un
KEKEBALAN RADIOV AKSIN KOKSIDIA (Eimeria rene/fa) BERDASARKAN PARAMETER KLINIS DAN NISBAH ALBUMIN/ GLOBULIN
P. Ronohardjo* I S. Partoutomo* I S. Partodihardjo**, Suhardono*, A. Husein*, Mumihati I. **, dan M. Arifin**
ABSTRAK - ABSTRACT UJI KEKEBALAN RADIOVAKSIN KOKSIDIA (Eimeria tene/la) BERDASARKAN PARAMETER KLINIS DAN NISBAH ALBUMIN/GLOBULIN. Uji daya proteksi suatu radiovaksin koksidia telah dilakukan terhadap infeksi tantangan pada anak ayam petelur. Untuk keperluan tersebutsejumlah anak ayam dibagi menjadi tiga kelompok, yakni keiompok divaksin, keiompok divaksin kemudian ditantang dan kdompok ditantang. Parameter yang digunakan untuk menilainya, ialah tingkat kematian, pertambahan bobot badan, jumlah ookista per gram feses, dan nisbah albumin/globulin yang dianalisis secara elektroforesis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kematian pada anak ayam divaksin sebesar 2,8% dan keiompok ditantang 15,8%. Rata-rata pertarnbahan bobot badan per minggu pada kelompok divaksin 74,1 gram, kelompok divaksin kemudian ditantang 70,7 gram dan kelompok ditantang 62,5 gram. Hasil rata-rata perhitungan ookista per gram feses masing-masing kelompok ialah 4.300, 1.300 dan 20.600. Jumlah anak ayam yang kebal berdasarkan evaluasi nilai nisbah albumin/ globulin masing-masing kdompok ialah 81%,69,20% dan 30,70%. IMMUNOGENIC TEST OF COCCIDIA RADIOVACCINE (Eimeria tenella) BASED ON ~E CLINICAL PARAMETERS AND THE ALBUMIN/GLOBULIN RATIO. Protective effect of attenuated radiovaccine of coccidia was tested on layer chickens challenged by infective coccidia. For this study a number of chickens were divided into three groups those were a vaccinated group, a group which was vaccinated and then challenged, and a challenged group. The parameters used in this research were mortality rates, weight gain, number of oocysts per gram faeces, and albumin/globulin ratio analyzed by electrophoresis. Result of this observation showed that the mortality rate of the vaccinated group was 2.8% while the challenged group was 15.8%. The average weight gain per week of the vaccinated group, the vaccinated and challenged group, and the challenged group were 74.1, 70.7, and 62.5 gram respectively. While the average count of oocyst! per gram faeces in those groups were 4.300, 1.300 and 20.600 respectively. The number of chickens with showed immunologic response based on the evaluation by albumin/globulin ratio value of each group were 81%.69.20% and 30,70% respecti-
vdy.
PENDAHULUAN Koksidiosis bersifat menular dan sangat memgikan para petemak ayam, selain dari itu dapat menimbulkan hal yang sangat berbahaya. yaitu timbulnya strain koksidia yang resisten serta biaya pencegahan yang hams dikeluarkan untuk pembelian koksidiostat yang relatif mahal. *) Balai penelitian Veteriner, Bogar **) Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN.
517
Menurut RYLEY (1) usaha pengendalian dapat dilakukan antara lain dengan KGffiOprof1lilk3idiln pGnXCndilliiln~e\iilrilimmunolo~, NilffiUndcngan kctidak tentu' an dalam penemuan obat anti koksidia, maka ROSE (2) memandang bahwa beberapa bentuk vaksinasi koksidiosis merupakan hal yang sangat menarik. Untuk itu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol infeksi koksidia strain ganas atau mengembangkan strain yang dilemahkan. Misalnya pemberian Coccivac, merupakan campuran ookista hidup dari strain ganas normal, pada ayam muda yang diikuti dengan pemberian anti koksidia. Dapat juga dengan pemberian koksidia yang dilemahkan dengan cara diiradiasi yang keduanya berguna sebagai vaksin. Penggunaan radiasi sinar X yang pertama pada tahun 1937 oleh ALBANESE dan SMETANA (3), kemudian oleh WAXLER (4), HEIN (5) dan SIBALIC ~ al (6). Dan akhir-akhir ini lebih populer digunakan sinar gamma seperti SIBALIC et ~ (6), juga ABU ALl, N (7). Kemudian SUKARDn dkk (8) dengan menggunakan radiasi sinar gamma dosis 125 Gy untuk pembuatan vaksin, ternyata juga menimbulkan kekebalan yang cukup. Namun yang menjadi masalah dari vaksin hasil penelitian terakhir adalah pelarut yang digunakan sebagai pelarut vaksin tersebut diketahui bersifat toksik pada ayam. Maka penggunaan vaksin tersebut di lapangan harus dicuci terlebih dahulu sebelum diberikan lewat air minum. Cara aplikasi vaksin yang demikian itu dianggap tidak praktis. Kemudian dicoba pelarut lain, alhidrogel-vaksin dengan pelarut baru ini dapat diberikan la_l!gs~l!gmelalui air minum tanpa pencucian terlebih dahulu. Kadar albumin dalam sera yang dinyatakan dalam satuan mgfml telah digunakan oleh MUHAMMAD FARUQ (9) dalam analisis elektroforesis dan dibaca dengan spektrofotometri untuk mengetahui kandungan zat kebal dalam sera. Metode yang sarna untuk uji total protein dan evaluasi nisbah albuminfglobulin telah digunakan oleh HAWK et al (10) kemudian oleh JATKAR et al (11) untuk Trypanosoma evansi pada unta.
BAHAN DAN METODE Old3ID. Pada penelitian ini digunakan ookista bersporulasi dari Eimeria tenella produksi PAIR - BATAN. [radiosi. Prosedur iradiasi ookista adalah sebagai berikut. Ookista dalam larutan kalium bikromat 2% dicuci dengan air suUng tiga kali. Kemudian ookista dalam air suling diradiasi dengan sinar gamma, cobalt 60, dengan laju dosis 962,334 Gyfjam. Dosis radiasi 125 Gy dengan menggunakan pelindung 10%. Ayam, Pakan, dan Sekam. Sebanyak 300 ekor anak ayam jenis petelur, Star:. cross 288, digunakan sebagai hewan percobaan. Sebelum digunakan, pakan ayam dan sekam dikeringkan dalam oven terlebih dahulu selama 36 - 48 jam pada suhu 600C. Pakan yang diberikan tidak ditambah obat-obatan atau non medicated feed. Sekam dalam kandang diganti dua kali seminggu. Perlakuan. Anak ayam dibagi menjadi tiga kelompok yakni : kelompok divaksin (V), kelompok divaksin kemudian ditantang (VC) dan kelompok ditantang (C). Tiap kelompok diadakan ulangan satu kali. 518
Immunisasi. Ookista yang sudah diradiasi diberikan dengan dosis tungg<.J melalui air minum, sebelumnya anak ayam dipuasakan kira-kira 4 jam, dan anak ayam diimunisasi pada umur 10 hari. T4Tltangan. Uji tantangan dilakukan dua dan tiga minggu setelah imunisasi. Ookista E. tendla strain ganas diberikan sarna seperti waktu melakukan imunisasi yaitu 100.000 ookista per ekor anak ayam .. Pengamatan KJinik. Uji proteksi ini berlangsung selama tiga bulan dari bulan Agustus sampai dengan awal bulan Nopember 1984. Selama itu gejala koksidiosis diamati dan kematian anak ayam dicatat. Penghitu!gan ookista dan penimbangan bobot badan dilakukan seminggu sekali. Ufi Nisbah Albumin/Globulin. Pengambilan contoh anak ayam dibagi dalam dua periode yaitu dari tanggal 20 Agustus' sampai 19 September 1984 untuk periode pertama dan 10 Oktober hingga 1 Nopember 1984 untuk periode kedua. Pengambilan contoh darah pertama dimulai 15 hari pasca vaksinasi. Penentuan respon kekebalan berdasarkan nisbah albumin/globulin, sedang nilai total protein akan dilaporkan pada kesempatan lain. Albumin dan globulin dipisahkan dengan elektroforesis dan nilai absorbsi ditentukan dengan spektrofotometer Backman pada panjang gelombang 525 mm.
HASIL DAN PEMBAHASAN lmunisasi diberikan pada masing-masing kelompok divaksin (V) dan kelompok divaksin kemudian ditantang (VC). Tantangan diberikan pada VC dan C, seperti terlihat pada Tabell. Kematian anak ayam sebagai imunisasi terjadi pad a kelompok V, kelompok VC dan kelompok C, seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah kematian pada kelompok V dan VC2 sebesar 1,4% sedang pada kelompok VC 1 5,6%. Total kematian akibat imunisasi 2,8%. HasH penelitian SKOLlC (12) pemberian ookista dosis tunggal per oral sebanyak 20.000 yang diradiasi 0,1 kGy cukup untuk memberikan proteksi tanpa diikuti kematian. Juga dari hasil penelitian SUKARDJI dkk (8) dosis vaksinasi 60.000 ookista yang diradiasi 0,125 kGy. Terlihat kecenderungan bahwa terjadinya kematian pada kelompok diimunisasi dapat disebabkan oleh penggunaan dosis vaksinasi yang lebih tinggi. Sedang ABU ALl, (7) telah menggunakan radiasi antara 91 - 137 Gy terhadap tenella dengan menggunakan gamma chamber 900 dapat memberikan harapan untuk memproduksi vaksin koksidiosis dengan dosis inokulasi 100.000 ookista. Persentase kematian tersebut lebih rendah bila dibanding dengan hasil penelitian Sokolic (12), dengan dosis inokulasi 25.000 ookista strain ganas terjadi kematian sebanyak 70%. Ada kemungkinan bahwa E. tenella strain ganas yang digunakan untuk penantang merupakan strain yang rendah virulensinya, hingga dalam kelompok C pun hanya menimbulkan kematian 15,8% pada dosis infeksi 100.000 ookista. Sedangkan kelompok anak ayam yang diimunisasi dan diberikan tantangan tidak terjadi kematian setelah tantangan terse but, walaupun masih terlihat adanya berak darah pada kelompok itu. Gambaran klinis yang terlihat setelah dilakukan imunisasi pad a kelompok V dan VC, yaitu pada hari kelima setelah imunisasi kelompok tersebut mulai terlihat
rt ~
519
kelemahan, sayap menggantung, berak darah dan napsu makan menurun. Gejala tersebut terlihat selama empat hari yang mana pada hari kedua dan ketiga keadaannya lebih parah. Gejala seperti tersebut juga terjadi pada kelompok C. Sedang pada kelompok VC setelah diadakan penantangan gejala yang terlihat lebih ringan dan tidak terjadi kematian. Ayam yang mati diseksi kemudian dilihat sekumnya, perubahan yang terlihat antara lain : lumen sekum meluas dengan dinding yang lebih tipis, lumen sekum berisi jendolan darah dan dinding sebelah dalam ada perdarahan. Sekum diawetkan dalam formalin untuk diadakan pemeriksaan histopatologi. Setelah percobaan selesai beberapa ayam dibunuh dan diambil sekumnya untuk pemeriksaan yang sarna. Hasil pemeriksaan histopatologi sekum tidak dimasukkan dalam laporan ini. Selama percobaan berlangsung ada beberapa ekor ayam dari ketiga macam perlakuan mati akibat terserang penyakit Marek dan Snot (0,96%) tidak termasuk dalam hasil penelitian ini. Rata-rata bobot awal dan pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 3. Penimbangan pertama dilakukan setelah ayam berumur 9 hari yang mana bobot rata-rata antar kelompok tidak berbeda nyata. Sedang rata-rata pertambahan bobot terlihat perbedaan pada beberapa kelompok perlakuan. Rata-rata pertambahan bobot badan perminggu pada kelompok divaksin 74,1 gram, 71,0 gram pada kelompok VC1, 57,4 gram pada kelompok VC2 dan 73,6 grampadakelompokC2·Pada pemberian tantangan dua minggu setelah imunisasi terlihat perbedaan yang nyata (P<0,o5) antara kelompok VC1 dan kelompok C l' Pemberian tantangan tiga minggu pasca imunisasi tidak memperhatikan perbedaan yang nyata antara VC2 dan C2' Demikian juga kelompok V: kelompok VC 1 : kelompok VC2 : kelompok C2 tidak berbeda nyata (P> 0,05). Perlu diketahui bahwa pada kelompok C2 sudah terinfeksi secara alam seminggu sebelum dilakukan infeksi. Menurut RILEY (1) infeksi ookista E. tenella dosis rendah yang berulang dapat merangsang kekebalan, sehingga besar sekali kemungkinan tantangan yang diberikan pada kelompok C2 tidak banyak berbeda pengaruhnya bila dibanding dengan kelompok yang diimunisasi, kemudian diuji tantang dengan koksidia strain ganas. Rata-rata jumlah ookista per gram feses dapat dilihat pada Tabe14, yaitu pada ke10mpok C 1 sebesar 34.000 adalah yang tertinggi kemudian kelompok C2 sebanyak 7.100, kelompok V sebanyak 4.300, kelompok VC2 sebanyak 2.300 dan akhirnya kelompok VC 1 sebanyak 400 merupakan jumlah yang terkecil. Secara statistik perbedaan jumlah ookista dari masing-masing kelompok tersebut berbeda nyata satu sarna lain (P<0,05). Hasil penelitian SINGH (13) menunjukkan bahwa iradiasi menurunkan jumlah ookista hidup. Imunitas yang ditimbulkan tidak lebih dari imunitas yang dihasilkan oleh infeksidosis rendah ookista yang tidak diradiasi. Berdasarkan hasil evaluasi nisbah albumin/globulin tiap individu anak ayam dari kelompok vaksinasi (V) yang terdiri dari 42 contoh sera anak ayam selama periode I jumlah rata-rata nisbah albumin/globulin 0,278 dan periode II 0,609 ±. 0,235 dimana 34 contoh (81%) memperlihatkan respon kekebalan, sedangkan sisanya 8 contoh (19%) tidak kebal, nisbah albumin/globulin rata-rata periode I 0,536 ~ 0,330 dan periode II 2,081 .!.. 0,879. Gambar 1 & 2. Menurut HAWK et al. (10), JATKAR et al. (11) dan SUKARDJI ~ al. (8), apabila fraksi globulin pada
520
pengambilan seraperiode kedua menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada nilai pengambilan pertama, maka dapat dikatakan, individu anak ayam tersebut menunjukkan respon kekebalan atau yang sebaliknyajika tidak ada respon kekebalan. Jadi evaluasi nisbah albumin/globulin dari kedua periode contoh dari sera berbanding terbalik dengan kekebalan yang diperolelr dalam tubuh anak ayam (Tabel 5). Hasil tersebut ternyata diperkuat oleh basil uji sera anak ayam yang dilakukan di Balitvet Bogor pada tahun 1978 - 1979 (8). Hasil evaluasi nisbah albumin/globulin tiap individu anak ayam dari kelompok vaksinasi dan ditantang (VC) yang terdiri dari 52 contoh yang diuji menunjukkan, 0,248 dan periode II bahwa peri ode I nisbah albumin/globulin rata-rata 0,903 0,605 + 0,232, yaitu 36 eontoh (69,2%) menghasilkan respon kekebalan, sedang sisany;-16 eontoh (30,80%) tidak kebal, nisbah albumin/globulin rata-rata dari periode I 0,694.:!: 0,216 dan periode II 1 ,030:t 0,421, seperti terlihat pada Gambarl. Evaluasi nisbah albumin/globulin dari perlakuan yang diinfeksi dengan straiQ ganas (C) yang terdiri dari 58 contoh sera yang diuji menunjukkan, bahwa jumlah rata-rata nisbah albumin/globulin periode 1 yang kebal 0,988 :!:.0,365 dan periode II 0,562 ~ 0,214 yaitu dengan contoh menunjukkan respon kekebalan (39,70%) sisanya 35 eontoh (60,30%) tidak kebal, jumlah rata-rata nisbah albumin/globulin periode I 0,642.! 0,335, periode II 0,926.! 0,499.
!.
KESIMPULAN Dari hasil dan diskusi pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan antara lain: 1. 2. 3. 4.
Disarankan bahwa dosis imunisasi perlu ditinjau kembali, untuk mencari dosis optimal yang tepat. Perlu dicari eara untuk memperoduksi strain ookista yang lebih patogen. Ada perbedaan jumlah ookista yang dihasilkan oleh E. tene/La yang diradiasi sinar gamma eobalt-60 dengan yang tidak diradiasi. kelompok yang diberi vaksin semata-mata, memberikan respon yang cukup jumlah rata-rata yaitu 81%, nisbah albumin/globulin pada periode I 0,927 ~ 0,277 dan periode II 0,609.!. 0,234. Kelompok divaksin yang kemudian ditantang respon menunjukkan kekebalan yang sedang 69,20% jumlah rata-rata nisbah albumin/globulin periode I 0,903 .!. 0,238 dan periode II 0,605.!. 0,232. Ke1ompok yang diinfeksi atau ditantang menghasilkan kekebalan rendah 39,70% jumlah rata-rata nisbah albumin/globulin periode I 0,988:!:. 0,365 dan periode II 0,562 ~ 0,214.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada para pelaksana penelitian ini baik dari Balitvet Bogor maupun PAIR - BArAN Jakarta, yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat berlangsung sampai selesai.
--3 521
:' AT
------------
."
j~
l
j
DAFTAR PUSTAKA 1. RYLEY, J .F., Drug resistance in Coccidia, Advance in Veterinary Science and Comparative Medicine 24 (1980) 99. 2. ROSE, ME., "Immune Avian Coccidiosis.
Responses of Chickens to Coccidia and Coccidiosis",
3. ALBANESE, A.A., and SMETANA, M., Studies on the effect of X-rays on the pathogenicity of E. tenella, American Journal of Hygiene 26(1937) 27.
4. WAXLER, SM., Immunization against Caecal Coccidiosis in chicken by the Use of X-ra y attenuated oocysts, Joumal of American Veterinary Medicine Association 5 (1941) 99. 5. HEIN, M.E., Observations on the pathogenicity and immunogenic potencial and X irradiated oocysts of Eimeria tenella in the domestic fowl (Gallus domesticus), Ph.D. Thesis, Glasgow University, Glasgow (1964). 6. SIBALIC, S., TOMANOVIC, B. and MLADENOVIC, A., Safety, Immunizing Potency and Serological Testing of Immunity After Vaccination by Gamma Irradiated Oocyst of Eimeria tenella, Animal Institute, Beirut, Lebanon (1972). 7. ABU All, N., BINNERS, W.T., and. KLIMES, B., Immunization by irradicated E. tenella, J oumal of Protozoology 19 (1972) 77. 8. PARTODIHARDJO, S., SOETEDJO, T., SRI ASMINAH, ISKANDAR, M., dan DANIUS, J., "Pengaruh Radiasi Sinar Gamma dengan dosis Optimal Terhadap produksi dan daya kekebalan yang ditimbulkan oleh Eimeria tennella", Seminar Penyakit Reproduksi dan Unggas (Risalah Seminar Tugu, 1980), Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, Bogor, (1980) 237. 9. FARUQ, M., "Pengamatan hippuran 1311 dalam darah dan ekresi ginjal pada hewan percobaan", Aplikasi Teknik Nuklir Di Bidang Pertanian dan Biologi (Risalah Pertemuan Jakarta, 1982), Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Jakarta (1983) 329. 10. HAWK, P.B., OSER, B.L., and SOMERSON, W.H., Practical Physiological Chemistry, The Balackton Co., London (1954). 11. JATKAR, P.R., CHOSAL, AX., and SING, M., Pathogenesis of anaemia in Trypanosoma evansi, India Vet. J. 50 (1973) 634. 12. SOKOLlC, AM., MOYSESIJAN, M., TANIELIAN, Z., and ABU ALl, N., Irradicated E. tenella, E. necatrix and E. brunetti in the Simultaneous immunization of chickens, British Vet. Joumal132 (1976) 416. 13. SINGH, J., and GILL, B.s., Effect of gamma irradiation on oocysts of Eimeria mratrix, Parsitology 71 (1975) 117.
522
)n
Tabd 1. Rancangan percobaan imunisasi dan penantangan E. tenella pada ayam petelur
:
C vc
:
----
100 100 vaksinasi ditantang 100 100 36 34 33 3C2 636 vaksinasi dan Umur ditantang V VC1 V C2
DO 24 10 31
Kelompok ayam
(hari )
Tabd 2. Kematian ayam sdama percobaan
--
-
-
6/216 15/68 % 4/72 (5,6) (3,0) 1/33 (1,4) 1/72 1/72 16/101 (15,8) (2,8) (1,4) VC1 V C2 C2 C1
Kelompok ayam
Total
(22,1) Waktu Pascaayam tantangan umlah percobaan
523
VI
tv
~
Tabel 3. Rata-rata pertambahan bobot badan per minggu (gram)
Kelompok
Tabel 4.
70,3 71,10+40,8 74,1 + 7,4 54,1 57,4 73,6 345,1 31 5,8 ,8V74 75,6.! 76,7 74,7.!6,7 74,4~+ ~.6,0 6,4 5,6 ,8 .:!: Cl VC2 VCl C2
Rata-rata jumlah ookista per gram feses
Kelompok
V
VCl
Ookista ( X 103 )
4,3.±. 0,0012
0,4 ± 0,0014
VC2
2,3 ± 0,0012
Cl
34 ± 0,0011
C2
7,1 ± 0,0011
Tabd 5. Kenaikan/penurunan nisbah albumin/globulin kebal/tidak kebal terhadap E. tenella
pada serum ayam percobaan yang
serum 1 n8 ±ke0,499 serum 2 35 16 36 23 ke 34 <0,01 "::0,01 <0,01 0,536.:!: 0,330 "::0,01 Rata-rata nisbah albumin/globulin <0,01 0,988.:!: 0,365 O,562.:!:0,214 1,030!. 1,081.:!: 0,421 0,879 0,927.:!: 0,278 0,605 0,609.± 0,232 0,235 0,694!. 0,216 (V) 0,903!. 0,248 0,642! 0,355 0,9262 p
"
c•.....
~ -;;~
100 60 40
I
I
~
•
J
II I
81\ ~69\
I
II I
I
I
IIU.o o I
I
I\Kebal
Tidak kebaJ
20
v Gambar 1.
VC
c,
Ke1ompok ayam
Keadaan persentase kekebaJan ke1ompok ayam V, VC dan C
525
DISKUSI
JOHN DANlUS
:
Radiovaksin koksidiosis ini dibuat dari Eimeria tenella yaitu salah satu speciesnya yang terganas. Apakah radiovaksin koksidiosis ini sudah pasti dapat menjamin kekebalan terhadap species Eimeria lainnya, mengingat dalam percobaan ini hanya E. tene/fa saja yang digunakan sebagai penantang? PURNOMO RONOHARDJO
:
Vaksin itu sifatnya sangat spesifik, kalau E. tenella, untuk E. tenella saja. RlSTlANTO
UTOMO :
Mohon penjelasan : 1). Dari kelompok yang mengalami kematian berapa persen yang menimbulkan gejala klinis, misalnya pada KI dan seqagainya. 2. Mengapa parameter yang digunakan adalah kematian, bukan gejala klinis? PURNOMO RONOHARDJO
:
Dapat ditemukan pada makalah lengkap, dan persentase kematian, jumlah ookista per gram feses adalah pendukung gejala klinis. DESMAYATI
1.
2. 3.
Z.:
Apa latar belakangJpertimbangan-pertimbangan yang diambil mengenai jarak waktu antara vaksinasi I --tantangan I = 14 hari dan antara tantangan I -----tantangan II = 7 hari? Metode vaksinasi yang digunakan? oral atau intramusculer? Apakah vaksin Cocci ini sudah diproduksi untuk dipasarkan dan sampai sejauh mana penerapannya di Indonesia? (Radiovaksin). PURNOMO RONOHARDJO
:
I. Kekebalan optimal pada vaksinasi umumnya pada 2 - 3 rninggu pasca vaksinasi. II. Metode vaksinasi yang dipakai ialah secara Oral. III. Belum, bam dalam taraf penelitian. C.J. SOEGIARTO ]. 2. 3.
526
:
Apakah koksidia dalam air minum merata? Kalau tidak cara pemberian tidak terjarnin dosis yang dimaksud? Kalau tidak ada cross - imunisasi, kalau begitu dengan memakili E. tene/fa belum menjarnin kekebalan terhadap koksidiosis pad a umumnya. Challenge solid. Dalam praktek tidak dernikian. Apakah dosis radiovaksin tidak terlalu tinggi.
PURNOMO ROf\OHARDJO 1.
2. 3.
:
Memang benar semua vaksinasi tidak 100% sarna, pasti ada variasi. Memang bukan itu maksudnya. Tetapi khusus untukE. tenel/a (penyaldt berak darah). Sangat relatif. Tetapi perlu diadakan penentuan dosis infektif. SRI ASMINAH:
Melihat dari hasil penelitian, radiovaksin koksidiosis mempunyai masa de pan yang baik. Pertanyaan : Bagaimana bila ditinjau dari segi - ekonomi (bila dibandingkan dengan eara konvensional). penerapan lapangan karena dengan pemberian tiap ekor, sedangkan peternak biasanya mempunyai beribu ternak unggas. Biasanya petemak (konsumen) selalu mempertimbangkan 3 M (Murah, menguntungkan, mudah). PURNOMO RO!'OHARDJO
:
Penelitian ini dimasa mendatang prospeknya eerah, dari hasil-hasil penelitian adalah demikian, saya sudah lihat itu. Hanya harus diperhalus, begitu divaksinasi jangan ada side efek, tetapi memang lciUau dibandingkan dengan Vaksin ND pun hasilnya nol-nol sekian persen masih ada gejala klinis. Dalam penelitian ini nilai ekonomi sudah dipelajari tetapi masih diam-diam. Sebab nilai radiasi dan lainnya >edang dipelajari mahal apa tidak. Pemakaian koksidiostat, apa ada efek resistensi stro.in, kalau mikroorganisme ada efek ressirensi strain, dan menurut saya kalau sudah divaksinasi tidak perlu memakai koksidiostat. Radiovaksin koksidiosis dapat diberikan dalam air minum, pada sejum1ah anak ayam dalam kelompok-kelompok tertentu.
527