EVALUASI PROGRAM ( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh)
F . N. HALIM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK NEGERI 2 PAYAKUMBUH
F. N. HALIM
Artikel ini disusun berdasarkan tesis F. N. HALIM untuk persyaratan wisuda periode Juni 2013 yang telah direviu dan disetujui oleh kedua pembimbing
Padang, 25 Mai 2013
EVALUASI PROGRAM ( Studi Kasus: Pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Payakumbuh) F. N. Halim1, Nizwardi Jalinus2, Syahril3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FT Universitas Negeri Padang Email:
[email protected] Abstrak Program prakerin dapat menjadi wadah pembentukan sikap dan pengembangan potensi diri serta kompetensi, tetapi sampai saat ini tujuan dari pelaksanaan prakerin belum tercapai seperti yang diharapkan. Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan input, process, hasil pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) SMK Negeri 2 Payakumbuh. metoda evaluasi dengan model Contenance Stake,s.. Informan penelitian adalah ketua prakerin, Wakil kepala sekolah, guru pembimbing, pembimbing industri dan siswa. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner/angket, dan wawancara. Hasil analisis data ditemukan tingkat ketercapaian pelaksanaan program prakerin pada tahap. input program prakerin dengan kategori sangat baik. tahap process program prakerin dengan kategori cukup. tahap hasil program prakerin dengan kategori baik. Secara umum disimpulkan bahwa pelaksanaan program prakerin SMK N 2 Payakumbuh berjalan baik. Namun perlu perbaikan pada tahap proses. Abstract Program prakerin can make the form of attitude and improvement self potency and skill, bur until now the process of prakerin noy yet run well as do we hope paper was aimed for describing the inputs, processes, and Outcomes, of internship program at SMK Negeri 2 Payakumbuh. Method evaluation research model of Contenance Stake,s. Informants prakerin research were chairman of prakerin, treasurer prakerin, teachers, mentors and industry students. The technique of collecting data was observation, questionnaires, and interviews. Based on the analysis of the data found that the level of achievement of the program in the phase of input was in category in the very good. Bat at the process phase the achievievement of program was in enough category. while at the phase of output the prakerin program was in good category. In general we can conclude that the prakerin process at SMK N 2 Payakumbuh is run well. But we still need the improvement on process stage. Kata kunci: evaluasi, prakerin, Stake.
1
2
Pendahuluan Tujuan Pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 Sistim Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemudian peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, menjelaskan Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu. Salah satu persoalan di bidang pendidikan yang telah lama menjadi wacana publik adalah adanya kesenjangan atau gap antara kualitas SDM yang dihasilkan oleh institusi pendidikan dengan kualitas SDM yang dibutuhkan oleh dunia usaha. Persoalan tersebut nampaknya telah menjadi perhatian serius dari para pengambil kebijakan di bidang pendidikan di tingkat Nasional dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud). Dalam Rencana Strategis (renstra) Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2005-2009 disebutkan bahwa tingginya angka pengangguran terdidik dari lulusan pendidikan menengah yaitu mencapai 65% (berdasarkan data Sakernas, BPS 2004), diartikan sebagai kurangnya penguasaan keterampilan lulusan pendidikan menengah sehingga mereka menghadapi kesulitan untuk memasuki lapangan kerja. Beberapa kritikan pihak industri tentang mutu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (Streicher 2012). Adalah:1). Tidak relevan dengan kebutuhan industri, meliputi topik/mata diklat yang dipelajari, topik yang relevan sangat sedikit. 2). Tidak lengkap, meliputi banyaknya materi yang diajarkan tidak tuntas. Sehinga
3
jumlah materi yang seharusnya tuntas menjadi belum tuntas. 3). Lulusan tidak siap kerja di dunia industri. Untuk menciptakan para lulusan sekolah menengah kejuruan yang memiliki keahlian dan keterampilan, maka
melalui Renstra Kemdikbud 2005-2009.
Pemerintah telah menetapkan perlunya memperluas akses terhadap pendidikan di SMK. Perluasan akses SMK itu dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja atau industri yang selalu berkembang. Kemudian dipertegas dengan keluarnya dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud) 2010-2014, disebutkan beberapa arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional diantaranya adalah perlunya keselarasan antara pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri. Pada penjabarannya ditegaskan bahwa hasil pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Untuk mewujudkannya, maka salah satu langkah atau kebijakan yang harus diambil adalah menyelaraskan rencana pengembangan layanan pendidikan dengan rencana pengembangan industri, rencana pengembangan wilayah dan rencana investasi. Langkah ini dengan sendirinya mengisyaratkan pentingnya membangun kemitraan antara pemerintah, lembaga pendidikan dengan pelaku dunia usaha untuk merancang pengembangan pendidikan agar sesuai dengan pengembangan ekonomi. Bersamaan dengan itu, salah satu strategi pencapaian tujuan strategis yang dimuat dalam strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan Nasional tahun 2010-2014 adalah penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SMK
4
berkualitas yang berbasis keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah yang merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota.( Renstra Kemdikbud). Sekolah Menengah Kejuruan sebagai model penyelenggaraan pendidikan yang dianggap relevan untuk menjembatani kesenjangan antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia usaha/industri, dalam perkembangannya justru tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. SMK Negeri 2 Payakumbuh yang merupakan salah satu penyelenggara pendidikan kejuruan kelompok Teknologi Rekayasa berlokasi di Kota Payakumbuh yang juga menyelenggarakan Praktek kerja industri (prakerin) dengan sistem block (block release) pada semester IV (empat) selama lebih kurang 5 (lima) bulan. Berdasarkan pengamatan dan keterangan wakil kepala sekolah Hubungan masyarakat dan industri, masih banyak industri yang dijadikan industri pasangan kurang layak dijadikan sebagai tempat pelaksanaan prakerin, sehingga keterampilan/skill yang diharapkan tidak bertambah (sesuai kompetensi), namun secara kasat mata hal tersebut tidak diangap sebagai suatu persoalan untuk lebih jelas lihat tabel berikut: Tabel 1. Data Klasifikasi Industri Tahun 2010-2012 Tahun pelaksanaan Prakerin
Jumlah siswa
Industri Kecil
Industri Menengah
Industri Besar
2010
407
250 orang
100 orang
57 orang
2011
444
250 orang
120 orang
74 orang
2012
419
200 orang
139 0rang
80 orang
Klasifikasi Industri
Sumber wakil humas SMK Negeri 2 Payakumbuh
5
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa siswa sebagian besar melaksanakan program prakerin pada industri kecil, sama sama sudah diketahui industri kecil memiliki layanan yang tidak lengkap, tidak memiliki manajemen perusahaan serta peralatan yang tidak lengkap hal ini diduga sangat mempengaruhi efektifitas pencapaian tujuan program prakerin. Peneliti juga menemukan sejumlah pelanggaran disiplin berdasarkan informasi dari pihak industri sewaktu melakukan monitoring. Misalnya
siswa bermasalah dengan
industri, yang pada umumnya disebabkan oleh ketidaksiapan siswa secara psikis di industri. Tidak cocoknya industri tempat prakerin dengan kompetensi siswa menjadi salah satu penyebab pelangaran disiplin. Dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan Prakerin, terkadang tidak ada korelasi (hubungan) yang sesuai dengan industri, sehingga pelaksanaan Prakerin di industri terlihat kurang sesuai dengan kurikulum di sekolah. sementara tantangan kedepan sesuai dengan renstra kemendiknas 2010-2014 sangat berat. Hal ini memberikan gambaran masih perlunya penyempurnaan proses pembelajaran serta kurang link and match sekolah dengan dunia industri. Setelah melakukan pengamatan dan wawancara dengan waka humas SMK Negeri 2 Payakumbuh, Penulis mendapatkan informasi bahwa belum ada dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh. Maka perlu suatu penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh, penelitian berjenis penelitian evaluasi program. Sedangkam model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi
6
Contenance Stake,s. model evaluasi ini memiliki tiga tahap yang akan diteliti terhadap pelaksanaan program prakerin SMK Negeri 2 Payakumbuh. Ketiga tahap tersebut adalah: a. Tahap input (Antecedens), b. Proses (Transactions), c. Hasil (Outcomes). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kombinasi (Mixed Metod) Sugiyono (2011:415) menyatakan “metode penelitian yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada tahap awal dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan tahap ke dua menggunakan metode kualitatif”. Metode kuantitatif berperan untuk memperoleh data kuantitatif yang terukur yang dapat bersifat deskriptif, komparatif asosiatif dan metode kualitatif berperan untuk membuktikan, memperdalam, memperluas, memperlemah dan menggugurkan data kuantitatif yang telah diperoleh pada tahap awal. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Payakumbuh, Informan penelitian ini adalah Ketua Prakerin, wakil kepala sekolah, Guru Pembimbing, Pembimbing Industri dan siswa SMK Negeri 2 Payakumbuh yang duduk di kelas XII semua program studi keahlian yang telah melaksanakan prakerin pada 15 Januari-25 Mai 2012 pada semester IV (empat) tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data evaluasi pelaksanaan program Praktik Kerja Industri SMK Negeri 2 Payakumbuh dikumpulkan dengan menggunakan 1) observasi, 2) Kuesioner/Angket, dan 3) wawancara. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Analisis data uji coba dilakukan dengan komputerisasi melalui program analisis SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17. Hasil uji coba
7
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir pernyataan dari masing-masing indikator dan variabel.
Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Indikator Tahap Input Untuk Tujuan Program Prakerin Kriteria Pernyataan No
1
2
3
Indikator Peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa Mendapatkan pengalaman industri Peningkatan dan pembinaan sikap siswa
Skor Rata Rata
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategori
SS %
SR %
KD %
JR %
JS %
92, 6
4,8 7
2,4 3
0
0
4,9
5
98
Sangat Baik
87, 8
4,8 7
4,8 7
2,4 3
0
4,8
5
96
Sangat Baik
73, 2
14, 6
2,4
2,4
7,3
4,4
5
91
Sangat Baik
4,7
5
95
Sangat Baik
Nilai rata rata keseluruhan
Data menunjukan evaluasi untuk tahap input (Antecedens) yang dianalisis tujuan pelaksanaan program prakerin dengan katagori sangat baik. Hasil data kualitatif prakerin memiliki manfaat bagi siswa, meningkatkan pengetahuan siswa serta menjembatani kesenjangan pembelajaran disekolah dengan di industri, program prakerin dilaksanakan untuk mempersiapkan siswa siap pakai dan memiliki kompetensi yang dapat diandalkan dan sesuai kebutuhan industri. Oleh sebab itu program prakerin sangat penting dilaksanakan sebagai salah satu cara pembelajaran yang efektif mempersiapkan siswa yang siap pakai. Hal ini sesuai dengan tujuan prakerin yaitu membantu siswa dalam memaksimalkan belajar terutama keterampilan sesuai dengan kompetensi
8
jurusanya (Depdikbud, 1995). Kenyataan bahwa program prakerin di butuhkan oleh siswa dan industri sebagai lingkunganya, hal ini didukung oleh pendapat Djojonegoro (1999) yang menyatakan konsep link and match pada pendidikan kejuruan pada dasarnya adalah dunia pendidikan sebagai lembaga yang mempersiapkan Sumber daya Manusia, sedangkan masyarakat dan
industri
sebagai pihak yang membutuhkanya. Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Industri Pasangan Kriteria Pernyataan No 4
Indikator
SS % 36, 5
SR % 12, 2
KD % 12, 2
Kesempatan kerja yang di berikan industry Nilai rata rata keseluruhan
JR % 12, 2
JS % 24, 4
Skor Rerat a
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategor i
3,1
5
63,4
Cukup
63,4
Cukup
3,1
5
Data menunjukan evaluasi untuk tahap proses (Transactions) yang dianalisis kesempatan kerja yang diberikan industri dengan katagori cukup. hasil data kualitatif kriteria tempat prakerin yaitu industri yang memenuhi standar, punya izin usaha dan memiliki karyawan minimal 15 orang dan bersedia membina siswa dan memberikan kesempatan kerja pada siswa
berdasarkan temuan di atas
industri cendrung tidak memberikan kesempatan kerja kepada siswa, karena industri tersebut tidak memiliki fasilitas standar, tidak ada pekerjaan, hal ini bertentangan dengan Depdiknas (2005:3) menyatakan klasifikasi industri antara lain: a) memiliki fasilitas sesuai dengan standar kompetensi, b) bidang usaha yang sesuai dengan kompetensi siswa.
9
Tabel 3. Indikator Tahap Proses Untuk Siswa Kriteria Pernyataan No
Indikator
5
Sikap yang harus dimiliki siswa prakerin
SS %
SR %
KD %
JR %
JS %
34, 2
17
17
17
14, 6
Nilai rata rata keseluruhan
Skor Rerat a
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategor i
3,3
5
68
Cukup
3,3
5
68
Cukup
Data menunjukan sikap yang harus dimiliki siswa dengan katagori cukup. Hasil wawancara persyaratan siswa dalam mengikuti program prakerin telah ditentukan yaitu harus mengikuti pembekalan walaupun pembekalan sudah dilakukan tetapi dilapangan masalah sikap menjadi persoalan rutin disetiap pelaksanaan prakerin pada hal pembekalan sebelum pelaksanaan program prakerin selalu di laksanakan sekolah sesuai dengan depdikbud (2009), hal-hal yang menjadi fokus pembekalan antara lain: 1. pelaksanaan program parkerin yang dituangkan di dalam jurnal yang mereka bawa, 2. tata tertib/aturan yangberlaku di industri dimana mereka berada, 3. menjaga/memelihara nama baik sekolah. Tabel 4. Indikator Tahap Proses Untuk Guru Pembimbing Kriteria Pernyataan No
Indikator
6
Tugas dan tangung jawab guru pembimbing
SS %
SR %
KD %
JR %
JS %
31, 7
51, 2
7,3
4,9
4,9
Nilai rata rata keseluruhan
Skor Rerat a
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategor i
4,0
5
80
Baik
4,0
5
80
Baik
10
Data menunjukan tugas dan tangung jawab guru pembimbing dengan katagori baik, data wawancara untuk kriteria dan persyaratan guru pembimbing sudah ditetapkan sekolah diantaranya harus memiliki pengalaman industri, latar belakang pendidikan sesuai dengan siswa yang di bimbing. Memiliki waktu untuk membimbing siswa baik di industri maupun di sekolah tetapi dilapangan masih ditemukan persoalan persoalan menyangkut dengan guru pembimbing, mulai dari tidak melaksanakan pembimbingan, tidak memonitor kegiatan, tidak bertangung jawab, jadi untuk kedepan sekolah harus mempertegas dan mengeluarkan SOP yang lebih jelas dan terukur menyangkut guru pembimbig. Tabel 5. Indikator Tahap Proses Untuk Kurikulum Skor Rata
Kriteria Pernyataan No
Indikator SS %
1
2
3
SR %
KD %
Pembentukan 51, kebiasaan kerja 32 7,3 2 bagi siswa Memehami 48, 24, 14, tuntutan dunia 8 4 6 kerja Menumbuhkan kebiasaan bekerja 52 32 7 efektif Nilai rata rata keseluruhan
Rata
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategori
JR %
JS %
4,9
4, 9
4,1
5
84
Baik
12, 2
0
4
5
82
Baik
8
2
4,2
5
86
Baik
4,1
5
84
Baik
Data menunjukan pembentukan kebiasaan kerja bagi siswa, memahami tuntutan dunia kerja, menumbuhkan kebiasaan bekerja efektif berkatagori baik. Hasil wawancara menyatakan untuk menunjang kesiapan kerja siswa kurikulum dirancang dan dikembangkan sesuai kebutuhan industri dengan memperbanyak jam praktek, untuk mendukung program pemerintah melalui rencana strategis
11
kemdikbud untuk lebih memberdayakan pendidikan kejuruan sangat diperlukan suatu kebijakan yang benar benar di taati oleh sekolah kejuruan dan industri tentang kesepakatan saling menguntungkan melalui prakerin dengan membuat kurikulum bersama untuk diterapkan di industri maupun sekolah, melihat kondisi sekarang, hanya sekolah yang butuh industri. Tabel 6. Indikator Tahap Proses Untuk Peralatan Workshop Sekolah Kriteria Pernyataan No
1
2
Indikator
Skor Rerata
Skor Max
Kategor
(%)
i
SS
SR
KD
JR
JS
%
%
%
%
%
4,9
4,9
4,0
5
80
Baik
12, 1
2,4
4,0
5
81
Baik
3,8
5
80,5
Baik
Memiliki peralatan yang 31, 51, 7,3 lengkap dan 7 2 modern Memiliki jumlah peralatan yang 36, 24, 24, memadai dengan 5 3 3 jumlah siswa Nilai rata rata keseluruhan
Ideal
TPR
Data menunjukan peralatan workhsop sekolah dalam kondisi lengkap dan modern, memiliki jumlah peralatan yang memadai dengan jumlah siswa berkatagori baik, data ini didukung hasil wawancara yang menyatakan peralatan workshop sekolah selalu diupayakan dan dipenuhi sesuai dengan perkembangan industri, kita selalu mengajukan permintaan setiap tahun sesuai dengan kebutuhan, begitu juga dengan bahan dan perawatan peralatan, hal ini harus di pertahankan.
12
Tabel 7. Indikator Tahap Proses Untuk Keterlaksanaan Program Kriteria Pernyataan No
Indikator
1
Relevansi program
2
Hambatan pelaksanaan program
SS % 24, 3
SR % 29, 2
KD % 19, 5
JR % 12, 2
JS % 12, 2
36, 5
44
14, 6
2,4
2,4
Nilai rata rata keseluruhan
Skor Rerata
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategori
3,3
5
67
Cukup
4,0
5
82
Baik
3,6
5
74,5
Cukup
Data menunjukan relevansi program dengan katagori cukup, data wawancara menyatakan karena keterbatasan industri pelaksanaan program terpaksa dilakukan di industri kecil dengan akibat siswa banyak tidak mendapat kesempatan kerja,siswa susah menyesuaikan diri dengan industri, inisiatif siswa dalam melaksanakan pekerjaan relative kurang hambatan pelaksanaan program berkatagori baik dari sekian banyak hambatan pelaksanaan prakerin pokja prakerin berhasil menekan hambatan sedikit mungkin dengan kondisi tersebut pelaksanaan prakerin dilaksanakan sesuai standar minimal, tidak relevanya program dengan kondisi riil dilapangan akan menimbulkan persoalan persoalan untuk kedepan harus dicarikan solusinya mungkin dengan meniadakan prakerin di industri kecil. Dari keseluruhan indikator proses diambil rata rata dengan katagori cukup dengan demikian tahap Proses (Transactions) perlu mendapatkan perhatian khusus.
13
Tabel 8. Indikator Hasil dan Dampak Kriteria Pernyataan No
Indikator
1 2
Skor Rerata
Skor Max Ideal
TPR (%)
Kategori
SS
SR
KD
JR
JS
%
%
%
%
%
Hasil pelaksanaan 47, 14, 24 program 9 6 Dampak pelaksanaan 37 43 15 prakerin Nilai rata rata keseluruhan
12, 3
0
4
5
82
Baik
2,4
2,4
4
5
82
Baik
4
5
82
Baik
Data menunjukan hasil pelaksanaan program dan dampak pelaksanaan program dengan katagori baik, Didukung data wawancara menyatakan siswa dapat meraskan hasil positif dari pelaksanaan program prakerin, yaitu timbulnya keinginan siswa untuk berwirausaha, serta ingin membuka usaha sendiri setelah tamat. Dampak lain dari pelaksanaan program prakerin, terjalinya hubungan baik industri dengan sekolah membuat siswa ada yang mendapatkan tawaran kerja dari industri setelah mereka tamat.
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis data kuantitatif, Pelaksanaan program prakerin pada tahap input (Antecedens) berkatagori sangat baik. Didukung dengan temuan kualitatif yang menyatakan bahwa siswa dapat belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi, dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari, menambah wawasan, serta terampil dalam bekerja.
14
Berdasarkan analisis data kuantitatif Pelaksanaan program Prakerin tahap Proses (Transactions) berkatagori cukup. Didukung dengan temuan kualitatif yang menyatakan bahwa unsur unsur yang terkait dengan prakerin telah memiliki persyaratan dan ketentuan yaitu: a. Industri pasangan, banyak siswa yang melaksanakan program prakerin pada industri yang kurang memberikan kesempatan kerja dan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, b. Siswa telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan namun sikap dan inisiatif siswa masih kurang saat melaksanakan prakerin, c. Guru pembimbing telah memenuhi persyaratan sesuai kriteria namun pelaksanaan monitoring masih terkendala karena tangung jawab yang kurang, d. Kurikulum telah diupayakan sesuai dengan kebutuhan industri namun masih mendapat respon yang kurang dari pihak industri, e. Peralatan workshop selalu di usahakan setiap tahun dilengkapi sesuai standar, f. Relevansi program relative menyesuaikan dengan situasi dilapangan. Hambatan bisa ditekan dengan kondisi pelaksanaan standar minimal. Berdasarkan analisis data kuantitatif tahap Hasil (Outcomes) berada pada katagori baik. Didukung data wawancara yang menyatakan: a. Siswa merasakan dampak positif dari pelaksanaan prakerin dengan timbulnya keinginan berwirausaha dan usaha sendiri setelah tamat. b. Terjalinya kerja sama sekolah dengan industri. c. Dampak dari pelaksanaan program prakerin positif dimata industri
maupun
masyarakat. d. Beberapa orang siswa mendapatkan tawaran dari industri untuk bekerja setelah siswa tamat.
15
Pihak sekolah supaya membenahi pelaksanaan program prakerin dengan melaksanakan pendataan dan pemetaan industri pasangan yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan; Pihak sekolah harus mengeluarkan SOP yang jelas tentang
program prakerin,
mempersiapkan
siswa
dengan
baik,
seperti
kompetensi, disiplin, maupun mental; Guru pembimbing lebih maksimal dalam memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada siswa bimbingannya, sehingga dapat memberikan yang terbaik untuk industri; Industri supaya membimbing siswa lebih maksimal, dan memberikan kesempatan kerja lebih banyak.
Daftar Rujukan Depdikbud. 1995. Pendidikan Sistim Ganda Strategi Operasional Link and match pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Data Sakernas. 2004. BPS Djojonegoro. 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta. Jayakarta Agus Offset. Kemdikbud. 2005-2009. Renstra. Kemdikbud. 2010-2014. Renstra. Sugiyono. 2011, Metode penelitian pendekatan kuantitif, kualitatif dan R&D Bandung: Alfabeta. Straicher, Berhard. 2012; Education Enginering Laboratori Eguipment.
16
Persantunan: Artikel ini disusun berdasarkan tesis F. N. Halim dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Smk Negeri 2 Payakumbuh. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I. Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M. Ed. dan Pembimbing II. Drs. Syahril. ST. MSCE. Ph.D yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian artikel ini.