FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PENANGKARAN MERAK HIJAU JAWA (Pavo muticus muticus) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN BURUNG TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII) JAKARTA
SKRIPSI
DYAH AYU PURWANINGSIH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PENANGKARAN MERAK HIJAU JAWA (Pavo muticus muticus) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN BURUNG TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII) JAKARTA
DYAH AYU PURWANINGSIH E34062186
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN DYAH AYU PURWANINGSIH. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus) di Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di bawah bimbingan JARWADI BUDI HERNOWO dan BURHANUDDIN MASY’UD. Kelangsungan hidup merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) pada saat ini sangat terancam, populasinya menurun tajam (dari status vulnurable ke endangered tahun 2010) akibat perburuan liar dan penyempitan habitat oleh kegiatan manusia. Penangkaran merupakan salah satu upaya pengelolaan merak hijau yang dapat menunjang kelestariannya di alam. Keberhasilan penangkaran dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap kehidupan merak hijau jawa dan faktorfaktor pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penangkaran merak hijau jawa di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TB TMII) dan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Jakarta. Penelitian ini dilaksanankan pada September sampai Desember 2010 Faktor-faktor yang mempengaruhi penangkaran merak hijau jawa dianalisis secara deskriptif meliputi ukuran kandang, pakan, habitat buatan, kesehatan, keberhasilan menetaskan telur, dan mengatasi gangguan. Untuk mengetahui tingkat daya tetas telur, morbiditas dan mortalitas dengan analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ukuran kandang merak hijau jawa di TB TMII (panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m) mencukupi. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMR (panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m) juga mencukupi. Jenis pakan baik kuantitas dan kualitas di TB TMII dan TMR mencukupi. Perbedaan yang paling menonjol dalam penangkaran di dua lokasi penelitian ini adalah dalam hal tingkat penetasan telur, morbiditas dan mortilitas. Di TB TMII jumlah telur yang menetas adalah 5 butir dari jumlah total telur 14 butir (dari 3 indukan) dengan persentase daya tetas telur 36,6 % sedangkan di TMR tidak ada telur yang menetas sama sekali dari 15 butir telur (dari 3 indukan) dengan persentase daya tetas telur 0%. Di TB TMII dua ekor merak hijau mati karena terserang penyakit pulorum dan masuk angin sedangkan di TMR tidak ada merak hijau yang mati maupun terserang penyakit. Tingkat keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dari segi reproduksi lebih berhasil karena ada penetesan telur merak hijau jawa sedangkan di TMR tidak ada telur yang menetas sama sekali. Tingkat keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dari segi morbiditas dan mortalitas tidak berhasil karena terdapat merak hijau jawa yang terserang penyakit dan mati sedangkan di TMR tidak ada merak hijau jawa yang terserang penyakit dan mati. Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dan TMR berdasarkan ukuran kandang, pakan, habitat buatan, kesehatan, keberhasilan menetaskan telur, dan mengatasi gangguan.
Kata kunci : penangkaran, merak hijau jawa, keberhasilan penangkaran, taman margasatwa, taman burung
SUMMARY DYAH AYU PURWANINGSIH. Determinants of successful breeding Java Green Peafowl (Pavo muticus muticus) in Ragunan Wildlife Parks and Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Bird Park. Under supervision of JARWADI BUDI HERNOWO and BURHANUDDIN MASY'UD. The javan green peafowl has status as endangered bird, due to poaching and loosing of their habitat because human activities. The successfully of capty breeding is determine by knowledge of javan green peafowl life and also influenced by management activities. The aims of the study to determine the factors to influence the javan green peafowl successfully of capty breeding in Taman Mini Indonesia Indah Birds Park (TB TMII) and Ragunan Wildlife Park (TMR) Jakarta. The study was held in September until December 2010. The descriptive analysis was used to describe the factors influence to the javan green peafowl in captive breeding. Sucsh as size or cage, food, man made habitat, health of the bird, breeding success, mortality and morbidity. The result showed the size (length 6 m, width 4 m, height 10 m) in TB TMII and in TMR (length 4 m, width 4 m, height 6 m) both are enough. The food quality and quantity at both place are enough. The breeding success is quidifferent at TB TMII and TMR. The TB TMII has success of four new peachicks breed, but TMR was not. In TB TMII two javan green peafowl tail off because pulorum disease and colds while in TMR nothing javan green peafowl dead or diseased. The determine factor of success breeding of the javan green peafowl are cage size, food, man made habitat, health or the birds, breeding success, mortality and morbidity.
Keywords: javan green peafowl, captive breeding, breeding success, wildlife park, birds park
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus) di Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2012
Dyah Ayu Purwaningsih NIM E34062186
Judul skripsi
: Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus) di Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta : Dyah Ayu Purwaningsih : E34062186
Nama NIM
Menyetujui : Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MscF NIP: 19581111 198703 1 003
Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS NIP: 19581121 198603 1 003
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Meng
I. PENDAHULUAN Prof. Dr. Ir Sambas Basuni, MS NIP: 19580915 198403 1 003 Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus) di Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke era penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususnan karya tulis ini, sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pembaca. Akhirnya dengan kemampuan yang terbatas dan dengan segala kekurangan, penulis memiliki harapan, semoga karya kecil ini bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca, dunia pendidikan yang tak pernah lekang ditelan oleh waktu serta dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat sehingga dapat lebih bijak dalam pemanfaatan hutan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Bogor, Maret 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di sebuah kota di Jawa Timur, Surabaya, pada tanggal 27 Agustus 1988 sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Heru Budiantoro, S.sos dan Ibu Titik Warsiti, S.sos. Jenjang pendidikan yang dilaluinya adalah di Sekolah Dasar Negeri 1 Penjaringan Sari Surabaya tahun 1994, SLTPN 2 Candi Sidoarjo tahun 2000. Penulis lulus dari SMA N 4 Sidoarjo tahun 2006 dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama satu tahun penulis mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB IPB) dan memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, pada tahun kedua. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM KM) yakni sebagai anggota kementrian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) tahun 2006-2007, anggota paduan suara Fahutan tahun 2007-2009, anggota biro infokom di Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA) tahun 2007 dan bendahara Kelompok Pemerhati Burung (KPB) 2008 serta menjadi asisten praktikum komunikasi bisnis (KPM) tahun 2009. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kampus yakni sebagai panitia Gebyar Nusantara divisi publikasi, dekorasi, dan dokumentasi tahun 2006, panitia Krisis Pendidikan divisi humas tahun 2006, panitia Gebyar HIMAKOVA divisi konsumsi tahun 2008, panitia diklat KPB divisi konsumsi dan sekretaris tahun 2009, dan panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) divisi konsumsi tahun 2009. Penulis juga aktif dalam kegiatan seni yakni juara 3 teater IPB ART Contest tahun 2008. Penulis juga pernah menjadi finalis Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) IPB yang lolos didanai Dikti tahun 2009. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di BKPH Baturaden dan BKPH Cilacap tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2009, Magang di KPH Lawu Ds tahun 2009, serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Alas Purwo pada tahun 2010.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dukungan dan semangat, baik selama penyususnan proposal, penelitian di lapangan, hingga penyususnan karya tulis ini. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Jarwadi Hernowo, MscF dan Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, nasihat serta dukungan dalam penyususnan skripsi. 2. Kedua orang tuaku tercinta Heru Budiantoro, S.sos dan Titik Warsiti, S.sos yang telah memberikan dukungan, semangat, nasihat, harapan, dan doanya setiap waktu. 3. Bapak Widiabrata, Bapak Joko, dan seluruh pengelola Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah atas segala bantuan dan informasinya selama di lapangan. 4. Bapak Sunaryo dan seluruh pihak di Taman Marga Satwa Ragunan yang telah memberikan bantuannya di lapangan. 5. Sahabat tercinta Emy Junatan Muakhor, Sp yang telah memberikan seluruh doa, dukungan dan waktunya untuk menemani serta membantu saya selama penelitian. 6. Marolop Hasudungan, Rully Bangkit Nugraha, S.Hut dan Nanang Khairul Hadi, S.Hut untuk semua doa, semangat dan bantuannya. 7. Keluarga besar KSHE angkatan 43 yang selalu kompak dan membantu saya dalam penyususnan skripsi, seminar dan sidang terutama kepada Fenny Dwi Kasih, Erlina Yanti, Syafitri Hidayati, Ahmad Gozali, Ati Nurhayati, Nur Izzatil dan Asri Joni. 8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian di lapangan dan dalam penulisan skripsi ini. Bogor, Maret 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR…………………………………………........…
i
DAFTAR ISI …………………………………………………....….....
ii
DAFTAR TABEL ................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………….......…
1
1.2 Tujuan Penelitian …………………………......……….…
2
1.3 Manfaat Penelitian …………………………......…….…..
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak Hijau Jawa ……………….........……...
3
2.2 Perilaku Merak Hijau Jawa ………………........…….…....
5
2.3 Penggunaan/Pemanfaatan Merak Hijau Jawa .....................
8
2.4 Penangkaran Merak Hijau Jawa .........................................
8
2.5 Gangguan Terhadap Merak Hijau Jawa .............................
8
BAB 3 KONDISI UMUM 3.1 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ..................................
10
3.2 Taman Margasatwa Ragunan ………………….…........….
11
BAB 4 METODA PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat ….…………………………..........……
18
4.2 Alat ...................…………………………..........………….
18
4.3 Metode Pengambilan Data ……………….........………….
18
4.4 Analisis Data .......................................................................
20
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah .............................................
22
5.2. Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Margasatwa Ragunan ........................................................
26
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
51
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………....…….....
52
LAMPIRAN .......................................................................................
54
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Komponen Habitat Buatan di Kubah Barat Taman Burung TMII .........................................................................
24
2. Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII Beserta Peranannya …………………………………………
25
3. Komposisi dan perbandingan bahan pakan kering dan basah untuk merak hijau jawa di penangkaran TB TMII …………
26
4. Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011 ………...
28
5. Penempatan merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII ……………………………………………….……..
29
6. Struktur Umur Merak Hijau Jawa yang Ada di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011 ….……..
29
7. Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Burung TMII ………………….………..
31
8. Persentase daya tetas telur di Taman Burung TMII ……….………..
31
9. Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Burung TMII ……………..…………
34
10. Komponen Habitat Buatan di TMR …………………..……………
36
11. Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta peranannya ………………………………………............
37
12. Jenis dan komposisi makanan merak hijau jawa di TMR ….……...
37
13. Jenis penyakit yang menyerang merak hijau jawa di TMR …….…
39
14. Pembagian umur merak hijau jawa di TMR bulan September 2010-Januari 2011 …………………………….…….
39
15. Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Margasatwa Ragunan ……………….…
41
16. Persentase daya tetas telur di TMR ………………………………..
41
17. Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan ………….…..
43
18. Perbedaan kondisi penangkaran di TMII dan TMR ......................
44
19. Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR ……...
49
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Bentuk kawat ram kandang dan pondasi bawah dinding kandang …..
23
2. (a) Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat …………………………………………….…
23
2. (b) Lantai kandang yang ditumbuhi rumput …………………………
23
2. (c) Atap kandang yang berupa kawat ram ……………………….…..
23
3. Komposisi makanan merak hijau jawa ………………………….…...
26
4. Makanan tambahan ……………………………………………….….
27
5. Nampan plastik yang berisi makanan merak hijau jawa ………….…
28
6. Kolam tempat minum merak hijau jawa ……………………….……
28
7. Merak hijau jawa jantan menari untuk menarik perhatian merak hijau jawa betina ……………………………………….…….
30
8. Telur merak hijau jawa rata-rata berjumlah 4-6 butir ………….……
31
9. Bentuk kandang merak hijau jawa …………………………………..
37
10. Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat ……………………………………….……..
37
11. (a) Komposisi makanan merak hijau jawa …………………….……
39
11. (b) Vitamin yang dicampur ke makanan merak hijau jawa ………...
39
12. Kolam minum merak hijau jawa yang sedang diisi air ……….…….
30
13. Merak hijau jawa jantan sedang membentangkan bulu hiasnya di depan merak hijau jawa betina ………………………….………
41
14. Telur-telur merak hijau jawa di beberapa kandang TMR …….…….
42
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. Panduan wawancara dengan pihak pengelola ………………………..
Halaman 55
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan laporan International Red List-Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tahun 2009 status merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) telah menaikkan dari vulnerable (VU atau ”rentan”) menjadi endangered (EN atau “genting”). Dalam status perdagangan CITES ( Convention for the International Trade in Endangered Spesies of Fauna end Flora ) merak hijau jawa termasuk dalam Appendix II yaitu satwa yang langka dan dilindungi dalam perdagangannya dengan pengaturan kuota (jumlah terbatas) dan berupa hasil penangkaran F2. Kelangsungan hidup merak hijau pada saat ini sangat terancam. Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya populasi merak hijau antara lain berkurangnya habitat akibat penggunaan lahan dan kerusakan oleh manusia serta semakin besarnya tingkat perburuan liar baik untuk diambil meraknya, bulu maupun telurnya. Merak hijau memiliki keindahan bentuk tubuh dan warna bulu. Kelebihan ini menjadikan merak hijau banyak diburu untuk diperdagangkan. Penangkapan anakan merak hijau yang dapat digunakan sebagai binatang peliharaan juga merupakan salah satu ancaman keberadaan merak hijau. Para petani yang berada di tepi hutan jati di Jawa seringkali mencari telur merak hijau di hutan dan mengkonsumsinya. Petani juga menetaskan telur merak hijau pada induk ayam buras untuk dipelihara atau dijual ke pasar secara sembunyi-sembunyi atau untuk dikonsumsi dagingnya (Tarigan, 2001). Sebagian besar kebutuhan terhadap merak hijau untuk memenuhi permintaan pasar masih mengandalkan pada penangkapan dari alam. Perburuan yang terus berlangsung, terutama di Pulau Jawa, telah mengakibatkan populasi merak hijau merosot. Hal ini mendorong Bird Life International (2009) memasukkannya ke dalam status Endangered. Upaya konservasi baik secara in-situ (di dalam habitat alami) maupun eksitu (di luar habitat alami) harus segera dilakukan untuk menghindarkan merak hijau dari ancaman kepunahan. Penangkaran merupakan salah satu upaya
pengelolaan merak hijau di luar habitat alaminya yang dapat menunjang kelestariannya di alam. Keberhasilan kegiatan penangkaran merak hijau sangat ditentukan oleh pengetahuan mengenai cara hidup, pola perilaku, dan faktorfaktor lain. Melalui pengetahuan tersebut dapat memudahkan penentuan bentuk tindakan efektif yang diterapkan dalam penangkaran merak hijau. Berdasarkan pemikiran itu maka perlu dikaji praktek pengelolaan penangkaran merak hijau jawa di lokasi-lokasi penangkaran agar kelak dapat dijadikan dasar di dalam merumuskan upaya pengelolaannya secara optimal dengan efektif.
1.2 Tujuan 1. Mengidentifikasi pola pengelolaan penangkaran merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TB TMII). 2. Menganalisis tingkat keberhasilan penangkaran di TMR dan TB TMII dilihat dari reproduksi dan kondisi kesehatan dan/atau mortalitas (kematian). 3. Menganalisis faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TMR dan TB TMII dilihat dari aspek pemberian pakan dan habitat (kandang).
1.3. Kegunaan Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menjadi sumber informasi terbaru tentang cara penangkaran merak hijau jawa yang baik dan benar sesuai dengan faktor-faktor yang mendukung dalam keberhasilan penangkaran merak hijau jawa tersebut.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Chordata
Sub phyllum : Vertebrata Klas
: Aves
Sub klas
: Neornithes
Ordo
: Galliformes
Sub ordo
: Galli
Famili
: Phasianidae
Sub famili
: Pavoninae
Genus
: Pavo
Spesies
: Pavo muticus Linnaeus 1766 Merak hijau termasuk dalam Ordo Galliformes yang mempunyai salah
satu ciri yaitu kaki yang kuat, banyak aktivitas yang tergantung pada kakinya. Aktivitas tersebut antara lain berjalan, mencari makan, bertengger dan sampai pada saat akan tidur merak duduk di atas dadanya dengan jari kaki mencengkeram cabang atau ranting pohon tidur mereka (Palita, 2002).
2.1.2 Morfologi Morfologi merak hijau berbeda-beda menurut umur dan jenis kelaminnya, yakni dapat dilihat dari ukuran tubuh dan warna bulu pada merak hijau. a
Merak jantan dewasa Sativaningsih (2005) menyatakan bahwa merak jantan dewasa mempunyai
jambul tegak di atas kepalanya dan dagu berwarna hijau kebiruan, bulu hiasnya panjang berwarna campuran antara hijau emas dan hijau perunggu sehingga terlihat berkilau. Merak hijau jantan berukuran sangat lebih besar dengan panjang tubuh dapat mencapai 210 cm.
Menurut Hernowo (1995), merak jantan dewasa memiliki ciri-ciri yang khas yaitu adanya bulu hias yang tersusun dari 100-150 lembar bulu yang besar, panjang dan kuat. Warnanya adalah campuran antara hijau emas dan hijau perunggu sehingga kelihatan berkilauan. Pada bagian permukaannya terdapat cincin oval (ocellus) yang besar dan komposisi warnanya banyak. Sub termal ocellus berwarna ungu dan dikelilingi oleh dua cincin yang berwarna hijau muda dan hijau tua yang merupakan lingkaran terakhir. Bulu yang terpanjang terletak di tengah dan tidak memiliki ocellus.
b Merak betina dewasa Menurut Sativaningsih (2005), merak hijau betina dewasa mempunyai komposisi warna tubuh sama dengan jantan tetapi lebih lembut, tidak cerah, agak kusam, dan tidak mempunyai bulu hias. Merak hijau betina panjang tubuhnya berukuran 120 cm. Delacour (1977) menyatakan bahwa secara umum bulu merak hijau betina sama dengan merak jantan, hanya warnanya lebih lembut dan agak kusam. Kaki bersisik dan warnanya hitam abu-abu dan bertaji sama dengan merak jantan. Perbedaan yang nyata terletak pada bulu hias, dimana merak betina tidak mempunyai bulu hias. Bagian atas dari penutup ekor, berwarna perunggu kehijauan dengan warna kuning keputihan.
c
Merak anakan Anak merak hijau mempunyai warna coklat kusam berbintik hitam.
Warnanya sama dengan betina dewasa, tetapi lebih buram. Bagian dagu dan kepala tertutup oleh bulu berwarna putih. Jambul mulai tumbuh setelah anak merak berumur dua minggu. Pada umur dua bulan, anak merak sudah mempunyai bentuk tubuh dan bulu yang sempurna menyerupai merak betina dewasa tetapi ukurannya lebih kecil (Delacour, 1997). 2.1.3 Habitat dan pakan Alikodra (2002) menyatakan bahwa habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik komponen fisik maupun biotik yang merupakan kesatuan yang
digunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwa liar. Komponen habitat yang terpenting untuk kehidupan satwa liar terdiri dari makanan, pelindung dan air. Pelindung adalah bagian dari habitat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, beristirahat, atau tempat berkembangbiak. Satwa liar menempati habitat sesuai dengan keadaan lingkungan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Habitat yang sesuai untuk satu jenis satwa belum tentu sesuai untuk jenis satwa yang lain karena tiap jenis satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda. Keseluruhan fungsi habitat itu ditentukan oleh interaksi sejumlah komponen habitat baik fisik ataupun biotik: topografi, air, dan tanah maupun komponen biologis ataupun biotik: satwa liar, vegetasi, dan penggunaan lahan oleh manusia. MacKinnon et al. (1992) menyatakan bahwa merak hijau mempunyai kebiasaan mengunjungi hutan terbuka dengan padang rumput, perkebunan teh dan berjalan-jalan di tanah. Hal ini dipertegas oleh King et al. (1975), bahwa habitat merak hijau adalah di hutan terbuka, hutan sekunder, pinggir sungai, dan tepi hutan. Dari pernyataan di atas terlihat bahwa merak hijau mempunyai kebiasaan mencari makan, berteduh dan berlindung di tempat-tempat terbuka dan juga lebih banyaknya fungsi habitat yang diperoleh merak hijau di daerah tersebut. Jenis makanan merak hijau kebanyakan berasal dari tumbuhan seperti beberapa jenis rumput. Bagian dari tumbuhan yang dimakan yaitu biji dan daun. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, merak juga memakan serangga dan belalang kecil. Palita (2002) menjelaskan selain makan rumput-rumputan dan herba, merak juga memakan tumbuh-tumbuhan seperti gondang, lo dan bendo serta beberapa jenis serangga seperti semut dan ulat.
2.2 Perilaku Merak Hijau 2.2.1 Perilaku makan dan minum Menurut Mulyana (1988), Setiawan dan Setiadi (1992) dan Winarto (1993), aktivitas makan merak hijau dilakukan dalam dua periode, yaitu periode pagi hari dan sore hari. Aktivitas ini merupakan aktivitas makan primer, artinya makan merupakan aktivitas yang utama sedangkan perilaku atau aktivitas lainnya merupakan faktor pendukung saat melakukan aktivitas makan. Pada waktu istirahat merak juga melakukan aktivitas makan. Periode makan ini termasuk ke dalam aktivitas makan sekunder karena pada saat istirahat tersebut makan bukan merupakan aktivitas utama.
Menurut Winarto (1993), cara makan merak hijau di Taman Nasional Baluran adalah dengan mematuk makanan menggunakan paruhnya, sedangkan pemilihan makanan di permukaan tanah dilakukan dengan cara mengais menggunakan kedua tungkai kakinya. Menurut Supratman (1998) merak hijau umumnya minum setelah melakukan aktivitas makan. Setelah makan merak hijau berjalan menuju tempat-tempat sumber air. Cara minumnya dengan menjulurkan lehernya ke air secara berulang.
2.2.2 Perilaku istirahat dan tidur Hoogerwerf (1970) menyatakan bahwa merak hijau memilih tempat istirahat dan tidur pada pohon-pohon yang tidak terlalu lebat. Untuk mencapai tempat tersebut merak hijau terbang dari tanah secara tegak lurus dan kadang-kadang juga terbang dari satu pohon ke pohon lain. Menurut Winarto (1993) perilaku istirahat merak hijau terbagi kedalam dua periode, yaitu periode setelah makan di pagi hari sampai menjelang sore hari disebut “istirahat” yang merupakan istirahat sementara dan periode setelah aktivitas hariannya berakhir sampai sesaat sebelum aktivitas hariannya dimulai kembali yang disebut “tidur” yang merupakan istirahat total. Selama periode istirahat merak hijau melakukan berbagai aktivitas, antara lain menyelisik bulu, berteduh, mandi debu, makan, minum, dan aktivitas sosial. Aktivitas sosial ini dilakukan di permukaan tanah maupun di atas pohon. Sedangkan periode tidur, merak hijau tidak melakukan aktivitas lainnya.
2.2.3 Perilaku terhadap gangguan Merak hijau akan memberikan reaksi yang berbeda tergantung pada jarak sumber gangguan ketika mendapat gangguan dari manusia. Bila burung berada pada jarak yang jauh dari sumber bahaya maka dengan cepat lari menuju cover terdekat meskipun harus melewati daerah terbuka yang luas. Bila sumber gangguan pada jarak yang dekat, maka dengan cepat merak hijau akan melarikan diri. 2.2.4 Perilaku kawin Merak adalah satwa poligami dan tidak ada hubungan yang permanen antara merak hijau dewasa jantan dan betina (Hoogerwrf, 1970). Musim kawin merak hijau di Jawa Barat dan Jawa Timur berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober (MacKinnon, 1995). Hernowo (1995) menyebutkan bahwa perkawinan merak hijau dimulai dengan adanya “Tarian Merak” dan merak jantan memanggil merak betina dengan suara
‘ngeeeeeeeyaow, ngeeeeeeyaow... (seperti suara kucing) wee-waaoow, wee-waaoow .... atau eewaaaoow,eewaaoow... Merak betina perlahan-lahan mendekati merak jantan. Merak hijau jantan menaikkan seluruh bulu hias dan didukung/ditopang oleh bulu-bulu ekornya yang kaku dan membentuk sebuah kipas. Sayapnya diturunkan dan melangkah mendekati betina. Selanjutnya merak jantan tersebut membalik secara tibatiba dengan memiringkan tubuhnya melirik ke arah merak betina. Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang. Betina mengelilingi merak jantan berulang-ulang, sedangkan yang jantan sesekali mendekati betina sambil bulu hiasnya digetarkan. Merak betina yang menerima bujukan tersebut, segera mendekam dan merak jantan segera naik ke punggung merak betina dan perkawinan pun berlangsung. Jika merak betina tidak menyukai merak jantan, merak betina akan menjauhi merak jantan itu dan menuju pejantan lainnya dan pejantan baru mulai menari (Hernowo,1995).
2.2.5 Perilaku bersarang
Menurut Winarto (1993) merak betina yang telah dikawini segera memisahkan diri dari kelompoknya untuk mencari tempat bersarang dan bertelur. Tiap sarang ditemukan tiga sampai enam butir telur. Sarang merak hijau berada pada areal terbuka yang sangat sedikit ditumbuhi vegetasi pada tingkat pohon dan sapihan. Dengan kondisi areal yang terbuka, cahaya matahari dapat secara langsung menyinari lokasi sarang. Aktivitas mengerami telur hanya dilakukan oleh merak betina setiap hari (siang-malam). Dalam mengerami telurnya, betina hanya 2-3 hari sekali meninggalkan sarangnya selama beberapa jam untuk mencari makan.
2.2.6 Perilaku mandi debu Menurut Supratman (1998) merak hijau melakukan aktivitas mandi debu untuk merawat tubuhnya yaitu dalam merapikan bulu-bulu, mengeluarkan ektoparasit dan benda asing yang menempel pada tubuhnya. Mandi debu dilakukan dengan menggunakan cakarnya untuk menggaruk-garuk tanah gembur yang kering sambil tubuhnya mendekam di atas tanah, kaki dijulurkan ke belakang sambil mengepakkan sayapnya sehingga debu akan masuk ke dalam bulu tubuhnya.
2.3 Penggunaan/Pemanfaatan Merak Hijau Jawa Merak hijau jawa banyak dimanfaatkan sebagai burung hias dan juga dimanfaatkan bulu hiasnya sebagai aksesoris reog ponorogo. Satu reog ponorogo menggunakan sedikitnya 1.000 helai bulu merak jawa hijau. Satu ekor merak jawa hijau diketahui memiliki sekitar 150 helai bulu (Hernowo, 2010), sehingga untuk membuat satu reog ponorogo memerlukan sekitar 9-10 ekor merak hijau.
2.4. Penangkaran Merak Hijau Jawa Di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, terdapat beberapa penangkaran merak hijau jawa baik resmi maupun yang tidak resmi. Penangkaran yang resmi adalah penangkaran yang telah terdaftar oleh pemerintah. Beberapa lokasi penangkaran resmi merak hijau jawa yaitu Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Margasatwa Ragunan, Taman Rekreasi Sengkaling Malang, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, dan beberapa lokasi lainya.
2.5 Gangguan terhadap Merak Hijau Jawa Populasi merak hijau terus berkurang, rusaknya habitat dan perburuan liar. Burung langka yang indah ini diburu untuk diambil bulunya ataupun diperdagangkan sebagai binatang peliharaan. Untuk menghindari kepunahan burung langka ini dilindungi undang-undang. Di Pulau Jawa kini jumlah merak hijau diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor. Selain habitat dan perburuan liar, gangguan terhadap merak hijau jawa yaitu cuaca. Cuaca yang tidak pasti berpengaruh terhadap telur-telur merak hijau jawa yang sedang dierami oleh induknya. Jika cuaca lebih sering hujan, maka telur-telur tersebut sulit untuk menetas bahkan tidak bisa menetas karena suhu dan kelembabannya tidak sesuai.
BAB 3 KONDISI UMUM LOKASI PENGAMATAN 3.1 Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah Awalnya Taman Burung hanya memiliki satu kubah yang dibangun tahun 1975 dan diresmikan tanggal 19 Agustus 1976, namun kemudian dikembangkan menjadi sembilan kubah dan diresmikan pada tanggal 27 April 1987. Taman Burung terletak di bagian belakang kawasan TMII berdekatan dengan Pusat Peragaan IPTEK, menempati lahan seluas 6 hektar termasuk fasilitas umum berupa tempat parkir yang cukup luas dan rindang. Koleksi ditempatkan dalam sangkar-sangkar raksasa (kubah); kubah paling besar bergaristengah 68 meter dengan ketinggian 30 meter, sedang yang paling kecil bergaristengah 20 meter dengan ketinggian 9 meter. Di setiap pinggir kubah dibuat sangkar-sangkar yang menyimpan koleksi, sehingga dapat dinikmati dari dalam ataupun luar kubah. Sebuah museum yang menjadi pelengkap Taman Burung menyimpan riwayat berbagai jenis burung langka maupun yang sangat terbatas penyebarannya. Penataan koleksi berdasar zoogeografi atau pola sebaran binatang. Koleksi Taman dibagi menjadi dua belahan: barat dan timur, sesuai dengan Garis Wallace. Lingkungan vegetasinya pun mengikuti pola ini, di samping pemikiran pilihan jenis-jenis yang berguna dalam menghasilkan buah-buahan, biji, dan pucuk yang menjadi pakan burung. Taman Burung berfungsi juga sebagai loka-bina masyarakat perburungan, sehingga taman ini sering dijadikan ajang lomba burung, lomba bagi anak-anak dan siswa untuk mengenal lebih dalam mengenai burung, serta tempat penelitian bagi para mahasiswa. Dari segi penangkaran dan pelestarian, taman ini telah berhasil mengembangbiakkan lebih dari 100 jenis, di antaranya sekitar 30 jenis merupakan jenis-jenis yang dilindungi dan langka. Untuk menjaga kesehatan hewan koleksi, taman dilengkapi sarana karantina sebagai tempat memisahkan burung-burung yang sakit untuk mendapatkan perawatan. Koleksi burung yang ada di sini merupakan yang terlengkap di Indonesia, terdiri atas 312 jenis dengan jumlah mencapai ribuan ekor, baik yang berasal dari Indonesia Bagian Barat maupun Indonesia Bagian Timur, di samping sebagian
dari mancanegara. Elang Jawa, Elang Bondol, Cendrawasih, Jalak Bali, Maleo, Rangkong, Beo, Burung Onta, dan Onagadori merupakan beberapa koleksi yang menarik. Bagi keluarga yang membawa anak-anak dapat beristirahat sebentar di kolam ikan sebelum melanjutkan penjelajahan semua kubah. Di samping itu kafetaria menjual makanan dan minuman ringan, termasuk untuk ikan-ikan di kolam: bagi anak-anak dapat memberi makan ikan sepuasnya sambil menyaksikan angsa berenang.
3.2 Taman Margasatwa Ragunan 3.2.1 Sejarah Planten En Dierentuin merupakan nama kebun binatang pertama di Jakarta yang kala itu bernama Batavia. Kebun binatang ini secara resmi dibuka pada tahun 1864 di daerah yang dikenal Cikini, Jakarta Pusat. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1949 namanya dirubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Tempat di Cikini menjadi terlalu kecil dan tidak cocok untuk peragaan satwa. Sebuah tempat baru untuk kebun binatang kemudian dicarikan. Pada tahun 1964 pemerintah DKI Jakarta menghibahkan tanah seluas 30 hektar di selatan pinggiran Jakarta, Ragunan, pasar minggu. Pada tanggal 22 Juni 1966 dibuka kebun binatang baru dengan nama Taman Margasatwa. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kota Jakarta yang ke 477, melalui Keputusan Gubernur Nomor DIII-2138/d/2/74 tanggal 19 Juni 1974, namanya berubah menjadi Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Pada mulanya Kebun Binatang Ragunan Jakarta hanya memiliki areal seluas ± 30 Ha, yang terletak di atas sebagian tanah milik Kebun Percobaan Departemen Pertanian. Pada saat ini luas areal Kebun Binatang Ragunan Jakarta diperluas hingga mencapai 200 Ha. 3.2.2 Letak dan luas Kebun Binatang ragunan Jakarta terletak ± 15 Km dari pusat kota Jakarta pada ketinggian 50 mdpl. Kebun Binatang Ragunan terletak pada posisi antara 1060 48i BT dan 060 15i LS. Ketinggian 50 mdpl dan berjarak 20 km dari pusat kota Jakarta. Secara administratif Kebun Binatang Ragunan termasuk ke dalam
wilayah kelurahan Ragunan, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Adapun atas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Barat dibatasi oleh jalan Kavling POLRI Dan Jati Padang 2. Sebelah Timur dibatasi oleh jalan Jati Padang 3. Sebelah Utara dibatasi oleh jalan Harsono RM, dan 4. Sebelah Selatan dibatasi oleh jalan Sagu. Luas keseluruhan Kebun Binatang Ragunan saat ini adalah 135 ha. Tata guna lahan KBR ( Kebun Binatang Ragunan) meliputi lahan yang telah terbangun 52 %, kantor dan kandang 32 ha, taman 15 ha, danau 7 ha, lapangan parkir 5 ha dan saluran air 10 ha ( Noprianto, 2004). 3.2.3 Kondisi fisik Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan ferguson (1951), daerah Pasar Minggu termasuk dalam tipe iklim B dengan nilai Q 26,7. Kebun Binatang Ragunan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan memiliki kemiringan 20-60. sedangkan suhu harian di kebun binatang Ragunan berkisar antara 25,5 0– 28,50dan kelembaban udara sebesar 85 % serta curah hujan 2291 mm per tahun. Jenis tanah di Kebun Binatang Ragunan Jakarta termasuk jenis tanah latosol merah. Tanah jenis ini memiliki sifat sebagai berikut: pH masam pada seluruh profil, kandungan bahan organik dan kadar nitrogen lapisan atas sedang yang semakin rendah pada lapisan yang semakin bawah, kadar pospat di seluruh profil rendah dan kadar kalsium di semua lapisan sangat rendah. 3.2.4 Kondisi vegetasi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta memiliki flora yang merupakan jenis yang ada sebelumnya seperti hutan wisata yang bersifat alami, jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Kebun binatang Ragunan adalah : Pohon Buah-buahan, Peneduh, Obat-obatan dan jenis Rumput yang masing-masing terdiri atas 2 Ordo, 56 Famili, 968 Spesies dengan jumlah spesies keseluruhan 47.499 pohon (Kamelia. 2004). Vegetasi di kebun Binatang Ragunan Jakarta merupakan vegetasi tanaman yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Pohon berbunga yang didominasi oleh pohon Tenguli (Cassia fistula) dan flamboyan (Delonix regia).
2. Tanaman peneduh yang didominasi oleh kormis (Acacia auriculiformis) dan jeunjing (Albizzia falcata). 3. Tanaman buah-buahan yang didominasi oleh jambu monyet (Anacardium occidentale) dan rambutan (Nepheleum lapaceum). 4. Tanaman obat-obatan dan industri yang didominasi oleh salopat serat (Xylopia glauca) dan kemenyan (Styrax benzoe). 5. Tanaman hias yang dibuat dengan bentuk taman yang terdapat di hampir seluruh sudut kebun binatang. 3.2.5 Kondisi sarana dan prasarana Daftar sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pengelola. No. Zona Jenis Sarana Yang Disediakan : 1. Pintu Gerbang utara Sarana parkir, loket, pos keamanan. stasiun monorail, terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman / view fungsi Taman Margasatwa. 2. Pintu Gerbang Barat Sarana parkir, loket, pos keamanan. terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman. 3. Pintu gerbang Timur Sarana parkir, loket, pos keamanan. stasiun monorail, terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman. 4. Gerbang Keluar Barat Daya Loket dan pos keamanan 5. Introduction Area Fasilitas pelayanan, pos keamanan, halte, pos bagian, pos antara, perkantoran TMR, pusat informasi, perpustakaan, ruang data, mushola, gudang, telepon umum, kios-kios, kantin, genzet dan taman bermain anak. 6. Rekreasi Utama Pos keamanan, halte / pos bagian, pos antara, peragaan satwa tertutup/terbuka, ruang keterampilan satwa, panggung terbuka, ruang P3K, kantin dan taman / ruang terbuka. 7. Rekreasi Sekunder (Rekreasi Satwa Campuran) Ruang peragaan satwa tertutup / terbuka, halte / pos bagian / loket, telepon umum, kantin dan taman / ruang terbuka. 8. Rekreasi Tersier Pedestrian, pos antara / loket, ruang P3K, peragaan satwa khusus, kantin, rumah pompa air dan taman / ruang terbuka.
9. Rekreasi AirPeragaan satwa air, telepon umum, kantin, ruang terbuka / taman pancing. 10. Rekreasi Spesial : -
Children Zoo
-
Open Zoo
-
Taman Buah
Children play ground, halte / pos bagian / loket, ruang P3K, telepon umum, kios-kios, kantin, taman dan ruang terbuka hewan jinak. Halte / pos bagian / loket, ruang peragaan satwa terbuka/satwa khusus, taman bermain / ruang terbuka hewan jinak, mushola, ruang P3K, telepon umum, ruang pompa air dan kantin. Pos keamanan, loket, ruang p3K, rumah pompa air dan kebun buahbuahan. 11. Service Area Ruang karantina hewan/tumbuhan, klinik hewan / tumbuhan, ruang laboratorium, menara tinjau, gudang bengkel khusus, ruang pompa air, kandang binatang surplus, genzet. 12. Camping Ground (Fokus apresiasi) Taman, ruang terbuka/ perkemahan, ruang P3K, ruang pompa air, pemandian alam, dll. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kebun Binatang Ragunan Jakarta cukup memadai. Kebutuhan mengenai sarana dan prasana yang bersifat mendesak atau tidak tercukupi dengan baik. Keberadaan MCK, mushola, rumah makan cukup mudah didapatkan di dalam lokasi kebun binatang. Selain itu terdapat taman yang tersedia tempa untuk beristirahat sejenak. 3.2.6 Aktivitas dan perilaku pengunjung Kebun Binatang Ragunan sebagai tempat rekreasi banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah, baik dari daerah sekitar Jakarta maupun dari luar Jakarta dan dari berbagai kalangan. Selain itu dari berbagai negara seperti wisatawan-wisatawan yang sedang berlibur di Indonesia. Klasifikasi pengunjung Kebun Binatang Ragunan Jakarta dapat dilihat dari tujuan kunjungan ke tempat ini seperti kunjungan hanya untuk berekreasi atau ada kegiatan penelitian. Sifat kunjungan lebih banyak secara massal tetapi dapat juga secara personal ( Noprianto, 2004)
3.2.7 Permasalahan Permasalahan yang terjadi pada Taman Margasatwa Ragunan Jakarta merupakan masalah umum yang juga dialami oleh kebun binatang yang ada di Indonesia pada umumnya. Beberapa permasalahan yang sering menjadi kendala dalam pengelolaan satwaliar secara eks-situ di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta : 1. Pengunjung membludak (Booming) Salah
satu
indikator
keberhasilan
suatu
kebun
binatang
dalam
mempromosikan satwa dapat dilihat dari animo masyarakat yang datang berkunjung. Akan tetapi, ketika kunjungan tersebut melebihi ambang batas, maka akan berpengaruh terhadap satwa tersebut. Beberapa satwa mampu dengan cepat beradaptasi oleh kehadiran manusia, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lama dan dapat menyebabkan satwa tersebut stres bahkan mati. Berdasarkan keterangan dari beberapa jagawana setempat, pada saat lebaran, atau liburan sekolah tempat ini menjadi sangat ramai. Pengunjung bahkan ada yang membawa rombongan hingga menggunakan transportasi bus pariwisata hingga 5 unit. 2. Masalah sampah Sampah merupakan masalah lama yang telah turun temurun menjadi permasalahan utama lingkungan tertentu. Terlebih pada suatu lokasi yang menjadi pusat keramaian seperti Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya sampah-sampah bergelatakan diatas tanah dan jalan aspal. Ketika hujan maka sampah tersebut akan menempel dan terlihat sangat kotor. Hal ini merusak pemandangan dan dampak ekologi yang ditimbulkan adalah jenis vegetasi tumbuhan bawah akan tertutupi oleh sampah–sampah yang sebagian besar terbuat dari plastik. Sampahsampah tersebut berasal dari pengunjung yang membuang sampah sembarangan. 3. Pencurian satwa Berdasarkan keterangan jagawana, pencurian terhadap satwa yang ada dalam penangkaran walaupun tidak signifikan akan tetapi merupakan ancaman serius terhadap keberadaan satwa.
4. Gangguan pengunjung Karakter beberapa pengunjung berbeda antara satu dan lainnya. Beberapa pengunjung hanya melihat, mengamati, atau sekadar memotret saja. Akan tetapi yang menjadi masalah apabila pengunjung berusaha untuk menggganngu satwa yang dapat berupa pengusiran, pelemparan, pemberian makanan tanpa seijin jagawana, dan sebagainya. Hal ini menjadi masalah karena apabila tidak terkontrol dengan baik maka akan berdampak buruk pada satwa tersebut. 5. Dana Keberlansungan suatu proses pengelolaan satwaliar secara eks-situ tidak terlepas dari permasalahan dana. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan ini amatlah tidak sedikit. Misalnya saja pakan satwa, kebersihan, medis, gaji karyawan dan sebagainya. Namun, proses pemandirian terhadap hasil yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi biaya yang dikeluarkan. Untuk itu, dana internasional yang bergerak dalam upaya pelestarian terhadap keanekaragaman hayati khususnya satwaliar yang peduli terhadap kegiatan ini sangat diperlukan. 6. Introduksi satwa Proses introduksi satwa yang baru diterima baik dari masyarakat, PPS, ataupun lembaga lainnya untuk proses adaptasi terlebih dahulu membutuhkan
waktu
yang
lama.
Proses
habituasi
satwa
akan
membutuhkan tenaga, biaya yang mahal sehingga untuk jenis-jenis satwa yang mudah beradaptasi akan semakin sedikit biaya yang akan dikeluarkan. 7. Sumberdaya Manusia Berdasarkan data karyawan Kebun Binatang Ragunan per Oktober 2002 diketahui bahwa karyawan yang ada sebagian besar berpendidikan tingkat SLTA. Pengetahuan mengenai dasar ilmu konservasi, ekologi satwa, pengelolaan satwa pada dasarnya masih rendah. Sehingga dalam aktivitas hariannya banyak yang masih belum mengerti mengenai spesies, habitat, ekologi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja dilapangan baik dalam menentukan habitat, ekologi, penempatan spesies yang berbeda
pada satu tempat yang berbeda habitat dan laiinya amatlah beresiko tinggi untuk tingkat kesuksesan dari pengelolaan satwa secara eks-situ ini.
BAB 4 METODA PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di dua tempat penangkaran yaitu, di kandang merak Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TB TMII) Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari September sampai Desember 2010.
4.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pita ukur untuk mengukur ukuran kandang 2. Kamera 3. Tape recorder 4. Alat tulis menulis untuk mencatat data dan informasi
4.3 Pengumpulan Data 4.3.1 Data yang dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian, sebagai berikut : a. Data primer Data primer yang diambil terdiri dari : 1) Perkandangan, meliputi: Bentuk, luas (ukuran kandang), komposisi habitat (tempat istirahat, tempat makan dan minum, tempat berjemur, tempat berteduh dan tempat mandi debu), tata letak dan pemeliharaan kandang. Data mengenai pekandangan ini dikumpulkan dalam tally sheet. 2) Makanan dan minuman, meliputi: Jumlah, jenis, komposisi, berat dan frekuensi pemberian. Data mengenai makanan dan minuman ini dikumpulkan dalam tally sheet makan dan minum merak. 3) Pengelolaan Reproduksi, meliputi: a. Pengadaan bibit yang terdiri dari kriteria bibit, asal bibit, jumlah bibit dan pengelolaan bibit.
b. Teknik menjodohkan, awal berbiak, lamanya mengeram, jumlah telur, daya tetas telur, perawatan dan penyapihan. Data mengenai reprodusi ini dikumpulkan dalam tally sheet perkawinan merak. 4) Penyakit, meliputi: Jenis penyakit, cara pengobatan dan pencegahan penyakit. 5) Perilaku (aktivitas harian di kandang), meliputi: Makan
dan
minum
(merak
tersebut
akan
mematuk
makanan/minuman hingga selesai), istirahat dan tidur (dimulai dari merak tersebut berdiam diri, melipat kakinya dan badan mendekam kaki seolah tidak terlihat karena ditutupi oleh bulu badan, memejamkan mata hingga merak tersebut berdiri/bergerak kembali), bersarang, interaksi sosial (saling mendekati atau saling mengejar sesama merak hijau), kawin/sexual behavior (mulai dari merak jantan
menari,
mengeluarkan
suara
hingga
merak
jantan
menunggangi merak betina), memelihara anak dan mandi debu. 6) Gangguan, meliputi: Jenis gangguan (predator dan pengunjung), besarnya gangguan, dan cara penanganan terhadap gangguan tersebut. Data mengenai gangguan dikumpulkan dalam tally sheet gangguan merak. 7) Ketenagakerjaan, meliputi: Jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan pekerja, sistem upah dan lamanya kerja. b. Data sekunder Data sekunder yang diambil terdiri dari letak, CH, dan kelembaban.
4.3.2 Teknik pengumpulan data a Data Primer Data primer dalam studi ini diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penangkaran dengan metode ad libitum sampling, yaitu metode pengamatan dengan mengamati, mencatat serta mengamati dari setiap perilaku merak hijau dan bentuk fisik kandang. Pengamatan dilakukan
mulai pukul 06.00 hingga 17.00 dan dilanjutkan kembali dari pukul 19.00 hingga pukul 21.00 dengan pengulangan sebanyak 2 hari. Merak hijau yang diamati sebanyak 1 individu tiap jenis kelamin berdasarkan kelas umur. Jadi, total merak hijau jawa yang diamati adalah 5 ekor (anakan, betina remaja, betina dewasa, jantan remaja dan jantan dewasa untuk setiap kriteria jenis kelamin dalam kelas umur masing-masing). Data mengenai makanan dan minuman diperoleh dengan dua cara, yaitu observasi langsung dan wawancara. Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui proses pengumpulan bahan makanan hingga pembagian makanan ke kandang merak hijau. Wawancara dilakukan untuk mengetahui sumber pakan dan latar belakang pembagian pakan (komposisi dan berat). Wawancara dilakukan dengan pengelola dan keeper. Data mengenai keadaan penyakit, reproduksi, gangguan, sejarah merak dan ketenagakerjaan dilakukan melalui wawancara. Daftar butir-butir panduan wawancara terlampir (Lampiran 1). b Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber pustaka serta lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian.
4.4 Analisis Data 4.4.1 Analisis deskriptif Analisis data dilakukan pada setiap faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkaran merak hijau, seperti keberhasilan dalam berkembang biak (mulai dari proses kawin, pengeraman, penetasan, survive hidup, hingga habitat yang mendukung), tingkat mortalitas/kematian (di berbagai umur, ada tidaknya telur yang
tidak
menetas,
kandungan
pakan
dan
minum)
dan
tingkat
penyakit/morbiditas (dilihat dari segi jenis, sumber dan banyak penyakit) yang rendah, pengelolaan (ada tidaknya perhatian khusus terhadap merak) dan kecilnya gangguan yang menyerang merak. Analisis deskriptif dilakukan dengan menguraikan semua data dan informasi yang diperoleh disertai dengan gambar (foto), menghubungkan satu faktor dengan faktor lain yang menunjukkan kesamaan dan faktor perbedaan serta keberhasilan pengelolaan penangkaran antara TMR dan TB TMII.
4.4.2 Analisis kuantitatif a
Daya tetas telur DTT = ∑ telur yang menetas x 100 ∑ telur yang dihasilkan
b
Mortalitas M = ∑ merak mati x 100 ∑ merak hidup c. Penyakit
M = ∑ merak sakit x 100 ∑ merak sehat
c
Keberhasilan Penangkaran: Keberhasilan penangkaran ditentukan dengan melihat 3 kriteria utama yakni reproduksi, kondisi kesehatan, dan tingkat mortalitas anakan. Kriteria untuk menentukan keberhasilan penangkaran merak hijau jawa adalah: 1. Berhasil : jika merak hijau jawa betina berhasil bertelur, menetaskan telurnya dan anak berhasil bertahan hidup minimal 3 bulan. 2. Cukup berhasil : jika merak hijau jawa betina berhasil bertelur dan menetaskan telurnya, tetapi anak tidak berhasil bertahan hidup hingga 3 bulan. 3. Kurang berhasil : jika merak hijau jawa betina berhasil bertelur tetapi telur-telurnya tidak ada yang menetas. 4. Tidak berhasil : tidak ada merak hijau jawa betina yang bertelur.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah 5.1.1.1 Kandang sebagai habitat buatan Kandang merupakan tempat hidup habitat buatan satwa di penangkaran (exsitu). Kandang harus disesuaikan dengan jenis satwa serta menyerupai kondisi habitat asli di alam. Sistem perkandangan yang digunakan di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah adalah sistem kandang semi tertutup yaitu bagian depannya dipagari jeruji besi dan disekat dengan tembok atau kawat dan beratap. Atap kandang berupa kawat jeruji sama seperti dinding kandangnya (Gambar 1). Bentuk kandang terdiri dari dua macam yaitu bentuk kubah setengah lingkaran dan bentuk persegi empat yang berada di dalam kubah. Kubah tempat tangkar merak hijau jawa di Taman Burung TMII ini disebut dengan Kubah Barat. Ukuran kandang bentuk kubah setengah lingkaran adalah panjang diameter 68 m dan tinggi 30 m. Kubah ini memiliki beberapa sub-kandang berbentuk persegi empat. Terdapat koridor dengan dua pintu utama yang digunakan untuk masuk atau keluar pengunjung. Pintu-pintu masuk ke dalam sub-kandang terbuat dari besi. Ukuran kandang bentuk persegi empat adalah panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Kandang berbentuk persegi empat ini terletak di dalam kubah setengah lingkaran. Terdapat 3 kandang persegi empat dengan masing-masing berisi 2 ekor merak hijau jawa. Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan (diameter 5 cm), sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan salah satu sisinya berdinding beton. Diameter kawat ram tersebut adalah 0,3 cm (3 mm) dengan jarak kotak antar kawat 5 x 5 cm. Pondasi bagian bawah kawat berupa adonan pasir dengan semen yang berbentuk balok dengan tinggi 20 cm, lebar 20 cm dan panjangnya mengitari kandang (Gambar 1).
Gambar 1 Bentuk kawat ram kandang dan pondasi bawah dinding kandang. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah yang ditumbuhi oleh rumput dan sebagian ada tataan batu sungai berukuran kecil (Gambar 2 : a dan b). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram yang ukurannya sama dengan ukuran dinding kandang (Gambar 2 : c).
(a)
(b)
(c) Gambar 2 (a) Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat, (b) lantai kandang yang ditumbuhi rumput, dan (c) atap kandang yang berupa kawat ram.
Suatu kandang satwa tidak hanya dilihat dari bahan penyususn kandang tetapi juga komponen yang ada di dalamnya. Dalam satu kandang merak hijau jawa terdapat beberapa komponen habitat buatan yang berfungsi untuk mendukung keberhasilan penangkarannya. Taman Burung TMII mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak (Tabel 1). Tabel 1 Komponen Habitat Buatan di Kubah Barat Taman Burung TMII No
Jenis Kandang
1.
KB (3,7, dan 10)
2.
Kubah besar
Komponen Habitat Buatan Tempat istirahat
Keterangan Ada 3 macam : batang pohon (1 buah), lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah)
Tempat tidur
Berupa bambu yang digantung melintang (juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 6 m. Di atasnya tedapat penutup berbahan seng dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter
Tempat makan
Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter
Tempat minum
Berupa kolam dengan panjang 2 meter, lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter
Tempat berteduh
Berupa semak-semak dan bambu yang digantung dengan penutup diatasnya yang terbuat dari seng
Pasir (untuk mandi debu)
Hampir menutupi lantai kandang (seluas kurang lebih 2x4 meter dengan campuran bebatuan kecil)
Padang rumput
Sebagian menutupi lantai kandang (ratarata berukuran seluas 4x3 meter)
Semak
Terletak di sisi ujung ruang kandang, rata-rata luas 2x2 meter
Tempat istirahat
Ada 3 macam : tanaman yang ada di dalam kubah, lantai kubah dan kerangkakerangka besi yang ada di dalam kubah.
Tabel 1 (Lanjutan) No.
Jenis Kandang
Komponen Habitat Buatan Tempat tidur
Keterangan Pepohonan yang ada di dalam kubah dengan ketinggian > 5 meter
Tempat makan
Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter dan diletakkan di beberapa sudut halaman kubah
Tempat minum
Berupa kolam-kolam yang ada di dalam kubah dengan rata-rata ukuran panjang 3x3 meter dengan kedalaman kurang lebih 60 sentimeter
Tempat berteduh
Berupa pepohonan dan semak yang ada di dalam kubah. Pepohonan tersebut menyebar rata di dalam kubah dan kandang persegi.
Pasir
Ada 3 tempat, rata-rata berukuran 2x3 meter
Padang rumput
Hampir penutup lantai kubah berupa rerumputan
Semak
Ada 3 plot utama yang digunakan merak dengan rata-rata berukuran 2x3 meter
Di dalam kandang merak hijau jawa di Kubah Barat TMII, baik kandang persegi maupun kubah besar, terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat tidur dan tempat berteduh bagi merak hijau jawa (Tabel 2). Tabel 2 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta fungsinya bagi merak hijau jawa No 1.
Tingkat Vegetasi Pohon
Nama Lokal Sempur
Nama Ilmiah Dillenia exelsa
Ayang-ayang
Eleaocarpus glandiflorus Dillenia philippinensis Ficus sp Dyospiros discolour Messua ferrea Stelechocarpus burahol
Nyamplung Gondang Bisbul Nagasari Kepel
Fungsi Tempat istirahat tempat tidur Tempat berteduh
dan
Tempat istirahat tempat tidur
dan
Tempat berteduh tempat istirahat
dan
Tabel 2 (Lanjutan) No
Tingkat Vegetasi
Nama Lokal Salam Jeruk kingkit Lengkeng Namnam
2. 3.
Semak Rumput
Rukem Drasenia Paitan
Nama Ilmiah Syzygium polyanthum Triphesia trifolia Euphoria lungan Cynometra cauliflora Flacoutin rukam Dracenia sp Axonopus compressus
Fungsi Tempat istirahat tempat tidur
dan
Tempat berteduh
Tempat berteduh Tempat istirahat, berjemur dan mencari makan
5.1.1.2 Pakan dan minum Jenis-jenis makanan pokok (utama) yang diberikan kepada merak hijau jawa di Taman Burung TMII ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 3 : a dan b).
(a) (b) Gambar 3 Komposisi makanan merak hijau jawa : (a) kering, (b) segar Komposisi bahan penyususn dan perbandingannya serta berat total yang diberikan per pasang burung per hari seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi dan perbandingan bahan pakan kering dan basah untuk merak hijau jawa di penangkaran TB TMII Jrnis Pakan Pakan kering
Pakan basah/segar
Komposisi Bahan Pakan 1. Jagung giling 2. Beras merah 3. Kacang hijau 4. Gabah Jumlah berat total 1. Tauge 2. Kangkung Jumlah berat total
Perbandingan 1 1 1 2 1 1
Berat (gram/pasang/hari) 7 7 7 14 35 15 15 30
Selain pakan pokok, setiap satu minggu merak hijau diberi makanan tambahan berupa kalsium yang berasal dari cangkang/kulit kerang dan food-dog (Gambar 4 : a dan b).
(a) (b) Gambar 4 Makanan tambahan : (a) cangkang kerang dan (b) food-dog Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk nampan atau baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter (Gambar 5).
Gambar 5 Nampan plastik yang berisi makanan merak hijau jawa Air minum disediakan dalam kolam berukuran rata-rata panjang 2 meter, lebar 1 meter dan dalam 50 sentimeter (Gambar 6).
Gambar 6 Kolam tempat minum merak hijau jawa
5.1.1.3 Penyakit Penyakit pulorum, tetelo, infeksi, dan gangguan saluran pencernaan pernah di jumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Burung TMII. Jenis penyakit yang ditemukan menyerang merak hijau jawa selama penelitian adalah pulorum dan masuk angin (Tabel 4). Tabel 4 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011 No.
Nama Penyakit
1.
Pulorum
2. 3. 4. 5.
Tetelo Infeksi Gangguan saluran pencernaan Masuk angin
Merak Hijau Jawa yang Terserang Penyakit 1 ekor
1 ekor
Keterangan
Betina dewasa berumur 3 tahun yang ada di kandang dalam kubah
Anakan berumur 1 bulan yang di lepas di dalam kubah
5.1.1.4 Populasi 5.1.1.4.5 Jumlah merak Jumlah merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII sebanyak 6 ekor. Selain ditempatkan di Kubah Barat, beberapa merak hijau jawa juga di tempatkan di kubah lama atau yang disebut Taman Konservasi (4 ekor), di penangkaran anakan (4 ekor) dan di Unit Karantina (1 ekor).
5.1.2.2 Sex ratio Merak hijau jawa yang berada di Kubah Barat terdiri dari 4 ekor betina dan 2 ekor jantan. Penempatan merak hijau jawa berdasarkan sex ratio di Kubah Barat Taman Burung TMII dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Penempatan merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Nomor Kandang KB 3 KB 7 KB 10
Ukuran kandang (p x l x t) (m) 6 x 4 x 10 6 x 4 x 10 6 x 4 x 10
Jumlah merak hijau jawa (ekor) 1 ekor jantan dan 1 ekor betina 2 ekor betina 1 ekor jantan dan 1 ekor betina
Keterangan : KB = Kandang Burung
5.1.2.3 Struktur umur Umur merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII tahun 20102011 beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, 3 ekor merak hijau jawa betina berumur 2 tahun, 1 ekor merak hijau jawa betina berumur 3 tahun, 2 merak hijau jawa jantan berumur 3 tahun dan 4 ekor anakan masih berumur 2 bulan (Tabel 6). Tabel 6 Struktur Umur Merak Hijau Jawa yang Ada di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun 2010-2011. No. 1. 2. 3.
Struktur Umur Dewasa (>3 tahun) Remaja (1-3 tahun) Anakan (<1 tahun)
Jumlah Merak 3 ekor 3 ekor 4 ekor
Keterangan 1 ekor betina dan 2 ekor jantan Betina semua -
5.1.3 Perilaku 5.1.3.1 Perkawinan Perkawinan dimulai dengan terlebih dahulu terjadi penjodohan. Penjodohan atau pembentukan pasangan kawin merak hijau jawa jantan dengan merak hijau jawa betina di Kubah Barat Taman Burung TMII terjadi secara alami yakni merak dibiarkan memilih sendiri pasangannya. Merak hijau jawa betina memilih sendiri pasangannya, yaitu merak hijau jawa jantan menentukan sendiri yang ia sukai dan bersedia untuk dikawini. Proses perkawinan terjadi secara alami. Terdapat 2 ekor jantan di mana 1 ekor jantan mengawini 1 ekor betina dan 1 ekor jantan lain mengawini 2 ekor betina lain. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik
perhatian betina (Gambar 7). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara Agustus hingga November.
Gambar 7 Merak hijau jawa jantan menari untuk menarik perhatian merak hijau jawa betina. 5.1.3.2 Bertelur Berdasarkan hasil penelitian, merak hijau jawa betina yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII ini bertelur antara September 2010 hingga Januari 2011. Sebelum bertelur, merak hijau tersebut menentukan lokasi sarang mereka berupa hamparan tanah berukuran kurang lebih 50 cm x 50 cm tanpa ditutupi rerumputan (gambar 8). Bila sudah saatnya untuk beretelur merak hijau jawa mengeluarkan dan mengumpulkan telur-telurnya pada satu lokasi. Ukuran ratarata telur merak hijau jawa di TB TMII panjang 8 cm dan dimeter 5 cm.
Gambar 8 Telur merak hijau jawa rata-rata berjumlah 4-6 butir.
Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di tempat ini adalah 4-6 butir (Tabel 7). Di Kubah Barat Taman Burung Taman Burung TMII terdapat 3 pasang merak hijau jawa yang kawin dan berhasil bertelur. Piyik yang berhasil hidup hingga dewasa umumnya adalah 2-3 ekor. Tabel 7 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Burung TMII. 1.
Merak Hijau Jawa Betina Betina 1
2.
Betina 2
5
3
Menetas di sarang yang berada di dalam kubah
3.
Betina 3 Jumlah
5 14
0 5
-
No.
Jumlah Telur 4
Menetas 2
Keterangan Menetas di sarang yang berada di dalam kubah
Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di Taman Burung TMII adalah 36,6 % (Tabel 8). Penetasan telur-telur tersebut terjadi secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur selama kurang lebih 28 hari. Tabel 8 Persentase daya tetas telur di Taman Burung TMII Merak Betina 1 2 3 Jumlah
Jumlah Telur 4 5 5 14
Menetas 2 3 0 5
% Tetas 50 60 0 36,6
5.1.4 Gangguan Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengunjung. Pengunjung membuat perilaku beberapa merak hijau jawa yang dilepas di dalam kubah besar menjadi tidak seperti di habitat alaminya yang peka terhadap manusian dari radius kurang lebih 5 meter. Mereka menjadi tidak begitu takut terhadap manusia yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Bahkan, ada juga merak hijau yang biasa saja saat pengunjung melewatinya.
5.1.5 Pengelolaan 5.1.5.1 Pakan Jenis pakan yang diberikan ada 2 macam yaitu pkan segar dan pakan kering. Pakan segar meliputi kangkung dan tauge, sedangkan pakan kering meliputi
jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah. Pakan tersebut ditakar oleh pengurus satwa yang telah diletakkan di nampan-nampan berukuran panjang 45 cm dan lebar 30 cm dan diberikan langsung kepada merak hijau jawa dengan diletakkan di dalam kandang. Pemberian pakan diberikian setiap pagi pukul 06.00 WIB sebelum pintu pengunjuk dibuka. Setiap sore pukul 17.00 WIB tempat pakan diambil lalu dicuci/dibersihkan dan kemudian digunakan lagi sebagai tempat pakan pada keesokan harinya. Sumber pakan biasanya dipasok dari KopkarBiotek LIPI Bogor, selaku pemegang kontrak. Pasokan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk papaya dan jagung, pembelian sayur-sayuran dilakukan 2 hari, untuk pakan yang tahan lama seperti biji-bijian dan pakan lainnya dibeli seminggu sekali. Pakan tambahan yang diberikan berupa kerang tumbuk dan dogfood diberikan atau disiapkan setiap dua hari sekali. Pemberian vitamin dan antibiotik ini dilakukan secara ditaburkan pada pakan biji-bijian atau diolesi pada pakan buah-buahan.
5.1.5.2 Kubah Pengelolaan kubah dilakukan untuk menjaga keindahan dan kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Kubah tersebut berukuran cukup luas (panjang 6 m, lebar 4 m, dan tinggi 10 m), di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pepohonan, semak-semak, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran untuk menaruh pakan berupa buah-buahan dan jagung, serta beberapa rumah-rumahan untuk menaruh pakan yang berbentuk biji. Perawatan kubah dilakukan setiap hari dimulai dari pukul 07.00 WIB. Pengelolaan yang dilakukan meliputi pembersihan sangkar-sangkar, baik yang ada di dalam maupun di luar kubah, serta membersihkan jalan dari feses, sampah organik maupun anorganik. Pembersihan jalan dilakukan dengan cara menyapu dan menyikat kemudian disiram air.
5.1.5.3 Pembiakan
Bagian ini berfungsi untuk mengawinkan atau mengembangbiakkan burung, menetaskan telur, merawat dan membesarkan anak (piyik). Perawatan anaknya (piyik) dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari gangguan dari burung lain dan anak yang tidak dirawat induknya. Perawatan anakan ini juga dilakukan pada anak burung lain.
5.1.5.4 Kesehatan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat. Karantina merupakan tempat untuk menampung burung-burung yang baru masuk agar menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan Taman Burung sebelum dilepas ke kubah. Selain itu karantina juga berfungsi sebagai tempat untuk mencegah tersebarnya penyakit yang mungkin terbawa oleh burung dari tempat aslinya. Klinik merupakan tempat untuk menampung, merawat dan mengobati burung-burung yang sakit baik berasal dari kubah, penangkaran maupun karantina. Obat yang diberikan disuap langsung atau dicampurkan ke dalam pakan burung.
5.1.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di Taman Burung TMII ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan berkembang dengan baik. Dilihat dari segi penetasan telur, hampir semua telur merak hijau jawa menetas dan anakan tersebut hidup hingga dewasa. Pakan yang diberikan pun mencukupi gizi dan jumlah yang dibutuhkan merak hijau jawa. Hanya saja perilaku merak hijau jawa terhadap manusia (pengunjung) berbeda dengan perilaku alaminya. Mereka tidak begitu takut jika didekati oleh manusia, padahal di habitat alaminya mereka sangat peka jika ada manusia dan akan segera berlari untuk bersembunyi atau pun menghindar.
Tabel 9 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Burung TMII. Kriteria penentu
No. 1.
2.
3.
Habitat - Kandang
Sesuai
Keberhasilan Kurang Tidak sesuai sesuai
Keterangan
Luasan sangat mencukupi untuk merak bergerak (minimal berukuran 2 m x 3 m x 4 m) dan komponen kandang sesuai dengan kebutuhan merak (terdapat tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, area pasir, padang rumput, dan semak) dimana ukuran dan jumlah komponen kandang juga mencukupi.
-
Pakan dan minum
Jenis dan komposisinya sesuai dengan yang dibutuhkan merak hijau jawa. Jenis kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah) dengan komposisi 1:1 (kecuali gabah 2) total 35 gr/hari/sepasang merak. Jenis segar/basah (kangkung dan tauge) dengan komposisi 2:1. Kandungan protein dalam pakan tidak melebihi 50 %.
-
Penyakit
Terdapat 1 ekor anakan merak hijau jawa yang mati karena kedinginan, 1 ekor anakan mati karena penyakit tetelo, dan 1 ekor merak hijau jawa betina remaja mati karena pulorum.
Populasi - Jumlah merak
Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa dan sisanya di lepas di dalam kubah besar.
-
Sex ratio
Perbandingan jantan betina kurang sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina)
-
Umur
Perbandingan kelas umur sesuai dalam upaya pelestarian populasi merak hijau jawa (dewasa 3 ekor, remaja 3 ekor, anakan 4 ekor).
Perilaku - Reproduksi
Musim kawin dan proses kawinnya sesuai seperti di alam (AgustusNovember). Pemilihan pasangan
dilakukan oleh merak itu sendiri bukan di jodohkan.
Tabel 5 (lanjutan) Kriteria penentu
No.
4.
Keberhasilan Kurang Tidak Sesuai sesuai sesuai
Keterangan
-
Bertelur dan menetas
Dari 3 ekor merak hijau jawa betina yang bertelur, hanya 1 ekor merak hijau jawa betina yang tidak berhasil menetaskan telur-telurnya. Semua jumlah telur yang dihasilkan tiap indukan sesuai dengan jumlah telur merak hijau jawa di alam.
-
Gangguan
Tidak ada gangguan yang menyerang merak hijau jawa
Pengelolaan - Pakan
Pemberian pakan rutin (setiap hari dan satu hari satu kali pemberian pakan setiap pagi hari) tetapi kuantitas pakan kurang sesuai kebutuhan merak (berat pakan seharusnya 20% dari berat badan) meskipun merak tidak kelaparan.
-
Kandang/ kubah
Kandang selalu dibersihkan dan dirawat setiap hari dari pagi hingga sore
-
Kesehatan
Kesehatan merak dipantau setiap hari tanpa menunggu ada merak yang sakit terlebih dahulu
5.2 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Margasatwa Ragunan 5.2.1 Habitat 5.2.1.1 Kandang Kandang-kandang yang ada di penangkaran TMR umunya berbentuk empat persegi panjang, ada juga yang berbentuk lain yaitu kubah (Gambar 9 a dan b). Ukuran kandang persegi panjang adalah panjang 5 m, lebar 4 m, tinggi 6 m.
(a) (b) Gambar 9 Bentuk kandang merak hijau jawa : (a) kubah dan (b) persegi Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan, sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan ukuran diameter kawat 0,3 cm (3 mm) dan jarak kotakan antar kawat 5 x 5 cm. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah dan sebagian ada tataan batu berukuran kecil (Gambar 10). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram. Sebagian atap kandang ditutupi oleh asbes.
Gambar 10. Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat TMR mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di tiap kandang merak hijau di TMR antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, dan pasir (Tabel 10). Tabel 10 Komponen Habitat Buatan di TMR No 1.
Jenis Kandang Kandang berbentuk persegi panjang
Komponen Habitat Buatan Tempat istirahat
Keterangan Ada 3 macam : batang pohon (1 buah), lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah)
Tempat tidur
Berupa bambu yang digantung melintang (juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 4,5 m
Tempat makan
Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter
Tempat minum
Berupa kolam dengan panjang 2 meter,
lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter
Tabel 10 (Lanjutan) No
Jenis Kandang
Komponen Habitat Buatan Tempat berteduh
Pasir (untuk mandi debu)
Keterangan Berupa ruang kandang dan bambu yang digantung dengan penutup atapnya yang terbuat dari asbes Setengan bagian dari lantai kandang
Di dalam kandang merak hijau jawa di TMR terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan fungsinya bagi merak hijau jawa (Tabel 11). Tabel 11 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta peranannya No 1.
Tingkat Vegetasi Pohon
Nama Lokal Salam Drasenia Palm wregu
Nama Ilmiah Syzygium polyanthum Dracenia sp
Fungsi Tempat istirahat Tempat berteduh Tempat berteduh
5.2.1.2 Pakan dan minum Jenis-jenis makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 11 a). Jumlah dan komposisi bahan penyusun pakan seperti Tabel 12. Tabel 12 Jenis dan komposisi makanan merak hijau jawa di TMR No.
Bentuk Pakan
1.
Kering
2.
Basah
Bahan Penyusun Jagung giling Gabah Jumlah Tauge Kangkung Roti tawar Tahu Pepaya Jumlah
Berat (gr) 5 5 10 5 4 3 5 20 37
Persentase (%) 50 50 100 15,51 10,81 8,11 15,51 54,05 100,00
Keterangan Untuk sepasang/hari
Untuk sepasang/hari
Setiap satu minggu sekali merak hijau diberi makanan tambahan berupa vitamin yang dicampurkan ke dalam makanan (Gambar 11 b).
Gambar 11 (a) Komposisi makanan merak hijau jawa, dan (b) vitamin yang dicampur ke makanan merak hijau jawa Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 cm, lebar 30 cm dan tinggi 5 cm. Makanan tersebut diberikan satu kali per hari yaitu pukul 09.00 dan dimakan sampai habis (tanpa sisa). Minum disediakan dalam kolam berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan dalam 50 cm. Air minum diganti apabila sudah hampir habis/ pun kotor, berkisar antara 1-2 hari dengan mengosongkan kolam (menguras satu per satu tiap kandang) kemudian mengisinya dengan air yang baru dengan mengalirkan air melalui selang yang disalurkan dari sebuah kran air yang berada di belakang kandang (Gambar 12).
Gambar 12 Kolam minum merak hijau jawa yang sedang diisi air
5.2.1.3 Perawatan kesehatan dan pengendalian Penyakit pulorum dan tetelo pernah dijumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Margasatwa Ragunan. Selama penelitian dilakukan tidak ada penyakit yang menyerang merak hijau jawa (Tabel 13).
Tabel 13 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di TMR Tahun 20102011 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Penyakit Pulorum Tetelo Infeksi Gangguan saluran pencernaan Masuk angin
Merak Hijau Jawa yang Terserang Penyakit -
Keterangan
5.2.2 Populasi 5.2.2.1 Jumlah merak Jumlah merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan sebanyak 11 ekor. Sebanyak 6 ekor (3 pasang) merak hijau jawa terbagi ke dalam 3 kandang persegi dengan jumlah 1 pasang tiap kandangnya. Merak hijau jawa yang lain (5 ekor) berada di kandang yang berbentuk kubah.
5.2.2.2 Sex ratio Merak hijau jawa yang berada di kubah TMR terdiri dari 4 ekor betina dan 1 ekor jantan (sex ratio 1 : 4). Pada kandang berbentuk persegi berisikan 1 ekor betina dan 1 ekor jantan di tiap kandang (sex ratio 1 : 1). 5.2.2.3 Umur Umur merak hijau jawa di Kubah barat Taman Margasatwa Ragunan beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, rata-rata merak hijau jawa berumur 3 tahun. Pembagian umur merak hijau jawa di TMR disajikan pada tabel 14. Tabel 14 Pembagian umur merak hijau jawa di TMR bulan September 2010Januari 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Umur 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun Total (ekor)
Jumlah (ekor) Jantan Betina 3 1 3 2 1 1 4 7
Keterangan
5.2.3 Perilaku 5.2.3.1 Reproduksi Proses penjodohan merak hijau jawa dengan merak hijau jawa betina di TMR dengan cara ditetapkan pengelola. Merak hijau jawa dipilihkan pasangannya
tanpa ada proses pengenalan terlebih dahulu. Proses perkawinan terjadi secara alami. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik perhatian betina (Gambar 13). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara bulan Agustus hingga bulan November.
Gambar 13 Merak hijau jawa jantan sedang membentangkan bulu hiasnya di depan merak hijau jawa betina 5.2.3.2 Bertelur Jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di TMR adalah 3-10 butir (Gambar 14). Presentase penetasan telur secara secara alami 0% (tidak ada yang menetas).
(a)
(a) (b)
Gambar 14 Telur-telur merak hijau jawa di beberapa kandang TMR
Jumlah merak yang bertelur dan telur yang menetas dapat dilihat pada tabel (Tabel 15). Ukuran telur merak hijau jawa di TMR ini rata-rata panjang 7 cm dan diameter 5 cm. Tabel 15 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Margasatwa Ragunan. No. 1. 2. 3.
Merak Hijau Jawa Betina Betina 1 Betina 2 Betina 3 Jumlah
Telur 5 9 3 17
Jumlah Menetas 0 0 0 0
% Menetas
Keterangan
0 0 0 0
-
Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di TMR adalah 0 % (Tabel 16). Tidak ada satu butir telur yang menetas selama penelitian berlangsung. Pengeraman telur-telur tersebut dilakukan secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur (kandang). Merak hijau jawa tersebut mengerami telurnya selama 28 hari. Tabel 16 Persentase daya tetas telur di TMR Merak Betina 1 2 3 Jumlah
Jumlah Telur 5 9 3 17
Menetas 0 0 0 0
% Tetas 0 0 0 0
5.2.4 Gangguan Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengelolaan mengenai ukuran dan komponen kandang yang kurang sesuai untuk ukuran habitat merak hijau jawa, khususnya kandang berbentuk persegi. Burung yang ada di kandang tersebut terlihat stress karena ruang gerak terbatas dan komponen habitatnya ada yang belum mendukung. Merak hijau yang stress biasanya terlihat berdiam diri di pojokan kandang.
5.2.5 Pengelolaan 5.2.5.1 Pakan Jenis pakan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR adalah jenis pakan segar yang meliputi tauge, kangkung, tahu, pepaya, dan roti tawar, dan jenis pakan kering yaitu jagung giling dan gabah. Sebelum diberikan kepada satwa, pakan-pakan tersebut diambil dan diracik di gudang pakan. Setelah diracik, makanan siap ditimbang dan dikirim ke lokasi satwa. Di lokasi satwa makanan
tersebut masih dibagi-bagi lagi karena pasokan makanan yang dikirim dari gudang pakan adalah takaran secara kelompok wilayah kandang. Pakan merak hijau jawa diberikan setiap satu hari sekali dan pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Pakan merak hijau jawa diletakkan pada nampan plastik kemudian diletakkan di lantai kandang merak hijau jawa. Tiap satu pasang merak diberi pakan dengan komposisi untuk pakan kering masing-masing 5 gram (1 :1) dan komposisi pakan segar tauge 5 gram, kangkung 4 gram, roti tawar 3 gram, tahu 5 gram, dan pepaya 20 gram. 5.2.5.2 Kandang/kubah Jenis kandang merak hijau jawa yang digunakan di TMR ini adalah semi terbuka, dimana dinding dan atap kandang terbuat dari jeruji besi. Bentuk kandang merak hijau jawa adalah persegi panjang dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 4 meter dan tinggi 6 meter. Setiap satu kandang berkapasitas satu pasang merak hijau jawa. Pengelolaan kandang/kubah merak hijau jawa di TMR dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pohon, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran (sebagai tempat istirahat dan tempat tidur). Setiap hari dilakukan sanitasi kandang yaitu kegiatan pembersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang. Kegiatan sanitasi dilakukan mulai pukul 07.0009.00 WIB yaitu sebelum pengunjung datang. Sanitasi kandang dilakukan oleh perawat burung (keeper). 5.2.5.3 Kesehatan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan di dalam karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat.
5.2.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di TMR ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan dengan baik. Dari segi lain, keberhasilan penangkaran tersebut tidak tampak pada penetasan telur. Telur-telur tersebut sebagian besar tidak menetas. Menurut wawancara kepada perawat, hal tersebut mungkin terjadi karena kondisi cuaca dan atau karena kondisi merak hijau jawa betina yang belum siap untuk mengerami telur-telurnya. Tabel 17 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan. Kriteria penentu
No. 1.
2.
Habitat - Kandang
Keterangan
Ada sebuah kandang yang kurang memenuhi komposisi habitat yang dibutuhkan merak hijau jawa yaitu tidak ada semak dan area/padang rumput.
-
Pakan dan minum
Pemberian pakan dan minum kepada merak hijau jawa sudah sesuai baik dilihat dari segi jenis (kering: gabah dan jagun giling; segar/basah: tauge, kangkung dan papaya) dan komposisi pakannya. Kuantitas pakan tidak sesuai dengan perbandingan berat badan merak hijau jawa (berat pakan 20 % dari berat total merak hijau jawa) meskipun merak hijau jawa tidak kelaparan.
-
Penyakit
Tidak terdapat merak hijau jawa yang terserang penyakit.
Populasi - Jumlah merak
-
3.
Keberhasilan Kurang Tidak Sesuai sesuai sesuai
Sex ratio
Perilaku - Reproduksi
Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu setiap satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa Perbandingan jantan betina sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina)
Musim kawin dan perilaku kawin sesuai dengan di alam (AgustusDesember)
Tabel 17 (Lanjutan) Kriteria penentu
No. 4.
Keberhasilan Kurang Tidak Sesuai sesuai sesuai
Gangguan
Keterangan Pernah ada gangguan yang menyerang merak hijau jawa
Pengelolaan - Pakan
Pemberian pakan rutin dan banyaknya tidak sesuai kebutuhan merak untuk satu hari (total berat pakan 20 % dari berat tubuh merak hijau jawa)
-
Kandang/ kubah
Untuk kandang yang komponen habitatnya kurang sesuai dengan habitat asli merak hijau jawa, pengelola tidak melakukan penambahan/perbaikan komponen habitat tersebut.
-
Kesehatan
Pengecekan kesehatan rutin kepada merak hijau jawa masih kurang. Kesehatan merak hijau jawa diperhatikan jika hanya terdapat merak yang sakit.
5.3 Pembahasan 5.3.1 Pengelolaan penangkaran di TMII dan TMR Pengelolaan penangkaran di kedua lokasi penelitian tidak seluruhnya berbeda yang disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Perbedaan kondisi penangkaran di TMII dan TMR. No. 1.
Komponen Kandang : - Ukuran
TMII
TMR
Keterangan
panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m
panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m
Berbeda (volumenya)
-
Bahan
Kawat ram, diameter kawat 0,3 cm (3 mm)
Kawat ram, diameter kawat 0,3 cm (3 mm)
Sama
-
Bentuk
Persegi (balok)
Persegi (balok)
Sama
-
Komponen
tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak
tempat istirahat, tem-pat tidur, tempat ma-kan & minum, tempat berteduh, dan tempat mandi debu.
Berbeda (tidak ada lahan ber-umput dan semak di TMR)
-
Letak
Tepat di tepi jalan pengunjung dan terkena sinar matahari
Tepat di tepi jalan pengunjung dan terkena sinar matahari
Sama
Tabel 18 No. 2.
Komponen Makanan : - Jenis
TMII
TMR
Keterangan
kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge)
kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kang-kung,tahu, roti tawar dan pepaya)
Berbeda (di TMR ter-dapat jenis pakan segar berupa roti tawar, tahu dan pepaya)
Jumlah dan komposisi
kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung), total keseluruhan 35 gr.
basah masingmasing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr
Berbeda (komposisi pakan segar dan pakan kering)
Cara pengelolaan dan pemberian Kesehatan : - Jenis
Diberikan satu hari sekali setiap pagi
Diberikan satu kali sehari setiap pagi
Sama
Pulorum dan masuk angin
-
-
Pemberian vitamin dan dipindahkan ke klinik burung
Pemberian vitamin
sama
Reproduksi : - Musim kawin
Agustus-Desember
Sama
-
•
AgustusDesember • ndukan pertama : 5 butir • ndukan kedua : 9 butir • ndukan ketiga : 3 butir Tidak ada telur yang menetas sama sekali
Berbeda (tidak ada gangguan di TMR) Berbeda (karan tidak ada gang-guan di TB TMII jadi tidak ada yang perlu dikendalikan)
-
-
3.
4.
Perawatan
Jumlah telur
• •
-
Jumlah telur • yang menetas • •
5.
Indukan pertama : 4 butir Indukan kedua : 5 butir Indukan ketiga : 5 butir
Indukan pertama : 2 butir Indukan kedua : 3 butir Indukan ketiga : tidak ada yang menetas
Gangguan : - Jenis gangguan
-
Satwa lain : tikus
-
-
Diatasi dengan ditutupnya pinggiran kandang dengan campuran semen dan pasir.
pengendalian
Berbeda (tidak ada penyakit di TMR)
Berbeda (jumlah telur tiap in-dukan tiap lokasi))
Berbeda (di TMR tidak ada telur yang me-netas)
Pengelolaan kandang merak hijau dari segi ukuran dan komponen kandang berbeda, tetapi dari segi bahan, bentuk dan letak kandang sama. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMII yaitu panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMR yaitu panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m. Perbedaan kandang merak hijau jawa dari segi komponen kandang juga berbeda. Komponen kandang merak hijau jawa di TMII yaitu tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak. Komponen kandang merak hijau jawa di TMR hampir sama seperti di TMII, hanya saja di TMR tidak ada padang rumput dan semak. Tidak adanya padang rumput dan semak di TMR membuat salah satu perilaku merak hijau di alam berubah, yaitu dalam hal mengerami telurnya. Merak hijau jawa tersebut enggan untuk mengerami telurnya karena tempat sarangnya terlalu terbuka sehingga bisa dilihat oleh pengunjung dan merak hijau jawa tersebut jadi merasa terganggu. Secara umum dari keseluruhan kandang yang diamati, bentuk kandang empat persegi panjang paling banyak digunakan oleh penangkar merak hijau jawa. Hal ini disebabkan dalam tahap pembuatan kandang lebih mudah dan efektif. Namun demikian bentuk kandang lain dapat dijadikan kandang merak hijau jawa asalkan di dalam kandang tersebut merak hijau jawa dapat hidup nyaman terutama pada masa reproduksi. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah kandang dibuat jauh dari gangguan aktivitas manusia unuk menghindari kebisingan dan stress. Lantai kandang diusahakan tetap bersih. Atap diatur sedemikian rupa agar dapat melindungi diri merak hijau jawa. Sebagian atap dibuat agak terbuka agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam kandang. Dengan demikian kandang terhindar dari kelembaban yang mengundang berkembangbiaknya bakteri atau virus penyakit. Anyaman kawat sebaiknya berukuran kecil untuk mencegah binatang pengganggu seperti tikus masuk ke dalam sarang dan diameter kawat harus cukup tebal agar kokoh karena merak hijau adalah satwa yang cukup kuat jadi ketika merak hijau jawa tersebut menabrakkan diri ke dinding kandang, kandang tersebut, dinding kandang tersebut tidak rusak. Di dalam Taman Burung TMII, vegetasi yang sering dimanfaatkan merak hijau jawa adalah pepohonan yang tingginya minimal 4 meter. Ada satu pohon
yang keberadaannya ada di Taman Burung TMII maupun di TMR, yaitu pohon salam (Syzygium polyanthum). Pakan merupakan unsur penting yang menempati komponen biaya terbesar dalam suatu usaha penangkaran, besarnya dapat mencapai 60 % atau lebih dari keseluruhan biaya (Masy’ud et al, 2001). Bagi satwa sendiri, pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi. Pengelolaan pakan merak hijau jawa dari segi jenis dan komposisi di kedua lokasi berbeda, yang sama hanya cara pengelolaan dan pemberiannya yaitu sama-sama satu kali setiap pagi hari. Di TMII jenis pakan yang diberikan adalah kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge) dengan komposisi kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung) dan berat total keseluruhan 35 gram. Di TMR jenis pakan yang diberikan adalah kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kangkung,tahu, roti tawar dan pepaya) dengan jumlah dan komposisi basah masing-masing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr. Pemberian jumlah pakan dan jenisnya yang berbeda tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan merak hijau jawa, karena merak hijau jawa tidak kekurangan makanan dan gizi selama dalam penangkaran. Pemberian pakan burung merak, sebaiknya diberikan untuk sekali habis (Suryawan, 2004). Artinya, untuk satu hari burung merak diberi pakan yang dapat habis dalam satu hari. Bila pemberian pakan terlalu banyak, maka pakan tersebut akan tidak habis dan akan membusuk. Burung merak yang memakan sisa-sisa pakan yang busuk akan mudah terserang penyakit sehingga menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pemberian pakan di Taman Burung TMII dan TMR jumlah dan kandungannya disesuaikan dengan kebutuhan dan jenisnya disamakan dengan pakan aslinya di alam. Kebersihan kandang menjadi penting, karena kandang yang kotor dan lembab dapat menjadi sumber virus atau bakteri penyakit. Kotoran tinja burung yang terserang penyakit tetelo ataupun pulorum di dalam kandang juga dapat menjadi penyebab terjadinya virus ulangan terhadap burung yang lain. Untuk itu pembersihan kandang dilakukan secara rutin setiap hari untuk mencegah penularan penyakit ini. Di TMII penyakit yang menyerang merak hijau jawa
adalah pulorum dan masuk angin. Di TMR tidak ada seekor pun merak hijau jawa yang terserang penyakit. Umur merak hijau jawa di kedua lokasi penelitian dalam proses perkawinan dapat dibilang sudah mencukupi. Di Taman Burung TMII, rata-rata umur merak hijau jawa betina yang melakukan perkawinan diatas 2 tahun dan merak hijau jawa jantan berumur diatas 3 tahun. Telur yang dihasilkan dari tiap betina jumlahnya normal atau seperti di alam (4-6 butir) dan kondisi telurnya baik. Daya tetas telur merak hijau jawa tersebut rata-rata 36,6 %. Di Taman Margasatwa Ragunan, rata-rata umur merak hijau jawa yang melakukan proses perkawinan sama seperti umur merak hijau jawa yang ada di Taman Burung TMII. Ada yang berbeda dari hasil telur yang dikeluarkan baik dari segi jumlah ataupun kondisi telur. Terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang mengeluarkan telur dengan jumlah cukup banyak yaitu hingga 9 butir telur dan terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang menghasilkan telur dengan kondisi fisik telur kurang baik (terdapat selaput darah pada cangkang telur dan warna telur kusam tidak segar). Dari semua telur yang dikeluarkan oleh tiap merak hijau jawa betina yang bertelur di TMR ini, tidak ada satupun telur yang menetas sehingga daya tetasnya 0%. Gangguan adalah salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penangkaran. Di penangkaran Taman Burung hampir tidak ada gangguan dari kondisi kandang ataupun pakan yang diberikan, hanya saja sifat alami merak hijau tersebut ada yang hilang yaitu tidak takut lagi terhadap manusia. Di penangkaran TMR gangguan yang muncul adalah pengelolaan terhadap merak hijau tersebut. Kandang yang mereka tempati kurang sedikit memberikan kenyamanan terhadap kondisi psikologis merak hijau tersebut. Ada komponen kandang yang kurang sesuai dengan kebutuhan merak hijau tersebut, seperti ketersediaan tempat istirahat dan bertengger.
5.3.1.2 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Berhasil tidaknya suatu usaha penangkaran merak hijau ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah kesehatan merak hijau jawa. Perawatan kesehatan dan pengobatan penyakit secara baik dan lebih dini ketika
terlihat ada gejala penyakit merupakan tindakan penting yang perlu dilakukan untuk menghindari kematian dan meluasnya penyakit. Kesehatan merak hijau di penangkaran dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi lingkungan pemeliharaan, makanan, pola manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah adanya perbedaan dalam masalah penetasan telur. Telur-telur di TMR tidak ada yang menetas satu pun. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kandungan protein dalam makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa terlalu tinggi atau karena tidak terjadi pembuahan. Menurut hasil wawancara, tidak menetasnya telur-telur tersebut diakibatkan karena cuaca yang kurang mendukung. Terjadinya hujan yang hampir setiap hari dengan frekuensi air hujan tinggi menyebabkan suhu disekitar sarang merak hijau jawa rendah dan tingkat kelembabannya tinggi. Dalam usaha penangkaran ini masalah pengembangbiakkan memegang peranan yang penting, sebab pada dasarnya keberhasilan usaha penangkaran sangat ditentukan oleh keberhasilan reproduksinya. Dalam usaha penangkaran satwa
dengan
ketersediaan
jumlah
bibit
yang
terbatas,
keberhasilan
pengembangbiakkan merupakan kunci utama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada produksi tanpa reproduksi ( Hardjanto, Masy’ud, Hero, 1991).
5.3.1.3 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR berbeda dilihat dari segi kandang, pakan, kesehatan dan reproduksi (Tabel 19) Tabel 19 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR. No. 1.
Kriteria Reproduksi a. bertelur
TMII Persentase Jumlah total telur 14 butir
TMR berhasil Jumlah total telur 17 butir
b.
36,6 %
0%
daya tetas
2.
Morbiditas
Dua ekor terserang penyakit
Tidak ada yang terserang penyakit
3.
Mortalitas
Dua ekor mati
Tidak mati
ada
yang
Keterangan Masing-masing lokasi 3 indukan yang bertelur Hasil persentase rata-rata Penyakit yang menyerang di TB TMII adalah pulorum dan masuk angin Merak hijau jawa di TB TMII mati
karena terserang penyakit
Penilaian tingkat keberhasilan penangkaran merak hijau jawa tersebut berdasarkan sesuai tidaknya kebutuhan kehidupan merak hijau jawa seperti di habitat alaminya. Dalam hal ukuran kandang, merak hijau jawa memerlukan luasan habitat atau tempat tinggal minimal seluas ukuran tubuh mereka dan tidak terlalu sempit untuk merak hijau jawa jantan melakukan tarian (melebarkan bulu hias) menarik perhatian betina saat musim kawin. Merak hijau jawa beristirahat di dahan pohon yang tinggi, jadi ketinggian kandang tersebut juga harus sesuai dengan kebutuhan merak hijau jawa di alam, minimal 5 meter, di mana di dalam kandang tersebut tersedia pohon atau gantungan melintang bambu atau kayu yang biasa digunakan merak hijau jawa untuk bertengger. Merak hijau jawa di alam sering mencari makan, oleh sebab itu pengelola di TMII dan TMR memberikan jenis pakan dan jumlahnya tidak berbeda seperti di alam, dan yang paling utama merak hijau jawa di dalam penangkaran tidak kelaparan kan kekurangan gizi. Untuk lebih melengkapi kebutuhan pakan merak hijau jawa tersebut, pengelola juga memberikan pakan tambahan. Jenis pakan tambahan di TMII dan TMR tidak sama atau berbeda. Inti dari keberhasilan penangkaran merak hijau jawa adalah tingkat reproduksi. Di TMII merak hijau jawa berhasil bereproduksi dengan menghasilkan anakan merak hijau jawa sebanyak 5 ekor dari dua indukan ( 2 : 3). Berbeda dengan merak hijau jawa di TMR, tidak ada satu ekor merak hijau jawa pun yang berhasil menetaskan telur. Keberhasilan dan kegagalan penetasan telur tersebut akibat faktor umur yang belum mencukupi sehingga kegagalan penetasan karena tidak adanya kandungan embrio di dalam telur merak hijau jawa tersebut.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Dalam pengelolaan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dan TMR menyangkut ukuran kandang yang mencukupi sebagai ruang gerak merak hijau jawa (panjang 4 meter, lebar 4 meter dan tinggi 6 meter); komponen habitat buatan dalam kandang (tempat istirahat, tempat untuk tidur, lahan berpasir, lahan berumput, semak, tempat makan, tempat minum); pakan yang jenis, jumlah dan komposisinya mencukupi kebutuhan merak hijau jawa tidak kekurangan makanan (terdiri dari pakan kering dan pakan segar); terhindar dari penyakit (dengan diberikannya vitamin dan sanitasi kandang); berhasil bertelur dan menetaskan telurnya; serta terhindar dari gangguan satwa lain (tikus). 2. Tingkat keberhasilan penangkaran digambarkan oleh tingkat keberhasilan menetaskan telur menjadi anakan (reproduksi).Di TB TMII berhasil menghasilkan anakan tetapi di TMR tidak ada anakan merak hijau jawa. Berdasarkan segi kesehatan dan/atau kematian di TB TMII belum berhasil karena masih dijumpai merak hijau jawa yang terserang penyakit dan mati tetapi di TMR berhasil karena tidak ada merak hijau jawa yang terserang penyakit maupun mati. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di TB TMII dan TMR adalah ukuran kandang, pakan, penyakit, penetasan telur, dan gangguan.
6.2 Saran 1. Perlu dilakukan pelatihan terhadap petugas yang menangani merak hijau jawa tentang pengetahuan bioekologi merak hijau jawa dan perawatan merak hijau jawa berdasarkan faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa. 2. Di TMR perlu diperhatikan dalam lokasi sarang merak hijau jawa agar berhasil dalam proses penetasan dan di TB TMII perlu diperhatikan penggabungan satwa agar terhindar penularan bibit penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Afiatun, I. 2004. Pola Pemberian Pakan Pada Burung Cendrawasih Merah di Taman Margasatwa Ragunan. Laporan Magang Program Studi Teknologi dan Industri Pakan. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Alikodra HS. 2002. Pengelolaan satwakiar. Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Delacour, J. 1977. The Pheasants of The World (2nd edition). World Pheasant Association and Spurr Publications. Saiga Publishing Co. Ltd. England. Grzimek, B. Animal Encyclopedia (Volume 8: Birds). Van Nostrand Reinhold Co. New York. Hernowo, J.B. 1995. Ecology and Behaviour of The Green Peafowl (Pavo muticus Linnaeus, 1766) In The Baluran National Park, East Java Indonesia. Thesis. Faculty of Forestry Science George University Gothingen Germany. Mackinnon, J., K. Philips dan B. V. Balen. 1992. Panduan Lapangan BurungBurung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mardiastuti, A & T. Soehartono. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Japan International Coorperation Agency (JICA). Jakarta. Mulyana. 1988. Studi Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran. Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Palita, Y. 2002. Kajian Penyebaran Lokal, Habitat dan Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1758) di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Laporan Akhir. Program Diploma IV Kehutanan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan. Rini, IS. 2005. Studi Ekologi Pakan dan Perilaku Makan Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Sativaningsih, D. 2005. Ekologi Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Supratman, A. 1988. Kajian Pola Penyebaran dan Karakteristik Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) Pada Musim Tidak Berbiak di Resort Rowobendo, Taman Nasional Alas Purwo, Jawa imur. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Suratmo, F.G. 1979. Prinsip Dasar Tingkah Laku Satwaliar. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Suryawan, I. 2004. Pemberian Pakan Burung Merak Hijau dan Perkembangannya di Taman Burung TMII. Laporan Magang Program Studi Teknologi dan Industri Pakan. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Tarigan, N. 2001. Penangkaran Burung Merak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Winarto, R. 1993. Beberapa Aspek Ekologi Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) Pada Musim Berbiak di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran. Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan wawancara dengan pihak pengelola (Taman Margasatwa Ragunan dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah)
1. Asal usul merak (dari mana dan kapan pertama kali ada) 2. Ketenagakerjaan pengelola 3. Jumlah merak dalam penangkaran (jumlah keseluruhan, jumlah tiap kandang, perbandingan berdasarkan jenis kelamin (jantan-betina) dan perbandingan berdasarkan kelas umur (anak-remaja-dewasa) 4. Cara pembagian penempatan kandang dan merak 5. Proses pengelolaan kandang (komponen habitat merak) 6. Proses pengelolaan merak (makan,minum dan reproduksi) 7. Masalah-masalah yang sering muncul dalam pengelolaan kandang 8. Masalah-masalah yang sering muncul dalam pengelolaan merak 9. Solusi yang diberikan dalam menangani masalah dalam kandang 10. Solusi yang diberikan dalam menangani masalah pada merak