1 PENERAPAN MODEL PAIKEM GEMBROT DALAM PEMBELAJARAN MENGAPRESIASI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS X 2 SMA NEGERI 1 DURENAN TRENGGALEK SEMESTER GENAP 2010/2011 Helina Fenty Ayu Ari Wiliasari Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Penerapan Model PAIKEM GEMBROT Dalam Pembelajaran Mengapresiasi Karya Seni Rupa Terapan Nusantara Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Kelas X 2 Sma Negeri 1 Durenan Trenggalek Semester Genap 2010/2011. Based on the first observation result in Senior High School 1 of Durenan, it is be able to be seen that condition of student of Senior High School 1 of Durenan is so various. The condition is academic ability differences and student character. The condition of study done by talkative and the lacking of using media and study method cause the student studying activities of the student bothered, so it influence process and result of studying. The researcher uses PAIKEM GEMBROT (Active, Innovative, Creative, Pleased, Happy, And Weighted Study) model to raise the student studying process and result.The kind of this research is class action research having 2 cycles. Each cycle consists of 4 steps which are planning, implementation, observation, and reflection. The subject used in this research is student of class X-2 of Senior High School 1 of Durenan in second semester whose number are 40 students with all of female students at Plantae topic. This research has purposes for (1) understanding the implementation of PAIKEM GEMBROT (Active, Innovative, Creative, Pleased, Happy, And Weighted Study) studying model and (2) understanding the implementation of PAIKEM GEMBROT (Active, Innovative, Creative, Pleased, Happy, And Weighted Study) model, for raising the process and result of student studying. Te procedures of data collecting are teacher activity observation in studying, student activity observation, giving a task done every beginning and end of cycle. The data analysis used for examining hypothesis is qualitative and descriptive analysis. From the research result, it can be conclude that there is an upgrading of student study process and result. It is suggested in order that the culture art teacher ought to raise the student study process and result. Keyword: the PAIKEM GEMBROT study model, appreciating, process, study result.
Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta diidk yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan seni” dan “belajar tentang seni”. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan
2 multikultural.
Multilingual
bermakna
pengembangan
kemampuan
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya. Multi dimensional bermakna pengembangan pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi/ekspresi dengan memadukan secara harmonis unsur-unsur estetika, logika, kinestika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna bahwa pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran alam masyarakat dan budaya yang majemuk (BNSP:2006). SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menerapkan kurikulum KTSP. Berbagai upaya dilakukan oleh guru dan elemen sekolah lainnya untuk menunjang pendidikan dan peningkatan hasil belajar. Salah satunya dengan diberlakukannya sistem “moving class” dan “hot spot area”. Selain dari sarana dan prasarana sekolah, upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah juga dilakukan oleh guru mata pelajaran. Begitu juga pada mata pelajaran Seni Budaya, Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang terdiri dari 4 sub mata pelajaran, yakni seni rupa, seni teater, seni musik, dan seni tari. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini adalah pembelajaran Seni Budaya pada kelas X yakni pada sub mata pelajaran seni rupa, hal ini dikarenakan karena kelas X merupakan kelas awal pada sekolah menengah dan menjadi landasan untuk pembelajaran seni di sekolah menengah pada tingkat kelas selanjutnya. Pembelajaran seni rupa kelas X pada tiap semesternya terdiri dari 2 Standar Kompetensi (SK) yaitu Standar Kompetensi (SK) Mengapresiasi karya Seni Rupa dan Standar Kompetensi (SK) Mengekspresikan diri melalui karya seni Rupa. Pada semester II (Semester Genap), Standar Kompetensi (SK) Mengapresiasi karya seni Rupa terdiri dari 2 Kompetensi Dasar (KD) yakni KD mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara, dan KD menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara.
3 Menurut pengalaman guru mata pelajaran Seni Budaya kelas X yang berhasil diwawancarai oleh peneliti, beliau mengemukakan pengalaman mengajar pada Semester I tentang kondisi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Beliau mengatakan bahwa dalam pembelajaran ekspresi/kreasi di kelas, siswa terlihat cukup antusias berkarya, namun ketika memasuki materi apresiasi kondisi siswa sebagian besar masih pasif. Guru Seni Budaya juga menambahkan bahwasanya para siswa di SMA Negeri 1 Durenan terutama kelas X lebih senang jika dilibatkan dalam pembelajaran. Namun materi apresiasi berbeda dengan ekspresi/kreasi, jika pada materi ekspresi guru dapat dengan mudah mengkondisikan siswa secara aktif, namun materi apresiasi berbeda dengan materi yang berkaitan dengan ekspresi. Pada materi apresiasi lebih difokuskan pada aktifitas mental dan sikap berapresiasi, sehingga aktivitas gerak siswa di kelas menurut beliau kurang optimal. Pada wawancara berikutnya beliau menyatakan bahwa di antara 7 kelas X, yang paling menunjukkan keaktifan yang kurang optimal dalam kegiatan belajar mengajar adalah kelas X2. Menurut beliau, pada kegiatan belajar mengajar siswa kurang memberikan tanggapan, pertanyaan, maupun sanggahan pada guru. Dalam pengumpulan tugas sering terlambat, dan tentu saja hal tersebut mempengaruhi hasil belajar mereka. Setelah mengetahui permasalahan awal dari hasil wawancara dengan guru seni Budaya kelas X, maka peneliti melakukan observasi awal pada kelas X2. Peneliti mengobservasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan kondisi siswa di kelas. Selain observasi, peneliti juga mengadakan wawancara dengan kelas seluruh siswa kelas X2. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada pembelajaran yang dilakukan guru Seni Budaya, peneliti mengetahui situasi mengajar yang dilakukan oleh guru Seni Budaya dimana guru mengajar dengan didominasi ceramah lalu menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS Seni Budaya, ketika melakukan konsultasi tentang karya seni guru memanggil satu persatu siswa ke meja guru. Sedangkan dari hasil wawancara langsung dengan kelas X2 diperoleh hasil yaitu kurang optimalnya interaksi guru-siswa di dalam kelas, metode yang disampaikan guru cenderung ceramah, beberapa siswa yang kurang paham dan takut untuk bertanya, kurangnya pemberian penguatan, serta kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang menunjang pembelajaran, se-
4 hingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang optimal. Berdasarkan uraian beberapa masalah di kelas tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan Model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot), dengan harapan dengan adanya penelitian ini diharapkan isi dan hasil penelitian ini mampu menggambarkan model PAIKEM GEMBROT secara nyata dan terstruktur. Penelitian ini diharapkan menjadi realisasi dari berbagai macam teori belajar yang mendasari berkembangnya model PAIKEM GEMBROT, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pada tahap evaluasi, minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Seni Budaya khususnya pada Standar Kompetensi Apresiasi dapat meningkat, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, serta agar guru mempunyai referensi tentang penggunaan model pembelajaran dan media yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan tidak membuat siswa bosan sehingga merasa tertarik dengan pelajaran Seni Budaya terutama materi apresiasi. Dalam upaya peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran diperlukan peran dari segenap pihak termasuk guru. Peran guru atau pendidik sangat penting dalam pembelajaran, guru harus menguasai berbagai macam model dan pendekatan dalam mengajar, pendekatan dan model ini sangat penting dikuasai karena setiap materi yang akan diajarkan memiliki kekhususan tersendiri. Setiap materi berbeda – beda cara pendekatan dan pengajarannya. Untuk itu guru sangat penting menguasainya, termasuk pada model PAIKEM GEMBROT yang tentunya memiliki karakteristik pembelajaran tersendiri. PAIKEM GEMBROT adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Aktif, pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Dalam proses belajar peserta didik tidak semestinya diperlakukan seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses, dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru. Inovatif,dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide–ide baru atau inovasi–inovasi positif yang lebih baik.
5 Kreatif,pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imaginasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti. Dengan demikian, guru dituntut untuk mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam sehingga seluruh potensi dan daya imajinasi peserta didik dapat berkembang secara maksimal. Efektif, model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung. Diakhir kegiatan proses pembelajaran harus ada perubahan pengetahuan, sikap, dan keteraampilan pada diri peserta didik. Menyenangkan, pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Disamping itu, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah bagi peserta didik yang pada gilirannya akan mendorong motivasinya semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan belajar berikutnya (Ismail, 2008:46). Pembelajaran yang gembira, merupakan pembelajaran yang peserta didiknya merasa senang terhadap pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran berkesan di hati peserta didik yang memotivasi peserta didik untuk semangat belajar. Pembelajaran memberikan suasana ceria dan bersuka ria sehingga peserta didik tidak merasa jenuh atau bosan. Pembelajaran yang berbobot merupakan pembelajaran yang memiliki nilai yang bermutu tinggi. Memiliki kebermaknaan dalam materi pembelajarannya (Iif dan Sofan Amri: 2011). Penerapan model PAIKEM GEMBROT dalam pembelajaran mengapresiasi seni rupa terapan Nusantara dilakukan dengan berbagai metode, antara lain diskusi, demonstrasi, ceramah plus, tanya jawab, dan simulasi. Pembelajaran mengapresiasi dimulai dari tahap identifikasi yakni pada kompetensi dasar mengidentifikasi keunikan teknik dan gagasan dalam karya seni rupa terapan Nusantara, lalu dilanjutkan dengan menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara. Dalam mengidentifikasi karya seni rupa terapan Nusantara, metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode CPTT (Ceramah Plus Tanya Jawab), diskusi dan peer theaching. Guru dapat menggunakan media yang berupa gambar, slide power point dan film. Sebelum memulai materi pelajaran di awal materi guru memberikan pretest, pada pertemuan selanjutnya guru memberikan penugasan terstuktur untuk portofolio dan penugasan kelompok. Dalam pelaksa-
6 naan pembelajarannya guru menerapkan metode peer theaching, yakni siswa menjelaskan kepada siswa lain tentang point-point materi yang sebelumnya sudah dibagi oleh guru. Siswa belajar mandiri dengan memanfaatkan pojok baca yang berisi tentang artikel, buku maupun hand out yang telah disiapkan oleh guru. Postest diadakan pada akhir
materi. Penilaian menyeluruh selain dilakukan
dengan hasil tes, juga dilakukan dengan mengobservasi kegiatan siswa dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam Bandi Sobandi(2008:104) apresiasi merupakan kegiatan mental individu dalam proses penilaian. Apresiasi seni berarti mengerti seluruhnya tentang seluk-beluk sesuatu hasil karya seni serta menjadi sensitif terhadap segisegi estetika. Proses kegiatan mengapresiasi karya seni dapat mengembangkan kemampuan estetik terhadap karya seni. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan menganalisis karya melalui pendekatan ekspresif, emosional, struktural/formal, serta memahami isi karya yang berhubungan dengan elemenelemen atau bagian-bagian yang bersifat eksternal dan membentuk kesatuan. Menurut Tabrani (1998: 20-23 dalam Bandi Sobandi, 2008: 117-118) menguraikan tingkatan apresiasi sebagai berikut: a.Kejutan (surprise) Kejutan akan terjadi ketika kita berhadapan dengan sesuatu karya pada “pandangan pertama” sehingga jatuh cinta. Ini sebagai akibat cirri-kreasi karya yang iseng atau novel. b.Empati Dalam apresiasi seni terjadi pula proses empati, yaitu si pengamat turut serta merasakan ungkapan, curahan hati penciptanya. Turut serta merasakan suka duka, pikiran, perasaan, pandangan hidup dan watak yang tercermin dalam karya seni tersebut. Empati merupakan proses intuitif diiringi rasa-indah-estetis (feeling into form) yang berada dalam sadar-ambang sadar. Dengan demikian, empati berhubungan dengan estetik dan bentuk. c.Rasa-Betul-Estetis Mereka yang terlalu rasionil akan mendapat kesulitan mencapai empati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Betul-Estetis melalui proses rasionil. Ba-
7 gi apresiator umum sudah cukup sudah cukup sampai pada Rasa-Betul-Estetis, tapi bagi para mahasiswa seni diikuti dengan intuitif dan kreatif. d.Simpati Simpati berhubungan dengan etika dan isi pesan/content/fungsi suatu karya. Simpati berarti “feeling with”. Ini merupakan penjabaran intuisi yang sudah mulai merasakan meningkatnya perasaan-hanyut. Jika kita merasa simpati pada seseorang maka kita seakan-akan merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh orang itu dan jika kita memusatkan diri pada suatu hasil seni, maka kita memproyeksikan diri kita ke dalam bentuk hasil seni itu, dan perasaan kita ditentukan oleh apa yang kita ketemukan di sana., oleh dimensi yang kita dapatkan. e.Rasa-Benar-Estetis Orang yang terlalu rasional akan mendapat kesulitan mencapai smpati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Benar-Estetis karena etika bisa didekati dengan ilmu pengetahuan. f. Terpesona Umumnya Empati lebih dulu dari Simpati. Suatu karya mampu membawa apresiator menjadi Empati dan Simpati hingga terjadi integrasi rasa-indah-estetis (feeling into-nya empati) dengan rasa-hanyut (feeling with-nya simpati) maka karya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut mencapai rasa apresiasi terpesona. Transformasi suatu karya yaitu suatu perasaan yang timbul bila berhadapan dengan suatu karya yang integral dan jujur. g.Terharu Proses ini terjadi ditandai proses penghayatan yang merupakan peleburan sadar-ambang sadar-tak sadar menjadi suatu kesatuan. Penerapan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode diskusi, tanya jawab, peer teaching dan role playing. Guru memberi pretest dan posttest pada siswa. Selain itu guru memberikan tugas terstruktur dan kelompok berupa membuat majalah dinding tentang apresiasi seni terapan daerah setempat. Penilaian yang dilakukan guru berupa tes dan non tes. Teknik penilaiannya dengan instrument test, observasi/pengamatan dan penugasan. Guru dapat
8 menggunakan media gambar, film, power point dan media realia berupa hasil karya seni rupa terapan siswa itu sendiri. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelediki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan metode yang berbeda. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2007: 3) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama Menurut Arikunto (2007: 16) ada 4 langkah utama dalam Penelitian Tindakan Kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas untuk dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti siklus pertama. Seperti yang diungkapkan Arikunto mengenai tahap-tahap pelaksanaan PTK, Trianto (2011:72) mengungkapkan bahwa PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dialami, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan dengan tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan. Sebuah Sekolah Menengah Atas yang terletak di Jalan Kendalrejo No. 82 Durenan,Trenggalek. Sekolah ini letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau kendaraan karena terletak di pinggir jalan raya Tulungagung– Trenggalek. Selain itu, SMA Negeri 1 Durenan merupakan salah satu sekolah favorit di kabupaten Trenggalek. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari–April 2011. Subjek penelitian adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan pada semester genap tahu ajaran 2010/2011. Jumlah siswa adalah 40 orang. Dipilihnya kelas ini berda-
9 sarkan beberapa alasan, di antaranya kemampuan mengapresiasi yang masih kurang optimal serta kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui tes, observasi, wawancara, angket, catatan lapangan dan dokumentasi. HASIL Proses Belajar Siswa Kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan pada Pembelajaran Karya Seni Rupa Terapan Nusantara dengan Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (PAIKEM GEMBROT) Data proses belajar siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh dari hasil observasi dan hasil lembar seating chart. Berdasarkan observasi dan lembar seating chart diperoleh data proses belajar siswa sebagai berikut: Observasi Keterlaksanaan Keterlaksanaan Respon Siswa Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan respon siswa diperoleh data proses belajar siswa siklus I dan II. Keterlaksanaan respon siswa terhadap tindakan guru yang dilaksanakan di kelas mengalami peningkatan pada siklus II. Seperti disajikan pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Prosentase Proses Belajar Siswa Siklus I Kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan Mengidentifikasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Rupa Terapan Nusantara No Aspek Pertemuan Keterangan Pertama Kedua Ketiga 1 Aktif 48 70 90 Meningkat 2 Inovatif 37 61 83 Meningkat 3 Kreatif 38 68 83 Meningkat 4 Efektif 69 67 87 Meningkat 5 Menyenangkan 46 70 81 Meningkat 6 Gembira 47 67 86 Meningkat 7 Berbobot 43 73 86,5 Meningkat Rata-rata 43,7 68 85,21 Meningkat
Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I yang terdapat pada tabel 1.1, pada pertemuan pertama respon belajar siswa cenderung rendah dibandingkan pada pertemuan kedua dan ketiga yang mengalami peningkatan.
10 Tabel 1.2 Prosentase Proses Belajar Siswa Siklus II Kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan Menampilkan Sikap Apresiatif terhadap Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Rupa Terapan di Wilayah Nusantara No Aspek Pertemuan Keterangan Pertama Kedua Ketiga Keempat (%) (%) (%) (%) 1 Aktif 92 92 98 98 Meningkat 2 Inovatif 96 93 97 98 Meningkat 3 Kreatif 93 98 99 98 Meningkat 4 Efektif 89 89 90 90 Meningkat 5 Menyenangkan 89 92 93 97 Meningkat 6 Gembira 86 89 91 94 Meningkat 7 Berbobot 95 99 99 99 Meningkat Rata-rata 91.43 93.14 95.3 96. 3 Meningkat
Berdasarkan pada tabel 1.2, persentase rata-rata proses belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap pertemuan. Pada pertemuan pertama, proses belajar siswa cenderung laih rendah. Namun, jika dibandingkan dengan siklus I, proses belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Observasi Seating Chart Observasi seating chart diisi oleh siswa, dan dilaksanakan pada saat kegiatan diskusi kelompok. Lembar seating chart diisi oleh siswa yang bertindak sebagai ketua kelompok. Berdasarkan hasil observasi melalui seating chart diperoleh data proses belajar siswa siklus I dan II pada tabel 1.3 Tabel 1.3 Prosentase Rekapitulasi Data Hasil Seating Chart Siklus I dan II Mengidentifikasi Keunikan Teknik Dan Gagasan Dalam Karya Seni Rupa Terapan Nusantara No Aspek Persentase (%) Persentase (%) Keterangan siklus I Siklus II 1 Bertanya 43 78 Meningkat 2 Menjawab 50 79 Meningkat 3 Berpendapat 52 74 Meningkat 4 Presentasi 44 81 Meningkat 5 Mencatat 89 100 Meningkat Persentase rata-rata 55 82 Meningkat
Berdasarkan tabel1.3, persentase proses belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Aspek yang diamati adalah aspek bertanya, menjawab, berpendapat, presentasi, dan mencatat.
11 Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan pada Pembelajaran Mengapresiasi Karya Seni Rupa Terapan Nusantara dengan Penerapan Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (PAIKEM GEMBROT) Ranah Kognitif Hasil pretest dan posttest Hasil pretest dan posttest diperoleh dari skor tes siklus I, pretes diadakan sebelum melakukan tindakan pada awal siklus, sedangkan post test dilakukan pada akhir siklus. Hasil belajar aspek kognitif berdasarkan hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut. Tabel 1.4 data hasil belajar siswa ranah kognitif siklus I Pre test Post test Tuntas Belum tuntas Tuntas 12 siswa 28 siswa 38 siswa 30% 70% 95%
Belum tuntas 2 siswa 5%
Hasil belajar aspek kognitif melalui tes siklus II dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut. Tabel 1.5 data hasil belajar siswa ranah kognitif siklus II Pre test Post test Tuntas Belum tuntas Tuntas 20 siswa 20siswa 40 siswa 50% 50% 100%
Belum tuntas 0 siswa 0%
Berdasarkan tabel 4.38 dan 4.39 pada aspek kognitif siswa pada saat pretest siklus I sebelum dilaksanakan tindakan cenderung rendah. setelah dilaksanakan tindakan, pada akhir siklus II hasil posttest siswa cenderung mengalami peningkatan. Hasil portofolio Hasil portofolio siswa diperoleh dari rata-rata keseluruhan nilai tugas siswa yang dikumpulkan pada guru. Hasil nilai portofolio pada Siklus I disajikan pada tabel 1.6 berikut. Tabel 1.6 Nilai Portofolio Aspek Kognitif Siklus I Nilai rata-rata portofolio Tuntas Belum tuntas 35 siswa 5 siswa 80% 20%
Sedangkan hasil nilai portofolio pada siklus II disajikan dalam tabel 1.7 berikut.
12 Tabel 1.7 Data hasil portofolio siswa ranah kognitif Siklus II Nilai rata-rata portofolio Tuntas Belum tuntas 40 siswa 0 siswa 100% 0%
Dari data yang disajikan pada tabel 1.6 dan 1.7, hasil nilai kognitif yang diperoleh dari hasil portofolio siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Adapun standarketuntasan minimum dari nilai kognitif adalah 70. Ranah Psikomotor Hasil belajar ranah psikomotor siswa diperoleh dari data observasi ranah psikomotor dan angket skala bertingkat ranah psikomotor. Hasil ranah psikomotor disajikan pada tabel 1.8 berikut. Tabel 4.42 Prosentase hasil belajar psikomotor siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Durenan Siklus I dan II Prosentase Prosentase No Aspek Psikomotor siklus II Keterangan siklus I (%) (%) 1 Aspek terampil menyiapkan diri untuk Meningkat 92,5 95,83 mengikuti kegiatan belajar mengajar Meningkat 2 Aspek keterampilan dalam melakukan in80 93,3 struksi-instruksi kegiatan pembelajaran Meningkat 3 Aspek ketekunan dan partisipasi siswa da79,1 85,83 lam setiap langkah/tahap pembelajaran Meningkat 4 Aspek menggunakan waktu secara efektif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran 77,5 91,66 baik mandiri maupun kelompok Meningkat 5 Kesesuaian tugas siswa 85,83 89,16 Persentase rata-rata
82,9
91,156
Meningkat
Dari tabel 1.8, nilai aspek psikomotor siswa mengalami kenaikan pada siklus II. Adapun standar ketuntasan mnimum nilai psikomotor adalah 75, yakni siswa yang persentase psikomotornya 75% atau lebih dinyatakan tuntas. Sedangkan untuk penilaian psikomotor melalui metode angket skala bertingkat diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 1.9 berikut Tabel 1.9 Prosentase hasil belajar psikomotor Siklus I dan II siswa melalui skala bertingkat. Siklus I Siklus II Dengan No Huruf Ket kata Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 A Baik sekali 1 2,5% 3 7,5% Meningkat 2 B Baik 26 65% 27 92,5 Meningkat 3 C Cukup 13 32,5% 0 0 4 D Kurang 0 0 0 0 5 K Sangat kurang 0 0 0 0 Jumlah 40 40
13 Dari tabel 1.9 nilai aspek psikomotor siswa mengalami kenaikan pada siklus II. Adapun standar ketuntasan mnimum nilai psikomotor adalah 75% (B), yakni siswa yang persentase psikomotornya 75% atau lebih dinyatakan tuntas. Pada siklus I sebanyak 13 siswa tidak tuntas, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan dan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Ranah Afektif Hasil belajar ranah afektif siswa diperoleh dari data observasi ranah afektif dan angket skala bertingkat ranah afektif. Observasi ranah afektif siswa siklus I terdiri dari 5 aspek pengamatan yang berkaitan dengan kualitas afektif siswa dalam melakukan identifikasi sedangkan pada siklus II berkaitan dengan kualitas afektif siswa dalam melakukan apresiasi karya seni rupa terapan Nusantara. Hasil ranah afektif dengan metode observasi disajikan pada tabel 1.10 berikut: Tabel 1.10 Prosentase hasil belajar afektif siswa kela X2 SMA Negeri 1 Durenan Siklus I dan II Siklus I Siklus II KeteranNo Aspek Afektif Prosentase Aspek Afektif Prosentase gan (%) (%) 1 Kehadiran peserta Kehadiran peserta didik 100 Meningkat 95 didik 2 Aspek disiplin Aspek disiplin dalam Meningkat dalam mengerjamengerjakan dan men78,3 91,66 kan dan mengumgumpulkan tugas pulkan tugas 3 Aspek saling beAspek saling bekerjasakerjasama dalam ma dalam berdiskusi baik Meningkat berdiskusi baik dalam kelompok, antar 78,3 87,5 dalam kelompok, teman maupun dengan antar teman mauguru pun dengan guru 4 Aspek presentasi, Aspek presentasi, berMeningkat bertanya, menja- 70,8 tanya, menjawab 77 wab 5 Aspek kualitas Kualitas refleksi apresiaidentifikasi karya tif siswa terhadap karya Meningkat seni rupa terapan 72,5 seni rupa terapan Nusan- 81 Nusantara. tara Rata –rata
78,98%
87%
Meningkat
Dari penyajian tabel 1.10, nilai aspek afektif siswa mengalami kenaikan pada siklus II. Adapun standar ketuntasan mnimum nilai afektif adalah 75, yakni siswa yang persentase afektifnya 75% atau lebih dinyatakan tuntas. Sedangkan untuk penilaian afektif melalui metode angket skala bertingkat diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 1.11 berikut.
14 Tabel 1.11 Prosentase hasil belajar afektif siswa melalui skala bertingkat siklus I dan II Siklus I Siklus II No Kriteria Keterangan Ket Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 A Baik sekali 1 2,5% 3 7,5% Meningkat 2 B Baik 25 62,5% 27 92,5 Meningkat 3 C Cukup 14 35% 0 0 4 D Kurang 0 0 0 0 5 K Sangat kurang 0 0 0 0 Jumlah
Dari penyajian tabel 1.11, nilai aspek afektif siswa mengalami kenaikan pada siklus II. Adapun standar ketuntasan mnimum nilai afektif adalah 75, yakni siswa yang persentase afektifnya 75% atau lebih dinyatakan tuntas pada siklus I siswa tidak tuntas berjumlah 14 siswa dan pada siklus II seluruh siswa dinyatakan tuntas.
PEMBAHASAN Penerapan Model PAIKEM GEMBROT Dalam Pembelajaran Mengapresiasi Karya Seni Terapan Nusantara Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMAN 1 Durenan Trenggalek Dalam pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti menggunakan pendekatan PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira Dan Berbobot). Pendekatan dalam PAIKEM GEMBROT, pembelajaran menekankan pada optimalisasi perbuatan/aktifitas siswa, untuk guru harus mempertimbangkan dan menyiapkan dengan matang mulai dari metode mengajar, media pembelajaran, sumber belajar, pengaturan kelas serta tugas-tugas yang akan menuntun siswa untuk belajar lebih mandiri. Pelaksanaan Model PAIKEM GEMBROT Dalam Pembelajaran Mengapresiasi Karya Seni Terapan Nusantara Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMAN 1 Durenan Trenggalek Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan selama 3 pertemuan atau 6 jam pelajaran. Metode yang digunakan guru adalah ceramah plus, diskusi, dan peer theaching. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, guru mengawali pertemuan dengan mengadakan pretes untuk menegtahui kemampuan awal siswa. Pada tahap selanjutnya guru memulai pembelajaran, pada tahap awal guru melakukan pembelajaran mandiri dengan menyajikan media, pojok baca dan lembar mandiri. Selanjutnya guru memberikan kesempatan presentasi, namun pada pertemuan pertama siswa masih terlihat takut untuk berpresentasi. Pada pertemuan selanjutnya guru mengadakan diskusi kelompok,dalam diskusi kelompok siswa lebih aktif dan lebih bebas berpendapat. Namun untuk melaksanakan
15 presentasi, siswa masih malu dan takut. Pada siklus I respon siswa terhadap tugas dan media yang diberikan guru sangat baik, siswa antusias memperhatikan media yang dipresentasikan guru. Pada akhir siklus I guru mengadakan post test untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa. Dalam siklus I ini kelebihan pembelajarannya adalah pada segi tingkat keaktifan siswa, respon terhadap media dan kesenangan siswa saat mengikuti pelajaran. Namun kelemahan pada pelaksanaan siklus I adalah masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan terkesan malu dalam presentasi. Pelaksanaan Model PAIKEM GEMBROT Dalam Pembelajaran Mengapresiasi Karya Seni Terapan Nusantara Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMAN 1 Durenan Trenggalek Siklus II Siklus II dilaksanakan selama 4 pertemuan. Pada pelaksanaan siklus II guru menerapkan metode simulasi yang terdiri dari peer teaching, role playing dan simulasi game. Pada siklus II ini kegiatan siswa lebih banyak dan kompleks. Siswa melakukan bermain peran seperti pada siklus II pertemuan ketiga, yaitu bermain peran seolah-olah mengadakan kunjungan ke museum/galeri seni. Siswa diberikan properti yang sudah disiapkan guru. Selain menggunakan metode simulasi, guru juga menggunakan media film, internet dan video untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi. Pada siklus II ini guru melaksanakan pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan siswa. Kegiatan siklus II ini siswa terlihat sangat senang, siswa sangat memperhatikan guru. Peningkatan respon siswa ini juga ditandai dengan pengumpulan tugas yang tepat waktu dan perbaikan tugas yang dilakukan siswa secara berkesinambungan. Dibandingkan dengan siklus I, banyak peningkatan dan kemajuan yang terjadi pada siklus II. Banyak siswa yang berani menyampaikan pendapat secara terbuka pada forum kelas maupun pada saat diskusi, kegiatan presentasi menjadi lancar dan tugas yang dikerjakan siswa memiliki inovasi dengan format yang menarik dan sesuai karakter masing-masing siswa. Siswa juga tidak malu-malu berkonsultasi dengan guru baik secara formal di kelas maupun informal. Hal ini sangat membantu siswa dalam mengerjakan tugas, latihan maupun tagihan siswa. Secara umum, pada siklus II ini aktifitas siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan dan kemajuan.
16 Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMAN 1 Durenan Trenggalek Setelah Penerapan Model PAIKEM GEMBROT Dalam Pembelajaran Mengapresiasi Karya Seni Terapan Nusantara Proses Belajar Proses belajar siswa ditentukan dari observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Observasi proses pembelajaran dilakukan dengan observasi keseluruhan dan observasi seating chart yang dilakukan oleh siswa. Ditinjau dari observasi keseluruhan dari siklus I, pada awal pertemuan siklus I prosentase rata-rata proses siswa adalah 43,7%, yakni kurang dari separuh jumlah siswa di kelas yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini bisa disebabkan karena siswa belum terbisaa dengan pembelajaran yang inovatif. Pada akhir siklus I prosentase proses pembelajaran meningkat menjadi 85,21%. Jadi proses belajar siswa diklasifikasikan baik dalam proses pembelajaran. Dilanjutkan dengan siklus II, pada awal siklus II keterlibatan siswa meningkat menjadi 91,43% dan pada akhir siklus II prosentase meningkat menjadi 96,3%. Dari prosentase tersebut diklasifikasikan proses belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik. Sedangkan dari observasi seating chart pada siklus I diperoleh prosentase ratarata sebesar 55% jadi proses belajar siswa dalam kegiatan kelompok masih rendah. Pada akhir siklus II prosentase meningkat menjadi 82%. Jadi peningkatan prosentase siswa dalam kegiatan kelompok diklasifikasikan baik. Dari hasil proses prosentase proses belajar siswa dapat disimpulkan bahwa pada aspek proses pembelajaran siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut seiring dengan penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan guru dengan sistem multimetode. Hasil Belajar Ranah Kognitif Pada siklus I pretest diadakan pada pertemuan pertama. Hasil pretest siswa adalah 30% siswa dinyatakan tuntas dan 70% siswa dinyatakan tidak tuntas. Hal ini dikarenakan kemampuan awal siswa masih rendah sedangkan pada akhir siklus I mengalami peningkatan, yakni 95% siswa tuntas dan 5% siswa dinyatakan tidak tuntas. Pada penilaian portofolio siswa pada siklus I sebanyak 80% siswa dinyatakan tuntas dan 20% dinyatakan belum tuntas. Pada siklus II hasil belajar siswa dari pretest adalah 50%, berari 20 siswa dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan pada akhir siklus II mengalami peningkatan menjadi 100%, yakni keseluruhan siswa dinyatakan tuntas. Pada penilaian portofolio 100 % siswa dinyatakan tuntas.
17 Ranah Psikomotor Pada ranah psikomotor siklus I, prosentase hasil belajar psikomotor melalui metode observasi siswa adalah 85,83%. Pada siklus I hasil keseluruhan aspek psikomotor siswa dinyatakan baik. Standar ketuntasan minimal siswa pada aspek psikomotor adalah 75 yakni dengan prosentase 75%, dari hasil psikomotor siklus I terdapat 12 siswa yang belum tuntas. Pada siklus II hasil belajar psikomotor siswa mengalami peningkatan yakni menjadi 91,156%. Pada metode angket skala bertingkat, nilai ketuntasan minimal adalah 75% atau dalam huruf adalah B. Prosentase siswa yang tuntas pada siklus I adalah 67,5% yaitu sekitar 27 siswa dengan rincian siswa yang mendapat nilai A sebanyak 1 orang, dan nilai B sebanyak 26 orang, dan siswa dengan nilai tidak tuntas adalah 13 siswa dengan nilai C atau kurang dari 75% . Sedangkan pada siklus II seluruh siswa dinyatakan tuntas dengan rincian siswa dengan nilai A sebanyak 3 orang dan nilai B sebanyak 37orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ranah psikomotor siswa mengalamai peningkatan. Ranah Afektif Pada siklus I melalui metode observasi, prosentase nilai ranah afektif siswa adalah 78,98%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87%. Pada ranah afektif melalui metode angket skala bertingkat, siswa dinyatakan tuntas apabila nilainya mmenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 75 atau dengan huruf B. Pada siklus I terdapat 35% siswa tidak tuntas yakni 14 orang siswa mendapat nilai C, 1 orang siswa tuntas mendapat nilai A dan 25 orang lainnya mendapatkan nilai B dan dinyatakan tuntas. Pada siklus II keseluruhan siswa dinyatakan tuntas dengan rincian 7,5% siswa mendapat nilai A atau 3 orang siswa. Sedangkan 92,5% siswa dinyatakan tuntas dengan nilai B. secara umum hasil belajar siswa pada ranah afektif dinyatakan mengalami peningkatan. PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi seni rupa terapan Nusantara dengan menggunakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot) dilakukan dengan melaksanakan komponen-komponen pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot sesuai dengan materi apresiasi seni
18 rupa terapan. Dalam pembelajaran difokuskan pada perbuatan siswa. Pembelajaran dilakukan baik individu maupun kelompok. Pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi seni rupa terapan Nusantara dengan menggunakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot) dapat meningkatkan proses belajar siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan keterlibatan dan aktifitas serta respon siswa selama pembelajaran yang dilakukan baik pada siklus I maupun siklus II. Pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi seni rupa terapan Nusantara dengan menggunakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini telihat dari peningkatan hasil pretest dan posttest serta nilai portofolio baik pada siklus I maupun siklus II. serta peningkatan hasil rahah psikomotor dan afektif siswa baik pada siklus I maupun pada siklus II. SARAN Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan proses dan hasil belajar pada pembelajaran mengapresiasi seni rupa terapan Nusantara. Untuk itu saran yang perlu peneliti sampaikan kepada berbagai pihak, antara lain: Bagi Siswa Saran bagi siswa SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek khususnya siswa kelas X-2, diharapkan agar mampu lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam kelas, bentuk-bentuk peran aktif siswa dapat berupa interaksi dengan guru siswa yang lain serta lingkungan, antara lain dengan bertanya, menjawab, berpendapat, menanggapi, serta melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Bagi Guru Bagi guru Seni Budaya di SMA Negeri 1 Durenan agar diusahakan menggunakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira Dan Berbobot) dikarenakan karakteristik permasalahan pada kelas X2 yang tidak sama dengan kelas lain untuk lebih meningkatkan proses dan hasil belajar siswa baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
19 Bagi Sekolah Saran peneliti bagi pihak sekolah, khususnya SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek yaitu diharapkan agar sekolah mencoba menyusun dan menggunakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot) dengan menambahkan fasilitas-fasilitas yang menunjang pelaksanaan pembelajaran khusunya dengan menggunakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot) karena kebermanfaatannya yang sangat besar bagi peningkatan proses dan hasil belajar siswa Bagi Peneliti Selayaknya hasil karya seorang manusia, penelitian yang dilakukan peneliti masih belum sempurna, untuk itu diharapkan peneliti sendiri mampu melakukan perbaikan-perbaikan baik dari penelitian maupun perbaikan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti diharapkan mampu melaksanakan model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot) pada pelaksanaan pembelajaran kelak jika mengajar di kemudian hari. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindaakn Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Faisal, Sanafiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik Oemar,2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni ,2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Khoiru,Iif Ahmadi & Sofan Amri.2011. PAIKEM GEMBROT Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Sebuah Analisis Teoritis Konseptual dan Praktis). Jakarta: Prestasi Pustaka. Muhaimin,dkk,1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV Citra Media.Sudjana,Nana. 1990. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
20 Purwanto, Edy. 2005. Evaluasi Proses Dan Hasil Dalam Pembelajaran Aplikasi Dalam Pembelajaran Geografi. Malang: Univrsitas Negeri Malang. Sabana, Srtiawan & Asep. 2007. Seni Rupa untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis. Sachari, Agus. 2007. Seni Rupa dan Desain untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Soebandi, Bandi. 2008. Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo: Maulana Offset. Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.