BADAN PUSAT STATISTIK No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 276.729 RUMAH TANGGA, NAIK 11,22 DARI TAHUN 2009
Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 di Provinsi Aceh sebanyak 644.851 rumah tangga, subsektor tanaman pangan 423.124 rumah tangga, hortikultura 195.090 rumah tangga, perkebunan 388.667 rumah tangga, peternakan 254.166 rumah tangga, perikanan 48.044 rumah tangga, dan kehutanan 22.681 rumah tangga.
Jumlah rumah tangga petani gurem di provinsi Aceh tahun 2013 sebanyak 276.729 rumah tangga atau sebesar 43,39 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami peningkatan sebanyak 27.906 rumah tangga atau naik 11,22 persen dibandingkan tahun 2009.
Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 794.266 orang, terbanyak di subsektor Tanaman Pangan sebesar 494.438 orang dan terkecil di subsektor Kehutanan sebesar 24.021 orang.
Petani utama provinsi Aceh sebesar 30,29 persen berada di kelompok umur 35-44 tahun.
Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 10.264,39 m2, terjadi penurunan sebesar 29,98 persen dibandingkan tahun 2009 sebesar 13.262,31 m2.
Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 516.196 ekor, terdiri dari 404.221 ekor sapi potong, 25 ekor sapi perah dan 111.950 ekor kerbau.
1. PENDAHULUAN Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada MeiOktober 2014.
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
1
Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2009 dihitung dari data mentah Pendataan Lengkap Usaha Tani (PLUT2009) dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian.
2.
USAHA PERTANIAN
Berdasarkan Hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 sebesar 644.851 rumah tangga. Subsektor Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing 423.124 rumah tangga, 388.667 rumah tangga, dan 254.166 rumah tangga. Sementara itu, Kehutanan merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usaha pertanian, yaitu sebanyak 22.681 rumah tangga. Gambar 1. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor, Tahun 2009 dan 2013 (ribu)
456,124
447,652
Jumlah Rumah Tangga (Ribu)
450 400
423,124 388,667 335,413
350
278,436
300 250
254,166 200
195,09
150 100
64,233
52,875
28,429 48,044 22,681
50
23,516
0 Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
2009
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Jasa Pertanian
2013
Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 54.519 rumah tangga dari 699.370 rumah tangga pada 2009 menjadi 644.851 rumah tangga pada 2013 yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 7,80 persen per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor Hortikultura dan penurunan terendah di subsektor Perikanan, yaitu masing-masing turun sebanyak 83.346 rumah tangga dan 4.831 rumah tangga. Sedangkan pada penurunan secara persentase Jasa Pertanian merupakan subsektor yang mengalami penurunan paling besar selama 4 tahun terakhir yaitu sebesar 63,39 persen, sedangkan Tanaman Pangan menjadi subsektor dengan tingkat penurunan terendah yaitu sebesar 7,23 persen .
2
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2009 dan 2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR : 1.Tanaman Pangan Padi Palawija 2.Hortikultura 3.Perkebunan 4.Peternakan 5.Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6.Kehutanan Budidaya Tanaman Kehutanan Penangkapan Satwa/Tumbuhan Liar Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar 7.Jasa Pertanian
2009
2013
(2) 699.370
Perubahan
(3) 644.851
Absolut (4) -54.519
% (5) -7,80
456.124 430.520 90.302 278.436 447.652 335.413 52.875 22.623 32.616 28.429 20.572 512
423.124 398.245 52.830 195.090 388.667 254.166 48.044 25.023 24.552 22.681 17.408 346
-33.000 -32.275 -37.472 -83.346 -58.985 -81.247 -4.831 2.400 -8.064 -5.748 -3.164 -166
-7,23 -7,50 -41,50 -29,93 -13,18 -24,22 -9,14 10,61 -24,72 -20,22 -15,38 -32,42
7.727
5.673
-2.054
-26,58
64.233
23.516
-40.717
-63,39
Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem
Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di Provinsi Aceh tahun 2013 sebanyak 276.729 rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Kabupaten Aceh Utara sebesar 52.025 rumah tangga, disusul Kabupaten Bireuen sebesar 36.246 rumah tangga dilanjutkan Kabupaten Pidie sebesar 34.856 rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kota Subulussalam sebesar 980 rumah tangga. Gambar 2. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2009 dan 2013 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0
2009
2013
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
3
Dibandingkan dengan kondisi tahun 2009, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2009 petani gurem di provinsi Aceh sebanyak 248.823 rumah tangga, maka pada tahun 2013 bertambah menjadi 276.729 rumah tangga atau naik sebesar 11,22 persen. Penurunan terbesar secara absolut terjadi di kota Banda Aceh yang mencapai 5.416 rumah tangga. Ditinjau secara persentase penurunan rumah tangga petani gurem juga terbesar terjadi di Kota Banda Aceh 67,41 persen. Sementara peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem secara absolut terjadi di Kabupaten Aceh Utara dengan jumlah peningkatan mencapai 11.321 rumah tangga dan secara persentase terjadi di Kabupaten Simeulue yang mencapai 94,93 persen. Penurunan jumlah rumah tangga petani gurem sebagian besar berasal dari penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan <1000 m2 sebanyak 18.785 rumah tangga. Selain itu berkurangnya jumlah rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ≥ 30.000 m2 sebanyak 36.311 rumah tangga juga turut menyumbang terjadinya penurunan jumlah rumah tangga petani gurem secara keseluruhan pada tahun 2013. Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2009 dan 2013 Kode
Kabupaten/Kota
(1) 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 71 72 73 74 75
(2)
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Langsa Lhokseumawe Subulussalam ACEH
2009 (3)
15.964 11.553 35.171 33.394 62.106 32.904 21.942 42.390 73.083 58.492 93.983 20.405 14.303 37.083 27.539 14.437 27.147 25.626 8.282 3.230 10.706 12.926 8.788 691.454
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Perubahan 2013 Absolut (4) (5)
13.622 12.035 35.089 29.668 58.191 32.638 21.920 43.732 60.065 55.437 90.091 20.500 15.774 33.581 23.876 14.211 26.608 22.472 2.858 2.474 6.764 7.305 8.867 637.778
-2.342 482 -82 -3.726 -3.915 -266 -22 1.342 -13.018 -3.055 -3.892 95 1.471 -3.502 -3.663 -226 -539 -3.154 -5.424 -756 -3.942 -5.621 79 -53.676
% (6)
-14,67 4,17 -0,23 -11,16 -6,30 -0,81 -0,10 3,17 -17,81 -5,22 -4,14 0,47 10,28 -9,44 -13,30 -1,57 -1,99 -12,31 -65,49 -23,41 -36,82 -43,49 0,90 -7,76
Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 98,90 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (637.778 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 1,10 persen, atau sebanyak 7.073 rumah tangga. Selama kurun waktu empat tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar 53.676 rumah tangga atau sebesar 7,76 persen. Penurunan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut terjadi di Kabupaten Pidie yang mencapai 13.018 rumah tangga. Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di Kota Banda Aceh yang mencapai 65,49 persen. Peningkatan jumlah rumah tangga pengguna lahan secara 4
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
absolut terjadi di Kabupaten Gayo Lues, Pada tahun 2009 jumlah rumah tangga pertanian pengguna lahan mencapai 14.303 rumah tangga selanjutnya pada tahun 2013 menjadi 15.774 rumah tangga atau meningkat 10,28 persen. Tabel 3. Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Provinsi dan Jenis Lahan Tahun 2013 (Hektar)
Kode (1) 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 71 72 73 74 75
Provinsi (2)
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Langsa Lhokseumawe Subulussalam ACEH
Lahan Bukan Pertanian 2009 (3)
0,10 0,13 0,07 0,02 0,09 0,09 0,11 0,07 0,07 0,10 0,11 0,04 0,02 0,07 0,10 0,12 0,03 0,08 0,03 0,07 0,04 0,05 0,06 0,08
Lahan Sawah
2013 (4)
0,06 0,04 0,04 0,01 0,04 0,02 0,08 0,04 0,02 0,04 0,05 0,03 0,01 0,05 0,04 0,06 0,02 0,03 0,03 0,02 0,05 0,03 0,04 0,04
2009 (5)
0,67 0,14 0,38 0,52 0,37 0,19 0,54 0,39 0,59 0,32 0,43 0,56 0,47 0,34 0,66 0,45 0,07 0,48 0,04 0,00 0,15 0,12 0,30 0,40
2013 (6)
0,25 0,05 0,17 0,17 0,20 0,08 0,26 0,26 0,32 0,18 0,25 0,29 0,23 0,17 0,25 0,30 0,02 0,26 0,02 0,00 0,12 0,10 0,06 0,21
Lahan Pertanian Lahan Bukan Sawah 2009 2013 (7) (8)
1,68 1,81 0,86 1,30 1,28 1,37 1,05 0,37 0,38 0,45 0,50 0,93 0,93 1,23 1,11 1,05 1,22 0,44 0,04 0,53 0,53 0,39 2,18 0,85
1,28 1,73 0,99 0,95 0,96 1,15 1,04 0,32 0,24 0,50 0,50 0,74 1,09 0,94 1,52 1,09 1,11 0,31 0,17 0,71 0,75 0,64 1,69 0,78
Lahan yang Dikuasai
Jumlah 2009 (9)
2,35 1,95 1,24 1,82 1,65 1,56 1,59 0,76 0,97 0,77 0,93 1,49 1,40 1,57 1,77 1,51 1,29 0,92 0,07 0,53 0,68 0,51 2,48 1,25
2013 (10)
1,53 1,78 1,16 1,13 1,16 1,23 1,31 0,58 0,56 0,68 0,75 1,03 1,31 1,11 1,77 1,39 1,13 0,57 0,19 0,71 0,87 0,74 1,75 0,99
2009 (11)
2013 (12)
2,45 2,07 1,30 1,84 1,73 1,65 1,70 0,83 1,03 0,87 1,03 1,54 1,43 1,64 1,87 1,63 1,31 1,01 0,10 0,60 0,72 0,56 2,55 1,33
1,59 1,82 1,21 1,14 1,20 1,25 1,38 0,62 0,58 0,72 0,80 1,05 1,32 1,16 1,81 1,45 1,16 0,60 0,22 0,73 0,92 0,77 1,79 1,03
Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2009 rata-rata lahan yang dikuasai sebesar 13.262,31 m2, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai berkurang menjadi 10.264,39 m2 untuk setiap rumah tangga pertanian. Penurunan ratarata lahan yang dikuasai terutama berasal dari penurunan penguasaan lahan pertanian dari 12.481,91 m2 pada tahun 2009 menjadi 9.881,29 m2 pada tahun 2013. Penurunan penguasaan lahan terendah terjadi pada lahan bukan pertanian, yaitu dari 780,40 m2 pada tahun 2009 menjadi 383,10 m2 pada tahun 2013. Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di kabupaten Aceh Singkil seluas 18.175,87 m2, sedangkan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terkecil terdapat di kota Banda Aceh seluas 2.206,32 m2. Sementara itu, penguasaan lahan sawah terbesar terdapat di kabupaten Nagan Raya sebesar 5.473,64 m2 dan terkecil terdapat di Kabupaten Sabang sebesar 800 m2 per rumah tangga pertanian. Sedangkan untuk penguasaan lahan pertanian bukan sawah terbesar berada di kabupaten Aceh Singkil yaitu sebesar 18.751,37 m2 dan terkecil berada di Kota Banda Aceh sebesar 2.156,75 m2 per rumah tangga pertanian.
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
5
Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 794.266 orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 568.321 orang (71,55 %). Sedangkan jumlah petani perempuan hanya berjumlah 225.945 orang atau sebesar 28,45 persen. Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani laki-laki terbesar berada di subsektor penangkapan ikan yang mencapai 96,03 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di subsektor peternakan yang mencapai 69,23 persen. Tabel 4. Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Laki-Laki Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR : 1.Tanaman Pangan 2.Hortikultura 3.Perkebunan 4.Peternakan 5.Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6.Kehutanan
Absolut
Perempuan %
Absolut
Jumlah %
Absolut
%
(2) 568.321
(3) 71,55
(4) 225.945
(5) 28,45
(6) 794.266
(7) 100,00
354.571 165.493 343.161 198.872
71,71 75,83 80,14 69,23
139.867 52.755 85.037 88.384
28,29 24,17 19,86 30,77
494.438 218.248 428.198 287.256
100,00 100,00 100,00 100,00
24.300 24.559 21.038
92,23 96,03 87,58
2.046 1.015 2.983
7,77 3,97 12,42
26.346 25.574 24.021
100,00 100,00 100,00
Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 494.438 petani yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor tanaman pangan atau terbesar dari seluruh subsektor pertanian. Subsektor lain yang juga banyak meyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor Perkebunan dan Peternakan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 428.198 orang dan 287.256 orang. Dari Tabel 5 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun sebanyak 130 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya di atas 65+ tahun sebanyak 62.736 rumah tangga. Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama di Provinsi Aceh terbesar berada di kelompok usia 35-44 tahun yakni sebesar 195.310 rumah tangga (32,56 %) atau dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi kelompok umur di bidang usaha pertanian.
6
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013 Jumlah
Kelompok Umur Petani Utama (Tahun) (1) < 15 15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 54 55 – 64 65 + Jumlah Distribusi (Persen)
Laki-Laki
Perempuan
(2)
(4)
111 5.169 82.576 172.149 142.555 83.084 43.004 528.648 81,98
19 648 7.651 23.161 35.076 29.916 19.732 116.203 18,02
Absolut (6) 130 5.817 90.227 195.310 177.631 113.000 62.736 644.851 100,00
Distribusi (Persen) (7) 0,02 0,98 15,62 32,56 26,97 15,72 8,13 100,00 100,00
Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masingmasing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 528.648 rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama perempuan yang tercatat sebesar 116.203 rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar terhadap petani utama perempuan yaitu berada pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 91,52 persen dan terendah berada pada kelompok umur diatas 65 tahun yang mencapai 68,55 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur diatas 65+ (31,45 %) dan terendah berada pada kelompok umur 25 -24 tahun (8,48 %). Gambar 3. Persentase Petani Utama Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
Kelompok Umur 45-54 26,97%
Kelompok Umur 55-64 15,72% Kelompok Umur 65 + 8,13% Kelompok Umur < 15 0,02%
Kelompok Umur 15-24 0,98%
Kelompok Umur 35-44 32,56%
Kelompok Umur 25-34 15,62%
Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 35-44 tahun 32,56 persen, kemudian disusul kelompok umur 45-54 tahun (26,97 %) dan kelompok umur 55-64 tahun (15,72 %). Kelompok umur dibawah umur 15 tahun dan kelompok umur 15-24 tahun merupakan dua
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
7
kelompok umur yang paling sedikit jumlah petani utamanya dengan nilai masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,98 persen.
3. PERUSAHAAN PERTANIAN BERBADAN HUKUM DAN USAHA PERTANIAN LAINNYA Ditinjau dari jumlah perusahaan pertanian yang berbadan hukum, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa terdapat 100 perusahaan pertanian. Sebagian besar atau sebanyak 90 perusahaan pertanian yang berbadan hukum bergerak di subsektor perkebunan disusul subsektor kehutanan sebanyak 8 perusahaan pertanian dan di ikuti subsektor Peternakan sebanyak 2 perusahaan. Untuk subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perikanan, dan Jasa Pertanian, pada provinsi Aceh tidak terdapat perusahaan berbadan hukum pada keempat subsektor pertanian tersebut. Gambar 4. Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum Menurut Subsektor, Tahun 2009 dan 2013 (Perusahaan) 98
100
90
90 Jumlah Perusahaan
80 70 60 50 40
30
30 20 10
8 0
0
0
0
3
2
0
0
0 Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
2009
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
2013
Jumlah Perusahaan Pertanian pada tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2009. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan pertanian sebanyak 131 unit dan pada tahun 2013 sebanyak 100 unit atau dengan kata lain terjadi penurunan sebesar 31 unit (23,66 %). Pada Provinsi Aceh perusahaan pertanian berbadan hukum hanya terdapat pada tiga subsektor pertanian yaitu, subsektor Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan. Pada ketiga subsektor tersebut semuanya mengalami penurunan jumlah perusahaan jika dibandingkan dengan tahun 2009. Penurunan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi antara tahun 2009 sampai tahun 2013 secara absolut dan persentase terjadi di subsektor Kehutanan, yang mengalami penurunan jumlah unit usaha mencapai 22 perusahaan pertanian atau 73,33 persen.
8
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
Tabel 6. Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya Menurut Subsektor Tahun 2009 dan 2013 Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN
2009
2013
(2)
(3)
Perubahan Absolut (4)
% (5)
Usaha Pertanian Lainnya 2013 (Unit) (6)
131
100
-31
-23,66
111
0 0 0 0 98 3 0 0 0 30
0 0 0 0 90 2 0 0 0 8
0 0 0 0 -8 -1 0 0 0 -22
0 0 0 0 -8,16 -33,33 0 0 0 -73,33
33 11 26 30 39 40 39 39 0 11
SUBSEKTOR : 1.
Tanaman Pangan Padi Palawija
2.
Hortikultura
3.
Perkebunan
4.
Peternakan
5.
Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan
6.
Kehutanan
4. SAPI DAN KERBAU Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 516.196 ekor, terdiri dari 404.221 ekor sapi potong, 25 ekor sapi perah dan 111.950 ekor kerbau. Jumlah sapi potong betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi potong jantan. Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi potong betina sebanyak 255.913 ekor dan jumlah sapi potong jantan sebanyak 148.308 ekor. Sedangkan sapi perah betina sebanyak 20 ekor dan jumlah sapi perah jantan hanya sebanyak 5 ekor. Sementara itu populasi kerbau betina sebanyak 79.116 ekor dan jumlah kerbau jantan sebanyak 32.834 ekor. Gambar 5. Jumlah Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
Betina 255.913 ekor
Betina 79.116 ekor
Betina 20 ekor Jantan 5 ekor
Jantan 148.308 ekor
Sapi Potong
Sapi Perah
Jantan 32.834 ekor
Kerbau
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
9
Kabupaten dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kabupaten Aceh Besar, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 71.097 ekor. Sedangkan Kota Subulussalam adalah Kabupaten/Kota dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (2.066 ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebanyak 65.307 ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Kabupaten Aceh Besar, dengan jumlah sapi perah sebanyak 12 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Kabupaten Simeulue yang berjumlah 22.412 ekor. Tabel 7. Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dan Jenis Kelamin (ekor) Sapi Potong Kode
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 71 72 73 74 75
Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Langsa Lhokseumawe Subulussalam Aceh
Sapi Perah
Jantan
Betina
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.039 3.709 1.944 3.682 48.444 5.480 4.695 60.221 46.252 49.074 65.307 1.167 5.078 47.984 9.398 13.084 903 17.229 2.194 2.052 5.487 7.858 1.940 404.221
0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5
0 0 0 0 0 3 0 12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 20
297 742 1.118 2.591 554 1.390 1.843 1.839 18.540 29.904 1.449 4.031 1.530 3.165 22.288 37.933 16.597 29.655 19.373 29.701 27.315 37.992 334 833 1.647 3.431 14.109 33.875 2.670 6.728 3.914 9.170 358 545 5.532 11.697 1.415 779 738 1.314 1.895 3.592 4.207 3.651 585 1.355 148.308 255.913
Jantan Betina
Kerbau
Jumlah (8)
0 0 0 0 1 4 0 12 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 4 25
Jantan Betina (9)
5.981 216 1.262 285 1.426 3.364 5.882 2.815 2.212 580 914 941 2.157 143 2.336 829 911 454 14 11 51 20 30 32.834
Jumlah
Jumlah Sapi dan Kerbau
(10)
(11)
(12)
16.431 529 3.880 67 2.656 8.554 12.981 8.049 4.073 783 1.228 2.617 7.028 133 5.985 1.558 1.286 1.009 26 31 104 16 92 79.116
22.412 745 5.142 352 4.082 11.918 18.863 10.864 6.285 1.363 2.142 3.558 9.185 276 8.321 2.387 2.197 1.463 40 42 155 36 122 111.950
23.451 4.454 7.086 4.034 52.527 17.402 23.558 71.097 52.539 50.437 67.449 4.725 14.263 48.260 17.719 15.471 3.100 18.692 2.236 2.094 5.642 7.894 2.066 516.196
Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 7), tiga kabupaten yang memiliki sapi potong paling banyak adalah kabupatenAceh Utara dengan jumlah populasi sebanyak 65.307 ekor, kemudian Kabupaten Aceh Besar (60.221 ekor), dan Kabupaten Bireuen (49.074 ekor). Sementara itu, kabupaten yang memiliki sapi potong paling sedikit adalah Bener Meriah dengan jumlah populasi sebanyak 903 ekor. Sapi perah paling banyak terdapat di kabupaten Aceh Besar dengan jumlah populasi sebanyak 12 ekor, disusul kabupaten Aceh Tengah dan Kota Subulussalam dengan jumlah masing-masing 4 ekor. Kerbau paling banyak terdapat di kabupaten Simeulue dengan jumlah populasi sebanyak 22.412 ekor, kemudian kabupaten Aceh Barat (18.863 ekor), dan kabupaten Aceh Tengah (11.918 ekor). Sedangkan kabupaten/Kota dengan populasi kerbau paling sedikit yaitu di kota Lhokseumawe dengan jumlah kerbau sebanyak 36 ekor.
10
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
5. KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan PLUT 2009 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Pada kegiatan Sensus Pertanian 2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST 2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST 2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda. Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian. Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Penghitungan jumlah rumah tangga petani gurem berdasarkan jumlah luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga, baik lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Rumah tangga pertanian yang hanya melakukan kegiatan budidaya ikan di laut, budidaya ikan di perairan umum, penangkapan ikan di laut, penangkapan ikan di perairan umum, pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar dan jasa pertanian dikategorikan rumah tangga pertanian bukan pengguna lahan Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian.
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013
11
Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar. Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya. Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya.
12
Berita Resmi Statistik No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013