Definisi fraktur maxilari dan mandibulari adalah kerusakan pada tulang maxilla dan mandibula yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodontitis maupun neoplasia. Periodontitis adalah reaksi peradangan pada jaringan disekitar gigi yang terkadang berasal dari peradangan gingivitis didalam periodontium. Secara anatomi mandibula tersusun atas dua bagian, yaitu komponen horizontal yang disebut body dan komponen vertikal yang disebut ramus. Kedua bagian mandibula ini terhubung pada bagian rostral yang disebut symphysis membentuk dagu bawah. Batas alveolar merupakan bagian dari body yang termasuk dalam akar gigi. Pada bagian dorsal setengah bagian ramus adalah coronoid. Foramen mandibula terlokasi pada bagian medial dari ramus. Pada bagian caudal terbuka canal yang berisi arteri, vena alveolaris dan nervus mandibularis. Sedangkan maxilla merupakan tulang bagian atas dari dagu yang tersusun bersama tulang incisivi atau seringkali disebut premaxilari. Pada tulang maxilla misalnya anjing akan tersusun gigi premolar dan molar. Sedangkan pada tulang incisive bagian caudal yang terhubung dengan maxilla berisi gigi incisor. Posisi kedua gigi taring sangat dekat dengan ruang hidung sehingga sangat mudah untuk menyebabkan kerusakan ketika terjadi trauma. Pathofisiologi fraktur pada maxilari dan mandibular seringkali disebabkan oleh adanya trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan pada os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat, pneumothorax, contusions pulmonary dan miocardytis traumatic. Trauma yang terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi anatar hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa terjadi pada kucing. Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palate seringkali terjadi pada kucing yang terjatuh dari ketinggian atau biasa disebut “high-rise syndrome”. Sedangkan kerusakan yang terjadi secara tidak langsung misalnya adanya pencabutan gigi dengan disertai periododental atau disertai dengan gangguan metabolisme yang menyebabkan osteoporosis. Ketidaknormalan ini sering terjadi secara akut sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Jika treatment yang diberikan kurang tepat akan menyebabkan abnormalitas permanen pada bentuk tulang yang dapat berdampak pada menurunya fungsi sebenarnya. Penanganan sebaiknya dilakukan sebelum tulang yang telah mengalami kelainan atau abnormal bertaut atau membentuk jaringan ikat antara tulang-tulang abnormal. Seringkali kasus fraktur mandibula diawali dengan hilangnya tulang akibat periodontitis. Gejala klinis yang terjadi bervariasi dan termasuk adanya krepitasi ketika dilakukan manipulasi pada mandibula pada saat palpasi. Terasa sakit ketika mulut dibuka dan dagu dipegang. Asymetri dari bentuk dagu. Hidung atau mulut mengeluarkan darah. Terjadi kerusakan pada bagian hidung.
Diagnosa berbagai trauma mandibular maupun maxilari dapat menyebabkan fraktur pada semua hewan, namun keadaan ini sering kali terjadi pada hewan muda. Misalnya pada anjing. Fraktur mandibula dan maxilla sering terjadi pada anjing muda ras kecil dan toy, salah satunya adalah poodles. Anjing ras kecil atau toy sering kali tidak memiliki gigi regular prophylaxis dan memakan makanan lembek. Diagnosa fraktur tidak susah jika diketahui histori dari terjadinya trauma, dapat terlihat dengan adanya kelainan bentuk wajah dan secara berulang dipalpasi untuk mengetahui letak dan bentuk fraktur sebenarnya. Selain itu dapat dilakukan dengan cara radiographi. Oblique radiographi akan sangat membantu mengidentifikasi bentuk serta letak terjadinya fraktur. Komplikasi terjadi apabila tipe fraktur mandibula merupakan dental malocculasion. Selain itu komplikasi terjadi apabila hewan mengalami osteomyelitis, nonunion, malunion, kesalahan pertumbuhan dan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak. Adapula komplikasi yang terjadi akibat terulangya fraktur pada saat pencabutan gigi sehingga penanganan fraktur yang kedua akan sangat sulit. Pemeriksaan hewan dengan fraktur mandibula akan merasa cemas dan kesakitan ketika dilakukan pembukaan mulut dan menelan makanan. Saliva akan keluar lebih banyak dan berwarna kemerahan jika disertai luka namun kadang juga tidak mengalami perubahan jika luka akibat truma. Crepitasi dan ketidakstabilan dapat terliba ketika dilakukan pemeriksaan secara palpasi pada rongga mulut. Bila terjadi fraktura sympiseal mandibula akan terasa pergerakan dari persambungan tulang pada saat dilakukan penekanan atau pemindahan. Ketidakstabilan pada saat terjadi fraktur tulang lebih terasa pada mandibula dibandingkan maxilla. Pada gigi dapat dilakukan pemeriksaan secara cermat untuk mendapatkan letak fraktur yang sesungguhnya, cara pemeriksaan pada gigi dapat dilakukan dengan cara menggoyang-goyang perbagian gigi. Fraktur gabungan seringkali terjadi hingga menyebabkan tulang hancur Radiographi gambaran radiographi dari tulang mandibula dan maxilla sebaiknya menggunakan lima sudut pandang radiographi yaitu dorsoventral, lateral, right oblique, left oblique dan intra oral. Kebutuhan lima sudut pandang ini disebabkan oleh adanya kesulitan untuk melakukan interperetasi akibat adanya berlapis-lapis tulang yang mengganggu interpretasi. Sehingga mengetahui bentuk tulang secara normal sangat penting sekali untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Bentuk kesimetrisan tulang merupakan salah faktor yang dapat dijadikan sebagai acuan adanya fraktur. Computed topographi dapat membantu mengidentifikasi fraktura pada bagian caudal mandibula disebabkan vertical ramus dan mandibular condylus akan sulit untuk dideteksi pada radiographi. Pemeriksaan laboratorium yang spesifik tidak dapat memperlihatkan adanya abnormalitas dari fraktura mandibula dan maxilla.
Gambar 1. Contoh rontgent bagian kepala, lateral radiograph anjing umur 12 tahun.
Gambar 2. Contoh rontgent maxilla aniing umur 3 tahun
Gambar 3. Contoh rontgent ventrodorsal
Gambar 4. Contoh rontgent close-up mandibula Differensial diagnosa penampilan hewan dengan fraktura mandibular dan maxilla seharusnya dapat dievaluasi dengan cara membedakan letak sakitnya dan lokasi fraktur, sehingga tidak dikelirukan dengan periodontitis, neoplasia atau penyakit pencernaan. Treatment metode penanggulangan fraktur mandibula dan maxilla tergantung dari tingkat keparahan dan lokasi fraktura. Treatment dengan menggunakan balutan otot atau pengikatan gigi dapat dilaukan pada kasus fraktur tertentu.
Terapi dapat dilakukan dengan melakukan operasi. Prosedur operasi yang digunakan untuk semua bentuk fraktur dan dislokasio adalah system operasi reposisi dan penyambungan tulang yang standart seperti menggunakan bone wire dan pembalutan otot. Pada kasus fracture madibula dan maxilla jarang sekali menggunakan bone pining sebagai gantinya menggunakan bone plate atau fiksator eksternal disebabkan tulang-tulang pada daerah wajah merupakan tulang-tulang tipis sehingga sangat sulit untuk menerapkan cara bone pining pada daerah tersebut. Selain itu penerapan bone pining akan menyebabkan kerusakan atau tidak kembalinya bentuk wajah asli hewan. Prinsip utama yang dilakukan adalah mengembalikan posisi tulang pada keadaan sebenarnya sebelum dilakukan fiksasi secara permanen dengan menggunakan bone wire, balutan otot, bone plate dan fiksator eksternal. Dengan cara demikian maka tulang secara tidak langsung diharapkan untuk kembali tersambung dan berikatan dengan tulang yang seharusnya bertaut.
Gambar 5. Cara pemasangan bone wire tunggal
Gambar 6. Cara pemasangan bone wire ganda untuk memperkuat fiksasi
Gambar 7. Cara pemasangan bone wire pada body mandibula dan gigi
Gambar 8. Cara pemasangan bone wire pada kasus fraktur oblique
Gambar 9 dan 10. Cara pemasangan bone wire secara ganda dan memanjang untuk menguatkan fiksasi
Gambar 11. Cara pemasangan bone wire secara satu-persatu berdasarkan pecahan tulang Perlakuan perawatan postoperasi dan komplikasi o
Jika ada keraguan pada kekuatan atau keamanan stabilisasi dapat dilakukan dengan penambahan balutan pada bagian mulut atau bisa pula dengan cara menutup mulut secara rapat sehingga proses makan dan minum dapat dilakukan langsung dengan bantuan selang masuk kedalam esophagus.
o
Periksa balutan dan perlukaan setiap hari untuk mendeteksi bau busuk, bengkak, dan tekan perkembangan luka. Diusahakan meminimalisir pergerakan kepala agar fraktur tidak menjadi lebih parah.
o
Lakukan pembilasan dengan menggunakan chlorhexidine pada daerah mulut untuk mengurangi adanya infeksi bakteri.
o
Pemberian pakan diganti dengan pakan yang lembek ditambah air selama 2 minggu. Diatas 2 minggu secara berangsur-angsur mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada pakan. Setelah perawatan diatas 4 minggu dapat dilatih dengan pemberian pakan yang lembek saja.
o
Jauhkan hewan dari bahan makanan atau mainan yang berbahan keras misalnya kebiasaan memakan atau menggigiti tulang serta memaikan bola sambil bergulingguling.
o
Diusahakan hewan dikandangkan dalam kandang yang sempit sehingga mengurangi kegiatan hewan untuk berlari.
o
Menempatkan hewan pada kandang dengan alas kandang yang empuk untuk mengurangi terulangnya trauma.
DAFTAR PUSTAKA Birchard SJ. 2002. Small Animal Practice. 2nd Edition. WB Saunder Company. Phidelphia USA. Fossum TW et al. 2002. Small Animal Surgery. 2nd Edition. Mosby. St Louis Missiori. Thrall ED et al. 1998. Texbook of Veterinary Radiology. 3th edition. WB Saunder Company. Phidelphia USA.
FRAKTURA OS MANDIBULA DAN MAXILLA
OLEH :
ACHMAD ISFAR SHAFFAN ADLIM BO4103137
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008