perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
HOTEL DAN SHOPPING MALL DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
Disusun oleh: REVI AULIA PURBANDINI I0207079
Dosen Pembimbing: Ir. EDI PRAMONO SINGGIH, MT YOSAFAT WINARTO, ST.MT
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau oleh: Revi Aulia Purbandini I0207079 Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat. Dampak fenomena pemanasan global ditandai dengan makin buruknya kondisi alam di muka bumi. Sektor bangunan justru menjadi kontributor terhadap kerusakan alam dan konsumsi energi. Arsitektur seringkali didesain dengan orientasi estetis dan ekonomis semata, serta mengesampingkan aspek keberlanjutan. Arsitektur Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mengatasi permasalahan dis-orientasi tersebut melalui konsep efisiensi energi dan ramah lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya. Kata Kunci: hotel, shopping mall, purwokerto, arsitektur hijau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach by: Revi Aulia Purbandini I0207079
Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach is a building that has two functions that form of activity inside the container in the form of service for hotel accommodation for people who travel, and provide shopping facilities for both residential as well as the general public by applying the concept of architecture that minimize impacts on the environment and produce a better life and healthier. The impact of global warming phenomenon is characterized by worsening natural conditions on earth. Building sector became contributors to the destruction of nature and of energy consumption. Architectures are often designed with aesthetic and economic orientation only, and exclude aspects of sustainability. Green architecture is a concept that can overcome the problems of dis-orientation through the concept of energy efficiency and environmentally friendly. This concept aims to formulate a conceptual foundation of planning and design of the hotel and shopping mall in one building that can cater to tourists and peoples in Purwokerto and surrounding communities.
Key Word: hotel, shopping mall, purwokerto, green architecture
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. PENGERTIAN JUDUL JUDUL
:Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto
SUB JUDUL
:Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
Hotel Hotel menurut surat keputusan Dirjen Pariwisata No 14/U/1988 adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial dam memenuhi ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut. Shopping Mall Shopping Mall menurut Frank H. Spink Jr,1977 adalah suatu kelompok fasilitas komersial (pertokoan dan jasa) yang menyatu secara arsitektural. Fasilitas ini didirikan dalam suatu tapak (dalam satu bangunan) yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan diatur sebagai suatu unit. Purwokerto Kota Administratif Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak di antara 108 derajat 39 ‘17’’ - 109 derajat 27 ‘15’’ Bujur Timur dan 7 derajat 15 ‘05’’ 7 derajat 37 ‘10’’ Lintang Selatan. Kota Purwokerto merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berada di jalur transportasi antar propinsi baik transportasi bus antar kota maupun kereta api, menjadikan kota Purwokerto sangat strategis untuk menjadi tujuan bagi para pengunjung dari luar kota. Perbatasan wilayah meliputi: Utara
: Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Timur
:Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen.
Selatan : Kabupaten Cilacap Barat
: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Jarak Kabupaten Purwokerto dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut: - Ke Purbalingga
= 20 km
- Ke Banjarnegara
= 65 km
- Ke Cilacap
= 53 km
- Ke Kebumen
= 85 km
Gambar 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Banyumas Sumber: www.purwokerto.go.id
Arsitektur Hijau Konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat.
Jadi, Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang
yang
melakukan
perjalanan,
serta
menyediakan
sarana
perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat.
I.2. LATAR BELAKANG I.2.1. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi pada kotakota di Indonesia menuntut berbagai macam fasilitas yang salah satunya adalah fasilitas layak lahan pakai yang menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Lahan tersebut harus memiliki aksesibilitas dan kesiapan infrakstruktur. Fasilitas tersebut diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang timbul sebagai efek samping dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi sehingga peremajaan kawasan strategis kota harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan layak pakai bagi penduduk di Purwokerto.
Gambar 1.2 : Peta Kepadatan Penduduk KabupatenBanyumas Sumber: RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Ditambah dengan adanya kesepakatan era globalisasi sekarang ini, yang membuat Negara-negara sibuk untuk mengantisipasi hal tersebut, termasuk Indonesia yang aktif dengan AFTA sebagai salah satu upaya
untuk
menghadapi
dan
mengantisipasi
era
globalisasi.
Pembangunan pada beberapa pusat kawasan bisnis di kota-kota di Indonesia saat ini mengarah pada konsep superblock. Dengan konsep ini mengakibatkan munculnya konsep lain seperti CBD (Central Business Distric), Superblock, Mix Use Development, yang merupakan upaya dari pemanfaatan ruang lahan yang semakin terbatas. Laju pembangunan yang terjadi pada dewasa ini sangat pesat, hal ini terjadi karena pertambahan penduduk yang sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya pemekaran kota yang akhirnya menimbulkan berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk yang mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan peradaban manusia yang semakin berkembang. Demikian juga dengan sarana perdagangan perlu peningkatan. Semakin pesatnya pertumbuhan kota-kota di Indonesia maka semakin meningkat pula kota sebagai pusat dari perdagangan, sehingga pusat-pusat perbelanjaaan tersebut akan lebih mendapat perhatian. Tak terkecuali juga dengan kota Purwokerto yang sedang berkembang. I.2.2. Perekonomian Purwokerto Tahun 2009 krisis global masih mewarnai perekonomian dunia, tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya kenaikan harga BBM tahun 2008, mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa yang tentunya berpengaruh pada proses produksi. Kenaikan harga barang dan jasa mengakibatkan kenaikan pada biaya produksi barang dan jasa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian. Namun demikian, kinerja perekonomian Purwokerto selama tahun 2008 dan 2009 masih menunjukkan kenaikan. Selama periode 2005-2009, kinerja perekonomian Purwokerto yang ditunjukkan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 9,19 triliun. Secara nominal, PDRB Kabupaten Purwokerto pada kurun waktu 2005-2009 mengalami kenaikan sebesar Rp.3,6 triliun. Namun demikian, kenaikan ini masih mengandung kenaikan harga barang dan jasa yang diproduksi selama kurun waktu tersebut. Berdasarkan harga kenstan 2000, nilai PDRB juga mengalami kenaikan dari Rp. 3,6 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 4,40 triliun di tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Purwokerto mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut murni sebagai peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah terbebas dari pengaruh inflasi.1 Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Kota Purwokerto 2005-2009 (persen)
1
Sektor
2005
2006
2007
2008*)
2009
1. Pertanian
1,70
1,73
3,14
5,15
4,89
2. Penggalian
4,09
4,62
5,17
4,68
5,12
3. Industri Pengolahan
2,45
3,24
3,47
3,33
3,04
4. Listrik & Air Bersih
9,11
5,16
7,51
4,39
6,36
5. Konstruksi
4,12
4,07
4,71
5,38
6,60
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
3,80
6,72
6,48
5,69
5,19
7. Pengangkutan & Komunikasi
3,13
4,32
5,18
5,95
4,60
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa
5,60
6,85
8,04
5,96
8,01
commit to user
Pendapatan Regional Kabupaten Banyumas 2009.Katalog BPS: 9200.3302
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
9. Jasa-jasa
3,54
6,70
7,90
6,90
7,56
PDRB
3,21
4,48
5,30
5,38
5,49
*) = angka perbaikan Sumber: BPS Kabupaten Banyumas Grafik 1.1. Kinerja Perekonomian Kota Purwokerto Tahun 20052009
P E R S E
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9.19 8.34 7.27 6.43 5.58
3.6 2005
3.96
3.76 2006
2007
2008
4.17
2009
4.4 PDRB konstan
N Sumber: Banyumas Dalam Angka 2010 I.2.3. Purwokerto Ibu Kota Banyumas Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Propinsi Dati I Jawa Tengah, ditetapkan kota Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan kota Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.2 Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan barat wilayah propinsi Jawa Tengah berperan memeratakan pembangunan propinsi Jawa Tengah bagian selatan.
2
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto,RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA, Tahun 2005-2015.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Kabupaten Dati II Banyumas, maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut akan meningkatkan ekonominya secara mandiri, bahkan akan membantu mengembangkan daerah sekitarnya. Di samping sebagai ibukota Kabupaten Banyumas, yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, kota Purwokerto juga merupakan kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari Jawa Tengah dan Jawa Barat yang merupakan simpul distribusi perdagangan
yang
nantinya
akan
menjadi
wilayah
penyangga
(hinterland) bagi kota Cilacap yang merupakan kota industri yang menjadi wilayah pengembangan Jawa Tengah Selatan bagian barat.3 Perkembangan kota Purwokerto dari tahun ke tahun semakin meningkat dan bertambah pesat. Beberapa fasilitas umum ditingkatkan dan ditambah. Tak terkecuali dengan fasilitas untuk perbelanjaan dan hunian dengan menyatukan beberapa kegiatan fungsi utama pada satu lahan yang merupakan salah satu kegiatan di Purwokerto. Dengan terpenuhinya fasilitas
tersebut,
maka
sektor
perdagangan
akan
mengalami
perkembangan pula seperti sektor industri, sektor pendidikan, dan juga sektor pariwisata adalah rangkaian yang saling mendukung dan saling terkait yang masih memerlukan sarana-sarana untuk mendukung di bidang lainnya. I.2.4. Industri Pariwisata di Purwokerto Meningkatnya volume dan dinamika ekonomi Asia Pasifik telah menjadi salah satu faktor sangat kuat dari terjadinya transformasi industri pariwisata dunia.
3
M.Koderi, PURWOKERTO Wisata dan Budaya, Purwokerto: Penerbit CV. Metro Jaya Purwokerto,Tahun 1991. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Transformasi industri pariwisata dunia telah menempatkan negara-negara Asia Pasifik menjadi pasar yang semakin penting bagi industri pariwisata Indonesia, dan membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan peranan di sektor pariwisata sebagai elemen sangat strategis di dalam strategi pembangunan nasional. Adanya perkembangan pariwisata Indonesia yang cukup baik, mendukung terbukanya peluang berbagai pihak terkait dalam industri pariwisata untuk ikut berperan di industri pariwisata seperti: hotel, restorant, biro-biro perjalanan, dan cindera mata yang masih sangat terbuka untuk dimasuki para investor penanam modal. Dalam industri pariwisata, Purwokerto sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kota mode dan kota belanja. Hal ini semakin memacu pertumbuhan kota Purwokerto di bidang-bidang industri pariwisata yang terkait seperti hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan (Shopping Mall). Dengan adanya fasilitas tersebut tidak terlepas dari desakan globalisasi dan keseriusan pembangunan kepariwisataan nasional. Dalam
Propeda
(Program
Pembangunan
Daerah)
Kota
Purwokerto, merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan bidang budaya dan pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam susunannya, yaitu: membangun ketahanan budaya sebagai unsur perekat kehidupan masyarakat dengan komitmen cinta kota dan mengembangkan pariwisata daerah. Program – program Prioritas: a. Peningkatan apresiasi nilai budaya dan pelestarian asset budaya, b. Pengembangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah, c. Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan prasarana wisata, d. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah, e. Pembangunan dan pengembangan seni dan budaya daerah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
f. Pengembangan jaringan wisata. Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila dilihat dari kondisi, potensi, visi, dan misi kota. Bidang pariwisata sangat dipengaruhi oleh faktor–faktor intern maupun ekstern dan bersifat multidimensi. Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak dapat dipandang dari satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus didukung oleh bidang – bidang yang lain. Tabel 1.2. Banyaknya Pengunjung Objek Wisata di Wilayah Purwokerto Selama Tahun 2005-2009 Objek Wisata
Pengunjung (orang)
2005
2006
2007
2008
2009
Curug Cipendok
29.418
29.730
45.374
49.941
52.349
Telaga Sunyi
3.942
3.144
3.425
2.611
3.415
Pancuran Tiga
21.361
23.191
22.557
16.207
24.111
Pancuran Tujuh
64.610
66.977
26.327
12.352
21.894
Bumi Perkemahan Baturaden
10.443
2.590
1.518
2.323
1.750
Lokawisata Baturaden
412.444
464.876
385.143
428.978
346.873
Kalibacin
5.057
6.741
4.858
5.394
5.988
Wanawisata Baturaden
58.245
52.023
27.058
14.706
13.044
Curug Gede
15.542
1.602
16.133
25.218
22.605
Curug Ceheng
15.542
14.490
8.537
10.827
12.950
Museum Wayang Sendang
1.150
2.246
1.208
788
1.702
THR Pangsar Soedirman
-
3.670
10.791
18.838
12.356
Masjid Saka Tunggal
-
6.622
6.655
5.248
5.765
Mas
Sumber: -Perum Perhutani KPH Purwokerto Timur - Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Kegiatan pariwisata Kota Purwokerto sangat didukung oleh keberadaan budaya khas Purwokerto dan keberadaan objek–objek wisata. Kegiatan pariwisata di kota Purwokerto juga disemarakkan dengan adanya event–event budaya yang menampilkan kesenian khas Purwokerto. Promosi dan pemasaran di bidang pariwisata telah didukung dengan adanya siaran rutin bidang pariwisata di stasiun radio, selebaran/pamflet/leaflet promosi pariwisata melalui Biro Perjalanan Wisata, pameran, serta pemantauan jaringan internet. I.2.5. Peluang Perhotelan di Purwokerto Tahun 2005 menjadi titik awal baru bagi dunia pariwisata Kota Purwokerto dan sekitarnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Purwokerto tahun 2005 cenderung mengalami peningkatan setelah beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah kenaikan harga BBM. Jumlah hotel berbintang di Purwokerto selama tahun 2009 berjumlah 7 buah, sedangkan untuk hotel non bintang sebanyak 164 buah. Tabel 1.3. Banyaknya Hotel di Wilayah Kabupaten Purwokerto Tahun 2009 Hotel Bintang
Hotel Non Bintang
Jumlah
7
164
171
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas (Listing Hotel Tahunan) Terus membaiknya bisnis perhotelan di Purwokerto, dengan semakin meningkatnya potensi wisata dan bisnis Kota Purwokerto, maka sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan terus mengalami peningkatan. Bahkan menurut kalangan biro perjalanan wisata, menyatakan bahwa fasilitas bagi wisatawan di Purwokerto sejauh ini masih kurang memadai. Sebagai contoh, jumlah hotel di Purwokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
dan sekitarnya masih perlu ditambah. Hal tersebut dimaksudkan agar wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Purwokerto dan sekitarnya mempunyai banyak pilihan untuk menginap. Tabel 1.4. Hotel-hotel di Purwokerto Nama Hotel
Jumlah Kamar
Jumlah Bed
Dynasti ***
103
179
Queen Garden ***
69
138
Rosenda ***
100
198
Borobudur *
31
70
Palapa *
50
85
Cendrawasih
18
36
Mutiara
17
Darajati
17
Puri Wisata
Astro
37
Wisata Niaga
Sumber: Purwokerto Guine Book (HMJM FE Universitas Jendral Soedirman) Potensi wisata kota yang semakin meningkat beberapa tahun terakhir ini juga akan berdampak bagus dalam prospek perencanaan hotel berbintang ini nantinya. Ditambah laju pertumbuhan bisnis Kota Purwokerto yang semakin meningkat secara tidak langsung dapat berhubungan juga dengan pariwisata kota. Peningkatan mobilitas para pelaku bisnis tersebut pada akhirnya akan berimbas hingga ke sektor pariwisata. Hal tersebut dikarenakan kesempatan pre dan past kegiatan utama diisi dengan kegiatan wisata. Selain itu traveling yang mereka lakukan biasanya tidak dilakukan sedirian melainkan melibatkan keluarga yang kegiatan utamanya adalah berwisata. Dengan demikian keseluruhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
kegiatan tersebut mencangkup dua sektor yaitu bisnis dan pariwisata. Dalama dunia pariwisata sendiri kegiatan tersebut merupakan suatu business travel, yaitu kegiatan wisata dengan tujuan utama adalah bisnis. Dari gambaran di atas sangatlah terbuka bagi kota Purwokerto untuk dapat menarik wisatawan dan pelaku bisnis datang ke Purwokerto, yang tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai sehingga nantinya para pengunjung tadi memperoleh kemudahan dan fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di Kota Purwokerto. I.2.6. Peluang Shopping Mall di Purwokerto Hadirnya beberapa pusat perbelanjaaan yang sedang dibangun di Purwokerto serta meningkatnya minat dan daya beli masyarakat Purwokerto terhadap pusat perbelanjaan dan pusat hiburan yang lengkap, menyebabkan Shopping Mall mempunyai masa depan yang cerah dalam dunia perdagangan di kota Purwokerto. Tabel 1.5. Banyaknya Pasar di Purwokerto Tahun 2009 Department Store
Jumlah
1
Pasar
Pusat
Pasar
Swalayan Perbelanjaan Umum
21
-
86
Hewan
12
Sumber: Dinas Perindagkop Kabupaten Banyumas Keberadaan Shopping Mall di kawasan Purwokerto dan sekitarnya belum ada, tetapi untuk jumlah pasar swalayan cukup banyak. Namun diantaranya masih minim yang menyediakan kelengkapan fasilitas rekreasi dan penginapan untuk wisatawan dan pebisnis dari luar kota. Mereka hanya sekedar menyediakan fasilitas perbelanjaan saja. Fasilitas rekreasi di Purwokerto masih terpisah–pisah dan tersebar, sehingga kurang efisien karena harus menyita waktu untuk menempuh perjalanan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, perlu adanya unsur–
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
unsur rekreatif untuk dimasukkan ke dalam kawasan perdagangan sehingga dapat memberikan warna baru akan pusat bisnis dan pusat perbelanjaan yang sudah ada, misalnya: a. Bioskop b. Café, Restaurant, Foodcourt yang dilengkapi hotspot c. Aneka jenis permainan dan ketangkasan seperti game center, billiard, bowling d. Tempat untuk melepas kepenatan seperti taman dan pusat jajan e. Di sisi lain ada bagian yang terhubung ke hotel, sehingga pengunjung hotel juga mengakses fasilitas di mall. Penyebaran fasilitas perdagangan lebih banyak terkonsentrasi di pusat kota. Hal ini menunjukkan belum adanaya pemerataan pelayanan fasilitas perdagangan lokasi yang berupa toko. Perkiraan kebutuhan pertokoan, juga pusat perbelanjaan untuk lingkungan dan perbelanjaan seluruh kota. Tabel 1.6. Tempat-tempat Perbelanjaan di Purwokerto No
Nama Toko
Alamat
Keterangan
1
Sri Ratu
Jl. Jend. Soedirman
Dept. Store & Supermarket
2
Moro
Jl. Jend Soedirman
Supermarket
3
Rita
Jl. Jend. Soeprapto
Dept. Store & Supermarket
4
Matahari
Jl. Jend. Soedirman
Dept. Store & Supermarket
5
Metro Jaya
Komplek
Book Store
Kebondalem
6
Intan
Jl. Jend Soedirman
Dept. Store & Supermarket
7
Aroma
Jl. Jend Soedirman
Dept. Store
8
Super Ekonomi
Jl. Kyai Moch. Safii
Dept. Store & Supermarket
Sumber: Analisa Pribadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Hampir di setiap kota-kota besar dan sebagian kota kecil di Indonesia telah terdapat suatu tempat perbelanjaan dengan berbagai fasilitas pendukung telah berdiri, yaitu sebuah tempat perbelanjaan yang terdiri dari pertokoan, pasaraya, department store, dan toko sebagai tempat perbelanjaan, disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya, yang kesemuanya tadi saling mendukung satu sama lainnya. Lain halnya di kota Purwokerto, fasilitas perbelanjaan yang ada belum disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya. Jadi keberadaannya pun masih belum terpusat karena antara fasilitas yang satu dengan fasilitas yang lain keberadaannya saling berjauhan. Perkembangan dan penyebaran fasilitas perdagangan dan jasa di Purwokerto lebih banyak terdapat di sekitas jalan utama (jalan Gerilya dan jalan Jendral Sudirman). Fasilitas perdagangan tersebut berupa pertokoan dengan skala pelayanan lokal. Maka bagi Purwokerto yang sedang berkembang perlu diadakannya tempat perbelanjaan skala kota yang
dilengkapi
dengan
fasilitas
rekreasi
atau
hiburan
yang
keberadaannya saling mendukung dan melengkapi.
I.2.7. Kondisi Ekologis di Purwokerto I.2.7.1. Jumlah penduduk selalu bertambah baik penduduk asli maupun pendatang. Fenomena ini tentunya menuntut berbagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sekaligus melengkapi
fasilitas–fasilitas
yang
belum
ada.
Hal
ini
mengakibatkan semakin berkurangnya lahan hijau untuk ruang publik di dalam kota. Padahal ruang publik merupakan salah satu aspek penting dalam elemen kota. Kebanyakan pembangunan yang ada tidak bersahabat dengan alam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
I.2.7.2. Penebangan pohon secara besar-besaran Aksi babat pohon yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purwokerto akhir-akhir ini banyak menimbulkan kontroversi di masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang kemudian mengecam tindakan tersebut karena dianggap merusak lingkungan dan ekosisitem. Jalan – jalan di Kota Purwokerto dirasa semakin panas dan gersang akibat ditebangnya pepohonan di sepanjang jalan tersebut. Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2010 I.2.7.3. Peningkatan polusi di Purwokerto Peningkatan
polusi
udara
berasal
dari
industri
manufaktur, transportasi, dan bangunan untuk menunjang kehidupan modern manusia yang berada di Kota Purwokerto. Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi Juni 2009
I.3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN I.3.1. Permasalahan Diperlukannya bangunan dwi fungsi yang didalamnya merupakan gabungan hotel dan shopping mall di suatu kawasan bisnis Purwokerto yang mampu melayani wisatawan maupun masyarakat setempat yang terintegrasi dengan baik sehingga dapat saling menunjang satu sama lainnya dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat. I.3.2. Persoalan a. Pemilihan lokasi Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk hotel dan shopping mall, sesuai dengan fungsi kegiatan dan keberadaannya sebagai bangunan komersial sehingga sarana fisik yang direncanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
akan mempunyai daya tarik yang tinggi bagi penyewa dan pengunjung. b. Pengolahan site Bagaimana mengolah site yang tepat sehingga site dapat merespon dengan baik kegiatan perbelanjaan, promosi sekaligus rekreasi dan menghasilkan gubahan massa yang sesuai dengan data fisik yang ada, sehingga akan mengoptimalakan gubahan masa hotel dan shopping mall sebagai bangunan komersial dan akan mengoptimalkana arsitektur hijau pada desain. c. Sistem Kegiatan dan Peruangan - Bagaimana menentukan jenis dan pola kegiatan yang mampu mewadahi kebutuhan konsumen dan pengguna dalam memenuhi kebutuhan kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi. - Bagaimana menentukan program ruang dimana menata dan mengatur fasilitas berdasarkan jenis kegiatan dan kebutuhan ruang yang menunjang efisiensi ruang bangunan komersial yang mempertimbangkan aspek kelancaran dan sirkulasi, kenyamanan, keseimbangan kebutuhan ruang fungsional, dan servis. d. Tampilan Bagaimana mewujudkan bentuk fisik hotel dan shopping mall, baik interior maupun eksterior yang mampu mencitrakan sebuah bangunan komersial yang representatif sebagai pusat perbelanjaan di kota Purwokerto dengan penerapan arsitektur hijau yang unik dan sesuai dengan jaman (20 – 25 tahun) sebagai daya tarik awal pengunjung dan penyewa. e. Bagaimana menentukan tata lansekap yang dapat menunjang kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi . f. Bagaimana menentukan sistem struktur, konstruksi, material dan utilitas yang diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
I.4. TUJUAN DAN SASARAN 1.4.1. Tujuan Merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya. I.4.2. Sasaran Mewujudkan hotel dan shopping mall menjadi sebuah hunian dan pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang mampu memberi kepuasan pengunjung, penyewa maupun investor melalui penyusunan strategi penataan atau pengaturan retail dan fasilitas pendukung lainnya yang tepat dengan didukung arsitektur hijau, meliputi: a. Konsep lokasi b. Konsep site c. Konsep sistem kegiatan dan peruangan d. Konsep tampilan bangunan yang meliputi: konsep bentuk ruang, bentuk massa banguanan, interior dan eksterior fasade bangunan yang sesuai dengan karakter arsitektur hijau yang menerjemahkan karakter hotel dan shopping mall yang identik dengan gaya hidup masyarakat urban. e. Konsep penataan lansekap f. Konsep sistem struktur, konstruksi, material, dan utilitas.
I.5. LINGKUP BATASAN MASALAH Pembahasan yang akan dilakukan dibatasi pada hal-hal yang menyangkut disiplin ilmu arsitektur dan masalah lain yang dianggap dapat mendasari dan mendukung pemecahan masalah pada pembahasan dalam penulisan ini. Adapun topik batasan tersebut adalah: a. Pembahasan ditekankan pada disiplin arsitektur dan hal–hal yang berkaitan dengan hotel dan shopping mall yang ditekankan pada strategi-strategi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
penataan ruang dan fasitas pendukung lainnya yang tepat dan didukung oleh arsitektur hijau pada desainnya. Hal–hal di luar disiplin ilmu arsitektur seperti aspek sosial, ekonomi, bisnis, dan sebagaimana dianggap menentukan dan mendasari perencanaan dan perancangan fisik akan dibahas secara umum berdasarkan literatur yang terbatas dan logika yang sederhana. b. Dalam pembahasan hotel dan shopping mall ini diproyeksikan dalam jangka waktu
20–25
tahun
mendatang
sengan
pertimbangan
untuk
mempertahankan konsep hijau yang sesuai dengan jaman pada periode tersebut. c. Untuk mendapatkan fungsi hotel dan mall dengan tampilan arsitektur hijau yang optimal, maka masalah finansial tidak ditekankan dan dianggap sudah tersedia,
I.6. METODE PENGUMPULAN DATA Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan digunakan untuk proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini terdapat beberapa metode yang dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari metode pengumpulan data primer dan sekunder. I.6.1. Metode Pengumpulan Data Primer • Melalui survey terhadap hotel dan shopping mall yang telah ada, survey yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung berupa data statistik fakta-fakta tentang perkembangan hotel dan shopping mall yang terdapat di Purwokerto. • Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding dilakukan terhadap bangunan hotel dan shopping mall yang sesuai dengan konsep hotel dan shopping mall yang direncanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
I.6.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder Studi Literatur • Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan konsep sebuah hotel, shopping mall, dan arsitektur hijau • Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, maupun perpustakaan jurusan Arsitektur • Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada sebelumnya. • Mencari refrensi mengenai hotel dan shopping mall melalui pencarian di internet • Mencari buku-buku yang berkaitan dengan hotel dan shopping mall melalui toko buku. I.6.3. Metode Mengolah Data Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat baik data primer maupun data sekunder, diantaranya: I.6.3.1 Penyortiran Data Menyortir
data-data
yang
diperlukan,
penyortiran
dilakukan sesuai dengan aspek penekanan hotel dan shopping mall yang ingin dirancang. I.6.3.2 Korelasi data Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, data primer, dan data sekunder. I.6.3.3 Pemaparan Data Memaparkan hasil data yang didapat dan disajikan dalam beberapa bentuk, diantaranya: • Deskripsi data • Gambar • Dokumentasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
• Tabel • Grafik I.6.3.4 Analisis Data • Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat melalui refrensi (data sekunder). • Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai dengan dasar-dasar arsitektur hijau. • Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok pembahasan dan dijadikan sebagai data pendukung. • Mencari benang merah antara hotel dan shopping mall dari data yang
didapat dengan arsitektur hijau berdasarkan data
yang sudah didapat I.6.3.5. Menarik kesimpulan
I.7. TAHAPAN PEMBAHASAN TAHAP I PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan. TAHAP II TINJAUAN PUSTAKA Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan preseden; serta Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, konteks (peraturan, sosial budaya, lingkungan, dan teknologi), dan tinjauan obyek yang direncanakan. TAHAP III BANGUNAN YANG DIRENCANAKAN Membahas tentang gambaran umum mengenai hotel dan shopping mall di Purwokerto yang direncanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
TAHAP IV ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Menganalisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall di Purwokerto, meliputi pendekatan pelaku, kegiatan dan peruangan, penentuan lokasi, pemilihan site, pengolahan site, sistem sirkulasi, bentuk dan massa bangunan, environment, serta struktur bangunan. TAHAP V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Merupakan hasil pengolahan TAHAP IV, proses penentuan konsep melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan struktur bangunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN KOTA
II.1. TINJAUAN HOTEL II.1.1.Sejarah Singkat Hotel Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan public ini sudah disebut–sebut sejak akhir abad ke–17, Maknanya kira–kira, “tempat penampungan buat pendatang” atau bisa juga “bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum”. Jadi pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap–makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamar – kamarnya mulai ditata sedemikian rupa membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun–tahun standar layanan hotel tak banyak berubah. Di Indonesia, kata hotel dikonotasikan sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau umum hanya menyediakan tempat–tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan. II.1.2. Pengertian Hotel Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium, yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan dikoordinir oleh seorang host. Seiring perkembangan dan adanya tuntutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel. Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987 adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,1976:27). Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum (kamus Webster). Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang diperuntukan bagi umum dan dikelola secara komersial. II.1.3. Penggolongan Hotel a. Hotel Berdasarkan Lokasi 1) Hotel Kota Hotel yang terletak dipusat kota yang mendukung pengunjung yang mempunyai tujuan utama untuk urusan bisnis dan kegiatan yang lainnya yang berlokasi di kota. 2) Hotel Pegunungan Hotel yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam pegunungan serta budaya masyarakat setempat atau mempunyai kegiatan lain disekitar pegunungan. 3) Hotel Pantai Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung yang ingin menikmati atau mempunyai kegiatan lain disekitar pantai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
4) Hotel Pedalaman Hotel yang terletak disuatu daerah yang sebagian alamnya masih asli seperti hutan tropis, cagar alam khusus diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna alam, serta adat istiadat suatu penduduk asli pedalaman. b. Hotel berdasarkan Lamanya Menginap 1) Seasonal Hotel Hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap dalam jangka waktu tertentu (singkat). 2) Transit Hotel Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung, dimana hotel tersebut dekat dengan jalur lalu lintas dan dipergunakan sebagai transit karena dekat dengan fasilitas umum. Biasanya merupakan tempat singgah atau istirahat sebelum melanjutkan tujuan. 3) Residential Hotel Hotel diperuntukan bagi tamu yang tinggal dalam jangka waktu lama tetapi tidak menetap. c. Hotel Berdasarkan Peruntukan Hotel 1) Businness Hotel Untuk tamu yang bertujuan bisnis / kegiatan lain yang berhubungan degan profesi misalkan olahragawan, peserta seminar, dsb. 2) Resort Hotel Salah satu bentuk akomodasi bagi wisatawan yang berlibur. 3) Pleasure Hotel Pengunjung hotel pada umumnya menginap dengan tujuan untuk bersenang-senang dan menikmati suasana serta fasilitas hiburan dari pihak hotel. 4) Country Hotel Hotel bagi tamu antar antarnegara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
5) Research Hotel Hotel yang menyediakan akomodasi bagi tamu yang menginap dengan tujuan mengadakan penelitian / riset. 6) Sport Hotel Hotel di mana pengunjung pada umumnya adalah olahragawan. d. Penggunaan Hotel berdasarkan Jumlah Kamar yang tersedia 1) Hotel kecil
: jumlah kamarnya antara 10 – 49 kamar.
2) Hotel menengah
: jumlah kamarnya antara 50 - 100 kamar.
3) Hotel besar
: jumlah kamarnya lebih dari 100 kamar.
e. Hotel berdasarkan Kesibukan Lalu Lintas 1) Hotel Lintas (Highway / Motor Hotel / Motel) Hotel yang terletak sepanjang jalur antarkota dengan fasilitas utama sara parkir kendaraan yang letaknya dekat dengan kamar – kamar yang disewakan. 2) Hotel Station Hotel yang terletak dekat dengan tempat transportasi darat. 3) Hotel Pelabuhan Hotel yang terletak di pelabuhan dan difungsikan sebagai pendukung aktivitas pelabuhan. f. Hotel berdasarkan Sistem Operasi 1). Chain Hotel Operation Hotel yang beroperasi secar berantai pada beberapa kota besar di beberapa negara denga tetap memakai satu nama. 2). Federal Operation Sistem Beberapa perhotelan yang bersatu dengan tujuan agar dapat saling memberi informasi dan bantuan kepada yang lain. 3). Franchised Operation Sistem Beberapa perhotelan secar bersama menunjuk suatu badan yang menjadi induk dan bertindak sebagai wakil mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
g. Hotel Sistem Bintang Hotel berbintang 1, 2, 3, 4,5 ditetapkan oleh Menteri Perhubungan RI berdasarkan penilaian oleh tim penilai dan Dirjen Pariwisata selama 3 tahun sekali. Penilaian tersebut antara lain penilaian persyaratan fisik mengenai kondisi lokasi hotel, pelayanan hotel, kualitas tenaga kerjanya (tingkat pendidikan dan kesejahteraan), dan fasilitas-fasilitas lain yang terdapat pada hotel tersebut antara lain seperti fasilitas hiburan, olahraga dan sebagainya. II.1.4. Pelaku Kegiatan dan Organisasi Pengelolaan Hotel a. Pelaku Kegiatan Hotel •
Tamu Hotel Tamu hotel terdiri dari wisatawan yang bertujuan melakukan kegiatan wisata atau kegiatan bisnis di kota Surakarta, dengan kegiatan utamanya antara lain istirahat, makan – minum, rekreasi.
•
Pengelola Pengelola adalah orang yang mengelola fasilitas hote dapat berlangsung baik, seperti: - Melakukan kegiatan administrasi hotel. - Memberikan pelayanan bagi para tamu hotel. - Melakukan perawatan unit kamar.
b. Organisasi Pengelolaan Hotel Pada dasarnya susunan organisasi pengelolaan hotel mempunyai persamaan karena setiap hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama yaitu pelayanan penginapan, makanan dan minuman. Secara umum pembagian organisasi ruang hotel dapat dibedakann menurut fungsi, sifat maupun standart internasional. Pembagian organisasi ruang menurut fungsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Public Space
Recreation and Sport Space Food and Beverage Space
Consession & Rentable Space
Guest Room Space
General Service Space
Diagram II.1. Organisasi ruang menurut fungsi (Sumber : Analisa Pribadi) •
Public Space, kelompok ruang untuk umum termasuk lobby utama dan front office serta function room.
•
Consession and rentable space, kelompok ruang yang disewakan untuk melayani keperluan tamu hotek dan juga usaha bisnis lainnya yang terpisah dari kegiatan hotel.
•
Food and beverage space, kelompok ruang yang melayani bagian makan dan minum bagi tamu yang menginap maupun yang tidak mengianap, disamping juga melayani bagi keperluan function room dan termasuk kelompok ini adalah restaurant, coffe chop, bar, kitcen dan gudang.
•
General Service space, kelompok ruang pelayanan meliputi bagian penarimaan, storage employee’s room, employee dining room, laundry, linen room, house keeping, maintenance, dll.
•
Guest Room Space, kelompok yang terdiri daei ruang tidur bagi tamu yang menginap yang dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur, toilet, koridor, lift dan perlengkapan lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
•
Recreation and sport space, kelompok fasilitas rekreasi dan olahraga yang biasanya diprioritaskan untuk tamu hotel yang memerlukan selain itu terbuka bagi masyarakat luar. Pembagian Organisasi Ruang menurut sifatnya
Bed Room
Public Room
Service Room
Diagram II.2. Organisasi ruang menurut Sifat (Sumber : Analisa Pribadi) •
Public Room, kelompok ruang yang dipakai untuk keperluan umum seperti lobby utama, front office, restaurant, recreation, and sport centre, function room, and rentable room.
•
Bed room, kelompok ruang yang sifatnya melakukan pelayanan yaitu kitchen, laundry, linen, general store, house keeping, maintenance, dll.
II.1.5. Waktu Operasional Hotel Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi 24 jam, dengan spesifikasi kegiatan : •
Waktu aktifitas penerimaan tamu
: 24 jam
•
Waktu aktifitas clening service and laundry
: 07.00 – 17.00
•
Waktu aktivitas kantor
: 08.00 – 17.00
•
Waktu aktifitas Shopping mall
•
Waktu aktifitas keamanan
commit to user
: 09.00 – 21.00 : 24 jam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
II.1.6. Sistem Penilaian Hotel World Trade Organization telah menetapkan beberapa persyaratan dan sistem klasifikasi untuk dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas atau tingkatan sebuah hotel. Persyaratan – persyaratan dan sistem klasifikasi tersebut telah digunakan oleh banyak Negara. Di Indonesia ada instansi yang berwenag dalam hal itu yaitu Dirjen Pariwisata dan menentukan persyaratan – persyaratan sesuai dengan kondisi lokal. a. Penilaian World Trade Orrganization (WTO) Sejak tahun 1962 telah menetapkan sistem penggolongan hotel yang telah diterima secara universal. Proposal yang sama telah diajukan oleh IHA (International Hotel Association). Confederation of National and Restaurant association (HOTREC) atau konfederasi hotel nasional dan asosiasi restaurant Negara – Negara Eropa menemukan
sistem
alternative menggunakan symbol untuk mewakili fasilitas yang ada tanpa klasifikasi. Pada tahun 1995 terdapat lebih dari 100 sistem klasifikasi yang beroperasi mayoritas berdasarkan standar WTO, tetapi disesuaikan dengan kondisi lokal. Sistem yang telah meluas dibagi dalam 2 grup, yaitu klasifikasi resmi dan penilaian bebas. Klasifikasi resmi merupakan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, biasanya oleh menteri pariwisata. Hal tersebut merupakan syarat wajib untuk pendaftaran atau pemberian ijin. Untuk penilaian bebas dilakukan dengan cara hotel diperiksa dan dinilai oleh asosiasi perhotelan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tingkat sebuah hotel menurut WTO adalah : •
Infrastruktur lokal Persyaratan dasar, seperti suplai air bersih, sanitasi dan pengeramikan perlu dispesifikasi di Negara – Negara berkembang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
•
Kulaitas keseluruhan Beberapa perusahaan memiliki cirri- cirri yang istimewa baik itu sejarah, lokasi dan karakter. Beberapa pola berdasarkan poin berharga tersebut.
•
Dasar yang sesungguhnya Seluruh pola mempertimbangkan factor yang nyata seperti ruangg, fasilitas, cirri – cirri dan penyediaan pelayanan. Aspek kulaitatif seperti penampilan dan pelayanan pribadi yang melibatkan penilaian subjektif cenderung lebih bervariasi.
•
Lokasi dan kebutuhan pasar Persyaratan pengguna untuk hotel resort berbeda dengan hotel di pusat kota. Standar yang terpisah dapat diterapkan.
•
Perawatan Kualitas hotel tergantung pada kebersihan dan perawtan yang mampu menghalangi kenyamanan dan keamanan, namun sulit untuk dimonitor. Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, WTO memberikan
penilaian secara umum bagi sebuah hotel yaitu : •
Hotel dengan fasilitas dasar yang baik dan menjamin kenyamanan akomodasi. Pelayanan makanan dibatasi pada hotel ini. Termasuk golongan ini adalah hotel pribadi kecil.
•
Hotel yang memiliki standar – standar akomodasi yang lebih tinggi dan memiliki fasilitas lebih untuk kenyamanan bagi tamu. Termasuk golongan ini adalah hotel pribadi.
•
Hotel yang amat baik dengan akomodasi yang nyaman kebanyakan dengan kamar mandi pribadi. Fasilitas dan minum disediakan secara lengkap pada hotel ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
•
Hotel kualitas tinggi dilengkapi dengan furniture dan perlengkapan standar kenyamanan tinggi, pelayanan yang luas untuk tamu dan pengunjung.
•
Hotel luar biasa dengan kulaitas akomodasi perlengkapan khusus dengan standar kenyamanan internasional menyediakan kenyamanan dan keleluasaan.
b. Penilaian Dirjen Pariwisata Dirjen Pariwisata telah menetapkan persyaratan – persyaratan penilaian yang digunakan untuk menentukan klasifikasi bintang bagi sebuah hotel yaitu : •
Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan.
•
Bentuk pelayanan yang diberikan.
•
Jumlah kamar minimum yang tersedia.
•
Kulifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan
karyawan. •
Fasilitas olahraga dan rekreasi. Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, maka klasifikasi
bintang yang ditetapkan bagi sebuah hotel adalah : 1. Hotel Bintang I a. Jumlah kamar minimum 10 kamar b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum: Kamar single
: 18 m2
Kamar double
: 20 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, ruang makan (luas lantai minimal 30 m2) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga 2. Hotel Bintang II a. Jumlah kamar minimum 14 kamar + 1 suite room
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum: Kamar single
: 20 m2
Kamar Doule
: 24 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, bar, ruang makan (luas lantai minimal 36 m2) d. Pelayanan ; akomodasi + penitipan barang berharga. 3. Hotel Bintang III a. Jumlah kamar minimum 28 kamar + suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single
: 24 m2
Kamar double
: 28 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby, bar (minimal 25 m2), ruang makan (minimal 72 m2) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + portal service + antar jemput. 4. Hotel Bintang IV a. Jumlah kamar minimum 47 kamar + 3 suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single
: 24 m2
Kamar duble
: 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby, bar (minimal 40 m2), ruang makan (minimal 100 m2) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry cleaning dalam waktu 24 jam. e. Fasilitas penunjang antara lain : Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur Ruang laundry minimal 40 m2 Dry cleaning minimal 20 m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan. f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall, fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat. 5. Hotel Bintang V a. Jumlah kamar minimum 96 kamar +4 suite room b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum Kamar single
: 24 m2
Kamar duble
: 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby, bar (minimal 75 m2), ruang makan (minimal 135 m2) d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry cleaning dalam waktu 24 jam. e. Fasilitas penunjang antara lain : Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur Ruang laundry minimal 30 m2 Dry cleaning minimal 20 m2 Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan. f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall, fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat. II.1.7. Organisasi Fungsional Hotel Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain: •
Private area Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti kamar pada hotel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
•
Public area Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya.
•
Semi Public area Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama karyawan administrasi, ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang tertentu yang dapat memasukinya.
•
Service area Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain: •
Front of the house (sektor depan hotel) Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of the house yaitu: A. Guest Room Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap. B. Public Space Area Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya. Lobby Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby: o Entrance hall
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka dengan besaran ruang yang cukup luas. o Front desk / Reception desk Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk memproses dan mengelola administrasi pengunjung. o Guest elevator Sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas. o Sirkulasi Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan pengunjung. o Seating Area Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar berbincangbincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya kontak sosial di antara pengunjung. o Retail Area Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari o Bell man Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau hendak
meninggalkan
hotel
dengan
pelayanan
berupa
membawakan koper-koper pengunjung. o Support function Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lainlain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
o Consession space Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari: - Travel agent room - Perawatan kecantikan / salon - Toko buku dan majalah - Money changer - Souvenir shop - Toko-toko khusus Food and Beverages outlets Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman berupa : •
Restoran
•
Coffee shop
•
Lounge
•
Bar
Ruang Serbaguna Yaitu ruangan yang disediakan untuk berbagai macam penemuan antara lain: •
Pameran
•
Seminar
•
Pertemuan / pernikahan
Area rekreasi Daerah yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi, berolah raga, santai dan lain-lain, yang antara lain: •
Swimming pool
•
Food court
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
•
•
Retail area
•
Kolam dan kanal buatan , Amphitheatre + Dancing Fountain
•
Taman
•
Sarana olahraga
•
Fitness
•
Spa dan Sauna
Back of the house (sektor belakang hotel) Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu: Daerah dapur dan gudang (food and storages area) Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman. Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan. Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash and general storage area) Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dan ke dalam mobil pengangkut. Daerah pegawai / staff hotel (employees area) Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk karyawan, gudang, dll. Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area housekeeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang, tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk melayani tamu hotel. Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan. Yang harus diperhatikan adalah bahwa ruang publik juga harus berhubungan dengan ruang pelayanan dan mempunyai batas yang jelas, sehingga bagian publik tidak terganggu dengan aktivitas servis. Untuk itulah, penzoningan berdasarkan jenis area sangat penting.
Hotel Kamar Tamu Administrasi Public space
Lobby F&B outlet
Area rekreasi
R. serbaguna
Area parkir
Diagram 2.3 Penzoningan Area Privat, Publik dan Semipublik pada Hotel Sumber: Analisis Pribadi
II.1.8. Karakter Pengunjung Hotel Menurut tujuan kedatangannya, pengunjung hotel terbagi dua, yaitu untuk tujuan bisnis dan wisata. Karakteristik pengunjung hotel dapat dibagi atas: Tabel 2.1. Karakteristik pengunjung hotel: Jenis Pengunjung
Karakter
Tujuan
Tipe kamar
Pengunjung
Bisnis
Group
Single double
atau Konvensi dan konferensi
Menginap 2-4 Perkumpulan
commit to user
King, doubledouble
twin,
Kamar mandi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
memiliki area ganti 75% pria, 25% Rapat pelatihan pakaian Terdapat area kerja dan perdagangan wanita yang baik Harga tidak dipermasalahkan profesional
malam
Perorangan
Kerjasama Menginap 1-2 bisnis Perdagangan malam
Single
85% pria, 15% Konvensi dan konferensi wanita
King
Kamar mandi standar dengan shower
Terdapat area kerja
Sangat memperhitungkan biaya
Wisata
Keluarga
Liburan Double-plus (termasuk anak- keluarga anak) Bertamasya 1-4 malam, Olahraga, bahkan lebih lama aktivitas keluarga di area resort
Harga
Area duduk dan televisi
Kamar mandi
Memiliki balkon, teras, dan jalan masuk dari luar
menengah
Pasangan
Double-double, king, sofa, kamar berdekatan
Tour, clubs, King perkumpulan 1-7 malam Area makan dan Bertamasya kerja Harga Areapenyimpanan menengah ke atas Teater,berolahraga Kamar mandi Double
Liburan pekan
akhir
Belanja, liburan
Single
Single
Tour, clubs,
commit to user
Queen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
muda
Profesional perkumpulan Budaya, seni, Harga teater
berbelanja
menengah ke atas
Area makan dan kerja
Kamar
mandi
standar
II.1.9. Perkembangan Hotel di Indonesia Dalam buku Hotel Management, Sihite (2000:63) mengatakan hotel berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari tempat asalnya. Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah hotel-hotel di Indonesia. Menurut buku Pariwisata Indonesia dari Masa ke Masa, tercatat hotelhotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya : •
Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal dan Hotel Rijswijk.
•
Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan Hotel Oranje.
•
Semarang, berdiri Hotel Du Pavillion.
•
Malang, Palace Hotel.
•
Solo, Slier Hotel.
•
Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang Hotel Garuda )
•
Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel ( kini Hotel Panghegar ).
•
Bogor, Hotel Salak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
•
Purwokerto, Hotel de Boer dan Hotel Astoria.
•
Makasar, Grand Hotel dan Staat Hotel. Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran
hotel di Indonesia sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya beberapa manajemen hotel international yang banyak merambah ke kota-kota besar di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah arsitektur hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan inovatif. Hal ini menjadi satu tolak ukur sejarah baru untuk hotel di Indonesia. Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara, antara lain: •
Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat
•
Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih teknologi
II.1.10. Perkembangan Hotel di Purwokerto Perkembangan hotel di Purwokerto mengalami pertumbuhan yang sangat baik, tercatat ada beberapa hotel berbintang dan berskala internasional yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di Purwokerto, salah satunya adalah Hotel Aston yang dibangun dengan investasi 50 milliar, jumlah yang sangat fantastis dan ini mungkin sudah diperhitungkan oleh investornya yang percaya akan perkembangan ekonomi di kota Purwokerto, kebijakan pemerintah daerah yang sangat mendukung dunia investasi merupakan salah satu pemicu yang menarik bagi para investor untuk dapat menanamkan bisnisnya di Purwokerto, kemudian ada juga Hotel Santika walaupun pembangunannya agak terhenti mudah-mudahan dapat juga tetap dilanjutkan dan terselesaikan pada akhirnya. Sementara untuk hotel-hotel yang telah beroperasi, ada beberapa yang tengah berbenah dan mengembangkan usahanya antara lain Hotel Wisata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Niaga yang terletak di jalan Merdeka dan Hotel Astro yang sedang mempercantik diri dengan fasilitas pendukung seperti café, tempat karaoke, billiard dan ruang meeting. Purwokerto merupakan
kota yang cukup pesat pertumbuhan
ekonominya setelah kota Semarang dan kota Solo, sehingga sarana pendukung seperti hotel sangat dibutuhkan sebagai sarana penunjang kegitan bisnis di kota Purwokerto, meskipun boleh dibilang cukup banyak hotel di Purwokerto, diperkirakan ada sekitar 170 hotel baik yang berkelas bintang sampai yang melati, semua dapat hidup dan beroperasi dengan baik, ini menandakan perekonomian Purwokerto sangat kondusif. Adapun daftar hotel yang berada di Purwokerto berdasarkan bintang antara lain: Tabel 2.2. Daftar Hotel di Purwokerto Nama Hotel
Bintang
Alamat
Dynasti Hotel
***
Jl. Dr Angka No. 11 Purwokerto
Queen Garden Hotel
***
Jl. Baturaden Munegangsari, Purwokerto
Rosenda Hotel
***
Jl. Pariwisata Baturaden
Borobudur Hotel
*
Jl. Yos Sudarso No. 32, Purwokerto
Palapa Hotel
*
Jl. S. Parman, Purwokero
Puri Wisata Hotel
Jl. Raya Baturaden
Astro Hotel
Jl. Suparjo Rustam Km. 4 Purwokerto
Cendrawasih Hotel
Jl. Jend. Sutoyo, Purwokerto
Mutiara Hotel
Jl. Gatoto Subroto No. 70, Purwokerto
Darajati Hotel
Jl. HR. Bunyamin Purwokerto
Wisata Niaga Hotel
Jl. Merdeka Purwokerto
Atrium Resort and Hotel
Jl. Supardjo Rustam Purwokerto
Green Valley Hotel
Jl. Raya Baturaden km. 8 Purwokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Moro Seneng Hotel
Jl. Raya Baturaden km. 13
Ardi Kencana Hotel
Jl. Raya Baturaden
Perhutani Alam Wisata
Jl. Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturaden
Resort Prima Hotel
Jl. Pariwisata Baturaden
Madurodam Hotel
Jl. Pariwisata 99, Baturaden
Asri Hotel
Jl. Raya Baturaden
Orlando Hotel
Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Teratai Mas Hotel
Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Pandawa Hotel
Jl. Gatot Subroto No. 08
Tiara Hotel
Jl. Jend. S. Parman No. 130, Purwokerto
Wijaya Hotel
Jl. Gerilya Timur, Purwokerto
Anggrek Hotel
Jl. Dr. Soeparno No. 100
Cahya Nirwana Hotel
Jl. Kol. Sugiono P, Purwokerto
Fatmaba Hotel
Jl. Kedungbulu, Ajibarang
Arya Guna Hotel
Jl. Raya Buntu
Kelapa Gading Indah
Jl. Raya Timur No. 1317,
Sumber: http://hotelpurwokerto.com
II.2.TINJAUAN SHOPING MALL II.2.1. Pengertian Terdapat beberapa pengertian shopping mall, yaitu: •
Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki; berbentuk
pedestrian
dengan
kombinasi
plaza
dan
ruang-ruang
interaksional (Rubinstein, 1978). •
Shopping mall adalah shopping mall yang berintikan satu atau beberapa departemen store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antarpengunjung dan pedagang ( Maitland, 1987). •
Shopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur menjadi sebuah unit operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, 1997).
II.2.2. Klasifikasi Shopping mall II.2.2.1. Menurut Bentuk Fisik Pusat Perbalanjaan dapat digolongkan dalam tujuh bentuk, yaitu: 1. Shopping Street, yaitu deretan pertokoan di sepanjang sisi jalan. 2. Shopping Centre, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand (toko) yang disewakan atau djual. 3. Shopping Precint, yaitu komplek pertokoan dengan stand menghadap ke ruang terbuka yang bebas dari kendaraan. 4. Departement Store, merupakan toko yang sangat besar, biasanya terdiri dari beberapa lantai yang menjual macam-macam barang termasuk pakaian. Perletakkan barang-barang memiliki tata letak yang khusus, memudahkan sirkulasi dan memberikan kejelasan akses. Luas lantai berkisar 10000-20000 m2. 5. Supermarket, mempunyai toko-toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan sistem self service. Area penjualan makanan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
melebihi 15% dari seluruh area penjualan. Luas lantai berkisar 10002500 m2. 6. Department
store
dan
supermarket,
merupakan
bentuk-bentuk
perbelanjaan modern dengan penggabungan dua jenis perbelanjaan. 7. Super store merupakan toko satu lantai yang menjual macam-macam barang kebutuhan sandang dengan sistem self-servixe dengan luas 50007000 m2 dan luas area penjualan maksimum 2500 m2. 4 II.2.2.2. Menurut variasi barang yang dijual5 1. Speciality Shop, pertokoan yang menjual hanya satu jenis barang. 2. Variety and General Household Store, pertokoan yang menjual dengan harga murah. 3. Super Market, pertokoan eceran yang sebagian besar menjual makanan dan dilengkapi dengan barang-barang rumah tangga. 4. Hyper Market, pertokoan yang menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga dengan harga relative murah, swalayan dalam jumlah besar dan pembayaran kontan. 5. Departement Store, usaha penyediaan kebutuhan masyarakat mulai dari jenis makanan kepada peralatan dan bahan kebutuhan rumah tangga serta jasa. II.2.2.3. Menurut jenis barang yang diperdagangkan6 1. Convenience Store, toko yang menjual barang kebutuhan yang bersifat member kesenangan belaka, seperti toko aksesoris dan toko mainan. 2. Demand Store, toko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, missal toko makanan, pakaian.
4
Gruen, Victor, 1960, p-23 Agung 1997, mengutip David Mun, 1981, h-14 6 commit Endin, 1997, mengutip Nadine 1982, h-23 to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
3. Impulse Store, toko yang menjual barang-barang yang sifatnya memberikan penampilan khusus, missal yang menjual parfum, jam tangan, jas. II.2.2.4. Menurut sifat barang yang diperdagangkan7 1. Cair, missal sirup dan makanan botolan. 2. Kering, misal pakaian, ikat pinggang. 3. Tahan lama, missal sepatu, arloji. 4. Mudah rusak, missal buah-buahan, roti. II.2.2.5. Menurut penyajian barang yang diperdagangkan8 1. Table Fixture atau Meja Menerus, biasanya untuk tempat buku-buku. 2. Counter Fixture atau Almari Rendah, missal untuk tempat mainan anakanak. 3. Cases Fixture atau Almari Transparan, missal untuk pakaian sejenis, sewarna dalam keadaan terlipat. 4. Box Fixture atau Kotak Terbuka, missal untuk pakaian-pakaian yang diobral. 5. Rack Fixture atau Rak Terbuka, missal untuk tempat sepatu, peralatan mandi. 6. Hanging Lose atau Almari Penggantung, missal untuk kemeja, jaket, jas. 7. Etalase atau Ruang Peraga, berfungsi untuk memajang pakaian atau produk-produk baru dengan penataan menarik. II.2.2.6. Menurut Sistem Pembelian9 1. Grosir, pertokoan yang menjual barang dalam jumlah besar, transaksi dapat dilakukan di toko dan disana hanya tersedia samplenya saja. 2. Eceran (retail), toko yang melayani penjualan dalan jumlah satuan, jenis ini menawarkan banyak variasi dalam hal barang yang ditawarkan.
7
Guntoro, 1997, Shopping Mall di Lampung ibid 9 Dedy, 1984, dikutip Guntoro, h-20 commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
II.2.2.7. Menurut Lingkup Pelayanan10 1. Neighbordhood Center (Shopping mall Lokal), jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000 penduduk skala lingkungan. Luas area lebih kurang 30.000-100.000
sqq.ft.
(2..87-9.290
m2).
Unit
terbesar
berupa
supermarket atau bersifat eceran. 2. Community Center (Shopping mall Distrik), jangkauan pelayanan antara 40.000-150.000 penduduk dalam skala lingkungan. Luas area lebih kurang 100.000-300.000 sq.ft. unit terbesar berupa junior Departement Store dan jenis-jenis toko. 3. Main Center (Shopping mall Regional), jangkauan pelayanan antara 150.000-400.000 penduduk dalam skala lingkungan. Luas area berkisar antara lebih kurang 300.000-1.000.000 sq.ft. (27.870-92.990 m2). Unit terbesar berupa junior Departement Store, Departement Store dan jenisjenis toko.
II.2.3. Jenis-jenis Mall II.2.3.1. Menurut Rubenstein11 1. Full Mall, terbentuk atas ruas jalan tertutup yang semula digunakan untuk lalu lintas kendaraan, kemudian berkembang menjadi pedestrian atau plaa linier dengan
perkerasan
paving
block
dan
dilengkapi
furnishing
(pepohonan,bangku, lampu, patung/sculpture, dan air mancur). 2. Transit Mall, sebuah transit atau jalur transit merupakan pengembangan dari jalur pergerakkan kendaraan yang hanya memperbolehkan angkutan umum seperti bus taksi. Perparkiran dilarang, area pejalan kaki diperluas dan fasilitas kenyamanan ditambah.
10 11
Gideon Golany, dikutip Guntoro, TA/UII,1997 Rubenstein,Harvey,M.,”Padestrian Malls,Streetscapes,and Urban Spaces”, h-3,4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
3. Semi Mall, pada jenis ini terisi kegiatan lalu lintas namun perparkiran dikurangi. Pola pedestrian berkembang sebagai akibat dipertingginya nilai dengan pola perkerasan paving, pepohonan, perlengkapan jalan (bangku, lampu, dan kenyamanan lain). II.2.3.2. Menurut Mithland12 Open Mall (Mall Terbuka) Mall ini memiliki keuntungan; menghasilkan kesan luas, perencanaan teknis yang mudah. Kerugian dari open mall adalah sulitnya pengaturan suhu kenyamanan (climatic control) dan kesan pewadahan kurang. Enclosed Mall (Mall Tertutup) Keuntungan mall ini adalah kenyamanan klimatik dapat diatur. Kerugiannya adalah mahalnya biaya dan ruangan terkesan sempit. Integrated Mall (Mall Campuran) Mall campuran adalah penggabungan dari open mall dan enclosed mall. Biasa berupa mall tertutup dengan akhiran mall terbuka. Munculnya bentuk campuran ini sebagai antisipasi terhadap keborosan energi dan perencanaan klimatik, mahalnya pembuatan dan perawatan mall tertutup. Mall ini juga berusaha untuk mengkonsentrasikan daya tarik pengunjung pada mall tertutup. II.2.4. Mall sebagai perwujudan kota13 Shopping Mall juga merupakan gambaran dari sebuah kota yang terbentuk oleh suatu elemen-elemen: •
Magnet (Anchor): Merupakan transformasi dari “node” yang dapat berfungsi sebagai land mark. Dalam shopping mall dapat diwujudkan dengan plaza.
•
12 13
Magnet Sekunder:
Maithland,Bary,.”Shopping Malls,Planning and Design”,1978 Rubenstein,Harvey,M.,”Padestrian Malls,Streetscapes,and commit to user Urban Spaces”, h-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Merupakan transformasi dari “district” perwujudannya berupa took pengecer, retail store, supermarket, superstore, dan bioskop. •
Street Mall Merupakan transformasi “path” perwujudan berupa pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet.
•
Landscaping: Merupakan transformasi dari “edge” sebagai pembatas pusat pertokoan di tempat-tempat luar.
II.2.5. Karakter Dasar Shopping Mall Karakter shopping Mall menurut Maithland14 memiliki karakter sebagai berikut: a. Koridor
: tunggal
b. Lebar koridor
: 8-16 meter
c. Lantai
: maksimal 3
d. Parkir
:mengelilingi bangunan mall (tidak ada parkir di dalam bangunan)
e. Pintu masuk
: dapat dicapai dari segala arah
f. Atrium
: disepanjang koridor
g. Magnet
: disetiap akhir koridor (hubungan horizontal)
h. Jarak antar magnet: 100-200 meter
II.2.6. Bentuk Massa Bangunan Shoping Mall Bentuk massa bangunan menentukan pola sirkulasi didalamnya. Bentuk ini sedikitnya akan mempengaruhi sukses tidaknya sebuah mall. Di Amerika Serikat, perencanaan suatu mall biasanya menggunakan bentukbentuk yang sederhana,missal bentuk T, I, atau L. ini sesuai dengan konsep mall yang mempunyai akses ke dalam dengan koridor tunggal, sehingga 14
Dedy, 1994, h-17, dikutip Guntoro
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
semua outlet berpeluang sama untuk dikunjungi. Beberapa contoh kasus shoping mall yang sukses dengan bentuk sederhana di Amerika Serikat adalah: York Dale dengan bentuk L di kota Toronto, Explanade Oxnar dengan bentuk I yang terletak di kota California, dan Franklin Park Mall dengan bentuk T di kota Ohio,Toledo. Di Amerika telah diteliti bahwa dimensi panjang sebuah mall minimal 180 meeter sampai maksimal 240 meter. Ketentuan tersebut tidak mutlak, tetapi dalam perencanaan suatu mall, tidak boleh terlalu panjang karena akan membuat pengunjung merasa lelah berjalan ke ujung mall. Untuk mengantisipasi kelelahan pengunjung biasanya telah direncanakan sebuah anchor/magnet di tempat-tempat tertentu dengan jarak antara lebih kurang 100-200 meter. Anchor tersebut dapat berupa: square, courts, food court atau tempat-tempat santai lainnya yang dimaksudkan supaya pengunjung dapat melupakan kelelahan dan melanjutkan sampai ke ujung mall. Anchor tersebut minimal 10% dari total luas lantai dengan pertimbangan total area mewadahi keluberan (termasuk court dan square). Perencanaan mall biasanya juga cenderung horizontalism dengan penetapan takaran arsitektur seperti proporsi,skala, simetri, balance, dan dimensi yang dapat diterapkan kedalam fisik bangunan.
II.2.7. Fasilitas yang biasa terdapat pada suatu Mall: •
Sport Center
•
Cinema/Cineplex/Theater
•
Community Hall
•
Swimming Pool
•
Disco/Scate/Ice Scate
•
Medical Centre
•
Area Bermain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
II.2.8. Pelaku Kegiatan dalam Shopping Mall Pelaku dalam kegiatan Shopping Mall terbagi atas: a.
Pengunjung
b.
Tenant atau penyewa
c.
Supplier
d.
Pengelola
Bagan pelaku dan kegiatan dalam Shopping Mall Bangunan Shopping Mall
Pengunjung Tujuan Belanja Rekreasi Jalan-jalan Makan :
Penyewa Dept.Store Supermarket Book Store Retail-retail
Suplier Memasok barang yang dibutuhkan oleh Tenant
Diagram II.4. Pelaku dan Kegiatan dalam Shopping Mall (Sumber: Analisa Pribadi)
II.2.9. Jenis-jenis Kegiatan Kegiatan pelayanan untuk tenant dan supplier antara lain: •
Distribusi barang
•
Penyimpanan dan penyajian barang
•
Kegiatan perpindahan dan pergerakkan pelaku
Kegiatan pengelola antara lain: •
Kegiatan operasional
commit to user
Pengelola Meliputi: General Manager Staff-staff: Sales and Marketing Administrasi Accounting Cleaning Service Main. Building Security
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
•
Kegiatan manajemen
•
Kegiatan pemeliharaan
II.2.10. Tinjauan Shopping Mall 1. Mall sebagai fasilitas sebuah kota Pusat kota dapat terbentuk oleh hadirnya sebuah fasilitas komersial yang mampu menjadi generator kota. Mall perbelanjaan merupakan satu elemen pembentuk struktur komersial kota. Suatu bentuk mall yang berhasil tidak dapat dipisahkan dari area pusat kota dan kota secara keseluruhan (Frederick Gibbert, 1959). Selain itu, mall juga tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat yaitu mudah dijangkau baik dengan berjalan kaki, berkendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum. 2. Mall sebagai fasilitas penunjang Melihat makin banyaknya bisnis usaha yang terdiri dari grosir dan retail, macam-macam industry kota formal, maupun informal menuntut suatu sarana untuk menyampaikannya kepada masyarakat. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dibangun sebuah mall perbelanjaan yang didalamnya dapat menampung semua bisnis usaha tersebut diatas dan untuk sarana semua golongan lapisan masyarakat. Oleh karena itu, dalam perencanaannya mall perbelanjaan harus benar-benar menjadi shopping mall yang modern, mudah, nyaman, aman, dan fleksibel. 3. Mall sebagai sarana rekreasi Pengertian dari rekreasi adalah bersenang-senang; menciptakan kembali. Maksudnya adalah menciptakan suasana baru setelah melakukan pekerjaan. Daya tarik mall adalah terletak pada keanekaragaman fungsi yang dipadukan dengan desain perilaku control sehingga menciptakan suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
kedinamisan antara fungsi-fungsi tersebut. Keanekaragaman fungsi komersial yang terdiri atas barang dan jasa mampu menarik pengunjung untuk dapat melakukan kegiatan dalam satu tempat dan waktu. Sehingga pengunjung dapat merasakan sarana rekreatif tersebut dan menjadi hiburan tersendiri meskipun tidak melakukan aktivitas belanja.
II.3. TINJAUAN ARSITEKTUR HIJAU II.3.1. Pengertian Arsitektur Hijau Arsitektur hijau memiliki arti seni dan ilmu merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencangkup merancang secara keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil–hasil proses perancanggan tersebut. ( sumber www.wikipedia.com)
Dalam pengertian yang lebih mendalam, arsitektur hijau berarti wawasan arsitektur yang memadukan tidak hanya nilai arsitektur umum (kekuatan, fungsi, kenyamanan, biaya, estetika) tetapi juga dimensi–dimensi lingkungan berdasarkan kepedulian tentang lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energi efficient), Pola berkelanjutan (sustainable), dan pendekatan holistic (holistic approach untuk meminimalkan kerusakan– kerusakan yang terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
II.3.2. Makna dan lambang Arsitektur Hijau
Gambar 2.1.Lambang Arsitektur Hijau (Sumber : www.wikipedia.com)
Lambang di atas memiliki arti sederhana yaitu : 1. Recycle Pengolahan kembali, yaitu mengupayakan apapun yang digunakan dan dihasilkan pada proses membangun akan dapat diolah untuk didaur ulang agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan orang lain. 2. Reduce Mengurangi
pemanfaatan
barang–barang
yang
berasal
dari
alam.
Pengurangan yang dilakukan akan memberi pengaruh secara global, baik itu keberadaan materi itu sendiri di bumi secara kuantitas maupun pengaruhnya terhadap energi saving yang dengan sendirinya berlangsung. 3. Reuse Penggunaan kembali, yaitu pemanfaatan kembali material yang telah ada, tanpa menekankan ego dalam pemanfaatan material baru akan menghemat energi content yang terbuang. II.3.3. Perlunya Arsitektur Hijau Mengapa harus menggunakan arsitektur hijau? Tentu saja ada banyak alasan. Meskipun biaya arsitektur hijau hampir sama dengan bangunan konvensional, tetapi arsitektur hijau lebih estetis, nyaman, dan biaya operasiionalnya relatif rendah. Arsitektur hijau lebih merespon terhadap panas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
dingin, atau pencahayaan dalam bangunan. Karena mengkonsumsi sedikit energi, arsitektur hijau lebih sedikit polusi. Biaya utilitas yang rendah membuatnya lebih mudah untuk dipenuhi. Selain itu, arsitektur hijau lebih sehat karena hampir dari 80% waktu dari penghuni bangunan dihabiskan di dalam bangunan. Beberapa alasan untuk selalu menggunakan arsitektur hijau dalam mendesain bangunan yaitu: 1. Menguntungkan dari segi ekonomi Arsitektur hijau selalu berusaha menggunakan prinsip – prinsip efisiansi terhadap energi, air, maupun limbah. Hal ini menurunkan biaya operasional dan perawatan banguanan. Berbagai keuntungan – keuntungan tersebut mendorong kesadaran masyarakat untuk menggunakan desain dengan prinsip arsitektur hijau. Dalam berbagai proyek bangunan seperti perumahan dengan konsep green architecture, ternyata lebih laku dibanding perumahan dengan bangunan konvensional, sehingga lebih menguntungkan bagi pengembang. 2. Menghemat konsumsi energi Dalam ukuran yang sama arsitektur hijau akan lebih hemat energi jika dibanding dengan bangunan konvensional. Pengurangan energi hingga 50% cukup mudah dicapai, dan pengurangan sebesar 80%-90% dapat dicapai apabila bangunan didesain dengan baik. 3. Meningkatkan Produktivitas Dalam bangunan yang mewadahi para pekerja, penggunaan arsitektur hijau dapat meningkatkan produktivitas sebesar 6% -15% bahkan lebih. Hal ini dikarenakan kualitas ruangan yang tercipta lebih baik sehingga para pekerja merasa nyaman dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
4. Ramah terhadap lingkungan Desain yang kurang sesuai dapat merusak lansekap, mengurangi produksi hasil pertanian dan merusak habitat liar. Penggunaan arsitektur hijau akan menjaga habital alami dan kealamian lansekap. Penggunaan material secara efisien juga dapat mengurangi kerusakan hutan yang berdampak buruk terhadap lingkungan. 5. Meningkatkan kesehatan Bangunan dengan desain yang kurang baik dapat menurunkan kualitas kesehatan penghuninya. Penyakit–penyakit yang ttimbul misalnya; sakit mata, sakit kepala, sakit telinga, flu yang diakibatkan pencahayaan yang kurang, kulaitas penghawaan yang kurang baik, sistem akustik yang buruk. Dalam arsitektur hijau digunakan pencahayaan alami yang dikombinasikan
dengan
pencahayaan
buatan,
penghawaan
alami,
penggunaan material yang bebas racun, dan desain struktur yang ramah lingkungan sehingga gangguan kesehatan akibat kualitas bangunan dapat dikurangi.
II.3.4. Unsur Pokok dalam Arsitektur Hijau Unsur pokok dalam arsitektur hijau mengacu pada pola manusia tradisional yang mengenal empat unsure yang menjadi dasar dari penyusunan segala jenis material yang ada di alam. Elemen – elemen tersebut dianggap sebagai pokok permasalahan dari hubunga timbale balik antara arsitektur (bangunan) dengan lingkungan. Keempat unsur itu yaitu : 1. Bumi (Tanah) Merupakan sumber bahan bangunan baik bahan bangunan tradisional seperti batu, pasir, tanah liat, logam, sulfur, ataupun bahan bangunan modern seperti semen Portland untuk bahan dasar beton, baja, kaca, alumunium, plastic dan bahan sintesis lainnya. Setiap bahan bangunan pada dasarnya merupakan pinjaman yang pada kemudian hari harus kita kembalikan lagi kepada alam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Manusia pada generasi sekarang harus dapat mempersiapkan generasi yang akan datang agar mampu mengembalikan atau mempertahankan bahan bangunan tersebut agar tidak mengalami kerusakan. 2. Udara Udara merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup untuk bernafas agar tetap hidup. Makin tercemar udara, pernafasan akan semakin sulit dan kualitas kehidupan manusia akan menurun. Polusi udara juga berdampak buruk pada lingkungan yaitu timbulnya ozon dan pemanasan global. 3. Air Bumi ini terbentuk dari daratan dan perairan. Perairan yang terdiri atas lautan, sungai – sungai, lapisan es pada kutup, serta air bawah tanah mempunyai volume yang dominan yaitu sebesar 1,384 x 106 km3. Dan banyaknya air tersebut 97,4 % merupakan air asin dan 2,6 % merupakan air tawar. Penggunaan air yang berlebihan serta pencemaran yang terus menerus mengakibatkan penurunan kualitas air. 4. Api (energi) Energi selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk melakukan aktifitasnya. Pembangkitan energi selalu membebani lingkungan alam. Energi dapat digolongkan menjadi dua yaitu energi yang dapat diperbaharui dan energi yang tidak dapat diperbaharui.
II.3.5. Hemat Energi Dalam mendesain atau merancang bangunan sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan pembiayaan pada operasional bangunannya saja, tetapi juga mempertimbangkan pada pembiayaan awal pembangunan dan proses pembuatannya. Desain bangunannya juga hatus mampu memodifikasi iklim lingkungan sekitarnya agar dapat berguna dalam bangunan bukan dengan merubah lingkungan yan sudah ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
a. Strategi perancangan bangunan hemat energi: 1. Lokasi site -
Ketinggian lokasi yang berpengaruh pada pemanfaatan angin dan sinar matahari
-
Pemanfaatan potensi lingkungan semaksimal mungkin
-
Pemanfaatan topografi, dimensi, dan aliran air tanah
2. Perletakan dan orientasi bangunan -
Pemanfaatan panjang bangunan pada sumbu timur dan barat
-
Perancangan overhang pada sisi-sisi riskan bangunan
-
Perletakan ruang-ruang servis pada area beban tinggi (barat)
-
Mengurangi bukaan langsung arah barat
-
Penanaman vegetasi sebagai peneduh dan penyegar ruang pada area penerima beban panas dan angin yang besar
3. Penyediaan pergantian ruang -
Menyediakan ventilasi yang bekerja terus menerus
-
Meletakkan ruang-ruang berjendela dengan pertimbangan ventilasi silang
-
Apabila ruang dirancang menggunakan AC, minimalkan volume ruang, dan hindari bukaan langsung
4. Elemen bahan bangunan untuk atap, dinding, dan lantai -
Pemilihan bahan lokal yang sudah mempunyai kemampuan adaptasi terhadap iklim lokal
-
Ketahanan bahan pada akibat-akibat tak terduga dalam operasional bangunan
-
Kemudahan dan ketahanan dalam pemasangan
-
Kesesuaian biaya yang tersedia
5. Pemilihan struktur dan konstruksi bangunan -
Pertimbangan kondisi tahan gempa
-
Pertimbangan kondisi tahan angin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
-
Pertimbangan kondisi tahan api
6. Program dan penataan massa bangunan -
Penentuan jumlah dan bentuk serta ketinggian massa yang tidak mengurangi potensi alam
-
Perletakan tidak menghambat laju angin
-
Perletakan tidak menghalangi ruang lain untuk mendapatkan sinar matahari kecuali memang tidak diperlukan
-
Perletakan tidak mengganggu akses ke ruang lain
7. Utilitas dan perabot penunjang kegiatan -
Pertimbangan sistem utilitas dari awal, instalasi plumbing, dan sanitasi, listrik, dan lain-lain.
-
Sesuaikan perabot dengan luasan dan volume peruangan yang ada
-
Ruang-ruang khusus (KM/WC, kamar mandi,dan lain-lain) yang membutuhkan instalasi khusus, hendaknya diperhitungkan dari awal.
b. Tidak menggunakan material yang merusak lingkungan Material yang dianggap hijau biasanya termasuk dalam bahan bangunan yang dapat diperbaharui seperti bahan tanaman bambu, jerami dan kayu yang berasal dari hutan yang bersertifikat dan harus dikelola secara lestari, EPA (Badan Perlindungan Lingkungan Hidup) menyarankan untuk menggunakan barang industri daur ulang, seperti pembongkaran puing dalam proyek konstruksi. Bahan bangunan harus diolah kembali tetap pada penggunaan energi hijau dalam bangunan. c. Terdapat ruang terbuka hiijau dalam bangunan Kota-kota di Indonesia memiliki masalah dengan keterbatasan lahan untuk Runag Terbuka Hijau (RTH). Dimana lahan sudah habis terbangun karena sifat land hungry (lapar lahan), yaitu sifat mengkonsumsi lahan perkotaan untuk dijadikan built-space (lahan terbangun). Akibatnya jumlah lahan terbuka hijau makin lama makin berkurang. memperoleh lahan terbuka hijau.
commit to user
16
menurut Evawani untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Mal Namba Park Jepang, atap hijau Namba Park dapat mengurangi panas dan menurunkan suhu di permukaan hingga 170 celcius. Hal ini mengurangi penggunaan energi listrik untuk mendinginkan suhu ruang. Selain itu dapat berfungsi sebagai ruang rekreasi untuk menikmati hijaunya taman. Suasana yang hijau dan nyaman dapat menurunkan stress bagi pengguna bangunan.17 Adapun fungsi dari ruang hijau (vegetasi), antara lain: -
Sebagai zona relaksasi dan zona hijau hunian
-
Sebagai penyedia oksigen
-
Sebagai filter
-
Sebagai penahan air, yang dapat disimpan (sebagai cadangan air saat musim hujan) Di bawah ini terdapat tiga klasifikasi jenis tanaman pada suatu taman atau ruang hijau dalam sebuah kawasan dan atau bangunan, yaitu:
-
Tanaman kering, merupakan tanaman gurun yang membutuhkan sinar matahari tinggi, sedikit air, dan tingkat kelembapan yang rendah. Yang termasuk jenis tanaman kering antara lain jenis-jenis kaktus.
-
Tanaman air, merupakan tanaman yang media hidup utamanya yaitu air. Yang termasuk dalam jenis tanaman air antara lain Nymphaea (teratai), Cyperus papyrus (papyrus), Nulembo nucifera (lotus), Equisentum hyemale (paku ekor kuda), Thalia dealbata (kana air), Pistia tratiotes (kubis air), dan sebagainya.
-
Tanaman tropis, terbagi menjadi beberapa klasifikasi tanaman, yaitu: •
Peneduh, seperti Cerbera manghas (bintaro), Jatropha integerrina (Batavia),
Pisonia
alba,
flamboyant,
sebagainya.
commit to user
asoka,
beringin,
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
•
Pergola, atau dapat digolongkan dalam tanaman merambat. Beberpa contoh diantaranya yaitu alamanda, mandevila, bogenvil, Ficus pumilia (dolar), Ipumea pennata (songgolangit), dan sebagainya.
•
Tanaman berdaun indah, seperti Aglonema, keladi hias, sansivera, suplir, paku sarang burung, paku pedang, palem kuning, kuping gajah, dan sebagainya.
•
Tanaman
berbubga,
seperti
Anthurium,
Adenium,
mawar,
eurphorbia, krisan, salvia, soka, krosandra, dan tanaman berbunga lainnya. •
Border plant, seperti lili paris, kucai jepang, ophiopogon sp, dan Cuphea hyssopifolia (cendrawasih), dan lain-lain
•
Ground cover, seperti sutra Bombay, rumput jepang, rumput manila,dolar hijau, dan lain-lain.
d. Pencahayaan alami Matahari merupakan salah satu sumber energi alami di alam semesta. Sebagai salah satu sumber energi di alam semesta matahari dapat digunakan sebagai sumber cahaya maupun sumber energi. Dalam penggunaannya sebagai sumber cahaya alami pada suatu bangunan, matahari dapat menimbulkan beberapa masalah dalam penggunaannya. Seberapa bayak cahaya yang masuk ke dalam bangunan harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dalam ruang. e. Penghawaan alami Penghawaan alami merupakan suatu usaha untuk mendapatkan suasana yang nyaman di dalam ruangan, dapat dilakukan dengan mengontrol suhu ruangan,
kelembapan,
tingkat
penerangan,
kualitas
udara,
dan
menyeimbangkan kondisi buruk dari luar yang mempengaruhi iklim mikro bangunan. Salah satu cara menghasilkan penyegaran alami terbaik adalah mengusahakan udara terus bergerak di dalam ruangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Sumber energi listrik yang terbatas dan biaya pemakaian listrik yang tinggi memberikan tantangan untuk membuat suatu desain bangunan yang nyaman dengan memanfaatkan kondisi alam. Selain itu, penggunaan cara penyejuk udara alami tidak hanya menghasilkan suatu kenyamanan dan penghematan energi serta biaya, tetapi juga menyederhanakan konstruksi, pembangunan, dan perawatannya.
II.3.6 Penerapan prinsip Arsitektur Hijau 1. Green siting and Land use Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mendirikan sebuah bangunan adalah menentukan site yang sesuai dengan konsep green siting dan sesuai dengan tata guna lahan yang sudah ada. Hal ini bertujuan untuk menggabungkan desain dan konstruksi debgan melakukan modifikasi antara site dan bangunan untik mencapai kenyamanan secara maksimal dan efisiensi dalam mengoperasionalkan bangunan (www.doerr.org). 2. Site and Land use efficiency Pengolahan site pada saat proses perancangan juga harus memperhatikan ketetapan perbandingan KDB dan KDH dalam konteks arsitektur hijau. Banyak orang yang memiliki pemahaman berbeda – beda dalam hal ini. Ada anggapan bahwa besaran volume bangunan (koofisien dasar bangunan / KDB) harus lebih kecil dari koofisien dasar hijau (KDH) pada total luas lahan. Sesuai standart, perbandingan KDB (50 – 70 %) dan KDH (30 – 50 %) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal dan sehat secara konsisten. (sumber : www.beritaiptek.com).
Dalam mendirikan bangunan, sebisa mungkin perlu dihindari pembukaan lahan baru untuk mendirikan bangunan. Terutama pada lahan– lahan yang diperuntukkan sebagai lahana pertanian dan lahan konservasi. Menggunakan lahan yang sudah ada dan sesuai dengan tata guna lahan akan lebih efisian dibandingkan dengan membuka lahan baru, selain itu dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
menjaga kelestarian hutan dan lahan pertanian sehingga keseimbangan ekosisitem tetap terjaga. (sumber : www,doer.org) 3. Healthy Site Site yang dipilih sebaiknya memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi kesehatan penghuni di dalamnya. Berikut merupakan tabel analisis site menurut factor kesehatan: Tabel 2.3. Analisis Site Menurut Faktor Kesehatan
Analisis Site Menurut Faktor Kesehatan
Uraian Pembatasan
Nilai
Sumber-sumber kebisingan di Nilai yang dianggap baik : 25-35 dB (decibel) pada waktu malam
lingkungan site
30-40 dB (decibel) pada waktu siang hari di kamar duduk
Pengaruh
lingkungan Instalasi yang mengganggu :
oleh
· Kawat Listrik 220V-400kV
buatan
· Transformator-transformator listrik
· Kereta api listrik
· Radio, radar, dan televise (frekuensi
tinggi dan gelombang mikro 100- 100.000MHz
Pengotoran
udara
di Disamping asap dank abut atau gas, timbul juga gangguan oleh bau, misalnya : bau harum,
lingkungan site
pembusukan, peragian, zat pelerang, zat klor, zat lemas dan sebagainya.
Sinar
kosmik,
bumi
yang Sinar kosmik : sinar matahari, sinar ultra
berhubungan
violet, infra merah, frekuensi tinggi, dan
dengan atmosfer alternatif
rendah.
Sinar
kosmik
berhubungan
Sinar
yang
berhubungan
yang atmosfer :
Gaya magnet bumi, medan listrik udara,
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
radio aktivitas alam dan buatan.
dengan bumi dan atmosfer
Sinar yang berhubungan dengan bumi :
Gangguan geopatik, aliran air di bawah tanah,
kerusakan dan kelabilan geologic,perubahan
dalam
Sumber: Frick, Heinz, 1995 4. Transport Orientation Polusi dan dampak lingkungan dari pemakaian mobil dapat dikurangi dengan menempatkan bangunan di lokasi yang dekat dengan akses transportasi umun, jalur sepeda, dan akses pejalan kaki menuju fasilitas umum. Konstruksi jalan yang baik juga menghemat biaya karena terhindar dari biaya – biaya perbaikan jalan. (sumber: www,doer.org, 23-72011)
Gambar 2.2. Bangunan dengan akses langsung ke jalan umum Sumber: dokumen pribadi, 2011 5.
Solar Orientation Orientasi matahari di dalam site menentukan orientasi bangunan di dalam site. Orientasi bangunan digunakan untuk menghasilkan kantong sinar matahari (sun pocket) yaitu kondisi dimana mmatahari berada dalam integritas paling rendah. Sesuai dengan siklus terbit dan tenggelamnya matahari serta mempunyai sudut jatuh yang kecil. Dengan demikian area yang tersinari akan lebih besar dan integritas radiasinya akan lebih rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Gambar 2.3. Skematik desain berdasarkan orientasi matahari dan arah angin Sumber: www.doer.org 6. Wind Orientation Dalam penggunaannya untuk orientasi bangunan, bukaan–bukaan dalam banguanan dimaksimalkan pada sisi utara. Jendela–jendela yang besar dan ventilasi diperbanyak pada sisi barat lau, sehingga pada musim hujan angin yang sejuk dapat masuk dengan leluasa ke dalam bangunan. Bukaan pada sisi selatan sebaiknya dihindari khususnya pada permukaan yang selalu terkena radiasi matahari pada saat intensitas tinggi. Menggunakan sistem air pump (pemompaan angin) dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang paling bersih dan sejuk ke dalam ruangan. Caranya dengan membuat jendela di atas atap (cerobong) untuk menciptakan tekanan udara yang cukup tinggi di atas bangunan supaya udara panas yang ada di dalam ruangan naik dan keluar keatas, tekanan udara dalam ruangan menjadi rendah dan udara dari luar ruangan yang lebih segar akan masuk ke dalam ruangan, sehingga penggunaan AC (Air Conditioner) dapat dikurangi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Gambar 2.4. Pola sirkulasi udara menurut jumlah dan letak ventilasi Sumber: YB. Mangunwijoyo 7. Vegetative Cooling Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan manusia, yaitu panas matahari (solar radiation), suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban. Pada iklim tropis, suhu dan kelembaban sangat berperan dalam menentukan
faktor
kenyamanan.
Tumbuh–tumbuhan
mempunyai
kemampuan sebagai pengensali faktor–faktor tersebut di atas. Fungsi
tanaman
sebagai
pengendali
kelembaban
dan
suhu
lingkungan yang terkait langsung dengan siklus hidrologi yang dialami tanaman. Proses tersebut adalah proses evapotranspirasi yaitu proses penguapan air dari tanah lewat permukaan daun. Karena tumbuhan dapat berperan
sebagai
absorban
radiasi
matahari
dab
untuk
proses
evepotransporasi tersebut memerlukan panas maka tanaman dapat menurunkan suhu lingkungannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Gambarr 2.5.Hubungan Jarak dari permukaan tanah pada suatu naungan pohon dengan kerapatan dan jenis yang relatif sama dengan tingkat kelembaban dan suhu udara sumber : Better Living Environment, 2005
Gb. 2.6 Pohon melindungi bangunan dari panas matahari disekitarnya (Sumber: Frick, Heinz 2005)
Gb. 2.7. Aliran udara pada bangunan dengan pohon disekitarnya Sumber : Frick, Heinz 2005
8.
Vertical Landscaping Vertikal landscaping adalah penghijauan pada bangunan bertingkat tinggi. Vertical landscaping mempengaruhi iklim mikro pada fasad bangunan. Pemecah angin sama seperti kegunaan vegetasi pada Ground– Plane menyerap CO dan CO2, menyediakan oksigen bagi hasil fotosintesis, dan mengurangi beban pendinginan sebanyak 8 % dari peningkatan 10 % di area vegetasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Gb. 2.8. Vertical Landscaping sumber: defpoints.wordpress.com 9. Green roof Green roof adalah atap dari bangunan yang sebagian atau seluruhnya ditutupi oleh vegetasi, tanah, atau suatu media tanam yang ditanam diatas suatu lapisan tahan air. (sumber: www.wikipedia.org. 18-8-2011)
Gb2.9. Pengaplikasian green roof Sumber : laely-widjajati.blogspot.com Green roof dapat memberikan perlindungan terhadap sinar matahari di musim kemarau dan mengkondisikan micro-climate pada musim dingin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Gb.2.10 Green roof dan lapisan penyusunnya (Sumber : www.usemenow.com.20-6-2011)
Tabel 2.4. Kelebihan dan kekurangan green roof
Green roof
Kelemahan
Kelebihan
Memerlukan desain khusus pada struktur
Mengurangi polusi udara
atap agar dapat menahan beban
Melindungi
material
atap
di Lebih mahal disbanding atap biasa
karena
bawahnya
memerlukan
perawatan khusus
Mengurangi perpindahan kebisingan dari
luar
bangunan
ke
dalam
bangunan
Melindungi bangunan dari suhu yang
sangat kuat
Menyaring polusi dari air hujan
Sumber: analisis penulis
commit to user
konstruksi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 2.5. Klasifikasi Green roof
Intensive and Extensive Green roof
Karakteristik
Extensive Green roof
Intensive Green roof
Gambar
Membutuhkan
Tanah
kedalaman Hanya membutuhkan min 2,5
cm
min 30 cm
Digunakan
Vegetasi
untuk
pohon Digunakan
untuk
ground
semak cover dan rumput
besar, belukar,(memerlukan
perawatan dengan baik)
Membebani struktur 80-150 Membebani struktur
Beban
pon/sq.ft
pon/sq.ft
12-15
tergantung
dari
karakteristik tanah dan jenis
substrat yang digunakan
Dapat diakses dengan mudah
Akses
Biasanya tidak diakses untuk umum
Perawatan
Memerlukan
perawatan Pemeliharaan
secara berkala tiap tahun
khusus
Memerlukan system irigasi Menggunakan
Drainase
dilakukan
dan drainase yang kompleks
system
drainase dan irigasi sederhana
(Sumber : www.epa.gov, 18-8-2011) 10. Ground cover Ground cover merupakan sebutan untuk tanaman yang ukurannya tidak terlalu tinggi (paling tinggi 15 cm) dan tumbuhnya menutupi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
permukaan tanah tempatnya berada. Karena tergolong tanaman kecil, akar ground cover pada umumnya berbentuk serabut. Serabut–serabut akar inilah yang akan mengikat tanah sehingga pada musim hujan, tanah tidak menjadi becek. Pada musim panas, tanah yang diberi ground cover lebih dingin bila dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi ground cover. 11. Water Cooling Badan air dalam bentangan alam sangat berpengaruh terhadap iklim mikro. Pada aplikasi dalam merancang suatu tapak, badan air (kolam atau danau) dapat direncanakan pada area dimana mendapat penyinaran radiasi sinar matahari. Dengan demikian panas matahari yang sedang terik-teriknya akan diserap oleh badan air, sehingga suhu disekitarnya akan turun. Selain itu, penggunaan air juga dapat ditempatkan dalam suatu bangunan atau kompleks bangunan. Penurunan suhu dan penaikan lelembaban udara dapat ditingkatkan dengan memuncratkan air ke udara (water fountain) untuk menambah butir-butir air di udara sekaligus sebagai elemen estetis tambahan dalam desain lansekap ( Sumber : SENVAR IV, Better Livung Environment)
Gb. 2. 11. Water cooling (Sumber : Analisa Pribadi)
12. Daylighting ( Pencahayaan Alami) Daylighting adalah memasukkan cahaya alami melalui suatu celah atau jendela untuk mengurangi atau menghapuskan pemakaian lampu elektrik. Dengan menyediakan suatu mata rantai yang dinamis dan terus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
menerus dengan memanfaatkan iliminasi dari luar ruangan, daylighting dapat membantu terbentuknya rangsangan visual dan menciptakan lingkungan yang produktif bagi penghuni sekaligus mengurangi biaya energi. Keuntungan daylighting : a. Meningkatkan nilai daur-hidup Pada suatu perhitungan kenaikan biaya didapatkan bahwa kenaikan mencapai harga sebesar $0.50-$0.75 / sq.ft pada ruangan dengan cahaya redup. Daylighting dapat menyimpan $0.05-$0.20 setiap tahun. (sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011) b. Meningkatkan produktivitas Daylighting juga membuat orang lebih sehat dan produktif. Hal ini dikarenakan
adanya
jendela-jendela
yang
dapat
memperlihatkan
pemandangan di luar bangunan sehingga orang yang bekerja di dalamnya tidak mengalami kejenuhan dan dapat bekerja lebih baik c. Mengurangi Emisi Dengan mengurangi kebutuhan akan konsumsi elektris untuk penerangan dan pendinginan, penggunaan daylighting dapat mengurangi gas rumah kaca dan melambat penghabisan bahan bakar fosil. (sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011) d. Mengurangi biaya operasional Lambu penerangan elektrik menggunakan 35-50% dari total energi listrik di dalam bangunan komersial. Dengan menimbulkan sisa pemanasan, penerangan ini juga menambah beban mesin pendingin bangunan. Hal ini dapat
dikurangi
dengan
menggunakan
daylighting
yang
dapat
mengurangi beban pendinginan banguna sebanyak 10-20%. (sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Gb. 2. 12. Day Lighting Sumber : metaefficient.com, 20-9-2011 Konsep daylighting Penggunaan pencahayaan alami pada interior bangunan seringkali mengalami kesulitan karena distribusinya sangat sulit untuk dicapai dan tidak merata. Oleh karena itu desain harus dilakukan secara tepat. Perencanaan daylighting sebaiknya menggabungkan ahli dari berbagai cabang ilmu yang berkaitan seperti arsitektur, mesin, listrik dan pencahayaan. Tim desain sebaiknya memastikan agar daylighting benarbenar dipakai dalam keseluruhan desain. Adapun konsep-konsepnya adalah: a. Permasalahan visual dan tampilan · Veiling Reflections (menyelubungi pemantulan) Menyelubungi pemantulan pada sumber cahaya dengan penerangan yang tinggi. Pemantulan juga harus segera dicegah bila terjadi gangguan pada aspek visual. · Distribution (distribusi) Menggunakan daylighting sebanyak mungkin pada interior bangunan. Mata manusia dapat melakukan penyesuaian pada tingkat yang tinggi pada cahaya sama panjang dengan distribusinya. Secara umum, cahaya yang sampai secara tidak langsung (misal : cahaya yang dipantulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
dari dinding putih akan menyediakan kualitas pencahayaan yang lebih baik dibandingkan dengan cahaya langsung dari sumber alami maupun buatan. · Glare (silau) Tujuan dari desain daylighting yang efisien tidak hanya untuk menyediakan tingkat pencahayaan yang cukup untuk tampilan yang bagus. Tetapi juga untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan atmosfer. Silau atau kekontrasan sinar berlebihan dalam pandangan adalah aspek yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penghuni. Mata manusia dapat berfungsi cukup bagus melebihi cakupan luas dari pencahayaan lingkungan, namun tidak berfungsi baik jika terdapat kekontrasan pencahayaan yang sama dalam setiap sudut pandang. · Variety (variasi) Beberapa kontras dalam tingkatan brightness mungkin diinginkan dalam suatu keefektifan ruangan. Warna cahaya yang pudar dalam pencahayaan dapat mendorong kea rah kelelahan dan dapat mengurangi konsentrasi sehingga menciptakan lingkungan yang kurang produktif. b. Daylighting yang baik memerlukan perhatian pada aspek kualitatif dan kuantitatif pada desain. Pastikan kombinasi dari pencahayaan alami dan pencahayaan buatan cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. c. Agar efektif, daylighting harus dikombinasikan dengan desain pencahayaan elektrik. Selain ituagar hemat energi, daylighting perlu digabungkan dengan pengontrol pencahayaan elektrik yang efisien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan menggunakan daylighting: 1. Perbandingan luas bukaan 20% dari luas lantai 2. Perbandingan tinggi jendela dengan kedalaman ruang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Kedalaman ruang yang masih memungkinkan penggunaan pencahayaan alami secara efektif adalah 2,5 kali ketinggian ruang untuk hunian dan 1,5 kali ketinggian ruang untuk kantor. 3. Batas kedalaman ruang Frank Lloyd Wright menyarankan 6m sebagai batas ke dalam ruang untuk pencahayaan alami, sedangkan britis planning legislation dan Ken Yeang menyarankan dilakukan pada bangunan dengan perbandingan luas bukaan dengan luas dinding sebesar 15-20%. Berikut merupakan zona pencahayaan pada ruang : ·
Primarily daylight zone sedalam 4,5m dari bukaan, sumber cahaya utama berupa cahaya alami atau daylight.
·
Partially daylight zone 4-5m berikutnya (9m dari bukaan), sebagian memerlukan pencahayaan buatan.
·
Primarily artificial light zone, lebih dari 9m dari bukaan, membutuhkan penerangan buatan
Material dan Konstruksi daylighting a. Shading Di iklim yan panas, shading yang dipasang di bagian eksterior bangunan dapat bekerja dengan baik untuk mengurangi panas dan mendistribusikan cahaya ke dalam ruangan. b. Material kaca Metode termudah yang digunakan untuk memaksimalkan daylighting di dalam ruangan adalah dengan memasang material kaca. Namun demikian,
sebelumnya
perlu
dipahami
kriteria
berikut
untuk
menegoptimalkan system penetrasi. · U-Value Menciptakan tingkat pemindahan kalor dalam kaitannya dengan perbedaan temperature melalui pemasangan material kaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
· Shading Coefficient (SC) Merupakan perbandingan dari panas matahari pada perakitan kaca terhadap pemasangan kaca ganda dan kaca tunggal. · Visible Transmttance (Tvis) Merupakan ukuran banyaknya cahaya untuk bangunan dengan skala besar di beberapa iklim dianjurkan penggunaan kaca dengan nilai SC sedang dan Nilai VT yang cukup tinggi. c. Perletakan Lubang Cahaya Strategi pencahayaan yang sederhana membiarkan daylighting untuk memasuki ruang dan juga menyediakan kemudahan pandangan dan ventilasi. Hal yang penting untuk diperhatikan yaitu kedalaman penetrasi daylighting adalah sekitar 2 atau 1 ½ kali jarak antara bagian puncak jendela dengan ambang pencahayaan.
Gb. 2.13. Visible transmittance (sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011) d. Faktor refleksi permukaan ruang Nilai factor refleksi untuk permukaan ruang akan berdampak secara signifikan terhadap kualitas tampilan daylighting dan harus dijaga setinggi mungkin. Hal ini untuk menjaga faktor refleksi di langit-langit melebihi 80%, dinding melebihi 50%, dan lantai meliputi 20%. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
kebanyakan jenis ruang, factor refleksi lantai memiliki sedikit pengaruh pada penetrasi daylighting. e. Pengabungan dengan alat control pencahayaan elektrik Desain pencahayaan daylighting yang sukses tidak hanya dari segi arsitektural, tetapi juga harus digabungkan dengan sistem pencahayaan elektrik. Dengan menambahkan alat pengontrol, penghuni dapat menyesuaikan tingkatan daylighting dengan kebutuhan. Tiga jenis alat control di pasaran meliputi : · Switching controls Terdiri dari tombol on/off untuk memadamkan pencahayaan elektrik ketika daylighting cukup untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan, dan menghidupkan pencahayaan elektrik ketika daylighting dirasa kurang. · Stepped controls Menyediakan level menengah pada pencahayaan elektrik dengan mengontrol lampu tunggal dalam pencahayaan. · Dimming controls Secara berkala melakukan penyesuaian pencahayaan elektrik dengan mengatur masuknya energi ke dalam lampu untuk melengkapi tingkat iliminasi yang disediakan oleh daylighting.
Gb. 2.14. Daylighting contribution (sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Strategi-strategi tersebut sebaiknya diintegrasikan dengan sistem manajemen bangunan untuk mendapatkan keuntungan dari sistem pengendali secara keseluruhan didalam bangunan. Agar mendapatkan keuntungan penuh dari daylighting dan mencegah daerah gelap (dark zone) perencana harus merencanakan system rangkaian dengan baik. f. Sistem pengontrol lainnya Sebagai tambahan dari pengontrol daylighting, alat control elektrik lainnya perlu ditambahkan untuk mendapatkan biaya yang efektif, diantaranya meliputi penggunaan : · Occupancy controls Gunakan inframerah, ultrasonic atau tekhnologi gelombang mikro, sensor pemilik untuk menghidupkan atau memadamkan lampu. Ini dapat menghemat 10-50%. · Timer Alat ini digunakan untuk mengatur waktu menghidupkan dan menyalakan lampu. Alat ini juga efektif untuk menghemat biaya. 13. Natural Ventilation (ventilasi alami) Ventilasi alami adalah proses memasukkan udara ke dalam bangunan dan mengeluarkan udara ke luar bangunan secara alami, hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat udara yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Penggunaan ventilasi alami dapat menghemat konsumsi energi di dalam bangunan akibat pengguanaan AC, kipas angin, dan lain-lain. (sumber :www.wikipedia.com, 21-6-2011). Selain itu, terus menerus dalam ruangan tanpa ventilasi alami yang mengalirkan udara segar masuk ruangan dapat berdampak buruk bagi kesehatan,karena manusia memiliki kebutuhan akan udara segar dengan standard 17-26 m3 /jam/orang (van straiten, 1967)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
14. Solar Power (Photovoltaic System) Photovoltaic (PV) adalah teknologi yang menggunakan solar cells atau solar photovoltaic untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Solar cells menghasilkan listrik arus searah dari sinar matahari yang dapat digunakan untuk peralatan penghasil energi atau mencharge baterai. Sistem ini menguntungkan karena biaya pemeliharaannya rendah, tahan lama, dan tidak menimbulkan polusi namun sistem ini juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya sangat tergantung pada musim, harganya masih cukup mahal dan belum banyak diproduksi di negara-negara tertentu termasuk
Indonesia.
(Sumber
:
www.wikipedia.com
dan
www.earthtoys.com, 22-6-2011)
Gambar 2.15. diagram Photovoltaic Sumber: www.earthtoys.com Jenis-jenis ventilasi alami : 1. Wind Driven Ventilation Aliran angin mengakibatkan tekanan positif pada arah datangnya dan tekanan negative pada sisi keluarnya. Untuk menyeimbangkan tekanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
ini udara luar akan mengisi bukaan dan mengikuti aliran angin.
2. Stack effect ventilation Berupa pemisah/ celah kecil pada komponen upper structural bangunan atau cladding yang dapat meningkatkan eksfiltrasi udara panas dalam jumlah yang signifkan.
3. Thermo-shippon effect Menggunakan prinsip yang sama dengan stack effect, hanya saja pemanasan udara dibantu oleh cahaya matahari. Variasi dari sistem ini adalah solar chimney dan atrium spaces.
15. Building Envelope Buiding Envelope atau kulit bangunan terdiri dari material struktur dan finishing ruangan, memisahkan sisi dalam dan luar bangunan. Kulit bangunan harus seimbang pada ventilasi dan daylighting untuk menyediakan perlindungan suhu dan kelembaban pada kondisi iklim di dalam site. Kulit bangunan adalah faktor utama yang menentukan banyaknya biaya operasional bangunan yang dibutuhkan. Agar desain berhasil, perancang harus menggabungkan desain kulit bangunan dengan elemen desain lainnya yang meliputi: pemilihan material, daylighting, passive solar design, HVAC, dan rencana elektrikal. Hal terpenting yang paling mempengaruhi desain kulit bangunan adalah iklim. Perbedaan iklim yang berpengaruh terhadap desain. Faktor kedua yang berpengaruh adalah kegiatan apa yang diwadahi dalam bangunan tersebut. Jika aktivitas dan peralatan yang terdapat di dalam bangunan memiliki nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
panas yang tinggi, beban termal justru lebih banyak secara internal daripada secara eksternal (dari matahari). 16. Struktur dan Konstruksi Struktur dan konstruksi yang baik harus memenuhi kualitas struktur: a. Kualitas struktur fungsional, lingkungan, bangunan, dan bentuk •
Struktur Fungsional Menentukan dimensi geometris yang berhubungan dengan penggunaan atau fungsi (kebutuhan ruang, ruang gerak, ruang sirkulasi, dimensi pengaturan ruang, dan sebagainya).
•
Struktur Lingkungan Meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi, florafauna) serta lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi, prasarana teknis, dan radiasi buatan).
•
Struktur Bangunan Susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara, dan membongkar suatu gedung.
•
Struktur Bentuk Mengandung masa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan membanguna ruang.
b. Integralistiknya dengan alam Kualitas struktur kemudian dapat dinilai dari segi integralistiknya dengan alam c. Kesinambungan (sustainability) pada struktur Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan mempengaruhi baik pilihan struktur maupun penggunaan bahan bangunan menurut prinsip-prinsip kualitas struktur :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
•
Prinsip pembuangan dimana semua unsur dari sebagian bangunan menyesuaikan diri dalam daya tahannya atas unsur-unsur yang paling lemah/paling mudah rusak.
•
Prinsip Rolls Royce dimana unsur-unsur yang paling kuat menentukan daya tahan bagian bangunan masing-masing.
•
Prinsip Struktural dimana setiap unsur bangunan yang daya tahannya berbeda dengan bagian bangunan yang lain dapat diganti tanpa merusak bahan bangunan yang lebih kuat. Makin banyak bagian bangunan
17. Waste Recycling Sampah dari sisa-sisa bangunan dan konstruksi gedung merupakan bagian yang menonjol disamping sampah dari permukiman, perdagangan, dan perindustrian. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan maupun pemugaran tersebut terdiri dari dua macam yaitu sampa organik (kayu, tripleks, bambu) dan sampah anorganik (semen, pasir, batu bata, ubin, besi, baja, kaca, kaleng, cat sintesis, pipa plastik dan bahan sintetis lainnya). Tabel 2.6. Jenis sampah dan cara pengolahannya Jenis Sampah
Diolah Kembali
Didaur Ulang
Digunakan
Kembali
Bahan
organik
kayu :
diserap kembali
Dibakar dan abunya Konstruksi atap dan diserap kembali oleh pintu
Kusen, jendela Masih
dalam
keadaan
akar tumbuhan
baik
Tripleks
Dibakar dan abunya
Bekisting
beton
diserap kembali oleh
tripleks
dapat
akar tumbuhan
menjadi
pelat
langit-langit
Bambu
Dibakar dan abunya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
diserap kembali oleh akar tumbuhan
Kertas/kardus
Dikumpulkan+diproses
Pembungkus
ulang menjadi kertas
barang-barang
kembali (menghemat ± 50%
Tanah timbunan
Bahan anorganik : tanah
galian
Dicetak dan dibakar Dicetak batu tanah liat
Tanah liat
menjadi
batu
bata,
genting flam
Pasir/kerikil
Dicampur
Lapisan
semen
kersik
buat
menjadi beton
jalan
Ubin/genting beton
Digiling menjadi pasir
Lapisan
pecahan
batu untuk jalan
Batu bata, genting Digiling
menjadi
flam
semen merah
Kaca
Dilebur menjadi kaca
Dipasang
baru
jendela baru
Logam (besi, baja, Dilebur menjadi logam
Dipotong/dilas,dibentuk Digunakan sebagai
tulangan
baru
baru
kaleng)
pada
dalam
beton
Bahan
sintetis: Diproses lagi menjadi
pipa plastik, dsb
bahan
Dipotong/dilem
sintetis disambung
berkualitas rendah
pipa
lagi
(mis: pipa air)
Cat sintetis
Sisa
digunakan
pada tempat lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
18. Green Material Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga ditandai dengan kesadara terhadap ekologi, lingkungan dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang menyeluruh. (Sumber : Frick Heinz, 2005) •
Rantai Bahan Bangunan
Gb.2.16. Rantai Bahan bangunan Sumber: Frick, Heinz, 2005 Rantai bahan bangunan menerangkan proses dan tingkatan pengembangan (riwayat hidup bahan) bahan bangunan pada umumnya (dari bahan mentah hingga menjadi puing dan sampah), dengan perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
pada setiap tingkat perubahan transformasi, penggunaan energi dan pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara). •
Penggolongan Bahan Bangunan a. Penggolongan bahan bangunan secara ekologis Tabel 2.7. Penggolongan Bahan Bangunan Ekologis Klasifikasi bahan secara ekologis Bahan
bangunan
yang
Contoh bahan
dapat Bahan nabati: kayu, bambu, rotan,
dibudidayakan kembali (regenerative)
rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapuk, Bahan hewani: kulit, binatang, wol
Bahan bangunan alam yang dapat Tanah, tanah liat, lempung, tras, digunakan kembali (reuse)
kapur, batu kali, batu alam
Bahan bangunan buatan yang dapat Limbah, potongan, sampah, ampas, didaur ulang ( recycling)
bahan bungkusan (kaleng, botol), mobil bekas, serbuk kayu, potongan bahan sintetis, kaca, seng
Bahan
bangunan
alam
yang Batu
merah,
conblock,
batako,
mengalami
genting (genting flam dan genting
perubahan transformasi sederhana
pres), bis beton, semen, beton tanpa tulangan
Bahan bangunan yang mengalami Plastik, beberapa
tingkat
damar
epoksi,
produk
perubahan petrokimia yang lain
transformasi
Bahan bangunan komposit
Beton bertulang, pelat serat semen, cat kimia, perekat
Sumber: Frick, Heinz, 2005 b. Persyaratan bahan bangunan secara ekologis Eksploitasi
dan
pembuatan
(produksi)
menggunakan energi yang sesedikit mungkin.
commit to user
bahan
bangunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Tidak mengalami perubahan bahan (transformasi) yang tidak dapat dikembalikan kepada alam. Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan, dan pemeliharaan bahan bangunan mencemari lingkungan sesedikit mungkin Bahan bangunan berasal dari sumber alam lokal (di tempat dekat). 19. Water Recycling Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus tersedia setiap saat. Penggunaan air yang paling besar justru berasal dari operasional bangunan. Saat ini kebanyakan bangunan tidak memiliki system pengolahan limbah air dengan baik. Padahal sistem ini seharusnya merupakan hal yang sangat penting untuk menghemat konsumsi air dan mengurangi dampak lingkungan seperti pencemaran dan banjir. Air limbah dari bangunan dapat diatur ulang dengan sistem-sistem sebagai berikut : 1. Grey Water System Yang dimaksud dengan grey water adalah limbah air yang berasal dari dapur, air cucian, air dari shower kamar mandi, dll. Sistem kerjanya adalah sebagai berikut: air yang berasalhdari grey water ditampung dalam suatu bak khusus yang dapat menyaring lemak, sabun, dan kotorankotoran lainnya. Setelah itu air dialirkan melalui pipa menuju ke return water tank. Kemudian air dialirkan untuk memenuhi kebutuhan seperti menyiram tanaman, menyiram toilet, dan lain-lain. 2. Black Water System Black Water merupakan air yang berasal dari air limbah yang berasal dari toilet. Sistem kerja dari Black Water System adalah sebagai berikut: air limbah dialirkan melalui pipa menuju ke bak penampungan dan diolah di dalamnya. Setelah bersih air dapat digunakan untuk menyiram tanaman. 3. Rainwater System Air hujan yang terbuang percuma dapat dimanfaatkan menjadi sumber air baru. Pada musim penghujan air ditampung dalam bak atau tangki air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
kemudian didaur ulang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di dalam bangunan. Air hujan dapat pula digunakan sebagai sumber air minum karena air hujan cukup bersih dan tidak mengandung kumankuman meskipun tidak mengandung mineral-mineral yang berguna untuk gigi, tulang dan lain-lain.
II.3.7 Studi Kasus Bangunan dengan Prinsip Arsitektur Hijau II.3.7.1.
Graha Wonokoyo
1. Kriteria Bangunan Lokasi
: Jalan Taman Bungkul 1-3-5-7, Surabaya.
Fungsi
: Kantor
Luas Lahan
: 1.854 sqm.
Luas Bangunan: 7.121 sqm. Ketinggian
: 10 lantai.
Arsitek
: Ir. Jimmy Priatman, M.Arch.
Gb. 2.17. Graha Wonokoyo (Sumber : majalah I-Arch, edisi 3,2006) Gedung
ini
dirancang
hemat
energi
dan
kontekstual
terhadap
lingkungannya yang berupa situs arsitektur kolonial dengan mencitrakan bangunan yang menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini. 2. Program ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Bangunan ini terdiri dari 3 massa. Massa pertama berupa bangunan penerima, terdiri dari satu lantai yang menyelaraskan sendiri dengan ketinggian bangunan sekitar. Massa kedua merupakan bangunan mediun tiga lantai, berfungsi sebagai gallery, hall, dan ruang rapat kolektif pada bagian tengah. Massa ketiga merupakan massa penanda yang berfungsi sebagai perkantoran. 3. Kriteria Bangunan Green Architecture a. Hemat Energi Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan managemen energi di dalam bangunan. b. Bekerja dengan iklim Site menghadap dan memanjang dari barat–timur akan mempengaruhi fasad dan selubung bangunan. c. Respek terhadap calon pengguna Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi sebagai kantor sewa yang mencerminkan efesiensi ruang. d. Bekerja dengan tapak terpilih Bangunan
ini
berusaha
untuk
menyelaraskan
diri
dengan
lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur colonial. 4. Prinsip Green Architecture a. Building Envelope -
Mengutamakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer Value) untuk membatasi radiasi panas pada selubung bangunan.
-
Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara full dengan material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi – kisi material cladding.
b. Green Structure Struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap konstruksi baja. Pemilihan struktur tersebut didasarkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
menghindari kerusakan pada bangunan perumahan yang padat di sekitar bangunan. c. Green Material Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental dengan kriteria hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal cladding ex indal, high performance glass exstoposal dilapisi kaca film pada sisi barat, dan pada bangunan penerima dipilih granit dan panel alumunium.
High performance glass
Panel Alumunium
Gb2.18. Graha Wonokoyo (Sumber : majalah I-Arch, edisi 3,2006) II.4. TINJAUAN KOTA PURWOKERTO II.4.1. Batas Wilayah dan Keadaan Fisik Kota Administratif Purwokerto merupakan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak diantara : 1080 39 ‘17’’ – 1090 27 ‘15’’ BT dan 70 15 ‘05’’ – 70 37 ‘10’’ LS. Perbatasan wilayah meliputi: - Sebelah Utara -
Sebelah Timur
: Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang :Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen
- Sebelah Selatan
: Kabupaten Cilacap
- Sebelah Barat
: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Gambar 2.19. Peta Batas Wilayah Kabupaten Banyumas Sumber: www.purwokerto.go.id Kota Admisnistratif Purwokerto terletak pada ketinggian 75 meter di atas permukaan laut yang meliputi areal seluas 3.873,482 ha dan jumlah penduduknya sebanyak 233.841 jiwa (pada tahun 2010) dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,58 persen.15 Aspek fisik kota yang penting untuk pertimbangan pengembangan Tata Ruang Kota meliputi topografi dan hidrologi yakni; 15
Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
-
Dari kondisi topografi kota Purwokerto, kemiringan yang ada, kota ini cukup ideal untuk penggunaan tanah sebagai kawasan pemukiman karena kemiringan yang ada menunjukkan berkisar 0% - 15%.
-
Adanya beberapa sungai yang melalui Kota Purwokerto, maka potensi untuk perencanaan drainase yang baik dapat dikembangkan, sehingga kemungkinan bahaya banjir dapat dicegah. Dari kedua pertimbangan tersebut diatas wilayah Kota Purwokerto sangat cocok untuk kawasan pemukiman atau perkotaan. 16
II.4.2. Data Klimatologi Kota Purwokerto Keadaan cuaca dan iklim di Purwokerto memiliki iklim tropis basah karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs. Suhu udara di Purwokerto berkisar antara 23° C - 31° C dengan kelembapan 65-95% dan kecepatan angin 20 km/jam. (sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, berlaku mulai tanggal 14 Desember 2011 sampai dengan tanggal 15 Desember 2011). II.4.3. Gambaran Terhadap Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota17 Perkembangan fisik kota disebabkan dari semakin tumbuh dan berkembangnya beberapa elemen fisi kota seperti: •
Pemukiman
•
Perkantoran
•
Perdagangan
•
Fasilitas Pendidikan
•
Fasilitas Sosial / Umum
Perkembangan elemen-elemen tersebut sesuai dengan fungsi atau peran dan kebutuhan masing-masing elemen kota tersebut. 16 17
Pemerintah Kota Administratif Purwokerto, RTURK, Op.Cit. to user Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kotacommit Purwokerto Tahun 2010, p.II.4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
Kecenderungan perkembangan dan letak elemen fisik Kota Purwokerto pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu kemudahan-kemudahan dalam menjalankan fungsi dan perannya serta pertimbangan efisiensi dan factor ekonominya. Sehingga terlihat bahwa sebagian besar elemen fisik kota tersebut tumbuh dan berkembang disepanjang jalur-jalur utama kota. Untuk kawasan perdagangan atau komersial tingkat regional, tumbuh dan berkembang di pusat kota, tepatnya di sepanjang jalan Jend. Soedirman dan jalan Gerilya. Perdagangan ini meliputi pasar, pertokoan, warung, dan sebagainya, dengan Pasar Wage sebagai pusat orientasi utamanya. Dengan adanya potensi tersebut, di wilayah ini dimungkinkan akan berkembang kompleks perdagangan, terutama untuk pertokoan dan pasar swalayan dengan skala sedang dan besar. II.4.3. Tinjauan Aspek Fisik18 Dari aspek fisik dapat diaplikasikan dalam pola tata peruntukkan tanah untuk kegiatan sejenis (zoning) yang berbentuk bagian rencana untuk berbagai dominasi kegiatan fungsi tertentu dan didukung oelh pola jaringan jalan dengan berbagai tingkatan fungsi. Pola tata ruang peruntukkan tanah untuk kegiatan sejenis (zoning) Kota Purwokerto susunannya diatur membentuk struktur yang dibagi dalam pusat-pusat pengembangan sebagai berikut: 1. Pusat Pengembangan Wilayah Kota (BWK) Terdiri dari 8 (delapan) Bagian Wilayah Kota (BWK), yaitu: •
Bagian Wilayah Kota I, merupakan bagian pusat kota yang meliputi 4 (empat) SBWK.
•
Bagian Wilayah Kota II, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 3 (tiga) SBWK.
•
Bagian Wilayah Kota III, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
18
Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.IV.1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
•
Bagian Wilayah Kota IV, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
•
Bagian Wilayah Kota V, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
•
Bagian Wilayah Kota VI, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
•
Bagian Wilayah Kota VII, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
•
Bagian Wilayah Kota VIII, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
2. Daerah Cadangan Pengembangan dan Ruang Hijau Kota Dipergunakan sebagai kawasan cadangan pengembangan kota (kawasan terbangun), sempadan, penghijauan, maupun pertanian, yang letaknnya menyebar di tiap bagian wilayah kota. Pusat-pusat pengembangan susunan pola tata ruang peruntukkan tanah untuk kegiatan sejenis (zoning) Kota Purwokerto membentuk struktur kota sebagai berikut: a. Pusat Kota Sebagai pusat pengembangan terletak disekitar Kantor Kabupaten dan Pasar Wage (sepanjang Jl. Jend. Soedirman). b. Pusat Pengembangan Bagian Wolayah Kota (BWK) Difungsikan oleh kegiatan skala wilayah dengan fasilitas jalan yang melalui pusat-pusat. BWK dan berbagai fasilitas lingkungan, akan menjadikan bagian-bagian wilayah kota akan lebih cepat berkembang sehingga sesuai dengan sasaran di dalam upaya perencanaan kota secara menyeluruh dan terpadu. Kelompok fungsi kegiatan eksternal dan internal, terdiri antara dominasi kegiatan yang satu dengan yang lainnya dan antara kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
fungsi kegiatan yang lebih tinggi ketingkat yang lebih rendah pada daerah hunian. Pada fungsi-fungsi eksternal terbagi dalam berbagai dominasi jenis kegiatan yaitu: •
Pemerintahan
•
Pendidikan
•
Perkantoran
•
Kesehatan, dll
•
Perdagangan/jasa Ditinjau dari hirarkinya dalam menguraikan bagian fungsi kegiatan
tersebut menurut tingkatannya dibagi dalam pola jaringan jalan baik langsung maupun tidak langsung. II.4.4. Kondisi Umum II.4.4.1. Penyebaran Kepadatan Penduduk19 Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kota Purwokerto
adalah 233.841 orang, yang terdiri dari
115.348 laki-laki dan 118.493 perempuan dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,58 persen. Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Kota Purwokerto KECAMATAN
Perempuan (jiwa) 29.010
Jumlah Penduduk (jiwa) 57.178
Sex Ratio
Purwokerto Utara
Laki-Laki (jiwa) 28.168
Purwokerto Timur
27.929
29.231
57.160
95,55
Purwokerto Selatan
35.106
35.353
70.459
99,30
Purwokerto Barat
24.145
24.899
49.044
96,97
JUMLAH
115.348
118.493
233.841
388,92
97,10
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto Penyebaran kepadatan penduduk di Purwokerto belum sepenuhnya merata, sebagian besar terkonsentrasi pada daerah pusat kota dan sepanjang jalur jalan regional atau jalur jalan utama kota. Perkiraan jumlah penduduk 19
Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.III.9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Kota Purwokerto sampai tahun 2020 adalah sebesar 235.866 jiwa dan dengan luas wilayah sebesar 3.858,34 Ha. Maka diperhitungkan kepadatan rata-rata penduduk Kota Purwokerto 10 tahun mendatang adalah sebesar 56 jiwa/Ha. Sedangkan untuk kepadatan bersih (Netto) di daerah pemukiman penduduk dengan peruntukkan lahan terbangun sebesar 2.146,92 Ha adalah sekitar 100 jiwa/Ha. Sehingga dilihat dari proyeksi tingkat kepadatan penduduk netto Kota Purwokerto di tahun 2020 masih tergolong sebagai kota dengan tingkat kepadatan penduduk sedang dan dari proyeksi kepadatan penduduk bruto masih tergolong daerah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah. Sesuai
dengan
kecenderungan
perkembangan
penduduk
Kota
Purwokerto maka distribusi penduduk untuk masa yang akan dating diarahkan tidak terlalu terkonsentrasi di pusat kota dan sepanjang jalur jalan utama, melainkan lebih merata dalam penyebarannya agar distribusi penduduk yang terjadi lebih seinmbang dengan kondisi daya dukung lahan dan lingkungan yang ada. Oleh karena itu, distribusi penduduk di Kota Purwokerto diarahkan sebagai berikut: • Distribusi kepadatan penduduk akan diarahkan secara lebih merata dan berimbang, dimana penduduk di daerah pusat kota dan di sepanjang jalur jalan utama diarahkan pengembangannya ke daerah-daerah yang relative masih kosong. • Kepadatan penduduk di daerah pusat kota, pertambahannya akan dibatasi sesuai dengan daya dukung lahan bagi perumahan di pusat kota yang semakin berkurang mengingat tingginya konsentrasi penduduk dan aktivitas di daerah tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pola distribusi kepadatan penduduk untuk masa mendatang adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
• Daerah di pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk tertinggi dengan rata-rata kepadatan penduduk rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal 200 jiwa/Ha. • Daerah di dekat pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk menengah/sedang dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal 175 jiwa/Ha. • Daerah yang jauh dari pusat kota atau daerah pinggiran kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk relatif rendah dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal 100 jiwa/Ha. Berdasarkan perhitungan terhadap proyeksi Kota Purwokerto pada tahun 2020, maka gambaran distribusi kepadatan penduduk brutto masingmasing BWK Kota Purwokerto dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2.9. Tabel BWK Kota Purwokerto BWK
Luas Wilayah (Ha)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/Ha)
I
388,56
40.734
105
II
542,31
26.983
50
III
564,67
25.776
46
IV
319,38
19.948
64
V
525,53
34.854
66
VI
396,95
28.743
72
VII
536,71
36.284
68
VIII
584,23
22.544
39
Kota
3.858,34
235.866
61
Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun RUTRK/RDTRK Purwokerto Tahun 2010
II.4.4.2. Sosial Ekonomi Penduduk a. Aspek Ekonomi Dengan melihat keadaan Kota Purwokerto, peningkatan perekonomian wilayah perlu diupayakan, adapun strategi pengembangan tersebut diperlukan langkah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
-
Diperlukan pengembangan seoptimal mungkin pada sector perdagangan, jasa, dan pertanian.
-
Kegiatan perekonomian sektor pariwisata perlu ditingkatkan dengan perencanaan dan pengolahan yang lebih baik, untuk mendukung kepariwisataan Jawa Tengah Bagian Barat. Dimana Kota Purwokerto dikembangkan sebagai pusat pelayanan tingkat madya.
-
Pengembangan sector tersebut perlu ditunjang oleh pengembangan sector pendukung dan sarana lainnya. Misalnya sarana dan prasarana transportasi, sarana jasa perdagangan yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan sector potensial tersebut.
b. Aspek Sosial -
Penyebaran fasilitas sosial diprioritaskan untuk menambah dan melengkapi terutama pada kota yang sedang dan akan tumbuh menjadi pusat pertumbuhannya dapat cepat berlangsung. Strategi ini diharapkan akan mengurangi beban yang berlatar belakang kurangnya fasilitas social.
-
Pemanfaatan peluang yang bertujuan memfungsikan kota kecil atau kota kecamatan sebagai bumper urbanisasi sepertu yang telah digariskan dalam National Urban Development Strategi, yaitu dalam strategi pengembangan Secendory City karena sebagai konsekuensi policy tingkat nasional, urban infrakstruktur akan lebih disebarkan di kota hirarki ke 3 dan 4 dalam skala regional.
-
Peningkatan kualitas tenaga kerja terutama di daerah yang tingkat pendapatannya kecil agar mendapat porsi perhatian yang cukup besar karena kendala pembangunan wilayah biasanya dilihat dari aspek social yang berasal dari sumber daya manusia akan memberi daya kemungkinan perluasan dan pemerataan kesempatan kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
II.4.5. Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang Mikro Kota Purwokerto20 Kebijaksanaan
dasar
pengembangan
tata
ruang
mikro
Kota
Purwokerto berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain : 1. Pemerataan pengembangan meliputi seluruh bagian kota, yakni usaha untuk memenuhi dan mengisi serta menciptakan struktur dan bentuk kota yang kompak. 2. Penyebaran fasilitas pelayanan sebagai usaha untuk memeratakan pelayanan bagi penduduk kota dan bagian kota, agar tidak terkonsentasi pada suatu tempat saja. Fasilitas tersebut berupa pelayanan yang merata prasarana dan sarana kotanya. Untuk penyebaran fasilitas tersebut, baik jenis dan skala pelayanannya disesuaikan dengan fungsi pelayanan masingmasing bagian kota. 3. Peningkatan aktivitas kekotaan pada daerah-daerah transisi dan pinggiran Kota Purwokerto, terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat sekunder (perdagangan dan jasa) 4. Usaha untuk memeratakan arah perkembangan fisik kota ke segala arah, untuk mengarahkan perkembangan fisik kota agar tidak selalu mengikuti kecenderungan yang ada saat ini yakni kecenderungan perkembangan fisik di sekitar jalan utama kota. Pada bagian-bagian kota yang masih kosong di bagian dalam antara jalan utama kota, perlu diciptakan suatu kegiatan aktivitas kota agar mendorong perkembangan daerah tersebut, antara lain berupa kegiatan perdagangan, rekreasi, perumahan, dan sebagainya. 5. Usaha untuk meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk, agar syarat sifat kekotaan (minimum 50 jiwa/m2) dapat terpenuhi. Hal ini akan membuat efisiensi dalam pembangunan prasarana dan sarana kota. 20
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
6. Upaya untuk lebih meningkatkan kualitas hidup kekotaan, misalnya dengan meningkatkan
pelayanan
pembuangan sampah,
sistin
prasarana
kota
berupa
pelayanan
pelayanan pemenuhan air bersih, drainase,
penghijauan dan lain sebagainya. 7. Upaya untuk mencegah kemacetan lalu lintas serta kelancaran pergerakan arus barang dengan membangun dan mengembangkan jalan lingkar dalam pada jangka pendek, jalan lingkar luar dalam jangka panjangnya, serta jalan pembagi dan distribusi yang dapat menjangkau ke semua bagian kota. 8. Upaya untuk membuka daerah-daerah yang terisolir di bagian pedalaman kota, dengan membangun jalan penghubung antar bagian wilayah kota, antar blok bahkan sub blok. 9. Upaya untuk mengurangi polusi udara kota serta konservasi air dan tanah dengan merencanakan sabuk hijau kota, daerah terbuka hijau kota serta pengendalian pembangunan fisik kota yang berorientasi padat bangunan. II.4.6. Konsep Pengembangan Lokal Kota Purwokerto21 Rumusan Kebijaksanaan Dasar Perencanaaan (RKDP) Kota merupakan kebijaksanaan lokal yang diharapkan mampu mengembangkan Kota Purwokerto untuk mendorong pengembangan potensi yang ada, yaitu antara lain : •
Kemandirian kota sebagai kota Administratif
•
Keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang sudah ada yaitu kota Cilacap sebagai kota pusat pertumbuhan kota
•
Fungsi dan citra kota yang spesifik serta fungsi-fungsi umum kota lainnya
II.4.6.1. Penentuan Fungsi Kota 22 Berdasarkan pada potensi dan kendala yang ada, RKDP penentuan fungsi Kota Purwokerto pada masa yang akan
dating dapat diarahkan
sebagai berikut:
21
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
a. Konsep arahan Fungsi Kota Umum (utama) - Sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan administrative, politis bagi wilayah Kota Purwokerto khususnya dan Kabupaten Dati II Banyumas pada umumnya. - Sebagai pusat pelayanan fasilitas social bagi kota Purwokerto dan sekitarnya. - Sebagai pusat pengelolaan dan pengendali pembangunan kota Administratif Purwokerto. - Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan transportasi. b. Konsep Arahan Fungsi Khusus - Sebagai kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari Jawa Tengah dengan Jawa Barat dan simpul distribusi perdagangan. - Sebagai kota transit pariwisata berskala local dan regional dengan penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang wisata, misalnya taman wisata remaja dan anak-anak, restoran motel, dan lainnya. - Sebagai kota pemukiman tujuan pelajon dan penyangga urbanisasi regional Jawa Tengah di kota besar dengan penyediaan fasilitas perumahan, tempat kerja, terminal angkutan, dan sebagainya. - Sebagai kota pendidikan, terlihat dari keberadaan UNSOED dan UNWIKU yang menampung pelajar dalam skala regional dan nasional, disamping itu juga sarana pendidikan yang cukup besar jumlahnya merupakan potensi dasar dalam pengembangan Kota Purwokerto sebagai Kota Pendidikan. II.4.6.2. Arahan Penentuan Peran Kota 23 Berdasarkan pada potensi dan kendala, maka RDKP penentuan peran Kota Purwokerto dilihat dari aspek regional antara lain sebagai berikut: 22 23
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, ibid Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
a. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Propinsi Dati I Jawa Tengah: -
Ditetapkan Kota Purwokerto sebagai salah satu Kawasan Prioritas Pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan Kota Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.
-
Ditetapkan Kota Administratif Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas juga membawa keuntungan terhadap Kota Purwokerto khususnya, maupun Kabupaten Dati II Banyumas umumnnya karena Pemda
Tingkat
I
Jawa
Tengah
akan
lebih
memperhatikan
pembangunan di Purwokerto. Konsekuensi dari hal tersebut Kota Purwokerto harus siap dengan rencana dan program pembangunannya. -
Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan-barat wilayah Propinsi Jawa Tengah bersama-sama dengan Kota Cilacap untuk berperan memeratakan pembangunan propinsi Jawa Tengah bagian selatan.
b. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Dasar Kabupaten Dati II Banyumas: -
Sebagai
Ibukota
Kabupaten
dan
salah
satu
pusat
wilayah
pembangunan Kabupaten Dati II Banyumas, maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut tidak menjadikan kota Purwokerto akan menyedot sebagian besar potensi pembangunan Kabupaten Dati II Banyumas, melainkan akan meningkatkan ekonominya secara mandiri dan bahkan membantu mengembangkan daerah sekitarnya. -
Sebagai pusat simpul distribusi perdagangan dan jasa utama di wilayah Kabupaten Dati II Banyumas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
II.4.7. Rancangan Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Transportasi Kota 24 Rencangan rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan transportasi kota diharapkan dapat menunjang fungsi Kota Purwokerto sebagai terminal sebaran jasa dan barang, kota transit, pendidikan dan pariwisata. Untuk itu, rancangan rencana pengembangan jaringan jalan dan transportasi kota adalah: 1. Meningkatkan atau melanjutkan jalan-jalan yang telah ada dan direncanakan baik yang merupakan jalan regional, jaringan jalan utama kota, jalan proses wilayah/BWK, dan jalan-jalan proses lingkungan. 2. Mengoptimalisasikan ruang jalan yang tersedia bagi lalu lintas kendaraan dengan pengelolaan secara menyeluruh dan penambahan rambu-rambu lalu lintas, penambahan fasilitas pejalan kaki, menyediakan lokasi untuk pedagang kaki lima di luar badan jalan dan atau pada trotoar, serta mengurangi parkir pada badan jalan. 3. Menetapkan kembali hirarki jalan-jalan yang ada dengan maksud untuk memperkecil konflik kepentingan antara pemakai jalan lokal dengan lalu lintas regional maupun menerus. 4. Mengembangkan sistem jaringan jalan yang menunjang rencana struktur dan rencana penggunaan ruang yang ada sesuai dengan rencana pengembangan Kota Purwokerto. Adapun rancangan pengembangan sistem perparkiran di Kota Purwokerto disesuaikan dengan kebijaksanaan criteria sebagai berikut: 1. Kawasan parkir dapat menempati daerah milik jalan di luar jalan lalu lintas atau di luar daerah milik jalan berupa taman parkir atau gedung parkir. 2. Tidak diperkenankan parkir di tepi jalan (on street parking) pada jalur jalan kolektor primer dan kolektor sekunder.
24
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
3. Parkir tepi jalan (on street
parking) pada jalan lainnya hanya
diperkenankan pada jalan yang tidak padat pada jam sibuk dan bersifat sementara. 4. Parkir depan jalan (off street parking) berupa kantong-kantong yang melayani kawasan tertentu seperti kawasan perdagangan dan kawasan pemukiman. Berdasarkan criteria tersebut diatas, konsep rancangan rencana sistem perparkiran, direncanakan sebagai berikut: 1. Untuk melayani perdagangan di jalan Gerilya dan Komisaris Bambang Suprapto dibuat model kantong parkir dengan mengambil salah satu sisi jalur lambat yang ada dalam pengaturan antara parkir untuk kendaraan roda dua, roda empat, dan plaza yang dapat dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima dalam suatu pengaturan tapak. 2. Untuk melayani terminal induk yang ada sekarang (sub terminal angkutan antar kota pada tahun 2010) dan sekitarnya direncanakan taman parkir untuk kendaraan roda dua (termasuk sepeda). 3. Untuk sub terminal pada pertemuan jalur local primer dengan jalur kolektor sekunder direncanakan du buah kantong parkir di bagian utara kota. 4. Disediakan kantong parkir pada setiap lingkungan pemukiman. 5. Setiap tempat usaha atau kantor dan fasilitas umum lainnya diharapkan menyediakan pelataran parkir untuk roda dua. 6. Pengaturan
sebaran
dan
besaran
sistem
perparkiran,perlengkapan-
perlengkapan jalan termasuk di dalamnya pohon-pohon pelindung (strip trees) dan fasilitas untuk pejalan kaki, tempat penyebrangan, traffic light, dan pengaturan median.
Konsep dasar struktur jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai (Baewald, 1976: 601). Salah satu cara pengklasifikasian fungsi jalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
yang sering digunakan yaitu berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 26 tahun !(*% tentang jalan dan Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya seperti berikut: 1. Jaringan Jalan Arteri Primer Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. Selain
berfungsi sebagai
penghubung, jalan ini
direncanakan dengan kecepatan terendah 60 km/jam, sehingga jalan ini merupakan jalan bebas hambatan yang tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik maupun lalu lintas local. Untuk jaringan jalan arteri primer di Kota Purwokerto tidak tersedia atau belum memungkinkan. 2. Jaringan Jalan Arteri Sekunder Adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah sebesar 50 km.jam. untuk jaringan jalan arteri sekunder di Kota Purwokerto
yang
dimaksud
tidak
direncanakan
atau
belum
memungkinkan. 3. Jaringan Jalan Kolektor Primer Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menhubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah sebesar 40 km/jam. Jaringan jalan kolektor primer di Kota Purwokerto ini pada umumnya merupakan jalan protocol, seperti: Jalan S. Parman, jalan Prof. Dr. Bunyamin, Jalan Gerilya, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Gatot Subroto, dan jalan lingkar utara. 4. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder Adalah jalan yang menghubungkan antara kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah 30 km/jam. Jaringan jalan kolektor sekunder yang ada di Kota Purwokerto antara lain adlah Jalan Dr. Sukarso, Jalan Jend. Achmad Yani, Jalan Kyai Wahi Hasyim, Jalan Sultan Agung, Jalan Pancurawis, Jalan Pahlawan, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Pramuka. 5. Jaringan Jalan Lokal/Lingkungan Adalah jalan yang melayani pergerakkan dalam suatu lingkungan atau kegiatan tertentu dengan cirri-ciri perjalanan dekat, kecepatan rata-rata rendah dan tertinggi sebesar 20 km/jam, serta ajalan masuk tidak dibatasi. Jaringan jalan local ini dapat berfungsi sebagai local primer maupun local sekunder tergantung dari fungsi yang dilayaninya. Jaringan jalan local atau lingkungan di Kota Purwokerto pada umumnya berupa gang-gang dan jalan-jalan kecil yang ada dalam suatu lingkungan tertentu. II.4.8. Konsep Arahan Massa dan Bentuk Bangunan25 Perumusan tata guna lahan di Kota Purwokerto akan menentukan jenis pola pergerakkan penduduk. Oleh karenanya kedua aspek tersebut berpengaruh langsung terhadap perkembangan lahan, serta bentuk dan massa bangunan yang ada. Keadaan tersebut juga terjadi di Kota Purwokerto yang diwarnai dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Hal ini disebabkan karena keadaan sekarang merupakan refleksi sejarah kota yang bersangkutan. Disisi lain setiap fragmentasi merupakan hasil sebuah keputusan yang bisa berlatar belakang politik, keamanan, social, dan sebagainya. Pertumbuhan kota khusunya di Kota Purwokerto merupakan proses berkesinambungan yang erat kaitannya dengan evaluasi budaya (terutama peradaban manusia), sehingga bentuk kota Purwokerto bukan hanya sekedar produk, namun juga menyangkut proses akumulasi, manifestasi fisik dari
25
commitRUTRK, to user Loc.Cit,p.II.115 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
kehidupan yang non fisik (poleksosbud) yang dilandasi norma-norma yang berlaku dalam masa pertumbuhan. Konsep arahan “massa dan Bentuk Bangunan” tidak dapat lepas dari unsure-unsur yang berperan dalam pengambilan keputusan. Pada suatu proses disain termasuk didalamnya aspek iklim, sumber daya, teknologi, nilai-nilai social, ekonomi, dan kemasyarakatan. Aspek-aspek tersebut besar pengaruhny terhadap proses pengambilan keputusan oleh unsure-unsur penentu dalam menghasilkan masa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto. Dasar pengendalian massa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto yang digunakan akan dikaji dari aspek fisik yang diantaranya adalah ketinggian bangunan. Ketinggian dari berbagai bangunan akan membentuk Skyline kota yang bukan hanya susunan berbagai bangunan di suatu kota tetapi mempunyai berbagai makna, diantaranya: skyline sebagai symbol kota, indeks social, alat orientasi, perangkat estetik, dan perangkat ritual.
II.4.9. Kota Purwokerto Terkait Dengan Pariwisata Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota Purwokerto, merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan bidang budaya dan pariwisata
mendapatkan
tempat
pertama
dalam
susunannya,
yaitu:
Membangun Ketahanan Budaya sebagai unsur perekat kehidupan masyarakat dengan komitmen cinta Kota dan Mengembangkan Pariwisata Daerah. Program – program Prioritas: i. Peningkatan apresiasi nilau budaya dan pelestarian asset budaya, 2. Pengeambangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah, 3. Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan prasarana wisata, 4. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah, 5. Pembangunan dan pengembangan seni dan budaya daerah, 6. Pengembangan jaringan wisata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila dilihat dari kondisi, potensi, visi dan misi kota. Bidang pariwisata sangat dipengaruhi oleh factor – factor intern maupun ekstern dan bersifat multidimensi. Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak dapat dipandang dari satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus didukung oleh bidang – bidang yang lain. Kegiatan
pariwisata
Kota
Purwokerto
sangat
didukung
oleh
keberadaan budaya khas Banyumas dan keberadaan objek – objek wisata. Adapun tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Banyumas. Obyek wisata di Purwokerto, antara lain: Curug Cipendok Telaga Sunyi Pancuran Tiga Pancuran Tujuh Buper Baturaden Lokawisata Baturaden Kalibacin Wanawisata Baturaden Curug Gede Curug Ceheng Museum Wayang Sendang Mas THR Pangsar Soedirman Masjid Saka Tunggal Kegiatan pariwisata di kota Banyumas juga disemarakkan dengan adanya event–event budaya yang menampilkan kesenian khas Banyumas. Promosi dan pemasaran di bidang pariwisata telah didukung dengan adanya siaran rutin bidang pariwisata di stasiun radio, selebaran / pamflet / leaflet promosi pariwisata melalui Biro Perjalanan Wisata, pameran serta pemantauan jaringan internet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
II.5. Preseden Bangunan II.5.1. Hotel dan Mall Citraland Bangunan multi fungsi ini terletak di daerah Jakarta Barat dengan akses pencapaian melalui Grogol Fly Over ( jalan Let.Jend. Suparman) maupun dari jalan Daan Mogot. Daerah sekitar terdapat dua buah instansi pendidikan Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanegara. •
Fungsi Bangunan Bangunan terdiri dari dua fungsi utama sebuah hotel dan shopping mall. Shopping mall tersebut difokuskan bagi pengguna hotel dan masyarakat sekitar, terutama daerah kawasan pendidikan. Sedangkan untuk hotel, difokuskan bagi wisatawan bisnis dari nusantara maupun mancanegara. Kedua kegiatan tersebut dilengkapi oleh fasilitas parkir basement dan sebagian di pelataran (pelataran hotel).
•
Tata Letak Fungsi Shopping mall berada di lantai bawah, ground floor, lantai 1-4 untuk shopping mall retail-retail dengan pola sirkulasi melingkar. Adanya pemisahan escalator naik turun di ujung-ujung bangunan, tetapi di tengah bangunan terdapat ramp yang dapat menghubungkan sisi-sisi yang terpisah oleh atrium. Transportasi lainnya adalah lift berjumlah dua yang terletak agak ke belakang. Atrium terletak di tengah untuk arena bermain dengan peralatan mainan yang berukuran raksasa. Untuk hotel terletak di atas dengan fasilitas kamar sesuai dengan bintang empat. Sirkulasi naik turun pengunjung dilakukan dengan lift yang terletak di tengah bangunan.
•
Pola Pergerakkan dan Sirkulasi Pola pergerakkan berbentuk huruf L, pemisahan tersebut dimulai dari pintu masuk yang telah dipisah dengan tanda panah “hotel” dan “mall”. Pemisahan fungsi hotel dan fungsi mall dimaksudkan untuk tetap menjaga privacy tiap fungsi dengan tanpa mengabaikan akses ke tiap fungsi tersebut agar interaksi antar fungsi tetap terjalin, untuk itu dibuat akses jalan laying yang memiliki akses langsung menuju lobby hotel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Gambar2.20 :Bangunan multi fungsi Hotel dan Mall Citraland Sumber: www.google.com, 2011
II.5.2. Grand Hyatt dan Plaza Indonesia Bangunan dwi fungsi ini terletak pada kawasan perkantoran di jalan M.H. Thamrin yang tersambung dengan kawasan jalan Jend. Soedirman. Akses untuk sampai pada bangunan ini dapat dilakukan dari berbagai arah,
mengingat
memiliki
lokasi
bangunan yang
ini
sangat
strategis, yaitu di samping bunderan HI, sehingga pencapaiannya dari berbagai arah.
Gambar2.21. :Grand Hyatt & Plaza Indonesia Sumber: www.google.com, 2011
Sejak pembukaannya di tahun 1990, Plaza Indonesia berhasil menjaga reputasi sebagai shopping mall kelas atas di Jakarta. Selama 17 tahun beroperasi, Plaza Indonesia tetap berfokus pada pangsa pasar kelas atas dan membangun reputasi yang kuat dan terpercaya melalui fashion, gaya hidup, kecanggihan dan kualitas. Keunggulan Plaza Indonesia dengan para pesaingnya terletak dalam hal eksklusifitas merek-merek internasional, keunggulan kualitas gedung, pelanggan-pelanggan kelas atas dan lokasi yang strategis di pusat bisnis Jakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Plaza Indonesia berdiri di atas lahan seluas 38.050 meter persegi pada pertemuan Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Kebon Kacang Raya, tepat di pusat bisnis Jakarta. Shopping mall ini memiliki area seluas 62.747 meter persegi dengan 4 lantai area ritel, satu lantai perkantoran dan lantai area parkir bawah tanah. Dengan total area sewa seluas 41.536 meter persegi, Plaza Indonesia menampung 250 toko kelas atas yang menyajikan pengalaman belanja kelas atas bagi para pengunjungnya. Plaza Indonesia terhubung dengan Grand Hyatt Jakarta dan eX. Sinergi bisnis yang kuat dengan keduanya merupakan salah satu keuntungan yang sangat kompetitif. Merupakan suatu kebanggaan bagi Plaza Indonesia dengan mempunyai sejumlah butik-butik papan atas dari merek-merek internasional yang terkenal. Shopping mall ini juga mempunyai berbagai label fashion internasional, restoran kelas atas yang menawarkan masakan internasional dan lokal serta berbagai konsep gaya hidupa mewah dan pelayanan pelanggan.
Gambar 2.22.Grand Hyatt & Plaza Indonesia Sumber: www.google.com, 2011
•
Bangunan ini pada awalnya hanya mengoperasikan hotel yang bekerja sama dengan manajemen asing Hyatt International. Tetapi, seteelah melakukan studi, dilakukan penambahan fasilitas yaitu sebuah shopping mall yang bertaraf internasional dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tamu hotel, kawasan perkantoran di jalan M.H. Thamrin ataupun kota Jakarta. Bangunan terdiri dari dua fungsi utama yaitu sebuah hotel bintang 4 dan shopping mall. Terdapat 3 lantai basement dengan jumlah parkir mobil menampung 1643 mobil. Penyewa terbesar dari shopping mall tersebut adalah Sogo denganluas penyewaan lantai lebih kurang 80% dari area retail lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Gambar 2.23 Grand Hyatt & Plaza Indonesia
Sumber: www.google.com, 2011 •
Tata Letak Fungsi Shopping mall berada pada lantai bawah menempati 4 lantai yang terletak pada basement ground floor, lantai 1,2,3. Sedangkan untuk hotel di lantai 2 podium sampai 26 tower. Untuk lantai 27 dan 28 adalah ME, lantai 29 untuk helipad. Area parkir dipisahkan antara hotel dan perbelanjaan pada basement dengan daya tampung lebih kurang 1643 buah mobil. Pada shopping mall terdapat atrium pameran lebar dengan koridor perbelanjaan lebih kurang 5-10 meter. Sirkulasi hotel terpisah dan standar kamar hotel suite (merupakan salah satu unggulan dari hotel Hyatt, memiliki kamar-kamar yang luas).
•
Pola Pergerakkan dan Sirkulasi Pola pergetakkan pengunjung hotel dan perbelanjaan letaknya sangat berjauhan. Ini untuk meminimalkan konflik pengunjung hotel dan perbelanjaan. Terdapat 4 (empat) entrance masuk ke dalam bangunan pada sisi tapak jalan. Untuk pengunjung dengan kendaraan umum dapat masuk melalui akses yang mudah ke shopping mall melalui pintu timur, sedangkan sirkulasi masuk pengunjung hotel diarahkan dalam bahasa arsitektur berupa penunjuk arah dipersimpangan sirkulasi perbelanjaan dengan jalan yang tertutup oleh tumbuhan perindang.
II.5.3. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada kedua obyek tersebut adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
1. Antara kegiatan hotel dan mall tetap terdapat perbedaan peruangan yang jelas. 2. Dipertimbangkan sirkulasi antara hotel dan mall dapat disatukan dengan menetapkan bahwa hanya pihak pengunjung hotel dapat mengakses ke dalam bangunan mall, sedangkan untuk pengunjung mall sebaiknya tidak dapat mengakses ke dalam bangunan hotel. 3. Meminimalkan atau menghindari konflik pertemuan antara pengunjung hotel dan mall yang dating pada bangunan dwi fungsi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
BAB III LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL DAN SHOPPING MALL YANG DIRENCANAKAN
III.1. Umum 1. Pengetian judul Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum. 2. Tujuan Tujuan dari pembangunan fasilitas hotel dan shopping mall adalah menyediakan sarana penginapan berupa kamar-kamar hotel yang disewakan juga menyewakan/ menjual ruang-ruang penjualan/ toko. Sedangakn tujuan penggabungan dari dua macam fasilitas yang berbeda dalam satu bangunan, antara lain: -
Kedua fasilitas tersebut diharapkan merupakan dua aktifitas yang saling menunjang, sehingga akan memberikan sumbangan terhadap keterkaitan pola aktivitas lingkungan sekitarnya.
-
Optimasi penggunaan tanah yang tersedia karena merupakan bangunan komersial maka pertimbangan ekonomis perlu diperhatikan.
-
Hotel dan shopping mall masing-masing memiliki fasilitas umum, dimana ruang-ruangnya ada yang sama, sehingga memungkinkan adanya penyatuan kedua fasilitas umum tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
3. Status
Fasilitas hotel dan shopping mall di Purwokerto adalah milik swasta dengan system Built, Operate, and Transfer (B O T) dengan jangka waktu 20-25 tahun.
III.2. Lokasi Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto yang Direncanakan
Gambar 3.1. Peta Purwokerto Sumber: www.purwokerto.go.id
Lokasi pendirian Hotel dan Shopping Mall yang direncanakan dipilih di wilayah Purwokerto Timur dengan memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut. Kriteria pemilihan site secara umum 1. Berada pada zona komersial berdasarkan RUTRK. 2. Potensial bagi pengembangan pariwisata dan bisnis. 3. Pencapaian mudah, dapat diakses kendaraan penulis maupun umum. 4. Adanya fasilitas pendukung infrastruktur. 5. Tidak jauh dari pusat kota, memudahkan pencapaian.
Kriteria pemilihan site berdasarkan konsep arsitektur hijau. 1. Sesuai dengan tata guna lahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
2. Tidak terletak pada lahan konservasi. 3. Tidak terletak pada daerah rawan bencana. 4. Brownfield, memanfaatkan kembali lahan yang terkontaminasi atau terkena bahaya polusi sebagai respon dan semangat tindakan tanggung jawab terhadap lingkungan. 5. Memiliki sedikit dampak negatif terhadap kesehatan, kebisingan, polusi dan lain – lain. III.3. Klasifikasi Jenis Bangunan 1. Hotel a. Jenis Bangunan Hotel Jenis bangunan hotel yang direncanakan berupa “Hotel Kota”, yaitu jenis hotel atau pelayanan akomodasi yang terletak di pusat kota, yang ditujukan memberikan fasilitas penginapan bagi pebisnis, dengan tugas kedinasan dan wisatawan umum. b. Jumlah Kamar Hotel kota ini direncanakan dapat menampung jumlah penginap sampai 20-25 tahun mendatang. Berdasarkan perhitungan perkiraan kebutuhan kamar di Purwokerto sampai tahun 2020 adalah 135 buah kamar, sedangkan tiap tahunnya membutuhkan 173 kamar. Untuk mempertahankan tingkat hunian agar tetap tinggi karena pembangunan hotel di Purwokerto yang berkembang pesat, maka penyediaan kamar hotel tidak seluruhnya. Penyediaan kamar hotel diasumsikan 78% dari kebutuhan kamar hotel per tahun di Purwokerto Kesimpulan: Bangunan hotel kota yang direncanakan menampung kamar sejumlah 0,78 x 173 = 134,9 ~ 135 kamar. c. Program ruang 1. Tuntutan: Sebagai sarana akomodasi, hotel harus mampu memberikan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
-
-
Keamanan dan keselamatan •
Terhadap benda milik pribadi tamu
•
Terhadap bahaya kebakaran
Kenyamanan (comfort) •
Keprivasian yang tinggi
•
Bebas dari gangguan: panas matahari, hujan, dingin, kelembaban dan bising.
• -
Fasilitas makan, minum, tidur.
Tuntutan sosial dan lingkungan •
Pencapaian mudah
•
Fasilitas rekreasi dan olah raga
2. Tinjauan unsur pelaku a. Tamu hotel Tamu hotel merupakan wisatawan dengan berbagai kegiatan seperti perjalanan dinas untuk seminar atau konveksi, bisnis, maupun hanya sekedar untuk berwisata, dapat ditinjau sebagai berikut: -
Menempati kamar hotel Melakukan kegiatan istirahat, santai, maupun tidur.
-
Rekreasi dan olah raga Dengan tujuan sebagai penyegaran fisik dan mental setelah seharian melakukan tugas/ pekerjaan, sebagai penyaluran hobi.
b. Pengelola Pengelola merupakan pihak yang mengatur terselenggaranya kegiatan perhotelan, seperti:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
-
Mengatur berlangsungnya kegiatan perhotelan yaitu dari pemesanan kamar sampai mempersiapkan kamar untuk ditempati.
-
Memberikan pelayanan bagi tamu hotel\melakukan kegiatan administrasi, dari tamu mulai check-in sampai check out.
-
Melakukan kegiatan perawatan unit kamar.
-
Mengoordinir dan mengatur jadwal kegiatan fasilitas-fasilitas yang ada di hotel.
3. Kegiatan yang ditampung Kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam hotel secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Kegiatan utama -
Kegiatan intern Kegiatan yang dilakuakan oleh tamu hotel di dalam kamar: tidur, mandi, makan, minum.
-
Kegiatan ekstern Adalah kegiatan yang dilakukan oleh tamu hotel di luat kamar hotel: makan, minum, berbelanja, olah raga, dan rekreasi.
b. Kegiatan penunjang Kelompok kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang mendukung kegiatan utama, meliputi: -
Kegiatan restaurant
-
Kegiatan pertokoan
-
Kegiatan klinik kesehatan
-
Kegiatan pertemuan
-
Kegiatan rekreasi dan olah raga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
c. Kegiatan pengelola - Perkantoran (staf) - Service (karyawan) •
Pemeliharaan gedung
•
Pelayanan MEE
•
Pelayanan tamu hotel
4. Waktu Operasional Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi selama 24 jam, dengan spesifikasi kegiatan : •
Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam
•
Waktu aktifitas clening service dan laundry : 07.00 - 17.00
•
Waktu aktifitas keamanan : 24 jam
2. Shopping Mall a. Tinjauan Shopping Mall 1. Karakteristik Shopping Mall Bentuk mall sebagai konsep shopping center modern menjadikan sirkulasi pengunjung sebagai titik tolak konsepnya. Pengembangan bentuk mall adalah pengembangan shopping center modern, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand (toko) yang disewakan atau djual. Dalam perencanaan Shopping Mall, ada tiga sistem yang harus diperhatikan, yaitu: -
Desain Untuk menghidupkan suasana dan minat pengunjung shopping mall harus memberikan unsur penarik pengunjung yang disebut magnet/anchor, berupa tempat bermain anak,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
supermarket, department store, restaurant, dan sebagainya. Penempatan magnet dapat dilihat bermacam-macam variasinya, tetapi yang paling baik adalah penempatan magnet yang dapat menimbulkan efek ping-pong, sehingga membuat mall menjadi daerah pergerakkan dengan aktivitas tinggi, dengan demikian tidak ada toko/retail shop yang tidak dilalui pengunjung. -
Tenant Mix •
Mengatur pihak pihak penyewa yang akan menempati retail dan anchor agar sesuai dengan: 1. Tingkat ekonomi mayoritas pengunjung 2. Selera pengunjung
•
Megatur penempatan
jenis-jenis retail
sesuai
dengan
kegiatannya, sehingga antar retail tidak saling mengganggu. Anchor tenant: retail 40:60 atau 50:50 dengan dasar investasi dan pengembalian modal. -
Desain criteria Perencanaan suatu mall harus bersifat relaks, comfort, dan mudah dilalui serta dapat dinikmati dengan baik karena bebas dari sirkulasi kendaraan bermotor. Pada perencanaan mall penempatan pintu masuk dan unit pusat harus jelas. Lay out mall harus
sederhana,
mudah
diidentifikasikan
serta
tidak
membosankan. Dalam sistem display shopping mall, semua retail harus dapat dilihat pengunjung sehingga tidak ada penyewa yang dirugikan.
Berdasarkan perencanaan
dan
pertimbangan-pertimbangan studi
perbandingan,
direncanakan pada Shopping Mall adalah:
commit to user
maka
fasilitas
standar yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
- Retail shop
- Mini bar
- Variety store
- Bank dan ATM
- Restaurant
- Tempat permainan anak
- Ice cream dan snack bar
- Travel Agent
- Toko buku
- Coffe Shop
- Salon
- Fitness Center
b. Sistem pengelolaan, pelayanan, dan penjualan Sistem-sistem yang direncanakan dalam mall ini, antara lain: 1. Sistem pengelolaan Independent trade Dikelola oleh suatu badan khusus, dibawah penanganan sebuah managemen 2. Sistem pelayanan Self service Sistem pramuniaga, pembeli dilayani oleh pramuniaga dalam memilih barang. 3. Sistem Operasi Penjualan Clerk Wrapping Central Wrapping 4. Barang yang dijual Convenience goods Demans goods Impulse goods c. Sistem pemilikan dan waktu operasioanal 1. Sistem pemilikan Ruang-ruang atau unit pertokoan yang ada di dalam shopping mall dapat dimiliki atau dipergunakan melalui sistem kontrak atau sewa. Penyewa unit retai dibatasi jangka waktu tertentu, kalaupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
penyewa ingin terus menyewa unit retail maka dapat pindah ke unit lain. Hal ini dimaksudkan agar kondisi atau suasana mall selalu baru. Penyewa terbesar disebut “anchor tenant”, dengan harga sewa yang lebih rendah dibandingkan retail karena jangka waktu pemilikkan yang lebih lama. 2. Waktu operasional Waktu
operasional shopping mall mempertimbangkan
kebiasaan masyarakat setempat, dimana masyarakat memanfaatkan waktu dalam sehari kerja. -
Waktu aktifitas pertokoan dan fasilitas penunjang: 09.00-21.00 WIB.
-
Waktu aktifitas theatre : 13.00-03.00 WIB
-
Waktu aktifitas keamanan 24 jam.
d. Program ruang 1. Tinjauan Unsur Pelaku -
Pengunjung Yaitu pelaku yang datang untuk tujuan berbelanja atau konsumen maupun yang datang di samping untuk berbelanja juga berekreasi.
-
Penyewa Yaitu pemakai yang menyewa retail shop sebagai tempat usaha komersial dengan kewajiban membayar sewa.
-
Pengelola Yaitu pelaku yang bertugas mengelola secara administrasi umumnya, untuk organisasi fungsional suatu bangunan komersial, menggunakan tenaga-tenaga untuk menangani bidang-bidang yang sesuai dengan keahliannya.
2. Kegiatan yang ditampung a. Kegiatan pengunjung/pembeli
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
Meliputi: •
Kegiatan para pengunjung mall yang ingin berbelanja.
•
Kegiatan para pengunjung mall yang ingin berjalan – jalan menikmati suasana mall.
•
Kegiatan para pengunjung mall yang ingin menikmati fasilitas hiburan di mall.
b. Penyewa/penjual Meliputi: •
Menjual barang di outletnya
•
Menerima barang dari supplier
•
Berhubungan dengan pengelola bangunan
c. Pengelola -
Staf
-
Karyawan
3. Skope Pelayanan Shopping mall yang direncanakan mempunyai skope pelayanan lokal yaitu melayani suatu lingkungan dengan jumlah penduduk antara 10-15 ribu jiwa. Hal ini berdasarkan pada perhitungan jumlah penduduk pada bab sebelumnya. Fasilitas shopping mall di Purwokerto, direncanakan untuk melayani: - Daerah pelayanan primer, yaitu Kecamatan Purwokerto Timur dengan jumlah penduduk 57.160 jiwa. - Daerah pelayanan sekunder, merupakan daerah yang dipengaruhi oleh fasilitas perbelanjaan lainnya, yaitu Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Purwokerto Utara, dan Kecamatan Purwokerto Barat dengan jumlah penduduk sekitar 150.000 jiwa. - Penduduk siang hari yang berada di daerah pelayanan sekitar 30.000 jiwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
Jadi jumlah penduduk yang akan dilayani oleh fasilitas perbelanjaaan ini adalah237.160 jiwa. Berdasarkan komposisi penduduknya yang 60% g.b; 355 m.b; 5% m.a, maka kemampuan daya belinya tidak sama. Jadi diperkirakan disini hanya sekitar 60% dari jumlah seluruhnya yang akan ditampung/dilayani, yaitu 9486 jiwa. Kesimpulan: Berdasarkan pada standar kebutuhan ruang fasilitas shopping mall untuk kota dengan penduduk padat adalah 0,18 m2 orang ( Sumber: Dirjen. Cipta Karya, Pedoman Perancangan Lingkungan Pemukiman Kota. YLPMB, 1979), maka kebutuhan luas lantai shopping mall adalah 0,18 x 9486=1707,5 m2
III.4. Program Ruang Hotel dan Shopping Mall Kelompok ruang
Macam ruang
Kebutuhan ruang
Utama
1.
• r. tidur
Ruang privat
• KM/WC • r. ganti/dressing room 2.
Ruang penjualan
• r. unit retail • r. supermarket . r. penjualan . r. penitipan barang . r. kasir . r. packing . r. istirahat karyawan . toilet . r. direksi . r. administrasi, gudang • r. variety store . r. penjualan/display . r. pas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125 . r. kasir . r. packing . r. direksi . r. administrasi . r. supplier . r. istirahat/locker . toilet . gudang • r. toko buku . r. penjualan . r. kasir . r. penitipan barang . r. packing . r. direksi . r. administrasi . r. istirahat karyawan . toilet . gudang
Penunjang
1.
R. Olah Raga
• r. fitness . r. senam . r. loker . r. shower . toilet . gudang • Kolam renang . r. shower . r. ganti . loker . toilet • r. mandi uap/sauna . r. mandi uap . r. pijat dan basuh . r. ganti
2.
R. rekreasi/hiburan dan
commit to user
• r. bermain anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126 restoran
. r. theater simulator . r. video game . r. bom-bom car . r. kasir . r. loket . r. pengelola . toilet • Restaurant table service . r. makan . r. kasir . r. ganti . r. direksi/administrasi . r. gudang makanan . dapur/pantry • Coffee shop, ice cream, snack bar . r. kasir . r. makan . pantry . dapur . toilet • Bar/diskotik . r. duduk . r. bartender . gudang . r. dansa. • r. rapat pertemuan
3.
Function Room
• r. prefuncitiom • gudang • biro perjalanan
4.
Ruang yang disewakan
• beauty parlour • bank/money changer • pos/telex
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127 • drugstore • boutique • coffee shop 5. Poliklinik
• r. tunggu • r. periksa
Pengelola
1.
R. Manager dan Staf
• r. GM . r. GM . r. sekretaris • r. manajer+staf Hotel . r. manager hotel . r. sekretaris . r. pimpinan restoran .r. pimp. pemasaran+staf .r. pimp. Pengadaan+staf .r. pimp. Pembelian .r. pimp. keuangan+staf .r. pimp. Personalia+staf • r. manager+staf shopping mall .r. manager perbelanjaan .r. ass. Manager .r. sekretaris .r. pimp. Keuangan+staf .r. pimp. Pemasaran+staf • .r. pimp. Operasional+staf .r. pimp. Personalia+staf r. rapat r. makan karyawan r. ganti karyawan+loker
Pemeliharaan
Peralatan 1.
R. Mekanikal&elektrikal
dan MEE
• r. pimp. Teknik+staf .r. r. control .r. sampah .r. limbah/STP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128 .r. genset .r. mesin AC .r. pemanas air .r. pompa + bak penampung 2. R. Front Office
• r. registrasi • lobby • lounge • save deposit • toilet • mail box
3. Tata Graha
• room boy stasion • r. linen • r. jahit menjahit • r. laundry • r. karyawan (KM+loker) • r. makan karyawan • r. ibadah
4. Gudang
• r. uniform • Gd. Makanan & minuman • Gd. peralatan& perlengkapan • Gd.engineering • Gd. botol kodong • Gd. barang bekas • Gd.furniture • parker tamu hotel
5. Parkir
• perkir konsumen mall • parker pengelola • loading dock
6. R. Bongkar muat
7. R. security
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
III.5. Penggabungan Program Ruang Penggabungan program ruang antara hotel dan shopping mall, didasarkan atas: sifat dan tuntutan masing-masing kegiatan yang terjadi di dalam hotel dan shopping mall, juga dengan mempertimbangkan tuntutan pelaku kegiatan dari masing-masing fungsi tersebut. 1. Tuntutan Tamu Hotel - Tingkat
privasi
masing-masing
tamu
terjaga,
kegiatan
bersifat
santai/rileks. - Ketenangan, hal ini dikaitkan dengan sifat kegiatan yang ada di dalamnya yaitu tidur/istirahat sehingga dibutuhkan suasana yang tenang, bebas dari gangguan suasana bising, baik yang ditimbulkan oleh bangunan maupun dari luar. Dibutuhkan daerah/zone yang tenang, pemakaian elemen kedap suara. - Kenyamanan, untuk kebutuhan yang berhubungan dengan kegiatan istirahat/santai, diperllukan suatu suasana yang nyaman, hal ini berhubungan dengan suatu yang dapat dirasakan oleh perasaan dan indera fisik manusia. Dalam hal ini dikaitkan dengan pengkondisian ruang, fasilitas ruang yang baik dan memenuhi syarat. - Keamanan - Pelayanan yang cepat dan lancer. 2. Tuntutan Konsumen Shopping Mall - Kemudahan dalam pergerakkan, dikaitkan dengan luasan ruang berupa lebar ruangan yang terukur sehingga memungkinkan arus manusia dapat bergerak dari ruang satu ke ruang yang lain dengan leluasa. - Kenyamanan pergerakkan dan perpindahan manusia, dikaitkan dengan arah pencapaian serta jarak yang ditempuh. - Kemudahan dalam mencari dan memilih barang yang dibutuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
Berdasarkan pada pertimbangan di atas, maka program ruang yang memungkinkan untuk digabung adalah ruang-ruang yang memiliki fungsi, sifat, dan tuntutan yang sama. Sehingga, dapat menghasilkan fungsi bangunan yang optimal dan kemudahan dalam pelayanan. Adapun ruang-ruang tersebut antara lain: 1. Ruang Publik - Atrium/plaza - Art shop - Money changer, Bank - Travel agent - Restaurant, cafeteria - Salon kecantikan/ barber shop - Parkir 2. Ruang Pengelola - Security office - House keeping - Ruang rapat - Parkir staf - Mushola - Dapur 3. Ruang Servis - Gudang, work shop/bengkel - Area bongkar muat/loading dock - Ruang MEE - Ruang AC/water supplai III.6. Sistem Zoning Perlunya penetapan zoning vertical dan horizontal untuk memisahkan fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda. Zoning horizontal mendasari penempatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
ruang berdasarkan aksesibilitas, hirarki dan prioritas kenampakan. Zoning vertical mendasari penempatan suatu fungsi dengan pertimbangan aksesibilitas, segi kenampakan dan privacy yang dikaitkan dengan perletakkan pada level bangunan. Semakin jauh letak lantai dari permukaan tanah, semakin rendah nilai aksesibilitasnya dan kenampakannya, semakin tinggi tingkat privasinya.
Semakin dekat dengan permukaan tanah, semakin tinggi ilai aksesibilitasnya dan kenampakannya semakin rendah dari pricasi.
Gambar 3.2. system zoning Sumber: analisis penulis Sistem zoning dikaitkan dengan konteks lingkungan adalah semakin tinggi lantai bangunan, akan semakin jauh dari sumber kebisingan yang diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor di jalan, demikian sebaliknya.
III.7. Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau yang Direncanakan 1. Pola Gubahan Massa Masing-masing fungsi terletak di dalam bangunan sendiri yang dihubungkan oleh bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas bersama. Dengan adanya pemisahan, kepadatan traffic pengunjung akan berkurang, keprivasian tamu hotel akan terjaga. 2. Tata Ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
a. Tatanan ruang relevan pada penerapan pola massa tunggal yaitu memisahkan dan mengintegrasikan fungsi ruang dan kegiatan di dalam bangunan melalui koridor sebagai penghubung dengan titik simpul (magnet). b. Tatanan ruang diletakkan pada pola gubahan massa dengan pemisahan dan pengintegrasian ruang dan kegiatan serta pengorganisasian fungsifungsi kegiatan dapat diatur dalam satu system pergerakan yang saling terkait. 3. Sistem Bangunan a. Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan dalam bangunan hotel dan shopping mall terdiri dari dua macam, yaitu pencahayaan alami dan buatan dimana keduanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda akan tetapi harus dapat saling mendukung satu sama lain. Pencahayaan alami pada bangunan akan dimaksimalkan dengan penggunaan jendela yang lebar dan adanya sky light pada atap.Sedangkan pencahayaan buatan selain sebagai penerangan adalah sebagai pengarah sirkulasi dan menonjolkan elemen dekoratif serta nilai estetis. Agar lebih hemat energi, perlu dipertimbangkan pemilihan jenis lampu yang akan digunakan. b. Penghawaan Penghawaan pada bangunan hotel dan mall dengan pendekatan arsitektur hijau menggunakan sistem penghawaan alami. Penghawaan alami pada bangunan juga dibantu dengan sistem penghawaan buatan untuk mengantisipasi pengguna yang menginginkan penggunaan AC. Ketika AC dalam ruang dinyalakan, jendela akan ditutup rapat sehingga dapat
mengefisienkan
pemakaian
energy,
namun
ketika
tidak
membutuhkan AC, maka jendela dapat dibuka dengan mengatur sudut kemiringan bukaan jendela. Pemakaian jenis jendela yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
mengoptimalkan sistem penghawaan secara pasif, yaitu dengan menggunakan konstruksi gedung, bahan bangunan, dan pengkondisian udara tanpa membutuhkan peralatan. Sistem inilah yang nantinya akan banyak digunakan di dalan ruang–ruang hotel karena biayanya relatif murah dan menghemat energi. Prinsip dasar penghawaan alami yang digunakan adalah cross ventilation. Udara dialirkan melalui bukaan– bukaan pada dinding yang dipasang berhadapan dan tegak lurus. c. Sistem Energi Bangunan Bangunan hotel dan shopping mall merupakan fasilitas yang harus tercukupi kebutuhan energi dan bebas dari gangguan energi seperti pemadaman, oleh karena itu pada perencanaan hotel dan shopping mall, sistem energi menggunakan tiga sumber energi, yaitu PLN (main Energi), Genset (Backup energy), Solar Cell (alternative Energy).
III.8. Arsitektur Hijau pada Detail Arsitektural Implementasi konsep Arsitektur Hijau pada perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall yaitu dalam hal penyelesaian detail asitektural pada desain bangunan eksterior maupun interior. Berdasarkan beberapa teori dan preseden yang sudah ada, implementasi konsep Arsitektur Hijau diwujudkan dalam pemilihan warna, dan material, dimana dimaksudkan agar menjadi elemen pendukung
proses hemat
energi pada bangunan.
III.9. Pendekatan Lokasi sesuai Arsitektur Hijau Hotel dan shopping mall di Purwokerto diharapkan dapat menjadi sebuah fasilitas publik yang dapat mewadahi kebutuhan pengunjung wisatawan maupun sarana akomodasi bagi pendatang yang datang ke kota Purwokerto. Dengan penerapan prinsip arsitektur hijau yang bekerja di dalam bangunan dan lingkungan sekitarnya, dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
meminimalkan pengaruh terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat. Berikut criteria pemilihan lokasi untuk hotel dan shopping mall yang direncanakan: •
Sesuai dengan tata guna lahan.
•
Tidak terletak pada lahan konservasi.
•
Tidak terletak pada daerah rawan bencana.
•
Brownfield, memanfaatkan kembali lahan yang terkontaminasi atau terkena bahaya polusi sebagai respon dan semangat tindakan tanggung jawab terhadap lingkungan.
•
Memiliki sedikit dampak negatif terhadap kesehatan, kebisingan, polusi.
commit to user