HAMBATAN PEMANFAATAN PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS RIJALI KOTA AMBON
THE OBSTACLES AGAINST THE UTILISATION OF MATERNITY SECURITY SERVICE IN RIJALI COMMUNITY HEALTH CENTER OF AMBON CITY
Wendy Pelupessy1, M. Rusli Ngatimin2, Asiah Hamzah3
1
Alumni Program Magister Promosi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin 2 Bagian Promosi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin 3 Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat, FKM, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Wendy Pelupessy, drg Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, HP; 08124131881 Email:
[email protected]
1
Abstrak Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan di Puskesmas Rijali Kota Ambon. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsep hambatan dalam pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan di Puskesmas Rijali Kota Ambon. Jenis penilitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penentuan informan sebanyak 30 orang dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep hambatan dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC), karena ibu hamil mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang rendah untuk memeriksakan kehamilannya (K1) setelah trimester pertama dan waktu pelayanan di Puskesmas yang terbatas (seminggu hanya dua kali). Konsep hambatan dalam pertolongan persalinan yaitu masih kurangnya informasi tentang manfaat Jaminan Persalinan sehingga ketika bersalin ibu hamil tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit maupun Puskesmas. Konsep hambatan dalam pelayanan nifas (PNC) yaitu ibu nifas belum mendapatkan pelayanan nifas sesuai standar pelayanan Jamina Persalinan yaitu empat kali kunjungan selama masa nifas. Hal tersebut karena pengetahuan dan informasi tentang frekuensi pemeriksaan pelayanan nifas serta kinerja bidan yang belum maksimal dan konsep hambatan dalam Keluarga Berencana (KB) yaitu masih rendahnya kesadaran ibu nifas untuk mengikuti anjuran program KB sebelum 42 hari pasca salin. Kata kunci : Hambatan, Jaminan Persalinan, Kota Ambon
Abstract The low utilization of maternity security service in the Rijali community centre of Ambon City. The study aims to investigate the obstacles against the utilization of maternity security service the Rijali community center of Ambon City. This is a qualitative study with phenomenological approach. Data were collected by means of in−depth interviews and documentary study. Thirty samples were selected wih purposive sampling technique. The study reveals that the obstacles concept appearing in the prenatal care the limited knowledge and awareness of the pregnant mothers because they come to examine their pregnancy to the health centre only after the first trimester and the center only open two days in a week. The obstruction concept in the delivery is that they are not well informed of the advantages of having a maternity secury service. Therefore they do not visit the hospital or health center for the delivery. The problem concept appearing in the postnatal care is that those mother have not had the standard treatment they should have which are at least four times visit after delivery because they are not yet fully informed of the service and the midwives performance is not yet optimal. Their awareness of participating in the family planning programme is low therefore they do not participate in the programme before 42 days post natal. Keywords : Obstacle, Maternity Security Service, Ambon City
2
PENDAHULUAN Sampai saat ini kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang sangat krusial, menurut data SDKI pada tahun 2007 kematian ibu karena kehamilan dan kelahiran, 228 kematian ibu per 100.000. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 34 kematian bayi per 1.000 kelahiran. Pada tahun 2008,
4.692
jiwa
ibu
melayang
dimasa
kehamilan,
persalinan,
dan
nifas.Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 KH (Depkes, 2010). Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKI menurun sebesar 3/4 dalam kurun waktu 1990-2015 dan AKB menurun sebesar 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH, AKB dari 68 menjadi 23/1.000 KH pada tahun 2015 (Depkes, 2010). Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui program yang dinamakan Jaminan Persalinan (jampersal). Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan Jaminan Persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. (Kemenkes, 2011). Data yang diterima pada tahun 2012 di Kota Ambon, jumlah kunjungan Jaminan Persalinan Ante Natal Care (ANC) (38.5%). Jumlah ibu bersalin yang menggunakan Jaminan Persalinan sebesar (26,9%), kunjungan Post Natal Care (26%) orang dan kunjungan bayi (25,8%) orang, yang memanfaatkan layanan KB sebesar 20,1%. AKI 28/100.000 KH dan AKB 4,1/1000 KH (Dinkes Kota Ambon, 2012). Puskesmas Rijali merupakan salah satu dari 22 Puskesmas yang ada di Kota Ambon dengan cakupan pelayanan Jaminan Persalinan yang masih rendah. Hal ini terlihat pada tahun 2011 cakupan pelayanan ANC dan PNC masih (0%),
3
cakupan persalinan normal (0,2%). Pada tahun 2012 cakupan pelayanan ANC (20,9%), Persalinan (0,2%), PNC (0,3%), KB (6,6%). Angka ini masih jauh dari target SPM yakni ANC 95 %, Persalinan dan PNC 90%, KB 70% (Dinkes Kota Ambon, Puskesmas Rijali, 2011). Karakteristik Predisposisi pengetahuan dan kesadaran dalam Pelayanan ANC menurut Eryando (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa rendahnya ANC maupun pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ternyata dipengaruhi oleh faktor ketidaktahuan tentang gejala kehamilan, resiko kehamilan dan resiko melahirkan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Acuin, dkk (2011), menyatakan penurunan AKI dan AKB tidak signifikan di daerah Asia Tenggara. Penyebab AKI secara umum karena perdarahan, komplikasi persalinan dan keterlambatan dalam mencapai failitas kesehatan serta fasilitas yang tidak memadai. Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Herlina, dkk
(2009)
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil kurang dan ini mempengaruhi kunjungan pertama ibu hamil (K1), semakin kurang pengetahuan ibu hamil maka semakin lambat ibu hamil memeriksakan kehamilannya (setelah trimester pertama kehamilan). Hal ini juga di perkuat dengan hasil penelitian tentang perilaku ibu hamil terhadap pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) pada Etnis Toraja, Monica, (2009). Untuk mencapai target 4 dan 5 MDGs diprioritaskan pelyanan terintegrasi ANC, persalinan dan PNC. Sharma (2012) Masih rendahnya cakupan pelayanan Jaminan Persalinan di Kota Ambon khususnya Puskesmas Rijali mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan neonatal, dan pelayanan KB masih rendah. Hal ini terkait dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan jaminan persalinan di sarana kesehatan setempat. Keadaan tersebut juga disebabkan adanya hambatan karakteristik predisposisi (pengetahuan dan kesadaran), hambatan karakteristik penguat (jarak,waktu pelayanan,informasi) dan hambatan karakteristik kebutuhan (pelayanan petugas, sarana prasarana).
4
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengtahui hambatan pemanfaatan pelayanan jaminan persalinan di Puskesmas Rijali Kota Ambon.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Rijali Kota Ambon, Provinsi Maluku. Jenis penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan Fenomenologis. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara Purpossive sampling, yang menjadi informan adalah ibu hamil dan ibu melahirkan (nifas) sampai 42 hari pasca salin, sedangkan informan kunci adalah Bidan dan Kepala Puskesmas. Metode Pegumpulan Data Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui Wawancara Mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi tentang pertanyaan konsep pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, pelayanan nifas, dan pelayanan KB. Pengumpulan data sekunder dengan Telaah Dokumen. Metode Analisis Data Teknik
analisis data menurut Milles dan Huberman (1984) dalam
Sugiyono (2012) dan teknik ini yang digunakan oleh peneliti, diterapkan melalui tiga alur, yaitu Reduksi data (Data Reduction), Data Display atau penyajian data dan Conclusion Drawing/Verification atau pencarian makna dan kata kunci peristiwa.
HASIL Karakteristik Informan Sebagian besar ibu hamil berumur ≤25 tahun (8 informan) dan berumur ≥26 tahun (9 informan), usia kehamilan ibu terlihat lebih banyak pada kelompok trimester II (8 informan), dengan frekuensi kehamilan mayoritas ≥ 2 anak (9
5
informan) dan bahkan ada informan dengan kehamilan ke 8 dan jarak kehamilan mayoritas lebih dari 2 tahun.Umur informan untuk ibu nifas pada kelompok umur ≤ 25 tahun (2 informan), sebagian besar ibu bersalin pada umur ≥ 35 tahun bahkan ada 1 orang yang berumur 41 tahun. .Sedangkan untuk kelompok umur informan kunci (bidan puskesmas dan kepala puskesmas) antara 35 – 53 tahun.dengan ratarata lama bekerja untuk informan kunci di atas 5 tahun.Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan sebagian besar ibu hamil hanya tamat SLTP (21 informan), Sedangkan untuk tingkat pendidikan informan kunci, seorang bidan mempunyai tingkat pendidikan Diploma (D III) dan seorang lainnya S1 kebidanan dan informan kunci kepala puskesmas profesi kedokteran.Berdasarkan pekerjaan ibu, jenis pekerjaan informan mayoritas sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu (25 informan). Konsep Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Hasil penelitian diungkapkan informan cenderung sudah memahami dan mengetahui manfaat pemeriksaan kehamilan. Seperti yang terungkap dari hasil wawancara mendalam berikut. “…beta tau hamil setelah seng dapat mens, muntah-muntah,pi priksa supaya jang kanapa-kanapa deng beta pung anak,supaya anak sehat, kalo ada apa-apa deng beta pung anak bisa tau capat…..” (Ysti,28 thn,SMA; Hwa,24 thn,SMP; Trh,21 thn,SMP; Ria,19 thn,SMA; Ftm,29thn,SMA; Mri,36 thn,SMP; Ija,24thn,SMP)
Pengetahuan informan yang lebih mendalam tentang pemeriksaan kehamilan (ANC) khususnya 1 kali pemeriksaan pada triwulan pertama (K1), 1 kali pemeriksaan pada triwulan ke dua dan 2 kali pemeriksaan pada triwulan ke tiga ( K4), jaminan persalinan pada pemeriksaan kehamilan (Jampersal), cenderung masih kurang seperti terungkap dari hasil wawancara mendalam berikut “…Beta seng tau berapa kali harus periksa hamil,seng tau mulai periksa kapan,nanti tunggu poro basar do baru pi periksa,kalo ada keluhan saja baru pi periksa. Beta seng tau apa itu ANC,K1,K4 deng Jampersal. Katong dapa periksa poro,periksa tensi darah,timbang badan deng dapa vitamin. …..” (Dsy,30thn,SMP; Hwa,24 thn,SMP; Hsn,37thn,SD ; Jlh,29thn, SD; Ria,19 thn SMA; Ftm,29thn,SMA; Mri,36 thn,SMP; Rhm,32thn, SD;Ija,24thn,SMP)
Hasil penelitian mengenai kesadaran informan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) khususnya 1 kali pemeriksaan pada triwulan pertama (K1), 1 kali pemeriksaan pada triwulan ke dua dan 2 kali pemeriksaan
6
pada triwulan ke tiga (K4), jaminan persalinan pada pemeriksaan kehamilan (Jampersal), cenderung masih kurang, seperti terungkap pada hasil wawancara mendalam berikut. “…Beta tau hamil,tapi tunggu poro basar do baru pi periksa, mo pi periksa balom ada waktu. Ini su 4,5,6 bulan baru beta datang periksa …” (Dsy,30thn,SD ; Hwa 24 thn,SMP; Hsn,37thn,SD; Jlh,29thn,SD; Ria,19thn, SMA; Ftm,29thn,SMA; Mri,36thn,SMP;Ftr,17thn,SMP)
Berbagai pernyataan informan tentang jarak yang harus ditempuh untuk mendapat
pelayanan
Pemeriksaan
Kehamilan,
sebagian
besar
informan
menyatakan dekat dan mudah untuk mencapai tempat pelayanan seperti yang terungkap dari hasil WM berikut: “...Seng talalu jauh, jarak dari beta rumah ke Puskesmas dekat sa,cuma satu kali nai oto,jarak seng talalu jauh,dapat dijangkau...” (Ysti,28 thn; Dsy, 30 thn; Hwa,24 thn; trh,21 thn; Srn, 24 thn; Hsn, 37 thn; Jlh, 29 thn; Ria, 20 thn; ria, 19 thn; Zab,31 thn; Ftm,29 thn; Mri,36 thn;Rhm,32 thn; Nrh 23 thn;Yni,28 thn)
Waktu pelayanan di Puskesmas juga mempunyai peranan yang penting dalam menunjang pemeriksaan kehamilan. Sebagian besar informan merasa waktu pelayanan di Puskesmas masih kurang dan perlu ditambah waktunya karena hanya seminggu dua kali pemeriksaan kehamilan (ANC) yaitu hari selasa dan kamis terungkap dari hasil wawancara mendalam berikut: “…Cuma waktu pelayanan terbatas selasa deng kamis saja, waktu pelayanan Cuma dua hari saja,waktu pelayanan talalu sadiki,waktu pelayanan musti ditambah,parnah beta datang tapi waktu itu bukan hari periksa makanya beta pulang lai,...” (Ysti,28 thn; Dsy, 30 thn; Hwa,24 thn; Trh,21 thn;Srn, 24 thn; Jlh, 29 thn; Ria,20 thn; ria, 19 thn; Nrh 23 thn;Ftr,17 thn;Yni,28 thn; ).
Informasi memegang peranan penting dalam pemeriksaan kehamilan dan jaminan persalinan. Dari hasil wawancara informasi yang didapatkan informan ternyata masih kurang diberikan seperti kutipan wawancara berikut: “…Seng dapa bilang, tau musti pi periksa dari beta tetangga,waktu periksa lai ibu bidan bilang. katong datang dapa timbang berat badan,ukur tekanan darah,periksa poro,dapa bilang musti makan makanan yang sehat. Katong seng tau K1,K4 apalai Jampersal,seng dapa kas tau..” ( Dsy, 30 thn; Hwa,24 thn; trh,21 thn; Srn, 24 thn; Hsn, 37 thn; Jlh, 29 thn; Ria, 20 thn; ria, 19 thn; Rhm,32 thn; Nrh 23 thn ).
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan juga mempunyai peranan penting dalam menunjang pemeriksaan kehamilan (ANC). Sebagian besar ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas menyatakan puas
7
dengan pelayanan yang di berikan oleh bidan di Puskesmas, hal ini terungkap dari hasil WM dengan informan berikut: “…Ibu bidan periksa katong bagus, pelayanan bagus, Alhamdulillah ibu bidan priksa bagus. Katong dapa periksa poro,timbang berat badan,ukur tekanan darah,timbang badan, dapa vitamin deng obat tambah darah,dapa suntik ...” (Ysti,28 thn; Dsy, 30 thn; Hwa,24 thn; trh,21 thn; Srn, 24 thn; Hsn, 37 thn; Jlh, 29 thn; Ria, 20 thn; ria, 19 thn; Zab,31 thn; Ftm,29 thn; Mri,36 thn;Rhm,32 thn; Ija,24 thn;Ftr,17 thn; Nrh 23 thn;Yni,28 thn)
Sarana prasarana yang tersedia mempunyai peranan yang besar dalam menunjang pemeriksaan kehamilan. Sebagian besar informan merasa sarana dan prasarana yang tersedia di Puskesmas sudah cukup lengkap dan baik. Hal ini terungkap dari hasil WM dengan informan berikut: “…Alat-alat jua lengkap, sarana jua lengkap deng bagus lai,jadi katong yang periksa jua rasa aman...,...” (Ysti,28 thn; Dsy, 30 thn; Hwa,24 thn; trh,21 thn; Srn, 24 thn; Hsn, 37 thn; Jlh, 29 thn; Ria, 20 thn; ria, 19 thn; Zab,31 thn; Ftm,29 thn; Mri,36 thn;Rhm,32 thn; Ija,24 thn;Ftr,17 thn; Nrh 23 thn;Yni,28 thn)
Konsep Pelayanan Persalinan Hasil penelitian diungkapkan, dengan mengambil konsep Pelayanan Persalinan, dari hasil wawancara mendalam pada informan menunjukkan bahwa sebagian besar informan belum memanfaatkan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan, seperti terungkap dari hasil WM berikut: “...Beta melahirkan di rumah, tapi ibu bidan yang datang kasih melahirkan, takut kalo melahirkan di Puskesmas ka rumah sakit talalu mahal seng ada uang voor bayar. Su biasa anak su labeh dari dua, bagusnya memang di puskesmas, jarak dekat tapi malam kan seng buka, seng tau Jampersal tu apa, balom dengar,bayar for ibu bidan, antua layani bagus ...” (Dsy,30 thn,SD; Srn,24 thn, SD; Jlh,29 thn,SD; Rhm,32 thn,SD; Ija,24 thn,SMP; Nrh,23 thn,SD; Arn,40 thn,SMP; Ftm,40 thn,SMP; Ynt,28 thn,SMP;Hwa,24 thn,SMP; Eti,39 thn,SD; Sni,35 thn SMA)
Sebagian informan juga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan, bidan praktek swasta untuk persalinan mereka, meskipun belum tahu juga tentang Jampersal dalam pelayanan persalinan, seperti pernyataan informan berikut: “...Beta melahirkan di rumah sakit karena su biasa, beta rasa aman karena ada bidan, juga dokter.Jarak dekat saja ke Puskesmas. Beta bayar. Seng pernah tahu tentang Jampersal itu apa. Alat-alat di Rumah Sakit lengkap deng pelayanan jua bagus...” (Ysti,28 thn,SMA; Zab,31 thn,S1; Mri,36 thn,SMA; Yni,28 thn,SMA;Mlt,37 thn,SMA; Sri,21 thn,SMP)
Ada juga informan yang sudah menggunakan Jampersal dalam pelayanan persalinannya, seperti pernyataan informan berikut:
8
“...Beta baru habis melahirkan anak ke empat baru 42 hari. Beta melahirkan di ibu bidan pung klinik,beta seng bayar karena beta pake Jampersal,waktu itu ibu bidan yang suruh,karena beta pung KTP ada,jadi Cuma kasih masuk KTP saja.Pelayanan yang diberikan bagus, alat-alat juga lengkap....” (Idr,33 thn,SMP)
Konsep Pelayanan Nifas Kunjungan pertama ibu nifas (KF1) dan kunjungan neo natal pertama (KN1) yaitu 6 jam sampai dengan hari ke-2 persalinan. Sebagian besar ibu bersalin tidak mengetahui tentang KF1 dan KN1 walaupun sudah mendapat pelayanan tersebut seperti kutipan wawancara berikut: “…Beta melahirkan di rumah tapi ibu bidan yang tolong, beta bayar, abis melahirkan beta dapa suntik vitamin, beta pung anak lai dapa suntik,tapi beta seng Tanya suntik apa. Tiap hari ibu bidan datang lia deng kas mandi beta pung anak sampe tiga hari,abis itu beta yang urus sandiri,dapa bilang lai jaga bawa ke posyandu. Beta seng tau KF1 deng KN1 tu apa, Jampersal jua seng tau, pelayanan bagus …” (Arn,28,thn,SMP; Ftm,40 thn,SMP; Ynti,28 thn, SMP;Hwa,28 thn SMP; Eti,39 thn,SD; Sni,35 thn, SMP; Rna,41 thn,SD )
Kunjungan kedua neonatal (KN2) yaitu kunjungan yang dilakukan pada hari ketiga sampai hari ketujuh persalinan oleh tenaga kesehatan.Sebagian besar informan tidak mengetahui tentang KN2 walaupun mereka telah mendapatkan pelayanan tersebut. Seperti kutipan wawancara berikut: “…Abis melahirkan ibu bidan datang kasih mandi deng rawat beta pung anak sampe 3 hari, abis itu beta yang urus karena su pernah pung anak. Ibu bidan bilang abis ini jaga bawa anak ke posyandu atau Puskesmas. Atau kalo ada apa-apa jaga bawa ke Puskesmas, seng tahu apa itu KN2, pelayanan bagus,..…” (Arn,28,thn,SMP; Mlt,37 thn,SMA; Ftm,40 thn,SMP; Idr,33 thn,SMP; Ynti,28 thn, SMP; Sni,35 thn, SMP; Rna,41 thn,SD)
Kunjungan ketiga untuk KF2 dan KN3 yaitu kunjungan yang dilakukan pada hari ke 8 sampai hari ke 28 persalinan oleh tenaga kesehatan.Sebagian besar ibu nifas tidak mendapatkan kunjungan KF2 dan KN3.Namun mereka membawa anaknya ke Posyandu untuk imunisasi. Seperti kutipan berikut: “…Ibu bidan datang kasih mandi beta anak sampe 3 hari, abis itu beta urus sandiri. Pas 1 bulan beta bawa dia ke Puskesmas voor imunisasi, barang ibu bidan yang suruh.Beta seng tau KF2 deng KN3…”) (Arn,28,thn,SMP; Mlt,37 thn,SMA; Ftm,40 thn,SMP; Idr,33 thn,SMP; Ynti,28 thn, SMP; Sni,35 thn, SMP; Rna,41 thn,SD)
Kunjungan keempat untuk KF3 Yaitu hari ke-29 sampai hari ke-42 persalinan oleh tenaga kesehatan. Sebagian besar ibu nifas tidak mendapatkan kunjungan KF3 seperti kutipan wawancara berikut :
9
“…Seng datang, Cuma sampe 3 hari saja. Abis itu beta urus sandiri.Ini beta datang mau periksa dengimunisasi barang su 1 bulan. Beta seng tau KF3 itu apa…” (Arn,28,thn,SMP; Mlt,37 thn,SMA; Ftm,40 thn,SMP; Idr,33 thn,SMP; Ynti,28 thn, SMP; Sni,35 thn, SMP; Rna,41 thn,SD)
Konsep Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Kontrasepsi Mantap Adalah metode KB non hormonal jangka panjang yang terdiri dari vasektomi dan tubektomi.Sebagian besar informan tahu tentang KB,
namun belum sadar untuk menggunakan KB apalagi kontrasepsi kontra panjang seperti kutipan wawancara berikut: “…Keluarga Berencana supaya anak jang talalu banyak deng jang talalu dekat. Dengar dari televisi, dapa informasi jua dari petugas Puskesmas, ibu bidan. Cuma beta balom KB, Beta seng tahu kontrasepsi mantap itu apa,balom parnah dengar,.…” (Arn,28,thn,SMP; Mlt,37 thn, SMA; Idr,33 thn,SMP; Ftm,40 thn,SMP; Ynti,28 thn, SMP; Sri,21 thn,SMP; Hwa,28 thn SMP; Sni,35 thn, SMP)
Sebagian besar informan sudah mengetahui tentang konstrasepsi IUD / Spiral dan Implant namun belum menggunakan karena tidak mau menggunakan alat KB jangka panjang seperti kutipan wawancara berikut: “… Spiral beta tahu didalam kandungan, kalo implant pasang ditangan tapi beta seng mau pake KB itu akang talalu lama, beta jua takut ada apa-apa, nanti seng cocok lai, balom KB tapi abis ini mau KB jua.,…” ( Mlt,37 thn,SMA; Ftm,40 thn,SMP; Ynti,28 thn, SMP; Hwa,24 thn,SMP; Sni,35 thn, SMP)
Sebagian besar ibu nifas sudah mengetahui tentang KB suntik dan merupakan pilihan karena merupakan kontrasepsi jangka pendek. Seperti kutipan wawancara berikut: “…Anak sebelumnya beta pake KB suntik tapi seng cocok biking beta badan naik, ada yang mens seng teratur, beta seng suntik lai, balom tapi beta rencana ini mau KB suntik jua,di Puskesmas saja barang dekat deng obat suntik jua ada, …” (Mlt,37 thn,SMA; Ftm,40 thn,SMP; Ynti,28 thn,SMP; Sni,35 thn,SMP; Rna,41 thn,SD)
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai kehamilan adalah Ibu hamil sudah mengetahui bahwa ibu tersebut hamil namun pengetahuan tentang manfaat, kapan sebaiknya memeriksakan kehamilannya dan berapa kali memeriksakan kehamilannya masih rendah dan belum mempunyai kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya sedini mungkin, karena sebagian besar memriksakan kehamilannya setelah trimester pertama kehamilannya serta Ibu
10
hamil belum mengetahui istilah ANC, K1 dan K4. Juga waktu pelayanan di Puskesmas yang hanya seminggu dua kali. Dari hasil tersebut nampak bahwa pengetahuan dan kesadaran ibu kurang mengenai pemeriksaan kehamilan (ANC) dianggap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang mempengaruhi ibu untuk memiliki kecenderungan dalam memanfaatkan lebih banyak atau lebih sedikit dari pada individu lainnya, hal inilah yang kemudian menyebabkan hambatan pemanfaatan pelayanan jaminan persalinan yang berdampak pada tidak maksimalnya kemauan atau motivasi untuk memeriksakan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dibenarkan juga oleh penelitian yang dilakukan Acuin,dkk (2011) menyatakan ANC penting dilakukan di sarana kesehatan karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Namun kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya masih rendah. Menurut Eryando,(2008) ANC dilakukan sebanyak 4 kali, namun masih banyak ibu hamil yang belum mengetahuinya dan beranggapan bahwa pemeriksaan kehamilan tidak perlu dilakukakan secara rutin hanya saat pertama hamil atau jika merasa ada keluhan atau mendekati masa persalinan. Hal yang melatarbelakangi karena pengetahuan tentang kehamilan masih rendah, jarak tempat tinggal terhadap lokasi pelayanan kesehatan dan waktu pelayanan yang terbatas. Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk, (2009) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil kurang dan ini mempengaruhi kunjungan pertama ibu hamil (K1), semakin kurang pengetahuan ibu hamil maka semakin lambat ibu hamil memeriksakan kehamilannya (setelah trimester pertama kehamilan). Hal ini juga di perkuat dengan hasil penelitian tentang perilaku ibu hamil terhadap pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) pada Etnis Toraja. Monica, (2009) Dari hasil wawancara mendalam mengenai konsep pelayanan nifas, ditemukan bahwa Ibu nifas belum mendapatkan pelayanan nifas sesuai standar pelayanan Jaminan Persalinan. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan informasi mengenai jumlah kunjungan yang seharus didapatkan oleh ibu nifas dan bayinya selama masa nifas yaitu empat kali kunjungan untuk ibu nifas dan
11
neonatal. Selain itu kinerja petugas kesehatan dalam hal ini bidan yang masih belum maksimal dianggap menjadi salah satu faktor predisposisi dalam pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan karena jumlah kunjungan pelayanan neonatal hanya sampai kunjungan kedua yang seharusnya mendapat pelayanan selama masa nifas sebanyak empat kali kunjungan termasuk kunjungan neonatal. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Aisyaroh (2012) bahwa ruang lingkup kunjungan nifas oleh bidan minimal dilakukan sebanyak 4 kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah dan mendeteksi masalah-masalah yang terjadi. Penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu nifas sudah mengetahui tentang KB namun belum ber-KB, dengan jumlah anak lebih dari dua dan Ibu nifas belum mengetahui tentang Jaminan Persalinan termasuk pelayanan KB sebelum 42 hari pasca persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tidak menjamin pelaksanaan pelayanan KB lebih baik.Faktor kesadaran adalah faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku ber-KB. Ibu nifas seharusnya mengetahui dan mengikuti anjuran ber-KB sebelum 42 hari masa nifas yang pelayanannya ada dalam jaminan Persalinan. Manfaat Jaminan Persalinan bagi masyarakat salah satunya yaitu biaya pelayanan kesehatan dijamin oleh pemerintah, dalam hal ini ibu-ibu yang hendak melahirkan akan mendapat pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan bagi ibu pasca persalinan berhak mendapatkan pelayanan KB. Oleh karena itu diharapkan meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa konsep hambatan dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC), yaitu Ibu hamil mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang pemeriksaan kehamilan yang masih rendah karena pertama kali melakukan
pemeriksaan
kehamilan
setelah
trimester
pertama
sehingga
menghambat pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan. Pada konsep hambatan
12
dalam pertolongan persalinan ditemukan bahwa informasi mengenai manfaat Jaminan Persalinan dalam pelayanan persalinan bagi ibu hamil masih sangat kurang karena ibu hamil belum mengetahui adanya Jaminan Persalinan sehingga masih banyak yang belum bersalin di fasilitas kesehatan karena adanya hambatan biaya.Konsep hambatan dalam Pelayanan nifas (PNC), yaitu Ibu nifas belum mendapatkan pelayanan nifas sesuai standar pelayanan Jampersalyang dilakukan minimal sebanyak 4 kali untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir. Konsep hambatan dalam Pelayanan keluarga berencana (KB), yaitu kesadaran ibu nifas untuk mengikuti anjuran program ber-KB masih rendah sehingga menghambat pelayanan keluarga berencana dengan pemanfaatan pelayanan Jampersal. Oleh karena itu disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Ambon perlu merevisi kebijakan waktu pelayanan dimana waktu pelayanan perlu ditambah untuk ANC di fasilitas pelayanan kesehatan, mengintensifkan penyebarluasan informasi tentang fasilitas jampersal serta memonitoring dan mengevaluasi kinerja bidan terhadap ANC, pertolongan persalinan, kunjungan ibu nifas, dan pelayanan keluarga berencana.
13
DAFTAR PUSTAKA Acuin Sessilia S., Khor Geok Lin., Liabsuetrakul Tippawan. (2011). Maternal, Neonatal, and Child Health in Southeast Asia: Towards Gretaer Regional Collaboration.http://www.thelancet.com/. Diakses pada tanggal 15 Februari 2013 Aisyaroh Islami Noveri. (2012). Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas.http://journal.unissula.ac.id. Diakses pada tanggal 15 Februari 2013 Depkes. (2010). Ibu Selamat, Bayi Sehat, Suami Siaga. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu-selamatbayi-sehat-suami-siaga.html. Diakses pada tanggal 20 Januari 2013 Dinkes Kota Ambon.(2011). Profil Kesehatan Kota Ambon. Dinkes Kota Ambon.(2012). Profil Kesehatan Kota Ambon. Eryando Try.( 2008). Alasan Pemeriksaan Kehamilan dan Pemilihan Penolong Persalinan.http://journal.unair.ac.id, Diakses pada tanggal 15 Februari 2013 Herlina netti dan Arinda Rachel: (2009). Hubungan antara Pengetahuan Ibu hamil Tentang Ante Natal care Dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil. Jurnal Buletin Penelitian RSUD Dr. Soetomo. Vol 11, No 3 September 2009. Surabaya. Kemenkes RI. (2011). Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. http:/ /www. gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/05/Buku-JuknisJampersal_Final_versi-cetak1.pdf. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013 Kemenkes RI. (2011). Informasi Jaminan Persalinan.http://www.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013 Kemenkes.(2011). Laporan Hasil Kajian Pelaksanaan Program Jampersal Di 6 Kabupaten.http://www.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013 Monica RT, : (2009). Analisis Perilaku Ibu Hamil Terhadap Ante Natal Care (ANC) Pada Etnis Toraja, Jurnal Promosi Kesehatan nusantara Indonesia Nomor 4 Edisi4, Juli-Desember 2009. Konsentrasi Promosi Kesehatan Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar. Sharma Gaurav.( 2012). Maternal, Perinatal, and Neonatal Mortality in Southeast Asian Region.Asian J. Epidemiol. 5 (1), 2012 Sugiyono (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
14