Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian Terhadap Performans dan Bobot Potong Domba Sei Putih (The Effect of Oil Palm Industry by Product and Agriculture by Product on Performance and Slaughter Weight of Sei Putih Sheep) Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni (Staf Pengajar Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU)
Abstract: The objectives of this research were to test the comparison of three concentrates on Performance and slaughtered weight of Sei Putih sheep for fat growth. The experiment was using completely randomized experimental design (RAL) by three treatments and six replications, where the treatment was (T1= grass + A concentrate; T2= grass + B concentrate, and T3= grass + C concentrate, respectively). And each replication consisted of one sheep. This research used eighteen sheep with average age 3-5 months and body weight range from 12 to 19 kg per animal with average15 kg. This research showed that usage of three concentrates from oil palm industry by product, agriculture by product and conventional concentrate at Sei Putih sheep not significant effect on consumption of feeds, average daily gain, feed conversion ration and slaughtered weight. The result of this research could be concluded that the three concentrates from oil palm industry by product, agriculture by product had similar effect with conventional concentrate on Performance and slaughtered weight of Sei Putih sheep. Key words: Oil palm industry by product, agriculture by product, Sei Putih sheep. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tiga macam konsentrat yang terdiri atas hasil sampingan industri kelapa sawit, limbah pertanian, dan konsentrat konvensional terhadap Performans dan bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, di mana perlakuan T1 yaitu rumput + konsentrat A; T2 yaitu rumput + konsentrat B; T3 yaitu rumput + konsentrat C, dan setiap ulangan terdiri dari 1 ekor ternak sehingga ternak yang digunakan sebanyak 18 ekor dengan umur rata-rata 5-6 bulan dan bobot hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan ketiga macam konsentrat pada domba Sei Putih secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsentrat dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian sama efeknya dibandingkan dengan konsentrat konvensional terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong domba Sei Putih. Kata Kunci: Hasil samping industri kelapa sawit, limbah pertanian, domba Sei Putih.
Pendahuluan Latar Belakang Untuk mendorong usaha peternakan yang berorientasi pasar, pemeliharaan ternak domba merupakan cara yang efektif dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat, yaitu mampu meningkatkan pendapatan peternak berpenghasilan rendah. Ternak domba juga mudah dipelihara, biaya pemeliharaannya tidak begitu besar, dapat
dijual sewaktu-waktu serta mudah beradaptasi dengan lingkungan (Diwyanto et al., 1996). Untuk pelaksanaan di tingkat lapangan, pengembangan subsektor peternakan tidak dapat berkembang hanya secara parsial saja, namun harus terpadu dengan subsektor lainnya. Hal yang sangat terkait dengan subsektor peternakan adalah subsektor perkebunan dan pertanian sebagai sumber usaha peternakan. Hal ini berkaitan dengan penyediaan lahan untuk tanaman pakan ternak yang dapat dilaksanakan di antara tanaman perkebunan. Di
7
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
samping itu hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya Propinsi Sumatera Utara masih banyak belum termanfaatkan. Limbah pertanian dan hasil sampingan industri kelapa sawit tersebut sangat bermanfaat bagi peternakan, sebab berperan cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan pakan tambahan dan sebagai pengganti rumput bagi ternak ruminansia, terutama pada waktu musim kemarau. Pada musim kemarau rumput-rumputan terganggu pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang tersedia akan kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Bahkan di daerah-daerah tertentu rumput pakan ternak akan kering dan mati. Akibat yang timbul adalah kekurangan pakan hijauan. Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan hijauan, peternak akan menggunakan limbah pertanian dan hasil sampingan industri kelapa sawit yang tersedia di sekitarnya. Sebagai contoh, lumpur sawit dan bungkil inti sawit dari hasil sampingan industri kelapa sawit sangat potensial sebagai pakan alternatif di daerah sekitar perkebunan kelapa sawit. Sedangkan limbah pertanian sangat jarang digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh kulit buah markisa dan limbah nenas juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Laju pertumbuhan ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari masingmasing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan, dan iklim. Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik di mana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Nilai pertambahan bobot hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peternak, di mana menurut Hutagalung (1995), pada penelitian yang dilakukan pada domba Sei Putih yang mendapat rumput paspalum dilatatum dengan suplementasi molasses, urea, dan mineral di mana pertambahan bobot badannya hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian domba semakin tinggi pada konsumsi ampas tahu yaitu sebesar 126 g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5% dari bobot badan (Junjungan, 1995). Bobot potong merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap komposisi tubuh
8
sehingga perlu mendapatkan perhatian. Bobot potong mempunyai pengaruh yang besar terhadap komposisi karkas, tetapi tentunya tidak terlepas pula dengan ketergantungan pada bangsa ternak, jenis kelamin, dan makanan (Kempster, 1982) disitir (Ridawan 1991). Bertitik tolak dari pemikiran di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemanfaatan limbah pertanian dan hasil sampingan industri kelapa sawit dalam ketiga macam konsentrat terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan bobot potong domba Sei Putih. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menguji konsentrat A, konsentrat B dan konsentrat C terhadap Performans dan bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan tiga bulan. Hipotesis Penelitian Pemberian ketiga macam konsentrat pada domba Sei Putih menghasilkan Performans dan bobot potong yang sama kualitasnya.
Bahan dan Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulau Gambar Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai dan berlangsung selama lebih kurang tiga bulan di mulai pada bulan Januari 2005 hingga April 2005. Bahan penelitian terdiri atas domba jantan Sei Putih lepas sapih sebanyak 18 ekor dengan umur rata-rata 3-5 bulan dan bobot hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg; rumput gajah; konsentrat yang diberikan terdiri atas: Konsentrat A terdiri dari: lumpur sawit, bungkil inti sawit, anakan tebu, kerak tahu, tepung tulang, molases, urea, ultramineral, garam; Konsentrat B terdiri dari: tepung jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung tulang, molases, urea, ultramineral, garam; dan Konsentrat C terdiri dari: kulit buah markisa, limbah nenas, tepung jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, urea, ultramineral, garam; air minum; obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen) dan antibiotik (sulfastrong). Metode penelitian yang digunakan ialah metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, di mana ketiga perlakuan tersebut adalah: T1 = rumput gajah + konsentrat A, T2= rumput gajah + konsentrat B dan T3= rumput gajah + konsentrat C. Parameter Penelitian adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan bobot potong domba Sei Putih.
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
Susunan bahan pakan dalam konsentrat disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3. Tabel 1. Susunan bahan pakan pada konsentrat A No.
Bahan
Penggunaan Bahan (%) 30
Protein Kasar (%) 3,97
1
Lumpur Sawit
2
Bungkil Inti Sawit
25
3,85
3
Anakan Tebu
19
0,96
4
Kerak Tahu
5
Molases
6
Urea
7
Ultramineral
8
Tepung Tulang
9
Garam Total
20
5,78
3,25
0,13
1
2,14
0,50
0
1
0
0,25
0
100%
16,83%
Tabel 2. Susunan bahan pakan pada konsentrat B No.
Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Jagung Kuning Dedak Halus Bungkil Kedelai Tepung Tulang Molases Urea Ultramineral Garam Total
Penggunaan Bahan (%) 50 31 13 1 3,25 1 0,50 0,25 100%
Protein Kasar (%) 4,45 4,03 5,85 0 0,13 2,14 0 0 16,60%
Tabel 3. Susunan bahan pakan pada konsentrat C No.
Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kulit Buah Markisa Limbah Nenas Tepung Jagung Dedak Halus Tepung Ikan Bungkil Kedelai Urea Ultramineral Garam Total
Penggunaan Bahan (%) 20 5 22 38 1,50 11 0,50 1 1 100%
Protein Kasar (%) 2,63 0,17 1,89 4,56 0,79 4,84 1,43 0 0 16,31%
Definisi operasional: Konsentrat A adalah konsentrat yang dibuat dan dirancang susunannya yang terdiri dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan bahan lainnya. Konsentrat B adalah konsentrat yang biasanya digunakan para peternak dan bahanbahan dasarnya tersedia di pasar, tidak perlu pengolahan tetapi hanya dengan dicampurkan saja.
Konsentrat C adalah konsentrat yang terdiri dari limbah pertanian (nenas dan markisa) yang diperjualbelikan oleh Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Hasil dan Pembahasan Konsumsi Rumput, Konsentrat, dan Rumput + Konsentrat Konsumsi rumput selama penelitian dihitung berdasarkan bahan kering, di mana rumput yang dipakai adalah rumput gajah dengan bahan kering sebesar 86,34% yang diberikan secara ad libitum dengan pemberian 10% dari bobot badan ternak. Konsentrat diberikan sebanyak 3% dari bobot badan ternak domba. Konsumsi total pakan dihitung dengan menambahkan semua pakan yang dikonsumsi oleh ternak domba yaitu konsumsi rumput dan konsentrat dalam bahan kering. Rataan konsumsi rumput, konsentrat dan rumput + konsentrat (dalam bahan kering) dari ternak domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Rataan konsumsi rumput, konsentrat dan rumput + konsentrat (dalam bahan kering) selama penelitian (g/ekor/minggu) Perlakuan
T1 T2 T3 Total Rataan
Konsumsi Rumput
Konsumsi konsentrat
7.986.87 7.947.53 7.903.58 23.838.98 7.945.99
3.086.89 3.133.50 3.070.13 9.290.52 3.096.84
Konsumsi Total (Rumput + Konsentrat) 11.111.19 11.196.03 10.973.72 33.280.94 11.093.65
Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi rumput pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 7986.87 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 7947.53 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 7903.58 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi rumput keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 7945.99 g/ekor/minggu. Untuk melihat bagaimana hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi rumput (dalam bahan kering), maka dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Uji keragaman konsumsi rumput domba Sei Putih selama penelitian SK
Db
Jk
Kt
PerlaKuan
2
20828.44
10414.22
Galat
15
17238988.00
1149266.00
Total KK = 13.49%
17
17259816.00
F.Hit 0.00906
F Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
9
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
Ket: tn = tidak berbeda nyata Dari hasil uji keragaman pada Tabel 5 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi rumput (dalam bahan kering) memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5). Hal ini dapat diasumsikan bahwa konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C memberikan respon yang sama kualitasnya terhadap konsumsi rumput (dalam bahan kering). Keseragaman konsumsi rumput ini dapat terjadi karena pemberian konsentrat telah mencukupi sebagian kebutuhan ternak domba, baik kebutuhan protein maupun energinya serta rumput yang diberikan pada setiap perlakuan dengan jenis yang sama. Menurut Devendra dan Burns (1970), adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput disebabkan oleh beda kualitas, daya cerna, dan spesies tanaman. Persamaan yang terjadi pada konsumsi rumput (dalam bahan kering) dapat juga disebabkan oleh kandungan zat gizi pada konsentrat yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa yang utama dalam penentuan tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan juga makna palatabilitasnya. Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi konsentrat pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 3086.89 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 3133.50 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 3070.13 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi konsentrat keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 3096.84 g/ekor/minggu. Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi konsentrat dalam bahan kering, maka dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Uji keragaman konsumsi konsentrat domba Sei Putih selama penelitian SK
Db
Jk
Kt
Perlakuan
2
12934.84
6467.42
Galat
15
2088341.00
139222.70
Total KK = 12.04%
17
2101276.00
F.Hit
0.046
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata Dari analisa sidik ragam di atas menunjukkan bahwa bahwa F hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tiga macam
10
konsentrat terhadap konsumsi konsentrat (dalam bahan kering) memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5). Hasil yang tidak nyata pengaruhnya dapat dikatakan bahwa ketiga macam konsentrat yang dipakai tidak berbeda pada konsumsi konsentrat (dalam bahan kering) disebabkan karena susunan konsentrat ketiga perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan, dan palatabilitas). Dan makanan yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Tomazweska et al. (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan. Pada Tabel 4 tampak bahwa konsumsi total pakan pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 11111.19 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 11196.03 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 10973.72 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi total pakan keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 11093.65 g/ekor/minggu. Untuk melihat hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konsumsi total pakan dalam bahan kering, maka dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Uji keragaman konsumsi total pakan domba Sei Putih selama penelitian SK
Db
Jk
Kt
Perlakuan
2
151033.40
75516.70
Galat
15
130006372.30
8667091.49
Total KK = 26.53%
17
130157405.70
F.Hit
0.00871
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata Dari hasil uji keragaman pada Tabel 7 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C terhadap konsumsi total pakan (dalam bahan kering) memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5). Pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi total pakan (dalam bahan kering) memiliki dasar yang sama seperti pada konsumsi rumput
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
(dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat (dalam bahan kering), yaitu disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti yang dinyatakan oleh Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan makna palatabilitas. Di mana total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi konsentrat dengan konsumsi rumput. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Church (1986), yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah palatabilitas dan kandungan nutrisi pakan. Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan, dan Bobot Potong Rataan pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan bobot potong domba Sei Putih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut: Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan bobot potong domba Sei Putih selama penelitian
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 958.33 g/ekor/minggu, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 951.39 g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 979.17 g/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan keseluruhan selama penelitian adalah sebesar 962.96 g/ekor/minggu. Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan, maka dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Uji keragaman pertambahan bobot badan domba Sei Putih selama penelitian SK Perlakuan Galat Total KK = 13.69%
Db
Jk
Kt
F.Hit
2 15 17
2508.12 260997.42 263505.54
1254.06 17399.83
0.072
F.Tabel 5% 1% tn
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata Hasil uji keragaman pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan yang diperoleh tidak berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ketiga macam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan mempunyai peningkatan yang sama. Hal ini terjadi karena faktor umur dan faktor genetik antara ketiga perlakuan adalah homogen. Menurut Tomaszewska et al.(1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik, di mana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata dapat juga disebabkan karena ternak domba mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata, di mana menurut Cole (1982) bahwa laju pertumbuhan ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia. Hal ini didukung juga oleh Soeparno dan Davies (1987) yang menyatakan bahwa jenis, kandungan gizi, dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang
11
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
besar terhadap pertumbuhan. Dari hasil data pada penelitian ini, rataan pertambahan bobot badan domba 962.96 g/ekor/minggu, maka dapat dihasilkan pertambahan bobot badan sebesar 137,56 g/ekor/hari. Hasil penelitian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Hutagalung (1995) pada domba Sei Putih yang mendapatkan rumput paspalum dilatatum dengan suplementasi molases, urea, dan mineral di mana pertambahan bobot badannya hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari dan pada penelitian Junjungan (1995) pertambahan bobot badan harian domba yaitu sebesar 126 g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5% dari bobot badan. Pada Tabel 8 tampak bahwa rataan konversi pakan selama penelitian sebesar 11.61 yang berarti bahwa untuk menaikkan 1 kg bobot badan domba Sei Putih membutuhkan pakan sebanyak 11,61 kg dalam bahan kering, di mana konversi pakan pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 11.60, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 11.85, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 11.38. Untuk melihat bagaimana hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap konversi pakan, maka dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Uji keragaman konversi pakan domba Sei Putih selama penelitian SK
Perlakuan
Db
Jk
Kt
2
0.65
0.32
Galat
15
31.94
2.13
Total KK = 12.57%
17
Ket:
tn
F.Hit
0.15
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
= tidak berbeda nyata
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa konversi pakan yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata. Pertambahan bobot hidup domba Sei Putih tidak berbeda nyata karena ternak tersebut mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata, hal ini menghasilkan konsekuensi bahwa konversi pakan juga tidak berbeda nyata. Konversi yang tidak berpengaruh nyata disebabkan juga adanya pertambahan bobot badan yang baik dan konsumsi pakan yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Martawidjaja et al (1999) bahwa konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan, dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya.
12
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa bobot potong pada perlakuan T1 (konsentrat A) sebesar 25.25 kg/ekor, perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 25.42 kg/ekor, dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 25.54 kg/ekor. Rataan bobot potong adalah sebesar 25.40 kg/ekor. Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam konsentrat terhadap bobot potong, maka dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 11 berikut ini: Tabel 11. Uji keragaman bobot potong domba Sei Putih selama penelitian SK
Db
Jk
Kt
F.Hit
Perlakuan
2
0.26
0.13
0.01
Galat
15
146.51
9.77
Total KK = 12.30% tn
17
146.77
Ket:
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
= tidak berbeda nyata
Hasil uji keragaman pada Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot potong yang diperoleh tidak berpengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C terhadap bobot potong mempunyai bobot yang sama. Adanya hasil bobot potong yang tidak berbeda dikarenakan bangsa ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah sama, begitu juga dengan jenis kelamin dan kandungan zat gizi yang seragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Kempster (1982) disitir Ridwan (1991) yang menyatakan bahwa bobot potong mempunyai pengaruh yang besar terhadap komposisi karkas, tapi tentunya tidak terlepas pula dengan ketergantungan pada bangsa ternak, jenis kelamin, dan makanan.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan konsentrat dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian dibandingkan dengan konsentrat konvensional sama efeknya terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi pakan serta bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan tiga bulan. Saran Disarankan supaya masyarakat dapat memanfaatkan hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian agar bersaing
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
dengan pakan konvensional yang harganya mahal.
Daftar Pustaka Church, D. C. 1986. Livestock Feeds and Feeding . New Jersey: Prentice Hall. Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production Guide. NSWUP Ed. Parramata, New South Wales: Mac Arthur Press. Devendra, C. and M. Burns. 1970. Goat Production In The Tropics. C.A.B.Farham Royal Bucks, England. pp.1,21. Devendra, C. 1997. Utilization of Feedingstuffs from The Oil Palm. Feedingstuffs for Livestock In South East Asia, Serdang Selanggor, Malaysia.
Pemberian Konsentrat. Sarjana IPB, Bogor.
Tesis
Pasca
Setiadi, B. dan I. Inounu. 1991. Beternak Kambing-Domba Sebagai Ternak Potong. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Soeparno and H. L. Davies. 1987. Studies On The Growth and Carcass Composition In The Daldale Wether Lamb. I. The Effect of Dietary Energy Conentration and Pasture Spesies. Australia.J. Agric. Res.38 : 403 – 415. Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surabaya: Sebelas Maret University Press.
Diwyanto, K., A. Priyanti, dan D. Zainuddin. 1996. Pengembangan Ternak Berwawasan Agribisnis di Pedesaan Dengan Memanfaatkan Limbah Pertanian dan Pemilihan Bibit Yang Tepat. Jurnal Litbang Pertanian, XV (I). Balai Penelitian Ternak. Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hutagalung, R. 1995. Penampilan Domba Jantan di Sumatera Utara Dengan Menggunakan Ransum yang Terdiri Atas Paspalum dilatatum, Molases, dan Urea Dengan Tiga Macam Sumber Mineral. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Junjungan, 1995. Pemberian Ampas Tahu Untuk Domba dan Ransum Basal Rumput Alam. JPPS 1 (6a). Edisi Khusus. Sub-Balai Penelitian Ternak Sei Putih. Martawidjaja, M., B. Setiadi., dan S. S. Sitorus. 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi Ransum Terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian Ternak. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(3):161-171. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminan. Jakarta: UI Press. Ridawan. 1991. Pertumbuhan Karkas, Komponen Karkas, dan Nonkarkas Kambing Kacang Pada Berbagai Tingkat
13