HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET FUTSAL PUTRI DI KLUB XYZ Anissa Rizky Andriany dan Johannes A. A. Rumeser BINUS University, Jakarta, Indonesia
Abstrak Penelitian ini menjelaskan bagaimana insentif sebagai pendorong dapat menghasilkan sebuah motivasi berprestasi pada atlet futsal putri di sebuah klub. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah penjelasan secara menyeluruh apakah persepsi tentang pemberian insentif yang dimiliki oleh atlet berhubungan dengan motivasi berprestasi serta membantu manajemen klub futsal untuk memacu para atletnya agar dapat mengukur sebuah prestasi yang membanggakan, sehingga dapat mengharumkan nama bangsa dan Negara Indonesia suatu hari nanti. Sampel pada penelitian ini adalah atlet yang tergabung dalam klub futsal XYZ, yang berjumlah 39, dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey. Penelitian ini menggunakan 2 alat ukur; alat ukur motivasi berprestasi dan alat ukut persepsi tentang pemberian insentif (PTPI), dengan reliabilitas sebesar 0,935 untuk alat ukur motivasi berprestasi dan 0,885 untuk alat ukur PTPI. Dari hasil penelitian, dihasilkan nilai sebesar 0,121 dengan .sig 0,464 > 0,05, yang berarti Ho dari penelitian ini diterima, artinya tiadanya hubungan yang positif antara persepsi tentang pemberian insentif dan motivasi berprestasi pada atlet futsal putri di klub XYZ. Kata Kunci: Need for Achievement, Incentives, Futsal
1.
Pendahuluan Insentif adalah harapan atau sesuatu hal yang dapat mendorong seseorang berperilaku untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan pemberian insentif sendiri adalah merangsang diri individu agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya agar mencapai apa yang diinginkan oleh dirinya maupun pihak lain yang turut berkontribusi untuk mencapai keberhasilan. Setiap atlet idealnya memiliki harapan akan sebuah penghargaan atas kinerja yang telah ia berikan kepada timnya, sebuah instansi, bahkan bangsa dan negaranya. Dengan demikian, atlet yang diberikan sejumlah insentif dapat menghasilkan sebuah prestasi yang gemilang, karena insentif yang diberikan diharapkan dapat merangsang individu agar mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Atlet futsal menyadari bahwa dengan mencapai sebuah prestasi yang tinggi ia akan memperoleh pendapatan yang besar (dalam hal ini adalah insentif). Dengan pendapatan yang besar itulah akhirnya ia memiliki serta dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka diduga persepsi tentang pemberian insentif yang ada pada diri atlet memiliki hubungan dengan motivasi berprestasi.
2.
Tinjauan Teoritis 2.1
Motivasi Berprestasi McClelland
(1987)
mengungkapkan
bahwa
motivasi
berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian dan standar keahlian. Menurut McClelland (1987), ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Faktor-faktor tersebut antara lain: a.
Bertanggung Jawab Individu mempunyai perhitungan dan pertimbangan secara matang karena memiliki tanggung jawab terhadap pemecahan masalah yang telah dibuatnya. Tanggung jawab ini ditunjukkan dengan memiilih tantangan, resiko yang sedang. Dengan demikian benar-benar melaksanakan suatu pekerjaan tanpa adanya beban karena individu memilih resiko yang sebanding dengan kemampuannya.
b.
Memanfaatkan Umpan Balik (feed back) Individu
dengan
motivasi
berprestasi
tinggi
biasanya
menyenangi umpan balik secara riil dan cepat dari apa saja yang telah dilakukannya sehingga dengan cepat pula individu akan
memutuskan
apabila
hasil
yang
dicapai
kurang
memuaskan untuk beralih pada aktivitas lain jika hasil yang diperoleh telah maksimal. c.
Inovatif Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu berupaya mencari informasi baru. Individu kelihatan tidak banyak istirahat dan ingin selalu berubah yang didasari oleh sikap yang berorientasi ke masa depan.
d.
Sukses dalam pekerjaan Individu mempunyai kinerja yang baik dan pantang menyerah hasil dari dorongan motivasi menjadi prediktor kesuksesannya dalam bidang yang ditekuninya.
e.
Menetapkan sasaran yang menantang Individu akan mempertimbangkan terlebih dahulu resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai suatu pekerjaan dan cenderung lebih menyukai permasalahan yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang, menantang namun memungkinkan untuk diselesaikan.
2.2
Insentif Cashmore (2002) menyatakan bahwa insentif merupakan sesuatu yang mendorong atau memprovokasi perilaku. Insentif dalam dunia olahraga sangat bervariasi, dari mulai piala sampai pada
rangsangan dalam bentuk uang. Lain halnya dengan Atkinson (1958) menyatakan bahwa insentif dapat mendorong motivasi, menurutnya kunci yang penting untuk melihat motivasi pencapaian seseorang didasari oleh tiga hal, pertama motif, ekspektasi dan insentif yang diraihnya. Sedangkan menurut Alderman & Wood (dalam Danielson, 2004) insentif merupakan sesuatu yang eksternal yang mendorong perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Hasibuan (2010) menjelaskan ada beberapa tujuan dalam pemberian insentif, antara lain: 1.
Mendorong gairah dan semangat atlet
2.
Meningkatkan kedisiplinan atlet
3.
Meningkatkan tingkat kesejahteraan atlet
4.
Mempertinggi rasa tanggung jawab atlet terhadap tugastugasnya Selain memiliki tujuan, pemberian insentif idealnya harus
berdasarkan asas-asas tertentu, Hasibuan (2010) menyebutkan asasasas pemberian insentif sebagai berikut: 1.
Asas Pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada atlet atas prestasi yang dicapainya.
2.
Asas Wewenang yang Didelegasikan, artinya memberikan kewenangan, kepercayaan diri pada atlet, bahwa dengan
kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugastugas itu dengan baik. Misalnya: Tugas
Anda adalah
memenangkan pertandingan dan saya berharap Anda mampu mengerjakannya. 3.
Asas Adil dan Layak, artinya insentif yang diberikan harus berdasarkan atas “kelayakan dan keadilan” terhadap semua atlet. Misalnya: pemberian hadiah atau reward serta hukuman terhadap semua atlet harus adil dan layak.
4.
Asas Perhatian Timbal Balik, artinya atlet yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan insentif.
3.
Hasil Penelitian Data yang diperoleh pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh atau sensus, artinya peneliti menggunakan seluruh populasi sebagai sampel (Riduwan, 2003). Penelitian ini menggunakan 2 alat ukur; alat ukur motivasi berprestasi dan alat ukur insentif. Dibawah ini adalah tabel mengenai nilai reliabilitas dari masing-masing alat ukur yang digunakan: a. Tabel 3.2
Nilai Cronbach’s Alpha Skala Motivasi Berprestasi
Cronbach’s Alpha .935
N of Items 32
b. Tabel 3.5
Nilai Cronbach’s Alpha Skala Insentif
Cronbach’s Alpha .885
N of Items 15
Sebelum dilakukan uji hipotesa, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk kedua alat ukur yang akan digunakan pada saat penelitian. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitan. Data yang baik dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho, 2005). Dalam penelitian ini, uji normalitas berguna untuk mengetahui normal tidaknya sebaran skor variabel persepsi terhadap pemberian insentif dan motivasi berprestasi pada atlet futsal putri di klub XYZ. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik KolmogrovSmirnov Goodness of Fit Test.Uji normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov digunakan untuk membantu peneliti dalam menentukan distribusi normal dengan jumlah data penelitian yang sangat sedikit (kurang dari 30) dan membantu peneliti untuk menentukan apakah sampel yang dipilih berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. Distribusi data dikatakan normal apabila Level of significant (α) 5%. Dibawah ini adalah hasil uji asumsi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test:
Tabel :
N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp, Sig. (2-tailed)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Persepsi Tentang Pemberian Insentif 39 .799 .545
Motivasi Berprestasi 39 .512 .956
Berdasarkan uji normalitas pada variabel persepsi tentang pemberian insentif didapatkan nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,799 dengan nilai p = 0,545. Probabilitas yang diperoleh adalah sebesar 0,545 atau p > 0,05 sehingga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara persepsi tentang pemberian insentif dengan distribusi normal. Dengan kata lain distribusi persepsi tentang pemberian insentif berdistribusi normal. Uji normalitas untuk variabel motivasi berprestasi didapatkan nilai KolmogrovSmirnov sebesar 0,512 dengan nilai p = 0,956. Probabilitas yang diperoleh sebesar 0,956 atau p > 0,05 sehingga menujukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara motivasi berprestasi dengan distribusi normal. Dengan kata lain distribusi motivasi berprestasi berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas data, peneliti melakukan uji hipotesis berdasarkan tujuan dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang pemberian insentif dan motivasi berprestasi atlet futsal putri di klub XYZ, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara persepsi tentang pemberian insentif dan motivasi berprestasi atlet futsal putri di klub XYZ”
Untuk pengujian statistik maka dilakukan perumusan hipotesa statistik, yaitu: 1. Ha : Ada hubungan positif antara persepsi tentang pemberian insentif dan motivasi berprestasi atlet futsal putri di klub XYZ. 2. Ho : Tidak ada hubungan positif antara persepsi tentang pemberian insentif dan motivasi berprestasi atlet futsal putri di klub XYZ. Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Pearson Correlation. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel : Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Berprestasi MotivasiBerprestasi
Insentif
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Motivasi Berprestasi 1 39 .121 .464 39
Insentif .121 .464 39 1 39
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat nilai korelasi antara pemberian insentif dan motivasi berprestasi pada atlet futsal putri di klub XYZ sebesar 0,121 dengan .sig 0,464 > 0,05. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi yang lemah namun searah. Artinya, angka variabel persepsi tentang pemberian insentif tinggi maka motivasi berprestasi akan semakin tinggi, akan tetapi persepsi tentang pemberian insentif tidak selau sejajar dengan meningkatnya motivasi berprestasi pada diri atlet. Kemudian, kedua variabel dikatakan memiliki hubungan signifikan jika p < 0,05 dan
berdasarkan pengujian statstik yang telah dilakukan, didapat nilai p sebesar 0,464. Dengan demikian, hipotesis null (Ho) yang menyatakan tiadanya hubungan positif antara persepsi tentang pemberian insentif dan motivasi berprestasi pada atlet futsal putri di klub XYZ diterima.
Referensi Atkinson, J. W. (1958). An Introduction to Motivation. New York: D. Van Nostrand Company, Inc. Cashmore, E. (2002). Sport Psychology: The Key Cocepts. London & New York: Routledge Taylor and Francais Group. Danielson,
R.R
(2006,
Oktober).
Incentives
Motivation.
(on-line
serial),
http://danielson.laurentian.ca/drdnotes/epsych06. Hasibuan, M. S. P. (2010). Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Indriemayunie, U. R. (2007). Gambaran Peran Insentif terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Panahan Perempuan Senior. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia. McClelland, D.C. (1987). Human motivation. New York : The Press Syndicate of The University of Cambridge. Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET FUTSAL PUTRI DI KLUB XYZ Anissa Rizky Andriany dan Johannes A. A. Rumeser BINUS University, Jakarta, Indonesia
Abstract This study describes how the incentives as a driver to produce an achievement motivation in women futsal athletes in a club. Of the research is expected to produce a thorough explanation of what the perception of incentives held by the athletes associated with achievement motivation and help the club futsal to encourage the athletes to be able to measure a proud achievement, thus the name of the nation and the State of Indonesia one day later. The samples in this study were athletes who are members of the club futsal XYZ, with total number of 39 people, using sampling techniques saturated. Research is quantitative research survey method. This study uses two gauges; measure achievement motivation and gauge perceptions of incentives (PTPI), with a reliability of 0.935 to measure achievement motivation and 0.885 for PTPI gauges. From the research, produced a value of 0.121 at Sig 0.464> 0.05, which means the Ho of the study is accepted, it means the absence of a positive relationship between perceptions of incentives and achievement motivation in women futsal athletes at the club XYZ. Keyword: Need for Achievement, Incentives, Futsal
1.
INTRODUCTION The incentive is an expectation or something that can drive a person to behave in order to achieve a particular goal. The purposes of incentives themselves are stimulating the individual in order to optimize its potential to achieve what they want by themselves and others that contribute to success. Every athlete should ideally have a hope of a reward for the performance they gave to their team, the institution, even the nation and country. Thus, athletes are given a number of incentives to produce a glorious achievement, because the incentives are expected to stimulate the individual to optimize its potential. Futsal athletes realized that by achieving a high achievement they will earn a huge income (in this case the incentive). With the huge revenues then they would be able to fulfill their needs. Based on the above reasoning, the alleged perception of incentives present in athletes has a relationship with achievement motivation.
2.
GENERAL GUIDELINES 2.1
Achievement Motivation McClelland (1987) revealed that achievement motivation is motivation related to standards achievement of knowledge and skills. According to McClelland (1987), there are several factors that influence the achievement motivation. These factors, among others:
a. Responsibilities Individuals have a careful calculations and considerations because they have the responsibility for solving a problem that has been made. This responsibility is demonstrated by selecting the challenges, with medium risks. Thus they are actually executing the job without any burden because individuals choose a comparable risk to his ability. b. Leveraging Feedback Individuals with high achievement motivation usually enjoys real feedback and faster than what has been done so individual will quickly decide if the results are less satisfactory for switching to another activity if the results obtained have already on maximum standards. c. Innovative Individuals with high achievement motivation are always looking for new information. Individuals seem not having much rest and wants to be changed based on the attitude oriented towards the future. d. Success in Employment Individuals
have
a
good
performance
and
unyielding
encouragement outcome become the predictors of success in a field that practiced.
e. Setting Challenging Goals Individuals will first consider the risk to be faced before starting a job and tend to prefer issues that have a moderate level of difficulty, challenging but possible to solve.
2.2
Incentives Cashmore (2002) stated that the incentive is something encouraging or provoking behavior. Incentives vary widely in the world of sports, from the cup to the stimulus in the form of money. As with the Atkinson (1958) states that incentives can encourage motivation, according to important key to see the motivation achievement of a person based on three things, the first is motives, expectations and incentives are achieved. Meanwhile, according to Alderman & Wood (in Danielson, 2004) incentives is something external that drive behavior to achieve a goal. Hasibuan (2010) explained that there were several objectives in the provision of incentives, among others: 1. Encourage passion and spirit of athletes 2. Improving discipline of the athletes 3. Improving the welfare of athletes
4. Enhance the sense of responsibility of the athletes towards their duties In addition to having goals, incentives should ideally be based on certain principles; Hasibuan (2010) mentions the principles of the following incentives: 1. Recognition Principle, it means honor, praise, and recognition of the right and fair to the athletes on their achievements. 2. Delegated Authority Principle, which gives authority, confidence in athletes, with the ability and creativity which allow them to do the tasks very well. For example: Your job is to win games and I hope you are able to do. 3. Fair and Decent Principle, meaning that incentives should be based on "the feasibility and fairness" to all athletes. For example: giving a gift or reward and punishment for all athletes should be fair and reasonable. 4. The Principle of Reciprocal Attention, meaning athletes who succeed in achieving well, then their leader must be willing to provide incentives.
3.
CONCLUSION The data obtained in this study using saturated sampling techniques or census, meaning that researchers use as a sample of the entire population (Riduwan, 2003). This study uses two gauges; measure achievement motivation and incentive measure. Below is a table of the reliability values of each measuring instrument used: a. Table 3.2
Cronbach's Alpha value of Achievement Motivation Scale Cronbach’s
N of Items
Alpha .935
b. Table 3.5
32
Cronbach's Alpha Value Incentives Scale Cronbach’s
N of Items
Alpha .885
15
Before testing the hypothesis, the researchers first test of normality for both measuring instruments that will be used during the study. Normality test aims to determine the distribution of the data in the variable to be used in research. The good and decent data to be used should have a normal distribution (Nugroho, 2005). In this
study, the normality test is useful to determine the normality distribution of scores variable incentives and perceptions of achievement motivation in women futsal athletes at the club XYZ. Normality test in this study using techniques Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test. this normality test of Kolmogrov-Smirnov used to assist researchers in determining normal distribution with a number of data research that very few (less than 30) and help researchers to determine whether the selected samples are coming from a normally distributed population. Data distribution considered normal if the level of significant (α) of 5%. Below are the results of assumptions test made by researchers using the technique Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test: Table :
N Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perceptions About Incentives
Achievement Motivation
39
39
.799
.512
.545
.956
Z Asymp, Sig. (2-tailed)
Based on the normality test on the variable perceptions of incentives earned Kolmogrov-Smirnov value of 0.799 with p = 0.545. The probability is obtained for 0.545 or p> 0.05 indicating that there is no difference between the perceptions of incentives with the normal distribution. In other words, the distribution of incentive
perception is normally distributed. Normality test for the variables of achievement motivation by Kolmogrov-Smirnov obtaining values at 0.512 with p = 0.956. Probabilities obtained for 0.956 or p> 0.05 so it shows that there is no difference between the normal distribution of achievement motivation. In other words, the distribution of achievement motivation is normally distributed. After the normality test data, the researcher to test hypotheses based on the purpose of the study. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between perceptions of incentives and achievement motivation in women futsal club athletes XYZ, then the hypothesis in this study was "There is a relationship between the perception of incentives and achievement motivation in women futsal club athletes XYZ". For the statistical tests, researcher needs to perform statistical hypothesis formulation, namely: 1. Ha
: There is a positive relationship between perceptions of incentives and
achievement motivation futsal women athletes in the club XYZ. 2. Ho
: There is no positive relationship between perceptions of incentives
and achievement motivation futsal women athletes in the club XYZ. Based on the purpose of this study, researcher then performs statistical analysis using Pearson correlation test. The results of statistical tests can be seen in the table below: Table: Relationship of Incentives Perception and Achievement Motivation
Achievement Motivations
Incentives
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Achievement Motivations 1 39 .121 .464 39
Incentives .121 .464 39 1 39
From the analysis of simple correlation (r) values obtained correlation between incentives perception and achievement motivation in women futsal athletes in the club XYZ at 0,121 with. sig 0.464> 0.05. The figure shows the correlation is weak but having the same direction. Means, a higher variable number of incentives perceptions will create higher achievement motivation, but the perception of incentives is not always aligned with the increased achievement motivation in selfathletes. Then, the two variables are said to have a significant association if p <0.05 and based on statistical testing that has been done, obtained p value of 0.464. Thus, the null hypothesis (Ho) stated the lack of a positive relationship between perceptions of incentives and achievement motivation in women futsal athletes at XYZ club accepted.
References Atkinson, J. W. (1958). An Introduction to Motivation. New York: D. Van Nostrand Company, Inc. Cashmore, E. (2002). Sport Psychology: The Key Cocepts. London & New York: Routledge Taylor and Francais Group. Danielson,
R.R
(2006,
Oktober).
Incentives
Motivation.
(on-line
serial),
http://danielson.laurentian.ca/drdnotes/epsych06. Hasibuan, M. S. P. (2010). Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Indriemayunie, U. R. (2007). Gambaran Peran Insentif terhadap Motivasi Berprestasi Atlet Panahan Perempuan Senior. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia. McClelland, D.C. (1987). Human motivation. New York : The Press Syndicate of The University of Cambridge. Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.