FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) SEBAGAI ZAT WARNA ALAMI Fransiska Vita Handayani1), Haryanto Susilo2)dan Bina Lohita Sari3) dan 3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas pakuan Bogor Universitas Pakuan, Bogor.
1), 2)
Abstrak Lipstik adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistic sehingga dapat meningkatkan nilai estetika dalam tata rias wajah. Salah satu contoh dari buah yang dapat dijadikan pewarna alami adalah buah naga super merah (Hylocereuscostaricensis) karena mengandung pigmen antosianin yang berfungsi sebagai pigmen warna. Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan lipstick menggunakan ekstrak buah naga super merah sebagai zat warna alami dalam sediaan lipstick dengan konsentrasi 10% dan 12%. Mengetahui intensitas warna dalam ekstrak buah naga super merah dalam sediaan lipstik, dan mengetahui stabilitas dari berbagai parameter. Buah Naga Super Merah diekstraksi menggunakan metode penyarian dengan hasil berupa ekstrak cair. Dibuat 3 formula sediaan lipstick dengan konsentrasi 0%, 10% dan 12% (F0, FI, FII). Sediaan lipstick kemudian dilakukan pengujian mutu fisik, stabilitas dan panelis. Hasil pengujian mutu sediaan lipstik untuk formula 0, I dan II aroma khas oleum green tea. Warna yang dihasilkan putih (F0), ungu muda (soft) (FI) dan ungu tua (FII). Intensitas warna dalam ekstrak buah naga super merah, formula I dan II mempunyai panjang gelombang maksimum 429 nm. Pada kedua formula warna yang dihasilkan kurang melekat dibandingkan dengan produk lipstik pembanding. Parameter aroma dan tekstur pada formula I dan II dalam suhu kamar dan suhu dipercepat mengalami perubahan pada minggu ke-3 dan warna pada minggu ke-1. Bobot mengalami penurunan 3.12 - 7.53% (suhu kamar), 3,3-5.88% (suhu dipercepat) dan pada titik lebur mengalami kenaikan suhu 5.06 - 11.52% (suhu kamar), 1.33 - 12.97% (suhu dipercepat) dan kecenderungan pH tetap (5-6). Kata Kunci :Lipstik, Buah Naga Super Merah ABSTRACT Lipstick is a cosmetic preparation used for coloring the lips with a touch of artistic so as to increase the makeup aesthetic value. For example of the fruits that can be used as a natural coloring is super red dragon fruit (Hylocereuscostaricensis) because its contain anthocyanin pigments that serve as color pigments. The aim of this research is to make lipstick preparations using super red dragon fruit extract as a natural dye of lipstick with 10% and 12% concentration, to knowing the intensity of color in super red dragon fruit extract of lipstick, and determine the stability of the various parameters. Super Red Dragon Fruit had extracted used the extract method and the results was a liquid extract. Lipsticks created by 3 formulas with 0%, 10% and 12% concentration (F0, FI, FII). Lipsticks tested with testing physical quality, stability and panelists. The result of the quality test of 0, I and formulas II showed specific smell of green tea oleum. The colors showed white (F0), violet (FI) and purple (FII). Color intensity of super red dragon fruit extracts, I and II formulas had a maximum wavelength on 429 nm. Formulas I and II showed didn’t stick well than lipstick product comparison. Smell and texture parameter of formulas I and II at room temperatures and accelerated temperature had changed at 3 weeks and color changed in a week. Weights decreased 3,12- 7,53% (room temperature), 3,3-5,88% (accelerated temperature) and the melted point temperature increases 5,06-11,52% (room temperature), 1,33-12,97% (accelerated temperature) and pH (5 -6). Keyword : Lipstick, Super Red Dragon Fruit PENDAHULUAN Setiap wanita dimanapun berada mempunyai kecenderungan yang serupa yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang sehingga produk kosmetik penting untuk kebutuhan pribadinya. Kosmetik adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggoro dan Latifah, 2007). Lipstik adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan nilai estetika dalam tata rias wajah. Lipstik adalah produk yang umum yang sering digunakan oleh para wanita, karena bibir dianggap sebagian besar penting dalam penampilan seseorang (Wasitaatmadja, 1997). Hasil penelitian Rini (2008) menyatakan bahwa salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami adalah kelopak bunga rosella karena mengandung pigmen antosianin yang berfungsi sebagai pigmen warna pada sediaan lipstik. Pengawasan bedasarkan hasil BPOM RI, terdapat ratusan kosmetik pewarna bibir yang beredar dipasaran dengan berbagai jenis warna dan harga yang bervariasi pula, akan tetapi tidak semua kosmetik tersebut aman digunakan karena kebanyakan berasal dari bahan – bahan sintetik dan menimbulkan efek samping yang merugikan kulit, contohnya alergi dan iritasi, oleh karena itu untuk mendapatkan efek yang tidak merugikan dan hasil yang lebih aman untuk bibir dapat dibuat dengan bahan alami seperti tumbuh – tumbuhan atau buah – buahan. Pewarna alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain yang berasal dari buah naga super merah (Hylocereus costaricensis), dengan warna merah yang sangat pekat, menunjukkan buah tersebut mengandung pigmen warna, yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami pengganti bahan pewarna sintetik. Pada penelitian ekstrak buah naga super merah dengan metanol mengandung senyawa fenol dan betasianin (Umayah., et, al, 2007) Uraian diatas, karakteristik dari buah naga super merah maka akan dibuat sediaan lipstik dari zat pewarna alami dari ekstrak buah naga super merah dengan formulasi sediaan pewarna bibir dengan berbagai konsentrasi. ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua (magenta) dalam waktu 3 menit (Sangi, dkk., 2008). 2.2 Uji Saponin Sebanyak 2 mL ekstrak cair buah Naga Super Merah ditambahkan asam asetat anhidrat sampai sampel terendam, dibiarkan selama kira - kira 15 menit, 6 tetes larutan dipindahkan
METODE PENELITIAN Bahan Bahan ekstrak Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis), aquadest, beeswax, butyl hidroksi toluene (BHT), etanol 70%, lanolin, malam carnauba, malam putih, metil paraben, minyak jarak, paraffin cair, setil alkohol, propilen glikol, oleum cacao, oleum green tea. Alat Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain :alat – alat gelas laboratorium, blender, freeze dryer (SCANVAC - Coolsafe 110-4 PRO 4lt®), pH universal (MColorpHast™), neraca analitis (Mettler Toledo®), Moisture balance (AND MX-50), spektrofotometer UV-VIS (OPTIZEN POP 5U5701-135013-00®), cetakan lipstik dan wadah lipstik. Prosedur 1. Pengolahan Ekstrak CairBuah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Buah naga super merah dikumpulkan sebanyak 4.390 gram, dikupas dan diambildaging buahnya, ditimbangdiblender sampai benar-benar hancur ± 5 menit kemudiaan disaring menggunakan kain batis setelah itu ditimbang hasil sari yang didapat. Ditentukan berat jenisnya dengan piknometer, sari buah Naga Super Merah dimasukkan kedalam botol kaca kemudian dimasukkan kedalam kulkas. Rendemen Sari Buah = Berat Ekstrak Sari Buah Naga x 100 % Berat Buah Naga 2. Uji Fitokimia 2.1 Uji Flavonoid Sebanyak 2 mL ekstrak cair buah Naga Super Merah ditambahkan dengan 5 ml etanol dan dipanaskan selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes asam klorida pekat, kemudian ditambahkan bubuk magnesium. Hasil positif kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah jingga atau ungu, sedangkan adanya steroid ditunjukkan dengan adanya warna biru (Sangi, dkk., 2008) 2.3 Uji Tanin
Sebanyak 2 mL ekstrak cair buah Naga Super Merah ditambah etanol sampai ekstrak buah Naga Super Merah terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 ml larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 - 3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna hijau kebiruan (Sangi, dkk., 2008). 2.4 Uji Alkaloid Sebanyak 2 mL ekstrak cair buah Naga Super Merah ditambah 2,5 mL amoniak dan 2,5 mL kloroform. Larutan disaring kedalam tabung reaksi, dan filtrat ditambahkan asam sulfat 2 N sebanyak 10 tetes. Filtrat dikocok dengan teratur kemudian dibiarkan beberapa lama sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas pindahkan kedalam tiga tabung reaksi, kemudian larutan dianalisis dengan pereaksi Mayer, Dragendrof dan Bouchardat Terbentuknya endapan menunjukkan adanya kandungan alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih, dengan pereaksi Dragendroff terbentuk endapan merah jingga dan dengan perekasi Bouchardat terbentuk endapan coklat (Sangi, dkk., 2008).
dan dilakukan pengadukan di dalam beaker glass menggunakan mixer sampai homogen. Ekstrak buah naga super merah dimasukkan ketika suhu pada basis menurun hingga 40ºC. Kemudian di campurkan secara merata, pada keadaan cair di tuangkan ke dalam cetakan lipstik. 5. Uji Mutu Sediaan Lipstik 5.1 Uji Organoleptik Evaluasi sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing formula dengan konsentrasi ekstrak buah Naga Super Merah yang berbeda. Evaluasi stabilitas sediaan lipstik dilakukan selama 5 minggu dengan pemeriksaan setiap minggu dan lipstik disimpan pada suhu kamar dan suhu 45ºC. Evaluasi stabilitas fisik lipstik meliputi : A. Penampilan Fisik Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati permukaan lipstik, mengenai pembentukan kristal dan keringat. B. Aroma Pengamatan dilakukan dengan mengamati aroma lipstik selama penyimpanan pada suhu kamar dan dipercepat 45ºC.
3. Formulasi Sediaan Lipstik Formulasi lipstik padat dibuat sebanyak 4gram perbatch persediaan kandungan zat aktif ekstrak buah naga super merah dengan berbagai konsentrasi seperti 0%, 10% dan 12%.
6. Uji Kehomogenan Sediaan Lipstik A. Homogenitas Sediaan Masing – masing sediaan lipstik diperiksa homogenitasnya dengan cara mengambil sejumlah tertentu sediaan lipstik dan diletakkan pada kaca yang transparan (objek glass). Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir - butir kasar. B. Homogenitas Polesan Pengujian dilakukan dengan mengoleskan lipstik pada permukaan licin seperti punggung tangan atau bibir, kemudiaan dilihat dispersi warnanya homogen atau tidak (Barel, 2001). C. Dispersi Warna Dalam Lipstik
4. Prosedur Pembuatan Lipstik Minyak jarak sebagai Fase I dimasukkan kedalam beaker glass. Bahan-bahan lain kecuali pewangi dilumerkan hingga suhu 70º75º C sebagai Fase II. Pada Fase 1 dan Fase II dicampurkan secara perlahan – lahan ditambahkan dengan pewangi oleumgreen tea
Pengujian dilakukan dengan membelah lipstik menjadi dua bagian baik secara horizontal ataupun vertikal, kemudiaan dilihat dispersi warnanya homogen atau tidak(Barel, 2001). 7. Bobot Lipstik Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan atau pengurangan bobot yang mungkin terjadi pada saat lipstik disimpan pada suhu kamar dan suhu dipercepat. Lipstik yang tidak baik akan memberikan peningkatan atau pengurangan bobot yang berarti selama penyimpanan. 8. Suhu Lebur
Pengujian dilakukan menggunakan melting point apparatus.Lipstik dimampatkan kedalam pipa kapiler hingga kediaman 10 mm, kemudian pipa kapiler tersebut diletakkan dalam alat melting point apparatus dengan posisi yang sesuai. Suhu pada lipstik mulai meleleh adalah suhu lebur lipstik (Orkin Et., al. 1991). Syarat lipstik melebur pada metode melting point adalah 60ºC atau lebih (Barel, 2001). 9. Penentuan pH Sediaan Sediaan lipstik ditimbang 1gr kemudiaan dilelehkan dengan penangas air, kemudiaan setelah lipstik meleleh pH indikator dicelupkan pada sediaan tersebut setelah itu dilihat pH nya pada tabel indikator pH. Dicatat pHnya dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan (triplo). 10. Uji Intensitas Warna A. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum. Sebanyak 5 mL ekstrak cair dan 0,5 gram sediaan lisptik buah naga super merah masing - masing dilarutkan dengan 10 mL etanol 70% kemudian diukur serapannya untuk warna ungu batas range pada panjang gelombang 400-450 nm. Panjang gelombang maksimum ditetapkan dari nilai serapan maksimum (Khopkar,. 1990). 11. Uji Iritasi Sediaan Lipstik Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 20 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka selama 24 jam dan diamati apa yang terjadi. Diamati reaksi yang terjadi, reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal. (1)Adanya kemerahan, (2) gatal-gatal, (3)bengkak, dan(4) yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Kriteria panelis uji iritasi yaitu wanita, usia antara 20-30 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit alergi,menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi.Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat dengan berbagai konsentrasi buah naga super merah pada kulit punggung tangan. Kemudian para panelis diharapkan untuk mengisi kertas kuisioner yang telah disediakan. 12. Uji Kesukaan Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 20 orang panelis dengan
kriteria yang digunakan adalah wanita, berusia 20 tahun keatas, tidak memiliki kulit yang sensitive atau alergi. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat dengan berbagai konsentrasi buah naga super merah pada kulit punggung tangan. Kemudian para panelis diharapkan untuk mengisi kertas kuisioner yang telah disediakan, Waktu selang untuk mencoba lipstik yang selanjutnya kurang lebih 15 menit dan setelah lipstik dicoba diharapkan panelis membersihkan tangannya menggunakan tisu basah untuk mencoba lipstik yang selanjutnya dengan berbagai konsentrasi ekstrak. Parameter uji hedonik yang diuji meliputi warna, aroma, kerataan dan kelekatan Pengujian untuk warna dilihat secara visual, untuk aroma dicium melalui indra penciuman secara visual kemudian untuk kerataan dan kelekatan dilakukan pada punggung tangan dan pada tissue wara yang dihasilkan melekat dengan baik atau tidak. Kerataan yang dihasilkan baik atau tidak. Masing – masing akan mendapat penilaian 1: tidak suka, 2: netral, 3: agak suka, 4: suka, 5: sangat suka, 6: amat sangat suka. Hasil uji hedonik dianalisis menggunakan SPSS dengan rancangan friedment test.
13. Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Pada perubahan bentuk diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan atau tidak, pada perubahan warna diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan warna dari warna awal pembuatan lipstik atau tidak, pada perubahan bau diperhatikan apakah lipstik masih berbau khas dari parfum atau dari bau khas dari ekstrak buah naga super merah. Namun pada stabilitas penelitian ini dilakukan selama 5 minggu, sehingga pemeriksaan stabilitas pada lipstik ini dilakukan dari minggu ke 0, 1, 2, 3, 4 dan 5. Dengan pengujiaan lengkap sediaan lipstik dilakukan di setiap minggu nya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
14. Determinasi Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah jenis Cereus costaricensis (Briton and Rose) A. Berger, sin. Hylocereus costaricensis L., suku Cactaceae nama Indonesia Buah Naga Super Merah. 15. Ekstrak Buah Naga Super Merah Diperoleh daging buah naga super merah sebanyak 3.650 gram dari 4.390 gram buah dan ekstrak cair yang diperoleh sebanyak 2,5 L. Berat jenis ekstrak cair 1,052 g/mL, maka berat ekstrak cair adalah 2.630 gram. Rendemen ekstrak yang didapat 59,90 %.
Gambar 3. Ekstrak Cair Buah Naga Super Merah 16. Uji Fitokimia Uji Fitokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak buah Naga Super Merah. Hasil uji fitokimia menunjukkan reaksi positif terhadap flavonoid, tanin, alkaloid.
Pengujian flavonoid pada ekstrak cair buah naga super merah menunjukkan hasil positif dengan timbulnya warna merah. Diantara flavanoid hanya flavanol yang menghasilkan warna merah ceri kuat (Harborne, 1984). Pada penelitian ini ekstrak cair buah naga super merah termasuk ke dalam jenis flavanol karena terjadi perubahan warna menjadi merah ceri. Pengujian tanin pada ekstrak buah naga super merah menunjukkan hasil yang positif, dengan adanya warna hijau kehitaman. Tanin dalam ekstrak buah naga super merah termasuk ke dalam tanin terkondensasi, karena mengalami perubahan warna menjadi hijau kehitaman. Tanin dibagi menjadi dua golongan dan masing-masing golongan memberikan reaksiwarna yang berbeda terhadap FeCI3 1 %.
Golongan tanin terhidrolisis akan menghasilkan warna biru kehitaman dan tanin terkondensasiakan menghasilkan warna hijau kehitaman.Pada saat penambahannya diperkirakan FeC13bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yangada pada senyawa tanin. Hasil reaksi itulahyang akhirnya menimbulkan warna(Sangi, dkk., 2008). Pengujian alkaloid pada ekstrak buah naga super merah menunjukkan hasil positif. Pada ekstrak buah naga super merah timbul endapan putih pada pereaksi dragendorf, endapan tersebut adalah kalium alkaloid. Pada ekstrak buah naga super merah timbul endapan putih pada peraksi Mayer, diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.Pada ekstrak buah naga super merah timbul endapan coklat pada pereaksi dragendrof, diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pereaksi dragendrof, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana, 2005).
17. Formulasi Sediaan Lipstik Bahan dasar yang digunakan pada pembuatan lipstik yaitu beeswax, carnauba wax dan minyak jarak. Kegunaan beeswax pada kosmetik terutama untuk sediaan lipstik sebagai pengeras, jumlah yang lazim digunakan adalah 3% - 10% (Wade, 1994). Pada sediaan lipstik ekstrak buah naga super merah menggunakan beeswax sebanyak 5% yang masih sesuai dengan prosedur yang dianjurkan. Dalam lipstik carnauba wax memberikan kilap dan merupakan agen pembentuk film yang baik yang memungkinkan adanya penolakan air. Pemakaian carnauba wax dalam sediaan lipstik berkisar antara 4 - 10% (Wade, 1994). Pada sediaan lipstik dengan 3 formula yang dibuat menggunakan carnauba wax dengan tingkat konsentrasi rendah yaitu 4%. Pada minyak jarak yang memiliki viskositas yang tinggi memiliki keuntungan bagi sediaan lipstik sebagai menunda pengendapan pigmen dari masa lipstik dan mengurangi kemungkinan lipstik untuk smudge. Minyak jarak memiliki
kerugian yang akan membuat sediaan lipstik menjadi tengik atau rasa tidak enak, tetapi sifatnya yang berminyak memberikan tekstur yang lembut dan halus serta mengkilap (Rieger. 2000). Pada pembuatan lipstik ekstrak buah naga super merah menggunakan minyak jarak dengan konsentrasi sebanyak 20%. Pada pembuatan lipstik yang mengandung ekstrak buah Naga Super Merah dikerjakan 3 formula. Formula yang dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak sebesar 0%, 10% dan 12% hasil dari uji pendahuluan ekstrak cair buah naga super merah yang disebut sebagai pewarna alami.
Formula 0
Formula I
bobot sediaan, uji suhu lebur, uji pH, uji intensitas warna, uji iritasi, uji kesukaan dan uji stabilitas. 19. Uji Organoleptik Sediaan lipstik yang dihasilkan dari ketiga formulanya memiliki karakteristik fisik, aroma, tekstur yang sama sedangkan warna yang berbeda-beda. Warna lipstik yang berbeda dikarenakan penggunaan zat warna pada sediaan lipstik. Formula 0 tanpa penggunaan zat warna sehingga warnanya putih sedangkan formula I dan II menggunakan pewarna alami buah naga super merah sehingga memberikan warna ungu pada sediaan.Hasil pengamatan secara organoleptik bentuk dan teksturnya baik. Warna yang dihasilkan juga menarik pada formula I dan II yaitu ungu muda dan ungu tua. Bau yang dihasilkan sangat baik yaitu bau khas dari oleum green tea yang menyatu pada aroma ekstrak cair buah naga super merah.Hasil uji organoleptik sediaan lipstik dapat dilihat pada Tabel.
Formula II
Lipstik yang baik adalah lipstik berupa sediaan yang memberikan warna yang menarik dengan konsistensi yang mudah digunakan dan menempel dengan baik. Pada sediaan lipstik ekstrak buah naga super merah yang dihasilkan memberikan warna ungu yang soft pada sediaan lipstik, tetapi pada penambahan ekstrak 12% mempertegas warna ungu yang dihasilkan dengan tekstur yang lembut. Namun hasil yang diberikan untuk kelekatan tidak memenuhi atau tidak melekat secara sempurna. Diduga basis yang dugunakan untuk kelekatan menjadi lebih baik yaitu dengan candelila wax. Hal ini terjadi karena beberapa faktor dalam bahan alam yang tidak dapat digunakan dalam kosmetik walaupun bahan alam tersebut memliki pigmen antosianin yang tinggi. Kesulitan dalam pembuatan lipstik ini adalah penambahan ekstrak buah naga super merah yang digunakan harus diperhatikan agar warna yang dihasilkan merata dan kandungan antosianin yang berfungsi sebagai pigmen warna didalam ekstrak buah naga super merah masih terjaga atau tidak rusak. 18. Uji Mutu Sediaan Lipstik Pengujianproduk lipstikmeliputi uji organoleptik (fisik, aroma, tekstur dan warna), uji kehomogenan sediaan lipstik (homogenitas, homogenitas polesan dan dispersi warna), uji
20. Uji Kehomogenan Sediaan Lipstik Pengujian kehomogenan sediaan lipstik dilakukan meliputi uji homogenitas, homogenitas polesan dan dispersi warna. Formula 0 dari hasil pengujian memiliki kondisi fisik yang homogen. Formula I pengujian kehomogenan mengalami ketidakhomogenan terhadap homogenitas polesan, hal ini bisa terjadi dikarenakan pada saat proses pembuatan pengadukannya kurang merata. Formula II pengujian kehomogenan mengalami ketidakhomogenan terhadap homogenitas dan dispersi warna, hal ini bisa terjadi karena bahan-bahan basis sediaan lipstik pada proses pengadukan kurang merata sehingga terbentuk butiran-butiran kasar pada objek glass. Pada proses pembuatan lipstik yang paling penting adalah proses penggilingan untuk menghasilkan warna yang homogen, pada proses pencampuran warna pun harus diperhatikan. Data hasil uji kehomogenan disajikan pada Tabel
bibir yaitu 4,0-6,5 (Balsam, 1972). Data hasil uji pH lipstik disajikan pada Tabel
21. Bobot Lipstik Pengujian bobot lipstik dilakukan untuk memperoleh bobot lipstik yang seragam. Dari hasil penimbangan sediaan lipstik sebanyak tiga kali ulangan diperoleh bobot lipstik yang seragam dengan range bobot lipstik 3,7 – 3,8 g. Data hasil penimbangan bobot lipstik disajikan pada Tabel
22. Suhu Lebur Pengujian suhu lebur dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara melebur lipstik dengan menggunakan alat melting point. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan titik lebur dengan suhu diatas 50°C (Vishwakarma, dkk., 2011). Dari hasil pengamatan mengenai titik lebur lipstik diperoleh titik lebur sediaan lipstik diatas 50°C dengan data tiga kali ulangan sehingga titik lebur lipstik yang dibuat memenuhi syarat. Data hasil uiji titik lebur lipstik disajikan pada Tabel
23. pH Sediaan Lipstik Pengujian pH sediaan lipstik menggunakan kertas pHindikator. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan tanpa ekstrak (formula0) memiliki pH 7, formula dengan ekstrak 10% (formula1) mempunyai pH rata - rata 6, sedangkan formula dengan ekstrak 12% memiliki pH rata - rata 5. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi pewarna ekstrak buah naga super merah yang digunakan maka sediaan yang dihasilkan semakin asam, karena ekstrak buah naga super merah bersifat asam. Sediaan yang dihasilkan phnya mendekati pH fisiologis kulit
24. Uji Intensitas Warna Pengujian intensitas warna ini dilakukan pada ekstrak cair buah naga super merah dan sediaan lipstick super merah. Padaekstrak cair buah naga super merah mendapatkan nilai absorbansi 0,155 dan panjang gelombang maksimal 429 nm. Pada formula I diperoleh nilai absorbansi 0,141 nm dan pada formula II diperoleh absorbansi 0,148 nm dengan panjang gelombang 429 nm. Grafik yang diperoleh pada formula II memiliki intensitas warna yang mendekati dengan intensitas warna pada ekstrak cair buah naga super merah. Penurunan intensitas warna pada kedua formula tersebut dikarenakan adanya basis yang ikut tercampur pada saat pengujian intensitas warna dengan spektrofotometri UV- VIS.
25. Uji Iritasi Sediaan Lipstik Hasil pengujian iritasi dilakukan pada 20 panelis menunjukan tidak ada reaksi seperti kulit kemerahan, kulit gatal-gatal dan kulit bengkak. Hasil ini membuktikan bahwa sediaan lipstik ini aman digunakan pada bibir dan tidak menimbulkan iritasi. Hasil analisisiritasiyang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedmann test menunjukkan bahwatidak ada pengaruh yang nyata dari ketiga formula terhadap iritasi pada kulit. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih besar dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,135 dan lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. H0 untuk iritasi karena dari ketiga formula memberikan pengaruh yang sama yaitu tidak menimbulkan iritasi pada saat sediaan menempel pada kulit. 26. Uji Kesukaan Uji hedonik (uji kesukaan) salah satu jenis uji penerimaan. Panelis diminta
mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaan atau ketidaksukanya dalam suatu tingkatantingkatan (Rahayu, 2011). Pada penelitian ini pengujian organoleptik bertujuan untuk mencari produk sediaan lipstik dengan variasi zat aktif yang digunakan sehingga diperoleh sediaan yang paling disukai oleh panelis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS dengan metode friedman test. Hasil analisis parameter warna yang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedman testmenunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari ketiga formula. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih besar dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. H1 diterima untuk parameter warna karena dari ketiga formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap warna sediaan lipstik. Hasil analisis parameter aromayang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedman testmenunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari ketiga formula. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih kecil dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. H1 diterima untuk parameter warna karena dari ketiga formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap aroma sediaan lipstik. Hasil analisis parameter kerataanyang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedman test menunjukkan bahwatidak ada pengaruh yang nyata dari ketiga formula. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih besar dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,750 dan lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima danH1 ditolak. H0 untuk parameter warna yaitu ketiga formula memberikan pengaruh yang sama terhadap kerataan. Hasil analisis parameter aromayang diolah menggunakan SPSS 17 dengan metode friedmann testmenunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari ketiga formula. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari nilai sig lebih kecil dari 0,05. Nilai sig sebesar 0,004 dan lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. H1 diterima untuk parameter warna karena dari ketiga formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelekatan sediaan lipstik.
27. Uji Stabilitas Sediaan Pengujian ini bertujuan untuk melihat stabilitas fisik dari sediaan lipstik pada kondisi suhu yang berbeda. Lipstik dibuat sebanyak 60 batang untuk penyimpanan pada 2 suhu, setiap suhu disimpan 30 batang lipstik. Pengujian stabilita fisik dilakukan dengan menyimpan sampel pada suhu yang berbeda, yaitu suhu kamar (15°-30°C), suhu dipercepat (40°-45°C) selama 5 minggu. Selama periode waktu penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan uji organoleptik (fisik, aroma, tekstur dan warna), uji kehomogenan sediaan lipstik (homogenitas, homogenitas polesan dan dispersi warna), uji bobot sediaan, uji suhu lebur, uji pH dan uji intensitas warna. Pengujian dilakukan setiap seminggu sekali. 27.1 Uji Stabilitas Parameter Organoleptik Parameter organoleptik bertujuan untuk memberikan pengenalan awal sediaan lipstik secara objektif berupa fisik, aroma, tekstur dan warna. Hasil pengamatan organoleptik pada sediaan lipstik terlihat bahwa semua sediaan stabil secara fisikbaik pada suhu kamar maupun suhu dipercepat (40°-45°C)selama minggu ke-5 sediaan tidak berkeringat maupun tidak terbentuk kristal.Pengamatan aroma semua formula stabil sampai minggu ke-2 baik yang di simpan pada suhu kamar maupun suhu dipercepat (40°-45°C). Hal ini bisa terjadi karena, pewangi yang digunakan mengalami penguapan sehingga pada saat sediaan di simpan aroma pada lipstik menghilang. Pengamatan tekstur yang dilakukan pada formula 0, formula I dan formula II yang disimpan pada suhu kamar maupun suhu dipercepat mengalami ketidakstabilan tekstur dari halus menjadi tidak halus, hal ini bisa terjadi disebabkan selama proses penyimpanan terjadi perubahan partikel dari sediaan yang menjadi kasar. Pengamatan warna sediaan lipstik untuk formula 0 warna stabil dari awal pembuatan sampai minggu kelima, sedangkan formula I dan formula II mengalami ketidakstabilan warna pada minggu kesatu dari warna merah menjadi putih. Ketidakcampuran pada proses pembuatan membuat warna pada sediaan lipstik hilang.Hasil pengujian stabilitas parameter organoleptik dapat dilihat pada Tabel
Uji homogenitas polesan formula I dan II tidak memberikan pelepasan warna pada di kulit pada minggu ke-0, ini diakibatkan karena pada proses pembuatan saat pencampuran pewarna dengan basis lipstik tidak homogen akibatnya pada saat uji homogenitas polesan di kulit tidak muncul sempurna hanya sebagian. Uji dispersi warna untuk sediaan yang diberi pewarna pada formula I dan II mengalami ketidak homogenan pada minggu
27.2 Uji Stabilitas Parameter Kehomogenan Sediaan Lipstik Penggujian kehomogenan sediaan lipstik selama proses penyimpanan meliputi uji homgenitas, uji homogenitas polesan dan uji dispersi warna. Uji homogenitas pada formula 0, dan I pada minggu kedua masih homogen sedangkan formula II pada minggu ke-0 terjadi ketidakhomogenan.
Penyimpanan suhu kamar formula II menggalami penurunan yang signifikan dengan persentase penurunan 7,23%, sedangkan pada suhu dipercepat formula 0 menggalami penurunan yang signifikan dengan persentase penurunan 6,26%. Data hasil pengamatan stabilitas parameter bobot disajikan pada 27.4 Uji Stabilitas Parameter Suhu Lebur Hasil evaluasi ini menunjukkan adanya peningkatan suhu lebur lipstick selama penyimpanan, baik pada suhu kamar (25-30°C) maupun pada suhu dipercepat.(40-45°C). Hal
ke-0 sedangkan pada formula 0 memberikan dispersi warna sampai minggu ketiga. Data hasil pengujian stabilitas parameter kehomogenan dapat di lihat pada tabel. 27.3 Uji Stabilitas Parameter Bobot Lipstik Pengujian bobot sediaan lipstik selama proses penyimpanan mengalami penurunan hal ini terjadi karena sampel pada saat penyimpanan mengalami penguapan atau lisptik teroksidasi terutama pada suhu dipercepat mengalami penurunan bobot yang lebih cepat dibandingkan dengan suhu kamar. penurunan yang signifikan dengan persentase penurunan 6,26%. Data hasil pengamatan stabilitas parameter bobot disajikan pada Tabel ini dapat terjadi karena adanya peningkatan kekerasan lipstik.
Persyaratan suhu lebur lipstik adalah 55-75°C, sehingga dapat disimpulkan bahwa lipstik yang buat dan di simpan pada kondisi yang berbeda masih mempunyai suhu lebur yang memenuhi syarat.
27.5 Uji pH Sediaan Lipstik Pada pengujian pH sediaan lipstik menggunakan kertas ph indikator. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan tanpa ekstrak (formula 0) memiliki pH 7, formula dengan ekstrak 10% (Formula I) mempunyai pH rata - rata 6, sedangkan formula dengan ekstrak 12% memiliki pH rata - rata 5. Pada minggu ke-1 sampai ke-5 menunjukkan bahwa pengujian pH pada sediaan lipstik dengan nilai range 4-7. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pewarna ekstrak buah naga super merah yang bersifat asma lemah. Pada sediaan lipstik minggu ke-1 sampai ke-5 warna yang dihasilkan sudah tidak terlihat dengan baik, maka warna yang berada pada sediaan lipstik lebih sedikit warna yang dihasilkan hampir sama dengan basis sehingga pH yang dihasilkan menurun. Dari hasil pengukuran pH maka sediaan tersebut dapat digunakan untuk sediaan lipstik karena masih memenuhi syarat fisiologis kulit bibir ± 4 (Lauffer, 1985). Meskipun pada sediaan lipstik yang dibuat dengan stabilitas 5 minggu tidak menghasilkan warna dengan baik namun basis lipstik masih memenuhi syarat fisiologis kulit bibir.Hasil uji pH dapat dilihat pada Tabel
27.5 Uji Intensitas Warna
Pengujian intensitas warna pada minggu ke 1 sampai ke 5 tidak dilakukan karena pada uji stabilitas lipstik warna yang dihasilkan sudah pudar pada suhu kamar dan suhu dipercepat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ekstrak buah naga super merah dapat dibuat sediaan lipstick dengan konsentrasi 10% dan 12%. 2. Intensitas warna dalam ekstrak dan konsentrasi buah naga super merah0%, 10%, 12% (F0 ,FI, FII) diketahui panjang gelombang maksimum 429 nm. 3. Parameter aroma dan tekstur pada formula I dan II dalam suhu kamar dan suhu dipercepat mengalami perubahan pada minggu ke-3 dan warna pada minggu ke-1. Bobot mengalami penurunan 3.12 - 7.53% (suhu kamar), 33 - 5.88% (suhu dipercepat) dan pada titik lebur mengalami kenaikan suhu 5.06 11.52% (suhu kamar), 1.33 - 12.97% (suhu dipercepat) dan pH tetap (5-6). Saran 1. Perlu dilakukan penambahan candelila wax untuk menaikkan daya lekat dari sediaan lipstick dan warna yang dihasilkan tetap stabil. 2. Dibuat formula sediaan lipstick berupa cream agar warna yang dihasilkan baik. Daftar Pustaka Barel O Andre, Paye Marc, Maibach I Howard. Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York: Marcel Dekker Inc.;2001. Hal 171-86, 465-7. Delgado-Vargas, F., dan Paredes-López, O.. 2003. Natural colorants for food and nutraceutical uses. Boca Raton: CRC Press Farima . D, 2009. Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrid L.)Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Alami.Universitas Sumatera utara: Medan. Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Padwinata K, Soediro I,
penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit ITB. Hal 7-8:49:65:7072:88:140:156:239. Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan ke-II. a.b. Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Harmita. 2006. Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia: Depok. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penterjemah A. Saptorahardjo. Cetakan 1. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta Lauffer, G.I.P., 1972, Lipsticks, dalam Balsam, M.S., Cosmetic Science and Technology, Second Edition, 367-377, 381-387, John Willey & Sons Inc, USA Lauffer,G.I.P.,1985. Lipstik. Dalam; Cosmetics Science And Technology. Vol. 1. Edisi Kedua. Editor : Balsam M.S Sagarin. New-York: Wiley-Interscience. Hal 209. Marliana, S. D., Venty S., Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. ISSN: 1693-2242. Biofarmasi 3 (1): 26-31. Orkin, Mirton, Howard L. Maibach,and Mark V. Dahl. Dermatology. USA: Appleton dan Lange, 1991: 15 - 17 Rahayu, W.P. 2000, Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahayu Sri, 2014., Budidaya Buah Naga Merah; Penerbit Infra Hijau, Jakarta Nurdiana R, 2008., Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdarifa L.) dalam Sediaan Lipstik Terhadap Mutu Fisik dan Daya Terima Panelis. Universitas Pakuan; Bogor Sangi, M., Max R. J. R., Herny E. I., Veronica M. A. M. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.Chem. Prog. 1 (1).:47-53. Tranggono, R. I. S., dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 7-8, 93-96. Umayah E. U dan Moch. Amrun H. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga (hylocereus undatus Britt. & Rose). Universitas Jember: Jawa Timur. Vishwakarma., B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation and Evaluation of Herbal Research. 1 (1): 18 – 19 Wade A, Weller, P.J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exicipients. 2nd Edition. The Pharmaceutical Press, London. Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: PenerbitUI Press. Hal. 28, 5960, 182-188.