42
43
44
Lampiran 7. Hasil Korelasi Product Moment Correlations SK SK
Pearson Correlation
KD 1
,441(**)
Sig. (2-tailed) N KD
Pearson Correlation
,000 220
220
,441(**)
1
Sig. (2-tailed)
,000
N
220
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
220
45 3.
Lampiran 8. Skala Penelitian
Ada rasa takut ketika meninggalkan salat
4.
Saat sedang sibuk mengerjakan tugas, saya merasa kesal jika tiba-tiba datang waktu salat 5. Menurut saya, mempersiapkan diri untuk salat itu penting, bahkan sebelum waktunya tiba 6. Berjalan ke masjid terdekat untuk salat, bagi saya membuang-buang waktu 7. Saya merasa bahwa salat kewajiban bagi setiap muslim 8. Saya selalu mempraktikkan sunnah-sunnah dalam salat yang saya ketahui 9. Sebelum salat, saya menyatukan hati dengan Allah 10. Hati saya tergetar ketika melafalkan takbir saat salat 11. Saya fasih dalam melafalkan bacaan salat
Assalamu’alaikum wr wb. Perkenalkan, saya Diyah Fatwati Arifah, mahasiswa jurusan Psikologi UMM. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian skripsi. Saya memerlukan bantuan teman-teman untuk mengisi skala berikut. Teman-teman cukup menuliskan inisial saja pada halaman akhir. Atas kesediaan teman-teman, saya ucapkan terima kasih. SKALA 1 Instruksi: a. Bacalah penyataan-pernyataan di bawah ini. b. Jawablah pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan kondisimu yang sebenarnya, dengan cara melingkari angka yang sesuai. c. Tidak perlu ragu untuk menjawab jujur, karena tidak ada jawaban yang baik—buruk, maupun benar—salah. d. Tidak perlu takut, karena kerahasiaan data akan terjaga. Cukup tuliskan inisial pada halaman terakhir. Keterangan: 1 = sama sekali tidak setuju 2 = sangat tidak setuju 3 = tidak setuju 4 = antara setuju dan tidak setuju
5 = setuju 6 = sangat setuju 7 = sepenuhnya setuju
Pernyataan 1. 2.
12. Saya kadang ragu, apakah Allah akan mendengar bacaan salat saya 13. Ketika salat sendirian, saya cenderung salat lebih cepat 14. Saya lebih senang membaca bacaan salat di dalam hati 15. Saya heran dengan orang yang betah berlamalama salat 16. Saya melakukan salat baik berjamaah maupun sendiri 17. Saat saya salat, saya merasa kecil dihadapan Allah 18. Jika ada masalah, saya melaksanakan salat
Umat Islam melaksanakan salat adalah hal yang wajar Berat bagi saya meluangkan waktu untuk salat
Jawaban 1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
19. Salat menjadi salah satu cara untuk memohon kepada Yang Maha Agung 20. Saya merasa dengan salat, Allah memudahkan urusan saya 21. Saya rasa, tidak ada ruginya bila tidak salat
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
46 22. Ada orang lain maupun tidak, gerakan salat saya tetap sama 23. Salat atau tidak, kesulitan hidup saya tetap sama 24. Saat salat saya menyadari sedang berhadapan langsung dengan Allah 25. Saya merasa bahwa salat merupakan ibadah yang dianjurkan nabi
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
5. 6. 7. 8. 9.
Silakan di cek lagi, pastikan semua nomor telah terjawab. Sebelum melanjutkan berikutnya
SKALA 2 Instruksi: a. Bacalah penyataan-pernyataan di bawah ini. b. Jawablah pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan kondisimu yang sebenarnya, dengan cara melingkari angka yang sesuai. c. Tidak perlu ragu untuk menjawab jujur, karena tidak ada jawaban yang baik—buruk, maupun benar—salah. d. Tidak perlu takut, karena kerahasiaan data akan terjaga. Cukup tuliskan inisial pada halaman terakhir. Keterangan: 1 = sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 5 = sangat tidak setuju 1. 2. 3. 4.
Orang-orang dapat menjadikan saya contoh sebagai anak yang disiplin Sulit bagi saya untuk bangun pagi
10. Saya mudah terbawa perasaan (moody) saat mengerjakan tugas 11. Saya dapat menjaga rahasia dengan baik 12. Orang-orang mengatakan bahwa saya memiliki rasa disiplin diri yang kuat 13. Saya lebih memilih berhenti dulu untuk berpikir, sebelum bertindak 14. Saya memakan makanan yang sehat 15. Saya dapat bekerja dengan efektif untuk mencapai tujuan jangka panjang 16. Saya sangat bisa menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang salah 17. Setiap melakukan sesuatu, saya tahu resikonya 18. Saya mudah kehilangan kesabaran untuk bertengkar dengan teman 19. Saya sering menganggu teman
3 = antara setuju dan tidak setuju 4 = setuju
Saya pandai dalam menolak godaan untuk membolos sekolah Saya malas untuk membantu orang tua
Saya memikirkan terlebih dahulu tentang apa yang saya katakan Orang-orang mengatakan bahwa saya memiliki rasa disiplin diri yang kuat Saya terlalu banyak menghabiskan uang agar dapat diterima oleh teman-teman saya Saya menjaga segala sesuatu agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan Saya bisa diandalkan
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Yuk, dicek lagi! Pastikan semua sudah terisi “TERIMA KASIH DAN TERUS SEMANGAT MENGGAPAI MIMPI ” Nama/Inisial Jenis Kelamin Sekolah
: ___________________ : ___________________ : ___________________
Usia :_____________ Kelas : _____________ No : _____________
47
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian
48
49