FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI PANGAN ORGANIK PADA KELOMPOK VEGETARIAN DI KOTA BOGOR
PVATMAYA SCZHEPTARIELLA BURHANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Organik pada Kelompok Vegetarian di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014
Pvatmaya Sczheptariella Burhani
ABSTRAK PVATMAYA SCZHEPTARIELLA BURHANI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Organik pada Kelompok Vegetarian di Kota Bogor. Dibimbing oleh M. RIZAL MARTUA DAMANIK. Tren gaya hidup sehat di kalangan masyarakat modern semakin meningkat. Pola hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar kualitas. Salah satu dari sekian usaha untuk kembali hidup sehat telah dilakukan di Indonesia termasuk dengan memperkenalkan makanan organik. Studi mengenai konsumsi pangan organik di Indonesia masih terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2014 pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dengan 42 orang contoh. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden dan wawancara FFQ. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan Distribusi, analisis bivariat menggunakan uji Chi Square, dan uji regresi logistik berganda dengan model prediksi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik adalah umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi (Pvalue < 0,05). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini yaitu jumlah anggota keluarga, pekerjaan dan riwayat penyakit. Faktor yang paling dominan adalah pendapatan. Kata kunci: gaya hidup sehat, konsumsi pangan, organik, vegetarian
ABSTRACT PVATMAYA SCZHEPTARIELLA BURHANI. Factors Associated with Organic Food Consumption Behaviour among Vegetarian in Bogor City. Supervised by M. RIZAL MARTUA DAMANIK. Trend of healthy lifestyle is increasing in modern society. Healthy lifestyle becomes one of quality standards. One of the efforts to live a healthy lifestyle has been practised in Indonesia, including by introduce organic foods. Studies about organic food consumption in Indonesia are still limited. The purpose of this study was to determine the factors associated with behavior of organic foods consumption among vegetarian in Bogor City. The method used in this study was cross sectional design with 42 vegetarians as study participants. The study was conducted in August until September 2014. Data were collected using questionnaire and Food Frequency Questionnaire (FFQ). The data analysis was performed using univariate analysis for frequency distributions, bivariate analysis for Chi Square test, and double logistic regression test with prediction model. The study results shout that factors related to organic food consumption behavior in vegetarian were age, gender, education, income, and knowledge (Pvalue < 0.05 ). Further more, the variables that were not associated in this study were the
number of family member, job, and illness history. The most dominant factor was the income. Keywords: healthy lifestyle, organic food, consumption, vegetarian
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI PANGAN ORGANIK PADA KELOMPOK VEGETARIAN DI KOTA BOGOR
PVATMAYA SCZHEPTARIELLA BURHANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Organik pada Kelompok Vegetarian di Kota Bogor : Pvatmaya Sczheptariella Burhani : I14100039
Disetujui oleh
Prof drh M Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah Pangan Organik, dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Organik pada Kelompok Vegetarian di Kota Bogor. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. drh. M. Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi atas masukan dan saran yang diberikan. 3. Bapak Indra Thamrin selaku ketua komunitas vegetarian di Kota Bogor dan Bapak Anantha selaku manajer Restoran Karunia Baru yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 4. Responden vegetarian yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam melakukan penelitian. 5. Papa (Burhanuddin Muhamadiyah), mama (Eny Mutlifah), kakak (Ghufrian Adejzuka Burhani dan Fadila Jzuqynova Burhani), dan adik (Jzolanda Tsavalista Burhani) serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, perhatian, kasih sayang, dan semangatnya. 6. Teman-teman satu bimbingan (Elok, Irma, Anisa, Hayu, dan Lusia) yang saling memberi dukungan dalam proses penyelesaian skripsi. 7. Fauzi, Cahyuning, Elok, dan Rotua atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar Penulis. 8. Sahabat (Zahra, Marisya, Agustina, April, Lidya, Novia, dan Rotua) atas motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan. 9. Seluruh staff Departemen Gizi Masyarakat yang membantu terlaksananya penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. 10. Kakak-kakak GM 46, teman-teman GM 47, serta adik-adik GM 48 serta seluruh pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan dan bantuannya. Bogor, Desember 2014 Pvatmaya Sczheptariella Burhani
DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Tujuan Umum
2
Tujuan Khusus
2
Hipotesis
2
Manfaat
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Tempat, dan Waktu
5
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Gambaran Umum Komunitas Vegetarian di Kota Bogor
8
Analisis Univariat
9
Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Karakteristik Contoh
9
Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi
10
Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi
12
Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
12
Analisis Bivariat
13
Hubungan antara Umur dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
14
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
14
Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
15
Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
16
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
16
Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik
16
Hubungan antara Pendapatan dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik 18 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Uji Regresi Logistik Berganda SIMPULAN DAN SARAN
19 20 21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
32
DAFTAR TABEL 1 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik contoh 2 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi 3 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 4 Distribusi contoh berdasarkan perilaku konsumsi pangan organik 5 Analisis hubungan antara umur dengan perilaku konsumsi pangan organik 6 Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi pangan organik 7 Analisis hubungan antara riwayat penyakit dengan perilaku konsumsi pangan organik 8 Analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi pangan organik 9 Analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi pangan organik 10 Analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumsi pangan organik 11 Analisis hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumsi pangan organik
9 10 12 13 14 14 15 16 17 18 18
12 Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi pangan organik
19
DAFTAR GAMBAR 1 Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian
4
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 2 4 5 6 7 8
Kuesioner penelitian Distribusi contoh berdasarkan perilaku konsumsi pangan organik Distribusi contoh berdasarkan riwayat penyakit Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan Distribusi contoh berdasarkan pendapatan Distribusi contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Rincian distribusi contoh berdasarkan jenis pertanyaan dalam kuesioner pengetahuan gizi 9 Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan dependen 10 Tahap pemodelan prediksi perilaku konsumsi pangan organik 11 Model akhir analisis multivariat
24 29 29 29 29 29 30 30 30 30 31
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki abad 21, tren gaya hidup sehat di kalangan masyarakat modern semakin meningkat. Pola hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar kualitas. Bukan sekadar menyeimbangkan antara kesibukan dan olahraga, tetapi pola hidup sehat bisa dimulai dari konsumsi makanan. Bahkan akhir-akhir ini ada kecenderungan di masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi, terutama dari bahan pangan hewani beralih ke bahan pangan nabati yang disebut dengan vegetarian. Beberapa kelompok vegetarian yang umumnya dikenal oleh masyarakat seperti vegan, lacto vegetarian, lacto-ovo vegetarian, dan kelompok vegetarian lainnya (Brilliantono 2004). Selain itu, salah satu dari sekian usaha untuk kembali hidup sehat juga telah dilakukan di Indonesia termasuk dengan memperkenalkan makanan organik. Menurut Steven (2007), bahan pangan organik merupakan bahan pangan yang diproduksi secara sedikit atau bebas sama sekali dari unsur kimia berupa pupuk, pestisida, hormon, dan obat-obatan. Bahan pangan organik hanya menggunakan bibit lokal dan pupuk dari alam seperti kotoran hewan atau kompos. Selain itu, bahan pangan organik tidak memanfaatkan teknologi radiasi untuk mengawetkan produknya. Secara umum, makanan organik merupakan makanan yang mempunyai standar kesehatan yang direkomendasikan. Menurut Firth et al (2004), walaupun permintaan pasar akan makanan organik masih terbilang kecil, terdapat tandatanda bahwa peminat makanan organik semakin berkembang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya yang berada di bawah 10%. Pangan dan produk organik yang telah dikembangkan di Amerika yaitu sayuran dan buah, padi-padian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, susu dan olahannya, daging, unggas dan telur, serta produk organik olahan seperti pasta, saus, pizza bahkan sampai makanan untuk bayi (Dimitri & Greene 2002). Di Indonesia sendiri produk organik masih terbatas pada sayuran dan buah, kopi, mete, rempah-rempah, herbal, minyak kelapa murni, madu, dan udang (Prawoto 2005). Beberapa studi telah dilakukan di Amerika untuk mengetahui perilaku konsumsi pangan organik. Survei konsumen yang dilakukan The Hartman Group pada tahun 2000 mengemukakan bahwa 66% konsumen mengonsumsi pangan organik dengan alasan bahwa pangan organik lebih bergizi dan alasan kesehatan. Begitu juga survei yang dilakukan oleh The Walnut Acres, konsumen mempercayai bahwa pangan organik lebih baik dan sehat dibandingkan dengan pangan konvensional (Dimitri & Greene 2002). Selain itu, studi di Indonesia yang dilakukan oleh Gantina (2006) menyatakan bahwa sebanyak 83% konsumen mengonsumsi pangan organik untuk alasan dan manfaat kesehatan, dan 25% konsumen tersebut menjalani diet vegetarian. Bahkan, di Bali telah muncul gerakan hari Vegan Organik Dunia yang diperingati setiap tanggal 27 Maret sebagai upaya dukungan untuk menjalani pola hidup sehat pada masyarakat dunia (Suja 2012).
2 Kalangan konsumen di negara-negara maju sudah menganggap bahwa produk pertanian organik lebih superior baik dalam hal gizi, keamanan maupun kesehatannya. Perilaku tersebut telah meluas ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia terutama masyarakat kota. Bertitik tolak dari hal tersebut maka kajian mengenai peluang konsumsi pangan organik khususnya pada kelompok vegetarian menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Kota Bogor sebagai kota potensial dalam perkembangan pangan organik serta tingginya kepedulian masyarakat akan hidup sehat, dapat dijadikan tempat untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian. Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan sosial ekonomi contoh 2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan gizi contoh tentang konsumsi pangan organik. 3. Mengetahui kebiasaan makan pangan organik pada contoh. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan sosial ekonomi contoh dengan perilaku konsumsi pangan organik. 5. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi contoh dengan perilaku konsumsi pangan organik. 6. Menganalisis faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor. Hipotesis Hipotesis yang diambil peneliti adalah umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan organik. Memahami umur contoh adalah penting karena contoh yang berbeda umur akan mengonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap sesuatu. Seseorang yang berumur relatif muda akan relatif lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru. Jenis kelamin berhubungan dengan kecenderungan lebih mudah menerima dan konsumtif terhadap sesuatu yang baru, khususnya pangan organik. Riwayat penyakit berhubungan dengan pemulihan penyakit yang diderita contoh yang mempengaruhi konsumsi pangan organik. Jumlah anggota keluarga berhubungan dengan alokasi pangan seseorang. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat dalam konsumsi makanan. Pekerjaan akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan sehingga seseorang mempunyai akses dan daya jangkau cukup dalam menentukan kualitas makanan. Tingkat
3
pengetahuan gizi berhubungan dengan kemampuan menerapkan pengetahuan dalam pemilihan makanan. Manfaat Kegunaan penelitian ini antara lain diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pemasar pangan dan produk organik, ahli gizi, pemerintah serta berbagai pihak yang terlibat dalam pemasaran produk organik terkait faktorfaktor yang mempengaruhi konsumsi pangan organik.
KERANGKA PEMIKIRAN Munculnya sistem pertanian organik dan pertambahan penggunaan lahan pertanian organik di beberapa negara termasuk Indonesia mendorong perkembangan dan peningkatan produk pertanian organik. Tingginya minat dan permintaan masyarakat akan pangan dan produk organik di beberapa kota besar di Indonesia seperti Bogor didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan. Berbagai jenis pangan organik yang beredar di masyarakat memposisikan pangan organik sebagai pangan yang aman, bebas dari residu pestisida dan zat kimia sintetis, menyehatkan serta bergizi. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian. Perilaku konsumsi ini antara lain dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit. Faktor eksternal meliputi jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit merupakan beberapa variabel terkait contoh yang diteliti terhadap perilaku konsumsi pangan organik. Memahami umur contoh adalah penting karena contoh yang berbeda umur akan mengonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan umur juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap sesuatu. Seseorang yang berumur relatif muda akan relatif lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru. Jenis kelamin berhubungan dengan kecenderungan lebih mudah menerima dan konsumtif terhadap sesuatu yang baru, khususnya pangan organik. Riwayat penyakit berhubungan dengan pemulihan penyakit yang diderita contoh yang mempengaruhi konsumsi pangan organik Jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi merupakan beberapa variabel terkait contoh yang diteliti terhadap perilaku konsumsi pangan organik. Jumlah anggota keluarga berhubungan dengan alokasi pangan seseorang. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat dalam konsumsi makanan. Pekerjaan akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan sehingga seseorang mempunyai akses dan daya jangkau cukup dalam menentukan kualitas makanan. Tingkat pengetahuan gizi berhubungan dengan kemampuan menerapkan pengetahuan dalam pemilihan
4 makanan. Kebiasaan makan meliputi frekuensi makan dan jenis makanan pangan organik yang dikonsumsi. Secara sistematik, kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Vegetarian Vegan Lacto Vegetarian Lacto–ovo Vegetarian
Faktor Internal Keyakinan Body Image
Faktor Eksternal Sumber Informasi Motivasi Tempat Tinggal
Jenis Kelamin Umur Riwayat Penyakit
Perilaku Konsumsi Pangan Organik Frekuensi Makan Jenis Pangan
Jumlah Anggota Keluarga Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Tingkat Pengetahuan Gizi
Ketersediaan Pangan
Keterangan: :Variabel yang diteliti :Variabel yang tidak diteliti :Hubungan yang dianalisis :Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian
5
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif serta menggunakan metode survei. Penelitian ini dilakukan pada komunitas vegetarian dan pengunjung Restoran Karunia Baru di Kota Bogor pada bulan Agustus hingga bulan September 2014. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Pemilihan contoh dilakukan secara purposive dengan jumlah 42 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 24 orang perempuan. Kriteria contoh dalam penelitian ini, yaitu pria dan wanita dewasa (umur 18-60 tahun) yang telah menjalankan diet vegetarian selama ≥ 1 tahun (terhitung dari mulai penelitian) yang diambil dari komunitas vegetarian dan pengunjung Restoran Karunia Baru di Kota Bogor selama bulan Agustus hingga bulan September 2014 yang sebelumnya pernah mengonsumsi pangan organik dan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Komunitas Vegetarian n = 395
Contoh 10% populasi n = 42 Komunitas Vegetarian n = 27
Konsumen Restoran Karunia Baru n = 15 Gambar 1 Prosedur pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit) 2. Data karakteristik sosial ekonomi contoh (kondisi sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan)
6 3. Data pengetahuan contoh terkait gizi dasar dan pangan organik diperoleh dengan memberikan masing-masing pertanyaan untuk setiap komponen melalui pengisian kuesioner yang dipandu oleh peneliti. Seluruh data primer diperoleh dengan cara pengisian kuesioner yang dipandu oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan sebelumnya telah diuji coba dan dilakukan uji validitas menggunakan koefisien korelasi biseral dan uji reliabilitas menggunakan metode Kuder Richardson 20 secara One Shot. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dari Restoran Karunia Baru. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry, cleaning, pengolahan, dan analisis data. Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan, kesalahan dari konsistensi jawaban dalam kuesioner. Tahap coding merupakan tahapan yang digunakan untuk mempermudah dalam entry dan pengolahan data. Tahapan selanjutnya adalah entry data yaitu proses memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Tahapan terakhir adalah cleaning yang dilakukan untuk mengoreksi atau mengecek kesalahan yang mungkin terjadi saat memasukkan data. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensia menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS for windows versi 16.0). Perilaku konsumsi pangan organik dilakukan dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Contoh dikategorikan sering apabila konsumsi pangan organik > 5 kali per bulan. Dikategorikan jarang apabila konsumsinya ≤ 5 kali per bulan. Kelompok umur dalam penelitian ini adalah dewasa produktif, yaitu 18 – 60 tahun. Setelah didapatkan data umur, kemudian dikategorikan menjadi dewasa muda (18 – 40 tahun ) dan dewasa madya (41 – 60 tahun) (Papalia dan Olds 2001). Jenis Kelamin dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Jumlah Anggota Keluarga dihitung berdasarkan banyaknya Anggota Rumah Tangga (ART) yang bertempat tinggal di rumah tangga (RT) tersebut, baik yang berada di rumah tangga pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada (termasuk kepala rumah tangga). ART yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah tangga 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai ART. Orang yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniat tinggal di rumah tangga tersebut 6 bulan atau lebih dianggap sebagai ART. Pembantu rumah tangga, sopir, tukang kebun yang tinggal dan makan di rumah majikannya dianggap sebagai ART majikannya (Depkes 2008). Dalam penelitian ini, variabel jumlah anggota keluarga dikategorikan menjadi keluarga besar (> 4 orang) dan keluarga kecil (≤ 4 orang) (BKKBN 1992 dalam Mahliawati 2010). Pendidikan diukur dengan menanyakan tingkat pendidikan tertinggi yang telah dicapai. Dalam penelitian ini, variabel pendidikan dikategorikan menjadi
7 pendidikan rendah jika tamat < SMA dan pendidikan tinggi jika tamat ≥ SMA (Diknas 2003 dalam Sebastian 2008). Pekerjaan diukur dengan menanyakan pekerjaan utama contoh atau pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak contoh dan memberikan penghasilan terbesar. Dalam penelitian ini, variabel pekerjaan dikategorikan menjadi contoh tidak bekerja jika tidak bekerja (termasuk sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja), sekolah (kegiatan bersekolah di sekolah formal baik yang di bawah pengawasan Depdiknas, departemen lain maupun swasta), mengurus rumah tangga (kegiatan mengurus atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah/gaji) dan contoh bekerja jika PNS, pegawai swasta, wiraswasta, dan lainnya. Pendapatan diukur dengan menanyakan gaji/upah rata-rata per bulan dari contoh atau kepala keluarga contoh. Variabel pendapatan dikategorikan pendapatan tinggi jika pendapatan rata-rata per bulan > Rp 5 000 000 dan pendapatan rendah jika pendapatan rata-rata per bulan ≤ Rp 5 000 000. Riwayat penyakit diukur dengan menanyakan riwayat penyakit contoh dalam enam bulan terakhir. Variabel riwayat penyakit dikategorikan pernah jika menderita sakit dalam 6 bulan terakhir dan tidak pernah jika tidak menderita sakit dalam 6 bulan terakhir. Tingkat pengetahuan gizi untuk mengetahui sejauh mana contoh mengetahui tentang vegetarian, pangan organik, dan gizi umum yaitu dengan memberi skor atas semua jawaban yang diberikan contoh. Pengetahuan gizi ini terdiri dari 10 item pertanyaan dengan skor total 10 jika jawaban semua pertanyaan benar. Penilaian terhadap ketepatan jawaban dibuat dalam bentuk persentase yang dikategorikan tingkat pengetahuan gizi baik apabila ≥80% jawaban benar dan tingkat pengetahuan gizi cukup apabila <80% jawaban benar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows berupa analisis univaria dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi atau distribusi masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel dependen (perilaku konsumsi pangan organik) dan variabel independen (umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan pengetahuan gizi). Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis data yang digunakan yaitu uji chi-square karena variabel dependen dan independen berbentuk kategorik. Melalui uji statistik chisquare akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilai p ≤ 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen, dan jika diperoleh nilai p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini, semua variabel independen terdiri dari dua kategori, maka nilai p dapat dilihat dari nilai pearson pada uji chi-square. Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen sebagai faktor protektif terhadap variabel dependen dan jika OR > 1 artinya variabel independen sebagai faktor risiko terhadap variabel dependen.
8 Analisis data yang terakhir pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel independen dan dependen berbentuk kategorik yang bertujuan untuk mengetahui variabel independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen. Uji ini menggunakan model prediksi karena semua variabel independen dianggap sama penting sehingga proses estimasi dapat dilakukan dengan beberapa koefisien regresi logistik sekaligus. Definisi Operasional Vegetarian adalah orang yang mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan, meliputi sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan, dan tidak mengonsumsi segala jenis binatang, termasuk daging sapi, babi, ayam, ataupun ikan. Pangan organik adalah pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian organik, yaitu suatu sistem manajemen produk holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keanekaragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah (SNI 01-6729-2002) yang meliputi produk segar (sayuran dan buah), padi-padian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, produk susu, produk daging, serta produk olahan dengan bahan baku pangan organik seperti pasta, saus, pizza atau makanan untuk bayi, dan sebagainya, serta minuman organik. Perilaku konsumsi pangan organik adalah frekuensi rata-rata dan porsi asupan pangan organik contoh selama sebulan. Contoh adalah vegetarian dari komunitas Indonesia Vegetarian Society Bogor dan pengunjung Restoran Karunia Baru yang berusia 18 - 60 tahun. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh contoh. Pendapatan adalah jumlah pendapatan per bulan yang dihasilkan contoh atau kepala keluarga contoh yang dinilai dengan rupiah. Pekerjaan adalah pekerjaan tetap yang menjadi mata pencaharian utama contoh. Riwayat penyakit adalah penyakit infeksi dan non-infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang pernah diderita contoh selama enam bulan terakhir berdasarkan pengakuan contoh dalam kuesioner. Jenis penyakit adalah jenis atau gejala penyakit yang dialami contoh selama enam bulan terkahir berdasarkan pengakuan contoh dalam kuesioner. Tingkat pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh tentang vegetarian, pangan organik, dan gizi umum yang diukur dengan menggunakan kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Komunitas Vegetarian di Kota Bogor Restoran Vegetarian Karunia Baru berada di Jalan Raya Pajajaran No. 50 Bogor. Restoran ini merupakan salah satu rumah makan modern yang murni menyajikan makanan atau menu vegetarian yang tidak mengandung daging, tetapi berupa sayuran yang sama persis seperti menu umumnya yang terbuat dari daging.
9
Restoran ini berdiri pada awal tahun 2006 dengan status kepemilikan perseorangan. Restoran Vegetarian Karunia Baru adalah mitra dari Indonesia Vegetarian Society (IVS) yang merupakan lembaga vegetarian. Restoran ini memiliki misi yaitu meningkatkan kualitas kehidupan manusia beserta lingkungan hidupnya sejalan dengan waktu. Gaya hidup masyarakat yang mulai beralih dari mengonsumsi daging menjadi vegetarian merupakan alasan lain restoran ini didirikan serta mengembangkan usaha tersebut. Indonesia Vegetarian Society (IVS) adalah organisasi yang bersifat nirlaba, yang berdiri di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1998. IVS telah terdaftar menjadi anggota International Vegetarian Union (IVU) sejak tahun 1999. IVS didirikan dengan tujuan sebagai organisasi untuk menyebarluaskan informasi seputar kehidupan vegetarian di Indonesia, mengembangkan cinta kasih universal dan menyelamatkan dunia melalui vegetarianisme. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengonsumsi produk nabati dengan atau tanpa susu dan telur, tetapi menghindari konsumsi daging, unggas dan hewan laut. Beberapa alasan mengapa orang memilih menjadi vegetarian antara lain karena ingin hidup sehat, ajaran agama, kepeduliaan akan hewan dan lingkungan (IVU 2001). Menurut data yang didapat langsung dari kantor Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS), jumlah anggota IVS yang terdaftar pada kantor pusat IVS saat berdiri pada tahun 1998 sampai tahun 2010 yaitu berjumlah 7 742 anggota dan total IVS di seluruh cabang Indonesia (53 cabang) adalah 100 000 anggota. Ini merupakan bagian kecil dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya karena tidak semua kaum vegetarian mendaftar menjadi anggota. Salah satu IVS dari 53 cabang di seluruh Indonesia adalah Kota Bogor. Komunitas vegetarian di Kota Bogor ini berdiri pada awal 2012 dan terletak di Jalan Roda No.142 Bogor. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi variabel dependen, yaitu perilaku konsumsi pangan organik dan variabel independen antara lain jenis kelamin, umur, riwayat penyakit, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Karakteristik Contoh Gambaran distribusi contoh berdasarkan karakteristik contoh dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik contoh Karakteristik Kelompok Umur Dewasa Muda (18–40 tahun) Dewasa Madya (41–60 tahun) Total Sakit dalam Enam Bulan Terakhir Pernah Tidak Pernah Total
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n %
n
%
6 12 18
42,9 42,9 42,9
8 16 24
57,1 57,1 57,1
14 28 42
33,3 66,7 100,0
12 6 18
46,2 37,5 42,9
14 10 24
53,8 62,5 57,1
26 16 42
61,9 38,1 100,0
Total
10 Contoh dalam penelitian ini adalah komunitas vegetarian dan pengunjung Restoran Karunia Baru di Kota Bogor. Contoh dari komunitas vegetarian sebanyak 27 orang dan pengunjung Restoran Karunia Baru sebanyak 15 orang. Umur memiliki peran penting dalam menentukan pilihan makanan seseorang dan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu. Kelompok vegetarian ini tidak ada yang berusia anak-anak atau balita karena semua responden yang menjadi vegetarian termasuk kelompok usia dewasa. Pengelompokkan usia diklasifikasikan menurut Papalia dan Olds (2001), yaitu sebagian besar contoh dengan jenis kelamin perempuan yang termasuk dalam kelompok umur dewasa muda adalah sebanyak 8 orang (57,1%) sedangkan yang termasuk dalam kelompok umur dewasa madya sebanyak 16 orang (57,1%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang termasuk dalam kelompok umur dewasa muda adalah sebanyak 6 orang (42,9%) sedangkan yang termasuk dalam kelompok umur dewasa madya sebanyak 12 orang (42,9%). Kelompok umur contoh termasuk dalam usia produktif yang memiliki kecenderungan untuk lebih giat bekerja sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang lebih untuk keperluan konsumsi makanan. Keadaan yang dialami seorang individu salah satunya yaitu riwayat penyakit yang akan mempengaruhi konsumsi makanan seseorang. Riwayat penyakit dalam penelitian ini adalah penyakit infeksi dan non-infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang pernah diderita contoh selama enam bulan terakhir yang diukur dengan jenis penyakit. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa contoh dengan jenis kelamin perempuan yang pernah menderita sakit dalam enam bulan terakhir yaitu sebesar 53,8% sedangkan yang tidak menderita sakit sebesar 62,5%. Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang pernah menderita sakit dalam enam bulan terakhir yaitu sebesar 46,2% sedangkan yang tidak pernah menderita sakit dalam enam bulan terakhir yaitu sebesar 37,5%. Distribusi contoh berdasarkan riwayat penyakit disajikan dalam Lampiran 6. Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Gambaran distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi contoh dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Distribusi contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi contoh Jenis Kelamin Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga Besar (>4 orang) Kecil (≤4 orang) Total Tingkat Pendidikan Tinggi (≥SMA) Rendah (<SMA) Total Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total
Laki-laki n %
Total
Perempuan n %
n
%
6 12 18
31,6 52,2 42,9
13 11 24
68,4 47,8 57,1
19 23 42
45,2 54,8 100,0
17 1 18
48,6 14,3 42,9
18 6 24
51,4 85,7 57,1
35 7 42
83,3 16,7 100,0
16 2 18
51,6 18,2 42,9
15 9 24
48,4 81,8 57,1
31 11 42
73,8 26,2 100,0
11
Jenis Kelamin Karakteristik Pendapatan Tinggi (> Rp 5 000 000) Rendah (≤ Rp 5 000 000) Total
Laki-laki n % 16 2 18
61,5 12,5 42,9
Total
Perempuan n % 10 14 24
38,5 87,5 57,1
n 26 16 42
% 61,9 38,1 100,0
Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah tangga tersebut (Depkes 2008). Jumlah anggota keluarga diduga sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa contoh dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki jumlah anggota keluarga besar sebanyak 13 orang (68,4%) sedangkan yang memiliki jumlah anggota keluarga kecil sebanyak 11 orang (47,8%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang memiliki jumlah anggota keluarga besar sebanyak 6 orang (31,6%) sedangkan yang memiliki jumlah anggota keluarga kecil sebanyak 12 orang (52,2%). Pendidikan dianggap memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumsi pangan organik. Pendidikan merupakan hal yang cukup penting peranannya terkait dengan kemampuan seseorang menyerap informasi, misalnya informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan (Weaver 2009). Contoh dengan jenis kelamin perempuan yang termasuk berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (51,4%), sedangkan tingkat pendidikan contoh yang termasuk dalam kategori rendah hanya sebanyak 6 orang (85,7%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang termasuk berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 17 orang (48,6%), sedangkan tingkat pendidikan contoh yang termasuk dalam kategori rendah hanya sebanyak 1 orang (14,3%). Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas pangan karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki individu tentang gizi menjadi lebih baik (Fauziah 2009). Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Lampiran 3. Pekerjaan seseorang dianggap turut berperan dalam menentukan perilaku konsumsi pangan organik. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa contoh dengan jenis kelamin perempuan yang bekerja yaitu sebanyak 15 orang (48,4%), sedangkan contoh yang tidak bekerja sebanyak 9 orang (81,8%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang bekerja yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) sedangkan contoh yang tidak bekerja hanya sebanyak 2 orang (18,2%). Distribusi contoh berdasarkan jenis pekerjaan disajikan dalam Lampiran 4. Pendapatan dianggap sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik. Contoh dengan jenis kelamin perempuan yang berpendapatan tinggi yaitu sebanyak 10 orang (38,5%) sedangkan yang berpendapatan rendah sebanyak 14 orang (87,5%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang berpendapatan tinggi yaitu sebanyak 16 orang (61,5%) sedangkan yang berpendapatan rendah sebanyak 2 orang (12,5%). Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa pendapatan seseorang berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Semakin tinggi pendapatan, maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik yang tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah menjadi bahan pangan
12 yang harganya lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik. Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendapatan disajikan dalam Lampiran 5. Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Variabel pengetahuan gizi contoh diukur menggunakan alat ukur berupa kuesioner pengetahuan gizi yang berisi 10 pertanyaan mengenai vegetarian, pangan organik, dan gizi umum dengan skor total 10 jika jawaban benar atas semua pertanyaan. Untuk mempermudah dalam analisis data, peneliti membagi tingkatan pengetahuan gizi dalam dua kategori, yaitu dikatakan cukup jika contoh menjawab dengan benar ≤ 80% pertanyaan dan dikatakan baik jika jawaban benar contoh > 80% pertanyaan. Gambaran distribusi contoh berdasarkan kategori tingkat pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Tingkat Pengetahuan Gizi Baik (>80%) Cukup (≤80%) Total
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 16 59,3 11 40,7 2 13,3 13 86,7 18 42,9 24 57,1
Total n 27 15 42
% 64,3 35,7 100,0
Secara umum, berdasarkan skor total diketahui bahwa contoh dengan jenis kelamin perempuan yang pengetahuan gizinya baik sebanyak 11 orang (40,7%) sedangkan yang tergolong cukup sebanyak 13 orang (86,7%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang pengetahuan gizinya baik sebanyak 16 orang (59,3%) sedangkan yang tergolong cukup hanya 2 orang (13,3%). Aspek pengetahuan gizi mengenai jenis vegetarian murni, manfaat pangan organik, dan penyebab sariawan sudah diketahui dengan baik oleh semua contoh penelitian. Namun, aspek pengetahuan gizi mengenai pengertian pangan organik dan kandungan zat gizi yang paling banyak pada pangan organik masih tergolong kurang karena dibawah 80% untuk jawaban benar. Distribusi contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi disajikan dalam Lampiran 7 dan rincian distribusi contoh berdasarkan jumlah jawaban benar pertanyaan kuesioner pengetahuan gizi disajikan dalam Lampiran 8. Secara keseluruhan, hampir semua contoh sudah dapat memahami gizi dengan baik. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Khomsan 2009). Gambaran Distribusi Contoh Berdasarkan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Kebiasaan konsumsi pangan organik contoh pada penelitian ini dilihat dari kebiasaan contoh dalam mengonsumsi pangan organik pada sebulan terakhir. Hal ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan form Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang memuat sejumlah bahan makanan dari masing-masing golongan bahan makanan dan frekuensi penggunannya. Peneliti membagi kebiasaan perilaku konsumsi pangan organik menjadi dua kategori, yaitu dikatakan sering jika contoh mengonsumsi pangan organik selama sebulan terakhir dengan frekuensi > 5 kali per bulan dan dikatakan jarang
13
jika contoh mengonsumsi pangan organik selama sebulan terakhir dengan frekuensi ≤ 5 kali per bulan. Gambaran distribusi contoh berdasarkan kategori perilaku konsumsi pangan organik dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Distribusi contoh berdasarkan kategori perilaku konsumsi pangan organik Perilaku Konsumsi Pangan Organik Sering (> 5 kali) Jarang (≤ 5 kali) Total
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 8 29,6 19 70,4 10 66,7 5 33,3 18 42,9 24 57,1
Total n 27 15 42
% 64,2 35,7 100,0
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa dari sebagian besar contoh dengan jenis kelamin perempuan terbiasa mengonsumsi pangan organik yaitu sebanyak 19 orang (70,4%) sedangkan yang jarang hanya 5 orang (33,3%). Contoh dengan jenis kelamin laki-laki yang mengonsumsi pangan organik > 5 kali per bulan sebanyak 8 orang (29,6%) sedangkan yang jarang sebanyak 10 orang (66,7%). Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku konsumsi pangan organik contoh, jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh semua contoh adalah beras putih dan beras merah dengan rata-rata frekuensi 1-2 kali dalam sehari. Selain beras putih sebagian makanan pokok, makanan pokok lainnya seperti roti dan mie dikonsumsi sebagai selingan dengan rata-rata frekuensi 1 kali seminggu. jenis bahan makanan sumber protein nabati organik yang dikonsumsi oleh contoh adalah kacang kedelai, kacang hijau, dan susu kedelai dengan ratarata frekuensi 2-3 kali dalam seminggu. Sayur-sayuran organik seperti kangkung, bayam, wortel, sawi hijau, selada, dan paprika dikonsumsi contoh secara bergantian dengan rata-rata frekuensi 7 kali dalam seminggu. Buah-buahan organik yang dikonsumsi contoh rata-rata dengan frekuensi 3 kali seminggu adalah strawberry dan apel, sedangkan buah lainnya seperti jeruk dan pisang dikonsumsi satu kali sebulan (jarang). Frekuensi penggunaan bahan makanan dan rata-rata berat bahan yang dikonsumsi ketiga kelompok disajikan dalam Lampiran 2. Ditinjau dari segi penggunaan bahan makanan organik pada kelompok vegetarian cukup beragam. Kebiasaan makan organik yang beragam ini akan menguntungkan dalam pemenuhan zat-zat gizi. Hal ini sesuai dengan Suhardjo (2000) yang menyatakan bahwa konsumsi pangan campuran beragam bahan makanan akan memberikan mutu yang lebih baik daripada makanan yang dikonsumsi secara tunggal. Konsumsi pangan campuran tersebut dapat memberikan efek saling mengisi, artinya kekurangan zat gizi suatu pangan dapat diisi oleh kelebihan zat gizi dari pangan lainnya. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, riwayat penyakit, dan tingkat pengetahuan gizi) dengan variabel dependen perilaku konsumsi pangan organik. Pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Adapun hasil analisis bivariat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
14
Hubungan antara Umur dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara umur dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Analisis hubungan antara umur dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Umur
Dewasa Muda Dewasa Madya Total
Sering n % 6 42,9 21 75 27 64,3
Jarang n % 8 57,1 7 25 15 35,7
Total n
%
14 28 42
100 100 100
OR 95% CI
1,23 (1,18 – 1,27)
P value
0,0000
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa kelompok umur dewasa muda yang tergolong sering dalam perilaku konsumsi pangan organik adalah sebesar 42,9% sedangkan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok dewasa madya yang tergolong sering mencapai 75%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat dikatakan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok umur dengan perilaku konsumsi pangan organik. Hal ini sesuai dengan penelitian Rita (2002) yang menyatakan bahwa faktor umur berhubungan dengan perilaku konsumsi makanan seseorang serta berperan terhadap preferensi terhadap konsumsi makanan. Selain itu menurut Worthington (2000), pada saat seseorang masih bayi, ia tidak mempunyai pilihan terhadap apa yang akan dimakan, namun ketika seseorang tumbuh menjadi remaja dan dewasa, orang tersebut mulai mengontrol apa yang mereka makan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,23 (1,18 – 1,27), artinya pada kelompok umur dewasa muda mempunyai peluang 1,23 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan kelompok umur dewasa madya. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total
Sering n % 10 55,5 17 70,8 27 64,3
Jarang n % 8 44,4 7 29,2 15 35,7
Total n
%
18 24 42
100 100 100
OR 95% CI
1,09 (1,06 – 1,12)
P value
0,0000
15
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa contoh berjenis kelamin laki-laki yang tergolong sering dalam perilaku konsumsi pangan organik sebesar 55,5% dan contoh berjenis kelamin perempuan yang tergolong sering dalam perilaku konsumsi pangan organik yaitu mencapai 70,8%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% tedapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi pangan organik. Hal ini selaras dengan penelitian Milligan et al (1998) di Australia yang menyebutkan bahwa masyarakat berjenis kelamin perempuan lebih tinggi (4,1%) mengonsumsi makanan dibandingkan dengan laki-laki (2,5%) secara kualitas. Dalam jurnal Schmoll et al. (2006) juga dikatakan bahwa ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap suatu produk. Laki-laki cenderung lebih mudah menerima suatu produk yang baru dibandingkan dengan perempuan. Namun, perempuan lebih bersifat konsumtif terhadap suatu produk yang memang produk tersebut sudah terbukti bagus. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,09 (1,06 – 1,13), artinya contoh yang berjenis kelamin laki-laki mempuyai peluang 1,09 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibanding dengan contoh yang berjenis kelamin perempuan. Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara riwayat penyakit dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Analisis hubungan antara riwayat penyakit dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Sakit dalam Enam Bulan Terakhir Pernah Tidak Pernah Total
Total
Sering n %
Jarang n %
n
%
15 12 27
11 42,3 4 25 15 35,7
26 16 42
100 100 100
57,7 75 64,3
OR 95% CI
0,68 (0,65 – 0,70)
P value
0,0650
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa contoh yang pernah sakit dalam enam bulan terakhir memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering sebesar 57,7% sedangkan contoh yang tidak pernah sakit dalam enam bulan terakhir yang memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering yaitu sebesar 75%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0650 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan perilaku konsumsi pangan organik. Hal ini sejalan dengan penelitian Gantina (2006) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara riwayat penyakit dengan konsumsi pangan organik. Hal ini dapat diasumsikan bahwa penyakit yang diderita contoh tidak akan mempengaruhi konsumsi pangan organik. Keeratan hubungan yang rendah ini diduga bahwa pangan organik yang dikonsumsinya memberikan pengaruh yang kecil terhadap pemulihan penyakit yang dideritany. Hal ini disebabkan oleh dampak yang
16 dirasakan individu terhadap manfaat pangan organik bersifat jangka panjang dan tidak bisa dirasakan langsung. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,68 (0,65 – 0,70), artinya contoh yang tidak memiliki riwayat penyakit mempunyai peluang 0,68 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan contoh yang memiliki riwayat penyakit. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Jumlah Anggota Keluarga Besar (>4 orang) Kecil (≤4 orang) Total
Sering n % 10 52,6 17 73,9 27 64,3
Jarang n % 9 47,4 6 26,1 15 35,7
Total n
%
19 23 42
100 100 100
OR 95% CI
1,08 (1,03 – 1,12)
P value
0,0009
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa contoh dengan jumlah anggota keluarga yang besar (>4 orang) yang berperilaku konsumsi pangan organiknya sering sebesar 52,6% sedangkan contoh dengan jumlah anggota keluarga kecil (≤ 4 orang) yang berperilaku konsumsi pangan organik sering mencapai 73,9%. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin besar pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibanding keluarga dengan jumlah sedikit (Srimaryani 2010). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0009 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi pangan organik. Semakin besar jumlah anggota maka kebutuhan pangan akan meningkat. Apabila jumlah pangan yang tersedia terbatas, maka asupan makanan yang diterima oleh setiap anggota keluarga akan terbatas pula. Hal ini sesuai dengan teori Suhardjo (2006) yaitu besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga tersebut sehingga semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk setiap individu akan semakin berkurang. Sedangkan bedasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,08 (1,03 – 1,12), artinya contoh dengan jumlah anggota besar memiliki peluang 1,08 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan contoh yang jumlah anggota keluarganya kecil. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
17
Tabel 9 Analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Tingkat pendidikan Tinggi (≥SMA) Rendah (<SMA) Total
Sering n % 25 71,4 2 28,6 27 64,3
Jarang n % 10 28,6 5 71,4 15 35,7
Total n
%
35 7 42
100 100 100
OR 95% CI
1,53 (1,47 – 1,59)
P value
0,0000
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa contoh dengan tingkat pendidikan tinggi yang perilaku konsumsi pangan organiknya tergolong sering mencapai 71,4% sedangkan contoh dengan tingkat pendidikan rendah yang perilaku konsumsi pangan organiknya tergolong sering hanya sebesar 28,6%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5 % terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada vegetarian. Hal ini sesuai dengan penelitian Zenk (2005) dan Roos (2001) yang menyebutkan bahwa faktor pendidikan seseorang berhubungan secara siginifikan dengan perilaku konsumsi makan, atau dengan kata lain seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung akan mengonsumsi pangan organik lebih banyak. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,53 (1,47 – 1,59), artinya contoh yang berpendidikan rendah mempunyai peluang 1,53 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan contoh yang berpendidikan tinggi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin positif sikap seseorang terhadap gizi makanan sehingga semakin baik pula konsumsi pangan dalam keluarga (Zualeha 2006). Selain itu, dengan pendidikan yang lebih tinggi, tingkat pengetahuan dan informasi yang dimiliki juga akan lebih banyak sehingga turut berperan dalam memilih mengonsumsi makanan yang sehat. Hal ini sesuai dengan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi lebih banyak dan mengimplementasikan dalam gaya hidup sehari-hari termasuk dalam perilaku konsumsi pangan organik. Menurut Soekirman (2000) dalam Wulansari (2009), seseorang yang berpendidikan tinggi umunya memiliki tingkat ekonomi yang relatif tinggi pula. Dengan tingkat ekonomi yang tinggi, maka kecukupan terhadap bahan makanan akan lebih terpenuhi. Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara status pekerjaan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
18 Tabel 10 Analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Jumlah Anggota Keluarga Bekerja Tidak Bekerja Total
Sering n % 23 74,2 4 36,4 27 64,3
Jarang n % 8 25,8 7 63,6 15 35,7
Total n
%
31 11 42
100 100 100
OR 95% CI
1,08 (1,04 – 1,12)
P value
0,0001
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa contoh yang tidak bekerja yang memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering sebesar 36,4% sedangkan contoh yang bekerja dan memiliki perilaku konsumsi pangan organik yang sering mencapai 74,2%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0001 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian. Hal ini sesuai dengan penelitian Rita (2002) yang menyatakan bahwa pekerjaan berpangaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi inividu karena pekerjaan akan berpengaruh langsung terhadap jumlah pendapatan yang akan diterima oleh seseorang. Selain itu, menurut Mukson (1996) dalam Zulaeha (1999), keluarga yang memiliki pendapatan tinggi biasanya mempunyai akses dan daya jangkau cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan sebaliknya. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR sebesar 1,08 (1,04 – 1,12), artinya contoh yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,08 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan contoh yang sudah bekerja.
Hubungan antara Pendapatan dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara pendapatan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Analisis hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Pendapatan
Tinggi Rendah Total
Sering n % 21 80,8 6 37,5 27 64,3
Jarang n % 5 19,2 10 62,5 15 35,7
Total n
%
26 16 42
100 100 100
OR 95% CI
1,68 (1,61 – 1,75)
P value
0,0000
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa contoh dengan pendapatan yang tinggi yang memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering mencapai 80,8% sedangkan contoh dengan pendapatan rendah yang memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering hanya sebesar 37,5%.
19
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan perilaku konsumsi pangan organik. Hal ini sesuai dengan penelitian Zenk (2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dan perilaku konsumsi individu yaitu seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan mengonsumsi makanan lebih banyak. Selain itu, Utsman (2009) menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi. Hal ini menunjukan bahwa orang yang memiliki daya beli yang baik atau pendapatannya tinggi dapat memenuhi kebutuhannya terhadap makanan secara cukup. Semakin tinggi pendapatan seseorang atau meningkatnya tingkat ekonomi cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Pendapatan juga mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan, termasuk pangan organik. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,68 (1,61 – 1,75), artinya contoh yang pendapatannya rendah mempunyai peluang 1,68 kali untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan contoh dengan pendapatan tinggi. Individu dengan pendapatan terbatas cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh, setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi (Suhardjo 2006). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi Pangan Organik Hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor Perilaku Konsumsi Pangan Organik Tingkat Pengetahuan Gizi Baik Cukup Total
Total
Sering n %
Jarang n %
n
%
18 9 27
9 33,3 6 40 15 35,7
27 15 42
100 100 100
66,7 60 64,3
OR 95% CI
1,07 (1,02 – 1,11)
P value
0,0000
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa contoh dengan tingkat pengetahuan gizi baik yang memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering menacapai 66,7% sedangkan contoh dengan tingkat pengetahuan gizi cukup yang memiliki perilaku konsumsi pangan organik sering yaitu sebesar 60%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,0000 sehingga dapat diartikan bahwa pada α = 5% terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi pangan organik. Pengetahuan gizi merupakan aspek penting yang dimiliki seseorang untuk dapat memilih dan mengonsumsi pangan secara tepat (Harper, Deaton, & Driskel 1988). Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai
20 kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Khomsan 2009). Uji Regresi Logistik Berganda Analisis yang dilakukan berikutnya menggunakan uji regresi logistik berganda dengan model prediksi, yaitu dengan cara menyeleksi setiap variabel independen, untuk mengetahui variabel paling dominan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor. Tahapan analisis yang dilakukan sebagai berikut. 1. Pemilihan Variabel Kandidat yang akan Masuk Model Pada penelitian ini terdapat 8 variabel yang diduga berpengaruh terhadap perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor yaitu umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Untuk memilih kandidat model, semua variabel independen tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Setelah melalui analisis bivariat, variabel dengan nilai p≤0,25 dapat masuk ke dalam kandidat model multivariat dan jika p>0,25 namun secara substansi mempunyai kemaknaan juga dapat dimasukkan sebagai kandidat model. 2. Pembuatan model prediksi penentu perilaku konsumsi pangan organik Setelah mendapatkan kandidat model, selanjutnya variabel yang masuk dalam kandidat model dianalisis secara bersamaan terhadap variabel dependen. Kemudian variabel yang masuk ke dalam model berikutnya adalah variabel yang memiliki p value ≤ 0,05. Variabel yang memiliki p value > 0,05 dikeluarkan secara bertahap mulai dari yang paling besar. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan hasil bahwa ada lima variabel yang tersisa pada model 4 yaitu variabel yang memiliki p≤0,05 yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Kelima variabel tersebut menunjukkan ada hubungan signifikan dengan perilaku konsumsi pangan organik. Sedangkan dua variabel lainnya yaitu pekerjaan dan jumlah anggota keluarga dikeluarkan dari model karena memilki p>0,05. 3. Penyusunan Model Akhir (Model Fit) Setelah dilakukan analisis, ternyata variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi merupakan faktor peluang utama terjadinya perilaku jarang konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor. Hasil uji regresi logistik berganda pada variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi terbukti berhubungan secara signifikan dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian. Berdasarkan hasil analisis juga dapat diketahui nilai OR (Odds Ratio) tiap variabel dan yang paling besar adalah variabel pendapatan. OR pendapatan yaitu sebesar 1,43 artinya contoh dengan pendapatan yang rendah akan cenderung untuk berperilaku jarang konsumsi pangan organik dibandingkan dengan contoh yang pendapatannya tinggi setelah dikontrol dengan variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tingkat pengetahuan gizi. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan adalah faktor paling dominan yang berhubungan
21
dengan perilaku konsumsi pangan organik karena memiliki nilai OR paling besar diantara variabel lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Contoh dalam penelitian ini adalah komunitas vegetarian dan pengunjung Restoran Karunia Baru di Kota Bogor dengan jumlah 42 orang. Contoh terdiri dari 18 orang laki-laki (42,9%) dan 24 orang perempuan (57,1%). Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar contoh termasuk dalam kategori dewasa madya (66,7%). Sebagian besar contoh memiliki jumlah anggota keluarga yang kecil (≤4 orang) yaitu 54,8% dengan tingkat pendidikan contoh sebagian besar termasuk tinggi (83,3%). Berdasarkan status pekerjaan, sebagian contoh bekerja (73,8%). Pendapatan sebagian besar contoh tergolong dalam kategori tinggi. Berdasarkan riwayat penyakit, sebagian besar contoh pernah menderita sakit selama enam bulan terakhir (61,9%). Tingkat pengetahuan gizi contoh sebagian besar tergolong baik (64,3%). Sebagian besar contoh memiliki perilaku konsumsi pangan organik yang sering (64,2%). Berdasarkan hasil analisis, terdapat hubungan positif antara umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor (p<0,05). Namun, terdapat hubungan negatif antara jumlah anggota keluarga, status pekerjaan, dan riwayat penyakit dengan perilaku konsumsi pangan organik pada kelompok vegetarian di Kota Bogor (p<0,05). Variabel pendapatan adalah faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik karena memiliki nilai Odds Ratio (1,43) paling besar diantara variabel lainnya. Saran Pangan organik bisa dijadikan pangan alternatif yang dapat memberikan banyak manfaat kesehatan bagi konsumen. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan variasi variabel lainnya serta desain studi seperti case control sehingga dapat menggambarkan hubungan kausalitas (sebab akibat) yang lebih kuat terkait faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi pangan organik.
DAFTAR PUSTAKA Brilliantono, E. 2004. Produk Pangan Organik Kian Diminati Bisnis. [Internet]. [Diakses 2014 September 17]. Tersedia dari: http://www/Bisnis.com/pls Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.
22 Dimitri C, C Greene. 2002. Recent Growth Patterns in the US Organic Foods Market. [Internet]. [Diakses 2014 Mei 15]. Tersedia dari: http://www.ers.usda.gov/publications/aib777.pdf Fauziah, D. 2009. Pola Konsumsi dan Status Gizi Anak Balita yang Tinggal di Daerah Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Firth, C., Geen N., Green, M., Haward, R. and Smithson, A. 2004. The UK Organic Vegetable Market. British Food Journal. Vol.107, 606-625. doi:10.1186/1472-6963-14-138. Harper LJ, BJ Deaton, JA Driskel. 1986. Pangan dan Gizi Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Ed ke-2. Jakarta (ID): UI Press. [IVU] International Vegetarian Union. 2001. IVU News. Chesire (UK), Vol.7 Khomsan A, dkk. 2003. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ______________. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Bogor Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mahliawati. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Provinsi Bangka Belitung (Analisis Data Riskesdas Tahun 2007). [Skripsi]. Jakarta (ID): FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Martianto D, Ariani. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Jakarta (ID): LIPI. Milligan, RA, et al. 1998. Influence of Gender and Socio Economic Status on Dietary Patterns and Nutrient Intakes in 18-year-old Australians. Aust N Z Journal of Public Health. un;22(4):485-493 doi:10.1186/1742-4755-8-33. Papalia DE, SW Olds. 2001. Human Development. New York (USA): McGrawHill Book Company. Prawoto, A. 2005. Potret Pertanian dan Potensi Pasar Pangan Organik Indonesia. [Internet]. [Dikases 2014 Agustus 29]. Tersedia dari: http://www.terranet.or.id Rita, E. 2002. Preferensi Konsumen terhadap Pangan Sumber Karbohidrat NonBeras. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Reynold, Kim D. 2002. Pattern in Child and Adolescent Consumption of Fruit and Vegetable Organic. Journal of The American College of Nutrition, vol.18 No.3,248-254 doi:10.1038/ijo.2008.181. Roos, EB et al. 2001. Household Educational Level as a Determinant of Consumption of Raw Vegetable among Male and Female Adolescents. Journal of American Health Foundation and Academic Press doi:10.1186/1742-475511-2 Sebastian, Dixie. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih Karyawan Bagian Produksi Aerowisata Catering Service Jakarta. [Skripsi]. Jakarta (ID): FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Srimaryani, Diah Imas. 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumah Tangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steven, R. (2007). Why Healthy Lunch Retrieved. [Internet]. [Diakses 2014 Mei 15]. Tersedia dari: http://www.healthylunchforyou.com
23
Suhardjo, dkk. 2006. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta (ID): UI Press. Suja, I W. 2012. Mengapa Saya Memilih Vegetarian. Singaraja (ID): Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha. Sumarwan H. 2002. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapan dalam Pemasaran. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Umar H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Utsman, Fikri Syafril. 2009. Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan serta Keterkaitannya dengan Pengetahuan Gizi Wanita Penderita dan Bukan Penderita Kista Payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Worthington V. 2001. Nutritional Quality of Organic Versus Conventional Fruits, Vegetable, and Grains. The Journal of Alternative and Complementary Medicine 161-173 doi:10.1186/1471-2393-8-30 Wulansari, Natalia Dessy. 2009. Konsumsi serta Prefernsi Buah dan Sayur pada Remaja SMA dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda di Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zenk, Shannon N. 2005. Fruits and Vegetable Intake in African Americans: Income and Store Characteristics. Am Journal Prev Med, 29(1): 1-9 doi:10.1016/S0140-6736(07)61692-4. Zulaeha, Ratna. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Pangan pada Siswa SMA Negeri 103 Jakarta Tahun 2006. [Karya Ilmiah]. Jakarta (ID): Politeknik Kesehatan Jakarta II Departemen Kesehatan RI.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Kode responden : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI PANGAN ORGANIK PADA KELOMPOK VEGETARIAN DI KOTA BOGOR Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI PANGAN ORGANIK PADA KELOMPOK VEGETARIAN DI KOTA BOGOR” oleh Pvatmaya Sczheptariella Burhani (I14100039), mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon ketersediaan Anda meluangkan waktu (±15 menit) untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Kerahasiaan data responden terjamin. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama Anda.
Identitas Responden Nama :…………………………………. Alamat :…………………………………. Kota :………………………………….
No.telp/hp :……………………... Jenis kelamin : L/P Usia :…… tahun
Karakteristik Responden 1. Jumlah anggota keluarga (termasuk anda) :……orang 2. Tingkat pendidikan keluarga : a. SD b. SMP c. SMU d. Diploma e. Sarjana (S1, S2, S3) 3. Pekerjaan utama: a. Tidak/belum bekerja c. Ibu Rumah Tangga e. Pegawai Swasta b. Pelajar/Mahasiswi d. Pegawai Negeri f. Lainnya,………….. 4. Pendapatan rata-rata per bulan : a. Kurang dari Rp 2.000.000 b. Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000 c. Lebih dari Rp 5.000.000 5. Pengeluaran rata-rata untuk pangan organik per bulan : a. Kurang dari Rp 500.000 b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 d. Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 e. Lebih dari Rp 3.000.000
25
Riwayat Penyakit 1. Apakah Anda pernah menderita penyakit selama enam bulan terakhir? a. Ya b. Tidak 2. Jika Ya, jenis penyakit yang sedang/pernah Anda derita (Jawaban dapat lebih dari satu) : Frekuensi Sakit No. Jenis Penyakit kali/hari kali/minggu kali/bulan 1 Hipertensi (tekanan darah tinggi) 2 Penyakit Jantung Koroner 3 Stroke 4 Diabetes Mellitus 5 Kanker 6
Asam urat
7
Overweight/Obesitas (kegemukan)
8
Alergi (hipersensitivitas)
9
Kolesterol Lainnya, 10 Sebutkan…………………………... …………………………………….. Total 3. Apakah Anda menggunakan pangan organik sebagai terapi diet/penyembuhan penyakit yang Anda derita: a. Ya b. Tidak Pengetahuan Gizi Berilah tanda silang (X) pada satu jawaban! 1. Vegetarian murni yang hanya mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan disebut… a. Vegetarian b. Lacto vegetarian c. Ovo vegetarian d. Lacto-ovo vegetarian 2. Vegetarian yang mengonsumsi bahan-bahan nabati, susu, dan produk olahannya disebut… a. Vegetarian b. Lacto vegetarian c. Ovo vegetarian d. Lacto-ovo vegetarian 3. Vegetarian yang mengonsumsi bahan pangan nabati, susu, dan telur serta produk olahannya disebut… a. Vegetarian b. Lacto vegetarian c. Ovo vegetarian d. Lacto-ovo vegetarian
26 4. Produk pangan organik adalah.. a. Hasil pertanian tanpa penggunaan herbisida, pestisida, dan pupun nonorganik b. Hasil pertanian tanpa penggunaan herbisida tetapi menggunakan pupuk non-organik c. Hasil pertaninan dengan penggunaan herbisida dan pestisida d. Hasil pertanian dengan penggunaan bahan kimia sintetis untuk melindungi tanaman 5. Manfaat dari mengonsumsi pangan organik, kecuali… a. Meningkatkan taraf kesehatan b. Menurunkan usia harapan hidup c. Banyak mengandung zat gizi d. Meningkatkan produktivitas kerja 6. Zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh adalah… a. Karbohidrat b. Protein c. Lemak d. Mineral 7. Zat gizi yang paling banyak dikandung sayur dan buah organik adalah… a. Karbohidrat b. Protein c. Lemak d. Mineral 8. Kandungan zat gizi yang rendah pada susu skim adalah… a. Karbohidrat b. Protein c. Lemak d. Mineral 9. Sariawan diakibatkan karena kekurangan… b. Vitamin B c. Vitamin C d. Vitamin D a. Vitamin A 10. Penyakit degeneratif yang dapat dicegah dengan mengonsumsi pangan organik adalah… a. Influenza b. Katarak c. Kanker d. Batuk
27
FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (FFQ) No. Klp Jenis Pangan Pangan 1 Karbohidrat a. Beras putih b. Beras merah c. Roti d. Tepung beras e. Tepung gandum f. Mie g. Jagung h. Ubi i. Singkong j. Kentang k. .............
2
Protein Nabati a. Tahu b. Tempe c. ..................
3
Lemak a. Alpukat b. Margarin c. Kelapa d. Minyak goreng e. Santan kelapa
4
Kacang-kacangan a. Kacang tanah b. Kacang kedelai c. Kacang hijau d. Kacang merah e. Kacang polong f. Susu kedelai
5
Susu a. Keju b. Susu sapi c. Susu kambing d. Susu kerbau e. Yoghurt
6
Sayuran a. Kangkung
Frekuensi .........kali/per Hari Minggu Bulan
Jumlah
28 b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q.
Bayam Kacang panjang Wortel Buncis Labu siam Selada Sawi Kol Tauge Brokoli Seledri Timun Kailan Jamur Paprika ..............
7
Buah a. Pisang b. Pepaya c. Jeruk d. Jambu biji e. Mangga f. Tomat g. Strawberry h. Apel i. Anggur j. Pir k. Rambutan l. Belimbing m. Nanas n. Semangka o. .............
8
Lainnya a. Madu b. Selai c. Teh
29
Lampiran 2 Distribusi contoh berdasarkan perilaku konsumsi pangan organik Frekuensi Konsumsi Pangan Organik ≤ 5 kali 6 – 10 kali 11 – 15 kali > 15 kali Total
n 27 12 2 1 42
% 64,3 28,6 4,8 2,3 100,0
Lampiran 3 Distribusi contoh berdasarkan riwayat penyakit Jenis Penyakit Hipertensi Jantung Kolesterol Obesitas Diabetes Mellitus Alergi Lainnya (flu, batuk, dll) Tidak sakit Total
n 3 1 2 4 2 6 15 16 42
% 7,1 2,4 4,8 9,5 4,8 14,3 26,2 28,6 100,0
Lampiran 4 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Total
n 1 6 9 26 42
% 2,3 14,3 21,4 62,0 100,0
Lampiran 5 Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Tidak bekerja Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Wiraswasta Lainnya Total
n 1 3 7 9 12 7 3 42
% 2,3 7,1 16,7 21,4 28,6 16,7 7,1 100,0
Lampiran 6 Distribusi contoh berdasarkan pendapatan Pendapatan < Rp 2 000 000 Rp 2 000 000 – Rp 5 000 000 >Rp 5 000 000 Total
n 6 10 26 42
% 14,3 23,8 61,9 100,0
30
Lampiran 7 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Tingkat Pengetahuan Gizi Baik (>80%) Sedang (60-80%) Kurang (<60%) Total
Lampiran 8
n 27 11 4 42
% 64,3 26,2 9,5 100,0
Rincian distribusi contoh berdasarkan jumlah jawaban benar pertanyaan kuesioner pengetahuan gizi
No Pertanyaan 1 Jenis untuk vegetarian murni 2 Jenis vegetarian yang hanya mengonsumsi bahan nabati, susu, dan produk olahannya 3 Jenis vegetarian yang mengonsumsi bahan nabati, susu, dan telur serta produk olahannya 4 Pengertian pangan organik 5 Manfaat pangan organik 6 Zat gizi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan 7 Kandungan zat gizi paling banyak pada sayur organik 8 Kandungan zat gizi yang rendah pada susu skim 9 Penyebab sariawan 10 Penyakit degeneratif yang dapat dicegah dengan konsumsi pangan organik
n 42 39
% 100,0 92,9
40
95,2
25 42 39 27 40 42 38
59,5 100,0 92,9 64,2 95,2 100,0 90,5
Lampiran 9 Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan dependen No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Umur Jenis Kelamin Jumlah Anggota Keluarga Tingkat pendidikan Pekerjaan Pendapatan Riwayat Penyakit Tingkat Pengetahuan Gizi
P value 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0001 0,0000 0,0650 0,0000
Lampiran 10 Tahap pemodelan prediksi perilaku konsumsi pangan organik Variabel Umur Jenis Kelamin Jumlah Anggota Keluarga Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Riwayat Penyakit Tingkat Pengetahuan Gizi
Model 1 0,0150 0,0000 0,2500 0,0000 0,9420 0,0000 0,1470 0,0000
Model 2 0,0050 0,0000 0,2500 0,0000 0,0000 0,1470 0,0000
Model 3 0,0050 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
31
Lampiran 11 Model akhir analisis multivariat Variabel Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Pendapatan Tingkat Pengetahuan Gizi Constant
B 0,062 0,075 0,268 0,356 0,248 2,882
Wald 5,800 18,644 123,104 246,580 170,873 2,251
P wald 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
OR (95% CI) 1,07 (1,02 – 1,11) 1,08 (1,04 – 1,12) 1,31 (1,25 – 1,37) 1,43 (1,37 – 1,50) 1,08 (1,04 – 1,12)
32
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 September 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, putri pasangan Ir. Burhanuddin Muhamadiyah dan Eny Mutlifah. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di SDN Polisi 5, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Bogor tahun 2004-2007 dan SMAN 3 Bogor tahun 2007-2010. Penulis pernah mengikuti Olimpiade Sains di bidang Kimia SMA tingkat Kota pada tahun 2008 dan 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur USMI (Undangan Saring Masuk IPB) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi yaitu HIMAGIZI sebagai anggota divisi Informasi dan Komunikasi pada periode 2011-2013 dan Klub Kulinari sebagai anggota pada periode 2011 – 2013. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan pada acara kampus diantaranya Ketua Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi Social Gathering Klub Kulinari tahun 2012, Ketua Divisi PDD Fieldtrip FRESH tahun 2012, Ketua divisi PDD Liga Gizi Masyarakat tahun 2012. Selama bulan Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Jawa Barat dan Maret 2014 penulis mengikuti Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Topik yang dikaji selama mengikuti ID adalah Diabetes Mellitus disertai Sudden Deafness; Gastroenteritis; Bronchopneumonia disertai Anoreksia.