Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
TEKHNIK-TEKHNIK PENCAHAYAAN PADA OBYEK JERUK UNTUK MENGHASILKAN KARYA FOTOGRAFI Febby Rut dan Khaerul Saleh Abstrak Penciptaan karya dengan media fotografi ini memiliki tujuan untuk menghasilkan karya foto dengan beberapa tekhnik pencahayaan menggunakan lampu listrik serta memanfaatkan obyek sederhana seperti jeruk. Berikutkan akan diuraikan dan dijelaskan bagaimana proses pembuatan karya yang diciptakan mulai dari awal hingga selesai. Karya yang diteliti berjumlah 20 karya. Dalam penciptaan karya ini, penulis menggunakan media fotografi seperti kamera SLR Nikon D3000, yang sebelumnya diawali dengan mengolah beberapa jenis jeruk menjadi obyek yang menarik untuk di foto dan dilanjutkaan dengan teknik pengambilan gambar dengan beberapa tekhnik pencahayaan. Karya yang telah selesai di foto akan di nilai oleh para apresiator yaitu dosen fotografi untuk dilihat tingkat keberhasilan dari karya tersebut dengan melihat aspek fotografi seperti sudut pandang, pencahayaan, komposisi dan ketajaman. Kata Kunci: Tekhnik Pencahayaan, Fotografi, Jeruk PENDAHULUAN Fotografi merupakan seni merekam gambar berdasarkan pencahayaan dengan menggunakan alat yang disebut kamera. Fotografi juga merupakan perpaduan antara teknologi dan seni. Pengambilan gambar memerlukan teknik khusus yang harus dipelajari lebih lanjut. Pengetahuan akan pencahayaan yang baik akan menghasilkan karya-karya yang menarik.Tanpa adanya pencahayaan karya foto tidak dapat diciptakan. Karena cahaya adalah suatu bentuk pancaran energy yang mempunyai kapasitas atau kemampuan untuk merangsang sensasi penglihatan. Obyek hanya bisa dipotret bila objek itu memantulkan cahaya, kalau di dalam ruangan yang gelap tidak satupun obyek dapat dipotret. Cahaya merupakan bahan penting dalam pemotretan, dengan adanya cahaya sebuah obyek foto bisa terekam dalam kamera. Cahaya dibutuhkan dalam pemotretan maupun pada waktu mencetak foto. Fotografi dapat juga disebut melukis dengan cahaya. Sehubungan dengan ini, masalah teknik pencahayaan harus dikuasai. Masalah dalam hal ini adalah banyaknya kemungkinan teknik pencahayaan yang dapat dilakukan dan kesediaan alat bantu untuk mencapai hasil yang baik. Masalah pencahayaan tidak cukup hanya bergantung pada pencahayaan alamiah karena cahaya alam selalu berubahubah dari waktu kewaktu, apabila kelebihan cahaya hasilnya akan over dan bila kekurangan cahaya hasilnya akan under. Dalam hal ini diperlukan alat bantu pencahayaan yang memadai. Setelah alat-alat yang dianggap memadai tersedia berikutnya dalam peraktek harus memperhatikan arah dan efek pencahayaan yang di hasilkan dari suatu sumber cahaya. Dalam pencahayaan secara garis besar memiliki beberapa arah sumber pencahayaan antara lain front ligh, side light, graze lighting, top light, bottom/base light, dan back light. Dengan tekhnik ini lah penulis
1
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
menerapkan pencahayaan yang digunakan dalam penciptaan foto eksperimen. Selain itu, dengan menerapkan teknik-teknik arah pencahayaan, penulis ingin mengetahui pencahayaan bagaimana yang dapat menghasilkan efek artistik. Di samping masalah penggunaan alat bantu pencahayaan, masalah pancaran cahaya pada obyek foto belum tentu sesuai dengan yang diinginkan yaitu menghasilkan karya-karya foto yang tampak estetik. Ketidak tepatan pengukuran cahaya tidak hanya membuat pola dasar obyek foto yang dipotret menjadi tidak kenal lagi, tetapi dapat juga membuat warna-warna sangat kontras dan tidak harmonis satu sama lain. Hal ini lah yang membuat kita harus memperhatikan aspek-aspek yang penting dalam pencahayaan seperti kuantitas yaitu pengaturan pencahayaan melalui kamera mulai dari kecepatan, ISO dan aperture, yang berikutnya adalah warna/suhu yang dapat di atur melalui white balance, dan selanjutnya adalah arah pencahayaan sesuai keinginan dan yang terakhir adalah kualitas cahaya yang merujuk kepada seberapa keras atau lembut cahaya. Dengan ini diperlukan kecermatan, ketrampilan dan percobaan-percobaan berulang kali. Masalah lain adalah pemilihan objek foto yang diharapkan dapat memberi efek artistik baik dari segi bentuk dasarnya maupun tekstur benda obyek tersebut. Sehubungan dengan ini peneliti mencoba menciptakan karya foto dengan menggunakan jeruk sebagai obyek foto. Penulis menggunakan jeruk sebagai obyek karena ketertarikan penulis dari segi tekstur jeruk yang unik mulai dari kulitnya hingga bulir jeruk tersebut. Pada obyek jeruk ini semua bagian dapat di foto mulai dari bagian luarnya yang bisa menonjolkan tekstur yang berpori-pori, dan bagian dalam yaitu bulirnya. Selain itu penulis ingin menampilkan jeruk tidak hanya terlihat seperti jeruk pada umumnya tetapi menampilkan suatu foto di mana jeruk tersebut dapat di kreativitaskan. Jeruk adalah nama umum jenis tumbuh-tumbuhan termasuk keluarga citrus (Lat.), suku Rutaceae (Lat.); dikenal dalam berbagai jenis dan varitas. Beberapa jenis jeruk yang dikenal misalnya: jeruk bali, jeruk kesturi, jeruk keprok, jeruk kingkit, jeruk kuwik, jeruk lemon, jeruk manis, jeruk nipis, jeruk purut, jeruk sambal dan jeruk sitrun(Van Hoeve, 1987, p. 1588). Agar menghasilkan komposisi hasil foto yang baik, penempatan dan penyusunan obyek jeruk dalam peraktek pemotretan harus di perhatikan untuk menghasilkan efek sinar sesuai dengan konsep penciptaan. Rumusan Masalah 1. 2. 3.
Bagaimana Tekhnik pencahayaan dalam penciptaan foto eksperimen terhadap obyek jeruk? Mengapa penting menggunakan aspek pencahayaan? Bagaimana pencahayaan yang baik untuk menghasilkan efek yang artistik?
Tujuan Penelitian 1. 2. 3.
Untuk mengetahui tekhnik pencahayaan dalam penciptaan foto eksperimen terhadap obyek jeruk. Untuk mengetahui pentingnya aspek pencahayaan. Untuk mengetahui pencahayaan yang baik untuk menghasilkan efek yang artistik.
2
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
Kegunaan Penelitian 1. 2. 3.
Sebagai bahan pameran atau tugas akhir. Sebagai bahan evaluasi diri dalam pengalaman penciptaan obyek jeruk. Sebagai bahan masukan dari apresiator atau pengamat.
ISI Pengertian Tekhnik Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia moderen, ”tekhnik merupakan pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin); cara (kepandaian dsb.) membuat atau melakukan sesuatu yg berhubungan dengan seni” (Mohamad Ali, 2002, p. 612). Pengertian Cahaya Cahaya merupakan pantulan dari sinar. Dimana sinar memegang peran penting dalam semua seni visual. Pada siang hari, sinar yang diperlukan pada umumnya berasal dari matahari, sementara pada malam hari sinar dapat diadakan dengan bantuan lampu atau obor. Berkat adanya sinar kita bisa melihat benda di sekitar kita. Sinar yang jatuh pada suatu benda dipantulkan kembali oleh benda tersebut ke segala jurusan. Pantulan yang sampai pada mata, membuat kita melihat benda tersebut, sehingga persepsi wujud dari benda, tergantung dari pantulan sinar yang sampai. Misalnya, suatu bola yang disinari oleh lampu yang terletak persis di belakang kita memantulkan sinar secara merata pada mata, hingga yang terlihat adalah lapangan yang bundar. Jika lampunya digeser ke kiri atau kanan, sebagian sinar yang mengenai bola itu tidak dipantulkan ke arah mata kita. Mata kita akan mempersepsi benda tersebut berwujud bulat (A.A.M. Djelantik, 1999, p. 24). Sumber cahaya dapat di kategorikan menjadi dua yaitu sumber cahaya alami yaitu sumber cahaya yang berasal dari matahari dan sumber cahaya buatan yang berasal dari lampu. Menurut Nana Lesmana seorang fotografer indonesia dalam bukunya Memotret dengan DSLR (Nana lesmana, 2011, p. 36). Bahwa dalam pencahayaan secara garis besar memiliki beberapa arah pencahayaan antara lain: 1) Front light (pencahayaan dari arah depan), 2) Side light (pencahayaan dari arah samping), 3) Graze lighting (pencahayaan dari sudut 900), 4) Back light (pencahayaan dari arah belakang), 5) Top light (pencahayaan dari arah atas), 6) Bottom light atau base light (pencahayaan dari arah bawah). Pengertian Obyek Dalam kamus bahasa Indonesia “obyek adalah hal, perkara atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan: sasaran, tujuan; pelengkap, tujuan penderita. Bisa berupa benda mati atau makhluk hidup” (Muhammad Ali, 2002, p. 273). Obyek foto merupakan bagian penting dalam menciptakan foto yang baik. Bila obyek berasal dari benda hidup atau bergerak, misalnya manusia, setidaknya dapat diatur, ditata, dan dipoles, agar tampilannya lebih baik. Semua jenis obyek akan menjadi pendorong keberhasilan dalam pemotretan jika mudah diatur ditata sesuai keinginan seorang pemotret. Seorang fotografer harus dapat menentukan ketajaman obyek yang akan difotonya. Apakah obyek tersebut dibuat fokus semuanya atau hanya obyek utama saja yang difokuskan sedangkan obyek lain tidak di fokuskan.
3
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
Pengertian jeruk Jeruk adalah nama umum jenis tumbuh-tumbuhan termasuk keluarga citrus (Lat.), suku Rutaceae (Lat.); dikenal dalam berbagai jenis dan varitas. Adapun Jenis-jenis jeruk adalah: 1) Jeruk bali, 2) jeruk kesturi, 3) jeruk keprok, 4) jeruk kingkit, 5) jeruk kuwik, 6) jeruk lemon, 7) jeruk manis, 8) jeruk nipis (Van Hoeve, 1987, p. 1588). Pengertian Fotografi Fotografi atau photography (dalam bahasa inggris), berasal dari dua kata yaitu photos yang berarti cahaya dan Graphos yang berarti tulisan/lukisan /gambar. Jadi fotografi adalah proses melukis/menulis/perekaman suatu gambar dengan bantuan cahaya melalui sebuah media perekam, baik film, sensor digital, atau lainnya. Dalam bahasa umum, fotografi merupakan suatu proses untuk menghasilkan suatu gambar atau karya foto dari berbagai obyek dengan cara merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek setelah dibiaskan oleh lensa ke medium perekam yang peka cahaya, baik itu film maupun sensor digital. Jadi bisa disimpulkan bahwa tidak adanya cahaya, berarti tidak ada gambar/foto dapat dibuat/diciptakan. Jadi intinya, fotografi adalah cara memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan dari lensa sehingga cahaya tersebut mampu membakar medium peka cahaya (film negative, film positif, sensor digital, dan lain-lain). Medium peka cahaya yang telah terbakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat, akan mampu menghasilkan bayangan yang identik dengan cahaya yang melewati medium pembiasan (lensa) (Nana Lesmana, 2011, p. 1). Jenis-jenis fotografi Jenis-jenis foto dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: a. foto jurnalistik yaitu cabang fotografi yang khusus menampilkan foto-foto yang mempunyai nilai berita, baik benda atau situasi kehidupan manusia yang menarik perhatian umum, b. foto fine art (seni murni) yaitu cabang fotografi yang dibuat semata-mata karena minat dan kesukaan sang fotografer. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis, dan c. foto komersia cabang dari fotografi professional, di mana fotografer bekerja untuk memenuhi kebutuhan industri periklanan, penjualan, dan peragaan untuk media massa atau publikasi khusus. (Budhi Santoso, 2010, p. 14). Alat dan bahan Menurut kamus besar bahasa indonesia “alat adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu; perkakas; perabot; yang dipakai untuk mencapai maksud” (Suharso & Ana Retnoningsih, 2005, p. 5). Alat yang umum digunakan dalam bidang fotografi antara lain adalah: a) Kamera analog atau kamera digital, Kamera merupakan jantung dari fotografi dan merupakan alat yang sangat mutlak di perlukan dalam pemotretan. Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan sensor CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital, b) Film (untuk kamera analog), CCD Charged Coupled Device (untuk kamera digital) Film merupakan media utama merekam gambar dan CCD dioptimalkan untuk penangkapan cahaya berkualitas tinggi, c) Lensa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kamera karena lensa berfungsi untuk menangkap cahaya yang
4
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
dipantulkan suatu benda sehingga benda tersebut dapat direkam ke dalam media peka cahaya bisa film maupun sensor digital, d) Filter, Filter merupakan penyaring dalam bentuk kaca (atau bahan lain yang tembus cahaya) yang mempunyai ketebalan rata, dipasang pada ujung tabung lensa, e) Tripod, merupakan peralatan penunjang kamera yang berfungsi untuk mengurangi efek getar atau lazim di sebut shake yang dapat menurunkan ketajaman optimal lensa sehingga foto dapat berkesan tidak tajam karena getaran, f) Flash atau lampu kilat berfungsi sebagai pengganti cahaya matahari, yang dalam prakteknya bisa digunakan padasaat lokasi atau objek yang hendak kita foto kekurangan cahaya, g) Reflector cahaya merupakan suatu alat untuk memantulkan cahaya, h) Lampu sorot merupakan alat untuk menerangi objek foto, i) Light meter (alat pengukur cahaya) merupakan alat pengukur cahaya, biasanya dipakai dalam pemotretan untuk menentukan besar diafragma atau kecepatan pada suatu kondisi pencahayaan, j) Obyek foto merupakan sasaran yang dibidik dengan kamera, k) Studio fotoadalah jenis fotografi yang pada awalnya banyak dilakukan di dalam ruangan untuk menciptakan gambar sesuai keinginan fotografer. Fotografi jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan direncanakan. Pada zaman sekarang, pemotretan tidak hanya di lakukan di dalam ruangan saja. Tetapi bisa di lakukan di luar ruangan seperti pemotretan outdoor (Nana Lesmana, 2011, p. 53). Bahan adalah segala sesuatu yang sifatnya habis pakai, yang diperlukan untuk fotografi misalnya: film dan kertas” (Suharso & Ana Retnoningsih, 2005, p. 21). Sudut pandang pemotretan Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan pemotretan. Maka dari itu, jika ingin mendapatkan suatu momen dan mendapatkan hasil yang terbaik, jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan bebagai sudut pandang dari atas, bawah, samping, sampai kepada sudut ekstrim. Angle of view (sudut pemotretan) pun juga mempengaruhi karakter objek. Jika dipotret dari atas, maka objek jadi tampak kecil dan tertekan. Jika dari bawah, jadi tampak gagah dan monumental. Ada beberapa sudut pemotretan yang biasa digunakan : a) Eye level viewing Adalah sudut pengambilan foto yang paling umum dilakukan, yaitu pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri. Hasilnya tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol, kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, b) Bird eye viewing, Objek dibidik dari atas.efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek, dan kecil. Biasanya digunakan untuk memotret suatu lokasi atau landskap, c) Low angle camera, pemotretan dilakukan dari bawah. Efek yang timbul distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar. Namun bagi yang kreatif, bisa digunakan untuk menghasilkan efek khusus, d) Frog eye viewing, sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke atas, tapi mendatar dan dilakukan dengan tiarap. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan dan untuk memotret flora serta fauna, e) Waist level viewing, pemotretan yang dilakukan sebatas pinggang. Arah lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela pengamat). Sudut pengambilan seperti ini biasanya digunakan untuk foto-foto candid. Tapi pengambilan foto seperti ini bersifat
5
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
spekulatif, f) High handheld position, Pemotretan yang dilakukan dengan cara mengangkat kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan tanpa membidik ada unsur spekulatif juga di sini. Namun, ada kiat untuk melakukan pemotretan dengan sudut penglihatan ini, yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar dan memosisikan gelang focus pada tak terhingga, kemudian memutar balik sedikit saja. Pemotretan seperti ini biasanya dilakukan untuk memotret tempat keramaian (Hasanul Arifin & Yuliansyah, 2011, p. 35). Komposisi Komposisi dalam fotografi adalah suatu usaha penyusunan di mana komposisi bisa terlihat sederhana, rumit, mengisolasi, konsentrasi, aksentuasi (penekanan) dalam penyajian warna. Semua usaha tersebut dapat mendukung dan menggarisbawahi isi dari gambar/foto. Ada beberapa macam komposisi yang dapat dipergunakan dalam memotret obyek, antara lain komposisi simetris, asimetris (tidal simetris), sentral, diagonal, vertikal dan horizontal (Lesie Yuliadewi, 2000, p. 53). 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komposisi simetris yaitu komposisi yang mempunyai keseimbangan sama dengan bentuk yang sama pula. Komposisi asimetris (tidak simetris) yaitu komposisi yang mempunyai keseimbangan sama dengan bentuk yang tidak tentu sama. Komposisi sentral yaitu yaitu komposisi yang seolah-olah membentuk arah garis menuju kesatu titik pusat. Komposisi diagonal yaitu komposisi yang seolah-olah membentuk arah garis miring. Komposisi vertikal yaitu komposisi yang seolah-olah membentuk arah garis tegak. Komposisi horizontal komposisi yang seolah-olah membentuk arah garis mendatar.
Teori Penciptaan Kata penciptaan dalam bahasa Indonesia mengandung arti “menggabungkan satu atau lebih hal menjadi satu produk baru yang bernilai guna bagi masrayakat” (Mohammad Ali, 2002, p. 66). Dalam bahasa inggris disebut creation yang kata kerjanya adalah to create. Pengertiannya antara lain adalah: menyebabkan sesuatu menjadi ada menyempurnakan ; mengembangkan, mempengaruhi rangking, fungsi dsb, dan melukis (suatu karakter) secara efektif pertama kali (Jhon M. Echols&Hassan Shadily, 1976, p. 156). Penciptaan disebut juga kreativitas. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang baru, bisa dilihat, dan didengar. Ide dan konsep menjadi factor utama dalam penciptaan karya seni. Timbulnya ide terjadi karema adanya dorongan dari dalam dan luar diri penciptanya. Dari ide tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah konsep penciptaan. Dalam konsep penciptaan karya tersebut memuat berbagai aspek yang terkait hingga terwujudnya karya seni yang diinginkan, diantaranya adalah wujud, tujuan, manfaat, media dan teknis yang dipergunakan dan bagaimana mempresentasikannya (M.Suparwoto, 2005, p. 112). Dalam buku estetika sebuah pengantar yang ditulis oleh Dr.A.A.M. Djelanti tertulis, “pembahasan tentang perwujudan karya seni tidak dapat diakhiri tanpa
6
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
menyebut bahwa antara perwujudan karya seni terdapat dua macam perbuatan yang berbeda secara mendasar: Kreativitas, menghasilkan kreasi baru dan Produktifitas, menghasilkan produksi baru, yang merupakan ulangan dari apa yang telah terwuju, walaupun sedikit percobaan atau variasi di dalam pola yang telah ada. Diantara kedua jenis ini terdapat perwujudan yang bukan sepenuhnya kreasi baru, yang bersifat peralihan di tengah, yang memasukan unsur-unsur yang baru ke dalam sesuatu yang telah ada, atau mengolahnya dengan cara yang baru, yang belum pernah dilakukan, yang bersifat “original” (asli). Karya demikian yang disebut gegubahan, atau pengolahan ; adalah suatu pelaksanaan yang berdasarkan pola pikiran yang baru atau pola-laksana-seni yang baru, yang diciptakan sendiri. Kreativitas menyangkut penemuan sesuatu yang seni nya belum pernah terwujud sebelumnya. Apa yang dimaksud dengan seni nya tidak mudah ditangkap, karena ini menyangkut sesuatu yang prinsipil, dan konseptual. Yang dimaksudkan bukanlah hanya wujud yang baru, tetapi adanya pembaharuan dalam konsep-konsep estetikanya sendiri, atau penemuan konsep yang baru sama sekali” (Dr.A. A. M. Djelantik, 1999, p. 67). Dalam buku refleksi Seni Rupa Indonesia yang diambil dari kutipan asas-asas identitas seni rupa nasional oleh Ahmad Sadali tertulis, “Hasil karya seni hendaknya tampil dengan keserasian dan keseimbangan potensialitas keterampilan yang bersifat menyeluruh. Dengan kata lain dapat diterangkan bahwa keterampilan itu mesti ada sejak seniman memepersiapkan diri pada fase persiapan. Pada fase ini ia mampu memasang sikap lahir dan batin secara optimal untuk menumbuhkan ide dan citra. Berikutnya, ia menggumuli ide dan citra itu pada fase pengeraman (incubation phase); jiwanya terbuka untuk menerima ilham tanpa pembiusan diri dengan cara-cara yang dibuat-buat, yang datang dan perginya tidak dapat diperhitungkan secara rasional. Akhirnya, ia harus sekatan dan memiliki ketangguhan untuk meneruskan karyanya pada fase pengolahan dan penyelesaian sampai akhir proses kreativitas. Uraian itu membuktikan betapa erat tali-menali identitas dengan derajat mutu keterampilan sang seniman dalam memasang sikap dan bekerja dari tahap ke tahap sebagai proses pengungkapan diri. Selanjutnya, karena segi intuitif dan irasionalis ternyata banyak berperan di dalam apa yang kita pahami dengan keterampilan, maka pada eskplorasi asas identitas itu pun tidak dapat selalu berpegang kepada ukuran-ukuran yang pasti dengan sendirinya” (Ahmad Sadali, 2000, p. 19). LANDASAN PENCIPTAAN Jeruk sebagai obyek utama dalam pemotretan karya fotografi yang diciptakan oleh penulis adalah penciptaan karya foto dengan menerapkan berbagai tekhnik-tekhnik arah pencahayaan. Dimana setiap arah pencahayaan dapat menimbulkan kesan yang berbeda-beda. Jika pencahayaan dari arah depan obyek, efek yang dihasilkan memberikan suatu kesan yang rata tanpa adanya dimensi dan bayangan relatif sempit. Hasil dari pencahayaan ini kurang dapat menggambarkan bentuk dari obyek yang difoto dan kurang mampu memunculkan detail secara baik. sedangkan pencahayaan dari arah samping obyek, efek pencahayaan ini memunculkan tekstur dan detail dari obyek foto. Jika pencahayaan dari sudut 900 efek yang dihasilkan adalah memunculkan bayangan yang keras dan kekontrasan warna. Dan pencahayaan dari arah atas obyek biasanya dipergunakan untuk menyinari bagian atas obyek yang dapat memunculkan detail obyek foto. Jika pencahayaan dari arah bawah obyek biasanya digunakan sebagai cahaya pengisi
7
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
atau cahaya tambahan untuk mengurangi kontras dari cahaya utama. Dan pencahayaan dari arah belakang memberikan efek yang dihasilkan adalah siluet. Ketertarikan penulis untuk menciptakan karya foto jeruk karena teksturnya yang menarik, ketertarikan akan obyek foto ini membuat peneliti selalu bereksperimen dalam menentukan arah datangnya cahaya. Dengan berbagai arah datangnya cahaya penulis ingin menampilkan efek yang bagaimana yang akan dihasilkan jeruk jika cahaya di arahkan dari berbagai arah. Arah datangnya cahaya sangat mempengaruhi penampilan obyek secara keseluruhan. Dengan menentukan arah datangnya cahaya, peneliti dapat membuat foto yang lebih menarik. selain itu penulis ingin mengetahui arah pencahayaan yang bagai mana yang sesuai untuk menampilkan karakter atau cirri khas dari obyek jeruk tersebut. Untuk menghasilkan karya foto dengan obyek jeruk, peneliti harus mempersiapkan peralatan dan bahan sebagai pendukung dalam proses pembuatan karya foto obyek jeruk tersebut, dalam proses pembuatan karya foto jeruk alat yang harus dipersiapkan adalah kamera, tripod, lampu sebagai sumber cahaya dan meja kaca. Pemilihan Material, Alat dan Teknik Dalam menciptakan karya fotografi, penulis sendiri harus mempersiapkan hal-hal yang mendukung untuk menciptakan karya-karya foto yang sudah direncanakan. Telah diketahui bahwa material adalah bahan utama dalam menciptakan karyakarya fotografi. Di dalam penciptaan karya-karya fotografi yang harus dipersiapkan adalah : 1) Material yang digunakan dalam proses penciptaan ini antara lain adalah Kain satin, kain katun, kertas kalkir, kulit kayu, dan kertas foto jenis glossy (mengkilat), 2) alat untuk menciptakan karya foto yang diperlukan kamera, memory card, lensa, tripod, lampu sorot. Tahap Penciptaan (Perlakuan dan Rancangan) Penemuan gagasan/ide 1) fase persiapan, 2) fase pengeraman (incubation phase), 3) fase inspirasi dan terakhir 4) fase pengolahan dan penyelesaian sampai akhir proses kreativitas. Tahap perwujudan karya, tahap proses pencetakan, tahap pemilihan karya untuk obyek analisis. HASIL PEMOTRETAN Pada proses penciptaan ini peneliti menghasilkan 20 karya foto di mana karya tersebut telah di pamerkan pada mata kuliah pameran. Semua karya difoto menggunakan kamera digital Nikon D.3000 dengan lensa tele macro AF70-300mm F/4-5.6 dan AF-S DX NIKKOR 18-55mm dengan kekuatan bukaan diafragma F/3.5-5.6G VR. Obyek foto adalah jeruk. Pemotretan di lakukan dengan variasi pencahayaan. Keseluruhan karya di potret di dalam ruangan dengan menggunakan berbagai perlengkapan pemotretan dengan mengatur berbagai arah pencahan yang menerpa obyek mulai dari arah depan , arah samping kiri, arah samping kanan, arah atas, arah bawah dan arah belakang. Untunk menghindari gambar “blur” pada pemotretan dengan kecepatan lambat, digunakan alat berupa tripod. Keseluruhan karya tersebut akan di analisis oleh pencipta tetapi terlebih dahulu di analisis oleh dosen fotografi. Foto yang telah di pamerakan tersebut digunakan sebagai sampel yang dinilai oleh ketiga orang penilai yang mengerti tentang fotografi .Karya foto peneliti akan di beri penilaian berdasarkan aspek fotografi
8
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
yang terdiri dari aspek pencahayaan, aspek sudut pandang, aspek komposisi dan aspek ketajaman yang ada pada foto tersebut PEMBAHASAN Pada penciptaan foto tehnik pencahayaan pada obyek jeruk sangatlah membutuhkan pencahayaan untuk mengasilkan efek-efek khusus seperti pencahayaan dari depan yang menghasilkan kesan yang rata, pencahayaan dari samping yang menonjolkan tekstur serta detai dari obyek, pencahayaan dari sudut 900 yang memunculkan bayangan yang keras dan kekontrasan warna, pencahayaan dari atas yang memunculkan detail dari obyek, pencahayaan dari bawah yang menghasilkan efek sinar yang unik, dan pencahayaan dari belakang menciptakan siluet yang bisa menyajikan bentuk dari obyek. Keseluruhan foto menggunakan diafragma yang beragam, jika menggunakan dua sumber pencahayaan buatan maka diafragma yang digunakan mulai dari 9.0 sampai 10.0 sedangkan jika menggunakan satu sumber cahaya buatan, maka diarfagma yang digunakan mulai dari 5.0 sampai 5.6. Berdasarkan pengamatan dari ketiga penilai, maka pencahayaan yang baik yang menghasilkan efek artistik yaitu pencahayaan dari samping obyek yaitu pada karya III, IV dan XIII, pencahayaan dari atas obyek seperti karya nomor XIV, pencahayaan dari belakang obyek seperti karya XVIII dan pencahayaan dari bawah seperti karya XIX yang mendapat nilai 4 ( sangat berhasil). Berdasarkan pengamatan secara menyeluruh dari ketiga penilai maka karya foto tekhnik pencahayaan pada obyek jeruk berjumlah 20 karya dari aspek pencahayaan, sudut pandang, komposisi dan ketajaman dapat dijelaskan bahwa secara umum hasil pemotretan dari keempat aspek memuaskan. Dapat dilihat pada aspek pencahayaan dengan nilai 3,67 (berhasil), aspek sudut pandang dengan nilai 3,49 (berhasil), aspek komposisi dengan nilai 3,37 (berhasil) dan aspek ketajaman 3,36 (berhasil). Walaupun secara keseluruhan karya mencapai nilai berhasil, tetapi masih memiliki beberapa kesalahan yaitu pada karya 16 (kumpulan) hanya menggunakan cahaya utama dari bawah saja, sehingga detail tekstur pada jeruk kurang ditampilkan. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan yang dilihat dari hasil penelitian kemudian dianalisis pada bab terdahulu maka dapat disimpulkan : 1.
Bahwa tekhnik-tekhnik pencahayaan yang digunakan dalam foto eksperimen jeruk adalah pencahayaan dari atas pada karya XIV, pencahayaan dari sudut 900 pada karya II, XIII, pencahayaan dari samping pada karya III, XII, pencahayaan dari belakang pada karya XI, XVIII, pencahayaan dari bawah pada karya V, VI, VIII, XVI, XIX, XX, dan pencahayaan dari depan pada karya IX, XV, XVII. Pada foto eksperimen jeruk ini juga ada menggunakan dua arah pencahayaan yaitu pencahayaan dari bawah dan depan terdapat pada karya VII, pencahayaan dari atas dan bawah pada karya I, pencahayaan dari belakang dan bawah pada karya IV, dan pencahayaan dari samping kiri dan kanan pada karya X.
9
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
2.
3.
4.
Pada penggunaan aspek pencahayaan terhadap foto jeruk, penggunaan iso mulai dari 100-200 karena jika menggunakan iso lebih dari 200 foto yang dihasilkan akan menjadi noise. Pada penggunaan diafragma jika menggunakan satu pencahayaan maka diafragma yang digunakan mulai dari f/5.0 – f/5.6 dan jika menggunakan dua pencahayaan maka diafragma yang digunakan f/9.0 – f/10.0. Dan pada penggunaan kecepatan / speed pada foto jeruk menggunakan 1/40 – 1/500. Berdasarkan pengamatan dari ketiga penilai, maka pencahayaan yang baik yang menghasilkan efek artistik yaitu pencahayaan dari samping obyek yaitu pada karya III, IV dan XIII, pencahayaan dari atas obyek seperti karya nomor XIV, pencahayaan dari belakang obyek seperti karya XVIII dan pencahayaan dari bawah seperti karya XIX yang mendapat nilai 4 ( sangat berhasil). Sudut pandang yang digunakan adalah bird eye viewing yaitu obyek dibidik dari atas, dan Eye level viewing yaitu pemotretan sebatas mata.
Saran Dari hasil penilaian dan pembahasan maka hal yang harus diperhatikan untuk langkah kedepannya agar lebih baik adalah sebagai berikut : 1. Pada pemotretan seperti ini gunakan tahapan proses pembuatan karya terlebih dahulu, karena tanpa mempersiapkan langka-langkah pemotretan tidak akan menghasilkan karya foto seperti yang diinginkan. 2. Agar menghasilkan karya foto yang berhasil, perhatikan obyek yang akan dipotret dan pilih sumber cahaya yang tepat untuk menghasilkan karakter yang sesuai dengan obyek seperti ingin menonjolkan detail obyek, pilih arah pencahayaan dari atas obyek. 3. Untuk mendapatkan hasil karya foto yang lebih baik terhadap sudut pandang, alangkah baiknya memperhatikan karakter obyek dan bagian yang ingin ditonjolkan. 4. Untuk mendapatkan aspek komposisi yang pas, hendaknya lebih memperhatikan bagian-bagian obyek yang akan diambil. Jangan sampai ada bagian obyek yang terpotong secara tidak tepat atau obyek terlalu sempit saat diframe sehingga membuat karya foto tidak enak untuk dilihat. 5. Untuk mendapatkan aspek ketajaman, jika berada di dalam ruangan sebaiknya menggunakan tripod karena dengan cahaya yang minim penggunaan tripod sangat penting agar gambar tidak goyang sehingga foto yang dihasilkan bisa tajam. Tentang Penulis: Febby Rut Dameita S, alumni Jurusan Pendidikan Seni Rupa Unimed tahun 2008. Drs. Khaerul Saleh, M.Sn., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
10
Febby Rut dan Khaerul Saleh: Tekhnik-tekhnik Pencahayaan ...
Echols, John.M., and Hassan Shadily. 1976. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Hasanul, Arifin dan Yuliansyah. 2002. Tips & Trik Fantastis Bikin Foto Eksotis. Yogyakarta: Mediakom. Hoeve, Van. 1987. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar. Lesmana, Nana. 2011. Memotret Dengan DSLR. Jakarta: PT Trans Media. Suparwoto,M. 2005. Ekspresi Fotografi Seni dengan Subjek Air. Surya Seni: Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni, I (2) 112. Sadali, Ahmad. 2000. Refleksi Seni Rupa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. Safitri sembiring, Elvi. 2008. Percobaan Aneka Teknik Pencahayaan Pada Obyek Glass Wine Untuk Menghasilkan Karya Fotografi Sebagai Media Ekspresi. Seni Rupa: Jurnal Seni Rupa Fbs Unimed, I (1) 42. Santoso S.H, Bactiar. 2010. Bekerja Sebagai Fotografer. Jakarta: Erlangga. Retnoningsih, A., dan Suharso. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV.Widya Karya. Tjin, Ence. 2011. Lighting Itu Mudah. Jakarta: Bukune. Yuliadewi, Lesie. 2000. Komposisi Dalam Fotografi. Nirmana: Jurnal Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, II (1) 52-53.
11