BAB I PENDAHULUAN
1.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 Usaha Mikro Kecil Menengah “GZL” Usaha “GZL” ini didirikan oleh Bapak Abdul Manap.Bapak Abdul Manaplahir pada tahun 1939.Pada awalnya, Bapak Abdul Manapmempelajari ilmu tentang sepatu pada tahun 1957 dan beliau memulainya dari menjadi tukang atau kuli untuk membuat sepatu di tempat beliau bekerja. Beliau yang berbekal ilmu tentang persepatuan, diberikan pendidikan tentang anatomi kaki dan juga penyamakan kulit hewan untuk bahan baku pembuatan sepatu pada saat beliau mengikuti program pendidikan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bandung. Setelah menyelesaikan program pendidikan dari pemerintah, beliau sering diutus untuk memberikan pelatihan ke beberapa daerah oleh pemerintah.Setelah itu, pada tahun 1982, beliau memutuskan untuk menjadi pengusaha sepatu dengan mempekerjakan dan memberikan pelatihan-pelatihan masyarakat disekitar tempat tinggal beliau. Awal usahanya, beliau dipercaya untuk memproduksi sepatu yang dipesan oleh pihak ABRI.Beliau juga pernah mendapat pesanan untuk memproduksi sarung senjata sebanyak 6.000 unit dari pihak kepolisian.Usaha beliau terus berjalan hingga beliau mewariskan usaha tersebut kepada anak lakilakinya.Akan tetapi, pada tahun 2010 silam anak laki-laki yang menjadi penerus usahanya tersebut meninggal dunia dan beliau mulai kehilangan semangat dalam bisnis ini.Akhirnya beliau mewariskan usaha tersebut kepada suami dari anak perempuannya, yaitu Bapak Muharram, karena sepeninggal anak laki-lakinya beliau hanya memiliki seorang anak perempuan yang telah berkeluarga.Saat ini, Bapak Abdul Manapbertanggung jawab terhadap produksi dari usaha yang telah dirintisnya tersebut, sedangkan menantu atau suami dari anak perempuannya menjalankan marketing dari usaha ini. Berikut adalah struktur organisasi dari UMKM “GZL” : Pemilik
Marketing
Produksi
Sekretaris
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM “GZL” Sumber : Wawancara 1
1.1.2 Usaha Mikro Kecil Menengah “ASJ” Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) “ASJ” merupakan sebuah singkatan yang dibuat oleh Bapak Wawan saat beliau membentuk usahanya pada tahun 2001.Pada awalnya, perjalanan UMKM “ASJ” tidak hanya memproduksi alas kaki saja, tetapi mereka juga memproduksi kamper atau kapur barus.Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pemilik UMKM “ASJ” mulai memfokuskan usahanya kepada produksi alas kaki dalam bentuk sandal dan sepatu.UMKM “ASJ” memiliki segmentasi pelanggan yang berbeda dengan para pesaingnya, dimana mereka memiliki pelanggan yang sebagian besarnya berada diluar Kota Bandung. Dalam setiap pengambilan keputusan, UMKM “ASJ” ini masih bersifat “one man show”, dimana segala sesuatunya diputuskan oleh owner atau pemilik. Akan tetapi sekarang mereka sedang mengembangkan struktur organisasi yang lebih baik lagi agar setiap orang didalam struktur organisasi tersebut dapat lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.Visi dari UMKM “ASJ” ini sendiri adalah “Untuk Menjadikan Kota Bandung, Khususnya Daerah Cibaduyut Kembali Menjadi Barometer Persepatuan di Indonesia”.Sedangkan untuk misinya, mereka terus menjaga kualitas dari setiap produksi mereka agar para pelanggannya puas dan juga memperbaiki image produk-produk Cibaduyut yang dianggap tidak memiliki kualitas bagus di mata konsumen.
1.2
Latar Belakang Sekitar 95% dari total unit usaha di dunia merupakan SMEs (Small and Medium Enterprises) atau
UMKM, yang menyediakan lapangan kerja bagi 60% dari total tenaga kerja, dan memberikan kontribusi terhadap hampir 50% Gross Domestic Product (GDP). UMKM hampir menguasai lebih dari 90% dari total unit usaha di sejumlah negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Pada tahun 2008, sebanyak 99% dari total unit usaha yang ada di China merupakan SMEs atau UMKM dan mampu menyerap 75% dari total tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 60% terhadap GDP dan 68% terhadap ekspor. Di India pada tahun 2012, lebih dari 90% dari total unit usaha merupakan UMKM dan berkontribusi sebesar 40% dari total ekspornya. Begitu juga halnya dengan di Jepang pada tahun 2007, dimana sebesar 99,7% dari total unit usahanya merupakan UMKM dan menyerap hampir 69% dari total tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 53% terhadap PDB. Di Korea Selatan pada tahun 2009, sebesar 99,9% dari total unit usahanya merupakan UMKM dan menyerap sekitar 75% dari total tenaga kerja, serta berkontribusi sekitar 60% terhadap PDB. Sedangkan di Singapura, 99% dari total unit usahanya merupakan UMKM dan menyerap sekitar 70% dari total tenaga kerja (7 dari 10 pekerja berada di sektor UMKM), serta berkontribusi sebesar 60% terhadap PDB. Malaysia, pada tahun 2012, memiliki UMKM sebanyak 99,2% dari total unit usahanya dan menyerap 56% tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 32% terhadap PDB dan sebesar 19% terhadap Ekspor. Begitu juga dengan Thailand, pada tahun 2010 Thailand memiliki UMKM sebanyak 99,8% dari total unit usahanya, serta berkontribusi sebesar 37,1% terhadap PDB dan sebesar 28,4% terhadap Ekspor. Sedangkan di Filipina pada tahun 2009, sebanyak 99,6% dari 2
total unit usahanya merupakan UMKM yang mampu menyerap 61,2% tenaga kerja dan berkontribusi terhadap 35,7% PDB.(depkop.go.id). Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang. Peran UMKM di Indonesia sebagaimana halnya di negara-negara lain, yaitu sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Walaupun UMKM kurang mendapatkan perhatian di Indonesia sebelum krisis ekonomi pecah pada tahun 1997.Namun demikian, sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, peranan UKM meningkat dengan tajam.Disaat krisis ekonomi telah meruntuhkan banyak usaha besar, sebagian besar UKM tetap bertahan, bahkan jumlahnya meningkat dengan pesat. Demikian juga dengan kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja semakin meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, meningkat menjadi 45 juta dan 71 juta pada tahun 1990 dan tahun 1993, dan pada tahun 2001 menjadi 74,5 juta (Data BPS). Jumlah UKM yang ada juga meningkat dengan pesat, dari sekitar 7 ribu pada 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, persentase jumlah UKM dibandingkan total perusahaan pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9%. Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ini mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. Demikian juga sumbangannya pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita didukung oleh produksi dari UKM (59,3%). (Alila Pramiyanti, 2008:1-3). Hingga sampai pada saat sekarang inipun, UKM masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, seperti yang terlihat pada grafik 1.1 berikut ini :
Jumlah Unit Usaha UMKM
Usaha Besar
55.206.444
56.534.592
4.952
4.968
2011 2012
Gambar 1.2 GrafikPerkembangan Jumlah Unit Usahadi Indonesia Tahun 2011-2012 Sumber : depkop.go.id
3
Dari grafik 1.1 diatas, dapat dilihat peningkatan dari jumlah unit UMKM di Indonesia pada tahun 2011 hingga tahun 2012. Pada tahun 2011, jumlah unit usaha dari UMKM di Indonesia berjumlah sebanyak 55.206.444 unit atau mengusai sebanyak 99,99% dari total jumlah unit usaha. Jumlah ini meningkat sebanyak 1.328.147 unit atau sebesar 2,41% menjadi sebanyak 56.534.592 unit pada tahun 2012. Pada tahun 2012 pun UMKM masih menguasai sebanyak 99,99% total jumlah unit usaha di Indonesia. Sedangkan usaha besar (UB) hanya menguasai 0,01% dari total unit usaha yang ada di Indonesia. Usaha besar (UB) mengalami peningkatan sebanyak 16 unit dari 4.952 unit menjadi 4.968 unit atau meningkat sebanyak 0,32% selama periode 2011-2012.Begitu juga halnya dengan daya serap tenaga kerja oleh UMKM. Dengan total unit usaha yang mencapai 56 juta lebih, kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh Usaha Besar, seperti yang terlihat pada grafik 1.2 berikut ini : Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 0 UMKM Usaha Besar
2011
2012
101.722.458
107.657.509
2.891.224
3.150.645
Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2011-2012 Sumber : depkop.go.id
Dari grafik 1.2 diatas, dapat dilihat UMKM mampu menyerap sebesar 97,24% tenaga kerja atau sebanyak 101.722.458 orang pada tahun 2011. Angka ini meningkat sebanyak 5.83% atau 107.657.509 orang pada tahun 2012.Selama periode 2011-2012, jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh UMKM meningkat sebanyak 5.935.051 orang. Usaha besar sendiri hanya mampu menyerap sebanyak 2.891.224 orang tenaga kerja atau sebesar 2,76% dari total jumlah tenaga kerja di Indonesia. Walaupun jumlahnya meningkat pada tahun 2012 menjadi 3.150.645 orang, angka ini hanya menyerap 2,84% dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia. Selama periode 2011-2012, jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha besar hanya meningkat sebesar 259.422 orang atau sebesar 8,97%. Angka yang sangat jauh bila
4
dibandingkan dengan UMKM, baik dari segi jumlah unit usahanya, maupun dari segi penyerapan tenaga kerjanya. Selain itu, UMKM juga merupakan sektor yang berperan dalam menyumbangkan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia, karena sektor UMKM mempunyai jumlah unit usaha yang banyak dan juga penyerapan tenaga kerjanya yang tinggi dibandingkan dengan sektor Usaha Besar, seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Penciptaan PDB Di Indonesia Tahun 2009 – 2011 UMKM No.
Usaha Besar
Tahun Kontribusi
(%)
Kontribusi
(%)
1
2009
Rp. 2.993,2 triliun
56,53%
Rp. 2.301,7 triliun
43,47%
2
2010
Rp. 3.466,4 triliun
57,12%
Rp. 2.602,4 triliun
42,88%
3
2011
Rp. 4.303,6 triliun
57,94%
Rp. 3.123,5 triliun
42,06%
Sumber : depkop.go.id (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1, terlihat pada tahun 2009, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 2.993,2 triliun atau 56,53%, kontribusi Usaha Mikro tercatat sebesar Rp. 1.751,6 triliun atau 33,08% dan Usaha Kecil sebesar Rp. 528,2 triliun atau 9,98%. Sedangkan Usaha Menengah tercatat sebesar Rp. 713,3 triliun atau 13,47% dari total PDB nasional, selebihnya adalah Usaha Besar yaitu Rp. 2.301,7 triliun atau 43,47%. Sedangkan pada tahun 2010, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 3.466,4 triliun atau 57,12% dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 473,2 triliun atau 15,81 persen dibanding tahun 2009. Kontribusi Usaha Mikro tercatat sebesar Rp. 2.051,9 triliun atau 33,81% dan Usaha Kecil sebesar Rp. 597,8 triliun atau 9,85%. Sedangkan Usaha Menengah tercatat sebesar Rp. 816,7 triliun atau 13,46%, selebihnya sebesar Rp. 2.602,4 triliun atau 42,88% merupakan kontribusi Usaha Besar. Pada tahun 2011, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional masih lebih besar dibandingkan dengan Usaha Besar. Menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 4.303,6 triliun atau 57,94% dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 837,2 triliun atau 24,15 persen dibanding tahun 2010. Kontribusi Usaha Mikro tercatat sebesar Rp. 2.579,4 triliun atau 34,73% dan Usaha Kecil sebesar Rp. 722,0 triliun atau 9,72%. Sedangkan Usaha Menengah tercatat sebesar Rp. 1.002,2 triliun atau
5
13,49%, selebihnya sebesar Rp. 3.123,5 triliun atau 42,06% merupakan kontribusi Usaha Besar.(depkop.go.id). Dari jumlah UMKM Indonesia pada tahun 2012 mencapai 56.534.592 unit yang tersebar ke seluruh daerah di Indonesia, populasi UMKM terbesar berada di Provinsi Jawa Barat. Menurut Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) Provinsi Jawa Barat, jika dilihat dari data Pemerintah Provinsi Jawa Barat, populasi UKM di Jawa Barat lebih dari 9 juta unit dan merupakan yang terbesar di Indonesia. (inilah.com). Pada tahun 2012, Provinsi Jawa Barat memiliki sebanyak 9.168.356 unit usaha yang terdiri dari 9.166.503 unit UMKM dan 1.853 unit Usaha Besar. Dalam rentang tahun 2008 hingga tahun 2012, jumlah unit usaha di Provinsi Jawa Barat juga terus meningkat, baik dari sektor UMKM maupun sektor Usaha Besar, seperti yang tergambarkan pada tabel 1.2 berikut ini :
Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha di Jawa Barat Tahun 2008-2012 Tahun
UMKM
Usaha Besar
Total
2008
8.214.261
1.523
8.215.784
2009
8.524.494
1.536
8.526.030
2010
8.730.254
1.566
8.731.820
2011
8.750.914
1.728
8.752.642
2012
9.166.503
1.853
9.168.356
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat (data diolah)
Dari tabel 1.2 diatas, dapat dilihat perkembangan jumlah unit usaha yang ada di Provinsi Jawa Barat dalam rentang tahun 2008-2012. Pada tahun 2008, Provinsi Jawa Barat memiliki 8.215.784 unit usaha yang terdiri dari 8.214.261 unit sektor UMKM dan 1.523 unit Usaha Besar. Pada tahun selanjutnya, jumlah unit usaha Provinsi Jawa Barat meningkat sebanyak 310.246 unit menjadi 8.526.030 unit usaha, dimana sektor UMKM mengalami peningkatan sebanyak 310.233 unit usaha dan Usaha Besar hanya mengalami peningkatan sebanyak 13 unit usaha. Pada tahun 2010, sektor UMKM mengalami peningkatan sebesar 205.760 unit usaha dan Usaha Besar hanya meningkat sebanyak 30 unit usaha. Kondisi ini sedikit berubah di tahun 2011, dimana sektor UMKM ditahun-tahun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan, hanya mengalami peningkatan sebanyak 20.663 unit usaha di tahun 2011. Sedangkan sektor Usaha Besar mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana Usaha Besar mengalami peningkatan sebesar 162 unit usaha 6
ditahun yang sama. Pada tahun 2012, jumlah unit usaha sektor UMKM Provinsi Jawa Barat kembali meningkat tajam sebanyak 415.589 unit usaha dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 9.166.503 unit usaha. Pada tahun yang sama, sektor Usaha Besar Provinsi Jawa Barat juga mengalami peningkatan sebanyak 125 unit usaha dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi sebanyak 1.853 unit usaha. Hingga tahun 2012 jumlah unit usaha yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat menjadi 9.168.356 unit. Begitu juga halnya dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi UMKM lebih besar dibandingkan dengan Usaha Besar yang ada di Provinsi Jawa Barat, seperti yang terlihat pada tabel 1.3 berikut ini :
Tabel 1.3 Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Penciptaan PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 – 2012 No.
Tahun
UMKM
Usaha Besar
1
2008
Rp. 313.665,15
Rp. 283.251,92
2
2009
Rp. 347.997,39
Rp. 310.043,20
3
2010
Rp. 396.498,63
Rp.342.091,76
4
2011
Rp. 446.615,78
Rp. 377.496,13
5
2012
Rp. 495.538,48
Rp. 412.911,04 *Dalam Miliar Rupiah
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat (data diolah)
Pada tabel 1.3, dapat dilihat peningkatan kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap penciptaan PDRB di Provinsi Jawa Barat seiring dengan peningkatan jumlah unit usaha UMKM dan Usaha Besar.Pada tahun 2008 UMKM menyumbangkan sebesar Rp. 313.665,15 miliar terhadap penciptaan PDRB di Provinsi Jawa Barat.Angka ini berselisih sebesar Rp. 30.413,23 miliar dari kontribusi Usaha Besar yang hanya menyumbangkan Rp. 283.251,92 miliar.Pada tahun selanjutnya, kontribusi UMKM meningkat sebesar Rp. 34.332,24 miliar menjadi Rp. 347.997,39 miliar. Kontribusi UMKM masih lebih tinggi dibandingkan dengan Usaha Besar pada tahun yang sama, dimana Usaha Besar menyumbangkan PDRB sebesar Rp. 310.043,20 miliar, walaupun kontribusi Usaha Besar tersebut telah meningkat sebesar Rp. 26.791,28 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, kontribusi UMKM dan Usaha Besar masih meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana kontribusi UMKM meningkat sebanyak Rp. 48.501,24 miliar menjadi Rp. 396.498,63 miliar dan kontribusi Usaha Besar meningkat sebanyak Rp. 32.048,56 miliar menjadi Rp.342.091,76 miliar. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 7
2011, dimana kontribusi UMKM terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat meningkat menjadi Rp. 446.615,78 miliar dan kontribusi Usaha Besar meningkat menjadi Rp. 377.496,13 miliar. Peningkatan juga terjadi pada tahun 2012, dimana UMKM berperan dalam menciptakan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 495.538,48 miliar atau meningkat Rp. 48.922,7 miliar, sedangkan Usaha Besar berkontribusi sebesar Rp. 412.911,04 miliar atau meningkat Rp. 35.414,91 miliar. Walaupun Provinsi Jawa Barat memiliki populasi UMKM terbesar di Indonesia, tidak begitu halnya dengan Ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bandung.Pada tahun 2013, Kota Bandung hanya memiliki 2.104 unit usaha UMKM. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada di Provinsi Jawa Barat yang memiliki UMKM sebanyak 9.166.503 unit usaha, seperti yang terlihat dalam grafik 1.3 dibawah ini :
1387
1409
1510
2008
2009
2010
1783
1889
2011
2012
2104
2013
Gambar 1.4 Grafik Jumlah UMKM Kota Bandung Tahun 2009 - 2013 Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (data diolah)
Pada grafik 1.3 terlihat peningkatan terhadap jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung.Pada tahun 2009, Kota Bandung memiliki jumlah UMKM sebanyak 1.409 unit usaha.Pada tahun selanjutnya, jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung meningkat sebanyak 101 unit menjadi sebanyak 1.510 unit usaha.Pada tahun 2011, peningkatan kembali terjadi sebanyak 273 unit menjadi 1.783 unit usaha. Peningkatan jumlah unit UMKM Kota Bandung masih berlanjut pada tahun 2012 menjadi 1.889 unit usah atau meningkat 106 unit. Selanjutnya pada tahun 2013, jumlah UMKM Kota Bandung kembali meningkat sebanyak 215 unit menjadi 2.104 unit usaha. Dari semua sektor UMKM yang ada di Kota Bandung, sebagian besar dikuasai oleh UMKM bisnis sepatu, salah satunya UMKM yang berada di sentra sepatu Cibaduyut. Pada tahun 2011 Kota Bandung memiliki sebanyak 1.783 unit UMKM,dimana terdapat sebanyak 844 unit UMKM bisnis sepatu yang
8
berada di daerah sentra sepatu Cibaduyut atau hampir 47% dari total UMKM yang ada di Kota Bandung, seperti yang tergambar pada tabel 1.4berikut ini. Tabel 1.4 Perkembangan Sentra Sepatu Cibaduyut Tahun 2008 – 2011 Jumlah Unit
Jumlah Tenaga
Usaha
Kerja
2008
867
3.613
2
2009
844
3.590
3
2010
840
3.570
4
2011
844
3.590
No.
Tahun
1
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
Berdasarkan tabel 1.4 diatas, pada tahun 2008, jumlah unit usaha UMKM di sentra persepatuan Cibaduyut berjumlah 867 unit atau sekitar 62,5% dari total jumlah UMKM yang ada di Bandung. Tahun 2009, jumlah UMKM sentra persepatuan Cibaduyut menurun sebanyak 23 unit menjadi 844 unit usaha atau 59,9% dari total UMKM Kota Bandung. Penurunan kembali terjadi pada tahun selanjutnya, jumlah UMKM sentra sepatu Cibaduyut menjadi 840 unit usaha atau 55,6% dari total UMKM Kota Bandung. Dan pada tahun 2011, UMKM sentra sepatu Cibaduyut kembali meningkat sebanyak 4 unit menjadi 844 unit atau menguasai 47% dari total UMKM yang ada di Kota Bandung. Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, UMKM Kota Bandung dan juga UMKM persepatuan Cibaduyut cenderung lebih stagnan.Artinya adalah UMKM yang ada di Kota Bandung dan juga UMKM persepatuan Cibaduyut mengalami pertumbuhan yang sangat lambat dan bahkan UMKM persepatuan Cibaduyut mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010.Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan terhadap sektor UMKM tersebut. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, diantaranya yaitu produktivitas yang rendah.Kesenjangan produktivitas antara UMKM dan Usaha Besar sangat tinggi, misalnya dari aspek output/GDP per unit usaha maupun per tenaga kerja. Rata-rata output UMKM per unit usaha adalah sebesar Rp 86 juta, dan per tenaga kerja adalah sebesar Rp 45,2 juta. Sedangkan rata-rata output Usaha Besar per unit usaha adalah sebesar Rp 678,8 miliar, dan per tenaga kerja adalah sebesar Rp 1,07 miliar. Permasalahan selanjutnya adalah kualitas dari sumber daya manusia (SDM) yang rendah, sehingga kemampuan inovasi dan manajemen usahanya juga rendah. Menurut survei yang diadakan oleh International Finance Corporation (IFC) pada 602 UKM di 10 kota besar di Indonesia terlihat bahwa permasalahan yang dihadapi UKM terkait pengelolaan keuangan sebesar 9.4% (okezone.com dan 9
depkop.go.id).Permasalahan selanjutnya adalah Akses dan diseminasi teknologi yang rendah. Pemerhati UKM Mahmud Yunus mengatakan bahwa diperkirakan dari 56,5 juta pelaku unit UMKM, yang memanfaatkan kecanggihan informasi dan teknologi (IT) dalam pengembangan bisnisnya baru 30 persen (okezone.com). Masalah selanjutnya adalah akses pasar, dimana menurut survei yang diadakan oleh International Finance Corporation (IFC) pada 602 UKM di 10 kota besar di Indonesia terlihat bahwa permasalahan yang dihadapi UKM terkait akses pasar diantaranya kurangnya permintaan pasar sebesar 18,6 persen dan bahan baku sebesar 10,3 persen (okezone.com). Pemasaran juga menjadi permasalahan bagi kebanyakan UMKM.Banyak dari para pelaku UMKM belum memiliki strategi pemasaran yang efektif, sehingga tidak heran bila mereka sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan calon pelanggan.Selain itu, para pelaku UMKM kebanyakan juga dinilai kurang melibatkan emosi pelanggan dan juga tidak melakukan segmentasi-segmentasi terhadap pelanggan mereka. Sehingga apa yang sebenarnya diinginkan oleh para pelanggan tersebut, tidak tertangkap dengan baik oleh para pelaku UMKM. (bisnisukm.com). Para pelaku UMKM diharapkan memahami secara mendalam terhadap bisnisnya agar mereka dapat menghindari permasalahan yang sering dihadapi oleh UMKM.Oleh karena itu, diperlukan sebuah model bisnis untuk mempermudah para pelaku UMKMdalam merancang, mengevaluasi, dan mengelola bisnisnya.Ada empat keuntungan jika memiliki model bisnis, yang pertama adalah memudahkan bagi para perencana dan pengambil keputusan di perusahaan melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnisnya, sehingga dapat dihasilkan nilai bagi konsumen dan nilai bagi perusahaan.Kedua, model bisnis dapat dipakai untuk membantu menguji konsistensi hubungan antar komponennya.Ketiga, model bisnis dapat digunakan untuk membantu menguji pasar dan asumsi yang digunakan ketika mengembangkan bisnis. Sedangkan yang terakhir, model bisnis dapat dipakai untuk menunjukkan sebarapa radikal suatu perubahan dilakukan dan konsekuensinya.(Tim PPM Manajemen, 2012:16-20). Peran model bisnis dalam perusahaan besar sangat vital dalam menentukan keberlangsungan hidup perusahaan, bahkan model bisnis tersebut dibuat sebelum perusahaan tersebut memulai usahanya.Hal ini dikarenakan sebuah model bisnis memiliki andil yang sangat besar terhadap kinerja perusahaan, dimana model bisnis merupakan kunci perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan mencapai tujuan akhirnya. Akan tetapi pada UMKM proses pengembangan model bisnis terjadi tanpa disadari. Model bisnis pada UMKM tidak diformalisasikan atau direncanakan seperti halnya model bisnis pada perusahaan besar. Apabila para pelaku UMKM tidak cermat, hal ini bisa mengakibatkan UMKM tidak berkembang atau bahkan mengalami kegagalan.(www.pupuk.or.id).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Analisis dan Komparasi Model Bisnis Dengan Menggunakan Pendekatan Business Model 10
CanvasTerhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bisnis Sepatu di Kota Bandung (Studi Kasus Pada UMKM “GZL” dan “ASJ”)
1.3
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah,
yaitu: 1. Bagaimana model bisnis dari UMKM “GZL” dengan pendekatan business model canvas ? 2. Bagaimana model bisnis dari UMKM “ASJ” dengan pendekatan business model canvas ? 3. Bagaimana perbandingan model bisnis antara UMKM “GZL” dan UMKM “ASJ” dengan menggunakan pendekatan business model canvas ?
1.4
Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeatahui dan memperoleh gambaran secara jelas mengenai
model bisnis dari masing-masing UMKM Persepatuan di Kota Bandung yang menjadi objek dalam penelitian ini : 1. Mengetahui model bisnis dari UMKM “GZL” dengan pendekatan business model canvas. 2. Mengetahui model bisnis dari UMKM “ASJ” dengan pendekatan business model canvas. 3. Mengetahui perbandingan model bisnis antara UMKM “GZL” dan UMKM “ASJ” dengan menggunakan pendekatan business model canvas.
1.5
Kegunaan Penelitian 1.
Bagi Institusi Sebagai tambahan informasi bagi pihak institusi yang ingin mengetahui dan memperdalam masalah ini untuk penelitian selanjutnya.
2.
Bagi Praktisi Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi masing-masing UMKM yang menjadi objek penelitian agar masing-masing UMKM mampu mengevaluasi model bisnis mereka dan diharapkan mampu untuk membantu UMKM menjadi lebih berkembang.
3.
Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penelitian di bidang model bisnis yang menggunakan business model canvas sebagai alat untuk melakukan analisis dan pemetaan
11
4. Bagi New Entrance Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi para new entrance yang ingin memasuki bisnis di industri sepatu.
1.6
Sistematika Penulisan Bab I PENDAHULUAN Pada bagian ini dijelaskan profil umum dari masing-masing UMKM, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dikemukakan landasan teori yang relevan dengan topik yang relevan dengan topik pembahasan yang dijadikan landasan dalam pembahasan dan analisis permasalahan dalam penelitian. Bab III METODE PENELITIAN Pada bagian ini dijelaskan mengenai pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. Bab IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dijelaskan tentang analisis dan pengolahan data yang dilakukan, interpretasi serta pembahasan hasil penelitian. Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan dari hasil peneiltian beserta rekomendasi bagi masingmasing UMKM maupun bagi penelitian lebih lanjut.
12