Mhd Hasymi, Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal...
ISSN 2356 - 4385
Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal Sebagai Unsur Mengoptimalkan Pengelolaan Keuangan Mhd Hasymi Perbanas Institute Jalan Karet Kuningan Jakarta Setiabudi Email:
[email protected] Abstract: The objective of this study to evaluate the follow-up of internal audit findings as an element of optimizing the management of financial Perbanas Institute Jakarta. Qualitative research uses descriptive method in the form of an explanation or description of observed behavior. The technique of collecting data through direct observation on the problems facing the auditee, can be known in real validity and accuracy of the documents and conduct interviews to executive staff to problems faced in their daily routine. The results showed that, taking into account the responses, completion and time needed to follow up on audit findings have implications for the increased financial management Perbanas Institute Jakarta, can be expressed auditee or work units have understood the procedures for authorization of expenditures and receipt of money, taking into account the responses, completion and time needed to follow up on audit findings have implications for the increased financial management Perbanas Institute Jakarta, can be expressed auditee or work unit has been learned that the budget serves as a means of controlling expenditures and receipt of money, taking into account the responses, completion and time needed to follow up on audit findings that have implications the increased financial management Perbanas Institute Jakarta. Keywords: follow-up, audit findings, the auditee Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tindak lanjut temuan audit internal sebagai unsur mengoptimalkan pengelolaan keuangan pada Perbanas Institute Jakarta. Penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif berupa penjelasan atau keterangan perilaku yang diamati. Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung pada permasalahan yang dihadapi auditee, dapat diketahui secara nyata keabsahan dan keakuratan dokumen dan melakukan wawancara kepada staff pelaksana terhadap masalah yang dihadapi dalam kegiatan rutin mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan memperhatikan tanggapan, penyelesaian serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute Jakarta, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah memahami prosedur otorisasi pengeluaran dan penerimaan uang atau barang, dengan memperhatikan tanggapan, penyelesaian serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute Jakarta, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa anggaran berfungsi sebagai pengendalian pengeluaran dan penerimaan uang, dengan memperhatikan tanggapan, follow up serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute Jakarta, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa pengeluaran uang atau penerimaan uang perlu didukung dokumen sah atau tidak lengkap keterangan pada dokumen tersebut, dengan memperhatikan tanggapan, follow up serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute Jakarta. Kata kunci: tindak lanjut, temuan audit, auditee
I. PENDAHULUAN Audit internal sebagai suatu cara atau teknik guna mengatasi resiko yang meningkat akibat semakin pesatnya laju perkembangan dunia pendidikan, dimana terjadi perubahan secara dinamis dan tidak dapat diprediksi sehubungan dengan era globalisasi sehingga sumber informasi yang bersifat konvensional
dan informal tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan para pimpinan yang bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak dapat diamati secara langsung. Hasil audit internal diharapkan akan dapat meningkatkan reliabilitas informasi tentang kondisi dan keadaan unit-unit kerja yang diawasi oleh pimpinan institut pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut sudah selayaknya beberapa wewenang
67
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
dan tanggung jawab pimpinan institut pendidikan didelegasikan kepada auditor internal terutama yang berkaitan dengan pengendalian internal keuangan dan operasional. Disamping itu untuk memastikan dipatuhinya kebijakan pimpinan, perlindungan terhadap harta institut pendidikan dan menilai apakah penggunaan sumber daya telah dilakukan secara ekonomis dan efisien. Dengan memperhatikan keterangan diatas, audit internal talah menjadi kebutuhan bagi pimpinan untuk membantu mengendalian jalannya kegiatan operasional institut pendidikan. Audit internal perlu dilakukan secara teratur agar dapat mencegah terjadinya masalah atau pimpinan akan dapat segera mengetahui dan mengatasi masalah sebelum permasalahan tersebut berkembang lebih luas dan dapat mengindentifikasi penyebab timbulnya serta langkah-langkah efektif untuk mengatasinya. Audit internal dilakukan oleh orang yang professional yang memiliki pemahaman yang mendalam mengenai sistem dan kegiatan operasi institut pendidikan dan budaya kerja. Aktivitas audit internal memberikan jaminan bahwa pengendalian internal yang dijalankan perusahaan telah cukup memadai untuk memperkecil terjadinya resiko, menjamin kegiatan operasi institut pendidikan telah berjalan secara efektif dan efisien serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan perusahaan telah tercapai. Hery (2013: 32) menyatakan bahwa fungsi pemeriksaan internal adalah untuk meyakinkan keandalan informasi, kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur dan peraturan perundang-undangan, perlindungan terhadap harta, penggunaan sumber daya secara ekonomi dan efisien dan tercapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai fungsi pemeriksaan internal tersebut, auditor internal perlu melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut: a). Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi, keuangan dan operasi lainnya; b). Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan rencana dan prosedur yang telah ditetapkan; c). Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan dipertanggung jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian; d). Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan; dan e). Menilai prestasi kerja para pejabat atau pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah ditugaskan. Pada dasarnya aktivitas audit internal dapat digolongkan atas dua kelompok besar yaitu: a). Financial Auditing. Kegiatan yang mencakup
68
pengecekan atas kecermatan dan kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau kecurangan dan menjaga kekayaan perusahaan. Audit keuangan berusaha untuk memverifikasi adanya harta dan memperoleh kepastian bahwa harta tersebut telah diadakan pengamanan sewajarnya serta keserasian dari system pembukuan, pembuatan laporan akan diperiksa dalam financial auditing; dan b). Operational Auditing. Kegiatan pemeriksaan lebih ditujukan pada bidang operasional sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi berupa tindakan-tindakan perbaikan prosedur, pengendalian internal, ketaatan pada anggaran atau standar yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kegiatan audit internal baik bersifat financial audit maupun operasional audit, memiliki tahapan berupa: a). Penyelesaian hasil audit internal dengan adanya temuan-temuan audit; b). Rekomendasi atau saran yang diberikan audit internal dalam bentuk tindakan perbaikan yang ditujukan pada auditee untuk pada masa datang; c). Tanggapan auditee terhadap rekomendasi atau saran yang diberikan audit internal dalam bentuk persetujuan perbaikan atau pembuatan prosedur; d). Disposisi oleh pimpinan atas rekomendasi atau saran yang diberikan audit internal sebagai dorongan pada auditee untuk menyegerakan penyelesaian tindak lanjut dari temuan audit; dan e). Monitoring atau tindak lanjut atas rekomendasi dari temuan audit. Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini, yaitu: a). Apakah auditee atau unit kerja telah memahami prosedur otorisasi pengeluaran dan penerimaan uang; b). Apakah auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa anggaran atau budget berfungsi sebagai pengendalian pengeluaran dan penerimaan uang; c). Apakah auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa pengeluaran uang atau penerimaan uang perlu didukung dokumen sah; dan d). Apakah auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa pengeluaran uang sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Sesuai permasalahan yang diutarakan diatas, tujuan penelitian yang akan diteliti oleh penulis, yaitu: a). Untuk mengetahui apakah auditee atau unit kerja telah memahami prosedur otorisasi pengeluaran dan penerimaan uang atau barang; b). Untuk mengetahui apakah auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa anggaran atau budget berfungsi sebagai pengendalian pengeluaran dan penerimaan uang; c). Untuk mengetahui apakah auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa pengeluaran uang atau penerimaan uang perlu didukung dokumen sah; dan d). Untuk mengetahui apakah auditee atau unit kerja
Mhd Hasymi, Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal...
telah mengetahui bahwa pengeluaran uang sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Berharap hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam penugsan audit internal dan tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 139 Tahun 2014 Bab III Tentang Organisasi Perguruan Tinggi, penelitian ini lebih difokuskan pada aktivitas pengendalian keuangan dan prosedur operasional non akademik pendidikan. Peranan dan tugas audit internal sebagaimana dipaparkan diatas, merupakan hal yang umum kita ketahui selama ini. Sebaliknya kita perhatikan lingkup audit internal modern lebih luas (Sawyer, Dittenhofer dan Scheiner 2009: 10) Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbedabeda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diindentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Definisi diatas mencakup peranan, tujuan auditor internal, tanggung jawab dan memadukan persyaratan utama yang ada dalam standar audit internal serta mencakup lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai, resiko, tata kelola dan kontrol. Aktivitas audit internal yang modern mencakup tiga kategori dasar, yaitu: a). Keuangan, analisis aktivitas ekonomi sebuah entitas yang diukur dan dilaporkan mengunakan metode akuntansi; b). Ketaatan, penelaahan atas kontrol keuangan dan operasi serta transaksi untuk melihat kesesuaiannya dengan aturan, standar, regulasi, dan prosedur yang berlaku; dan c). Operasional, telah komprehensif atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk menilai efisiensi dan ekonomi operasi dan efektivitas fungsi-fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya. Tujuan audit internal pada dasarnya untuk membantu para menajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan memberikan laporan bentuk analisis, penilaian, saran komentar yang obyektif mengenai kegiatan atau hal-
hal yang diperiksa. Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh audit internal, Hery (2013: 73), yaitu: a). Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi lainnya; b). Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan; c). Memeriksa sampai sejauh mana aset perusahaan dipertanggung jawabkan dan dijaga dari bermacam bentuk kerugian; d). Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan; dan e). Menilai prestasi kerja para pejabat atau pelaksana dalam penyelesaian tanggung jawab yang telah ditugaskan. Perubahan yang baru dalam perekonomian global telah mendorong adanya pengakuan akan peran auditor internal untuk menciptkan nilai tambah bagi organisasi. Peran dan keahlian yang baru dimiliki oleh auditor internal telah menjadi topik pembicaraan pada kalangan profesional dan bisnis. Tujuan utama audit internal pada era perekonomian globalisasi (Hery, 2013: 74), yaitu: (1). Keandalan Informasi. Audit internal perlu meninjau keandalan (reliabilitas dan integritas) berbagai informasi financial dan pelaksanaan pekerjaan atau operasi serta berbagai cara yang dipergunakan untuk mengindentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan informasi; (2). Kesesuaian Dengan Kebijaksanaan, Rencana, Prosedur dan Peraturan Perundang-undangan. Pemeriksa internal harus meninjau sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang dimiliki. Jadi, pemeriksa intern bertanggung jawab dalam menentukan apakah sistem tersebut telah mencukupi dan efektif serta apakah berbagai kegiatan yang diperiksanya benar-benar telah memenuhi persyaratan yang diperlukan; (3). Perlindungan Terhadap Harta. Pemeriksa internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi harta terhadap berbagai jenis kerugian seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, kegiatan yang ilegal atau tidak pantas dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan dari suatu harta atau aktiva. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu harta, pemeriksa harus mempergunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat; dan (4). Penggunaan Sumber Daya secara Ekonomis dan Efisien. Pemeriksaan yang berhubungan dengan keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya haruslah mengidentifikasi berbagai keadaan seperti: (a) fasilitas-fasilitas yang
69
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
tidak dipergunakan sepenuhnya; (b) pekerjaan yang tidak produktif; (c) berbagai prosedur yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan pertimbangan biaya,; dan (d) terlalu banyak atau sedikitnya jumlah staff; dan (5). Pencapaian Tujuan. Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang talah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi atau program tersebut telah dilaksanakan seesuai dengan rencana. Audit internal pada umumnya mencakup pemeriksaan: (1). Audit operasional, yaitu menilai efektivitas dan efisiensi dari prosedur dan metode yang dilaksanakan dalam operasi perusahaan; dan (2). Audit ketaatan yaitu menilai apakah prosedur tertentu aturan atau regulasi yang ditetapkan oleh otoritas lebih tinggi telah diikuti atau ditaati. Dalam buku Audit Operasional (Suatu Pengantar), karakteristik audit operasional, Widjaja (2004: 9) yaitu: (1). Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatisi; (2). Mencakup semua aspek perusahaan unit atau fungsi; (3). Yang diaudit adalah seluruh perusahaan atau salah satu unit atau fungsinya; (4). Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan atau unit atau fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi tanggung jawab atau tugasnya; (5). Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan standar; dan (6). Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif tidaknya perusahaan, suatu unit, suatu fungsi. Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) dalam buku Internal Audit (Kumaat, 2011: 17) memperkenalkan kerangka pengendalian (control framework) yang terdiri dari 5 unsur sebagai berikut: (i). Lingkungan Pengendalian (Control Environment. Lingkungan pengendalian meliputi sikap para manajemen & karyawan terhadap pentingnya pengendalian internal organisasi. Faktor-faktor yang terkait dengan sikap dimaksud adalah: (1). Business Owner Philosophy (Single Majority atau Joint Management atau Strategic Alignment); (2). Management Style (Manajemen yang Progressive atau Conservative); (3). Organization Structure (Centralized atau Decentralized; dan (4). HR & Career Development (Seniority atau Loyalty-based atau Competency atau Performance-based). Lingkungan pengendalian ini sangat penting karena menjadi dasar bagi efektivitas unsur-unsur pengendalian internal yang lain; ii). Penilaian Resiko (Risk Assesment). Semua organisasi menghadapi resiko, yaitu dalam kondisi apapun
70
yang namanya resiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non-profit) maupun non bisnis. Resiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis atau dievaluasi sehingga bisa diperkirakan intensitas tindakan apa untuk meminimalkannya; iii). Prosedur Pengendalian (Control Procedure). Prosedur pengendalian ditetapkan untuk standardisasi proses kerja, sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan serta kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi halhal berikut: (1). Personel yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib; (2). Pelimpahan tanggung jawab dan pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait; dan (3). Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpangan aset dan operasi; (iv). Pemantauan (Monitoring). Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat dimonitor secara efektif melalui penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian khusus biasanya dilakukan secara berkala ketika terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi, atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, Internal Audit adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian internal. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian internal sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan; dan (v). Informasi dan Komunikasi (Information and Communication). Informasi dan komunikasi merupakan unsur-unsur yang penting dari pengendalian internal perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian dan pemantauan diperlukan oleh manajemen, untuk pedoman operasi dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum serta peraturanperaturan yang berlaku pada perusahaan. Kontrol dapat dirancang sesuai dengan fungsi kegiatan yang akan dilaksanakan, Sawyer, Dittenhofer dan Scheiner (2009; 67), yaitu: (1). Kontrol Preventif, control yang diterapkan untuk mencegah hal—hal yang tidak diharapkan sebelum terjadi; (2). Kontrol Detektif, control yang dirancang untuk menemukan hal-hal yang tidak diharapkan pada saat terjadinya; dan (3). Kontrol Korektif, control yang dirancang untuk memastikan bahwa tindakan korektif diambil untuk memperbaiki hal-hal yang tidak diharapkan atau untuk memastikan bahwa hal-hal tersebut tidak
Mhd Hasymi, Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal...
akan terulang. Standar operasi merupakan bagian atau elemen penting dalam proses internal control, karena standar tersebut berperan sebagai menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dasar pengukuran. Menurut Sawyer, Dittenhofer dan Scheiner (2009: 73) kerangka standar control dapat terbagi atas: (1). Keyakinan yang wajar, kontrol yang harus memberikan keyakinan yang wajar bahwa tujuan internal control akan dicapai; (2). Prilaku yang mendukung; (3). Integritas dan kompentensi, orang yang terlibat dalam pengoperasian internal control harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas pribadi dan kompetensi yang memadai untuk melaksanakan kontrol guna mencapai tujuan internal control; (4). Tujuan control, tujuan control yang spesifik, komprehensif dan wajar harus ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi; (5). Pengawasan kontrol, manajer perlu terus menerus mengawasi keluaran yang dihasilkan oleh sistem control dan mengambil langkah-langkah tepat terhadap penyimpangan yang memerlukan tindakan tersebut; (6). Dokumentasi, semua transaksi dan kejadian signifikan perlu didokumentasikan dengan baik dan terkontrol; (7). Pencatatan transaksi, kejadian dengan layak dan tepat waktu; (8). Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian harus dilaksanakan oleh petugas yang berwenang; (9). Pembagian tugas, otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan pemeriksaan transaksi harus dipisahkan sesuai bagian-bagiannya; (10). Pengawasan, harus dilakukan dengan konsisten dan terkoordinir serta berkesinambungan untuk memastikan tercapai tujuan control internal; dan (11). Akses dan akuntabilitas ke sumber daya dan catatan, perlu dibatasi dan hanya untuk individu yang bertugas sesuai tugas masing-masing. Karakteristik-karakteristik control, auditor internal dapat mengevaluasi sistem control dengan menentukan kesesuaiannya dengan kriteria yang ditetapkan, Sawyer, Dittenhofer dan Scheiner (2009: 74), yaitu: (1). Tepat waktu, bila terjadi masalahmasalah yang tidak diharapkan harus ditindak lanjuti dan diindentifikasi tepat waktu; (2). Ekonomis, manajemen perlu mempertimbangkan biaya yang timbul, tidak hanya memperhatikan efektifitas control; (3). Akuntanbilitas, control harus membantu karyawan mempertanggung jawaban tugas yang diberikan; (4). Penerapan, control harus diterapkan pada saat yang paling tepat, seperti: saat pengukuran paling aman untuk dilakukan; (5). Fleksibilitas, keadaan dapat berubah sewaktu-waktu, untuk itu control perlu melakukan perubahan menyesesuaikan dengan kondisi yang timbul; (6). Menentukan
penyebab, tindakan korektif yang diambil segera dapat dilakukan bila control tidak hanya mengindentifikasi masalah tetapi juga penyebab masalah itu timbul; dan (7). Kelayakan, kontrol perlu memenuhi kebutuhan manajemen untuk membantu dalam mencapai tujuan dan rencana manajemen serta struktur organisasi. Untuk terciptanya suatu kontrol fleksibel, akuntabilitas, ekonomis dan tepat waktu, diperlukan beberapa sarana penunjang, berikut ini: (a). Organisasi merupakan struktur peran yang disetujui untuk orang-orang di dalam perusahaan, agar perusahaan dapat mencapai tujuan secara efisien dan ekonomis; (b). Kebijakan—kebijakan, pernyataan prinsip yang dibutuhkan yang dijadikan sebagai pedoman atau membatasi tindakan; (c). Prosedur-prosedur, sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan; (d). Personalia, staf yang ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk melaksanakan tugas yang diberikan seperti integritas, kompetensi sebagai auditor profesioanal; (e). Akuntansi, merupakan sarana yang sangat penting untuk aktivitas kontrol keuangan dan sumber daya; f). Anggaran, rencana yang telah disusun dan disetujui pimpinan untuk dilaksanakan pada tahun yang akan datang sebagai standar atau ukuran pelaksanaan; dan (g). Pelaporan, dibuat tepat waktu, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Kontrol yang digunakan dalam pelaksanaan audit internal, dibuat secara fleksibel, tidak berlebihan dan perlu mempertimbangkan cost of benefit dalam pembuatan kontrol tersebut. Kontrol yang buat berlebihan dan terlalu kaku mengakibatkan kinerja dan inisiatif pelaksana menjadi lumpuh sehingga control tidak berfungsi atau berjalan dengan baik. Hal-hal yang menyebakan kontrol tidak berjalan dengan baik, Sawyer, Dittenhofer dan Scheiner (2009: 95): (1). Kontrol dianggap sebagai permainan, kontrol dipandang sebagai sebuah tantangan yang harus dikalahkan, bukan sebagai alat membantu manajemen dalam operasi perusahaan; (2). Kontrol dianggap sebagai obyek sabotase, pegawai berusaha merusak sistem kontrol, menciptakan keraguan dan merancang proyek dengan karakteristik yang komplek dan sulit; (3). Informasi yang tidak akurat, pelaksana manipulasi informasi untuk membuat dirinya dan unit kerjanya kelihatan lebih baik atau menciptakan data yang salah sehingga kontrol tidak berfungsi; dan (4). Ilusi kontrol, pelaksana memberikan kesan bahwa sistem kontrol berfungsi, kenyataan sistem tersebut diabaikan atau disalah artikan. Keberhasilan auditor internal sangat teregantung pada kemampuannya dalam mengelola resiko.
71
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
Auditor internal diharapkan dapat mengembangkan cara-cara proaktif dalam mengantisipasi resiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan perusahaan. Pemahaman atas penilaian resiko akan meningkatkan kualitas fungsi audit internal. Penting bagi auditor internal untuk memahami masalah manajemen resiko yang ditimbulkan dari globalisasi sehingga resiko global nantinya yang akan dapat dikelola secara baik dan komprehensif. Pengelolaan resiko (risk management), (Kumaat, 2011: 19) yaitu: tindakan terencana dan berkesinambungan untuk mengantisipasi ketidakpastian dimasa datang dengan cara mereduksi faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya resiko atau menekan dampak dari resiko, berdasarkan indentifikasi atau observasi dan penanganan atau pengendalian atas faktor-faktor penyebab atau dampak resiko yang mungkin terjadi. Auditor internal akan mengevaluasi setiap kegiatan operasional perusahaan yang mengandung resiko melalui indentifikasi dan menentukan apakah resiko dapat dikendalikan dan mana yang tidak dapat dikendalikan. Untuk memperkecil atau mengurangi kemungkinan akan terjadinya resiko, ada beberapa tingkatan pencegahan yang perlu ditempuh, (Kumaat, 2011: 19) yaitu: (1). Risk Detection, upaya memastikan tingkat kemungkinan terjadi resiko dan tingkat kemampuan untuk menghadapi atau menghindari. Seperti: membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikan dalam bisnis baru, melakukan uji pasar terhadap produk baru dan meminitor kompetensi sumber daya manusia selama masa promosi; (2). Risk Reduction, risk elimination, upaya menenkan atau menggurangi tingkat kemungkinan terjadi resiko, seperti: melakukan hedging guna mengantisipasi fluktuasi currency rate, membangun pengendalian internal yang kuat, menempatkan sumber daya manusia dengan prinsip “the right man on the right place”, dan menginvestasikan dana pada penanganan limbah produksi; (3). Risk Sharing atau outsourcing, upaya membagi atau mengalihkan dampak resiko yang mungkin timbul (risk sharing, risk outsourcing). Misalnya, dengan melakukan diversifikasi pada berbagai instrument investasi atau bisnis yang berbeda, menjalin kerjasama atau aliansi bisnis, menutup asuransi, mensubkontrakkan sejumlah aktivitas bisnis atau operasi dan sebagainya; dan (4). Risk Mitigation, upaya mengurangi atau menghentikan dampak negatif (kerugian) yang sudah terjadi. Misalnya, menarik dana dari instrument investasi atau bisnis yang terus merugi, menerapkam restrukturasi terhadap kinerja perusahaan yang
72
mengalami “bleeding”, melakukan pendekatan kepada masyarakat terkait pencemaran limbah yang sudah terjadi. Audit internal menyangkut analisis dan penilaian serta pembuktian, keberhasilan audit dibuktikan dengan adanya penyempurnaan prosedur atau peningkatan pengelolaan keuangan perusahaan. Hal ini semua sangat terhgantung kepada sikap, kompentensi, integritas dan profesionalisme auditor internal. Auditor internal perlu memahami dan menguasai ilmu yang mendukung tugas sehari-hari seperti: perpajakan, sistem informasi akuntansi, akunatnsi keuangan, hukum bisnis, akuntansi, auditing, pemahaman luas terhadap masalah-masalah bisnis. Pemahaman tersebut alangkah baik didapat secara praktek melalui pengalaman terdahulu, training atau job training yang continue. Auditor internal perlu mempunyai kecakapan professional yang memadai, Widjaja (2004: 19), yaitu: (1). Mematuhi standar—standar kelakuan professional; (2). Memiliki pengetahuan, keterampilan dan disiplin yang diperlukan untuk pelaksanaan audit internal; (3). Memiliki kecakapan manajemen untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk berkomunikasi secara efektif; (4). Memelihara kemampuan teknis mereka melalui pendidikan yang berkesinambungan; (5). Memberikan perhatian professional yang memadai dalam melaksanakan audit internal; (6). Memiliki sifat ingin tahu; (7). Tidak mudah putus asa atau gigih; (8). Dalam segala hal mempunyai pendekatan konstruktif; dan (9). Dapat bekerja sama dalam tim kerja. Dalam lingkungan kompetitif sekarang, permintaan untuk audit internal dapat dihubungkan dengan keinginan manajemen atau pimpinan perusahaan untuk meningkatkan penghasilan, produktivitas dan menekan biaya. Agar proses pemeriksaan berjalan sebagaimana diharapkan diperlukan prosedur-prosedur yang terarah, Widjaja (2004: 27) yaitu: (1). Menentukan auditee, melakukan survei pendahuluan yang bertujuan untuk mengindentifikasi aktivitas yang memiliki kemungkinan potensi paling tinggi efektivitas, efisisnsi, ekonomi operasi, dan memperoleh pemahaman tentang struktur organisasi, entitas; (2). Membuat perencanaan audit internal, pada tahap ini lebih menekankan pada survei pendahuluan dan penafsiran resiko, dengan tujuan dapat mengetahui kearah mana audit internal lebih difokuskan agar pereriksaan tepat sasaran; (3). Melaksanakan audit internal terdiri dari: mengumpulkan bukti cukup kompeten yang digunakan sebagai dasar pemeriksaan,
Mhd Hasymi, Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal...
menganalisis dan menyelidiki penjimpangan dari standar, menentukan tindakan koreksi; dan (4). Melaporkan hasil audit internal kepada pimpinan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penerbitan laporan audit internal, Widjaja (2004: 33), yaitu: (a). Ditekankan pada hal-hal yang akan memperbaiki operasi perusahaan; (b). Perbaikan yang menunjukkan kamajuan sejak audit yang terakhir; (c). Memperhatikan hal-hal kecil yang tidak atau menjamin perhatian pejabat perusahaan; (d). Laporan audit internal sesingkat mungkin dan mengungkapkan hal-hal utama atau pokok; (e). Jangan membuat kritik tanpa suatu rekomendasi konstruktif dan informasi didukung oleh bukti pendukung yang kuat; (f). Diskusikan draft laporan dengan semua pengawas yang beroperasi yang ada kaitannya dengan temuan; (g). Dapatkan sebanyak mungkin persetujuan dari direksi yang beroperasi atas rekomendasi dan kemukakan rekomendasi itu dianggap sebagai rekomendasi bersama; (h). Persetujuan atas rekomendasi tidak dapat dicapai, pastikan bahwa ada persetujuan atas latar belakang yang berdasarkan kenyataan; (i). Kirimkan kopi laporan final kepada setiap kepala bagian yang beroperasi yang ada kaitannya dengan laporan ini dan kepada pejabat senior perusahaan yang bertanggung jawab atas operasi pemeriksaan atau audit; dan (j). Malakukan kegiatan tindak lanjut atau monitoring terhadap kemajuan progress perbaikan di lapangan. Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi seharihari ataupun untuk pengembangan perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan dapat mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban yang paling rendah. Pengaturan atau manajemen keuangan dapat diartikan, Sutrisno (2007: 3) semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Fungsi manajemen keuangan tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan seperti marketing, produksi, pembelian dan lain-lain. Pengelolaan keuangan yang baik tercermin dari keputusan utama yang akan diambil, Weston dan Copeland (1995: 5) bahwa fungsi keuangan adalah keputusan investasi, pembiayaan dan dividen untuk suatu organisasi. Ketiga keputusan keuangan tersebut diimplentasikan dalam kegiatan perusahaan untuk mendapatkan laba yang optimal. Dalam bukunya Keown et al. (2001: 13), terdapat sepuluh aksioma
sebagai dasar manajemen keuangan yaitu: (1). Keseimbangan resiko dan pemgembalian (The Risk Return Tradeoff), jangan menambah resiko kecuali mendapatkan kompensasi tambahan pendapatan; (2). Nilai waktu uang (Time Value of Money), uang yang diterima sekarang lebih berharga dari uang yang diterima kemudian; (3). Uang kas, buku kas besarnya laba adalah yang utama, artinya dalam mengukur kesejahteraan kita menggunakan arus kas (cash flow) bukan keuntungan akuntansi (accounting profit); (4). Tambahan arus kas (Incremental Cash Flow), satu-satunya pertambahan nilai yang dihitung; (5). Kondisi persaingan pasar, alasan mengapa sangat sulit mendapatkan proyek dengan laba yang luar biasa; (6). Pasar modal yang efisien, pasar yang bergerak cepat dan harga yang tepat; (7). Masalah keagenan, manajer tidak akan bekerja bagi pemilik perusahaan jika tidak selaras dengan kepentingan mereka; (8). Perpajakan yang berdampak pada keputusan bisnis; (9). Tidak semua resiko sama, ada sebagian resiko yang dapat diversifikasi; dan (10). Melakukan sesuatu yang benar adalah perilaku yang etis dan banyak dilema etika dalam manajemen keuangan. Pengertian pengelolaan keuangan adalah teknik mengimbangi daya hidup manusia seperti daya hidup konsumtif dengan daya produktif seperti investasi, menabung ataupun bisnis. Pengertian pengelolaan keuangan: perencanaan, pengarahan, pemantauan, pengorganisasian dan pengendalian sumber daya moneter dari sebuah organisasi yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Pengelolan keuangan adalah perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian kegiatan keuangan seperti: pengadaan dan pemanfaatan dana dari perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip manajemen umum untuk sumber daya keuangan.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati dan Aristina (2012: 188200) “Pengaruh Tindak Lanjut Temuan Audit Fungsi Pemasaran Terhadap Minat Konsumen Pengguna Kereta Api Eksekutif PT Kereta Api Indonesia”
73
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
(Studi pada PT KAI Daop 8 Surabaya). Pada tulisan ini penulis menggunakan dua teknik analisis yaitu analisis dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk review audit manajemen fungsi pemasaran dan analisis dengan pendekatan kuantitaf melalui uji statistik. Agar terdapat sinkronisasi antara peneliti sebelumnya dengan peneliti berikutnya, maka penulis hanya merujuk teknik analisis dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk review audit manajemen fungsi pemasaran, bahwa pengaruh tindak lanjut temuan audit fungsi pemasaran terhadap minat konsumen pengguna kerata api eksekutif PT Kereta Api Indonesia, meliputi variable - variable, yaitu: Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti fisik (X7).
II. METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Menurut Sugiyono (2015: 347) dalam buku Metode Penelitian Manajemen menjelaskan, penelitian kualitatif adalah proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan hasil penelitian bersifat deskriptif berupa penyelasan atau keterangan perilaku yang di amati. Sharan B. and Merriam (2007) dalam buku Qualitative Research; A Guide to Design and Implementation menyatakan bahwa peneliti kualitatif tertarik untuk memahami bagaimana orang-orang menginterpretasikan pengalamannya. Peneliti dengan metode kualitatif dituntut agar dapat menghimpun data dari berbagai sumber meliputi hal pengalaman, pengetahuan, realisasi di lapangan serta informasi tidak langsung seperti seminar, rapat pimpinan. Agar hasil penelitian ini lebih bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai pedoman umum dalam pelaksanaan audit internal, penulis memperoses dan melaporkan penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. B. Aktivitas Penelitian Aktivitas penelitian merupakan sarana yang sangat menunjang keberhasilan penelitian baik dari segi hasil yang diperoleh maupun waktu penelitian. Pada penelitian ini, penulis akan menyabarkan tahapan-tahapan proses audit internal (lihat gambar 1) hingga sampai pada evaluasi tindak lanjut yang merupakan langkah akhir yang perlu dijalankan oleh auditor internal.
74
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, jenis teknik pengumpulan data terdiri dari Sugiyono (2015: 377): a). Observasi, berupa observasi berpartisipasi, observasi secara terangterangan dan tersamar dan observasi yang tak berstruktur; b). Wawancara (interview), teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan mendapat respon yang lebih rinci; c). Dokumentasi, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu meliputi tulisan, gambar, laporanlaporan; dan d). Trianggulasi pengumpulan data yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dilihat dari sumber data, perolehan data dapat dikelompokkan atas: a). Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data; dan b). Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau dokumen. Pada penelitian kualitatif ini, penulis dapat melakukan observasi langsung pada permasalahan yang dihadapi auditee atau unit kerja, dapat melihat secara nyata keabsahan dan keakuratan dokumen serta melakukan wawancara kepada staf pelaksana terhadap masalah yang dihadapi dalam kegiatan rutin mereka. D. Metode Analisis Data Dengan pengamatan yang terus menerus pada penelitian kualitatif mengakibatkan variasi data tinggi sekali, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada pola yang jelas, sehingga sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Sugiyono (2015: 400), selanjutnya Susan Stainback menyatakan: ”There are no guidelines in qualitative research for determining how much data and data analysis are necessary to support and assertion conclution or theory” belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori. Dalam hal ini Nasution (1988) mengatakan “analisis telah
Mhd Hasymi, Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal...
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Untuk penjabaran penelitian kualitatif tersebut, penulis mengunakan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang sesunguhnya dari obyek yang diteliti tentang faktafakta yang ada, melalui indentifikasi, mengumulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang didapat sehingga dapat dirumuskan dalam bentuk kesimpulan dan saran. Menurut Sugiyono (215: 238) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, seperti penyajian data melelui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan detail, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan kualitatif yang diwujudkan dalan bentuk evaluasi tindak lanjut temuan audit internal terhadap empat aspek yaitu: a). Aspek prosedur otorisasi pengeluaran dan penerimaan uang; b). Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian pengeluaran uang; c). Pengeluaran uang atau penerimaan uang perlu didukung dokumen sah; dan d). Pengeluaran uang sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Narasumber Penelitian kualitatif yang bersifat diskriptif ini, bersumber dari informasi atau data yang didapat oleh penulis berasal dari kegiatan harian penulis sebagai kepala biro pengendalian dan pengawasan internal (internal audit) pada Perbanas Institute Jakarta. Sebelum berkarier di institut ini penulis bekerja pada salah satu kantor akuntan publik asing di Jakarta dan beberapa perusahaan swasta nasional dan asing sebagai pimpinan menengah bidang akuntansi dan keuangan. B. Penelitian dan Jurnal Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Rahmawati dan Aristina mengambarkan pengaruh tindak lanjut temuan audit dalam fungsi pemasaran yang melibatkan variabel produk, harga, promosi, tempat, orang atau pelaksana, proses, bukti fisik yang
sebagian besar pengaruh tindak lanjut temuan audit tersebut telah dilaksanakan meskipun bagian tertentu belum berjalan secara maksimal. Terhadap penelitian yang penulis lakukan sekarang, lebih menekankan pada evaluasi tindak lanjut temuan audit internal sebagai unsur mengoptimalkan pengelolaan keuangan yang berkaitan dengan: a). Aspek prosedur otorisasi pengeluaran dan penerimaan uang; b). Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian pengeluaran uang; c). Pengeluaran uang atau penerimaan uang perlu didukung dokumen sah; dan d). Pengeluaran uang sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Jadi penelitian terdahulu lebih menenkankan pada pengaruh tindak lanjut temuan audit terhadap fungsi pemasaran dengan beberapa variable sedangkan penelitian berikutnya cenderung melihat evaluasi temuan audit internal sebagai unsur mengoptimalkan pengelolaan keuangan. C. Temuan Dan Pembahasan Penelitian Audit internal atau pengendalian dan pengawasan internal merupakan biro yang independen dalam organisasi Perbanas Intitute yang berlokasi di Jakarta Selatan untuk memberikan layanan konsultasi professional dan memeriksa, menilai, mengevaluasi kegiatan operasional Perbanas Intitute dan memberikan rekomendasi atau saran yang konstruktif dan protektif dalam rangka mengamankan harta milik institut, meningkatkan efisiensi kerja, meyakinkan dipatuhinya sistem, prosedur dan kebijakan Perbanas Intitute yang telah ditetapkan dan meyakinkan kewajaran data keuangan serta data akuntansi. Setiap awal tahun anggaran, dibuat perencanaan kerja secara lengkap yang berisikan obyek yang diperiksa, rencana waktu pelaksanaan layanan konsultasi dan audit serta tim kerja yang dilibatkan. Perencanaan tersebut didasarkan atas dasar data atau dokumen yang diperoleh dari semua biro yang ada dilingkungan Perbanas Institute serta dokumen intern yang dimiliki oleh audit internal atau biro pengendalian dan pengawasan internal. Langkah utama yang dilakukan adalah dengan membuat pemetaan resiko dan pengendalian dan penyusunan program audit. 1. Aspek Prosedur Otorisasi Pengeluaran dan Penerimaan Uang Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada pelaksana yang ditunjuk oleh pimpinan untuk melakukan penandatangan untuk jumlah nilai tertentu, pemberian tanda paraf atau menginput kode otorisasi dokumen atau cacatan transaksi keuangan.
75
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
Dalam pemeriksaan rutin terdapat beberapa temuan audit internal, berkaitan dengan laporan pertanggung jawaban pengeluaran dan penerimaan uang yang belum diotorisasi oleh pelaksana yang berwenang, hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan audit internal berlangsung ada beberapa laporan biaya belum sempat ditanda tangani, oleh pelaksana yang bersangkutan. Kutipan wawancara auditor internal dengan auditee: Auditor: Biaya percetakan, biaya protokoler, biaya keamanan, biaya sponsorship, biaya konsumsi belum ada otorisasi, kenapa sampai terjadi hal ini? Auditee: Kami sudah menggingatkan para kepala seksi wisuda agar kelengkapan dan keabsahan dokumen pertanggung jawaban dana-dana masingmasing seksi diperhatikan dan disegerakan. Auditor: Seharusnya informasi tersebut diatas, disampaikan kepada kepala seksi wisuda pada saat awal, pertengahan, dan akhir pengurusan kegiatan wisuda. Setelah dilakukan pemeriksaan teliti dan secara cermat terhadap permasalahan laporan pertanggung jawaban pengeluaran dan penerimaan uang yang belum diotorisasi oleh pelaksana yang berwenang tersebut antara lain berhubungan dengan biaya percetakan, protokoler, keamanan, sponsorship, konsumsi dan auditor internal menyampaikan rekomendasi atau saran berupa agar otorisasi laporan pertanggung jawaban pengeluaran dan penerimaan uang segera dilakukan tanda tangan. Sepuluh hari kerja dari tanggal pemeriksaan audit internal, kami menerima tanggapan auditee berupa otorisasi sudah dilakukan oleh pelaksana yang berwenang. Dengan diterimanya tanggapan auditee yang sesuai standar audit internal menggambarkan bahwa pengelolaan keuangan sudah menunjukan unsur optimal baik dari segi penyelesaian dalam jangka waktu pendek maupun dari segi jumlah yang tidak ada penyimpangan. 2. Anggaran Berfungsi Sebagai Alat Pengendalian Pengeluaran Uang Merupakan standar yang digunakan untuk mengetahui efisien dan efektifnya suatu pelaksanaan kegiatan ditinjau dari sisi keuangan. Dalam pemeriksaan rutin terdapat beberapa temuan audit internal, berkaitan dengan realisasi pengeluaran uang tidak sesuai atau tidak ada dalam mata anggaran, hal ini dikarenakan adanya pengantian sarana penunjang kegiatan, kenyataan memang belum dianggarkan, waktu pelaksanaan kegiatan tidak bersamaan dengan waktu diaggarkannya biaya kegiatan
76
tersebut, pengalihan anggaran karena perubahan kebijaksanaan. Kutipan wawancara auditor internal dengan auditee: Auditor: Biaya cendera mata atau plakat, makanan ringan, biaya transportasi, sarana penunjang, biaya operasional realisasi pengeluaran uang tidak sesuai atau tidak ada dalam mata anggaran, kenapa sampai terjadi hal ini? Auditee: Dikarenakan adanya pengantian sarana penunjang kegiatan, ada pengeluaran kenyataan belum dianggarkan, waktu pelaksanaan kegiatan tidak bersamaan dengan waktu diaggarkannya biaya kegiatan tersebut, pengalihan anggaran karena perubahan kebijaksanaan. Auditor: Terhadap pengeluaran tersebut diatas, agar disegerakan dibuatkan pos anggarannya dan dimintakan persetujuan pada pimpinan institut atau ketua tim anggaran, untuk masa datang kondisi seperti ini tidak terlulang lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan teliti dan secara cermat terhadap permasalahan realisasi pengeluaran uang tidak sesuai atau tidak ada dalam mata anggaran antara lain berhubungan dengan biaya cendera mata atau plakat, makanan ringan, biaya transportasi, sarana penunjang, biaya operasional dan auditor internal menyampaikan rekomendasi atau saran berupa agar realisasi pengeluaran uang tidak sesuai atau tidak ada dalam mata anggaran segera dilakukan pembuatan pos anggaran yang berkaitan dengan, biaya–biaya tersebut di atas melalui persetujuan pimpinan institut atau ketua tim anggaran, tiga puluh hari kerja dari tanggal pemeriksaan audit internal, kami menerima tanggapan auditee berupa pembuatan pos anggaran sudah dilakukan dan sudah disesuaikan dengan mata anggaran yang baru. Dengan diterimanya tanggapan auditee yang sesuai standar audit internal menggambarkan bahwa pengelolaan keuangan sudah menunjukkan unsur optimal baik dari segi penyelesaian dalam jangka waktu pendek dan pada saat sekarangpelaksana maupun pemakai anggaran konsisten menerapkan ketentuan yang telah ditetatpkan yaitu bagi pengeluaran yang tidak ada mata anggaran atau penganggaran berbeda waktu dengan realisasinya diperlukan persetujuan pimpinan pendidikan. 3. Pengeluaran Uang atau Penerimaan Uang Perlu Didukung Dokumen Sah Dokumen sah yaitu bukti pembayaran atau penerimaan menenuhi kriteria akuntansi, keuangan dan hukum yang menyatakan berpindahnya hak atau
Mhd Hasymi, Evaluasi Tindak Lanjut Temuan Audit Internal...
kewajiban dari satu pihak kepada pada pihak lain. Bukti tersebut harus di dokumentasi sesuai peraturan pemerintah selama sepuluh tahun sejak terjadinya transaksi keuangan. Dalam pemeriksaan rutin terdapat beberapa temuan audit internal, berkaitan dengan pengeluaran uang atau penerimaan uang yang belum didukung dokumen sah, hal ini dikarenakan adanya pengantian faktur atau kwitansi atau tanda terima karena kesalahan tulis dan kurang lengkap keterangan pada dokumen tersebut sehingga perlu diganti dan sampai saat audit internal berlangsung dukumen tersebut belum ada pengantian atau pembaharuan. Kutipan wawancara auditor internal dengan auditee: Auditor: Pengeluaran uang atau penerimaan uang yang belum didukung dokumen sah, kenapa sampai terjadi hal ini? Auditee: Dikarenakan adanya pengantian faktur atau kwitansi atau tanda terima disebabkan kesalahan tulis dan kurang lengkap keterangan pada dokumen tersebut sehingga perlu diganti dan sampai saat audit internal melakukan pemeriksaan. Auditor: Terhadap adanya pengantian faktur atau kwitansi atau tanda terima, seharusnya kepala seksi dari kepengurusan wisuda memberikan batas akhir penyerahan dokumen yang benar dan sah serta menunda melunasi tagihan pada pemasok tersebut sebelum semua kewajibannya dipenuhi. Setelah dilakukan pemeriksaan teliti dan secara cermat terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pengeluaran uang atau penerimaan uang yang belum didukung dokumen sah antara lain berkaitan dengan pembayaran kegiatan kastik, pembayaran pembuatan spanduk, penerimaan dana sponsorship,penerimaan dana oleh seksi pelengkapan dari bendaharawan, dua puluh hari kerja dari tanggal pemeriksaan audit internal, kami menerima tanggapan auditee berupa telah dilengkapinya dokumen yang sah pada setiap pengeluaran uang atau penerimaan uang. Dengan diterimanya tanggapan auditee dan hasil monitoring dilakukan internal auditor permasalahan pengeluaran uang atau penerimaan uang yang belum didukung dokumen sah dapat diselesaikan tanpa terjadi kerugian dalam jangka waktu pendek. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan sudah dilakukan secara optimal baik dari segi waktu penyelesaian maupun efek perbaikan terhadap transaksi masa datang.
dipertanggung jawabkan setiap pengeluaran uang harus mentaati prosedur tertulis yang telah ditetapkan. Dalam pemeriksaan rutin terdapat temuan audit internal, dimana belum andanya ketentuan tertulis tentang besaran nilai pengadaan barang dan jasa, melalui surat perintah kerja (SPK) atau tender terbuka. Kutipan wawancara auditor internal dengan auditee: Auditor: Bagimana sampai terjadi tidak adanya arutan berapa besaran nilai pengadaan barang dan jasa, melalui surat perintah kerja (SPK) atau tender terbuka Auditee: Pada awal beroperasi Perbanas Intitute ketentuan tersebut ada, dengan berlalu waktu dan terjadi pengantian pejabat yang berwenang, aturan pengadaan tidak ditemukan lagi (hilang) dan untuk memperbaharui aturan belum terrealisir. Auditor: Agar ada dasar legalitas buat anda bekerja, seharusnya ketentuan pengadaan barang dan jasa, melalui surat perintah kerja (SPK) atau tender terbuka sudah harus ada dan dilaksanakan.
4. Pengeluaran Uang Sesuai Prosedur Yang Telah Ditetapkan
1. Dengan memperhatikan tanggapan, follow up serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada
Agar
prinsip
akuntanbilitas
dan
dapat
Setelah dilakukan pemeriksaan dengan teliti dan secara cermat terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa, seperti: penyelengaraan paduan suara dan instrument, penyelengaraan seni tari, percetakan brosur dan formulir penerimaan mahasiswa baru. Dua puluh hari kerja dari tanggal pemeriksaan audit internal, kami menerima tanggapan auditee berupa pernyataaan untuk transaksi masa datang setiap penyelengaraan dan penggadaan barang akan mengikuti prosedur resmi yang telah ditetapkan pimpinan institut. Dengan diterimanya tanggapan oleh auditee dan hasil monitoring dilakukan internal auditor, permasalahan pengeluaran uang belum sesuai prosedur yang telah ditetapkan tersebut dapat diselesaikan tanpa terjadi kerugian, dalam jangka waktu pendek. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan sudah dilakukan secara optimal baik dari segi waktu penyelesaian maupun efek perbaikan terhadap transaksi masa datang.
IV. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang terdapat pada bab-bab terdahulu, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
77
Kalbisocio,Volume 3 No. 1 Februari 2016
meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah memahami prosedur otorisasi pengeluaran dan penerimaan uang atau barang. 2. Dengan memperhatikan tanggapan, follow up serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa anggaran atau budget berfungsi sebagai pengendalian pengeluaran dan penerimaan uang. 3. Dengan memperhatikan tanggapan, follow up serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas Institute, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa pengeluaran uang atau penerimaan uang perlu didukung dokumen sah dan lengkap keterangan pada dokumen tersebut. 4. Dengan memperhatikan tanggapan, follow up serta waktu yang diperlukan untuk menindak lanjuti temuan audit yang berimplikasi pada meningkatnya pengelolaan keuangan Perbanas
78
Institute, dapat dinyatakan auditee atau unit kerja telah mengetahui bahwa pengeluaran uang sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
V. DAFTAR RUJUKAN Hery. (2013). Setiap Auditor Baca Buku Ini. Jakarta. PT Grasindo. Arthur, J. K, et. al. (2001).
Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Penerjemah Chaerul D Djakman Buku Satu. Jakarta. Salemba Empat. Kumaat, V. G. 2011. Internal Auditor. Jakarta. Erlangga. Lawrence, B. S, et. al. (2009). Internal Auditing. Edisi 5. Jakarta. Salemba Empat. Sugiyono. (2015). Metode Peneltian Manajemen. Cetakan 4. Bandung. Alfabeta. Sutrisno. (2007). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Apkilasi EKONISIA. Yogyakarta. Weston J. F. & Copeland T. E. (1995). Manajemen Keuangan. Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta. Binarupa Aksara. Amin, T. W. (2004). Audit Operasinal (Suatu Pengantar). Jakarta. Harvarindo.