Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR BERSIH DARI MASYARAKAT TERHADAP PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KARANGANYAR Burhanudin AY (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik Surakarta) Abstrak Air sangat berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, konsekuensi meningkatnya kebutuhan air bersih ini berarti bahwa permintaan agregat (Agregat Demand) pasti akan naik, sementara penawaran agregat (Agregat Suplay) relatif konstan bahkan dapat dikatakaa menurun jika faktor pencemaran turut diperhitungkan. Indonesia sekarang ini sedang mengalami proses penggunaan air yang berlangsung dengan laju kecepatan yang lebih besar dari proses penyimpanan air. Pemanfaatan air dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi, antara lam nmuh tangga, industri, dan infrastruktur. Permasalahannya bagaimana cara pendistribusian air dan persediaan yang ada ke berbagai sektor tersebut dapat memperoleh manfaat social optimal, serta tidak digunakan secara berlebihan. Pada kenyataannya, kuantitas air tidak mungkin dapat ditingkatkan, sedangkan tingkat penyebarannya dalam waktu dan ruang tidak merata sesuai dengan kebutuhan sebenarnya. Standar kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di daerah perkotaan didasarkan standar untuk kebutuhan daerah yang belum relevan dengan penyesuaian terhadap kondisi kota yang bersangkutan. Prosentase pemberian air besih dilihat dari pendapatan perkapita, tingkat sanitasi suatu kota dan prosentase kenaikan penduduk. Kata kunci: Anggota Keluarga, Luas Bangunan, Kepemilikan sumur, Jumlah permintaan A. Latar Belakang Masalah Air adalah sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam kehidupan dan merupakan unsur utama dalam setiap sistem ling-kungan hidup, baik bagi manusia, tanaman, hewan dan juga bagi pertanian, industri dan bagi kese-imbangan. Air angat berperan dalam upaya peningkatan kesejah-teraan masyarakat, sebagai mana
ditetapkan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi: "Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmur-an rakyat" Konsekuensi meningkatnya kebutuhan air bersih ini berarti bahwa permintaan agregat (Agregat Demand) pasti akan naik, sementara penawaran agregat
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
77
Burhanudin AY
(Agregat Suplay) relatif konstan bahkan dapat dikatakaa menurun jika faktor pencemaran turut diperhitungkan. Indonesia sekarang ini sedang mengalami proses penggunaan air yang berlangsung dengan laju kecepatan yang lebih besar dari proses penyimpanan air. Tingkat kebutuhan akan air bersih terutama di kota-kota besar terus meningkat. Adanya peningkatan ini dapat diketahui dari analisis statistik air minum yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik 2005 yang menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kuantitas persediaan air bersih terus meningkat, tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar, yang dibebabkan oleh adanya laju orbanisasi dan aktivitas ekonoini yang tinggi. Pemanfaatan air dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi, antara lam nmuh tangga, industri, dan infrastruktur. Permasalahannya bagaimana cara pendistribusian air dan persediaan yang ada ke berbagai sektor tersebut dapat memperoleh manfaat sosial opti-mal, serta tidak digunakan secara berlebihan. Pada kenyata-annya, kuantitas air tidak mungkin dapat ditingkatkan, sedangkan tingkat penyebarannya dalam waktu dan ruang tidak merata sesuai dengan kebutuhan sebenar-nya. Standar kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di daerah perkotaan didasar-kan standar untuk kebutuhan daerah yang belum
ISSN : 1693 - 0827
relevan dengan penyesuaian terhadap kondisi kota yang bersangkutan. Prosentase pemberian air besih dilihat dari pendapatan perkapita, tingkat sani-tasi suatu kota dan prosentase kenaikan penduduk. Di indonesia, pennasalahan mengenai pendistribusian air, pemanfaatannya dikelola oleh negara, yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tersebut diberi wewenang oleh negara untuk mengelola sumber daya air yang pemanfaatannya ditunjukkan untuk dikonsumsi masyarakat secara merata, dan diharapkan Perusahaan Daerah Air Minum tersebut mampu menjaga kapasitas air yang tersedia dalam upaya uatuk memenuhi permmtaan akan air besih. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana pengaruh jumlah anggota keluarga, luas bangun-an dan kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Karang anyar ? 2. Faktor apa yang berpengaruh paling dominan terhadap jumlah permintaan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Karanganyar ?
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
78
Burhanudin AY
D. Tujuan Penelitian Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh antara jumlah anggota keluarga, luas bangunan dan kepemilikan sumur terhadap jumlah permin-taan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Karanganyar. 2. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap jumlah permintaan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Karang anyar. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini mencakup aspek teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Untuk menambah dan memperluas cakrawala pengetahuan tentang dampak jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur dan jumlah permintaan air bersih bagi jumlah permintaan air. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Organisasi Sebagai masukan yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. b. Bagi pegawai Diharapkan dapat membantu dalam upaya peningkatan pela-yanan kepada masyarakat dengan menggunakan peralatan-peralatan yang disediakan
ISSN : 1693 - 0827
perusahaan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang diserahkan perusahaan. F. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah jumlah anggota keluarga, luas bangunan dan kepemilikan sumur. Dimana didalamnya memuat tentang keadaan dan kondisi keseluruhan yang berkenaan dengan jumlah anggota keluarga, luas bangunan dan kepe-milikan sumur. Ditinjau dari jenisnya, penelitian termasuk penelitian eksplanatory (penjelasan). Penelitian eksplanatory yaitu penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dengan hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu dinamakan penelitian penguji hipotesis atau testing research (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1999). Dalam penelitian ini yang disoroti adalah pengaruh jumlah anggota keluarga, luas bangunan dan kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih. G. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Daerah Air Minum Kabu-paten Karanganyar dengan kantor pusat beralamat Kompleks Perkantor-an Cangakan Karanganyar. H. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh hendak digeneralisasikan (Sutrisno Hadi, 1999: 257). Populasi dalam penelitian
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
79
Burhanudin AY ini adalah semua pelanggan di Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Karanganyar sebanyak 18.632 orang. 2. Sampel Pengertian sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Suharsimi, 1993). Berdasarkan pengertian tersebut maka sebagai sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel atau sampling dalam penelitian ini dilakukan secara quota random sampling karena dari anggota populasi diambil sampel secara acak berdasarkan jumlah sampel yang ditentukan penulis sebanyak 50 orang. I. Tinjauan Teori Faktor utama sebagai penentu dari permintaan adalah harga produk, harga produk lain, penghasilan pembeli dan selera pembeli (Basu Swastha dan Irawan, 2002) dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Harga Produk Kurve permintaan yang konvensional memperlihatkan adanya hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga dari produk tersebut. Harga ini merupakan harga pasar sesungguhnya, bukanlah harga dalam daftar. Harga adalah jumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan produk tersebut (Kotler, 1985). Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Sementara itu dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
ISSN : 1693 - 0827 indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Harga yang ditawarkan akan sangat dipertimbangkan konsumen sebelum mereka memutuskan untuk membeli, konsumen akan memban-dingkan dan memilih tempat mana yang dapat memberikan harga yang lebih murah dengan kualitas barang yang sama. Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Harga memiliki dua peran utama dalam proses pengambilan keputusan bagi para pembeli yaitu: a. Peranan alokasi, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat dari utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. b. Peranan informasi, yaitu fungsi harga dalam “mendidik” konsu-men mengenai faktorfaktor produk, seperti kualitas. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi (Fandy Tjiptono, 1995). Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam memberikan value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Hal ini terpenting dalam keputusann pricing adalah harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Bagi sebuah perusahaan, strategi harga yang diterapkan harus benarbenar baik, harga jual barang yang 80
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
Burhanudin AY lebih murah akan lebih disukai konsumen. Dalam menentukan harga dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah penetapan harga dalam hubungan dengan pasar, sebagai berikut : a. Penetapan harga sama dengan harga asing. Cara ini merupakan cara yang paling baik dan paling aman, karena tidak menimbulkan reaksi pihak lain untuk ikut menaikkan atau menurunkan harga, sehingga kemungkinan perang harga tidak terjadi. b. Menetapkan harga jual di atas harga saingan. Cara ini dapat dilakukan apabila kualitas barang yang dihasilkan lebih baik, biasanya dilakukan oleh perusahaan yang sedang mempunyai reputasi menghasil-kan barangbarang yang pres-tise. c. Penetapan harga jual di bawah harga saingan. Cara ini dilakukan bilamana kemungkinan timbulnya perang harga tidak ada dan perusahaan mampu menekan harga pokok. 2. Harga Produk Lain Permintaan untuk suatu produk tertentu dipengaruhi oleh harga dari produk lain yang dapat dibeli oleh konsumen. Untuk mengurangi sensitivitas pembeli terhadap perubahan harga, perusahaan dapat melakukan kegiatan promosi. a. Jika kenaikan harga dari suatu produk mengakibatkan kenaikan permintaan untuk produk lain, maka kedua produk tersebut dapat saling menggantikan (substitusi);
ISSN : 1693 - 0827 b. Jika kenaikan harga dari suatu produk mengakibatkan turunnya permintaan untuk produk yang lain, maka produk-produk terse-but adalah saling melengkapi (komplementary); c. Jika permintaan untuk suatu produk diturunkan dari permintaan produk lain, maka kedua produk tersebut adalah saling melengkapi. 3. Penghasilan Pembeli Permintaan untuk suatu produk dapat dipengaruhi oleh penghasilan konsumen. Jika penghasilan konsumen meningkat maka permintaan produknya juga meningkat. Pengertian penghasilan atau pendapatan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah hasil berupa uang atau material lain yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia. 4. Selera Pembeli Selera atau kesukaan pembeli juga dapat mempengaruhi permintaan. Selera ini merupakan suatu konsep yang meliputi beberapa faktor penentu seperti: faktor-faktor sosio ekonomi, faktor-faktor non demografi, faktor keuangan, pengharapan dan sebagainya. Selera ini cenderung untuk stabil dalam jangka pendek, tetapi akan berubah dalam jangka waktu lama. Inti daripada teori permintaan dan penawaran adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat daripada permainan bersama gayagaya permintaan dan penawaran itu. Dalam grafik yang sangat sederhana dapat digambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
81
Burhanudin AY perpotongan kurva permintaan dan penawaran
ISSN : 1693 - 0827 menipis dan harga akan naik lagi. Oleh karena itu dikenal adanya prinsip elastisitas sebagai berikut : 1. Elastisitas Harga Untuk mengukur besar kecilnya perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat perubahan harga, dipakai konsep elastisitas. Suatu konsep yang sangat berguna dan banyak sekali dipakai dalam ilmu ekonomi. Konsep ini menyatakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga.
Apabila harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah barang yang diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga terpaksa harga diturunkan oleh penjual. Sebaliknya kalau harga pada suatu ketika berada di bawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan sehingga pembeli saling berebut, persediaan barang segera %perubahan jumlah barang yang diminta e %perubahan harga Karena elastisitas ini merupakan rasio dari dua ukuran maka dengan persentase perubahan harga tertentu elastisitas akan besar atau kecil tergantung pada besar kecilnya persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Makin besar e berarti permintaan makin elastis dan sebalinya tidak atau kurang elastis bila e kecil. Biasanya orang mengatakan permintaan elastis bila e lebih besar dari satu dan tidak elastis bila kurang dari satu. Namun begitu harus selalu diingat bahwa konsep ini selalu dipakai dalam pengertian relatif. Dalam menuliskan angka elastisitas ini sering dilihat tanda negative di mukanya. Ini menunjukkan bahwa harga naik diikuti oleh penurunan jumlah yang diminta dan sebaliknya harga turun dengan kenaikan jumlah yang diminta. Pengukuran angka elastisitas dalam praktek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Elastisitas para satu titik di dalam kurva permintaan (point elasticity)
b. Elastisitas di antara dua titik pada kurva (arc elasticity) (Mubyarto, 1998: 121). Elastisitas harga atas permintaan pada titik A atau dapat dituliskan sebagai : dQ P e x dP Q Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta dan P adalah harga. Kadang-kadang orang ingin lebih sempurna untuk menulisken sebagai diferensiasi persiil. DQ P e x DP Q Karena perubahan jumlah dan harga dihitung dengan anggapan variabelvariabel lain-klainnya tetap. Dalam praktek orang banyak menghitung ini dengan cara kedua yaitu elastisitas busur seperti dalam gambar elastisitas di antara dua titik B dan C, elastisitas yang dihitung merupakan angka rata-rata dari elastisitas titik sepanjang kurva di antara dua titik tersebut. Dalam cara perhitungan ini akan terdapat
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
82
Burhanudin AY perbedaan hasil apakah perubahan harga itu diangga sebagai kenaikan atau penurunan harga. Untuk mengatasi persoalan ini Allen mengajukan rumus : Q P1 P2 e x P Q1 Q2 Di mana Q = perubahan jumlah yang diminta P = perubahan harga P1 = harga yang pertama P2 = harga yang kedua Q1 = jumlah yang pertama Q2 = jumlah yang kedua Karena angka elastisitas ini menunjukkan rata-rata dari dua angka maka berarti elastisitasnya akan sama apakah harganya naik atau turun Angka elastisitas 1 atau unitary elasticity mempunyai arti ekonomi penting yaitu setiap perubahan harga membawa perubahan proporsionil dalam jumlah yang diminta. Kalau ditinjau dari sudut penjual maka kurva permintaan seperti ini memberikan penerimaan yang konstan apakah harganya tinggi atau rendah.
es
ISSN : 1693 - 0827 Angka elastisitas nol atau tak terhingga maka kurva permintaannya merupakan garis vertical yang berarti bahwa berapapun harga barang, jumlah yang diminta tidak akan terpengaruh. Sebaliknya pada elastisitas tak terhingga, perubahan harga barang hanya mempunyai dua akibat yaitu jumlah yang diminta tak terhingga atau sama dengan nol dan kurvanya berbentuk garis horizontal. 2. Elastisitas Silang atas Permintaan Dalam kehidupan nyata suatu barang konsumsi biasanya tidak berdiri sendiri tetapi mempunyai huungan yang erat dengan barang yang lain dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena sifatnya yang ini maka harga-harganya masing-masing juga berhubungan erat. Dalam keadaan yang demikian maka perubahan harga barang yang satu tidak saja mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang itu, tetapi juga mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang lainnya. Dalam hal ini berarti terjadi elastisitas silang (cross elasticity) yang diberi definisi sebagai:
Persentase perubahan jumlah yang diminta atas barang X e Persentase perubahan harga barang Y
Dengan pengertian bahwa perubahan jumlah barang X yang diminta tersebut adalah semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. Dalam arti ekonomi maka selain besar kecilnya angka elastisityas silang yang lebih penting adalah tandanya. Tanda yang positif berarti barang X dan Y adalah merupakan barang pengganti sedangkan bila tandanya negative maka barang X dan Y adalah :
komplementer (saling melengkapi). Makin besar angka elastisitas makin dekat hubungan antara kedua barang yang bersangkutan. 3. Elastisitas Pendapatan atas Permintaan Dalam elastisitas pendapatan ini perubahan jumlah yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan dari konsumen. Definisinya dapat diberikan sebagai berikut
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
83
Burhanudin AY
e
ISSN : 1693 - 0827
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan
Dengan pengertian bahwa pandapatan adalah merupakan satu-satunya faktor pengubah dan faktor-faktor lainnya terutama harga barang yang bersangkutan adalah tetap tidak mengalami perubahan. Pada elastisitas pendapatan atas permintaan tandannya hamper selalu positif. Konsumen yang menjadi lebih kaya karena naik pendapatannya, maka daya belinya naik dan ia akan membeli barang-barang konsumsi lebih banyak. Untuk barang-barang yang elastis maka angka elastisitasnya lebih dari satu sedangkan yang tidak elastis lebih kecil dari satu. Konsep elastisitas pendapatan atas permintaan penting sekali dalam ilmu ekonomi karena mampu menerangkan perbedaan perilaku ekonomi dari berbagai golongan pendapatan masyarakat dalam pembelian barang-barang. 4. Elastisitas Harga dan Fleksibilitas Harga Dalam menghitung elastisitas harga maka harga dianggap sebagai faktor penyebab perubahan dan jumlah barang yang diminta berubah naik atau turun karena perubahan harga. Baik bagi seorang pengusaha maupun bagi Negara maka kebijaksanaan harga yang tepat harus didasarkan atas pengetahuan yang mendalam tentang elastisitas harga (di samping elastisitas pendapatan). Penetapan tingkat harga tertentu akan menentukan jumlah barang yang dapat diserap atau akan ditampung oleh pasar. Namun disamping penggunaan pengetahuan elastisitas harga untuk kebijaksanaan maka pemerintah dapat pula menerapkan
teori ini dari segi lain yaitu melihat pengaruh perubahan jumlah barang yang ditawarkan di pasar dengan harga yang terjadi. Inilah yang disebut fleksibilitas harga dimana harga menjadi variabel yang tidak bebas yang tergantung pad ajumlah barang sebagai variabel bebas. I. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Keberadaan PDAM Kabupaten Karanganyar Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Dharma di wilayah Karanganyar berasal dari dua unit pengelolaan air bersih yaitu unit Perumnas Palur dan unit kota Karanganyar. Kedua unit pengelolaan air bersih itu pada akhirnya bergabung menjadi satu sejak 1 Januari 1986 sehingga apabila sebelumnya unit pengelolaan air bersih Karanganyar yang semula merupakan salah satu kegiatan dan bagian dari perusahaan daerah melebur diri masuk ke dalam PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar. Tidak seperti PDAM lainnya, PDAM Karanganyar berdiri tanpa melalui Badan Pengelolaan Air Minum atau Dinas Air Minum. Dasar hukum pengelolaan Perusahaan Daerah Air Minum tercantum dalam Peraturan Daerah Tingkat II Karanganyar Nomor 5 Tahun 1983 tanggal 23 Februari 1983 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar. Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Karanganyar menggunakan bantuan modal yang berasal paket air bersih bantuan Asian Development Bank dan Dirjen Cipta Karya dalam bentuk Grant. Dalam
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
84
Burhanudin AY pengelolaan sampai sekaang terus ditingkatkan agar lebih profesional lagi dengan jalan mengikutsertakan mengirim karyawan PDAM untuk ikut serta dalam training dan pelatihan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi maupun lembaga-lembaga yang lain. Perusahaan Daerah Air Minum Karanganyar berada pada Tipe A dengan pembagian PDAM dalam tiga golongan berdasarkan dari jumlah pelanggannya yaitu : a. Tipe A adalah PDAM yang memiliki pelanggan sampai dengan 50.000. b. Tipe B adalah PDAM yang memiliki pelanggan 50.001 100.000. c. Tipe C adalah PDAM yang memiliki pelanggan yang berjumlah diatas 100.000. Perusahaan Daerah Air Minum Karanganyar memiliki tugas pokok yaitu mengusahakan pengadaan atau penyediaan air bersih dan sehat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta menyelenggarakan pengolahan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum. Selain mempunyai tugas pokok tersebut maka perusahaan juga berfungsi dalam: a. Pengusahaan pengadaan atau penyediaan air bersih dan sehat. b. Penyelenggaraan pengolahan air minum yang bersih dan sehat. c. Pelayanan umum di bidang air bersih. 2. Lokasi Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Dharma Karanganyar
ISSN : 1693 - 0827 berada di kota Karanganyar terletak tepat di kawasan perkantoran Cangakan, Karanganyar. 3. Proses Produksi Proses produksi air bersih atau air minum di perusahaan tidak melalui berbagai tingkatan atau penggunaan mesin yang bertahap. Pengolahan air dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia yang dilakukan di tiap penampungan sumber air. Hal ini dikarenakan kualitas air di wilayah Karanganyar setelah diteliti melalui pemeriksaan laboratorium masih relatif baik sehingga tidak diperlukan penambahan bahan yang terlalu banyak. Berawal dari sumber air baku, baik yang diperoleh dari sumber mata air dan sumur artesis, kemudian dimasukkan dalam penampungan air dimana terdapat bahan yang dirtambahkan pada bahan baku air diantaranya yaitu kaporit, perusi dan gas chlor sebagai disinfektan air. Sebelum masuk ke tempat penampungan atau reservoir air maka terlebih dahulu air diturunkan tekanan airnya, melalui bagian BPT (Bak Pelepas Tekanan) karena air yang diambil dari sumber mata air sehingga ketika dialirkan masih terpengaruh gravitasi tekanan airnya masih tinggi. Setelah proses tersebut air bersih telah siap untuk dialirkan kepada masyarakat konsumen. Sumber mata air baku yang digunakan oleh PDAM Karanganyar berasal dari beberapa tempat. Secara lengkap sumber air PDAM dan kapasitas produksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
85
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
TABEL 1 SUMBER AIR BAKU PDAM KARANGANYAR NO
SUMBER
JENIS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Semiri, Karang Semenjing Sijarak Sikempong Semprong Gempolan Kerjo Sumber Gedhe Gumeng, Jenawi Telogo Mulyo, Jatiyoso Kedung Gupi, Jatiyoso Kambangan, Jatiyoso Colomadu Colomadu Perumnas Palur
Mata air Mata air Mata air Mata air Mata air Mata air Sumur Artesis Mata air Mata air Mata air Mata air Mata air Sumur Artesis Sumur Artesis Sumur Artesis
Kapasitas Terpasang Kapasitas Produksi (liter/detik) (Liter/Detik) 100 50 50 100 40 2,5 5 70 13 15 5 3 10 10 40
50 30 50 30 10 2.5 5 40 5 10 4 2 10 10 40
Sumber data : PDAM Karanganyar 4. Aspek Pemasaran Dari segi pemasaran Perusahaan Daerah Air Minum Karang anyar memiliki jasa utamanya yaitu dengan menyediakan air kepada masyarakat yang menjadi pelanggannya. Air yang didistribusikan tersebut masih berupa air bersih dan bukan air minum sebab air bersih mensyaratkan air tersebut tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau sedangkan air minum mensyaratkan air yang disediakan bebas dari bakteri coli. Selain dari penyediaan air bersih untuk pelanggan PDAM juga memiliki pendapatan dari jasa lain seperti jasa penyambungan pipa air dan juga jasa pemeriksaan air. Untuk daerah distribusinya, perusahaan melayani daerah Karang anyar secara keseluruhan meliputi wilayah Perumnas Palur, Karang anyar kota, Jaten, Bejen dan sebagian wilayah kabupaten Karanganyar.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyediaan air bersih, perusahaan ini sangat diharapkan dapat memenuhi semua permintaan masyarakat. Deskripsi Responden Deskripsi responden dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang latar belakang dan karakteristik responden yang merupakan pelanggan PDAM karanganyar. Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dari berbagai latar belakang kelompok usia, pendidikan, dan pekerjaan. Adapun karakteristik responden tersebut adalah sebagai berikut: 1. Usia Usia merupakan batasan umur responden pelanggan PDAM Karanganyar. Adapun keadaan usia responden dapat ditihat pada tabel berikut :
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
86
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
Usia
TABEL 2 USIA RESPONDEN Jumlah Responden
Prosentase
21 – 30 tahun
5
10%
31 – 40 tahun
30
60%
41 - ke atas
15
30%
50
100%
Jumlah Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 10% responden terdiri dari usia 21-30 tahun, sedangkan 60 % responden termasuk usia 31-40 tahun. sedangkan 30 % lainnya berusia di atas 40 tahun.
2. Pekerjaan Pekerjaan merupakan pekerjaan responden. Karakteristik status pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 3 PEKERJAAN RESPONDEN Status Pekerjaan Jumlah Responden Pegawai Swasta Pegawai Negeri Lain-lain Jumlah
Prosentase
21 24 5
42% 48% 10%
50
100%
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 30 responden yang menjadi subjek penelitian terdiri dari 42 % atau 21 orang responden memiliki status pekerjaan sebagai pegawai swasta, 48 % atau 24 orang sebagai pegawai negeri sedangkan sisanya sebanyak 5 orang atau 10% bekerja dalam bidang lain-lain
seperti pedagang, petani dan sebagainya. 3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupa-kan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh masing-masing responden. Adapun karakteristik jenjang pendidikan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 4 TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase SD 14 28% SLTP 18 36% SLTA 7 14% Tidak Tamat SD 11 22% Jumlah 50 100% Sumber : Data diolah Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
87
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 14 responden atau 28% merupakan tamatan SD, sebanyak 18 orang responden atau 36% lulusan SLTP, lulusan SLTA sebanyak 7 orang atau 14 % dan responden yang tidak tamat SD sebanyak 22% atau 11 orang responden. J. Analisis Data 1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur, penyusunan anggaran dasar) terhadap variabel dependen (jumlah permintaan air bersih). Persamaan rumusnya adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dari hasil analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS pada tabel Coefficients dapat diperoleh nilai a, b1, b2, b3, b4 sebagai berikut : Nilai a = 6,154 Nilai b1 = 0,335 Nilai b2 = 0,253 Nilai b3 = 0,177 Kalau nilai-nilai ini dimasukkan ke dalam rumus, bentuk persamaan regresi linear berganda menjadi : Y = 6,154 + 0,335 X1 + 0,253 X2 + 0,177 X3 + e Dari hasil persamaan regresi linear berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a = 6,154 artinya apabila jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur atau variabel bebas sebesar 0, maka jumlah permintaan air bersih akan
Paradigma, Vol 04, No 01, April 2008
berada para kondisi konstan sebesar 6,154 m3. b1 = 0,335, berarti apabila jumlah anggota keluarga meningkat 1 orang, maka akan meningkatkan jumlah permintaan air bersih sebesar 0,335 m3, dengan asumsi luas bangunan, kepemilikan sumur dianggap tetap. b2 = 0,253, berarti apabila luas bangunan meningkat 1 m2, maka akan meningkatkan jumlah permintaan air bersih sebesar 0,253 m3, dengan asumsi jumlah anggota keluarga, kepemilikan sumur dianggap tetap. b3 = 0,177, berarti apabila kepemilikan sumur meningkat 1 buah, maka akan mengurangi jumlah permintaan air bersih sebesar 0,177 m3, dengan asumsi jumlah anggota keluarga dan luas bangunan dianggap tetap. Dari angka-angka standardized coefficients beta tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel yang pengaruh paling dominan adalah jumlah anggota keluarga (b1) dengan nilai standardized coefficients beta sebesar 0,502 dibandingkan dengan nilai standardized coefficients beta variabel luas bangunan (b2) sebesar 0,376, nilai standardized coefficients beta variable kepemilikan sumur (b3) sebesar 0,115. Dengan demikian maka hipotesis kedua yang berbunyi: “Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap jumlah permintaan air bersih PDAM Karanganyar” dapat dibuktikan. 2. Koefisien determinasi Digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independen (jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan 88
Burhanudin AY sumur) terhadap variabel dependen (jumlah permintaan air bersih). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS pada tabel Model Summary bagian R square diperoleh angka 0,724. Hal itu berarti 72,40 % jumlah permintaan air bersih dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, luas bangunan, dan kepemilikan sumur. Sedangkan sisanya (100%-72,40 %) = 27,60 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian yaitu misalnya tarif yang diberlakukan. 3.
Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan variabel independen (jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (jumlah permintaan air bersih). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam Uji F adalah sebagai berikut : a. Menentukan Ho dan Ha Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur secara bersama-sama terhadap jumlah permintaan air bersih. Ha : 12 3 4 > 0, artinya terdapat pengaruh jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur secara bersamasama terhadap jumlah permintaan air bersih. b. Level of significance = 0,05 F0,05; (k) ; (n-1-k) F0,05; 4 ; 50-1-4 F0,05 ; 4 ; 45 2,57 c. Nilai F Hitung
ISSN : 1693 - 0827
SSR / k SSE / (n 1 k) 14.287/4 F 32.833/45 4,895 d. Menentukan Keputusan Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung 4,895 > dari F tabel 2,57, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian maka variabel jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan air bersih. Sesuai dengan hasil tersebut maka semakin besar jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur maka akan semakin memperbesar peluang jumlah permintaan air bersih. Sebaliknya apabila jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur mengalami penurunan maka jumlah permintaan air bersih juga akan berkurang. F
4.
Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur secara parsial terhadap jumlah permintaan air bersih. a. Uji t jumlah anggota keluarga terhadap jumlah permintaan air bersih Langkah-langkah pengujian : 1) Menentukan Ho dan Ha Ho : 1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan jumlah anggota keluarga terhadap jumlah permintaan air bersih Ha : 1 0, artinya ada pengaruh yang signifikan jumlah
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
89
Burhanudin AY anggota keluarga terhadap jumlah permintaan air bersih 2) Level of significance = 0,05 (0,05/2; n-k) 0,025; 50-4 0,025; 46 1,960 3) Nilai t hitung b t Sb 0,335 0 t 0,087 t 3,837 4) Menentukan Keputusan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (3,837) > nilai t tabel (1,960), maka Ho ditolak. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan jumlah anggota keluarga terhadap jumlah permintaan air bersih. Sesuai dengan hasil tersebut maka semakin besar jumlah anggota keluarga maka jumlah permintaan air bersih akan semakin meningkat. Sebaliknya apabila jumlah anggota keluarga berkurang maka jumlah permintaan air bersih juga akan berkurang. Apalagi jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang paling dominan maka pengaruhnya signifikan terhadap jumlah permintaan air bersih. b. Uji t luas bangunan terhadap jumlah permintaan air bersih Langkah-langkah pengujian : 1) Menentukan Ho dan Ha Ho : 2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan luas bangunan terhadap jumlah permintaan air bersih Ha : 2 0, artinya ada pengaruh yang signifikan luas bangunan terhadap jumlah permintaan air bersih
ISSN : 1693 - 0827 2) Level of significance = 0,05 (0,05/2; n-k) 0,025; 50-4 0,025; 46 1,960 3) Nilai t hitung b t Sb 0,253 0 t 0,086 t 2,943 4) Menentukan Keputusan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (2,943) > nilai t tabel (1,960), maka Ho ditolak. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan luas bangunan terhadap jumlah permintaan air bersih. Sesuai dengan hasil tersebut maka semakin luas bangunan maka semakin besar jumlah permintaan air bersih. Sebaliknya apabila luas bangunan berkurang maka jumlah permintaan air bersih juga akan berkurang. Sama seperti halnya jumlah anggota keluarga, luas bangunan juga berdampak terhadap permintaan air bersih kepada PDAM. Hal itu mengingat dengan semakin luasnya bangunan maka kebutuhan untuk mengurus rumah seperti mengepel atau membersihkan rumah dengan air juga akan semakin besar, c. Uji t kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih Langkah-langkah pengujian : 1) Menentukan Ho dan Ha Ho : 3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih Ha : 3 0, artinya ada pengaruh yang signifikan kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih 2) Level of significance = 0,05
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
90
Burhanudin AY (0,05/2; n-k) 0,025; 50-4 0,025; 46 1,960 4) Nilai t hitung b t Sb 0,177 0 t 0.065 t 2,723 5) Menentukan Keputusan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung (2,723) > nilai t tabel (1,960), maka Ho ditolak. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih. Sesuai dengan hasil tersebut maka semakin banyak kepemilikan sumur maka jumlah permintaan air bersih akan semakin berkurang. Sebaliknya apabila kepemilikan sumur berkurang maka jumlah permintaan air bersih juga akan berkurang. Kepemilikan sumur dapat menjadi indicator bagi naik turunnya permintaan air bersih kepada PDAM Kabupaten Karanganyar. 2. Analisis Kualitatif Dari hasil analisis data dan pembahasan tersebut di atas dapat diketahui bahwa : a. Jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur memiliki pengaruh terhadap jumlah permintaan air bersih di PDAM Karanganyar dan ketiga faktor tersebut secara bersamasama berpengaruh terhadap jumlah permintaan air bersih. Hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa sebesar 72,40 % jumlah permintaan air bersih dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur. Sisanya
ISSN : 1693 - 0827 dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian. b. Jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi jumlah permintaan air bersih di PDAM Karanganyar. Artinya bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga masyarakat maka jumlah permintaan air bersih cenderung akan meningkat. K. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari angka-angka koefisien regresi berganda dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh paling dominan adalah jumlah anggota keluarga (b1). Dengan demikian maka hipotesis yang berbunyi “Jumlah anggota keluarga lebih dominant berpngaruh terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM Kabupaten Karang anyar” dapat dibuktikan. 2. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS pada tabel Model Summary bagian R square diperoleh angka 0,724. Hal itu berarti 72,40 % jumlah permintaan air bersih dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, luas bangunan, dan kepemilikan sumur. Sedangkan sisanya (100%-72,40 %)= 27,60 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian yaitu misalnya tarif yang diberlakukan. 3. Jumlah anggota keluarga, luas bangunan dan kepemilikan sumur secara bersama-sama maupun parsial signifikan berpengaruh terhadap jumlah permintaan air bersih pada
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
91
Burhanudin AY PDAM Kabupaten Karanganyar terbukti dengan uji F (F hitung = 4,895 > F tabel = 2,57) dan uji t (uji t jumlah anggota keluarga terhadap jumlah permintaan air bersih diperoleh t hitung = 3,837 > t tabel = 1,960; uji t luas bangunan terhadap jumlah permintaan air bersih diperoleh t hitung = 2,943 > t tabel = 1,960 sedangkan uji t kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih diperoleh t hitung = 2,724 > t tabel = 1,960). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi : “Terdapat pengaruh yang signifikan baik antara jumlah anggota keluarga, luas bangunan, dan kepemilikan sumur terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM
ISSN : 1693 - 0827 Kabupaten Karanganyar” dapat dibuktikan. L. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya variabel bebas terhadap variabel terikat adalah : 1. Hendaknya PDAM lebih meningkatkan jumlah produksi air sehingga dapat menjangkau konsumen lebih luas lagi sehingga akan meningkatkan permintaan air. 2. Hendaknya PDAM lebih meningkatkan kualitas pelayanan, sehingga meskipun masyarakat memiliki sumur sendiri namun akan lebih memilih air PDAM.
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
92
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
DAFTAR PUSTAKA Ahyari, Agus, 1979. Manajemen Produksi. BPFE, Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Djarwanto PS, 1993, Statistik Induktif. BPFE, Yogyakarta Hadi, Sutrisno. 1999. Statistik I. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Harjanta, Jana. 2001. Perilaku Organisasi. BPFE, Yogyakarta. Kusriyanto, Bambang 1994. Meningkatkan Produktivitas Karyawan, PT Pustaka Binomian Presindo, Jakarta. Manullang, M. 1991. Pokok-pokok Personalia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Meokijat. 1999. Manajemen Kepegawaian. Mandar Maju, Bandung. Prawirosentono, Suyadi, 1999, Kebijakan Jumlah permintaan air bersih Karyawan. BPFE, Yogyakarta. Siagian, Sondang P, 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara, Jakarta. ______. 1999. Filsafat Administrasi. Gunung Agung, Jakarta. Sumidjo, Wahyo. 1995. Kepemimpinan dan Jumlah anggota keluarga. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sunyoto, Munandar Ashar, 1995. Disiplin, Jumlah anggota keluarga dan Etika Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Masa Kehidupan, SIUP, Jakarta. Surono, Ig. 1991. Disiplin Jumlah anggota keluarga Semangat Kerja. Intan Pariwara, Klaten. Toha, Mifthah. 1994. Perilaku Organisasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Triguna. 1996. Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Kondusif Untuk Meningkatkan Jumlah permintaan air bersih. Golden Teroyan Press, Jakarta. Tuwu, Alimudin. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Westra, Pariata. 1999. Ensiklopedia Administrasi. Mas Agung, Jakarta. Wursanto, I.G, 1995. Dasar – Dasar Manajemen Personalia. Pustaka Dian, Jakarta Zainun, Buchari. 1991. Manajemen dan Jumlah anggota keluarga. Balai Aksara, Jakarta.
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008 93