Hubungan antara Pengetahuan Pencemaran dan Etika Lingkungan dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global Rita Istiana, Eka Suhardi, Surjono H.Sutjahjo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis hubungan antara pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah bahaya pemanasan global. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester gasal tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah sampel 211 mahasiswa yang diambil secara random. Metode pengambilan data yang digunakan yaitu survei dalam bentuk kuesioner. Kalibrasi instrument untuk variabel perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dan etika lingkungan meliputi uji validitas dengan menggunakan rumus produk momen pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus alfa cronbach, sedangkan untuk variabel pengetahuan pencemaran menggunakan uji validitas korelasi poin biserial dan reliabilitas mengunakan kuder richardson (KR-20). Teknik analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linier sederhana serta korelasi dan regresi linier ganda serta uji parsial, pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikan 0,01. Hasil penelitian menunjukkan adanya: 1) Hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan pencemaran dan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dengan koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,301, dan koefisien determinasi (r2y1) sebesar 0,091 dengan persamaan regresinya Ŷ = 113,238 + 0,678 X1. 2) Hubungan positif dan signifikan antara etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dengan koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,179 dan koefisien determinasi (r2y2) sebesar 0,032 dengan persamaan regresinya Ŷ = 102,599 + 0,154 X 2, 3) Hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama sama dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dengan koefisien korelasi (r y1.2.) sebesar 0,306 dan koefisien determinasi (r2y1.2.) sebesar 0,094 dengan persamaan regresinya Ŷ = 106,026 + 0,619X1 + 0,053 X 2. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan.
1
PENDAHULUAN Lingkungan merupakan habitat atau tempat tinggal makhluk hidup, dan salah satunya yaitu manusia. Antara keduanya saling terkait karena terjadi interaksi ataupun hubungan timbal balik satu sama lain. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Soemarwoto bahwa manusia, seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidup. Manusia mempengaruhi lingkungan hidup, dan sebaliknya manusiapun dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Sedangkan pengertian lingkungan hidup menurut UU RI No. 32 tahun 2009 bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Kondisi tersebut menyebabkan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Segala kebutuhan hidup dipenuhi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat dalam lingkungan, baik berupa benda hidup maupun tak hidup. Perkembangan budaya dan teknologi, mengakibatkan manusia dapat berbuat secara leluasa terhadap lingkungan hidupnya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Kenyataan ini telah membawa kecenderungan terganggunya keseimbangan dan kelestarian unsur-unsur dalam lingkungan, berupa ketidakseimbangan antar komponen maupun terjadinya pencemaran lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan seperti pemanasan global (Global Warming) telah menjadi isu internasional sejak dua dekade terakhir. Sebagai akibat dari pemanasan global, memberikan dampak sangat besar baik terhadap iklim dunia, maupun kenaikan permukaan air laut. Ditinjau dari penyebab kerusakan lingkungan tersebut maka sebagai langkah antisipasi ke depan dalam upaya pencegahan bahaya pemanasan global, maka kata kuncinya adalah perlu dilakukan pembinaan yang
konseptual dan terus menerus. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal (SD sampai Perguruan Tinggi) maupun nonformal misalnya melalui keluarga, kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dan media komunikasi (cetak, elektronik). Kenyataan rendahnya perilaku pelajar dan mahasiswa terhadap lingkungan tentu mengundang keprihatinan yang dalam, sebab melalui pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi semestinya tindakan-tindakan dan sikap positif terhadap lingkungan hidup telah ditanamkan Selain itu agar aktivitas manusia tidak menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan, maka manusia harus memiliki etika lingkungan yang baik, seperti Biosentrisme dan Ekosentrisme. Sudah sepatutnyalah manusia bersikap ramah lingkungan atau bersikap arif dan bijaksana dalam interaksinya dengan lingkungan, serta menciptakan kehidupan yang produktif dan sehat dalam hubungan harmonis dengan alam. Dalam kaitannya dengan perilaku mahasiswa dalam upaya pencegahan pemanasan global, sebenarnya saat ini telah dilaksanakan pendidikan lingkungan hidup sebagai mata kuliah umum yang harus diikuti oleh semua fakultas, baik yang berlatar belakang ilmu sains maupun social yaitu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Tetapi pada kenyataannya perilaku mahasiswa masih kurang yang peduli terhadap bahaya kerusakan lingkungan, salah satunya dibuktikan dengan banyaknya sampah yang masih berserakan. Berkenaan dengan hal tersebut, penelitian ini mengkaji mengenai perilaku mencegah bahaya pemanasan global. Secara lebih spesifik yaitu mengenai hubungan antara pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah bahaya pemanasan global. Ilmu perilaku menurut Soekidjo Notoarmojo adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Sedangkan menurut Winardi pada dasarnya perilaku berorientasi pada tujuan (goal-oriented). Perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan spesifiknya tidak senantiasa diketahui secara
2
sadar oleh individu. Alasan tindakan-tindakan seseorang tidak selalu jelas bagi pemikiran secara sadar. Dorongan-dorongan (drives) yang memotivasi pola-pola perilaku individual khusus (kepribadian) hingga tingkat tertentu berlangsung dibawah sadar karena tidak mudah diuji dan dievaluasi. Pemanasan global diartikan sebagai akibat dari peningkatan gas rumah kaca diatmosfer yang dihasilkan dari radiasi dan aktivitas manusia. Gas yang menyebabkan terjadinya ERK disebut “gas rumah kaca“ (GRK); yang antara lain meliputi uap air (H2O); Carbon dioksida (CO2); metan (CH4); NO2; Ozon dan CFC (gas buatan manusia). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jovialine dan Mariana, ada beberapa hal yang dapat dilakukan manusia dalam mencegah pemanasan global, diantaranya: tidak membakar sampah, menggiatkan pelestarian hutan dan reboesasi, menghemat dalam penggunaan energi, memeriksa kendaraan secara rutin agar dapat bekerja secara efisien dan tidak menghasilkan gas-gas yang berbahaya, melakukan daur ulang sampah, membeli barang yang ramah lingkungan dan hemat energi, melakukan penyuluhan atau sosialisasi akibat pemanasan global, menggunakan kertas secara hemat. Notoatmojo mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Anderson dan David Krathwohl juga mengemukakan kerangka empat jenis pengetahuan pada dimensi pengetahuan yang meliputi: 1) Pengetahuan Faktual, 2) Pengetahuan Konseptual, 3) Pengetahuan Prosedural, 4) Pengetahuan Metakognitif. Pencemaran menurut Odum adalah perubahan yang tidak diinginkan pada udara, daratan dan air secara fisik, kimiawi ataupun biologi yang mungkin atau akan merupakan bahaya bagi kehidupan manusia atau jenisjenis penting, proses industri, lingkungan hidup dan nilai-nilai kebudayaan atau yang mungkin akan menyia-nyiakan dan merusak sumber daya bahan mentah. Pengetahuan tentang pencemaran dapat disintesiskan
sebagai ingatan, pemahaman, dan kemampuan mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta atas hal-hal yang pernah dipelajari melalui pengalaman dan penginderaan tentang pencemaran air, tanah, udara, dan suara, dan pengetahuan pencemaran dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu: pengetahuan faktual tentang pencemaran air, tanah, udara, dan suara, pengetahuan konseptual tentang pencemaran air, tanah, udara, dan suara, pengetahuan procedural tentang pencemaran air, tanah, udara, dan suara, dan pengetahuan metakognitif tentang pencemaran air, tanah, udara, dan suara. Etika lingkungan menurut Keraf didefinisikan sebagai sebuah disiplin filsafat yang berbicara mengenai hubungan moral antara manusia dengan lingkungan atau alam semesta, dan bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan hidup. Etika lingkungan adalah tata cara bertindak manusia dalam memperlakukan alam atau lingkungan sekitar, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang dan landasan teori diatas dapat dikemukakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai hubungan antara pengetahuan pencemaran dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, mengetahuai hubungan antara etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, mengetahuai hubungan antara pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Data primer didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang terdapat dalam variabel penelitian. Data primer yang dibutuhkan adalah data mengenai perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan. Kuesioner dirancang dan ditujukan pada mahasiswa di
3
Universitas Pakuan Bogor sekaligus sebagai unit analisis dalam penelitian ini secara random sampling, Sampel yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah 211 mahasiswa semester gasal tahun ajaran 2010/2011. Untuk memperoleh data tentang perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan maka disusun instrumen penelitian melalui beberapa tahap yaitu:1) Mengkaji semua teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, 2) Menyusun indikator dari setiap variabel penelitian, 3) Menyusun kisi-kisi, 4) Menyusun butir-butir pernyataan dan menetapkan skala pengukuran, 5) Uji coba instrumen, 6) Analisis butir soal dengan menguji validitas dan reliabilitas. Proses kalibrasi dilakukan dengan menganalisa data hasil uji coba instrumen yang dilakukan terhadap responden lain di luar sampel yang berjumlah 30 orang pada tempat penelitian yang sama, pengujian validitas untuk perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dan etika lingkungan digunakan statistik koefisien korelasi Pearson’s product moment sedangkan untuk menguji validitas pengetahuan pencemaran menggunakan point biserial correlation (rpbis ) yaitu melihat korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total semua butir instrumen yang diujicobakan, apabila r hit.< r tab maka nilai butir dinyatakan gugur ( tidak sah) sebaliknya bila r hit > r tab butir pertanyaan valid (sah). Taraf signifikan α = 0,05. dan uji reliabilitas / keterandalan butir instrumen perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dan etika lingkungan diuji dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Sedangkan uji reliabilitas pengetahuan pencemaran dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder - Richardson (K-R 20). Pengolahan dan analisis data hasil penelitian menggunakan statistik deskriptik dengan tujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran skor setiap variabel yang diteliti dengan menghitung mean, median, modus, simpangan baku dan distribusi frekuensi. Kemudian Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknis analisis regresi dan korelasi sederhana, dan teknik analisis regresi dan korelasi ganda. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas, uji liniearitas dan keberartian regresi masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas galat taksiran ini dimaksudkan untuk menentukan normal tidaknya distribusi data penelitian. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors, yang dinyatakan normal / H1 diterima dan Ho ditolak apabila harga Lhitung < L tabel, diuji dengan taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Levene. Varians dinyatakan homogen bila Nilai statistik Levene >0,05, diuji dengan taraf signifikansi 0,05. Uji liniearitas data dan keberartian regresi, Uji ini dimaksudkan untuk melihat apakah regresi yang diperoleh ada artinya jika digunakan untuk membuat kesimpulan antara beberapa variabel yang sedang dianalisis. Uji linearitas menggunakan SPSS 20 dengan taraf signifikansi 0,01. Untuk pengujian hipotesis ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut : Uji korelasi sederhana yaitu teknik korelasi sederhana hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. korelasi sederhana ini untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis kedua, dan Uji korelasi ganda, dimaksudkan untuk menguji hipotesis ketiga, yang bertujuan untuk melihat apakah terdapat korelasi yang berarti apabila kedua variabel bebas secara bersama-sama dikorelasikan dengan variabel terikat. Perhitungan Koefisien determinasi, perhitungan terhadap koefisien determinasi (r2 ) dimaksudkan untuk menganalisa seberapa besar ( dinyatakan dalam prosentase) kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dan Analisa Korelasi Parsial yang merupakan analisa yang digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara dua variabel jika variabel lainnya dibuat konstan dalam suatu analisis yang melibatkan lebih dari dua variabel. Seperti korelasi antara X 1 dengan Y, jika X2 dikendalikan/ dikontrol dan korelasi antara X2 dengan Y jikan X1 dikendalikan / dikontrol.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan antara Pengetahuan tentang Pencemaran dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global Dari hasil pengujian persyaratan analisis data, menunjukan bahwa pengetahuan pencemaran dan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global berdistribusi normal dan populasi data homogen. Adapun persamaan regresinya Ŷ = 113,238 + 0,678 X1, artinya setiap penambahan / kenaikan 1 skor pengetahuan pencemaran, maka perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global akan bertambah sebesar 0,577. Gambaran persamaan regresi linier variabel tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1. Grafik Regresi Linier Sederhana Hubungan antara Pengetahuan Pencemaran dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global. Kekuatan hubungan antara pengetahuan pencemaran dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global ditunjukkan dengan koefisien korelasi ry1 sebesar 0,301** pada α = 0,01, tanda bintang dua atau (**) menunjukkan hubungan tinggi diantara kedua variabel yang berarti hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan pencemaran (X1) dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global (Y) dapat diterima, artinya makin tinggi pengetahuan pencemaran maka akan diikuti makin tinggi pula perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Koefisien determinan (r2y1) sebesar 0,091 yang berarti faktor pengetahuan pencemaran berperan atau memberikan
kontribusi sebesar 9,1% terhadap perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global sedangkan 90,9 % dipengaruhi oleh faktor lain. Pengetahuan merupakan hasil observasi mahasiswa terhadap objek belajar. Observasi dilakukan menggunakan berbagai macam indera sehingga diperoleh konsep atau teori tentang objek belajar tersebut. Perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global merupakan keterlibatan mahasiswa dalam berbagai kegiatan dalam upaya pencegahan pemanasan global. Perilaku ini direelisasikan dalam bentuk perbuatan-perbuatan atau respon yang berhubungan dengan upaya pencegahan pemanasan global seperti menjaga kebersihan lingkungan, ikut dalam kegiatan cinta lingkungan, pelestarian hutan, hemat energi, mendaur ulang sampah, dan membeli serta menggunakan barang yang ramah lingkungan. Perilaku mahasiswa tersebut ditentukan oleh sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang pemanasan global. Pengetahuan mahasiswa tentang pencemaran memiliki hubungan positif dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Hal ini terjadi karena mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang kerusakan lingkungan salah satunya adalah pemanasan global dan pencemaran lingkungan yang dipelajari dalam mata kuliah umum Ilmu Alamiah Dasar. Faktor pengetahuan merupakan faktor yang sangat mendukung mahasiswa untuk berperilaku. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekidjo Notonegoro bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah tingkat pengetahuannya. Perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global akan berhubungan erat dengan pengetahuan mahasiswa tentang pencemaran. Semakin banyak pengetahuan tentang pencemaran akan mendorong mahasiswa dalam mengurangi bentuk kerusakan lingkungan. Isu pemanasan global merupakan isu yang sangat penting sehingga memerlukan penanganan yang sangat serius dan bersifat menyeluruh. Melalui berbagai hal dapat diusahakan agar pemanasan global dapat dicegah dan dikurangi. Salah satunya penjelasan yang komprehensif melalui mata kuliah di tingkat lembaga pendidikan tinggi. Diharapkan dengan meningkatnya
5
pengetahuan tentang pencemaran lingkungan di perguruan tinggi, juga meningkatkan perilaku mahasiswa dalam upaya pencegahan pemanasan global. Pengetahuan mahasiswa tentang pencemaran memiliki hubungan positif dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Hal ini terjadi karena mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang kerusakan lingkungan salah satunya adalah pemanasan global dan pencemaran lingkungan yang dipelajari dalam mata kuliah umum Ilmu Alamiah Dasar. Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendukung mahasiswa untuk berperilaku. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekidjo Notonegoro bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah tingkat pengetahuannya. Perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global akan berhubungan erat dengan pengetahuan mahasiswa tentang pencemaran. Semakin banyak pengetahuan tentang pencemaran akan mendorong mahasiswa dalam mengurangi bentuk kerusakan lingkungan. Menurut Soekidjo Notonegoro ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang diantaranya pengalaman, fasilitas, keyakinan, dan sosiobudaya. Salah satunya kurangnya fasilitas tempat sampah di Universitas Pakuan menyebabkan mahasiswa tidak membuang sampah pada tempatnya, kondisi latar belakang sosialbudaya mahasiswa yang berbeda juga menyebabkan perilaku yang tidak sama walaupun mempunyai tingkat pengetahuan yang setara. Selain itu ada faktor persepsi, keinginan, kehendak, sikap, motivasi, dan niat yang juga dapat mempengaruhi bentuk perilaku seseorang. Walaupun mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tetapi tidak diimbangi oleh keinginan yang kuat atau niat dari hati, akan berpengaruh rendah dalam perubahan perilaku mahasiswa untuk mencegah pemanasan global. Pengetahuan pencemaran yang didapat mahasiswa melalui mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sangat kurang, karena pokok materi yang membahas tentang kerusakan lingkungan hanya dipelajari dalam satu kali pertemuan, sehingga tingkat kontribusi pengetahuan pencemaran mahasiswa Universitas Pakuan cukup rendah yaitu 9,1%. Hasil penelitian ini akan berbeda
jika dilakukan di Perguruan Tinggi yang lain karena setiap satuan pendidikan memiliki perbedaan kurikulum, perbedaan kondisi lingkungan dan perbedaan kebijakankebijakan. Isu pemanasan global merupakan isu yang sangat penting sehingga memerlukan penanganan yang sangat serius dan bersifat menyeluruh. Melalui berbagai hal dapat diusahakan agar pemanasan global dapat dicegah dan dikurangi. Salah satunya penjelasan yang komprehensif melalui kurikulum dalam penyusunan mata kuliah yang berhubungan dengan lingkungan di tingkat lembaga pendidikan tinggi. Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan tentang pencemaran lingkungan di perguruan tinggi, juga meningkatkan perilaku mahasiswa dalam upaya pencegahan pemanasan global.
2. Hubungan antara Etika lingkungan dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global. Berdasarkan tabulasi data perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dan etika lingkungan dari hasil penelitian mendapatkan data bahwa rata-rata perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dan etika lingkungan yang dijadikan sampel dapat dikategorikan baik. Kekuatan hubungan antara etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,179** dan koefisien determinasi sebesar 0,0320. Hal itu berarti bahwa perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dipengaruhi oleh etika lingkungan sebesar 3,2%. Perilaku mencegah pemanasan global sangat komplek dan beragam, etika lingkungan hanya mempengaruhi sebanyak 3,2% saja, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, dan niat seseorang. Dari hasil pengujian persyaratan analisis data, menunjukkan bahwa perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dan etika lingkungan berdistribusi normal dan populasi data homogen. Adapun persamaan regrasinya Ŷ = 102,599 + 0,154 X2. Hubungan antara kedua variabel ini adalah signifikan dan linier, artinya setiap penambahan atau kenaikan 1 skor etika lingkungan, maka
6
perilaku dalam mencegah pemanasan global akan bertambah sebesar 0,154 dengan konstanta sebesar 102,599. Hal ini memberikan arti bahwa semakin tinggi etika lingkungan akan diikuti dengan peningkatan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Sebaliknya semakin rendah etika lingkungan akan semakin rendah pula perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Gambaran persamaan regresi linier variabel tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Grafik Regresi Linier Sederhana Hubungan antara Etika lingkungan dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global. Etika mahasiswa tentang lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Etika lingkungan menurut Keraf adalah berbagai prinsip moral lingkungan, jadi etika lingkungan merupakan petunjuk atau arah perilaku manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Melalui etika lingkungan tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya mengembalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kepentingan lingkungan hidup. Etika mahasiswa tentang lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Etika lingkungan memberikan pengaruh yang lebih rendah dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global jika dibandingkan dengan pengetahuan pencemaran. Perbedaan perilaku individu dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan,
perbedaan kebutuhan, perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Perbedaan kemampuan atau tingkat pengetahuan tiap indivudu disebabkan oleh proses penyerapan informasi yang berbeda dari setiap individu tersebut yang kemudian mempangaruhi perilaku seseorang dalam bertindak. Manusia berbeda perilakunya karena adanya perbedaan kebutuhan. Hal ini merupakan bagian dari teori motivasi yang ditemukan oleh para ilmuwan psikologi seperti, Maslow, Mcleland, McGregor yaitu kebutuhan manusia menjadi motif secara intrinsik individu tersebut dalam berperilaku. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu keputusan yang dibuat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi diluar dari dirinya dengan kata lain motivasi eksternal sangat berperan. Lingkungan membentuk manusia menjadi lebih baik atau menjadi jahat, ramah, atau sombong. Lingkungan di Universitas Pakuan Bogor kurang kondusif untuk dapat melatih mahasiswa dalam berperilaku mencegah kerusakan lingkungan, misalnya tidak ada larangan merokok di kampus, tidak adanya Unit Kegiatan Mahasiswa yang menaungi tentang kegiatan - kegiatan lingkungan, juga sempitnya lahan hijau. Selain itu juga tidak nyamannya angkutan umum di Bogor dan tingkat kemacetan yang tinggi menyebabkan mahasiswa enggan memilih angkutan umum untuk pergi ke kampus dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, hal itu menyebabkan semakin banyaknya gas CO dan CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan pemanasan global. Etika lingkungan menurut Keraf adalah berbagai prinsip moral lingkungan, jadi etika lingkungan merupakan petunjuk atau arah perilaku manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Melalui etika lingkungan tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya mengembalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kepentingan lingkungan hidup. Tetapi dengan memiliki etika saja tidak cukup, harus diimbangi dengan kehendak, keinginan, motivasi dan niat yang kuat untuk mewujudkan perilaku dalam mencegah pemanasan global. Selain itu juga kondisi lingkungan sekitar yang mendukung
7
akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Etika lingkungan membahas bagaimana moral manusia terhadap lingkungannya. Mahasiswa yang memiliki moral yang baik terhadap lingkungannya maka dengan sendirinya akan termotivasi atau terdorong untuk berperilaku dalam pencegahan pemanasan global. Perilaku mencegah pemanasan global merupakan salah satu bentuk moral yang baik terhadap lingkungan. Berbagai kegiatan dalam pencegahan pemanasan global seperti menjaga kebersihan, hemat energi, penghijauan, kegiatan cinta lingkungan, daur ulang sampah, menggunakan bahan yang ramah lingkungan merupakan wujud moral yang baik terhadap lingkungan. 3. Hubungan antara Pengetahuan Pencemaran dan Etika Lingkungan secara\\ersama-sama dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global Hubungan antara variabel pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama dengan perilaku mahasiswa dalam mencagah pemanasan global memiliki koefisien korelasi ry1.2 =0,306** dan koefisien determinasi r 2 y1.2 = 0,094** sehingga dapat diartikan bahwa 9,4% perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global dapat dihasilkan melalui variabel pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama. Koefisien determinasi variabel etika lingkungan sebesar 3,2% relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan koefisien determinasi variabel pengetahuan pencemaran yaitu sebesar 9,1%. Perbedaan perolehan nilai koefisien determinasi antara kedua variabel secara sendiri-sendiri tersebut menberikan makna bahwa berdasarkan penilaian responden, faktor pengetahuan tentang pencemaran memberikan sumbangan yang lebih positif dan signifikan bagi peningkatan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Namun koefisien determinasi pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama sebesar 9,4% nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien determinasi pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara
sendiri-sendiri. Hal ini menunjukkan makna bahwa menurut penilaian responden, kedua faktor pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama ternyata memberikan sumbangan yang signifikan bagi peningkatan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan yang berkorelasi secara bersamasama merupakan faktor yang saling menunjang untuk mencapai perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global yang maksimal. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulakan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan pencemaran dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, serta pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Pada dasarnya banyak sekali faktor pendukung yang berhubungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global. Selain komponen kognitif atau tingkat pengetahuan juga ada komponen afektif dan komponen konaktif yang berpengaruh terhadap perilaku individu. Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Aspek volisional atau konaktif, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Tingkat pengetahuan yang tinggi dan etika lingkungan yang baik hanya dapat berpengaruh rendah terhadap perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global jika tidak diimbangi oleh niat, keinginan, dan kehendak yang kuat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Perilaku merupakan tindak lanjut dari pengetahuan dan etika atau tata cara bertindak yang dimiliki oleh seseorang, sehingga hubungan antara satu dengan yang lainnya cukup kuat. Pengetahuan akan pencemaran dan etika lingkungan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam dirinya akan mendorong mereka untuk berperilaku dalam pencegahan pemanasan global.
8
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan pencemaran dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, etika lingkungan dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global, serta pengetahuan pencemaran dan etika lingkungan secara bersama-sama dengan perilaku mahasiswa dalam mencegah pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA Anderson W.Lorin dan Krathwohl R.David, Kerangka Landasan Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Agung Prihantoro. Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2010. A Sonny Keraf . Etika Lingkungan. Jakarta:Kompas,2010. ArifSolahudin,http://duniaguru.com/index.php ?option=com_content&task=view& id=75&Itemid=26 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, UU RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandung: Fokusmedia, 2009. Jovialine Rungkat dan Mariana Rengkuan, Peranan Warga Bumi Dalam Pemanasan Global,Jurnal Formas Vol 1, No. 4 Juni 2008:311-318
Teguh Wahyono, Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20.Jakarta : PT Elex Media Komputindo,2012 Wallington, J. Timothy , et al, Environmental and Ecological ChemistryGreenhouse Gases and Global Warming.UNNESCO Encyclopedia of Life Support System:EOLLS Publisher:Oxford UK.2004
BIODATA PENULIS 1. Rita Istiana, Lahir di Klaten tanggal 13 Januari 1985, Lulusan S1 dari Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang tahun 2007 dan S2 dari Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Pasca Sarjana Universitas Pakuan tahun 2013. Sekarang menjadi dosen FKIP Universitas Pakuan Program Studi Pendidikan Biologi. 2. Eka Suhardi, Dosen Program Pasca Sarjana, PKLH, Universitas Pakuan. 3. Surjono H.Sutjahjo. Dosen Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
J Winardi , Motivasi dan Pemotivasi dalam Masyarakat. Jakarta:Rajawali Pers,2008. Odum, P. Eugene , Fundamentals Of Ecology Third Edition. Philadelphia dan London:W.B Saunders Company,1971. Otto Soemarwoto , Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007. Soekidjo Notoatmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan,Jakarta:Rineka Cipta,2003.
9
10