BAB I PENDAHULUAN
1.1
Sejarah Perusahaan Berdasarkan UU Republik Indonesia No.25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
Bab II Pasal 3, “Koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”. Koperasi “XYZ” (untuk selanjutnya akan disebut “Koperasi XYZ”) berdiri sejak 10 Desember 1968 di Jakarta sesuai dengan Akta Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi DKI Jakarta No. 763/BH/I. Pada tanggal 15 Desember 2000 kemarin, izin usaha mereka diperbaharui atas dasar Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil.
Dalam menjalankan roda perusahaannya, Koperasi XYZ memiliki visi untuk memajukan pengelolaan koperasi secara profesional untuk mewujudkan usaha yang makin berkembang dengan menerapkan good corporate governance. Untuk menuju visi yang disebutkan sebelumnya, Koperasi XYZ memiliki misi-misi sebagai berikut: Menjadi Koperasi terkemuka, sehat dan mandiri. Memberikan manfaat optimal kepada seluruh anggota dan masyarakat Berkonsentrasi usaha Sinergi dengan perusahaan-perusahaan negara.
1.2
Lingkup Bidang Usaha Dalam melaksanakan kegiatan Koperasi memiliki prinsip-prinsip dimana
keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal serta kemandirian. Tingginya nilai demokratis pada suatu Koperasi XYZ, kekuasaan tertinggi
1
koperasi tersebut ditentukan pada Rapat Umum Anggota yang biasanya dilakukan setahun sekali. Core business dari sebuah Koperasi adalah simpan pinjam. Usaha simpan pinjam ini hanya diperuntukkan kepada anggota Koperasi saja, hal ini dilakukan dengan harapan agar bisa meningkatkan kesejahteraan para anggota. Koperasi XYZ memiliki bidang usaha lainnya yang terdiri atas unit-unit usaha sebagai berikut:
1. Bisnis Persewaan Persewaan Teknologi VSAT Teknologi
VSAT
(Very
Small
Apperture
Terminals)
merupakan suatu teknologi yang digunakan oleh perusahaanperusahaan dalam penyebaran informasi mereka. Contoh dari penggunaan VSAT ini adalah dalam pengoperasian ATM suatu Bank. Persewaan Properti Bisnis persewaan properti disini dimana Koperasi XYZ melakukan penyediaan tanah untuk pembangunan rumah untuk pegawai salah satu bank terkemuka di Indonesia. Selain itu Koperasi XYZ juga membantu dalam pembangunan gedung kantor salah satu bank tersebut. Persewaan Kendaraan Bisnis Persewaan kendaraan yang dilakukan oleh Koperasi XYZ dapat dilakukan langsung kepada perusahaan tersebut ataupun dilakukan dengan perantara. Dalam bisnis ini Koperasi XYZ menyediakan kendaraan-kendaraan yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.
Kendaraan-kendaraan
yang
dibutuhkan
merupakan
kendaraan operasional seperti Kijang, Camry dll.
2. Outsourcing Pegawai. Dalam melakukan outsourcing ini, Koperasi XYZ melakukan kerja sama dengan perusahaan lain yang kompeten. Bisnis ini dilakukan karena Koperasi XYZ melihat adanya peluang dimana banyaknya perusahaanperusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang tinggi dalam waktu yang relatif cepat. 2
3. Graha Ciumbeuluit. Selain
melakukan
persewaan
properti,
Koperasi XYZ juga
melakukan bisnis di bidang properti namun lebih spesifiknya melakukan investasi berupa bangunan pemondokan atau kost-kostan bagi para mahasiswa yang tinggal di daerah sekitar Ciumbeuluit. Graha Ciumbeuluit ini terdiri dari 125 unit kamar yang dilengkapi beberapa fasilitas seperti kamar mandi, wartel, warnet serta kantin dan tempat parkir yang luas.
4. Penyertaan Modal Bank Perkreditan Rakyat Dalam bisnis ini, Koperasi melakukan investasi berupa penyertaan modal bagi 27 Bank-bank Perkreditan Rakyat yang tersebar di seluruh pulau Jawa dan Sumatera. Koperasi melakukan penyetoran modal kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) setiap bulannya dan menerima laporan keuangan setiap bulannya dan bila BPR mengalami keuntungan, pada akhir tahun Koperasi menerima dividen.
3
Berikut Diagram Struktur Organisasi dari Koperasi XYZ:
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Koperasi XYZ
4
1.3
Bidang Usaha Penyertaan Modal Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan rakyat merupakan bank yang konvensional dan atau bank yang
melaksanakan kegiatan berdasarkan pada prinsip syariah yang dimana kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berikut ini merupakan kegitan usaha yang bisa dilakukan BPR: 1. Menghimpun dana dari masyarakat, bisa dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang bisa dipersamakan 2. Memberikan kredit kepada masyarakat 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dana yang ada dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia, Deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Penyertaan Modal pada BPR merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh Koperasi XYZ. Bentuk usaha ini dilakukan dengan melakukan setoran modal kepada 27 BPR tersebut yang tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. BPR-BPR ini dibagi menjadi 7 Rayon yaitu Rayon Bodetabek, Rayon Bandung, Rayon Semarang, Rayon Yogyakarta, Rayon Surakarta, Rayon Padang dan Rayon Medan. Pada Rayon Bodetabek terdapat 7 BPR, Rayon Bandung memiliki 3 BPR, Rayon Semarang memiliki 4 BPR, Rayon Yogyakarta memiliki 6 BPR, Rayon Surakarta memiliki 4 BPR, Rayon Padang memiliki 1 BPR dan Rayon Medan memiliki 2 BPR. Untuk selanjutnya nama-nama BPR ini akan disebutkan sesuai dengan Rayon dan no.urut di Rayon tesebut. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini
5
Tabel 1.1 Nama BPR di Setiap Rayon
No
Rayon
Nama BPR
1
Bodetabek
BDT-1, BDT-2, BDT-3, BDT-4, BDT-5, BDT-6 dan BDT-7
2
Bandung
BDG-1, BDG-2, BDG-3
3
Semarang
SMR-1, SMR-2, SMR-3, SMR-4
4
Yogyakarta
5
Surakarta
YGY-1, YGY-2, YGY-3, YGY-4, YGY5 dan YGY-6 SRK-1, SRK-2, SRK-3, dan SRK-4
6
Padang
PDG-1
7
Medan
MDN-1, dan MDN-2
Pada awalnya, sampai dengan tahun 2004, Koperasi XYZ pemegang saham utama atau penyetor modal utama dari 27 BPR-BPR. Selain Koperasi XYZ, salah satu bank terkemuka di Indonesia juga memiliki andil dalam penyetoran modal pada BPRBPR ini, selain itu juga ada beberapa saham BPR-BPR ini dimiliki oleh para individu. Sampai dengan tahun 2004, hampir seluruh BPR-BPR ini diberikan setoran modal hingga lebih dari 50% oleh Koperasi XYZ. Kepemilikan saham Koperasi XYZ berkisar antara 33% sampai dengan 53%.
Pada tahun 2005, hampir seluruh saham yang dimiliki oleh Koperasi dibeli oleh satu pihak atau instansi, sebut saja Z. Z membeli hampir 75% dari seluruh total saham yang ada. Dengan kata lain, Z adalah penyetor utama dari BPR-BPR tersebut, namun masih ada beberapa BPR yang mayoritas sahamnya masih dimiliki oleh Koperasi. Kepemilikan saham pihak Z berkisar antara 25% sampai dengan 75%.
Total investasi yang ditanamkan oleh Koperasi XYZ di BPR-BPR ini bernilai Rp. 10.609.500.000.00,- ( sepuluh milyar enam ratus sembilan juta lima ratus ribu rupiah ) yang rata-rata pada setiap BPR, Koperasi memiliki Rp 250.000.000.00,- ( dua ratus lima puluh juta rupiah ).
6
1.4
Isu pada Bidang Usaha Penyertaan Modal Bank Perkreditan Rakyat Belakangan ini BPR mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini tidak
terlepas dari suksesnya BPR memberi pelayanan kepada usaha mikro dan kecil (UMK). Kunci sukses mereka antara lain dengan memberikan pelayanan yang lebih sederhana, lebih mengutamakan pendekatan personal, memiliki fleksibilitas pola dan model pinjaman, serta didukung oleh lokasinya yang lebih dekat dengan masyarakat.
Perkembangan pesat yang dialami BPR-BPR di seluruh Indonesia tidak dialami oleh BPR-BPR yang modalnya disertakan oleh Koperasi XYZ. Dua tahun belakangan ini, semenjak Z membeli sebagian besar saham penyertaan modal, kinerja hampir seluruh BPR menjadi buruk. Pada awalnya hampir seluruhnya menghasilkan laba yang cukup tinggi, namun saat ini hampir semua merugi dalam jumlah besar. Hal ini memberikan pertanyaan sendiri kepada Koperasi, apakah ada yang salah dengan sistem BPR atau BPR itu sendiri sudah tidak bisa bersaing dengan BPR lainnya di daerah tersebut.
BPR-BPR ini dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar bisa menghadapi tantangan serta dapat bertahan di kemudian hari. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu identifikasi kinerja seluruh BPR yang modalnya disertakan oleh Koperasi XYZ. Diharapkan dengan dengan mengidentifikasi kinerja seluruh BPR maka Koperasi dapat memilah BPR mana yang potensial untuk berkembang dan BPR mana yang tidak memiliki
potensi
untuk
berkembang.
Dengan
itu
maka
Koperasi
dapat
menginvestasikan dana mereka kepada BPR-BPR yang akan bertahan dan berhasil di kemudian hari.
7
8
