Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
This paper was originally posted in http://unib.ac.id/blog/fahrurrozi/2009/03/16/mulsa-plasik-hitam/perak/
Fakta Ilmiah Dibalik Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak dalam Produksi Tanaman Sayuran Fahrurrozi Dosen Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu, 38371A email :
[email protected]
Pendahuluan Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner et al., 1960). Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahanbahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi (Lamont 1993).
Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam
produksi sayuran yang bernilai ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terong, semangka, melon dan mentimun, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan. Penggunaan mulsa plastik hitam perak di Kabupaten Rejang Lebong sebagai sentra produksi sayuran terbesar kedua di Sumatera, setelah sangat pesat perkembangannya dalam 10 tahun terakhir ini.
Hasil pengamatan di Kabupaten Rejang Lebong menunjukkan bahwa
penggunaan mulsa plastik hitam perak sudah hampir menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses produksi tanaman sayuran, terutama cabe dan tomat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis mulsa pada berbagai jenis tanaman secara tepat dan benar dapat meningkatkan hasil awal dan total hasil dari berbagai tanaman, meningkatkan kualitas hasil tanaman dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi usaha tani itu sendiri.
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
Tulisan ini akan memberikan penjelasan ilmiah tentang penggunaan mulsa plastik hitam perak, sehingga upaya pemanfaatan teknologi ini dapat lebih optimal dan efisien, serta terciptanya suatu proses produksi tanaman sayuran yang berkelanjutan, baik dari sisi ekonomis, ekologis maupun dari segi sosial budaya petani dalam memproduksi tanaman sayuran.
Mekanisme dasar pengaruh mulsa plastik Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan. Secara umum seluruh cahaya matahari yang menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan optis mulsa plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Decouteau et al., 1988, 1989 ; Lamont, 1993). Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi. Cahaya matahari yang diteruskan melewati permukaan mulsa terjebak di permukaan tanah yang ditutupinya dan membentuk ‘efek rumah kaca’ dalam skala yang kecil (Waggoner., 1960 ; Tanner, 1974 ; Mahrer et al., 1979). Panas yang terjebak ini akan meningkatkan suhu permukaan tanah, memodifikasi keseimbangan air tanah, karbondioksida tanah, menekan pertumbhan gulma, dan meningkatkan aktifitas mikroorganisme. Secara umum, peningkatan suhu permukaan tanah mungkin bukan merupakan yang menguntungkan bagi sayuran yang ditanam di daerah tropis, tetapi hal ini sangat menguntungkan bagi tanaman yang ditanam di daerah yang dingin dan beriklim sub-tropis. Namun demikian di daerah tropis, pengaruh mulsa plastik terhadap aktifitas mikroorganisme (sebagai akibat peningkatan suhu rizosfir) sangat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melalui peningkatan konsentrasi karbon dioksida di zona pertanaman (Fahrurrozi et al., 2001) dam suplai bebrap hara makro (Hill et al., 1982). Efektifitas penggunaan mulsa plastik di daerah tropis juga diperoleh dari kemampuan fisik mulsa plastik melindungi tanah dari terpaan langsung butir hujan, menggemburkan tanah-tanah di bawahnya, mencegah pencucian hara, mencegah percikan butir tanah ke tanaman, mencegah penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon dioksida tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme.
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
Mengapa hitam perak? Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sesungguhnya merupakan hasil tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya cahaya yang ada di atmosfir melalui proses fotosintesis. Hasil penelitian oleh Decouteau et al. (1998, 1989) menunjukkan bahwa warna permukaan mulsa plastik memiliki kemampuan optis dalam mengubah kuantitas dan kualitas cahaya yang dapat dimanfaatkan tanaman dalam melakukan proses pertumbuhannya. Warna-warna gelap, seperti hitam, merah, coklat dan hijau cenderung menyerap cahaya lebih banyak dibandingkan dengan warna trasparant atau warna yang cerah termasuk warna perak (Fahrurrozi dan Stewart, 1994).
Sebaliknya mulsa transparant melewatkan hampir semua cahaya yang menimpa
permukaannya ke zona rizosfir tanaman. Mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan gulma, tetapi sebaliknya untuk mulsa plastik transparan(Fahrurrozi dan Stewart, 1994). Efektivitas pengendalian gulma di bawah mulsa plastik hitam dikarenakan karena hampir tidak ada cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh biji-biji gulma untuk fotosintesis, sehingga gulma tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sedangkan gulma yang tumbuh di bawah mulsa plastik transparan tumbuh dengan baik, karena hampir semua cahaya matahari dilewatkan (ditransmit) plastik ke zona rizosfir. Mulsa plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi dan Stewart, 1994), tergantung jumlah zat pewarna yang digunakan dan ketebalan mulsa. Pantulan cahaya ini mampu mengurangi efek pemanasan rizosfir di bawah permukaan plastik, dan juga merupakan rentang cahaya yang disukai oleh serangga, sehingga serangga akan mengikuti arah pantulan dan meninggalkan pertanaman, Akibatnya populasi serangga, misalkan aphids dan thrips, dapat berkurang di zona pertanaman yang diusahakan.
Kemampuan menekan populasi
serangga ini dan mencehag terjadinya pemanasan berlebihan merupakan salah satu alasan mengapa plastik bewarna perak digunakan dalam produksi tanaman sayuran. Teknologi produksi mulsa juga mengembangkan apa yang disebut dengan co-extruded mulch, mulsa yang memiliki dua warna yang berbeda di kedua sisinya (Dubois and Brighton, 1978). Mulsa plastik hitam perak merupakan salah satu produk co-extruded mulch yang paling populer digunakan dalam produksi tanaman sayuran, karena pada bagian bawahnya (yang bersentuhan dengan pemukaan tanah) bewarna hitam, dan yang menghadap ke atmosfir bewarna perak. Mulsa plastik hitam perak memadukan kemampuan kedua warna tersebut, sehingga mulsa jenis ini efektif dalam menekan pertumbuhan gulma, dan juga mengurangi populasi serangga di sekitar pertanaman dengan tetap secara fisik melindungi tanah dari terpaan langsung butir hujan, menggemburkan tanah-tanah di bawahnya, mencegah pencucian
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
hara dan penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon dioksida tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme, serta mencegah percikan butir tanah ke bagian tanaman.
Mulsa plastik hitam perak dan produksi sayuran Berbagai penelitian di berbagai wilayah menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan hasil berbagai tanaman sayuran dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan tanpa menggunakan penutup tanah (bare soil), seperti tanam cabai (Fahrurrozi, 1995; Harsono, 1997; Syamiah, 1997; Kusbiantoro et al., 2003; Fahrurrozi dkk, 2006; 2009; Soetiarso, dkk., 2006), tomat (Decouteau et al., 1998 ; 1989), mentimum (Gusmin, 1996; Suryani, 2003), semangka (Handayani, 1996; Nurmawati dkk., 2001), melon (Marlina, 2003).
Aspek lingkungan yang dimodifikasi Suhu tanah dan karbon dioksida Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan suhu rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa (Fahrurrozi and Stewart, 1994 ; Fahrurrozi et al., 2001). Peningkatan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam perak lebih rendah dibanding dengan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam. Meskipun di daerah tropis, peningkatan suhu tanah relatif tidak diinginkan, tetapi peningkatan suhu tanah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia (Fahrurrozi et al., 2001), sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam. Hasil penelitian menujukkan bahwa konsentrasi karbon dioksida rizosfir di bawah mulsa plastik lebih tinggi dibanding tanpa mulsa (Hopen dan Oekber, 1975 ; Baron dan Gorske, 1981). Karbon dioksida ini keluar melalui lubang tanam yanga mencapai 560 ppm (Soltani et al., 1985), sehingga tanaman akan berada dalam kondisi ‘kaya’ akan karbon dioksida yang dapat mencapai 1350 ppm (Fahrurrozi et al., 2001).
Hara tanah Penambahan hara tanah tidak hanya terjadi sebagai akaibat meningkatkatnya aktivitas mikroorganisme tanah dalam melakukan respirasi dalam proses dekomposisi bahan organik, tetapi juga terjadi melalui penekanan pencucian hara tanah sebagai akibat tertutupnya
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
permukaan tanah. Menurut Locascio et al. (1985) dan Lamont (1993), peningkatan nitrogen nitrogen di bawah mulsa plastik terjadi karena mulsa plastik mencegah terjadinya infiltrasi air hujan berlebihan dan perkolasi air tanah, serta mengurangi penguapan nitrogen dari dalam tanah. Kemampuan mulsa plastik dalam mencegah kehilangan hara juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen. Hasil penelitian Fahrurrozi dkk (2009) menunjukkan bahwa nirogen dapat dikurang hingga 40 persen jika menggunakan mulsa plastik hitam perak, tanpa mengurangi hasil tanaman cabai. Tidak tertutup kemungkinan bahwa efisiensi penggunaan hara juga terjadi pada hara-hara makro lainnya, misal P2O5 dan K2O. Air tanah Hasil penelitian menunjukkan bahwa air tanah dan kelembahan tanah lebih tinggi pada tanah yang ditutupi mulsa plastik dibanding dengan tanah yang tidak ditutupi mulsa plastik (Hills et al., 1982 ; Fahrurrozi dan Stewart, 1994 ; Fahrurozi dkk, 2008). Hal ini terjadi karena penguapan air tanah yang terjadi dihambat oleh permukaan plastik yang menutupinya, dan kembali lagi ke rizosfir.
Penggunaan mulsa plastik juga mencegah terjadi perkolasi dan
gerakan air tanah, sehingga dapat meningkatkan meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi (Lamont, 1993; Zulkarnain, 1997).
Pengendalian Gulma Secara sederhana gulma dapat didefinisikan sebagai tanaman yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak diinginkan. Mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan gulma (Fahrurrozi dan Stewart, 1994). Hal ini terjadi karena benih-benih gulma di bawah mulsa plastik hitam tidak memiliki akses terhadap cahaya matahari untuk berfotosintesis, sehingga gulma yang tumbuh akan mengalami etiolasi dan tumbuh lemah. Pertumbuhan yang lemah ini akan diperparah dengan adanya suhu yang relatif panas dan kelembaban tanah yang tinggi. Panas yang basah memiliki efek mematikan yang lebih tinggi dibanding panas kering. Hasil penelitian di berbagai tempat menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak secara konsisten efektif menekan pertumbuhan gulma (Fahrurrozi, 1995 ; Schonbeck, 1998; Setyowati dkk., 2002 ; Fahrurrozi dkk, 2006).
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
Populasi Serangga Peningkatkan hasil juga diduga berkaitan dengan kemampuan mulsa plastik hitam perak dalam mengurangi populasi aphid pada dedaunan tanaman cabai (Fahrurrozi, 1995). Pengurangan
berkaitan fakta bahwa hampir 33 persen permukaan mulsa plastik perak
memantulkan cahaya near ultra violet (Fahrurrozi dan Stewart, 1994), gelombang cahaya yang disukai oleh kebanyakan serangga (Kring, 1974). Serangga lain yang juga populasinya berkurang di pertanaman yang menggunakan mulsa plastik perak adalah thrips (Vos et al., 1991 ; Soetiarso, dkk, 2006). Penurunan populasi serangga ini juga berkaitan dengan peningkatan suhu
akibat pantulan cahaya di sekitar permukaan mulsa dan pertanaman. Menurut Alleyene dan Morrison (1978) pada suhu antara 25 – 30o C perkembangbiakan aphid mengalami penghambatan. Pengurangan populasi serangga juga mampu mengurangi populasi patogen dan virus pengganggu tanaman (Wyman et al., 1979). Hal ini terjadi karena serangga tersebut berperan sebagai vektor bagi patogen dan virus.
Modifikasi lainnya Penggunaan mulsa plastik (termasuk hitam perak) dapat mengurangi pemadatan tanah, sehingga tanah-tanah yang ada di bawah permukaan plastik dapat menjadi lebih gembur dibanding tanpa mulsa plastik (e.g. Lamont, 1993; Fahrurrozi dkk, 2006).
Butir hujan yang
menerpa permukaan tanah tidak langsung masuk ke zona rizosfir, tetapi dicegah oleh plastim dan mengalir ke luar guludan. Penggunana mulsa palstik juga mengurangi erosi tanah, karena guludan tertutup plastik, sehingga butir tanah tidak terangkut ke tempat lain. Penggunaan mulsa plastik juga mengurangi efek percikan permukaan tanah, karena tanaman tumbuh di kawasan yang relatif tertutup dengan mulsa plastik. Akibatnya tanaman bagian ekonomis tanaman (daun, bunga dan buah) menjadi bersih dan tidak mudah terserang patogen.
Penggunaan ulang mulsa plastik Persoalan limbah plastik memang merupakan hal yang harus diantisipasi karena sifak plastik yang sulit terurai di alam. Upaya mengurangi limbah kebanyakan dilakukan dengan melakukan pembakaran secara terbuka. Untuk didaur ulang, pabrik mengalami kesulitan, karena sisa-sisa plastik sangat kotor, terutama dari butiran pasir halus. Produsen plastik di negara-negara maju telah mengembangkan jenis photodegradable plastic, jenis plastik yang dapat terurai di alam melalui stimulasi cahaya matahari. Stabilitas plastik selama produksi
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
tanaman masih menjadi kendala, karena usia tanaman dan kondisi pencahayaan berbeda-beda. Para ahli juga mengembangkan biodegradable plastic, jenis plastik yang dapat terurai melalui stimulasi mikrooragnisme. Kedua jenis ini tampaknya belum tersedia dalam skala komersial di Indonesia, tetapi di Amerika Utara dan Eropa Barat, sudah dapat dibeli oleh petani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan plastik secara berulangkali pada lubang tanam yang sama atau yang berbeda. Hasil observasi lapangan di Kabupaten Rejang Lebong, misalnya, menunjukkan bahwa kebanyakan petani cabai menggunakan mulsa plastik sampai rusak (biasanya sampai dua atau tiga kali pemakaian, dan bahkan ada yang menggunakan sampai empat kali). Meskipun kemampuan optis mulsa plastik hitam perak berubah sejalan dengan waktu (Kluitenberg et al., 1991), hasil penelitian Fahrurrozi dkk (2006) menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak hingga tiga kali tidak menurunkan produksi tanaman cabai. Penggunaan mulsa plastik hitam perak secara berulang ini tidak hanya mengurangi limbah plastik di alam, tetapi juga dapat menekan biaya produksi petani. Penutup Peningkatan produktifitas tanaman sayuran yang diproduksi dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak terjadi karena efek ganda lembaran plastik dalam memodifikasi lingkungan rizosfir tanaman dan lingkungan pertanaman sebagai akibat dari perubahan keseimbangan cahaya matahari yang menerpa permukaan mulsa plastik hitam perak.
Daftar Pustaka Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root aphid, Pemphigus bursaries L. Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann. Soc. Ent. Quebec. 22:171-180 Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level as affected by plastic mulches. Proc. Natl. Agr. Plastic Congress. 16:149-155. Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and P.G. Hunt. 1988. Plastic mulch color effects on reflected light and tomato plant growth. Scientia Hortic. 34:169-175. Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer and P.G. Hunt. 1989. Mulch surface color affects yield of fresh tomato. J. Amer. Soc.Hort. Sci 114:216-219. Dubois, P. And C.A. Brighton. 1978. Plastics in Agricultural. Applied Science Publ. London. 176p. Fahrurrozi. 1995. Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil Paprika (Capsicum annuum L.) jenis Bell dan populasi aphid. Jurnal Penelitian Universitas Bengkulu II (4) : 1 - 8. Fahrurrozi and K.A. Stewart. 1994. HortScience 29 (6):545
Effects of mulch optical properties on weed growth and development.
Fahrurrozi, K.A. Stewart and S. Jenni. 2001. The early growth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci.. 126:757-763.
Fahrurrozi, Orasi Ilmiah pada Diesi Natalis & Wisuda Sarjana I, STIPER Rejang Lebong. 29 Januari 2009
Fahrurrozi, I. Tarmizi, dan B. Hermawan. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai pada Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen dan Jenis Mulsa. Bionatura. Dalam proses penerbitan untuk Volume 11, edisi Maret 2009 Fahrurrozi, N. Setyowati, dan Sarjono. 2006. Efektifitas Penggunaan Ulang Mulsa Plastik Hitam Perak dengan Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai. Bionatura 8:17-23. Gusmin, E. 1996. Pengaruh berbagai jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun. Skripsi S-1 Fakultas Pertanian. Handayani, M. 1996. Pengaruh Enam Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Semangka (Citrullus vulgaris L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Harsono, P. 1997. Kajian mulsa plastik terhadap lingkungan mikro tanah dan hasil cabai (Capsicum annuum L.). Jurnal Penelitian UNIB 8 (3): 34-38. Hill, D.E., L. Hankin, and G.R. Stephens. 1982. Mulches: Their effect on fruit set, timing and yield of vegetables. Conn. Agr. Exp. Sta. Bulletin. 805. Hopen, H.J. and N.F. Oebker. 1975. Mulch effects on ambient carbon dioxide levels and growth of several vegetables. HortScience. 10:159-161. Kluitenberg, G.J., J.M. Ham, and W.J. Lamont. 1991. Effect of aging on the optical properties of plastic mulches. rd Proc. 23 Natl. Agric. Plastics Congress. p:149-154. Kring, J.B. 1964. New ways to repel aphids. Frontier of Plant Science. 17:6-7. Kusbiantoro, B., E. Sukarna dan M. Djakaria. 2003. Pengaruh penggunaan mulsa plastik dan pola tanam pada produksi cabai merah. http//www.warintek.progesio. html. 20 Nov 2003. Lamont, W. J. 1993. Plastic mulches for the production of vegetable crops. HorTechnology. 3 (1) : 35-38. Locascio, S.J. J.G.A. Fiskell, and D.A. Graetz,. 1985. Nitrogen accumulation by pepper as influenced by mulch and time of fertilizer application. HortScience. 110 (3) : 325-328. Mahrer, Y. 1979. Prediction of soil temperatures of a soil mulched with transparent polyethylene. J. Applied Meteorology. 18:1263-1267. Marlina, L. 2003. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon pada Berbagai Konstruksi Ajir. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Nurmawati, S., I. Winarni, dan A. Waskito. 2001. Penggunaan mulsa jerami, alang-alang, dan plastic hitam perak pada tanaman semangka tanpa biji. Jurnal Penelitian Matematika, Sains, dan Teknologi. 2:36-41. Schonbeck, M.W. 1998. Weed suppression and labor costs associated with organic, plastic and paper mulches in small scale vegetable production. J. Sustain. Agric. 13:13-32. Setyowati, Nanik, Fahrurrozi, P. Prawito, dan E. Satria. 2003. Pertumbuhan dan hasil kentang dataran tinggi Rejang. Teknik Pemulsaan dan Pemupukan Bokashi terhadap Pertumbuhan Gulma. Pros. Konf. Nas. HIGI XVI. Bogor Juli 2003. Soltani, N., J.L. Anderson and A.R. Hamson. 1985. Growth and analysis of watermelon plants grown with muches and row-covers. J.Amer. Soc. Hort. Sci.. 120:1001-1009 Soetiarso, T.A. Ameriana, M. Prabaningrum, L. Sumarni, N. 2006. Pertumbuhan, hasil, dan kelayakan finansial penggunaan mulsa dan pupuk buatan pada usahatani cabai merah di luar musim. Jurnal Hortikultura. 16(1): 63-76 Suryani, L. 2003. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun pada Berbagai Konstruksi Ajir. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Syamiah. 1997. Pengaruh mulsa dan frekuensi penyinaran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah di lahan sawah tadah hujan. Agrista 1(2):39-45 Tanner, B. 1074. Microclimate modification : Basic concepts. HortScience, 9:555-560. Vos, J.G.M., Satrosiswijo, T.S. Uhan, and W. Setiawati. 1991. Thrips on hot pepper in Java. Indonesia. Proc. Reg. Consult. Workshop, Thrips in Southeast Asia, p:18-28. Waggoner, P.E., P.M. Miller, and H.E. deRoo. 1960. Plastic mulching; Principles and benefits. Conn. Agr. Exp. Sta. Bul. 643. 44 pp. Wyman, J.A., N.C. Toscano, K. Kido, H. Jhonson, and K.S. Mayberry. 1979. Effects of mulching on the soread of aphidtransmitted watermelon mosaic and virus to summer squash. J. Econ. Entomol. 72:139-143. Zulkarnain, D. 1997. Pengaruh persentase penutupan mulsa terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhan dan hasil bawang merah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.