Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
FERMENTASI JERAMI PADI MENGGUNAKAN Trichoderma viride (Fermentation of rice straw using Tricoderma viride) SUPRIYATI, T. HARYATI, I-G.M. BUDIARSANA dan I-K. SUTAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT The changes of nutritive values of rice straw during fermentation using Trichoderma viride as stater was observed in this trial. Two and half kg of urea, 2.5 kg molasses, 2.5 l Trichoderma viride cultured were mixed with water up to 20 liter, then mixed with 1 ton fresh rice straw. The straw then covered with plastic, to mantain the humidity. The temperature of fermentation was observed at morning and afternoon for 16 days. Sampling was carried out at days of 4, 8, 12 and 16. Experimental designs were Completely Randomize Design with 4 replications x 4 time of fermentation. The result showed that the temperatures changed, from 28°C increased to 53°C at days of 7th and then decreased at days of 11th to 37,5°C. At days of 12th and 13th, the temperature increased again, then constant until days of 16 which were 42°C. The optimum value of IVDMD and IVDNDF were obtained at days of 8th, increased from 35.61 to 54.64% and from 13.44 to 35.86%, respectively. The fermentation did not influence percentage of NDF (P > 0.05) but influenced the percentages of ADF, CP and ash (P < 0.01). Its could be concluded that the highest nutrien percentage of fermented rice straw using Trichoderma viride were obtained at days of 8th. Key Words: ABSTRAK Pada penelitian ini diamati perubahan nilai gizi jerami padi selama fermentasi secara padat menggunakan Trichoderma viride sebagai stater. Sebanyak 2,5 kg urea, 2,5 kg molases, 2,5 liter sediaan Trichoderma viride dicampur dengan air menjadi 20 liter yang kemudian disemprotkan pada 1 ton jerami segar. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik, untuk menjaga kelembaban. Setiap hari dilakukan pengukuran suhu fermentasi sebanyak 2 kali yaitu pagi (jam 08.00) dan siang hari (14.00) selama 16 hari. Pengambilan sample untuk análisis kualitas produk fermentási dilakukan pada hari ke 4, 8, 12 dan 16. Penelitian dilakukan menggunakan RAL dengan perlakuan 4 lama fermentasi dan ulangan 4 untuk tiap perlakuan. Hasil pengamatan suhu fermentasi ternyata selama fermentasi terjadi perubahan suhu dari 28°C meningkat menjadi 53°C pada hari ke-7 dan selanjutnya turun pada ke 11 yaitu menjadi 37,5°C. Setelah hari ke-12 suhu fermentasi naik kembali dan sampai ke 16 stabil yaitu 42°C. Nilai optimal KCBK dan KCSDN diperoleh pada hari ke-8 fermentasi yaitu meningkat dari 35,61% menjadi 54,64% dan dari 13,44% menjadi 35,86%. Fermentasi tidak mempengaruhi kandungan SDN (P > 0,05) namun mempengaruhi kandungan SDA, PK dan abu (P < 0,01). Dapat disimpulkan bahwa lama fermentasi 8 hari untuk jerami padi dengan menggunakan Trichoderma viride adalah yang optimal. Kata Kunci:
PENDAHULUAN Salah satu hasil ikutan pertanian adalah jerami, yang jumlahnya dapat mencapai 12 – 15 ton per hektar satu kali panen, atau 4 – 5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis padi yang ditanam. Untuk setahunnya diperkirakan produksi jerami dapat mencapai sekitar 20 juta ton.
Di beberapa daerah, jerami padi sudah dimanfaatkan sebagai pakan ternak, terutama di musim kering. Namun karena nilai gizinya yang rendah, memenuhi kebutuhan untuk maintanance saja tidak dapat, apa lagi untukpertumbuhan. Berbagai penelitian pemanfaatan jerami padi dengan suplementasi sisa hasil industri pertanian, maupun dengan hijauan leguminosa segar telah dilakukan
137
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
untuk pakan ternak ruminansia kecil. MARTAWIDJAJA (2003) menyatakan bahwa jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti rumput untuk ternak ruminansia kecil. Untuk menggantikan rumput segar, jerami padi dapat digunakan sampai sekitar 10%, tetapi apabila digunakan bersamaan dengan konsentrat, jerami padi dapat menggantikan rumput sampai sekitar 30% untuk kambing maupun domba. Untuk meningkatkan penggunaan jerami padi perlu ditingkatkan nilai gizinya yaitu melalui fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu jerami padi, dimana pada proses ini terjadi perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang kompleks menjadi sederhana, dengan demikian daya cernanya menjadi lebih efisien. Pada proses fermentasi diperlukan stater, sebagai perombak. Stater yang digunakan adalah mikrobiotik atau campuran mikrobiotik. Mikrobiotik yang digunakan untuk meningkatkan mutu limbah pertanian yaitu kapang jenis Trichoderma maupun Aspergillus. Kapang Trichoderma viride dilaporkan mempunyai sifat selulolitik. Trichoderma viride telah dimanfaatkan untuk mengisolasi xylooligosaccharida dari bronjong sawit (SALINA et al., 2008), memfermentasi limbah agroindustri (PRAYITNO, 2008.), memfermentasi janggel jagung sebagai pakan alternatif pada musim kemarau (ROHAENI et al., 2006). Sedangkan DARMAWIDAH et al. (1998) menggunakan Trichoderma reesei untuk memfermentasi kulit biji kakao. Trichoderma hazianum dipergunakan untuk memfermentasi bahan berserat dari limbah industri sapi potong (KONESHIROM, 1975). Selain itu kapang Aspergillus niger dimanfaatkan pula untuk meningkatkan kualitas bungkil inti sawit (SUPRIYATI et al., 1998). Sedangkan Aspergillus oryzae dipergunakan untuk menfermentasi bahan pakan berserat seperti dilaporkan oleh LUBIS et al. (2002). Demikian pula campuran mikrobiotik digunakan di lapangan seperti starbio atau probion. Penggunaan probiotik di dalam proses fermentasi jerami padi selama 3 minggu meningkatkan kecernaan serat NDF dan ADF masing-masing menjadi 53,97 dan 51,99% (HARYANTO et al., 2004). HA et al. (2001)
138
mengdegradatasi jerami padi dengan kapang dari rumen dan bakteri selulolitik melalui monoco- atau kultur secara sekuensial. Pada penelitian ini dipelajari proses fermentasi jerami dengan menggunakan Trichoderma viride sebagai stater. MATERI DAN METODE Bahan yang digunakan antara lain: jerami, inokulan/mikrobiotik (Trichoderma viride), urea, molases, bahan kimia untuk analisis kimia, dan perlengkapan fermentasi. Alat yang digunakan adalah timbangan pakan dan peralatan laboratorium (antara lain timbangan analitik, oven, tanur, spektrofotometer, AAS, shakerwater bath, autoclove, dll.). Kapang Trichoderma yang dijual di pasaran, dimurnikan dan diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi ITB. Hasil pemurnian kapang ini berupa Trichoderma viride selanjutnya dibiakkan di petri disk, diinokulasikan dalam media cair. Nilai CFU/ ml dari sediaan mikrobiotik Trichoderma viride adalah 1,3 x 109. Larutan stater untuk fermentasi disiapkan dengan cara mencampur 2,5 kg urea, 2,5 kg molases, 2,5 liter sediaan Trichoderma viride dengan air, kemudian diencerkan menjadi 20 liter. Jerami sebanyak 100 kg ditumpuk dengan ketinggian kira-kira 30 cm. Semprot jerami (per tumpukan) dengan larutan stater sebanyak 2 liter. Di atas jerami yang telah disemprot, ditumpuk kembali jerami sebanyak 100 kg, selanjutnya disemprot dengan 2 l larutan stater, dan terus lakukan tahapan ini sampai 10 tumpukan (sekitar 1 ton jerami). Tumpukan jerami ditutup dengan plastik, untuk menjaga kelembaban. Setiap hari dilakukan pengukuran suhu fermentasi sebanyak 2 kali yaitu pagi (jam 08.00) dan siang hari (14.00) selama 16 hari. Pengambilan sampel untuk análisis ku-0, 4, 8, 12 dan 16. Jerami terfermentasi selanjutnya dianalisis komposisi kimia dan kecernaan bahan keringnya. Penelitian dilakukan menggunakan RAL dengan perlakuan 4 lama fermentasi dan ulangan 4 untuk tiap perlakuan (CAMPBELL, 1966).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Peubah yang diamati adalah kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan serat detergen netral (KCSDN), kandungan serat deterjen asam (SDA) dan serat deterjen netral (SDN), kandungan protein kasar, kandungan mineral (Abu). Nilai KCBK dan KCSDN ditetapkan dengan menggunakan metode Tilley and Terry yang dimodifikasi oleh Van Soest (VAN SOEST et al., 1966). Kadar SDN dan SDA dianalisis, masing-masing dengan mengekstraksi contoh dengan larutan deterjen netral dan larutan deterjen asam (AOAC, 1995). Kadar protein diukur secara destruksi dengan asam sulfat dan kyeldahl dilanjutkan dengan pengukuran N menggunakan auto analyzer (AOAC, 2000). Kadar abu ditetapkan dengan mengabukan contoh pada suhu 550oC semalam (AOAC, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan suhu Perubahan suhu selama proses fermentasi jerami menggunakan inokulan Trichoderma viride dapat dilihat pada Gambar 1. Suhu fermentasi hari pertama pada pagi hari adalah 28,0°C, dimana saat itu suhu ruangan fermentasi sekitar 27 – 28°C. Setelah satu hari fermentasi yaitu pada hari ke 2 terjadi
peningkatan suhu fermentasi yaitu 32,3°C pada pagi hari dan sore hari 35,3°C. Perbedaan suhu fermentasi di pagi hari dan suhu pada sore hari saat fermentasi diakibatkan oleh adanya proses biologis dan kimiawi pada substrat (bahan yang difermentasi). Dari Gambar 1 terlihat bahwa suhu fermentasi meningkat menjadi 53°C pada hari ke-7 dan selanjutnya hampir tetap sampai hari ke-11 yaitu antara 53°C dan 54°C. Setelah hari ke-11 suhu fermentasi turun menjadi 37,5°C, yang selanjutnya meningkat kembali pada hari ke-12 dan ke-13 yaitu antara 40°C dan 45°C. Setelah hari ke-13 suhu fermentasi turun kembali dan sampai ke-16, stabil yaitu 42°C. Hal ini mengidentifikasikan bahwa proses fermentasi pada hari ke-7 – 11 adalah yang optimal. Dengan menurunnya suhu pada hari ke-12 sampai ke-16 menandakan bahwa proses masih terus berjalan namun sudah berkurang. Peningkatan suhu pada hari ke-12 sampai hari ke-13 menunjukkan terjadi fermentasi tahap ke-2 yang diakibatkan oleh adanya pertumbuhan mikroba baru yang berasal dari jerami padi, stater ataupun lingkungan. Dari rataan suhu pagi dan sore selama pengamatan, ternyata perubahan suhu antara pagi (jam 8.00) dan siang (jam 15.00) tidaklah banyak berbeda yaitu sekitar 1 derajat Celsius.
60 55
der C
50 45
Pagi
40
Sore
35
Rataan
30 25 20 0
1
2 3
4
5 6
7
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Hari ke-
Gambar 1. Perubahan suhu harian selama proses fermentasi
139
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Perubahan nilai KCBK
Perubahan nilai KCSDN
Hasil pengukuran nilai cerna bahan kering secara in vitro (KCBK) dan hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada fermentasi yang menggunakan inokulan Trichoderma viride ternyata proses fermentasi berpengaruh nyata terhadap nilai KCSDN (P < 0,05). Hal ini sejalan dengan perubahan nilai KCBK. Lamanya fermentasi mempunyai pengaruh yang nyata (P > 0,01) terhadap nilai KCSDN. Waktu 4 hari fermentasi berbeda sangat nyata (P > 0,01) dengan waktu fermentasi 8, 12 dan 16 hari terhadap nilai KCSDN. Demikian pula waktu 8, 12 hari berbeda nyata dengan waktu 16 hari fermentasi. Waktu fermentasi 8 dan 12 hari beda nyata (P < 0,05) terhadap nilai KCSDN. Pada hari ke 8 diperoleh nilai KCBK yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari lainnya. Perubahan nilai KCSDN ini diakibatkan oleh adanya enzim selulase yang diproduksi oleh kapang Trichodema viride. QI et al. (2008) memanfaatkan Trichodema viride untuk produksi enzim selulase pada jerami padi dan dedak gandum secara fermentasi substrat padat. Aktifitas enzim selulase tertinggi diperoleh pada substrat jerami padi yang dikombinasikan dengan dedak gandum pada rasio 3 : 2. CHAHAL (1985) memanfaatkan Trichoderma reesei untuk produksi enzim selulase pada jerami gandum secara fermentasi padat, dengan aktifitas enzim selulase yang diperoleh sebesar 250 – 430 IU/g. Lamanya fermentasi untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi ditinjau dari nilai KCBK dan KCSDN pada percobaan ini yang optimum adalah 8 dan 12 hari. Lama fermentasi bervariasi tergantung substrat dan stater yang digunakan baik untuk meningkatkan kualitas substrat maupun produksi enzim. ROHAENI et al. (2006) melakukan fermentasi janggel jagung menggunakan Trichodema viride selama 4 – 7 hari pada kondisi tertutup. Sedangkan QI et al. (2008) melaporkan lama fermentasi jerami padi yang dikombinasikan dedak gandum untuk memproduksi enzim selulase menggunakan Trichodema viride berkisar antara 72 – 96 jam. Untuk memproduksi enzim selulase pada jerami gandum secara fermentasi padat, CHAHAL (1985) membutuhkan waktu selama 20 hari.
Tabel 1. Nilai KCBK dan KCSDN (%) jerami padi dengan menggunakan inokulan Trichoderma viride Hari ke-
KCBK (%)
KCSDN (%)
35,61 ± 3,42d
13,44d
4
42,15 ± 1,91c
16,67d
8
54,64 ± 0,56a
35,86a
12
52,56 ± 0,55a
27,43b
16
45,99 ± 1,48b
19,82c
SE
1,10
2,50
P
0,01
0,05
0
Huruf yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan berbeda nyata
Perlakuan fermentasi yang menggunakan inokulan Trichoderma viride berpengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap nilai KCBK. Lamanya fermentasi mempunyai pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap nilai KCBK. Waktu 4 hari fermentasi berbeda sangat nyata (P < 0,01) dengan waktu fermentasi 8, 12 dan 16 hari terhadap nilai KCBK. Demikian pula waktu 8, 12 hari berbeda nyata dengan waktu 16 hari fermentasi. Waktu fermentasi 8 dan 12 hari tidak beda nyata (P > 0,05). Pada hari ke-8 diperoleh nilai KCBK yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari lainnya. Peningkatan kecernaan ini diakibatkan oleh adanya aktivitas selulolitik dari Trichodema viride yang berperan aktif mendekomposisi ligonoselulosa sehingga nilai nutrisi dan kecernaan meningkat. Peningkatan nilai kecernaan bahan kering secara in vitro (KCBK) selama fermentasi menggunakan Trichodema viride dilaporkan pula oleh PRAYITNO (2008). Nilai KCBK untuk kulit singkong, kulit kopi dan kulit buah kakao yang difermentasi dengan 5% Trichodema viride selama 5 hari pada suhu 37 derajat kondisi aerob, masing-masing adalah 55,20; 50,60 dan 46,78% dengan nilai KCBO masing-masing sebesar 63,76; 63,1 dan 65,5%.
140
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Perubahan kandungan SDN Pada fermentasi yang menggunakan inokulan Trichoderma viride ternyata proses fermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai SDN (P > 0,05). Lamanya fermentasi mempunyai pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kandungan SDN. Waktu 4 hari fermentasi tidak berbeda nyata (P < 0,05) dengan waktu fermentasi 8, 12 dan 16 hari terhadap kandungan SDN. Namun waktu fermentasi 8, 12 hari berbeda nyata (P < 0,05)
Perubahan kandungan SDA, protein kasar dan abu Hasil analisis serat kasar berupa SDA (serat diterjen asam), protein, dan abu dari jerami terfermentasi 0, 4, 8 dan 12 hari dapat dilihat pada Tabel 2. Fermentasi secara nyata (P < 0,01) mempengaruhi kandungan SDA, yang pada awalnya (sebelum fermentasi) adalah 45,93 ± 0,49% dan setelah fermentasi menjadi 53,00 ± 1,07%. Waktu fermentasi cenderung tidak mempunyai pengaruh yang nyata (P > 0,01), pada fermentasi 8 hari rataan kandungan SDAnya adalah 52,62 ± 0,74% dan setelah 12 hari fermentasi kandungan SDA-nya sebesar 53,39 ± 1,25%. Peningkatan kandungan SDA pada produk fermentasi ini disebabkan adanya dekomposisi senyawa lignoselulosa menjadi selulosa dan selulosa menjadi glukosa, seperti dilaporkan pula oleh PRAYITNO (2008).
dengan waktu 16 hari fermentasi. Demikian pula waktu fermentasi 8 dan 12 hari berbeda nyata (P < 0,05) terhadap kandungan SDN. Kandungan SDN terendah diperoleh pada hari ke-12 fermentasi. Perubahan SDN selama proses fermentasi yang tidak nyata ini, didukung oleh hasil penelitian YULISTIANI et al. (2003), dimana kandungan SDN sedikit meningkat dari 77,71% menjadi 78,93% pada jerami yang disilase selama 6 minggu.
Fermentasi secara nyata (P < 0,01) mempengaruhi kandungan protein kasar, yang pada awalnya (sebelum fermentasi) adalah 4,65 ± 0,21% dan setelah fermentasi menjadi 6,58 ± 0,71%. Waktu fermentasi tidak mempunyai pengaruh yang nyata (P > 0,05), pada fermentasi 8 hari rataan kandungan protein kasarnya adalah 6,56 ± 0,79% dan setelah 12 hari fermentasi kandungan proteinnya sebesar 6,60 ± 0,65%. Peningkatan kandungan protein kasar (PK) disebabkan dalam proses ditambahkan sumber N yang berupa urea, dimana dengan adanya kapang sebagian N dikonsumsi oleh kapang untuk membentuk protein. Peningkatan kandungan PK terjadi pula pada proses fermentasi dengan menggunakan substrat singkong (KOMPIANG, et al., 1994), onggok (SUPRIYATI, 2003), bungkil inti sawit (SUPRIYATI et al., 1998). Fermentasi secara sangat nyata (P < 0,01) mempengaruhi kandungan abu, yang pada
Tabel 2. Kandungan SDA, SDN, protein kasar dan abu (%) jerami padi terfermentasi Hari ke-
SDN (%)
SDA (%)
Protein kasar (%)
Abu (%)
0
69,55
45,93 ± 0,49b
4,65 ± 0,21b
19,81 ± 0,31b
4
69,43
52,92 ± 0,56a
6.57 ± 0,56a
21,71± 0,27a
8
70,78
52,72 ± 0,62a
6.55 ± 0.53a
23,48 ± 0,27a
12
66,99
52,29 ± 0,72a
6,56 ± 0,51a
22,77 ± 0, 80a
16
72,79
-
-
-
Rataan
70,00
-
-
-
SEM
1,66
0,98
0,55
0,46
P > 0,05
P < 0,01
P < 0,01
P < 0,01
P
Huruf yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan berbeda nyata
141
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
awalnya (sebelum fermentasi) adalah 19,81 ± 0,31% dan setelah fermentasi menjadi 22,84 ± 0,97%. Hal ini menunjukkan adanya kehilangan bahan organik selama proses fermentasi. Kadar abu tidak dipengaruhi oleh lamanya fermentasi.
HARYANTO, B., SUPRIYATI, A. THALIB dan S.N. JARMANI. 2004. Peningkatan nilai hayati jerami padi melalui bio-proses fermentatif dan penambahan zinc organik. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 473 – 478.
KESIMPULAN
KOMPIANG, I-P., A.P. SINURAT, S. KOMPIANG, T. PURWADARIA dan J. DARMA. 1994. Nutritional value of protein enriched- cassapro. Ilmu dan Peternakan 7(8): 22 – 25.
Fermentasi jerami padi dengan menggunakan kapang Trichoderma viride dapat meningkatkan nilai KCBK dan KCSDN, SDA dan PK, namun tidak meningkatkan kandungan SDN dan abu. Lama fermentasi yang terbaik adalah 8 – 12 hari pada suhu ruang dan kondisi aerob. UCAPAN TERIMA KASIH
KONESHIRO, T. B.F. KALSON and J.H. STONEKER. 1975. Fibrous material in Feedlot waste fermented by Trichoderma viride. Applied Microbiol. 30(5): 876 – 878. LUBIS, D., E. WINA, B. HARYANTO, and T. SUHARGIANTATMO. 2002. Effectiveness of Aspergillus oryzae fermentation culture to improve digestion of fibrous feeds: In vitro. JITV 7(2): 90 – 98.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pimpinan P4MI Badan Litbang Pertanian atas dana yang disediakan untuk penelitian ini. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Rika (Mahasiswa Universitas Pakuan) yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
MARTAWIDJAJA, M., I. KETUT SUTAMA., I-G.M. BUDIARSANA dan T. KOSTAMAN. 2004. Produktivitas Kambing PE yang diberi pakan jerami padi fermentasi. Laporan akhir Penelitian APBN TA. 2003. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists 1995.973.18.
AOAC. 1995. Official Method Analysis of the Asociation of Official Analytical Chemits 976.06. AOAC. 2000. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. 2000.942.05. CAMPBELL, R.C. 1967. Statistics for Biologist. Cambridge University Press, New York. CHAHAL, D.S. 1985. Solid state fermentation with Trichoderma reesei for celullase production. Applied and Envireonment Microbiology. 49(1): 204 – 210. DARMAWIDAH, A., A. NURHAYU dan M. SARIUBANG. 1998. Pemanfaatan kulit biji kakao sebagai pakan ternak. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 – 2 Desember 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 523 – 525. HA, J.K., S.S. LEE, S.W. KIM, I.K. HAN and K.J. CHENG. 2001. Degradation of rice straw by rumen fungi and cellulolytic bacteria through mono-, co-or sequential cultures. A. J. Anim. Sci. 14(6): 797 − 802.
142
PRAYITNO, C.H. 2008. Suplementasi mikromineral pada limbah agroindustri yang difermentasi Trichoderma viride yang ditinjau dari konsentrasi VFA dan N-NH3 secra in vitro. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 11 – 12 Nopember 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 761 – 767. QI, B., R. YAO, Y. YU and Y. CHEN. 2008. Influence of different ratios of rice straw to wheat bran on production of cellulolytic enzymes by Trichoderma viride Zy-01 in solid state fermentation. Electronic J. Environ. Agric. Food Chem. 7(9): 3239 – 3247. ROHAENI, E.S., N. AMALI dan A. SUBHAN. 2006. Janggel jagung fermentasi sebagai pakan alternatif untuk sapi pada musim kemarau. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Pontianak, . Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 185 – 192. SALINA, F.H., A. FAZILAH, M.N. MOHD.AZEMI and M.H. NORZIAH. 2008. Enzymatic hydrolysis and isolation of oil palm frond derived xylooligosaccharides by xylanase Trichoderma viride. International Conference on
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Environmental Research and Technology (ICERT 2008), Malaysia. SUPRIYATI, T. PASARIBU, H. HAMID dan A. SINURAT. 1998. Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat padat dengan menggunakan A. niger. JITV 3(3): 165 – 170. SUPRIYATI. 2003. Onggok terfermentasi dan pemanfaatannya dalam ransum ayam ras pedaging. JITV 8(3): 146 – 150.
VAN SOEST, J.P., R.H. WINE and L.A. MOORE. 1966. Estimation of the true digestibility of forages by the in vitro digestion of cell walls. Proc. 10th intern 11. Grassland Cong. pp. 438 – 441. YULISTIANI, D., J.R. GALAGHER and R.J. VANBARNEVELD. 2003. Intake and Digestibility of untreated and urea treated rice straw base diet fed to sheep. JITV 8(1): 8 – 16.
143