HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DANSIKAP MANDIRI DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK PANCASILA 9 GIRIWOYO TAHUNAJARAN2009/2010
SKRIPSI Oleh:
Jamil Nurgiyanto NIM. K2502037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
2
iBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era globalisasi terlebih dengan perancangan ASEAN Free Trade Labour (AFTA) pada tahun 2010 menuntut tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang harus mampu berkompetisi dalam bidang teknologi dengan bekal keahlian yang profesional di bidangnya, supaya dapat memenuhi dan mengisi kebutuhan hidup yang semakin berat. Masyarakat primitif, dalam memenuhi kebutuhan dan mengisi kebutuhan hidup cukup dengan memanfaatkan apa yang ada dan apa yang diberikan alam. Hidup mereka bergantung dari keadaan alam itu sendiri. Kebutuhan yang diperlukan hanya sekedar makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan istirahat. Tetapi, dengan lebih dengan mengenalnya alam, serta kebutuhan sosial dan kebutuhan rohani berupa rasa aman, harga diri, dan hiburan harus terpenuhi. Untuk itu, manusia perlu menggunakan kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya sendiri. Mereka harus belajar agar dapat menguasai apa yang tersimpan dalam alam sekitar. Manusia harus mandiri, yang akhirnya terbentuk sikap kemandirian yang berguna dalam terciptanya teknologi yang canggih. Berubahnya pola hidup yang semakin kompleks, manusia tidak mungkin selalu menggantungkan hidupnya pada pihak lain. Mereka hanya berusaha sendiri dengan cara belajar serta membina potensi yang ada pada diri masing-masing individu. Pendidikan adalah upaya yang dapat ditempuh untuk keperluan tersebut. Pendidikan merupakan penyampaian ilmu peng etahuan dan pengalaman yang mana akan membentuk suatu sikap masyarakat dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju dengan pesat. Pendidikan akan mempengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan yang ada dalam masyarakat akan mempengaruhi bahkan akan menentukan corak, warna, isi dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang diselenggarakan dan dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, maupun keluarga atau yang disebut
3
pendidikan formal, informal, non formal merupakan media akan pemenuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil sesuai bidangnya masing-masing. Manusia yang siap kerja perlu membekali diri dengan pengetahuan, ketrampilan, moral, dan sikap mandiri. Sikap mandiri merupakan landasan uatama bagi seseorang untuk kesiapan kerja, karena dengan sikap mandiri seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan berusaha permasalahan dalam hidupnya, tanpa bantuan orang lain, yaitu dengan bekerja. Salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan mencetak para siswanya agar memiliki ketrampilan dan keahlian yang mandiri adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan yang merupakan salah satu wahana pendidikan formal, mempunyai tujuan pembinaan mencetak tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan generasi muda akan kesempatan-kesempatan kerja untuk keperluan pembangunan. Jadi, SMK sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan akhirnya mempunyai kesiapan kerja setelah selesai pendidikannya. Kenyataan yang ada sekarang ini, lulusan SMK, terutama lulusan SMK Pancasila 9 Giriwoyo, masih banyak yang belum memiliki kesiapan kerja. Kebanyakan dari mereka, setelah selesai menyelesaikan sekolahnya, masih kebingungan dalam mencari lapangan pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Hal ini terjadi karena kurang bisa bersaing dengan tenaga kerja lainnya yang memiliki kesiapan kerja, kemandirian yang tinggi, serta dilengkapi pengetahuan dan pengalaman yang tinggi. Dalam kondisi negara seperti saat ini, sangat diperlukan tenga kerja yang memiliki kesiapan kerja sekaligus dilengkapi dengan pengetahuan, pengalaman, dan sikap mandiri yang tinggi pula. Data lulusan SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun 2008, diketahui bahwa 55% siswa masih mencari lapangan kerja, 15 % sudah bekerja di perusahaan, 10% berwiraswasta, 20% belum diketahui. Calon tenga kerja diharuskan menguasai pengetahuan yang telah diperoleh di bangku sekolah dan melengkapi dengan kemandirian yang tinggi, agar dapat
4
bersaing SMK lain, sehingga setelah lulus siswa memiliki kesiapan kerja untuk bersaing mendapatkan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Memiliki kesiapan kerja merupakan nilai lebih bagi tenaga kerja, karena tenaga kerja yang telah siap kerja akan lebih siap menghadapi segala permasalahn yang timbul daam pekerjaannya. Pencari tenaga kerja akan mengutamakan calon tenaga kerja yang siap kerja, karena hal itu merupakan investasi yang besar. Tenaga kerja yang siap pakai biasanya mempunyai kemandirian yang tinggi, di samping pengetahuan dan pengalaman yang tinggi pula. Kemandirian yang mereka punyai diharapkan mampu untuk mengatasi kesulitan yang timbul dalam bekerja. Calon tenaga kerja juga harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang tinggi, agar calon tenaga kerja mampu mengikuti setiap kemajuan dari pengetahuan dan tidak ketinggalan informasi tentang perkembangan teknologi yang setiap hari terus berganti. Tanpa memiliki kemandirian, pengalaman, dan pengetahuan yang tinggi, akan sangat sulit bagi calon tenaga kerja untuk dapat bersaing dengan calon tenaga kerja yang lain dalam mencari lapangan pekerjaa, apalagi dunia kerja sekarang ini. Peningkatan kemandirian, pengetahuan, dan pengalaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang merupakan bagian kurikulum SMK. PRAKERIN merupakan pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama sama antara SMK dengan industri sebagai institusi pasangan. Dengan pelaksanaan PRAKERIN memungkinkan siswa akan dapat lebih mengembangkan potensi diri serta dapat menambah pengalaman di dunia industri yang dapat dijadikan bekal untuk menghadapi tantangan dunia pekerjaan. PRAKERIN merupakan jenis latihan kerja siswa yang menjadi program dari SMK. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri dilakukan dengan menerjunkan siswa pada dunia usaha/industri, sehingga siswa secara langsung menghadapi pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Kegiatan praktek kerja industri ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi siswa, karena PRAKERIN yang dilaksanakan pada dunia
5
usaha atau dunia industri dapat memberikan pengalaman yang dapat membentuk pribadi anak didik yang mempunyai keahlian kejuruan yang profesional, berkualitas, yang mampu dikembangkan menurut bidang pekerjaan. Dengan keahlian yang dimilikinya, lulusan sekolah menengah kejuruan benar-benar merupakan tenaga kerja yang siap pakai. Dengan demikian keahlian kejuruan professional yang didapatkan setelah melaksanakan PRAKERIN benar-benar dapat menjadikan siswa lebih siap untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Dengan kemandirian yang dimiliki siswa, pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh dalam PRAKERIN, maka diharapkan siswa mempunyai kesiapan kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya. Mempunyai kesiapan kerja merupakan tenaga kerja yang baik saat ini, di mana tenaga kerja yang sudah siap kerja merupakan terobosan baru dalam menanggulangi kebutuhan akan tenaga kerja dalam menyongsong era pasar bebas. Kesiapan kerja juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga dan masyarakat di mana siswa tinggal. Memiliki pengalaman dan sikap mandiri tanpa adanya dorongan dari faktor lingkungan memungkinkan mereka untuk berkembang, akan sangat sukar bagi mereka untuk bersaing dalam dunia kerja. Jadi, antara pengetahuan, pengalaman, kemandirian, dan faktor lingkungan, harus saling mendorong dan melengkapi. Syarat utama yang harus dimiliki siswa SMK untuk terjun ke dunia kerja adalah pengalaman saat melaksanakan PRAKERIN dan memiliki sikap kemandirian yang memungkinkan mereka mempunyai nilai yang lebih dalam kesiapan untuk mencari lapangan pekerjaan. Dengan pengalaman yang diperoleh dalam PRAKERIN, maka diharapkan siswa mempunyai kesiapan kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Berdasarkan kenyataan di atas, sangat menguntungkan bila kegiatan praktek dimanfaatkan sebagai upaya SMK guna memenuhi tujuan memberikan bekal kepada siswa agar memiliki sikap mandiri dan memiliki kesiapan kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka sangatlah menarik siswa Sekolah Menengah Kejuruan menjadi obyek penelitian dengan judul ”Hubungan antara Pengalaman Praktek Kerja Industri dan Sikap Mandiri dengan Kesiapan
6
Kerja pada Siswa Kelas XI SMK Pancasila 9 Giriwoyo Tahun Ajaran 2009/2010”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat konsekuensi bahwa akan muncul problematika yang sangat kompleks, di mana satu dengan yang lain berkaitan erat. Untuk menghindarinya, berikut ini akan dimunculkan berbagai faktor yang erat hubungannya dengan kesiapan kerja : 1. Peranan pendidikan 2. Ketrampilan dan pengetahuan siswa 3. Sikap mandiri 4. Pengalaman Praktek Kerja Industri 5. Kesiapan kerja siswa 6. Peluang kerja 7. Lingkungan masyarakat
C. Batasan Masalah Berbagai masalah yang muncul secara bersamaan, seringkali menyulitkan untuk diteliti seluruhnya. Agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dibuat batasan masalah sebagai berikut: 1. pengalaman Praktek Kerja Industri merupakan pengalaman yang didapatkan pada saat melaksanakan kegiatan kurikuler yang dilaksanakan pada dunia usaha/industri. 2. sikap mandiri siswa merupakan keadaan dalam pribadi atau manusia percaya pada kemampuan diri sendiri serta tidak tergantung kepada orang lain di dalam menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan. 3. kesiapan kerja siswa merupakan suatu keadaan di mana seseorang sudah mampu dan siap bersaing dengan orang lain berbekalkan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan mengatasi masalah
7
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara pengalaman Praktek Kerja Industri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo? 2. Adakah hubungan antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo? 3. Adakah hubungan antara pengalaman Praktek Kerja Industri dan sikap mandiri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengalaman Praktek Kerja Industri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sikap mandiri terhadap kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengalaman Praktek Kerja Industri dan sikap mandiri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo
F. Manfaat Penelitian Prinsip penelitian ilmiah dapat menghasilkan atau dapat mencerminkan suatu konsep yang mendukung langkah-langkah perbaikan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta perbaikan suatu lembaga, di mana nantinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia. Berdasarkan prinsip ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi tenaga pengajar SMK agar dapat meningkatkan pengalaman Praktek Kerja Industri dan kemandirian belajar siswa, agar siswa mempunyai kesiapan kerja yang tinggi.
8
b. Dapat berguna bagi Sekolah Menengah Kejuruan Pancasila 9 Giriwoyo dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesiapan kerja siswa jurusan Teknik Mesin Otomotif. c. Memberikan sumbangan pada Program Pendidikan Teknik Mesin dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin sulit. 2. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan referensi, sehingga dapat digunakan untuk mendapat gambaran mengenai pengalaman Praktek Kerja Industri, sikap mandiri dan kesiapan kerja siswa SMK. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian terutama di bidang teknik dan kejuruan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap pelaksanaan pendidikan khususnya Pendidikan Teknik dan Kejuruan d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar teoritis untuk pengembangan penelitian lebih lanjut yang sejenis
9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengalaman Praktek Kerja Industri a. Pengertian Pengalaman Pengalaman merupakan salah satu faktor yang penting di dalam menentukan minat seseorang terhadap suatu obyek, karena pengalaman yang telah lalu menjadi dasar untuk perkembangan kepribadian selanjutnya. Dimayati Mahmud (1982:163) mengemukakan bahwa jenis dan macamnya minat seseorang terhadap suatu obyek mencerminkan pengalaman yang sifatnya pribadi yang mungkin sekali berbeda dengan pengalaman orang lain. Pendapat di atas menunjukkan bahwa pengalaman pribadi sangat mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu obyek, hal ini juga sesuai dengan pendapat
Samuel
Soeitoe
(1982:50)
berpendapat
bahwa
perkembangan
kepribadian seseorang berjalan terus sepanjang hidupnya. Hasil dari pengalaman yang telah lalu menjadi dasar untuk perkembangan kepribadian selanjutnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa pengalaman yang telah lalu menjadi dasar perkembangan kepribadian dan salah satu kepribadian itu adalah minatnya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa pengalaman adalah interaksi yang telah dialami oleh seseorang yang mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu obyek. b. Pengertian Praktek Kerja Industri Achmad Mughni (1994:41) mengemukakan bahwa ”Sistim Ganda” adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja di dunia kerja. Berdasarkan pendapat di atas, Sistem Ganda atau PRAKERIN diartikan sebagai proses pendidikan keahlian profesi yang memadukan secara sistimatik yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung pada dunia kerja secara terarah untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
10
Soepratno (1995:6), berpendapat bahwa : ”Pendidikan Sisem Ganda adalah model penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara utuh dan terintegrasi kegiatan belajar siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan program penguasaan keahlian, dalam hal ini siswa langsung bekerja pada dunia industri untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional, dan penguasaan keahlian ini dituangkan dalam bentuk nilai atau angka”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam bukunya Garis-garis Besar Program Pengajaran (1993:150) bahwa: PRAKERIN adalah suatu kegiatan kurikuler yang harus diikuti oleh siswa SMK sebagai wahana untuk lebih memantapkan hasil belajar dan sekaligus memberikan kesempatan mendalami dan menghayati kemampuan hasil tersebut dalam situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya. Berpijak dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa PRAKERIN adalah suatu kegiatan kurikuler yang dilaksanakan pada dunia usaha atau dunia industri sebagai wadah untuk membentuk pribadi siswa yang mempunyai
keahlian
kejuruan
profesional,
berkualitas
yang
mampu
dikembangkan menurut bidang pekerjaan tertentu. c. Pelaksanaan Paktek Kerja Industri Sekolah Menengah Kejuruan mutlak harus melaksanakan PRAKERIN jika ingin menghasilkan sumber daya yang berkalitas. Pengalaman pelaksanaan PRAKERIN membuktikan bahwa kiat untuk bekerja hanya bisa didapat ketika siswa terjun langsung dalam industri atau perusahaan yang menjadi mitra sekolah. Aktivitas PRAKERIN mengembangkan kemandirian dan kreativitas dengan latihan kerja secara nyata di lapangan, siswa dihadapkan kepada realita obyek sebenarnya dengan segala jenis pekerjaan yang ada. Dengan aktivitas tersebut siswa akan mencoba menerapkan ilmu yang telah diperoleh dan akan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kegiatan tersebut akan meningkatkan kemampuan dan minat yang telah ada pada dirinya serta mengembangkan ilmu yang telah dipelajarinya.
11
Pelaksanaan program Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) akan menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pelatihan bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan latihan magang ini akan melibatkan pihak sekolah dan juga pihak dunia industri. Sebagaimana yang dikemukakan Pakpaham (1995), Schipers dan Patriana (1994) yang dikutip dari situs (http:/www.depdiknas.go.id/jurnal/36, 11 januari 2007) disebutkan bahwa: Sistem ganda (dual system) dalam hal ini merupakan model penyelenggaraan pendidikan kejuruan di mana perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi didunia usaha atau industri. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Bukit (1997) yang dikutip dari situs (http;//www.depdiknas.go.id/jurnal/36, 11 Januari 2007) yaitu ”Bukit (1997) mengartikan PSG sebagai sistim pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan industri, yang mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang bersal dari program yang tidak terpisahkan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pelaksanaan PRAKERIN merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pelatihan
yang dilaksanakan
berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning) di mana siswa berstatus sebagai pemagang di industri dan sebagai siswa di SMK. Kedua tempat pembelajaran tersebut merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan. Dengan adanya penyelenggaraan ini diharapkan siswa akan lebih mengenal lapangan dan dapat meningkatkan keterampilan serta pengetahuan, sehingga siswa akan menjadi tenaga siap pakai dengan pola pikir yang profesional. d. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) Menurut Buku II A Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kurikulum SMK tahun 1994 (1994:174), menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan PRAKERIN adalah: 1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan kejuruan sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
12
2. Memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya sebagai usaha memasyarakatkan diri sebelum terjun ke lapangan kerja dan masyarakat pada umumnya. 3. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional sesuai yang didisyaratkan lapangan kerja. 4. Memperluas cakrawala pandang terhadap dunia usaha di bidangnya, struktur organisasi, jenjang karier, asosiasi usaha, manajemen usaha, dan lain-lain. 5. Memberikan kesempatan untuk mempromosikan diri kepada lapangan kerja. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik pengertian bahwa pengalaman praktek kerja industri adalah hasil obyektif yang didapatkan oleh siswa mengenai perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan psikomotor melalui proses belajar yang dilakukan dengan sadar pada saat melaksanakan kegiatan kurikuler yang dilaksanakan pada dunia usaha atau dunia industri sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat membentuk pribadi siswa yang mempunyai keahlian kejuruan profesional, berkualitas yang mampu dikembangkan menurut bidang pekerjaan tertentu.
2. Sikap Mandiri a. Pengertian Sikap Sikap seseorang memegang peranan penting di dalam setiap tingkah laku dan perbuatan orang tersebut, karena sikap yang ada pada diri seseorang akan menunjukkan watak dan corak seseorang dalam tingkah lakunya. Berdasarkan pendapat W.S Winkel (1991: 77), ”sikap adalah kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak”. Di sini jelas dapat kita lihat betapa pentingnya peranan sikap dalam kehidupan sehari-hari atau dalam situasi sosial. Di dalam hubungannya dengan orang lain atau obyek-obyek di luarnya, seseorang akan digerakkan oleh sikapnya itu. Akibat menghadapi situasi sosial itu, mungkin sikap yang telah ada pada individu akan menjadi lebih kuat atau menjadi lemah. Masalah tersebut tergantung kepada bagaimana dalam pengalamannya berhasil atau tidaknya di dalam menggunakan sikap yang telah ada itu. Ini berarti bahwa sesuatu obyek atau stimulus adalah merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan sikap tertentu pada seseorang. Menurut pendapat Berkowitz yang
13
dikutip oleh Saifudin Azwar, MA (1988:4) mengemukakan : ”Sikap merupakan atau sebagai respon evaluatif”. Karena itu sikap dapat dikatakan respon dan respon itu sendiri hanya akan timbul apabila dihadapkan pada stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. Pembentukan
sikap
seringkali
tidak
disadari
oleh
orang
yang
bersangkutan. Sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan karena interaksi seseorang dengan lingkungan di sekitarnya. Sikap akan terwujud dan ada manakala sikap ditampakkan dalam bentuk pernyataan perilaku, baik perilaku lisan maupun perilaku perbuatan. Seseorang sebagai sikapnya secara terbuka tidak selalu sesuai dengan sikap hatinya adalah pernyataan yang benar adanya. Kondisi lingkungan dan situasi di suatu saat dan di suatu tempat tidak disangsikan lagi pengaruhnya terhadap pernyataan sikap. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik pengertian bahwa sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan terbentuk atas dasar pengalaman dan stimulus yang dihadapi. b. Pengertian Mandiri Dalam kehidupan sehari-hari kata mandiri merupakan istilah yang tidak asing lagi, namun dalam memberikan pengertian kata mandiri itu sendiri belum ada keseragaman kalangan para ahli. Semua itu disebabkan karena perbedaan dalam sudut pandang masing-masing. Meskipun pendapat tentang kata mandiri belum ada keseragaman, tidak berarti akan mengurangi pengertian yang tersurat di dalamnya, melainkan dapat saling menunjang yang menuju ke arah kesempurnaan. Berdasarkan pendapat Poerwadarminto (1976: 555), mandiri adalah ”tidak bergantung pada orang lain”. Kemandirian dalam uraian keadaannya menandakan sesuatu seperti ketergantungan dan kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat, dan pertanggungjawaban. Kemandirian menunjukkan dirinya dalam cara pengambilan sikap dan bukan abstraksi (Herman Holstein, 1986 : xiii). Menumbuhkan sikap kemandirian diperlukan perombakan budaya, harus tumbuh etos kerja, motivasi untuk berprestasi, dan tidak memberikan adanya waktu luang,
14
serta meninggalkan segala bentuk kecemburuan sosial dan kemapanan (Djohar, 1994: 4). Dalam hubungan dengan swakarya, pemasukan unsur keadaan sikap mandiri ditujukan dengan inisiatifnya sendiri yang mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing. Kepribadian dipakai untuk menandakan penampilan seseorang yang sikap dan perbuatannya penuh dengan kemandirian. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pengembangan kemandirian, memerlukan konsep-konsep di mana selalu diperhatikan faktor-faktor manusiawi yang menyangkut fisik, pengetahuan, apresiasi, kepercayaan diri, harkat, dan martabat. Pengembangan sumber daya harus di letakkan pada konsep agar manusia lebih manusiawi. Faktor-faktor yang melemahkan kemanusiaan akan dapat mematikan kreatifitas, misalnya : bantuan dana dari luar, disertai dengan persyaratan menentukan pogram dan strategi yang diambil, sehingga akan hilang kebebasan. Hal ini didukung oleh pendapat Indrasti Maria Agustiana (1988:1) : ”Kemandirian adalah kebebasan dan kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri atas dasar kekuatan sendiri sebagai faktor penentu”. Sesuai perkembangan zaman, manusia yang mempunyai sikap mandirilah yang dapat hidup layak. Hal ini dapat kita rasakan dengan semakin kompleknya permasalahan yang timbul, antara lain menyangkut banyaknya orang mencari pekerjaan, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia jumlahnya tidak mencukupi. Dalam menentukan keputusan yang demikian tergantung pada diri sendiri, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan terbaik bagi dirinya. Dengan keputusan tersebut orang dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya serta dapat menambah rasa percaya diri. Hal ini akan menjadikan lebih mantap dalam menentukan keputusan selanjutnya, guna memenuhi kebutuhan diri. Timbulnya tingkah laku itu sendiri dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri setiap manusia (Moh. As ad, 1991: 52). Tantangan kepada dunia pendidikan ialah harus menciptakan dan membantu
mereka
mengembangkan
kompetisi,
bakat
dan
nilai
untuk
memvisualisasikan diri mereka danga situasi sekarang. Proses pengembangan karir menurut Oemar Hamalik (1990:99) dapat menggunakan tiga tipe belajar
15
yaitu : (1) perceptual, terdiri dari aspek menjadi dasar, mampu membedakan dan mengklasifikasikan, mampu menyadari keadaan dirinya dan lingkungan; (2) conceptual, terdiri dari aspek memahami bakat; (3) generalisation. Berdasarkan
pendapat Suparmi (1991: 62) bahwa individu yang
mempunyai sikap mandiri akan lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya, bebas dari pengaruh orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreativitas serta merangsangnya berprestasi lebih baik. Kemandirian sebagai kemampuan berdiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri, dan tidak tergantung pada orang lain. Jika siswa memiliki kemandirian belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih mudah dalam belajar sehingga memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang lebih mendalam. Belajar mandiri merupakan satu hal yang perlu dikembangkan oleh pelajar, dengan belajar mandiri siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab, percaya diri, kreatif, timbul dorongan dari dalam dirinya sendiri dan inisiatif. Peningkatan aktivitas ini akan lebih mendorong siswa untuk belajar, dan berarti siswa tersebut telah memperoleh tambahan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Dalam belajar mandiri erat hubungannya dengan praktek pelajaran dan praktek di sekolah karena aktivitasnya yang khusus. Makna yang aktual sudah berarti perkenalan dengan dasar-dasar metode belajar dan kemungkinan serta batas-batas belajar mandiri menunjuk pendasaran teoritis tidak diarahkan pada hari depan pelajar yang dapat dilihat dalam keluarga dan masyarakat. Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar adalah spontanitas yang didasari kemandirian dan kepribadian. Oleh karena itu Hugo Gauding berpendapat seperti yang dikutip oleh Herman Holstein (1986:1) bahwa swakarya bukan hanya kegiatan yang dapat dilihat dari luar saja, melainkan juga kegiatan belajar mandiri, yang untuk itu harus diberikan kemungkinannya. Melalui latihan teratur yang telah dibuat, diusahakan agar pelajar memperoleh dan menguasai teknik bekerja. Untuk itu pengajar harus menguasai metode tersebut sepenuhnya. Hal ini bukan untuk membiasakan suatu cara kerja
16
dengan sekali diberikan lalu secara mekanis dapat diterapkan. Sejak mulai dari memberikan latihan dalam teknik kerja, kegiatan sendiri harus sudah timbul dalam jiwa dan pikiran pelajar. Tahap-tahap dalam proses bekerja tidak ”dikomandankan” dan ”didirikan”. Pelajar berusaha mengerjakannya, jalan yang salah dan kurang betul oleh pengajar tidak langsung dilarang. Dengan demikian jiwa dan mental serta suasana kepanduan dilatih dan dapat diperoleh dengan baik. Suatu saat dengan pemberian contoh serta petunjuk dari pihak pengajar. Dengan demikian pelajar melihat pekerjaan terjadi dan dirampungkan didepan matanya perkerjaan yang sedang terjadi. Berdasarkan pendapat Gauding, seperti yang dikutip oleh Herman Holstein (1986:2) jika yang sedang tumbuh ingin menjadi manusia dewasa yang berpikir dan berbuat secara mandiri, maka dalam jangkauan teknik belajar secara metodis juga sudah terlihat kemungkinan untuk mengembangkan jalannya sendiri dan meningkatkan dengan rangsangan yang sesuai. Terutama yang berkenaan dengan perkembangan penginderaan, suatu keterbukaan bagi cara belajar yang sesuai dengan tugasnya. Kadang-kadang cara itu tergantung kepada situasi, sangat mungkin mandiri, tetapi harus selalu ditemukan dengan kegiatan sendiri secara swakarya. Sebagai proses pendidikan dan perkembangan jalanya harus dipahami dari kegiatan sendiri yang hampir tidak mandiri sampai yang mendekati kemandiriannya. Perubahan proses perkembangan cara belajar ada hubungan dengan pertumbuhan diri sendiri. Dua kelompok faktor bekerja sekaligus pada proses perkembangan tersebut adalah persyaratan dalam rangka sekolah dan organisasi tentang pelajaran yang direncanakan. Sedangkan yang kedua adalah sering terdapatnya faktor belajar masing-masing yang dapat dipersyaratkan bagi kemandirian. Hal ini sesuai dengan belajar mandiri bila faktor-faktor pribadi dan pelajaran itu dapat disinkronkan. Di sini merupakan tugas pengajar untuk mengembangkan dan memberi pelajar jalannya sendiri menuju swakarya bila telah diperoleh kemandirian yang diperlukan. Dalam situasi belajar mandiri sebagai situasi pendidikan dipertanyakan tentang isi dan batas tiap sinkronisasinya, karena hal itu baru terjadi melalui
17
pembentukan pelajaran dan dapat diuraikan. Situasi di sini bagi paegodadik terjadi dalam berlangsungnya dan dalam kombinasi antar faktor, maupun terarahnya tujuan dalam proses pendidikan dan pelajaran. Situasi ini terjadi sebagai situasi pendidikan yang tersusun menurut rencana dan dibuat secara rasional yang terjadi dengan memasukkan secara sengaja faktor-faktor yang dipandang sesuai. Situasi tersebut juga mencakup dimensi maksud serta tujuan dan dimensi prosesnya mengenai penataan-penataan awal dalam segi tujuan paedagogis, yaitu kegiatan dan akan menjadi aktifnya pengajar serta pelajar sebagai pribadi yang utuh. Dari uraian dan pengertian tentang sikap dan mandiri tersebut di atas, maka dapat ditarik pengertian dari sikap mandiri yaitu keadaan dalam pribadi atau manusia yang menggerakkan untuk bertindak dengan penuh kepercayaan pada kemampuan diri sendiri serta tidak tergantung kepada orang lain di dalam menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan atau obyek dalam kehidupan. Sedang yang dimaksud dengan pengertian sikap mandiri pada penelitian ini adalah tindakan atau perilaku siswa untuk belajar dengan kepercayaan pada kemampuan sendiri, sabar, dan mampu mengatasi setiap permasalahan yang timbul dalam belajar.
3. Kesiapan Kerja Pada hakikatnya kesiapan kerja merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, sehingga dalam melakukan kerja tidak mendapat hambatan. Selain itu juga mendapatkan hasil kerja yang maksimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Adapun yang dimaksudkan kesiapan kerja itu sendiri sejalan dengan yang dimaksudkan oleh Suharsimi Arikunto (1983:33) yaitu kesiapan sama dengan kemampuan atau kompetensi. Kata kesiapan, kemampuan, dan kompetensi akan digunakan dalam uraian selanjutnya sesuai dengan apa yang sedang dibahas, agar tidak terjadi kesalahan tafsir dari pokok permasalahannya. Berkenaan
dengan
pengertian
kompetensi,
beberapa
ahli
telah
mengemukakan pendapatnya, antara lain James Coper (1975:23), mengatakan bahwa kompetensi itu harus memenuhi tiga kriteria, yaitu:
18
Pengetahuan, untuk mengukur pengetahuan yang bersifat kognitif bagi calon tenaga kerja. Penampilan, untuk mengukur tingkah laku sewaktu bekerja bagi calon tenaga kerja. Hasil yaitu hasil kerja calon tenaga kerja, untuk mengukur kemampuan calon tenaga kerja. Senada dengan pendapat Sutari dan Sukamto (1984:33): ”Kompetensi menyangkut pengetahuan, skill, dan sikap”. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, kompetensi menyangkut tiga aspek, yaitu pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), dan sikap (afektif). Kompetensi adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kerja sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Kompetensi sebagai indikator kemampuan melakukan sesuatu pekerjaan secara sistematis dan terencana sampai mendapatkan hasil yang telah ditentukan. Kerja sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan dengan gerakangerakan anggota badan atau otot. Bekerja mengandung makna melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pekerja itu sendiri dan atau bagi orang lain. Faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan kerja adalah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Bekerja, disamping menghasilkan sesuatu, juga menghitung kegiatan sosial dan pada akhirnya untuk mempertahankan
kelangsungan
hidup.
Bekerja
pada
hakekatnya
untuk
mempertahankan hidup, juga bertujuan meningkatkan taraf hidup. Berdasarkan pendapat Panji Anurogo (1992:11) bekerja artinya suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan, dan aktivitas ini melibatkan baik fungsi fisik maupun mental. Untuk dapat mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan diperlukan pengetahuan, ketrampilan, dan keadaan jasmani yang sesuai dengan sifat dan bentuk pekerjaan tertentu. Jadi bekerja adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan dan aktifitas ini melibatkan baik fungsi fisik maupun mental. Untuk dapat mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan diperlukan pengetahuan, ketrampilan, dan keadaan jasmani yang sesuai dengan sifat dan bentuk pekerjaan itu.
19
Senada dengan pendapat di atas adalah CR. Winoe (1992:54), mengatakan bahwa: Pekerja yang baik adalah pekerja yang memenuhi syarat-syarat pekerja yaitu pekerja yang mempunyai sifat dan kemampuan jasmani yang diperlukan, yang memiliki kecerdasan, dan pendidikan yang ditentukan, serta memperoleh pengetahuan yang cukup untuk melakukan pekerjaan dengan memenuhi prestasi standar yang memuaskan mengenai keamanan, kualitas, dan kuantitas. Prestasi standar yang dimaksud adalah tingkat hasil yang dicapai oleh pekerja yang memenuhi syarat tanpa harus berusaha terlalu keras sewaktu bekerja, karena telah mengetahui, memahami prosedur, dan memiliki kemampuan. Pekerja yang baik dan produktif tersebut merupakan pekerja yang telah memiliki kesiapan kerja. Pekerja yang memiliki kesiapan kerja sewaktu melakukan kerja akan menunjukkan ciri-ciri visual sebagai berikut : menunjukkan gerakan yang mantap dan lancar, mempunyai gerakan yang harmonis, cepat dan tanggap terhadap gejala dan tanda-tanda, serta dapat menduga kemungkinan timbulnya masalah dan hambatan sekaligus dapat mengatasinya. Selain itu dalam bekerja tidak menunjukkan usaha pemusatan perhatian yang berlebihan, karena itu kelihatannya lebih tenang. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa seseorang dapat bekerja secara efektif dan efisien jika telah memiliki kesiapan kerja yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, kesehatan jasmani yang sesuai dengan sifat dan jenis pekerjaan tertentu. Syarat-syarat ideal tersebut dapat dipenuhi lulusan SMK sebagai calon tenaga kerja di bidang industri sebagai juru teknik. Industri atau usaha yang memiliki peralatan serba lengkap dan mutakhir tidak akan menghasilkan produktifitas yang sesuai dengan standar jika tidak dikelola atau ditangani oleh tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan dari pekerjaan yang telah dirancang. Industri atau usaha pasti akan mengutamakan pencapaian produktifitas yang tertinggi. Pentingnya kesiapan kerja bagi calon tenaga kerja dinyatakan oleh Feter F. Druker (1968:264) yaitu kesiapan kerja adalah investasi utama dan sumber
20
utama bagi kemajuan ekonomi, serta merupakan mata pencaharian atau penghidupan dari sebagian besar kelompok masyarakat. Peningkatan atau pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu investasi dan ini merupakan salah satu dari bentuk/penerapan yang dilakukan melalui pendidikan. Asumsi dari Payaman J. Simanjuntak (1985:59) yaitu, ”Seseorang dapat meningkatkan penhasilannya melalui peningkatan pendidikan yang mana setiap tambahan penduduk berarti di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan, akan tetapi di pihak lain menunda penerimaan penghasilan selama
mengikuti
pendidikan”.
Meningkatnya
kemampuan
kerja
akan
meningkatkan produktifitas, sehingga akan membawa pengaruh terhadap penghasilan. Produktivitas sebagai suatu konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari tenaga kerja. Hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari tenaga kerja merupakan konsep pengertian produktifitas yang paling mendasar dan sederhana. Suharsono Sangir (1984:6) teori produktifitas menyebutkan bahwa: ”Seorang tenaga kerja dinilai produktif jika mampu menghasilkan produk yang lebih besar dari tenaga kerja lainnya dalam waktu yang sama atau dapat pula dinyatakan bahwa seorang tenaga kerja menunjukkan produktifitas yang tinggi jika ia mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam satuan yang lebih singkat”. Bekerja secara produktif diperlukan pengetahuan, ketrampilan, dan kondisi jasmani yang mengijinkan untuk bekerja, sesuai dengan sifat dan tuntutan dari sifat tersebut, sehingga mampu memenuhi target produksi sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam waktu yang relatif singkat. Tenaga kerja akan bekerja lebih produktif jika memiliki kesiapan kerja dan memiliki produktifitas yang sangat tinggi karena di SMK, anak didik mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui proses belajar pengetahuan teori dan praktek/latihan dalam waktu yang telah ditentukan serta dengan frekuensi latihan yang memadai. Hal ini sesuai dengan pendapat Payaman J. Simanjuntak (1983:58-59), yang menyatakan
21
bahwa tingkat produktifitas seseorang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, jumlah dan lamanya latihan. Kegiatan di SMK dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan teori dan kegiatan praktek. Teori diberikan untuk mengembangkan intelektual dan menunjang praktek, sedangkan praktek itu untuk mengembangkan ketrampilan kerja. Pengetahuan teori yang diberikan kepada anak didik di SMK dengan melalui proses belajar di kelas bertujuan untuk membekali anak didik dalam bidang pengetahuan yang sifatnya menunjang kegiatan praktek serta untuk bekal praktek yang dilaksanakan di bengkel (PRAKERIN) dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar dalam bidang ketrampilan. Pengetahuan teori atau praktek diberikan sesuai dengan jadwal yang diatur perminggu dibagi dalam enam semester, dan setiap pertemuan lamanya disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan. Dengan melalui proses belajar seperti di atas, lulusan SMK diharapkan telah memiliki kesiapan kerja sesuai dengan kahliannya masingmasing. Kegiatan pendidikan di SMK mempunyai tiga tujuan yaitu pengetahuan, ketrampilan, minat kerja, yang mana dari ketiga tujuan tersebut dapat menimbulkan sikap mandiri dan kreatifitas yang akan menghasilkan kesiapan kerja siswa setelah lulus nantinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dicantumkan indikator dari variabel kesiapan kerja sebagai berikut: 1. Kesiapan fisik. 2. Kesiapan psikis. 3. Kesiapan sosial dan ekonomi. 4. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan. 5. Peluang kerja. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kesiapan kerja adalah suatu keadaan di mana seseorang sudah mampu dan siap bersaing dengan orang lain berbekalkan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan mengatasi masalah.
22
B. Hasil Penelitian yang Relevan Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini, yaitu: 1. Mukorobin (1998) meneliti tentang hubungan antara motivasi belajar dan pengalaman Praktek Kerja Lapangan terhadap minat berwiraswasta siswa SMK Muhammadiyah 3 Klaten tahun ajaran 1997/1998. Penelitian ini menggunakan
metode
deskriptif
dengan
analisis
korelasi.
Teknik
pengumpulan data dengan angket dalam bentuk kuesioner tertutup dan dengan dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data prestasi Pengalaman Kerja Lapangan, sedang angket untuk mendapatkan data motivasi belajar dan minat berwiraswasta. Populasinya kelas tiga rumpun Otomotif dan rumpun Elektonika sebanyak 108 siswa, sedang sampel 40 siswa dengan menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perlu peningkatan motivasi belajar siswa dan pengalaman Praktek Kerja Lapangan, agar minat berwiraswasta siswa semakin meningkat. 2. Menurut Tri Susilowati (1998) meneliti tentang pengaruh kreativitas dan pengetahuan otomotif terhadap kesiapan kerja mahasiswa program PTM. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan populasi mahasiswa program PTM angkatan tahun 1995 dan 1996. Sampel diambil dengan menggunakan teknik proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positip antara kreatifitas dan pengetahuan otomotif terhadap kesiapan kerja mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
23
Dilihat dari variabel-variabel atau komponen yang telah diteliti pada penelitian tersebut, maka penelitian yang telah dibahas dapat diposisikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Peta Perbedaan Variabel-variabel Penelitian NO
Peneliti
Mukorrobin
Tri Susilowati
Peneliti
Variabel 1
Motivasi belajar
√
2
Pengalaman PRAKERIN
√
3
Minat berwiraswasta
√
4
Kreativitas
√
5
Pengetahuan otomotif
√
6
Kesiapan kerja
√
7
Sikap mandiri
√
√ √
C. Kerangka Berpikir a. Hubungan antara Pengalaman Praktek Kerja Industri dengan Kesiapan Kerja Pengalaman dapat membentuk seseorang, pengalaman ini dapat berupa keterampilan atau yang sifatnya pengetahuan. Pengalaman yang memadai dapat dipakai sebagai bekal untuk merubah jalan hidup seseorang dengan perbuatan yang memberi arti bagi hidupnya. Dengan adanya pengalaman seseorang akan cenderung berbuat sesuai dengan pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman yang diperoleh selama PRAKERIN merupakan jenis latihan kerja siswa yang menjadi program dari SMK. Pelaksanaan PRAKERIN dilakukan dengan menerjunkan siswa pada dunia usaha/industri, sehingga siswa secara langsung menghadapi pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Siswa dapat langsung merasakan kondisi kerja dan pengalaman baru yang ada di lapangan, sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan ketrampilan. Kegiatan siswa pada saat PRAKERIN merupakan proses yang panjang guna menambah pengalaman serta mematangkan kemampuan dan sikap profesional pada diri siswa serta
24
menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan modal agar lebih siap untuk terun ke dunia kerja. Selain itu, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa selama PRAKERIN dapat membentuk pribadi siswa yang mempunyai keahlian kejuruan profesional, berkualitas yang mampu dikembangkan menurut bidang pekerjaannya. Keahlian atau keterampilan di bidang pekerjaan dapat dijadikan modal keterampilan untuk menghadapi tantangan di dunia kerja. Aktivitas siswa yang tinggi pada saat melaksanakan PRAKERIN akan menjadikan siswa lebih siap menghadapi dunia kerja, khususnya di bidang mesin otomotif. Berpijak dari uraian-uraian di atas ditarik satu pemikiran bahwa semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa pada waktu PRAKERIN, maka diduga semakin besar pula kesiapan kerja yang tumbuh dalam diri siswa. b. Hubungan antara Sikap Mandiri dengan Kesiapan Kerja. Seseorang yang mempunyai sikap kemandirian yang tinggi akan lebih siap menghadapi tantangan yang ada di dunia kerja. Dengan sikap mandiri, seseorang akan berusaha semaksimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri yaitu dengan bekerja. Untuk melatih sikap mandiri anak dalam menghadapi dunia kerja harus secara bertahap. Orang tua yang bijaksana harus selalu melatih sikap mandiri anak, misalnya dengan cara anak harus mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang lain. Tetapi jika ada kesulitan, orang tua juga harus membantunya. Dengan demikian, anak akan dapat mengerjakan tugasnya sendiri tanpa harus bergantung dari orang lain. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tentunya akan membuat anak menjadi lebih mandiri, sehingga anak tersebut akan lebih siap menghadapi dunia kerja. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik sustu pemikiran bahwa, semakin tinggi kemandirian siswa maka akan lebih siap menghadapi dunia kerja.
25
c. Hubungan antara Pengalaman Praktek Kerja Industri dan Sikap Mandiri dengan Kesiapan Kerja. Pengalaman yang ditujukan dari aktivitas selama melaksanakan program PRAKERIN merupakan proses yang panjang guna mematangkan kemampuan dan sikap mental profesional serta menambah keterampilan dan pengetahuan tentang dunia industri, sehingga siswa akan lebih siap memasuki dunia kerja. Seseorang yang mempunyai kesiapan kerja membutuhkan kepribadian yang kuat. Hal ini didukung pula dengan sikap mandiri seseorang untuk belajar memahami dunia kerja dengan cara melaksanakan Praktek Kerja Industri dengan sungguh-sungguh, sehingga orang itu akan mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya dan siap untuk menghadapi dunia kerja. Dari pemikiran-pemikirin di atas dapat ditarik satu pemikiran baru bahwa semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa pada waktu PRAKERIN dan semakin tinggi tingkat kemandirian siswa, maka kesiapan kerja yang ada dalam diri siswa diduga akan semakin tinggi pula.
X1 X1 Y X2 X2
Gambar 1. Paradigma Kerangka Pemikiran Keterangan: X1
:
Pengalaman Praktek Kerja Industri
X2
:
Sikap Mandiri
Y
:
Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010
26
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah: a. Ada hubungan positip antara pengalaman Praktek Kerja Industri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010. b. Ada hubungan positip antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010. c. Ada hubungan positip antara pengalaman Praktek Kerja Industri dan sikap mandiri dengan kesiapan pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010.
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pancasila 9 Giriwoyo, dengan obyek penelitian kelas XII pada tahun ajaran 2009/2010. Adapun alasan pemilihan tempat tersebut adalah: a.
Karena SMK Pancasila 9 Giriwoyo merupakan SMK, terdapat pelajaran Praktek Kerja Industri.
b.
Karena berdasarkan data lulusan SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun 2008, diketahui bahwa 55% siswa masih mencari lapangan kerja, 15 % sudah bekerja di perusahaan, 10% berwiraswasta, 20% belum diketahui.
c.
Ingin memberikan masukan melalui hasil penelitian agar SMK Pancasila 9 Giriwoyo semakin berkembang dengan baik. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan akhir bulan September 2009 sampai
dengan bulan Januari 2010. Langkah-langkah penelitian dan alokasi waktu: a. Pengajuan judul tanggal 30 September 2009. b. Pembuatan proposal tanggal 5 Oktober sampai 31 Oktober 2009. c. Seminar proposal tanggal 4 Nopember 2009. d. Perijinan penelitian tanggal 9 Nopember 2009 sampai 21 Nopember 2009. e. Pelaksanaan penelitian tanggal 30 Nopember sampai 12 Desember 2009. f. Analisis data tanggal 14 Desember 2009 sampai 26 Desenber 2009. g. Penulisan laporan tanggal 28 Desember 2009 sampai Januari 2010. B. Metode Penelitian Slamet Widodo (2004: 51) “Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis”. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Ex Post Facto karena metode ini dipergunakan untuk mengungkapkan kembali hal-hal yang sudah ada atau yang
26
28
sudah berlalu tetapi masih hangat dibicarakan, selain itu dalam penelitian ini tidak memberikan perlakuan terhadap variabel yang diselidiki.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sedang menurut Sutrisno Hadi (1980: 220) “Populasi adalah sejumlah penduduk atau keseluruhan individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama”. Siswa Kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo terdiri dari 2 kelas : Jurusan Mesin Otomotif XII A dan XII B dengan jumlah keseluruhan siswa 68 siswa. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Rumpun Otomotif di SMK Pancasila 9 Giriwoyo Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 68 siswa yang terdiri dari: a. Kelas XII Mesin Otomotif A sebanyak 32 siswa b. Kelas XII Mesin Otomotif B sebanyak 36 siswa 2. Sampel Penelitian Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Slamet Widodo (2004: 53), “Sampel ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling ”. Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat menggambarkan keadaan dan sifat dari populasi yang diambil dengan teknik tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 siswa dari kelas XII Mesin Otomotif sebanyak 68 siswa, atau 70% dari jumlah populasi yang ada. Hal ini didasarkan pada pendapat Winarno Surakhmad (1994 : 100), “Secara garis besar diungkapkan bahwa bila sampel kurang dari 100, maka sebaiknya sampel diambil 50% dari jumlah populasi, dan untuk keamanan jumlah tersebut ditambah sedikit dari jumlah matematik tersebut ”. Bagian lain Winarno Surakhmad (1994 : 100) menyebutkan, “untuk penyelidikan deskriptif seperti survei, sampel manusia hendaknya di atas 30 unit besarnya “. Dengan perincian jumlah sampel adalah 23
29
sampel untuk Kelas XII MO A dan 25 sampel untuk Kelas XII MO B, sehingga jumlah sampel 48 siswa. Sedangkan sampel untuk uji coba /try out diambil 20 siswa. Dengan perincian 10 siswa kelas XII MO A, dan 10 siswa untuk kelas XII MO B. Siswa Kelas XII Mesin Otomotif yang sudah digunakan untuk uji coba angket tidak digunakan untuk penelitian. Untuk lebih jelasnya perincian populasi dan sampel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 2. Populasi dan Sampel Kelas
Jumlah Populasi
Prosentase sampel
Sampel
XII TMO A
32 Siswa
70 %
23 Siswa
XII TMO B
36 Siswa
70 %
25 Siswa
Jumlah Total
68 Siswa
70%
48 Siswa
3. Teknik Pengambilan Sampel Ada beberapa jenis teknik pengambilan sampel yang lazim digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional sampling atau sampel imbangan yaitu pengambilan subyek dari setiap strata atau tingkat ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing masing strata atau tingkat, sehingga diperoleh sampel yang representatif. B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Indentifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Definisi operasional, simbol, dan skala pengukuran dari masing-masing variabel adalah:
30
a. Variabel Bebas 1) Pengalaman Praktek Kerja Industri a) Definisi Operasional: Pengertian pengalaman Praktek Kerja Industri adalah pengalaman yang
diperoleh
selama
melaksanakan
kegiatan
kurikuler
yang
dilaksanakan pada dunia usaha atau dunia industri untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta untuk membentuk pribadi siswa yang mempunyai keahlian kejuruan profesional berkualitas yang mampu dikembangkan menurut bidang pekerjaan. Indikator dari pada variabel pengalaman praktek kerja industri adalah : pengetahuan, kedisiplinan kerja, keterampilan kerja, dan keaktifan kerja. b) Simbol: X1 2) Sikap Mandiri a) Definisi Operasional: Pengertian sikap mandiri adalah keadaan dalam pribadi atau manusia yang menggerakkan untuk bertindak dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri serta tidak bergantung kepada orang lain di dalam menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan atau obyek dalam kehidupan. Pengertian sikap mandiri dalam penelitian ini adalah tindakan atau perilaku siswa untuk belajar dengan kepercayaan pada kemampuan sendiri, sabar, dan mampu mengatasi setiap permasalahan yang timbul dalam belajar. Indikator daripada variabel sikap mandiri adalah : sikap percaya pada diri sendiri dan optimis, sikap mental kreatif dan daya pikir maju, sikap berjerih payah agar berdaya guna, ulet dan sabar dalam menghadapi kesulitan, tumbuhnya semangat belajar. b) Simbol: X2 b. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesiapan kerja 1) Definisi Operasional: Pengertian kesiapan kerja adalah suatu keadaan dimana seseorang sudah mampu dan siap bersaing dengan orang lain berbekalkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan mengatasi masalah. Kesiapan kerja pada penelitian ini adalah kesiapan kerja siswa SMK dalam
31
mengahadapi tantangan dunia pekerjaan dengan bekal keterampilan dan pengetahuan yang mereka peroleh saat mengikuti proses pembelajaran di SMK. Kegiatan pendidikan di SMK dibagi menjadi tiga tujuan, yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan minat kerja, yang mana dari ketiga tujuan tersebut dapat menghasilkan kesiapan kerja siswa setelah lulus nantinya. Indikator variabel kesiapan kerja adalah : kesiapan fisik, kesiapan psikologis, kesiapan sosial ekonomi, penguasaan pengetahuan dan keterampilan, dan peluang kerja. 2) Simbol: Y 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu metode angket dan dokumentasi. a. Metode angket atau kuisioner Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dalam penelitian ini menggunakan metode angket karena mempunyai beberapa tujuan, di antaranya : 1) Lebih mengarahkan informasi yang diperoleh secara relevan terhindar dari data yang tidak dipakai. 2) Membuat responden dalam memberikan jawaban dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara lain. 3) Mengarahkan dalam pemakaian analisis kuantitatif. 4) Mempercepat pengumpulan data. Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data variabel: pengalaman Praktek Kerja Industri, sikap mandiri, dan kesiapan kerja.
32
b. Metode dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai daftar nama anggota populasi, yaitu siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo. Daftar ini digunakan untuk mengetahui jumlah populasi yang ada sebagai bahan pengambilan sampel yang diambil dari dokumen sekolah yang bersangkutan. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Metode angket digunakan untuk mengambil data variabel lingkungan praktek dan persepsi kelengkapan peralatan praktek. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup. Sutrisno Hadi (1980 : 158) mengungkapkan bahwa, “Suatu angket dikatakan angket langsung jika daftar pertanyaannya dikirim langsung pada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri”. Suharsimi Arikunto (2002 : 125) menyebutkan bahwa, “Kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih”. Jadi angket langsung tertutup adalah suatu daftar pertanyaan yang harus ditanggapi oleh responden sendiri dengan memilih alternatif jawaban yang sudah ada. a. Kisi-kisi angket Titik tolak penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Variabel-variabel tersebut akan menentukan indikator yang akan diukur, yang kemudian dijadikan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pengalaman Praktek Kerja Industri, sikap mandiri, dan kesiapan kerja. Variabelvariabel tersebut akan dijabarkan dalam indikator-indikator yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Masing-masing indikator selanjutnya dijadikan sebagai item-item instrumen yang digunakan sebagai
33
pengukuran. Penyusunan angket sebagai alat ukur didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya, setelah indikator ditetapkan kemudian dituangkan ke dalam item angket yang terdiri dari item positif dan item negatif. Adapun kisi-kisi angket untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-kisi angket KONSEP
VARIABEL
Hubungan 1. Pengalaman antara Praktek Pengalaman Kerja Praktek Industri Kerja Industri dan Sikap Mandiri dengan Kesiapan Kerja
INDIKATOR
NO ITEM
SKALA UKUR
Pengalaman yang berhubungan: 1. Pengetahuan: a. Kerja
1, 4, 11, 18
Interval
14, 22, 23
Interval
2. Kedisiplinan kerja
5, 6, 8, 9, 12, 20
Interval
3. Keterampilan Kerja
3, 7, 10, 19, 24
Interval
2, 13, 15, 16, 17, 21
Interval
b. Alat-alat yang ada
4. Keaktifan kerja
2. Sikap Mandiri
1. Sikap percaya pada diri sendiri dan optimis 2. Sikap mental kreatif dan daya pikir maju 3. Sikap berjerih payah agar berdaya guna
(+) 2, 3, 4
(-) 6,22,25
Interval
1, 10
8, 11
Interval
17, 20
14, 2
Interval
12,18,25 15,19,24
Interval
34
Tabel 3. Lanjutan. KONSEP VARIABEL
INDIKATOR 4. Ulet dan sabar dalam menghadapi kesulitan
3. Kesiapan Kerja
NO ITEM (+) (-) 12, 18, 15, 19, 21 24
SKALA UKUR Interval
5. Tumbuhnya semangat belajar 1. Kesiapan sosial ekonomi
5, 9, 23
7, 13, 16
Interval
8, 19, 17
11,14,25
Interval
2. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
9, 21, 23
6, 18, 28
Interval
2, 4, 10
Interval
3. Peluang kerja 5, 20, 15 b. Item angket
Penyusunan angket sebagai alat ukur didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya, setelah indikator ditetapkan, kemudian dituangkan ke dalam item angket yang terdiri dari item positif dan item negatif. c. Perbaikan instrumen Hasil penelitian akan lebih banyak ditentukan oleh kualitas alat ukur yang digunakan, oleh karena itu perlu diadakan perbaikan instrumen terlebih dahulu sebelum menganalisis data lebih lanjut. Perbaikan instrumen tersebut dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan seorang ahli peneliti yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing skripsi agar diperoleh alat ukur yang lebih baik. d. Uji coba instrumen 1) Uji validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang diujicobakan dapat digunakan untuk mengukur keadaan responden yang sebenarnya.
35
Uji validitas dilakukan dengan melalui uji coba alat ukur kepada responden, yang dalam hal ini dilakukan kepada siswa di dalam populasi, tetapi tidak termasuk sebagai sampel dalam penelitian. Uji coba validitas ini digunakan rumus Product Moment angka kasar dari Suharsimi Arikunto (1992 :144 ): r xy =
N å XY - (å X )(åY )
{N å XY
2
}{
- (å X ) N åY 2 - (åY ) 2
2
}
keterangan:
rXY = Koefisien korelasi masing-masing predictor dengan kriterium. X = Jumlah skor masing-masing predictor. Y = Jumlah skor kriterium. N = Jumlah subyek penelitian.
Uji validitas dari angket pengalaman Praktek Kerja Industri, contoh untuk perhitungan butir nomor 1 didapatkan rxy = 0,656 dan dikonsultasikan dengan r tabel
adalah 0,444 atau 0,656 > 0,444, disimpulkan bahwa butir nomor 1 untuk
angket pengalaman Praktek Kerja Industri adalah valid. Perhitungan untuk butir selanjutnya dikerjakan dengan cara yang sama. Hasil perhitungan validitas dari 24 butir item angket, ternyata hasilnya valid semua, sehingga tidak ada soal yang tidak dipakai untuk penelitian. Uji validitas dari angket sikap mandiri ternyata dari 26 soal yang diuji semuanya valid atau layak untuk penelitian. Uji validitas dari angket kesiapan kerja ternyata dari 28 soal yang diuji semuanya valid atau layak untuk penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
2) Uji Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto (1992 : 142 ) Reliabilitas mengandung arti bahwa “Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas yang tinggi jika alat ukur itu mantap dalam pengertian mempunyai alat ukur itu stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan.
36
Uji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha dari Sugiyono (2006:282): 2 é k ùé å db ù r11 = ê ú ê1 - å d 2 ú ( k 1 ) ë ûë t û
keterangan: r 11
= Koefisien Reliabilitas
k
= Jumlah Item
ådb ådt
2
= Jumlah Varian tiap-tiap item
2
= Varian total
Mengetahui harga koefisien tersebut apakah di atas reliabilitas atau tidak, maka dikonsultasikan dengan besarnya koefisien reliabilitas. Koefisien korelasi dari Suharsimi Arikunto (1992 : 167) adalah : © Antara 0,800 sampai dengan 1,00
:
Sangat Tinggi
© Antara 0,600 sampai dengan 0,799
:
Tinggi
© Antara 0,400 sampai dengan 0,599
:
Cukup
© Kurang dari 0,200
:
Sangat Rendah
Berdasarkan koefisien reliabilitas, maka dapat diketahui koefisien reliabilitas angket yang digunakan. Hasil di atas mengenai alat ukur yang digunakan, dalam penelitian ini benar-benar telah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang valid dan reliabel. Prosedur perhitungan uji reliabilitas dengan rumus Alpha sebagai berikut : (å X ) 2
- Varians item = d 2 1 =
(å X ) 2 N
N
(79) 2 20 = 0,947, untuk item 20
(331) -
=
nomor 1 dan seterusnya hingga dari 24 item diperoleh total varian (db2) = 32,185
(å Y' ) 2
- Varians total = dt 2 =
(å Y' ) 2
N
N
(171586) =
20
(1816) 2 20 = 334,660
37
Harga tersebut dimasukkan ke rumus Alpha :
db 2 ö æ 24 öæ 32,185 ö æ k öæ ç Koefisien reliabilitas (r11) = ç ÷ = 0,940 ÷ç1 - å 2 ÷÷ = ç ÷ç1- å 334,660ø dt ø è 24-1øè è k - 1 øè Dikonsultasikan dengan r
tabel (0,05;20)
= 0,444, karena r11 > r
tabel
= 0,940 >
0,444, maka angket ini memiliki koefisien reliabilitas yang sangat tinggi, sehingga angket reliabel (andal) untuk menjadi alat pengumpul data. Angket sikap mandiri dan kesiapan kerja dikerjakan dengan cara yang sama. Hasil uji reliabilitas dari angket kesiapan kerja didapatkan r11 = 0,923; angket kesiapan kerja didapatkan r11 = 0,924. Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas ketiga variabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga angket tersebut mempunyai nilai reliabilitas sangat tinggi sehingga angket angket tesebut reliabel (andal) untuk menjadi alat pengumpul data. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
e. Teknik Pengukuran Angket yang telah terkumpul dari responden diskor berdasarkan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Pernyataan dalam angket variabel lingkungan praktek dan persepsi kelengkapan peralatan praktek terdiri dari 4 pilihan jawaban. Skor alternatif jawaban sebagai berikut: Tabel 4. Skor Jawaban Angket Pengalaman Praktek Kerja Industri Alternatif jawaban Skor Selalu (SL)
5
Sering (S)
4
Jarang (J)
3
Kadang – kadang (KK)
2
Tidak pernah (TP)
1
38
Tabel 5. Skor Jawaban Angket Pengalaman Praktek Kerja Industri dan Kesiapan Kerja Alternatif jawaban Positif Negatif Sangat Setuju (SS)
5
1
Setuju (S)
4
2
Ragu-ragu (RR)
3
3
Tidak Setuju (TS)
2
4
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
5
C. Teknik Analisis Data Membuktikan benar tidaknya hipotesis penelitian yang diajukan, setelah data terkumpul. Langkah pertama adalah meneliti data untuk mengetahui lengkap tidaknya jawaban dari responden dari semua item. Langkah kedua memberi skor terhadap semua variabel baik variabel bebas maupun variabel terikatnya sesuai teknik pengukuran yang digunakan. Setelah data diteliti dan diskor selanjutnya dimasukkan dalam tabel induk yang terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat, dimana pengalaman Praktek Kerja Industri sebagai X1 dan sikap mandiri sebagai X2 dan kesiapan kerja sebagai Y. Menurut Sutrisno Hadi (1994). “Apabila seseorang melakukan penelitian menggunakan dua jenis analisa yaitu analisa statistik (statistical analisis)”. (h.317). Sehubungan dengan hal di atas teknik analisa yang digunakan adalah teknik secara statistik. Teknik secara statistik inferensial adalah secara ilmiah yang digunakan untuk mengumpulkan, menyusun dan menganalisa data penyelidikan yang berupa angka-angka, dan diharapkan statistik dapat menyediakan dasasr-dasar yang dapat dipertangung jawabkan untuk menarik kesimpulan. Dapat mencapai tujuan tersebut, maka pada penelitian ini menggunakan Teknik Analisis Regresi Linier Dua Prediktor. Alasan digunakannya analisis regresi linier dua prediktor adalah: mencari korelasi antara kriterium dua preditor, menguji apakah korelasi itu signifikan atau
39
tidak, mencari persamaan garis regresi dan menemukan sumbangan relatif dan afektif antara sesama prediktor. Sebelum diadakan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilaksanakan serangkaian uji persyaratan untuk analisa regresi.
1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya suatu data dari data yang dianalisis. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus chi-kuadrat, seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1992: 286) “Pengujian normalitas data dengan chi-kuadrat dapat dilakukan oleh siapa saja.” Rumusnya adalah :
æ fo - fh ö ÷÷ c = å çç è fh ø
2
2
(Sugiyono, 2006:105)
di mana :
c2
= harga chi-kuadrat
fo
= frekuensi yang diperoleh
fh
= frekuensi yang diharapkan
b. Uji Liniearitas dan Keberartian Regresi Uji ini bertujuan untuk melihat apakah model regresi juga linier, yang diuji keberartian dan linieritas adalah model regresi X1 terhadap Y dan model X2 terhadap Y dengan jalan melakukan ulangan. Uji keberartian dan linieritas data digunakan rumus dari Sudjana (2005 : 332) sebagai berikut: Tabel 6. Analisis Varians untuk Uji Keliniearan Regresi Sumber Variasi
dk
JK
KT
F
Total
n
∑Y i2
∑Y i2
-
40
Tabel 6. Lanjutan Regresi (a) Regresi (b/a)
1 1
( ∑Y 1 ) 2 /n
( ∑Y 1 ) /n 2
S 2reg = JK (b/a)
JK reg = JK(b/a)
2 S reg ^
n-2
Residu
JK res = ∑(Y i - Ỹ i )
Tuna cocok
k-2
JK (TC)
Kekeliruan
n-k
JK (E)
2
S 2res = 2 S TC =
S e2 =
å (Yi - Yi ) 2
2 S res
n-2
JK (TC ) k -2
JK ( E ) n-k
2 S TC S e2
keterangan : F1
=
Harga keberartian
F2
=
Harga linearitas
S 2 reg
=
Varians kuadrat regresi
S 2 res
=
Varians kuadrat residu/sisa
S 2 TC
=
Varians kuadrat tuna cocok
S2 e
=
Varians kuadrat galat/kekeliruan
Kriteria : F 1 > F tab
= Arah regresi berarti
F 1 < F tab
= Arah regresi tidak berarti
F 2 > F tab
= Regresi tidak linier
F 2 < F tab
= Regresi linier
c. Uji Independen Uji ini digunakan untuk menyelidiki kaitan antara variabel bebas. Bila ternyata antar variabel tidak ada kaitan, maka variabel tersebut bersifat
41
independen atau bebas dan dalam penelitian ini digunakan statistik uji sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Ho = Populasi tidak berbeda secara nyata Ha = Populasi berbeda secara nyata 2) Memilih statistik uji, digunakan rumus:
(
) {N å X - (å X ) }{å N å X - (å X ) } N å X 1 X 2 - (å X 1 ) å X 2
rX 1X 2 =
2
2 1
2 2
1
2
(Sutrisno Hadi,1980: 40)
2
di mana : rX1X2
åX
= Koefisien korelasi antara X1 dan X2 1
= Jumlah skor variabel bebas kesatu (pengalaman Praktek Kerja Industri)
åX
2
N
= Jumlah skor variabel bebas kedua (sikap mandiri) = Jumlah subyek penelitian
Bila harga rhitung < rtabel berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. 2. Uji Hipotesis a. Hipotesis Pertama Menguji hipotesis yang pertama yaitu “Ada hubungan positif pengalaman Praktek Kerja Industri dengan sikap mandiri siswa kelas XII Program Otomotif SMK Pancasila 9 Giriwoyo”.
b. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua yaitu: “Ada hubungan antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja siswa kelas XII Program Otomotif SMK Pancasila 9 Giriwoyo”. Maka digunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan skor, Sutrisno Hadi (1995 : 4):
rxy =
å XY
(å X )(å Y ) 2
2
42
Keterangan: rxy
= koefisien korelasi antara X dan Y
å XY = jumlah produk dari X dan Y
å X 2 = jumlah kuadrat deviasi X å Y 2 = jumah kuadrat deviasi Y
Kemudian harga rXY dikonsultasikan dengan tabel nilai r Product Moment. Apabila rXY < rt : maka Ho diterima. rXY > rt : maka Ho ditolak.
Rumus persamaan garis regresi digunakan dari Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady Akbar (2003: 203) sebagai berikut : Y = a + bX di mana :
(å Y )(å X ) - (å X )(å XY ) n å X - (å X ) n (å XY ) - (å X )(å Y ) = n å X - (å X ) 2
a =
b
2
2
2
2
Keterangan: a
= Koefisien garis regresi
b
= Koefisien garis regresi
X = Prediktor Y = Kriterium regresi
c. Hipotesis Ketiga Uji hipotesis yang ketiga yaitu: “Ada hubungan pengalaman praktek kerja industri dan sikap mandiri terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Program
43
Otomotif SMK Pancasila 9 Giriwoyo”, maka digunakan teknik analisis regresi dua prediktor. Persamaan garis regresinya sesuai dengan rumus dari Sutrisno Hadi (1995:21-22):
Y = a 1 x1 + a 2 x 2 + k Untuk menghitung besarnya konstanta a1 dan a 2 digunakan rumus simultan: 1)
åx1 y = a1 åx1 + a2 åx1x2
2)
åx2 y = a1 åx2 x1 + a2 åx2
2
2
Koefisien korelasi antara kriterium y dengan prediktor x1 dan prediktor x 2 , digunakan rumus analisis regresi linier dua prediktor, Sutrisno Hadi (1995:25):
R y (1, 2 ) =
a1 å x1 y + a 2 å x 2 y å y2
di mana: R y (1, 2 ) = koefisien korelasi antara kriterium (y) dengan prediktor x 1 dan x 2
a1
= koefisien x1
a2
= koefisien x 2
å x1 y = jumlah poduk (JP) antara x1 dan y å x 2 y = jumlah produk (JP) antara x 2 dan y å y2
= jumlah kuadrat kriterium y.
Kriteria kesimpulan: Ry(1,2)< r tab
= ada korelasi antara kriterium (Y) dengan prediktor (X1) dan (X2)
Ry(1,2)> r tab
= tidak ada korelasi antara kriterium (Y) dengan prediktor (X1) dan (X2)
44
Mengetahui apakah data hubungan pengalaman Praktek Kerja Industri dan sikap mandiri terhadap kesiapan kerja signifikansi perhitungan menggunakan rumus F regresi langsung, Sutrisno Hadi (1995 : 39):
Freg
R 2 (N - m - 1) = m 1- R2
(
)
di mana: Freg
= harga regresi linier
N
= cacah kasus
M
= cacah prediktor
R
= koefisien antara kriterium dengan prediktor-prediktor
Harga F dikonsultasikan dengan nilai-nilai F tabel. Apabila Freg < Ft : maka Ho ditolak berarti tidak ada pengaruh antara kriterium dengan prediktor (non signifikan), sebaliknya Freg > Ft : maka Ho diterima berarti ada pengaruh antara kriterium dengan prediktor secara menyakinkan.
d. Sumbangan relatif dan efektif dari masing-masing prediktor Untuk mencari besarnya sumbangan relatif masing-masing prediktor terhadap kriterium dihitung dengan rumus : Prediktor X1 : SR % X 1 =
a1 x1 y x100% JK .reg
(Sutrisno Hadi, 1995 : 42)
Prediktor X2 : SR % X 2 =
a2 x2 y x100% JK .reg
(Sutrisno Hadi, 1995 : 42)
JKreg = a1 S x1y + a2 S 2 xy
(Sutrisno Hadi, 1995 : 42)
45
Untuk mencari besarnya sumbangan efektif masing-masing prediktor terhadap kriterium. Terlebih dahulu dicari efektivitas garis regresi yang dicerminkan dalam koefisien determinan (R2) dengan rumus : R2 =
JK reg JK T
x100%
JKT = S Y2 Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y dengan rumus: SE % X 1 = SR% X 1 x.R 2
Mencari sumbangan efektif X2 terhadap Y dengan rumus: SE % X 2 = SR% X 2 x.R 2
di mana : R2 = efektifitas garis regresi.
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1.
Pengalaman Praktek Kerja Industri (X1)
Data tentang pengalaman Praktek Kerja Industri pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo diperoleh melalui angket yang terdiri dari 24 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SS, S, R, TS dan STS dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Jadi jumlah skor maksimal jika siswa memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah 120 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 24. Dari hasil skoring jawaban angket pengalaman Praktek Kerja Industri diperoleh skor tertinggi 113 dan skor terrendah adalah 86, dengan ratarata sebesar 100,667; median sebesar 100,833; modus sebesar 100,700; dan standar deviasi (SD) sebesar 6,061 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat lampiran 9a). Tabel 7. Sebaran Data Pengalaman Praktek Kerja Industri pada Siswa Kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo Tahun Ajaran 2009/2010 Interval
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
86
-
89
2
4,2
90
-
93
4
8,3
94
-
97
8
16,7
98
-
101
12
25,0
102
-
105
11
22,9
106
-
109
8
16,7
110
-
113
3
6,3
Jumlah
48
100,0
45
47
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
14
12
12
Frekuensi
10
8
8 6 4 2
11 8
4
3
2
0 86-89
90-93
94-97
98-101
102-105
106-109
110-113
Interval
Gambar 2. Grafik Histogram Data Pengalaman Praktek Kerja Industri (X1) Kurva penyebaran data pengalaman Praktek Kerja Industri ditunjukkan pada gambar 3. Mo
100,700
Mean
12
100,67
10
Me
100,83
Frekuensi
8 6 4 2 86-89
90-93
94-97
98-101
102-105 106-109 110-113
Skor Pengalaman Praktek Kerja Industri
Gambar 3. Kurva Sebaran Data Pengalaman Praktek Kerja Industri
48
Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan harga-harga statistik sebaran data pengalaman Praktek Kerja Industri berupa mean, median dan modus berlaku : mean < mo < me, maka kurva yang terbentuk adalah kurva positif. Artinya banyak skor jawaban responden yang lebih tinggi daripada rata-rata skor.
2. Sikap Mandiri (X2) Data tentang sikap mandiri siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo diperoleh melalui angket yang terdiri dari 26 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SS, S, R, TS dan STS dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Jadi jumlah skor maksimal jika siswa memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah 130 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 26. Dari hasil skoring jawaban angket sikap mandiri siswa diperoleh skor tertinggi 118 dan skor terrendah adalah 92, dengan rata-rata sebesar 106,083; median sebesar 106,357; modus sebesar 106,611; dan standar deviasi (SD) sebesar 5,775 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat lampiran 9b). Tabel 8. Sebaran Data Sikap Mandiri Siswa Kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo Tahun Ajaran 2009/2010 Interval
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
92
-
95
2
4,2
96
-
99
5
10,4
100
-
103
7
14,6
104
-
107
14
29,2
108
-
111
12
25,0
112
-
115
6
12,5
116
-
119
2
4,2
48
100,0
Jumlah
49
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut: 16 14
14
12
12
Frekuensi
10 8
7 6
6
5
4 2
2
2
0 92-95
96-99
100-103
104-107
108-111
112-115
116-119
Interval
Gambar 4. Grafik Histogram Data Sikap Mandiri (X2) Kurva penyebaran data sikap mandiri ditunjukkan pada gambar 5.
Me Mean 106,36
12
Mo
100,6
106,08
10
1
Frekuensi
8 6 4 2 92-95
96-99
100-103 104-107 108-111 112-115 116-119
Skor Sikap Mandiri Gambar 5. Kurva Sebaran Data Sikap Mandiri (X2)
50
Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan harga-harga statistik sebaran data sikap mandiri berupa mean, median dan modus berlaku : mean < me < mo, maka kurva yang terbentuk adalah kurva negatif. Artinya banyak skor jawaban responden yang lebih rendah daripada rata-rata skor.
3. Kesiapan kerja (Y) Data tentang kesiapan kerja siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo diperoleh melalui angket yang terdiri dari 28 item pertanyaan dengan lima alternatif jawaban SS, S, R, TS dan STS dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Jadi jumlah skor maksimal jika siswa memperoleh skor 5 untuk seluruh item pertanyaan adalah 140 dan jumlah skor minimal apabila memperoleh nilai 1 adalah 28. Dari hasil skoring jawaban angket kesiapan kerja diperoleh skor tertinggi 129 dan skor terrendah adalah 98, dengan rata-rata sebesar 117,188; median sebesar 118,500; modus sebesar 119,500; dan standar deviasi (SD) sebesar 7,139 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat lampiran 9c).
Tabel 9. Sebaran Data Kesiapan Kerja pada Siswa Kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo Tahun Ajaran 2009/2010 Interval
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
98
-
102
2
4,2
103
-
107
4
8,3
108
-
112
4
8,3
113
-
117
10
20,8
118
-
122
20
41,7
123
-
127
5
10,4
128
-
132
3
6,3
48
100,0
Jumlah
51
Data tersebut dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut: 25 20
Frekuensi
20
15 10
10
5
4
4
103-107
108-113
5 3
2 0 98-102
113-117
118-122
123-127
128-132
Interval
Gambar 6. Grafik Histogram Data Kesiapan Kerja (Y) Kurva penyebaran data kesiapan kerja ditunjukkan gambar 7. 12
Frekuensi
10
Mo
Me Mean
117,18
118,50
1 19,50
8 6 4 2 98-102 103-107 108-112 113-117 118-122 123-127 128-132
Skor Kesiapan kerja Gambar 7. Kurva Sebaran Data Kesiapan kerja (Y)
52
Gambar 7 menunjukkan bahwa hubungan harga-harga statistik sebaran data berwirausaha berupa mean, median dan modus berlaku : mean < me < mo, maka kurva yang terbentuk adalah kurva positif. Artinya banyak skor jawaban responden yang lebih tinggi daripada rata-rata skor.
B. Pengujian Prasyarat Analisis 1.
Uji Normalitas Data
Data-data tentang pengalaman Praktek Kerja Industri, sikap mandiri, dan kesiapan kerja yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diuji normalitas dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (c2). (perhitungan selengkapnya dapat dilihat lampiran 9). Rangkuman hasil uji normalitas data pada masing-masing variabel disajikan pada tabel berikut: Tabel 10. Rangkuman Uji Normalitas Data c
Variabel
2
c2tabel hitung
(0,05;7-1)
Keputusan uji
Pengalaman Praktek Kerja Industri
0,7
12,6
Normal
Sikap mandiri
1,7
12,6
Normal
Kesiapan kerja
10,6
12,6
Normal
Dari table 10 di atas, dapat diketahui bahwa nilai c2hitung semua variabel lebih kecil dari c2tabel pada taraf signifikansi 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sebaran data yang normal.
2.
Uji Linieritas dan Keberartian
a. Uji Linieritas dan Keberartian Variabel Pengalaman Praktek Kerja Industri (X1) terhadap Kesiapan Kerja (Y) Dari hasil perhitungan uji keberartian regresi didapatkan harga F1 sebesar 30,20; harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel (1;48;0,05) = 4,08. Hasilnya adalah 30,20 > 4,08, jadi regresi pengalaman Praktek Kerja Industri (X1) terhadap
53
kesiapan kerja (Y) adalah berarti atau memiliki makna (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11a). Dari hasil perhitungan uji linieritas regresi didapatkan harga F2 sebesar 1,40; harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel (20;26;0,05) = 2,01. Hasilnya adalah 1,40 < 2,01, jadi regresi pengalaman Praktek Kerja Industri (X1) terhadap kesiapan kerja (Y) adalah regresi linier atau berupa garis lurus (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11a). Berikut grafik linieritas regresi X1 terhadap Y persamaan :Y = a + b.X1
y = 0,709x + 45,020 R² = 0,396
130 Kesiapan Kerja (Y)
125 120 115 110 105 100 95 85
90
95
100
105
110
115
Pengalaman Praktek Kerja Industri (X1)
Gambar 8. Grafik Linieritas X1 terhadap Y b.
Uji Linieritas dan Keberartian Variabel Sikap mandiri (X2) terhadap Kesiapan kerja (Y) Dari hasil perhitungan uji keberartian regresi didapatkan harga F1 sebesar 21,87; harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel (1;48;0,05) = 4,08. Hasilnya adalah 21,87 > 4,08, jadi regresi sikap mandiri (X2) terhadap kesiapan kerja (Y) adalah berarti atau memiliki makna (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11b).
54
Dari hasil perhitungan uji linieritas regresi didapatkan harga F2 sebesar 1,37; harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel (19;27;0,05) = 2,01. Hasilnya adalah 1,37 < 2,01, jadi regresi regresi sikap mandiri (X2) terhadap kesiapan kerja (Y) adalah regresi linier atau berupa garis lurus (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11b). Berikut grafik linieritas regresi X2 terhadap Y persamaan :Y = a + b.X2 y = 0,686x + 43,513 R² = 0,322
130
Kesiapan Kerja (Y)
125 120 115 110 105 100 95 90
95
100
105
110
115
120
Sikap Mandiri (X2)
Gambar 9. Grafik Linieritas X2 terhadap Y Berikut ini rangkuman hasil uji linieritas: Tabel 11. Rangkuman Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Sampel X1Y
X2Y
Uji
F hitung
F tabel (0,05)
Kriteria
Keputusan
Uji Keberartian Regresi
F 1 = 30,2
4,08
F1 > F tabel
Diterima
Uji Linieritas Regresi
F 2 = 1,40
2,01
F2 < F tabel
Diterima
Uji Keberartian Regresi
F 1 = 21,87
4,08
F1 > F tabel
Diterima
Uji Linieritas Regresi
F 2 = 1,37
2,01
F2 < F tabel
Diterima
55
3. Uji Independen Uji independen digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel bebas saling bebas atau tidak mempengaruhi satu sama lainnya (independen), maka dilakukan uji independen dengan rumus korelasi product moment dari Pearson. Berdasarkan hasil uji independen didapatkan rX1X2 sebesar 0,265, dikonsultasikan dengan rtabel dengan db = (48;0,05) = 0,284 pada taraf signifikansi 5%. Hasilnya rhitung > rtabel (0,265 < 0,284). Berarti bahwa kedua variabel bebas, yaitu pengalaman Praktek Kerja Industri (X1) dengan sikap mandiri (X2) adalah saling bebas (independen). (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13).
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Hipotesis Pertama Uji hipotesis pertama dilaksanakan dengan analisis korelasi product moment. Hipotesis pertama menyatakan ada hubungan antara pengalaman Praktek Kerja Industri dengan kesiapan kerja. Dari perhitungan didapatkan harga rx1y = 0,629. Harga ini dikonsultasikan dengan rtabel
(48;0,05)
= 0,284, hasilnya: 0,629 >
0,284, sehingga hipotesis pertama dinyatakan dapat diterima. Artinya terdapat hubungan positif antara pengalaman praktek kerja industri dengan kesiapan kerja (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16). 2. Uji Hipotesis Kedua Uji hipotesis kedua dilaksanakan dengan analisis korelasi product moment. Hipotesis pertama menyatakan ada hubungan antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja. Dari perhitungan didapatkan harga rx2y = 0,568. Harga ini dikonsultasikan dengan rtabel
(48;0,05)
= 0,284, hasilnya: 0,568 > 0,284, sehingga
hipotesis kedua dinyatakan dapat diterima. Artinya terdapat hubungan positif antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16). 3. Uji Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis ketiga dilaksanakan analisis regresi dua prediktor. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ada hubungan antara pengalaman Praktek
56
Kerja Industri dan sikap mandiri dengan kesiapan kerja. Dari hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi dua prediktor didapatkan nilai koefisien korelasi Ry2 sebesar 0,453 dengan persamaan garis regresi: Y = 9,969 + 0,553 X1 + 0,478 X2 Selanjutnya didapatkan harga Freg sebesar 25,78 dikonsultasikan dengan Ftabel (2;45;0,05) = 3,23. Hasilnya Freg > Ftabel : 25,78 > 3,23. Hipotesis ketiga yang menyatakan ada hubungan antara variabel pengalaman Praktek Kerja Industri dan sikap mandiri dengan kesiapan kerja telah terbukti kebenarannya dan dapat diterima. Variabel pengalaman Praktek Kerja Industri memberikan sumbangan relatif sebesar 57,9% dan sumbangan efektif 30,9%. Variabel sikap mandiri memberikan sumbangan relatif sebesar 42,1% dan sumbangan efektif 22,5%. Nampaklah bahwa pengalaman Praktek Kerja Industri memiliki hubungan yang lebih erat dengan kesiapan kerja dibandingkan dengan variabel sikap mandiri (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16).
D. Pembahasan Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama dengan analisis korelasi product moment Pearson mendapatkan hasil berupa rx1y = 0,629, harga ini lebih besar dari rtabel
(48;0,05)
= 0,284 yaitu 0,629 > 0,284, sehingga ada hubungan yang positif
antara pengalaman Praktek Kerja Industri dengan kesiapan kerja. Ini menunjukkan bahwa semakin baik atau semakin tinggi pengalaman Praktek Kerja Industri siswa, maka semakin besar kecenderungan siswa tersebut untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi. Sebaliknya jika semakin rendah pengalaman Praktek Kerja Industri siswa, maka semakin rendah kesiapan kerja. Penerimaan hipotesis pertama ini didukung dan diperkuat dengan kajian teori oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (1993:150) bahwa: Praktek Kerja Industri merupakan kegiatan kurikuler yang harus diikuti oleh siswa SMK sebagai wahana untuk lebih memantapkan hasil belajar dan sekaligus memberikan kesempatan mendalami dan
57
menghayati kemampuan hasil tersebut dalam situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya.
Aktivitas
PRAKERIN
mengembangkan
kemandirian
dan
kreatifitas dengan latihan kerja secara nyata di lapangan, siswa dihadapkan kepada realita obyek sebenarnya dengan segala jenis pekerjaan yang ada. Dengan aktivitas tersebut siswa akan mencoba menerapkan ilmu yang telah diperoleh dan akan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kegiatan tersebut akan meningkatkan kemampuan dan minat yang telah ada pada dirinya serta mengembangkan ilmu yang telah dipelajarinya Orang yang memiliki pengalaman akan lebih bertanggung jawab, lebih disiplin, lebih tertib, lebih berhati-hati, lebih bermoral dan lebih berarti. Apabila seseorang telah mempunyai pengalaman kerja pada suatu bidang tertentu, maka ia akan mempunyai kecakapan atas bidang pekerjaan yang pernah ia lakukan tersebut. Dengan pengalaman ini orang secara sadar atau tidak sadar akan memiliki kecakapan teknis serta terampil dalam menghadapi pekerjaan atau lebih siap dalam menghadapi pekerjaan. Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua dengan analisis korelasi product moment Pearson mendapatkan hasil berupa rx2y = 0,568, harga ini lebih besar dari rtabel
(48;0,05)
= 0,284 yaitu 0,568 > 0,284, sehingga ada hubungan yang positif
antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sikap mandiri siswa, maka semakin besar kecenderungan siswa tersebut untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi. Sebaliknya jika semakin rendah sikap mandiri siswa, maka semakin rendah kesiapan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparmi (1991: 62) bahwa individu yang mempunyai sikap mandiri akan lebih berani memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan dirinya, bebas dari pengaruh orang lain, mampu berinisiatif dan mengembangkan kreativitas serta merangsangnya berprestasi lebih baik. Kemandirian sebagai kemampuan berdiri di atas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri, dan tidak tergantung pada orang lain. Jika siswa memiliki kemandirian belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih mudah dalam
58
belajar, sehingga memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang lebih mendalam. Belajar mandiri merupakan satu hal yang perlu dikembangkan oleh pelajar. Dengan belajar mandiri siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab, percaya diri, kreatif, timbul dorongan dari dalam dirinya sendiri. Peningkatan aktivitas ini akan lebih mendorong siswa untuk balajar, dan berarti siswa tersebut telah memperoleh tambahan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan. Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan analisis regresi dua prediktor memperoleh Fhitung sebesar 25,78 besar dari Ftabel (2;45;0,05) = 3,23. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara pengalaman praktek kerja industri dan sikap mandiri dengan kesiapan kerja. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pengalaman Praktek Kerja Industri siswa dan didukung dengan sikap mandiri yang baik, maka semakin tinggi kesiapan kerja siswa. Penerimaan hipotesis ketiga tersebut sesuai dengan kajian teori dalam Kurikulum SMK tahun 1994 (1994:174), yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan praktek kerja industri adalah meningkatkan keterampilan kejuruan sebagai bekal memasuki lapangan kerja. Kemudian memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya sebagai usaha memasyarakatkan diri sebelum terjun ke lapangan kerja dan masyarakat pada umumnya. Selain itu pelaksanaan Praktek Kerja Industri juga untuk menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional sesuai yang diisyaratkan lapangan kerja. Selanjutnya memperluas cakrawala pandang terhadap dunia usaha di bidangnya, struktur organisasi, jenjang karier, asosiasi usaha, dan manajemen usaha, serta memberikan kesempatan untuk mempromosikan diri kepada lapangan kerja. Sedangkan pengalaman yang tinggi sangat mendukung peningkatan keahlian karena orang yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Sebab pekerjaan tersebut sudah pernah dilakukannya pada masa lampau, sehingga jika timbul suatu kesulitan kerja, maka akan mampu memperbaikinya. Artinya siswa lebih siap untuk bekerja.
59
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan positif antara pengalaman Praktek Kerja Industri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010. Hal ini dibuktikan dari analisis korelasi yang memperoleh rx1y = 0,629 yang diterima pada taraf signifikansi 5%. 2. Terdapat hubungan positif antara sikap mandiri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari analisis korelasi yang memperoleh rx2y = 0,568 yang diterima pada taraf signifikansi 5%. 3. Terdapat hubungan positif antara pengalaman Praktek Kerja Industri dan sikap mandiri dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII SMK Pancasila 9 Giriwoyo tahun ajaran 2009/2010. Hal ini dibuktikan dari analisis regresi dua prediktor yang memperoleh Fhitung sebesar 25,78 lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi (a) 5% = 3,23. Variabel pengalaman Praktek Kerja Industri memberikan sumbangan relatif sebesar 57,9% dan sumbangan efektif 30,9%. Variabel sikap mandiri memberikan sumbangan relatif sebesar 42,1% dan sumbangan efektif 22,5% terhadap kesiapan kerja, sehingga nampak bahwa variabel pengalaman Praktek Kerja Industri memiliki hubungan yang lebih erat dengan kesiapan kerja dibandingkan dengan variabel sikap mandiri.
B. Implikasi Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut : 1. Kesiapan kerja siswa dapat ditingkatkan melalui pemupukan pengalaman Praktek Kerja Industri dan peningkatan kemandirian siswa dalam belajar.
58
60
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam menyediakan dan memfasilitasi kegiatan praktek, sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam meningkatkan pengalamannya. Hal ini karena penyediaan sarana praktek dapat meningkatkan proses pemahaman, pengetahuan, dan ketrampilan siswa. 3. Sikap mandiri merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan bekerja di industri. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kesiapan siswa untuk bekerja di industri.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Kepada Para Siswa a.
Siswa harus dapat memanfaatkan sarana praktek yang ada di sekolah secara maksimal, serta mengikuti seluruh rangkaian proses praktek dengan tekun agar memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal untuk bekerja di industri
b.
Siswa
perlu
lebih
meningkatkan
berbagai
aktivitas
dan
mengembangkan berbagai metode belajar sekaligus sebagai sarana memperluas pengetahuan dan wawasannya, dan belajar secara mandiri, mengerjakan tugas-tugas dari guru untuk berlatih 2.
Kepada Para Guru a.
Diharapkan lebih intensif dalam memberikan bekal keterampilan kepada siswa melalui pelaksanaan Praktek Kerja Industri
b.
Guru hendaknya selalu berupaya memahami siswa dari berbagai aspek, khususnya dalam membantu siswa dalam menghadapi
61
kesulitan belajar, memberikan bimbingan dan arahan (konseling) untuk menumbuhkan kemandirian dalam belajar c.
Bekerja sama dengan orang tua dalam memantau perkembangan siswa, memberikan bimbingan dan arahan (konseling) untuk menumbuhkan minat yang positif dalam berbagai hal, dan mencoba mengadakan pendekatan personal tiap siswa, sehingga didapat kemajuan yang saling mendukung antara perkembangan siswa di sekolah dan di rumah.
3.
Kepada Penelitian Mendatang a.
Diharapkan untuk mengadakan penelitian dengan populasi yang lebih diperluas agar hasil penelitian dapat digeneralisasi.
b.
Diharapkan menambah jumlah variabel, karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja.
62
DAFTAR PUSTAKA Achmad Mughni. 1994. Bahan Penularan PKL/PSG. Surakarta : SMK Negeri/Swasta
C.R Winoe. 1992. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Menengah Kejuruan Atas. Jakarta : Departemen dan Kebudayaan RI Dimayati Mahmud. 1982. Psikologi Pendidikan, Jakarta : P2LPTK
Djohar. 1994. Sikap Mandiri, Upaya Menghindari Penyakit Primodia Sosial. Yogyakarta: Warta IKIP. Feter F Druker. 1968. The Age of Discontinouity. New York : Harver and Row
Herman Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung : Remaja Karya.
http;//www.depdiknas.go.id/jurnal/36, 11januari 2007
Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara. Indrasti Maria Agustiana. 1988. Kemandirian Tonggak Manusia. Bandung : Mordan Maju James Coper. 1975. Classroom Teaching Skill. Houston : University of Houston
Moh As’ad. 1991. Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty 61
63
Mukorrobin. 1998. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pengalaman Kerja Lapangan terhadap Minat Berwiraswasta Siswa SMK Muhammadiyah 3 Klaten .Skripsi. Surakarta : FPTK UNS. Nasution. S dan M. Thomas. 1985. Buku Penuntun Membuat Thesis, Skripsi, Disertasi dan Makalah. Bandung : Jemmars. Oemar Hamalik. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. Bandung : PT. Citra Aditya Sakti. Panji Anurogo. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta
Payaman J Simanjuntak. 1983. Pembinaan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja Payaman J Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia Poerwodarminto W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Saifuddin Azwar MA. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty Samuel Soetoei. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Slamet Widodo. 2004. Metodologi Penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito
Soepratno. 1995. Konsep Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada SMK. Surakarta : Majelis Sekolah Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
64
Suharsimi Arikunto. 1983. Kesiapan Lulusan Sekolah Pendidikan Guru dalam Mengajarkan Matematika dan Ilmu Alam di Sekolah Dasar, Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsono Sangir. 1984. Pokok-pokok Pikiran Mengenai Kebijaksanaan Pemerintah untuk Meningkatkan Produktifitas Tenaga Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja Suparmi. 1991. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya Sutari dan Sukamto. 1984. Kompetensi Sarjana Kependidikan Lulusan FPTK. Yogyakarta : Lokakarya FPTK IKIP Yogyakarta Sutrisno Hadi. 1980. Statistik I. Yogyakarta : Andi Offset.
Sutrisno Hadi. 1995. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset
Tri Susilowati. 1998. Pengaruh Kreatifitas dan Pengetahuan Otomotif terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Progran Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Surakata : FPTK UNS. Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metode dan Teknik). Bandung : Tarsito. W. S Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.
-----------------, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, -----------