BADAN STATISTIK KABUPATEN SEMARANG BADANPUSAT PUSAT STATISTIK No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 SEBANYAK 102.771 RUMAH TANGGA, TURUN24,85 PERSEN DARI TAHUN 2003
Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 130.385 rumah tangga, subsektor tanaman pangan 93.557 rumah tangga, hortikultura 92.822 rumah tangga, perkebunan 72.434 rumah tangga, peternakan 86.155 rumah tangga, perikanan 4.450 rumah tangga, dan kehutanan 86.207 rumah tangga.
Jumlah rumah tangga petani gurem (penguasaan lahan < 0,5 ha) di Kabupaten Semarang tahun 2013 sebanyak 102.771 rumah tangga atau sebesar 78,99 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami penurunan sebanyak 33.980 rumah tangga atau turun 24,85 persen dibandingkan tahun 2003.
Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 144.369 orang, terbanyak di subsektor tanaman pangan (padi dan palawija) sebesar 97.531 orang dan terkecil di subsektor perikanan kegiatan penangkapan ikan sebesar 985 orang.
Petani utama Indonesia sebesar 29,29 persen berada di kelompok umur 45 - 54 tahun.
Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 0,34 ha, terjadipeningkatan sebesar 55,72 persen dibandingkan tahun 2003 yang hanya sebesar 0,22 ha.
Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 77.150ekor, terdiri dari 51.901ekor sapi potong, 22.308 ekor sapi perah dan 2.941ekor kerbau.
1. PENDAHULUAN Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada MeiOktober 2014. Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
1
Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian.
2.
USAHA PERTANIAN
Berdasarkan hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Semarang pada tahun 2013 sebesar 130.385 rumah tangga. Subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan kehutananmerupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing 93.557 rumah tangga, 92.822 rumah tangga, dan 86.207 rumah tangga. Sementara itu, perikanan merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usaha pertanian,yaitu sebanyak 4.450 rumah tangga.
Kab. Semarang
Tanaman pangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan
2003
Perikanan
Kehutanan
2 664
5 607
86 207
77 512
4 450
3 680
86 155
125 860
72 434
87 821
9 822
120 255
93 557
106 283
130 385
180 000 160 000 140 000 120 000 100 000 80 000 60 000 40 000 20 000 0
167 354
Jumlah Rumah Tangga
Gambar 1. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten Semarang Menurut Subsektor,Tahun 2003 dan 2013
Jasa pertanian
2013
Rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Semarang pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 36.969 rumah tangga dari 167.354 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 130.385 rumah tangga, yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 2,21 persen per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor peternakan dan penurunan terendah di subsektor perikanan, yaitu masing-masing turun sebanyak 39.705 rumah tangga dan 770 rumah tangga. Sementara secara persentase, peternakan merupakan subsektor yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 31,55 persen, sedangkan perikanan dan kehutanan justru menjadi subsektor yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 20,92 persen 11,22 persen.
2
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten Semarang Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR : 1.Tanaman Pangan Padi Palawija 2.Hortikultura 3.Perkebunan 4.Peternakan 5.Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6.Kehutanan Budidaya Tanaman Kehutanan Penangkapan Satwa/Tumbuhan Liar Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar 7.Jasa Pertanian
2003
2013
(2) 167354
(3) 130385
106283 72582 73493 120255 87821 125860 3680 1985 1835 77512 76307 0 2631 5.607
Perubahan Absolut (4) -36969
% (5) -22,09
93557 72039 47893 92822 72434 86155 4450 3581 974 86207 85849 10 1457
-12726 -543 -25600 -27433 -15387 -39705 770 1596 -861 8695 9542
-11,97 -0,75 -34,83 -22,81 -17,52 -31,55 20,92 80,40 -46,92 11,22 12,50
-1174
-44,62
2664
-2943
-52,49
Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di Kabupaten Semarang tahun 2013 sebanyak 102.771 rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Kecamatan Suruh sebesar 9.195 rumah tangga, disusul Kecamatan Getasan sebesar 8.614 rumah tangga dilanjutkan Kecamatan Bandungan sebesar 8.176 rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kecamatan Ambarawa sebesar 2.760 rumah tangga. Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di Kabupaten Semarang sebanyak 136.751 rumah tangga, maka pada tahun 2013 berkurang menjadi 102.771 rumah tangga atau turun sebesar 24,85 persen. Penurunan rumah tangga petani gurem terbesar, baik secara absolut maupun persentase, terjadi di Kecamatan Ambarawa sebesar 4.928 rumah tangga atau 64,10 persen. Sementara peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem hanya terjadi di satu kecamatan yaitu Kecamatan Sumowono yang meningkat secara absolut hanya sebesar 91 rumah tangga atau 2,34 persen. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terjadi pada semua golongan luas lahan yang dikuasai petani. Penurunan sebesar 31.071 rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 1000 m2 atau sebesar 50,04 persen memberikan andil yang besar terhadap penurunan jumlah rumah tangga petani gurem.
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
3
136,751 102,771
5,425 3,486
5,107 3,244
6,845 4,317
6,668 3,864
3,808 3,573
8,295 5,853
6,904 4,707
8,880 8,176
7,688 2,760
3,891 3,982
5,790 5,366
5,879 4,764
9,009 5,900
6,474 5,461
10,492 9,195
6,164 4,863
9,070 7,166
11,128 7,480
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 ,0
9,234 8,614
Jumlah Rumah Tangga
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem di Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan, Tahun 2003 dan 2013
Kecamatan 2003 2013
Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 97,21 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (130.113 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 2,79 persen, atau sebanyak 3.740 rumah tangga. Selama kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar 36.377 rumah tangga atau sebesar 21,85 persen. Penurunan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut terjadi di Kecamatan Ambarawa yang mencapai 4.867 rumah tangga. Sementara itu hanya Kecamatan Sumowono yang mengalami kenaikan jumlah rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan sebesar 105 rumah tangga atau sebesar 1,61 persen. Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan di Kabupaten Semarang Menurut Kecamatan Tahun 2003 dan 2013 No.
Kecamatan
(1) 010 020 030 031 040 050 060 070 080 090 100 101 110 120 121 130 140 151 152
(2)
4
Getasan Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bandungan Bawen Bringin Bancak Pringapus Bergas Ungaran Barat Ungaran Timur Kabupaten Semarang
2003 (3) 11 052 12 858 10 841 7 013 13 915 8 307 10 152 8 178 8 082 6 525 8 458 10 111 7 907 9 908 5 550 8 033 7 436 5 777 6 387 166 490
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Perubahan 2013 Absolut (4) (5) 10 417 -635 8 435 -4 423 9 077 -1 764 5 680 -1 333 11 426 -2 489 7 063 -1 244 6 935 -3 217 6 097 -2 081 7 138 -944 6 630 105 3 591 -4 867 9 034 -1 077 5 502 -2 405 8 306 -1 602 5 211 -339 6 156 -1 877 4 922 -2 514 4 062 -1 715 4 431 -1 956 130 113
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
-36 377
% (6) -5,75 -34,40 -16,27 -19,01 -17,89 -14,98 -31,69 -25,45 -11,68 1,61 -57,54 -10,65 -30,42 -16,17 -6,11 -23,37 -33,81 -29,69 -30,62 -21,85
Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2003 rata-rata lahan yang dikuasai sebesar 0,22 ha, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai meningkat menjadi 0,34 ha untuk setiap rumah tangga pertanian. Peningkatan rata-rata lahan yang dikuasai terutama berasal dari peningkatan penguasaan lahan pertanian dari 0,19 ha pada tahun 2003 menjadi 0,32 ha pada tahun 2013. Sebaliknya pada penguasaan lahan bukan pertanian terjadi penurunan penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian dari 0,03 ha pada tahun 2003 menjadi hanya 0,02 ha pada tahun 2013. Tabel 3. Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten SemarangMenurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2013 (M2) Kecamatan
Lahan Bukan Pertanian 2003
(1)
Lahan Pertanian Lahan Sawah
2013
2003
2013
Lahan Bukan Sawah 2003
2013
Lahan yang Dikuasai
Jumlah 2003 (8)
2013
2003
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(9)
(10)
(11)
[010] Getasan
300,76
235,78
50,45
16,74
2 569,07
2 925,74
2 619,52
2 942,48
2 920,28
3 178,26
[020] Tengaran
402,31
286,09
373,58
523,59
1 090,85
1 734,60
1 464,43
2 258,19
1 866,74
2 544,28
[030] Susukan
417,71
186,18
1 259,27
1 849,82
1 072,02
1 276,66
2 331,28
3 126,48
2 748,99
3 312,66
[031] Kaliwungu
518,54
305,60
967,59
1 403,86
744,36
1 124,88
1 711,95
2 528,73
2 230,49
2 834,34
[040] Suruh
286,95
181,42
1 826,51
1 983,05
990,36
1 104,12
2 816,87
3 087,17
3 103,82
3 268,59
[050] Pabelan
316,41
186,28
1 805,59
2 111,40
966,27
1 396,08
2 771,85
3 507,48
3 088,27
3 693,76
[060] Tuntang
288,23
196,67
610,90
1 204,11
647,53
1 202,13
1 258,43
2 406,23
1 546,66
2 602,90
[070] Banyubiru
325,05
183,33
1 050,00
1 253,10
1 775,75
1 889,18
2 825,74
3 142,28
3 150,79
3 325,62
[080] Jambu
287,88
179,70
440,47
447,15
3 013,58
3 286,35
3 454,04
3 733,49
3 741,92
3 913,19
[090] Sumowono
270,66
202,19
899,50
909,47
3 499,60
4 736,01
4 399,10
5 645,48
4 669,76
5 847,67
[100] Ambarawa
229,89
208,08
364,86
1 944,05
341,99
1 411,32
706,85
3 355,37
936,73
3 563,45
[101] Bandungan
250,58
154,88
867,66
894,65
929,86
1 150,68
1 797,52
2 045,33
2 048,10
2 200,21
[110] Bawen
374,13
210,82
614,27
1 415,15
554,95
1 213,47
1 169,22
2 628,62
1 543,35
2 839,44
[120] Bringin
304,13
216,77
1 064,88
1 990,31
1 070,34
1 962,79
2 135,22
3 953,10
2 439,35
4 169,86
[121] Bancak
513,02
256,09
2 003,83
2 210,12
2 172,20
1 855,73
4 176,03
4 065,86
4 689,05
4 321,94
[130] Pringapus
247,71
179,90
905,78
1 655,31
896,14
2 800,00
1 801,92
4 455,31
2 049,63
4 635,21
[140] Bergas
224,53
186,90
481,52
1 333,63
361,85
985,02
843,37
2 318,64
1 067,90
2 505,54
[151] Ungaran Barat
193,67
180,77
318,17
1 323,79
385,22
1 857,51
703,39
3 181,29
897,06
3 362,07
[152] Ungaran Timur
258,37
219,20
359,72
1 270,52
458,10
1 830,52
817,82
3 101,04
1 076,19
3 320,23
[22] Kab. Semarang
305,37
207,20
791,69
1 312,79
1 093,24
1 890,73
1 884,93
3 203,52
2 190,30
3 410,72
Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di Kecamatan Sumowono seluas 0,58 ha, sedangkan rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga terkecil terdapat di Kecamatan Bandungan seluas 0,22 ha. Kecamatan dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terbesar juga terjadi di Kecamatan Sumowono seluas 0,56 ha dan kecamatan dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terkecil juga terjadi di Kecamatan Bandungan seluas 0,20 ha. Sementara itu, pengusaan lahan sawah terbesar terdapat di Kecamatan Bancak sebesar 0,22 ha dan terkecil terdapat di Kecamatan Getasan sebesar 0,002 ha per rumah tangga pertanian. Sedangkan untuk penguasaan lahan pertanian bukan sawah terbesar berada di Kecamatan Sumowono yaitu sebesar 0,47 ha dan terkecil berada di Kecamatan Bergas sebesar 0,09 ha per rumah tangga pertanian.
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
5
Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 144.369 orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 118.104 orang (81,81%). Sedangkan jumlah petani perempuan yang bekerja di sektor ini hanya berjumlah 26.265 orang atau sebesar 18,19 persen. Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani lakilaki terbesar berada di subsektor penangkapan ikan yang mencapai 98,98 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di subsektor peternakan yang mencapai 80,87persen. Tabel 4. Jumlah Petani di Kabupaten Semarang Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Laki-Laki Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR : 1.Tanaman Pangan 2.Hortikultura 3.Perkebunan 4.Peternakan 5.Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6.Kehutanan
Perempuan Absolut
Jumlah
Absolut
%
%
Absolut
%
(2) 118 104
(3) 81,81
(4) 26 265
(5) 18,19
(6) 144 369
(7) 100,00
84 788 81 904 65 172 73 389
86,93 84,56 87,78 80,87
12 743 14 953 9 073 17 364
13,07 15,44 12,22 19,13
97 531 96 857 74 245 90 753
100,00 100,00 100,00 100,00
3 430 975 77 311
94,00 98,98 88,05
219 10 10 497
6,00 1,02 11,95
3 649 985 87 808
100,00 100,00 100,00
Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 97.531 petani yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor tanaman pangan atau terbesar dari seluruh subsektor pertanian. Subsektor lain yang juga banyak menyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor hortikultura dan peternakan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 96.857 orang dan 90.753 orang.
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013 Kelompok Umur Petani Utama (Tahun) (1) < 15 15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 54 55 – 64 65 + Jumlah Distribusi (Persen)
6
Jumlah Laki-Laki
Perempuan
(2)
(4)
10 396 8 733 26 200 34 410 27 041 17 997 114 787 88,04
2 78 606 2 105 3 716 4 248 4 843 15 598 11,96
Absolut (6) 12 474 9 339 28 305 38 126 31 289 22 840 130 385 100,00
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
Distribusi (Persen) (7) 0,01 0,36 7,16 21,71 29,24 24,00 17,52 100,00 100,00
Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 107.533 rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utamanya berumur antara 15 sampai dengan 64 tahun. Sementara jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun hanya sebanyak 12 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya 65 tahun ke atas sebanyak 22.840 rumah tangga. Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama di Kabupaten Semarang terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun yakni sebesar 38.126 rumah tangga (29,24%) atau dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi kelompok umur di bidang usaha pertanian. Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masingmasing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 114.787 rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani utama perempuan yang tercatat sebesar 15.598 rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar berada pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 93,51 persen dan terendah berada pada kelompok umur diatas 65 tahun yang mencapai 78,80 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur diatas 65 tahun (21,20%) dan terendah berada pada kelompok umur 25-24 tahun (6,49%). Gambar 3. Jumlah Petani Utama di Kabupaten Semarang Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 Kelompok Umur 65+ 18% Kelompok Umur 55-64 24%
Kelompok Umur 45-54 29%
Kelompok Umur <15 0% Kelompok Umur 15-24 0% Kelompok Umur 25-34 7% Kelompok Umur 35-44 22%
Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 29,24 persen, kemudian disusul kelompok umur 55-64 tahun (24,00%) dan kelompok umur 35-44 tahun (21,71%). Kelompok umur dibawah umur 15 dan kelompok umur 15-24 tahun merupakan dua kelompok umur yang paling sedikit jumlah petani utamanya dengan nilai masing-masing sebesar 0,01 persen dan 0,36 persen
3. PERUSAHAAN PERTANIAN BERBADAN HUKUM DAN USAHA PERTANIAN LAINNYA Ditinjau dari jumlah perusahaan pertanian yang berbadan hukum, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa terdapat 29 perusahaan pertanian. Sebagian besar atau sebanyak 18 perusahaan pertanian yang berbadan hukum bergerak di subsektor peternakan disusul subsektor perkebunan sebanyak 7 Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
7
perusahaan pertanian dan sub sektor hortikultura sebanyak 3 perusahaan pertanian. Sedangkan tanaman pangan dan kehutanan masing-masing hanya 1 perusahaan pertanian. Sementara itu tidak ada perusahaan pertanian di Kabupaten Semarang yang bergerak di subsektor perikanan.
Jumlah Perusahaan
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum Menurut Subsektor. Tahun 2003 dan 2013 (Perusahaan)
40 35 30 25 20 15 10 5 0
38 29
1 0
Kab. Semarang
Tanaman pangan
3 4
8 7
25 18
Hortikultura Perkebunan Peternakan
2003
.0 .0
1 0
.0 .0
Perikanan
Kehutanan
Jasa pertanian
2013
Jumlah Perusahaan Pertanian pada tahun 2013 berkurang dibandingkan tahun 2003. Jika pada tahun 2003 jumlah perusahaan pertanian sebanyak 38 unit maka pada 10 tahun kemudian berkurang menjadi 29 unit atau dengan kata lain terjadi penurunan besar 9 unit (23,68%). Penurunan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 secara absolut terjadi di subsektor peternakan yang mengalami penurunan jumlah unit usaha sebesar 7 perusahaan pertanian. Jika dilihat secara persentase maka tanaman pangan dan kehutanan juga merupakan subsektor dengan jumlah penurunan terbesar yang mencapai 100,00 persen. Tabel 6. Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya di Kabupaten Semarang Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013
Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan Padi Palawija 2. Hortikultura 3. Perkebunan 4. Peternakan 5. Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6. Kehutanan 7. Jasa Pertanian
8
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Perubahan 2003 2013 Absolut % (2) (3) (4) (5) 38 29 -9 -23,68 1 0 0 3 8 25 0 0 0 1 0
0 0 0 4 7 18 0 0 0 0 0
-1 0 0 1 -1 -7 0 0 0 -1 0
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
-100,00
33,33 -12,50 -28,00
-100,00
Usaha Pertanian Lainnya 2013 (Unit) (6) 38 6 4 4 14 6 23 2 2 0 5 5
4. SAPI DAN KERBAU Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 77.150 ekor, terdiri dari 51.901ekor sapi potong, 22.308 ekor sapi perah dan 2.941 ekor kerbau. Jumlah sapi potong jantan lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi potong betina. Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi potong jantan sebanyak 31.259 ekor dan jumlah sapi potong betina sebanyak 20.642 ekor. Sedangkan sapi perah betina sebanyak 15.099 ekor dan jumlah sapi perah jantan hanya sebanyak 7.209 ekor. Sementara itu populasi kerbau jantan sebanyak 705 ekor dan jumlah kerbau betina sebanyak 2.236 ekor. Gambar 5. Jumlah Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
Betina 40%
Jantan 24%
Jantan 32% Jantan 60%
Betina 76%
Betina 68%
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kecamatan Getasan dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 19.284 ekor. Sedangkan Kecamatan Jambu adalah kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (1.455ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di KecamatanTengaran yaitu sebanyak 5.163 ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Kecamatan Getasan dengan jumlah sapi perah sebanyak 15.621 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Kecamatan Susukan yang berjumlah 551 ekor. Tabel 7. Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin (ekor) Sapi Potong No. (1)
010 020 030 031 040 050 060 070 080 090 100 101 110 120 121 130 140 151 152
Kecamatan (2)
Getasan Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bandungan Bawen Bringin Bancak Pringapus Bergas Ungaran Barat Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Sapi Perah
Jantan
Betina
(3)
(4)
(5)
154 3 096 2 161 3 496 2 644 1 950 129 222 122 595 36 331 176 1 493 1 950 744 334 492 517 20 642
3 629 5 163 3 648 4 736 4 213 2 964 864 2 614 1 434 3 185 1 777 3 443 2 908 2 263 2 620 2 146 2 210 921 1 163 51 901
3 475 2 067 1 487 1 240 1 569 1 014 735 2 392 1 312 2 590 1 741 3 112 2 732 770 670 1 402 1 876 429 646 31 259
Jumlah
Jantan Betina (6)
(7)
4 616 11 005 314 1 304 2 11 13 29 26 117 36 179 131 408 42 209 9 8 245 15 6 2 749 58 15 73 2 8 3 2 4 6 132 118 763 1 067 101 480 7 209 15 099
Kerbau
Jumlah (8)
15 621 1 618 13 42 143 215 539 251 17 260 8 807 88 10 5 10 250 1 830 581 22 308
Jantan Betina
Jumlah Sapi dan Kerbau
Jumlah
(9)
(10)
(11)
(12)
14 2 109 11 103 90 60 9 2 0 32 6 38 37 2 70 47 21 52 705
20 6 442 20 328 250 187 21 2 3 110 10 90 79 7 202 117 118 224 2 236
34 8 551 31 431 340 247 30 4 3 142 16 128 116 9 272 164 139 276 2 941
19 284 6 789 4 212 4 809 4 787 3 519 1 650 2 895 1 455 3 448 1 927 4 266 3 124 2 389 2 634 2 428 2 624 2 890 2 020 77 150
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
9
Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 7), tiga kecamatan yang memiliki sapi potong paling banyak adalah Kecamatan Tengaran dengan jumlah populasi sebanyak 5.163 ekor, kemudian Kecamatan Kaliwungu (4.736 ekor) dan Kecamatan Suruh (4.213 ekor). Sementara itu, kecamatan yang memiliki sapi potong paling sedikit adalah Kecamatan Tuntang dengan jumlah populasi sebanyak 864ekor. Sapi perah paling banyak terdapat di Kecamatan Getasan dengan jumlah populasi sebanyak 15.621 ekor, disusul Kecamatan Ungaran Barat (1.830 ekor) dan Kecamatan Tengaran (1.618 ekor). Sedangkan Kecamatan yang terdapat populasi sapi perah paling sedikit adalah Kecamatan Bancak tercatat hanya sebesar 5 ekor. Kerbau paling banyak terdapat di KecamatanSusukan dengan jumlah populasi sebanyak 551 ekor, kemudian Kecamatan Suruh (431 ekor) dan Kecamatan Pabelan (340 ekor). Kecamatan yang memiliki populasi kerbau paling sedikit adalah Kecamatan Sumowono, tercatat hanya sebanyak 3 ekor.
5. KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Pada kegiatan Sensus Pertanian 2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST 2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST 2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda. 10
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian. Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian. Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar. Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya. Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya.
Berita Resmi Statistik Kabupaten Semarang No. 01/12/3322/Th.I, 2 Desember 2013
11