EVALUASI PENGELOLAAN WISATA BERBASIS SUMBERDAYA DI WADUK SELOREJO KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
VITA VERAWATI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i
RINGKASAN Vita Verawati. C24054035. Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dibimbing oleh Agustinus M. Samosir dan Fredinan Yulianda. Waduk Selorejo adalah salah satu waduk yang sumberdaya alamnya masih alami karena merupakan salah satu waduk di Kabupaten Malang yang dikelilingi perbukitan. Waduk ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta I digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi pertanian, perikanan dan pariwisata. Jika dilihat dari sektor pariwisata waduk ini memiliki potensi yang sangat besar karena memiliki panorama yang indah, suhu yang sejuk ±220C dan letak geografisnya yang cukup strategis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, mengevaluasi kesesuaian sumberdaya alam dan dampak yang ditimbulkan serta menyusun strategi pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan. Penelitian dilakukan di Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur, yang dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2010. Penelitian ini terdiri dari pengumpulan data dan informasi kawasan melalui studi lapang serta pengolahan data primer dan data sekunder. Pengkajian kesesuaian dan daya dukung kawasan untuk kegiatan ekowisata dilakukan dengan analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan analisis Daya Dukung Kawasan (DDK). Analisis strategi pengelolaan kawasan Waduk Selorejo dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh alternatif strategi pengelolaan yang diprioritaskan. Analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dilakukan di delapan lokasi. Lokasi 1 sesuai untuk kegiatan berperahu, lokasi 2 sesuai untuk kegiatan memancing. lokasi 3 dan 6 sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai, lokasi 4 dan 7 sangat sesuai untuk kegiatan berkemah dan lokasi 5 dan 8 sangat sesuai untuk kegiatan outbond. Jika dibandingkan dengan kondisi nyata kesesuaian kawasan sudah sesuai dengan peruntukkannya kecuali 2 lokasi belum dimanfaatkan oleh pengelola yaitu berkemah di lokasi 4 dan outbond di lokasi 5. Berdasarkan nilai daya dukung kawasan, wisata Waduk Selorejo memiliki daya dukung 1.488 orang/hari. Lima jenis kegiatan wisata yang dievaluasi di Waduk Selorejo berdasarkan analisis IKW yaitu kegiatan berperahu dengan luas area yang dimanfaatkan sebesar 101.650 m2, kegiatan memancing di lokasi 2 dengan luas area yang dimanfaatkan sebesar 3.786 m2, kegiatan duduk santai di lokasi 3 dan 6 dengan luas area yang dimanfaatkan 5.450 m2, kegiatan berkemah di lokasi 4 dan7 dengan luas area yang dimanfaatkan 1.038 m2 dan kegiatan outbond di lokasi 5 dan 8 dengan luas area yang dimanfaatkan sebesar 5.326 m2. Permasalahan utama yang terdapat pada kawasan wisata Waduk Selorejo adalah masalah ekologi terdiri dari menurunnya hasil sumberdaya ikan, tumbuhan air, sedimentasi dan kurangnya kelestarian waduk akibat sampah dan masalah pengelolaan yakni kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan wisata adalah kotornya kawasan akibat keterbatasan tempat sampah sehingga wisatawan membuang sampah secara sembarangan. Sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan di luar kegiatan wisata diantaranya menurunnya hasil sumberdaya ikan, banyaknya gulma air eceng gondok (Eichornia crassipes) dan sedimentasi. Terdapat tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo yaitu (1). Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakat sekitar (2). Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo (3). Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III (Air dan Sumber Air) dan divisi Jasa umum.
iii
EVALUASI PENGELOLAAN WISATA BERBASIS SUMBERDAYA DI WADUK SELOREJO KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
VITA VERAWATI C24054035
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tulisan ini.
Bogor, 20 Agustus 2011
Vita Verawati C24054035
ii
PENGESAHAN SKRIPSI Judul Penelitian
: Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Ksbupaten Malang, Jawa Timur.
Nama
: Vita Verawati
Nomor Pokok
: C24054035
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ir. Agustinus M Samosir, M. Phil NIP. 19611211 198703 1 003
Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc NIP. 19630731 198803 1 002
Mengetahui, Ketua Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP. 19660728 199103 1 002
Tanggal lulus : 12 Juli 2011
v
PRAKATA
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan inayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing II atas saran dan bimbingan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, 20 Agustus 2011
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Agustinus M Samosir, M. Phil dan Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama masa studi di Insitut Pertanian Bogor. 3. Keluarga tercinta Ayahanda M i s n u dan Ibunda Tasmi serta kakak Toha Maskhur dan Didin Kristinawati atas doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis. 4. Kepala Divisi Jasa Asa III, Staf Jasa Tirta I dan Bapak Yudi kepala Laboratorium Ilmu-Ilmu Perikanan Universitas Brawijaya Malang, atas segala bantuan selama penelitian berlangsung. 5. Staf Tata Usaha MSP atas bantuan dan perhatian selama penulisan skripsi 6. Keluarga besar MSP 42 yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi 7. Keluarga Wisma Sabina, Wisma Alfarabi, semua teman dan sahabat yang telah membantu dalam penyelasaian tugas akhir ini.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Batu, pada tanggal 20 Agustus 1986 dan pasangan Bapak Misnu dan Ibu Tasmi. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN Pandanrejo 02 Batu (1998), SMPN 1 Batu (2001) dan SMAN 5 Malang (2004). Pada tahun 2005 Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IKMT (Ikatan Keluarga Muslim TPB) staf PSDM, Forum Keluarga Muslim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKMC) sebagai bendahara pada tahun 2007/2008 dan ketua divisi Cantik Muslimah pada tahun 2008/2009. Penulis juga berkesempatan menjadi Asisten Mata kuliah Fisiologi Hewan Air (2007/2008 dan 2008/2009) dan Asisten Pelajaran Agama Islam (2007-2009). Selain itu, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti Orientasi Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (OMBAK) sebagai
Penanggung Jawab Anak Kelompok (PAK) 2008/2009,
kepanitiaan Kajian Aktual Masyarakat Pesisir-Jelajah Kampung Nelayan (KAMPLUNA) 2008. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur”.
viii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ...................................................................................... 1.2. Perumusan masalah ............................................................................... 1.3. Tujuan .................................................................................................. 1.4. Manfaat ................................................................................................
1 2 3 4
2..TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya perairan waduk dan permasalahannya ............................ 2.2. Pariwisata dan ekowisata ..................................................................... 2.2.1. Pariwisata .................................................................................... 2.2.2. Ekowisata .................................................................................... 2.2.3. Pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata .................................... 2.3. Kesesuaian dan daya dukung ekowisata ............................................... 2.4. Pengelolaan sumberdaya perairan waduk ................................ ............
5 6 6 8 10 11 12
3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian ............................................................. 3.2. Alat dan bahan ..................................................................................... 3.3. Pendekatan studi .................................................................................. 3.4. Jenis dan pengumpulan data ............................................................... 3.4.1. Data primer .............................................................................. 3.4.2. Data sekunder ........................................................................... 3.5. Analisis data ........................................................................................ 3.5.1. Analisis potensi ......................................................................... 3.5.2. Analisis kesesuaian wisata ........................................................ 3.5.3. Analisis daya dukung kawasan ................................................ 3.5.4. Analisis SWOT .........................................................................
16 16 17 18 18 19 19 19 20 22 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 4.1. Keadaan umum Waduk Selorejo........................................................... 4.2. Evaluasi potensi, kesesuaian dan daya dukung wisata ......................... 4.2.1. Potensi sumberdaya perairan ................................................... 4.2.2. Potensi wisata Waduk Selorejo ................................................
29 29 30 30 37
ix
4.2.3. Potensi wisatawan Waduk Selorejo ............................................ 4.2.4. Sosial ekonomi masyarakat sekitar Waduk Selorejo .................. 4.2.5. Kesesuaian sumberdaya wisata Waduk Selorejo ........................ 4.2.6. Daya dukung wisata Waduk Selorejo ......................................... 4.3. Permasalahan, dampak kegiatan wisata dan pengelolaannya................ 4.3.1. Berkurangnya sumberdaya ikan .................................................. 4.3.2. Banyaknya tanaman air ............................................................... 4.3.3. Sedimentasi.................................................................................. 4.3.4. Kurangnya fasilitas dan prasarana yang memadai ....................... 4.3.5. Kurangnya kelestarian kawasan Waduk Selorejo ........................ 4.4. Strategi pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo .......................... 4.4.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman objek wisata Waduk Selorejo ...................................................... 4.4.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal.................... 4.4.3. Pembuatan matriks SWOT........................................................... 4.4.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ................................
37 43 47 50 52 52 53 54 54 56 58 58 62 63 63
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 68 5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 68 5.2. Saran ....................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70 LAMPIRAN ...................................................................................................... 72
x
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Alat- alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air .............. 17 2. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk wisata waduk ............................... 21 3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luasan area kegiatan (Lt) .................. 23 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata air tawar...... 24 5. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal ........................................ 25 6. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) ............................................................................................................. 27 7. Matriks SWOT .............................................................................................. 27 8. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT ....................... 28 9. Kualitas air Waduk Selorejo ......................................................................... 31 10. Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Selorejo ............................................. 35 11. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Waduk Selorejo .................................... 47 12. Daya dukung kawasan wisata (DDK) Waduk Selorejo ................................ 51 13. Tingkat kepentingan faktor internal obyek wisata Waduk Selorejo ............. 62 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal obyek wisata Waduk Selorejo ........... 63 15. Matriks SWOT wisata Waduk Selorejo ........................................................ 64 16. Tabel perangkingan alternatif strategi........................................................... 65
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Skema perumusan masalah penelitian ....................................................... 3 2. Peta lokasi penelitian dan stasiun pengambilan contoh ............................ 16 3. Tanaman air eceng gondok di sekitar pulau (kebun jambu) ..................... 33 4. Aktivitas wisatawan di Waduk Selorejo ................................................... 38 5. Jumlah kunjungan wisatawan di Waduk Selorejo tahun 2009 ................. 39 6. Karakteristik wisatawan Waduk Selorejo ................................................. 40 7. Motivasi wisatawan berkunjung ke Waduk Selorejo ................................ 42 8. Karakteristik masyarakat sekitar Waduk Selorejo .................................... 44 9. Pengaruh dan dampak negatif kegiatan wisata terhadap masyarakat sekitar Waduk Selorejo ............................................................................. 45 10. Persepsi dan aktivitas masyarakat di dalam kawasan wisata .................... 46 11. Peta aktual lokasi wisata Waduk Selorejo ................................................ 49 12.. Peta kesesuaian wisata Waduk Selorejo .................................................. 49 12. Peta daya dukung wisata Waduk Selorejo ................................................ 52 13. Pendapat wisatawan mengenai kekurangan dan fasilitas yang perlu dibenahi .................................................................................................... 55 14. Pendapat wisatawan terhadap kondisi fasilitas dan lingkungan kawasan Waduk Selorejo ........................................................................................ 56 15. Persepsi wisatawan mengenai hambatan menuju kawasan wisata, kelestarian, ekowisata dan kepuasan berwisata di Waduk Selorejo ......... 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Struktur organisasi Perum Jasa Tirta I...................................................... 73 2. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data .............................. 74 3. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ....................................... 75 4. Kelimpahan fitoplankton di Waduk Selorejo ........................................... 76 5. Tabel jumlah kunjungan wisatawan di Waduk Selorejo tahun 2009 ........ 77 6. Gambar sarana dan prasarana wisata Waduk Selorejo ............................. 78 7. Gambar delapan lokasi penelitian ............................................................ 79 8. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata berperahu ........................... 80 9. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata memancing ......................... 81 10. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata duduk santai ....................... 82 11. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata berkemah ............................ 84 12. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata outbond .............................. 86 13. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Waduk Selorejo ......................................................................................... 88 14. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Waduk Selorejo ......................................................................................... 89 15. Matriks IFE kawasan wisata Waduk Selorejo .......................................... 90 16. Matriks EFE kawasan wisata Waduk Selorejo ........................................ 91
xiii
1
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Waduk adalah salah satu sumberdaya air tawar yang menunjang kehidupan
semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang sengaja dibuat oleh manusia dengan cara membendung sungai yang kemudian airnya disimpan. Waduk cenderung selalu menerima masukan secara terus menerus dari sungai yang mengalirinya. Air waduk digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain sumber baku air minum, air irigasi, pembangkit listrik, perikanan, tempat rekreasi dan sebagainya (Haryani 2006). Pemanfaatan waduk sebagai tempat rekreasi merupakan potensi dari wisata air yang harus dikembangkan. Kondisi ini sejalan dengan dunia wisata di Indonesia yang pada saat ini masih terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kejenuhan dengan kondisi keseharian menuntut seseorang untuk mendapatkan hiburan yang dapat menyegarkan kembali pikiran agar dapat beraktivitas secara optimal, sehingga wisata berbasis alam merupakan salah satu alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi. Waduk Selorejo merupakan salah satu badan air yang terjadi akibat pembendungan Sungai Konto, Sungai Kwayangan dan Sungai Pinjal. Waduk Selorejo dikelola oleh Perum Jasa Tirta I terletak di Desa Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang dengan luas genangan air mencapai 400 ha. Fungsi awal dari waduk ini adalah sebagai sumber irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Perkembangan selanjutnya waduk ini dijadikan sebagai taman wisata air. Kondisi taman wisata Waduk Selorejo saat ini dilengkapi dengan beberapa kegiatan wisata diantaranya, duduk santai, berperahu, memancing, outbond dan berkemah. Selain itu, terdapat fasilitas olah raga seperti lapangan sepak bola, kolam renang, dan Food Center sebagai tempat kuliner. Pengelolaan pariwisata Waduk Selorejo di lakukan oleh Sub Divisi PATA (Pariwisata) dan pengelolaan perairan waduk dilakukan oleh Divisi Jasa ASA III. Diperlukan kerjasama yang sinergis antara PATA dan Jasa ASA III. Saat ini kerjasama tersebut belum optimal dalam menjalankan kegiatan wisata yang memanfaatkan sumberdaya lingkungan waduk.
2
Sumberdaya waduk yang menjadi fasilitas kegiatan wisata hendaknya dapat dikelola dengan baik guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu evaluasi pengelolaan mengenai lingkungan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata, serta menganalisis faktor internal maupun ekternal yang akan dibahas dalam tulisan ini.
1.2.
Perumusan Masalah Waduk Selorejo yang di kelola oleh Perum Jasa Tirta I digunakan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi pertanian, perikanan dan pariwisata. Dari sektor pariwisata, waduk ini dimanfaatkan untuk wisata berperahu, memancing, duduk santai, outbond dan berkemah. Adanya aktivitas wisata yang ada akan berdampak positif dan negatif terhadap waduk maupun masyarakat sekitar. Dampak positifnya adalah semakin meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke waduk dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sedangkan dampak negatifnya adalah berkurangnya kelestarian kawasan. Kerusakan lingkungan waduk terjadi akibat dari kegiatan wisata maupun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat daerah sekitar. Pencemaran air dapat mengancam waduk dengan adanya kegiatan pertanian yang membawa masuk hanyutan pupuk dan limbah rumah tangga dari kotoran sapi ke aliran Sungai Konto sehingga akan masuk ke perairan waduk. Keterbatasan tempat sampah di kawasan wisata mengakibatkan sampah berserakan di sekitar waduk. Di pinggir waduk dan beberapa tempat tumbuh banyak tanaman air jenis Eceng Gondok (Eichornia crassipes) yang dapat mengakibatkan pendangkalan dan juga mengganggu kegiatan wisata memancing dan berperahu. Kegiatan menjala ikan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan menjaring ikan yang masih tergolong juvenil akan mengakibatkan ikan yang ada di waduk cepat habis sehingga mempengaruhi keseimbangan ekosistemnya. Dengan adanya permasalahan yang ada perlu dilakukan suatu kajian yang dapat memberikan alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata. Suatu alternatif yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap usaha pelestarian lingkungan,
3
pengelolaan dan pengembangan ekowisata Waduk Selorejo secara berkelanjutan (Gambar 1).
Waduk Selorejo Sumberdaya alam Pemanfaatan
Degradasi lingkungan
Potensi yang belum dimanfaatkan
Evaluasi
Kesesuaian dan daya dukung wisata
Dampak lingkungan
Strategi pengelolaan
Gambar 1. Skema perumusan masalah penelitian
1.3.
Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Identifikasi karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia kawasan wisata Waduk Selorejo. 2. Mengevaluasi kesesuaian kawasan dan dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan wisata Waduk Selorejo. 3. Menyusun rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan wisata Waduk Selorejo secara lestari dan berkelanjutan.
4
1.4.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berarti bagi pengelola
dalam
mengembangkan kegiatan kepariwisataan yang mempunyai arah pada
pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pariwisata secara lestari dan berkelanjutan.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sumberdaya Perairan Waduk dan Permasalahannya Perairan waduk (Reservoir/man-made lake) adalah badan air yang terbentuk
karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Waduk merupakan badan air yang karakter fisik, kimia dan biologis berbeda dari sungai yang dibendungnya. Kualitas perairan waduk lebih stabil dan produksi perikananya lebih tinggi dari sungai asalnya (Litbang pertanian 1989 in Ismail 2007). Menurut odum (1993) apabila dilihat dari proses pembentukannya waduk dibentuk sengaja oleh manusia untuk tujuan-tujuan tertentu dengan cara membuat bendungan pada suatu lembah, sedangkan danau terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah seperti bencana alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik. Umumnya tujuan utama pembuatan waduk adalah sebagai persediaan untuk air irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Sumber air waduk dapat berasal dari sungai, air tanah dan air hujan. Produktivitas yang tinggi terjadi di perairan yang eutrofik, dimana perairan tersebut banyak menerima nutrien dari kegiatan manusia. Meningkatnya kegiatan biologi dalam waduk per unit waktu dan volume air tertentu maka produksi sampah organik pun akan meningkat dan akhirnya mengendap di dasar waduk sehingga dapat terjadi pendangkalan. Berdasarkan fungsinya perairan waduk dapat dikelompokan menjadi waduk tunggal-guna dan waduk serba-guna. Waduk serba-guna adalah waduk yang tujuan pembangunannya adalah untuk pemenuhan kepentingan berbagai sektor yakni sebagai pencegah banjir, Pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi dan pemukiman, perikanan dan pariwisata. Waduk Selorejo adalah salah satu waduk serba-guna yang ada di Indonesia. Sedangkan waduk tunggal-guna biasanya hanya ditujukan untuk menampung air guna mencegah banjir dan keperluan irigasi saja. Waduk merupakan kawasan yang sangat penting bagi perekonomian masyarakat karena potensial untuk tujuan wisata, sumber air minum, irigasi, pertanian, perikanan dan pembangkit listrik. Pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya waduk meski ditujukan untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyakarat,
ternyata
dapat
menimbulkan
persoalan
ekologis
dan
sosial.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh ekosistem danau dan waduk adalah tekanan
6
pencemaran dari kegiatan industri, pertanian, perikanan, pariwisata dan rumah tangga. Banyak danau dan waduk mengalami eutrofikasi dan pendangkalan akibat erosi (Ismail 2007).
2.2.
Pariwisata dan Ekowisata
2.2.1. Pariwisata Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari rutinitas pekerjaan dan keluar dari tempat kediamannya. Perkembangan pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan yang terjadi pada tiga aspek yaitu ekonomi, fisik dan sosial. Namun sulit untuk memberikan batasan yang jelas mengenai pengelompokan dampak ini, karena masing-masing memiliki keterkaitan sebab akibat yang kuat. Misalnya, kegiatan promosi pariwisata dilakukan untuk mendatangkan wisatawan, peningkatan wisatawan kemudian akan meningkatkan pendapatan karena berkembangnya industri kecil pendukung kegiatan wisata dan kualitas serta kuantitas fasilitas meningkat, namun di sisi lain terjadi penurunan nilai-nilai tradisional dan moral masyarakat oleh masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan norma setempat (Marpaung, 2002). Pariwisata merupakan salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Wahab 2003). Terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan kepariwisataan berdasarkan UU No.9 Tahun 1990 yaitu : a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
7
d. Kegiatan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. f. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Wahab
(2003)
menggolongkan
pariwisata
menjadi
lima
golongan
berdasarkan tujuannya yakni: a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, dengan maksud untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi. b. Pariwisata budaya dengan maksud untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain. c. Pariwisata pulih sehat, dengan maksud memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya: sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti: kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas. d. Pariwisata sport, dengan maksud memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski, bertanding dan mendaki gunung. e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konveksi yang mencakup pertemuanpertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata sejenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak yang strategis, tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang yang berperan serta di
8
dalam konfrensi itu akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat-tempat membeli cendertamata dan lain-lain. Lingkup studi kepariwisataan menurut Wibowo (2000) in Maryadi (2003) adalah studi tentang orang-orang yang berpergian dari tempat asal, melibatkan perusahaan perjalanan, melihat motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan, harapan dan penyesuaian penduduk di daerah penerimaan serta dampaknya dalam bidang ekonomi, fisik, sosial dan lingkungan.
2.2.2. Ekowisata Ekowisata pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The ecotourisma Society, sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Linberg dan Hawkins 1993 in Yulianda 2010). Sedangkan Wood (1999) in Yulianda (2010) mendefinisikan ekowisata merupakan bentuk baru dari perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat menciptakan industri pariwisata. Selanjutnya kegiatan wisata berkembang di daerahdaerah konservasi atau daerah-daerah yang masih memiliki sumberdaya alami dengan tetap mempertahankan keseimbangan alam. Fenomena ini memberikan manfaat positif bagi kelestarian alam dan keberadaan kawasan konservasi. Dengan demikian ekowisata juga dapat dikatakan merupakan suatu konsep pemanfaatan sumberdaya alam dengan pendekatan konservasi untuk pengembangan wisata (Yulianda 2010). Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan ekowisata dilatarbelakangi oleh perubahan pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal wisatawan dan memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dalam melakukan perjalanan wisata. Konsep wisata ini di sebut wisata minat khusus (Fandeli 2000). Wisatawan minat khusus umumnya memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu sehingga bentuk wisata ini adalah pencarian pengalaman baru. Ekowisata juga diyakini beberapa pihak memiliki kemampuan untuk membangun
pariwisata
yang
ramah
lingkungan
dan
berkelanjutan,
jika
9
dikembangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang dikandungnya. Hal-hal yang mendukung penyataan tersebut (Conservation International 2006 dalam Alam 2009). 1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. 2. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. 3. Ekowisata memprioritaskan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prinsip dalam mencapai keberlanjutan.
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Ekowisata merupakan pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sedangkan konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources (1980) in Fandeli (2000), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan adalah daerah alami. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, bendungan, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari
menjamin
kelestarian
ini
seperti
halnya
tujuan
konservasi UNEP (1980) in Fandeli (2000) sebagai berikut: 1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap sistem kehidupan. 2. Melindungi keanekaragaman hayati. 3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
mendukung
10
2.2.3. Pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. 2
Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
3. Ekowisata (Ecoutourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/ lingkungan dan industri kepariwisataan. Menurut Fandeli (2000) untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Terdapat dua aspek yang perlu dipikirkan, yakni aspek destinasi dan aspek market. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan, namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaanya. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak
melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Keberhasilan dalam pengelolaan ekowisata tidak lepas dari kerjasama antara Stakeholders (pemerintah, sektor swasta dan masyarakat) dari level daerah sampai level nasional (Spoule 1996 in Maryadi 2004). Selain itu juga ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat ditentukan oleh kesiapan para pelaku wisata yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, dimana masing-masing mempunyai peran dalam penyediaan jasa kepariwisataan (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2002 in Maryadi 2004). Adanya alternatif dalam pengelolaan sumberdaya alam diharapkan agar masyarakat tidak semata-mata bekerja sebagai petani tetapi bisa sebagai pemandu wisata dan pengrajin dengan demikian diharapkan ada peningkatan pendapatan masyarakat.
11
2.3.
Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan
dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan (Yulianda 2007). Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah individu maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi pengunjung dan bagi masyarakat setempat. Daya dukung adalah batas-batas kehadiran wisatawan dan fasilitas pendukungnya yang belum atau tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan fisik maupun kehidupan masyarakat sekitar serta wisatawan mendapat kepuasan dari kunjungannya tanpa gangguan akibat kepadatan pengunjung. Soemarwoto (2004) menguraikan bahwa setiap daerah mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yaitu yang disebut dengan daya dukung lingkungan yang dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu. Terdapat dua faktor utama daya dukung lingkungan pariwisata, yakni tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Walaupun tujuannya bermacam-macam, tetapi semuanya mempunyai sifat umum yang sama yaitu dilakukan di luar tugas pekerjaan untuk mendapatkan hiburan. Hiburan inilah yang merupakan faktor utama dalam penciptaan kembali diri orang. Di samping ingin mendapatkan hiburan, wisatawan mengharapkan dapat menciptakan suatu kondisi psikologi tertentu pada wisatawan itu.
Oleh karena itu, daya dukung
lingkungan berkaitan dengan faktor psikologi tujuan pariwisata tertentu. Faktor biofisik yang mempengaruhi kuat atau rapuhnya suatu ekosistem akan sangat menentukan besar-kecilnya daya dukung tempat wisata tersebut. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dan dapat cepat pulih dari kerusakan. Sebuah danau yang luas dan dalam, pencampuran air yang baik dan pergantian air yang cepat mempunyai daya dukung yang lebih besar dari pada danau yang sempit, dangkal, airnya tenang dan mengalami pergantian air yang pelan. Hal ini terjadi karena di danau dengan volume air yang besar yang tercampur oleh
12
gelombang atau arus dan cepat diganti, zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh adanya aliran keluar (Soemarwoto 2004). Menurut Wilkinson (1990) in Maryadi (2004) daya dukung lingkungan terdiri atas empat elemen yaitu : kapasitas fisik, kapasitas lingkungan, kapasitas sosial dan kapasitas fasilitas. Sedangkan menurut WTO (1992) in Maryadi (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung adalah faktor lingkungan sosial dan manajeman pengelolaan. 1. Faktor lingkungan : a. Ukuran area dan ruang yang digunakan. b. Kepekaan lingkungan, seperti tanah mudah longsor, vegetasi bukit pasir. c. Sumberdaya hidup liar (wildlife resource). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan meliputi jumlah, keanekaragaman serta penyebaran spesies yang menarik. d. Kepekaan spesies tertentu terhadap kunjungan orang. Penyu akan mendarat sangat peka terhadap kunjungan orang, tekanan pengunjung akan menyebabkan stress bagi sebagian mamalia dan mengakibatkan menurunnya pembiakkan. 2. Faktor sosial : a. Tersebar atau terkonsentrasinya pengunjung, biasanya dipengaruhi oleh pola pemandangan. b. Pilihan objek wisatawan. c. Pendapat pengunjung. d. Fasilitas yang tersedia. 3. Faktor manajerial a. Rancangan jalan setapak dapat mempengaruhi distribusi pengunjung. b. Pelayanan informasi yang baik. c. Penyediaan fasilitas yang baik.
2.4.
Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Pengelolaan sumberdaya alam merupakan usaha manusia dalam mengubah
ekosistem sumberdaya alam agar manusia dapat memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya (Soerianegara 1997 in
13
Maryadi 2003). Namun dalam pemanfaatan sumberdaya alam ini tidak lepas atau sangat dipengaruhi oleh pandangan manusia terhadap lingkungan. Pandangan manusia terhadap ekosistem bisa bersikap holistic artinya manusia dapat memisahkan dirinya dengan sistem biofisik (hewan, tumbuhan, sungai, danau) tetapi masih merasa adanya hubungan fungsional dengan faktor-faktor biofisik sehingga membentuk kesatuan biofisik. Golongan manusia seperti ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam akan tetap memperhatikan sisi keberlanjutan atau jangka panjang. Sebaliknya ada golongan yang disebut transendent, dimana manusia merasa terpisah dari lingkungannya (Soemarwoto 1998 in Maryadi 2003). Kelompok seperti ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam hanya untuk kepentingan sesaat atau jangka pendek (tidak berkelanjutan). Fungsi pengelolaan sumberdaya perairan menurut Ilyas (1992) antara lain: a. Menciptakan kondisi yang mendukung kelestarian seluruh kesatuan ekosistem perairan umum. Sumberdaya perairan umum merupakan suatu kesatuan ekosistem utuh yang masing-masing komponennya mempunyai sifat dan karakter tersendiri, sehingga setiap pola pengelolaan yang diterapkan oleh pemanfaatan
harus
dapat
berfungsi
mempertahankan
dan
memelihara
kelestariannya. Ikan dan biota akuatik lainnya merupakan komponen yang peka dan yang akan paling menderita sebagai akibat pengelolaan pemanfaatan yang salah. Hal ini terjadi karena ikan dan biota akuatik merupakan biota paling peka terhadap kerusakan mutu lingkungan dan pencemaran badan air.
Dengan
demikian setiap fungsi pengelolaan perairan umum harus mempertimbangkan persyaratan yang sesuai bagi kehidupan ikan dan biota akuatik lainnya, dan pengelolaannya harus didasarkan pada wawasan lingkungan yang berorientasi perikanan. b. Memperoleh manfaat seoptimal mungkin bagi seluruh sektor pembangunan yang berkelanjutan. Pola dan metode pengelolaan perairan umum yang baik harus mengutamakan kepentingan seluruh sektor dan sub-sektor pembangunan tanpa mengakibatkan kerusakan yang berarti terhadap ekosistem badan air. Fungsi pengelolaan harus dapat menyentuh sampai ke aspek sosial ekonomi dan legal serta memberikan nilai tambah dan meningkatkan produktivitas badan air.
14
Rahmawaty (2002) menyatakan bahwa pembuatan
waduk
melalui
pembendungan aliran sungai pada hakekatnya akan merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi ekosistem waduk. Perubahan ini akan mempunyai dampak, baik positif maupun negatif terhadap sumberdaya dan lingkungannya. Dampak positif yang ditimbulkan adalah sesuai dengan fungsi waduk
tersebut, sedangkan
dampak negatif dan permasalahan yang paling menonjol adalah pemukiman kembali penduduk asal kawasan yang digenangi, pengadaan lapangan kerja, hilangnya daratan, hutan, perkebunan dan sumberdaya lainnya termasuk flora, fauna serta dampak ekologi yang merugikan lainnya baru akan terasa dalam jangka panjang. dan
dikaji
pembangunan
Oleh sebab itu, maka pembangunan waduk perlu dinilai
dengan
memperhitungkan
ekonomi
dan
arti
kemudian
dan
peran
memantapkan
pentingnya cara
dan
bagi teknik
pengelolaan sumberdaya perairan waduk agar diperoleh hasil optimal dengan meminimalkan efek atau dampak negatif yang tidak diinginkan. Pengelolaan alternatif bentuk
perairan pengelolaan
waduk
secara
terpadu
merupakan
yang diharapkan dapat
salah satu
dikembangkan dan
diterapkan di waduk tersebut agar tercapai pemanfaatan sumberdaya perairan waduk secara optimum dan berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya perairan dan kesinambungan usaha perikanan, maka perlu diperhatikan dan dipelajari beberapa hal, antara lain : 1. Jenis perairan, sehingga diketahui pola kelakuannya. 2. Letak tata ruang dari budidaya ikan diperairan waduk/danau karena pada danau vulkanik/tektonik, tempat terjadinya umbalan biasanya tidak total. 3. Musim, berdasarkan pengalaman, kematian pada waktu-waktu tertentu misalnya di perairan waduk pada saat awal musim hujan, sehingga pada saat tersebut harus mengurangi jumlah pemeliharaan ikan. 4. Daya dukung perairan umumnya pada saat air tinggi lebih tinggi, sehingga jumlah pemeliharaan ikan dapat lebih tinggi. Menurut rahmawaty (2002) pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara terpadu yang bisa dilakukan di luar sektor perikanan, antara lain :
15
1. Pengelolaan
sumber
tenaga
listrik
(kawasan
berbahaya);
kawasan
ini merupakan daerah tertutup untuk kepentingan umum. Kawasan ini dibentuk untuk melindungi instalasi penting dan bendungan utama. Arealnya biasanya ditentukan meliputi luasan dengan jarak 1 km dari titik tengah bendungan dan batasnya berupa pelampung dengan warna menyolok. 2. Pengelolaan kawasan wisata dan olah raga; kawasan ini dimanfaatkan untuk rekreasi air (pariwisata) seperti perahu dayung, pemancingan, ski air dan lain-lain. 3. Pengelolaan kawasan yang dilindungi; kawasan ini juga merupakan kawasan yang tertutup bagi kegiatan perikanan dan kegiatan lain yang
dapat mengganggu kelestarian populasi ikan. Kawasan ini dapat
merupakan daerah pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery ground) sehingga memungkinkan perlindungan bagi induk-induk ikan untuk berkembang biak dan mengasuh anaknya. Kawasan ini perlu ditinjau ketepatannya secara berkala, sebab mungkin saja perubahan ekologis waduk telah merubah pola kebiasaan hidup ikan.
16
3. METODE PENELITIAN 3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Waduk Selorejo, Kecamatan
Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Secara geografis Waduk Selorejo terletak pada koordinat 7050’ – 7053’ LS dan 112018’ – 112020’BT pada ketinggian ±650 m di atas permukaan laut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2010. Analisis kualitas air untuk parameter fisika dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Jasa Tirta I, sedangkan analisis biologi dilakukan di Laboratorium Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengambilan Contoh
3.2.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Kondisi fisik dan biologi Peta kawasan Waduk Selorejo, alat tulis untuk mencatat data, kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang, alat perekam suara dan beberapa dokumen
17
serta pustaka-pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Alat yang digunakan untuk menentukan titik sampling kualitas air yaitu dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) (Tabel 1).
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air No Parameter Alat Fisika 1. Suhu Termometer 2. Kecerahan Secchi disk 3. Warna Indera penglihatan Kimia 1. DO DO meter Botol BOD, erlenmeyer,buret, plastik hitam, 2. BOD5 inkubator 3. pH pH meter 4. Total Phosphat Botol sampel, erlenmeyer, gelas ukur, pipet 5. Nitrit Botol sampel, erlenmeyer, gelas ukur, pipet 6. Nitrat Botol sampel, erlenmeyer, gelas ukur, pipet Biologi 1. Fitoplankton Planktonet, botol film, mikroskop 2. Ikan Alat tulis 3. Tanaman air Kamera dan alat tulis
3.3.
Pendekatan Studi Penelitian ini akan mengkaji sumberdaya alam serta pemanfaatan objek
wisata Waduk Selorejo. Mengevaluasi dampak pengelolaan dan pemanfaatan baik bagi lingkungan, pengelola maupun masyarakat setempat. Selain itu dilakukan pula analisis kesesuaian kawasan dan nilai daya dukung kawasan tersebut serta menganalisis faktor internal maupun ekternal. Kepariwisataan melibatkan aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang akan menimbulkan dampak sosial, ekonomi, maupun lingkungan baik yang positif maupun negatif. Dampak positif yang diharapkan adalah terjaganya lingkungan alam dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat lokal. Dampak negatif adalah sebaliknya yang tentunya perlu dikurangi. Untuk mendapatkan hal tersebut diperlukan suatu komitmen yang kuat terhadap alam dan masyarakat. Kegiatan wisata harus bertanggungjawab terhadap lingkungan yang artinya turut serta melestarikan lingkungan selain itu peduli terhadap masyarakat setempat.
18
Analisis strategi pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan, dilakukan dengan menganalisis terhadap faktor internal dan eksternal yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola kawasan wisata Waduk Selorejo ini.
3.4. Jenis dan Pengumpulan Data Data yang
digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari kajian pustaka atau dokumentasi yang dikutip oleh peneliti. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4.1. Data primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan masyarakat sekitar, wisatawan yang sedang berkunjung dan perwakilan pihak pengelola. Wawancara masyarakat sekitar dan wisatawan dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kawasan Waduk Selorejo. Jumlah responden masyarakat sekitar dan wisatawan masing-masing 30 orang. Penentuan responden dipilih secara purposive yakni sengaja dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu dengan mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku dan semata-mata berdasarkan judgement peneliti yakni responden yang pernah bekunjung ke Waduk selorejo dengan pertimbangan agar dapat mengevaluasi kondisi Waduk Selorejo saat ini dengan sebelumnya. Dengan demikian, responden yang dipilih sudah mempunyai persepsi terhadap kawasan wisata Waduk Selorejo sehingga diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan (Fauzi 2001 in Nancy 2007).
b. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati potensi fisik kawasan dengan meninjau langsung kondisi atau keadaan kawasan, biota yang ada dan mengukur kualitas air. Titik sampling kualitas air diambil pada lokasi-lokasi yang diperkirakan
19
dapat mewakili keadaan kawasan wisata Waduk Selorejo. Pada penelitian pengambilan contoh kualitas air dilakukan di tiga titik yaitu : 1. Stasiun 1 mewakili daerah inlet dari Sungai Konto yang terletak pada koordinat 7052’ 35.76”S - 112022’ 09.56” 2. Stasiun 2 mewakili daerah tengah antara inlet dan outlet yang terletak pada koordinat 7052’ 29.28”S - 112022’ 41.65” 3. Stasiun 3 mewakili daerah outlet terletak pada koordinat 7052’ 20.36”S 112022’ 21.61”
3.4.2 Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur dokumen, laporan, pustaka yang sudah ada sebagai data penunjang untuk melengkapi informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Brawijaya Malang, Perum Jasa Tirta I dan internet.
3.5.
Analisis Data
3.5.1. Analisis potensi Potensi sumberdaya waduk meliputi kondisi lingkungan fisik dan biologi kawasan wisata Waduk Selorejo. Lingkungan fisik meliputi kondisi kawasan perairan waduk dan kualitas air waduk yang dilakukan dengan pengamatan langsung. Lingkungan biologi antara lain fitoplankton yang diperoleh dari pengamatan langsung, ikan dan vegetasi tanaman air yang ada di waduk dilakukan dengan cara pengamatan atau peninjauan langsung serta wawancara dengan masyarakat dan pengunjung. Kelestarian lingkungan kawasan wisata Waduk Selorejo dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yang mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya pada kawasan tersebut terutama untuk kegiatan wisata.
Faktor sosial ekonomi dan
kelembagaan yang dimaksud meliputi pengunjung dan masyarakat sekitar terkait dengan tingkat pendidikan, jumlah penduduk, usia, pekerjaan dan tingkat pemahaman terhadap kelestarian lingkungan juga sarana prasarana yang ada pada kawasan wisata Waduk Selorejo.
20
3.5.2. Analisis kesesuaian wisata Kegiatan wisata yang ada di suatu kawasan sebaiknya disesuaikan antara potensi sumberdaya yang ada di kawasan tersebut dengan peruntukkannya. Hal ini bertujuan agar lingkungan kawasan wisata dalam kondisi lestari. Tidak semua bagian waduk menjadi lokasi wisata sehingga analisis kesesuaian wisata dilakukan di lokasi yang sudah terdapat kegiatan wisatanya dan beberapa lokasi yang belum termanfaatkan dan berpotensi sebagai tempat wisata. Kegiatan wisata yang terdapat di Waduk Selorejo antara lain duduk santai, Outbond, berperahu, berkemah dan memancing. Terdapat delapan lokasi yang dianalisis kesesuaian wisatanya yaitu 6 lokasi wisata yang sudah ada kegiatan wisatanya dan 2 lokasi yang belum termanfaatkan untuk kegiatan wisata. Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007):
IKW = ∑ (
)
Keterangan IKW
: = Indeks kesesuaian wisata (%)
Ni
= Nilai parameter ke-i
Nmaks
= Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata pada setiap kegiatan wisata yang dievaluasi dapat dimasukkan ke dalam tiga kategori yaitu kategori sangat sesuai jika nilai IKW antara 83-100%, kategori sesuai jika nilai IKW antara 50-<83% dan kategori tidak sesuai jika nilai IKW <50% (Tabel 2).
21
Tabel 2. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk wisata waduk No
Parameter
Bobot Berkemah
1
Lebar tepi waduk (m)
5
2
Hamparan dataran
5
3
Vegetasi yang hidup di tepi waduk
3
4
Pemandangan (Object view)
3
Kategori
Skor
x> 10 7< x ≤10 5< x ≤ 7 ≤5 Rumput/pasir Tanah Liat Lumpur/batu datar Batu cadas/tanah labil Kelapa, Cemara, Akasia Campuran pohon dan belukar belukar tinggi belukar tinggi dan rawa Waduk, Hutan, Pegunungan, Sungai Waduk dan 2 dari 3 pemandangan 1dari 4 pemandangan Tidak ada obyek yang indah
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0
2≤ x < 3 3< x ≤5 1< x ≤ 3; 5 – 10 x ≤ 1; > > 10 0< x ≤0.15 0.15< x ≤0.45 x> 0.45 Tidak berbau Sedikit berbau Berbau Kelapa, Cemara, Akasia belukar tinggi Hijau jernih Hijau Kecoklatan Coklat kehitaman
3 2 1 0 3 2 1 3 2 1 3 1 3 2 1
Sangat banyak Banyak Sedikit lebih dari 4 2-3 <2 1≤ x < 3 3< x ≤5 x<1; x>5
3 2 1 3 2 1 3 2 1
3 2 1 0
Perahu 1
Kedalaman Perairan (m)
5
2
Kecepatan arus (m/det)
5
3
Bau
3
4
Vegetasi yang hidup di tepi waduk
3
5
Warna perairan
1 Memancing
1
Kelimpahan ikan
5
2
jenis ikan
3
3
kedalaman perairan
1
22
Tabel 2.
(Lanjutan)
No
Parameter
1
Lebar tepi waduk
Bobot Duduk santai 1
2
Pemandangan
5
3
Vegetasi yang hidup di tepi waduk
5
4
Hamparan dataran
3
5
Biota berbahaya
3
Kategori
Skor
x≥8 1≤ x <8 <1 Waduk, Hutan, Pegunungan, Sungai 2-3 dari 4 pemandangan satu dari 4 pemandangan Kelapa, Cemara, Akasia 1 dari 3 belukar tinggi Rumput/pasir Tanah Liat Lumpur/batu Tidak ada 1 jenis >1 jenis
3 2 1
x≥8 4≤ x <8 <4 Rumput/pasir Tanah Liat Lumpur/batu Kelapa, Cemara, Akasia 1 dari 3 Semak belukar Tidak ada 1 jenis >1 jenis
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Outbound 1
Lebar tepi waduk
5
2
Hamparan dataran
1
3
Vegetasi yang hidup di tepi waduk
3
4
Biota berbahaya
3
Sumber : Modifikasi Yulianda 2010 Keterangan: Nilai maksimum = 51 (perahu karet), 51 (berkemah), 27 (Memancing), 51 (duduk santai), 36 (outbound). Sangat Sesuai = 83 – 100 % Sesuai = 50 - < 83 % Tidak sesuai = < 50 %
3.5.3. Analisis daya dukung kawasan Daya dukung lingkungan (carrying caapacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam atau pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan tanpa merusak alam. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik
23
dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2007) dengan perhitungan sebagai berikut:
DDK = K x Keterangan DDK K Lp Lt Wt Wp
:
= Daya Dukung Kawasan (orang/hari) = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2/m) = Unit area untuk kategori tertentu (m2/m) = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari) = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam) Potensi ekologis adalah jumlah pengunjung per aktivitas yang dapat ditolerir
oleh alam. Sedangkan luas area yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan disesuaikan dengan jenis kegiatannya (Tabel 3).
Tabel 3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt) Jenis ∑ Unit area Keterangan kegiatan Pengunjung (Luas (orang) lahan) Perahu 6 20.000 m2 Dihitung luas situ yang dibutuhkan untuk 6 orang (1 perahu kayu) untuk mengelilingi situ sebesar 20.000 m2 Memancing 1 240 m² Setiap satu orang membutuhkan area untuk memancing sebesar 240 m² Duduk santai 2 16 m Setiap dua orang membutuhkan ruang untuk duduk santai sepanjang 16 m Outbound 10 700 m2 Dihitung luas lokasi yang dibutuhkan untuk 10 orang (1 team) untuk outbound adalah 700 m2 Berkemah 2 169 Dihitung luas satu tenda (2 otang) 9 m2 dan jarak antar tenda 10 m Sumber: Modifikasi Yulianda 2007
24
Prediksi waktu yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan oleh pengelola untuk setiap kegiatan wisata waduk, memiliki periode yang berbeda (Tabel 4).
Tabel 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata air tawar No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 hari Wp-(jam) Wt-(jam) 1 Berkemah 24 24 2 Perahu 0.5 8 3 Memancing 4 8 4 Duduk santai 2 8 5 Outbound 4 8 6 Berenang 1 8 Sumber: Yulianda 2010
3.5.4. Analisis SWOT Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah objek wisata secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal juga kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Analisa data secara kualitatif (dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal) dan secara kuantitatif (pembobotan dan pemberian rating) digunakan dalam metode analisa ini. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah : a. Identifikasi faktor internal dan eksternal Internal Factor Evaluation (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat yang digunakan untuk menganalisa faktor internal yaitu matriks IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-
25
area tersebut (David 2006 dalam Nancy 2007). Eksternal factor Evaluation (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor eksternal yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi dari luar. Hasil dari identifikasi kedua faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating). b. Penentuan bobot setiap variabel Pemberian nilai/bobot dan rating dilakukan secara subjektif kepada setiap unsur SWOT (Tabel 5). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kinnear 1991 dalam Pudjiwaskito 2005): 1= jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2= jika indikator faktor horizontal sama penting daripada indikator faktor vertikal 3= jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4= jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal Faktor Strategis Internal/Eksternal A B C ...
A
B
C
...
Total
Bobot
X1 X2 X3 X4
α1 α2 α3 α4 n
n
Total
Σ Xi
Σ αi
i=1
i=1
Sumber : David 2002 in Pudjiwaskito, 2005
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan persamaan (Kinnear,1991 dalam Pudjiwaskito, 2005): Xi
αi =
n
Xi i 1
26
Keterangan
:
αi : bobot faktor ke-i Xi : nilai faktor ke-i i : 1,2,3,...., n n : jumlah faktor c. Penentuan peringkat (rating) Peringkat (rating) ditentukan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki objek wisata dengan skala nilai 1-4. Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu: -
Faktor kekuatan 1 = kekuatan yang kecil 2 = kekuatan yang sedang 3 = kekuatan yang besar 4 = kekuatan yang sangat besar
-
Faktor kelemahan 1 = kelemahan yang sangat berarti 2 = kelemahan yang cukup berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti 4 = kelemahan yang tidak berarti
Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) yaitu: -
Faktor Peluang 1 = Peluang rendah ( respon kurang) 2 = Peluang sedang ( respon rata-rata) 3 = Peluang tinggi (respon di atas rata-rata) 4 = Peluang sangat tinggi ( respon superor)
-
Faktor Ancaman 1 = Ancaman yang sangat besar 2 = Ancaman yang besar 3 = Ancaman sedang Langkah selanjutnya peringkat dari faktor-faktor tersebut dikalikan bobot
masing-masing kemudian hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
27
memperoleh nilai total pembobotan seperti yang tercantum pada matriks IFE/EFE (tabel 6).
Tabel 6. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)/ External Factor Evaluation (EFE). Faktor Strategis Internal/Eksternal
Bobot
Rating
Nilai
Kekuatan/Peluang 1. 2. ... Sub Total Kelemahan/Ancaman 1. 2. ... Sub Total Total Sumber : Rangkuti (2005)
d. Menyusun analisis strategi dengan menggunakan matriks (Martiks SWOT) Matriks SWOT dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 7).
Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (O)
Ancaman (T)
Sumber : Rangkuti (2005)
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Strategi SO
Strategi WO
Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada
Strategi ST
Strategi WT
Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
28
e. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Rangking prioritas strategi ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada (Tabel 8).
Tabel 8. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT Alternatif Keterkaitan dengan unsur SWOT strategi SO1 SO2 Son WO1 WO2 Won ST1 ST2 STn WT1 WT2 STn Sumber: Rangkuti 2005
Jumlah skor (nilai)
Rangking
29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Keadaan Umum Waduk Selorejo Waduk Selorejo terletak ±50 km sebelah barat Kota Malang, tepatnya di
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Terletak pada koordinat 7050’ – 7053’ LS dan 112018’ – 112020’BT pada ketinggian ±637 m di atas permukaan laut (PJT I 2010). Adapun batas-batas wilayah Waduk Selorejo adalah sebagai berikut: Utara : Desa Sumberagung dan Desa Kaumrejo, Selatan : Desa Pandansari, Barat : Desa Ngantang, Timur : Desa Mulyorejo. Latar belakang didirikannya Waduk Selorejo ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi khususnya untuk penduduk sekitar Kota Mendalan, Pare dan Jombang yang sebelumnya menggantungkan kebutuhan air pada air hujan saja, adanya banjir akibat luapan Sungai Konto di wilayah Pare dan Jombang, dan kebutuhan listrik yang semakin meningkat. Waduk Selorejo dalam pasokan airnya diperoleh dari tiga sungai besar, yaitu Sungai Konto, Sungai Kwayangan dan Sungai Pinjal. Luas waduk ±400 ha dengan kedalaman 40 m. Kapasitas penampung efektif sebesar 41.510.000 m3. Tinggi waduk 46 m dengan fluktuasi tinggi air antara 10 m sampai 20 m. Debit air masuk rata-rata 11 m3/det. Waduk ini mempunyai tebing-tebing, perairan yang agak landai dan bentuknya berlekuk-lekuk. Di sekitar waduk terdapat berbagai macam aktivitas diantaranya; persawahan dan ladang, hutan, pemukiman penduduk serta tempat rekreasi (PJT I, 2010). Pembangunan Waduk Selorejo dilaksanakan dari tahun 1963 sampai tahun 1970. Pelaksana pembangunan pada awalnya adalah P.N Waskita Karya dibawah Direktorat Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dengan supervisi dari dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur, kemudian pada tahun 1965 dilanjutkan oleh Badan Penyelenggara Proyek Induk Serbaguna Brantas (BAPPRO BRANTAS). Untuk pembangunan PLTA diselesaikan pada tahun 1972. Waduk Selorejo diresmikan pada tanggal 22 Desember 1970 oleh Presiden RI Jenderal TNI Soeharto. Sedangkan peresmian berfungsinya PLTA pada tanggal
30
24 Juli 1973 oleh menteri PUTL Ir. Sutami. Waduk Selorejo merupakan waduk serbaguna yang memiliki fungsi sebagai berikut: -
Pengendalian banjir Banjir 1.000 tahunan sebesar 920 m3/det dapat dikendalikan menjadi 360 m3/det. Banjir 200 tahunan sebesar 720 m3/det dapat dikendalikan menjadi 260 m3/det.
-
Pemberian air irigasi Dapat diperoleh tambahan debit untuk air irigasi di daerah Pare dan Jombang pada musim kemarau sebesar 4 m3/det, sehingga menambah luas daerah irigasi sebesar 5.700 ha dan menaikkan produksi padi sebasar 7.500 ton/tahun.
-
Pembangkit tenaga listrik Pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang sebesar 1x4.500kW dapat memberikan tambahan energi listrik ± 49 juta kWh per tahun.
-
Perikanan darat Ikan-ikan yang terdapat di Waduk Selorejo merupakan ikan lokal yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke waduk seperti ikan wader merah.
-
Pariwisata Waduk Selorejo sangat cocok untuk dikembangkan menjadi area wisata karena memiliki pemandangan alam yang indah. Area wisata mulai dibangun pada tahun 1992.
4.2.
Evaluasi Potensi, Kesesuaian Kawasan dan Daya Dukung Wisata
4.2.1.
Potensi sumberdaya perairan Pengukuran parameter kualitas air diperlukan untuk melihat keseimbangan
ekosistem perairan sehingga layak untuk kegiatan perikanan maupun pariwisata (Tabel 9). Paramater yang diamati adalah suhu, kecerahan, warna, bau, pH, DO, BOD, Nitrit, Nitrat dan Total Phosphat.
31
Tabel 9. Kualitas air Waduk Selorejo Parameter Fisika Suhu (0C) Kecerahan (m) Bau Warna Kimia pH DO**(mg/l) BOD(mg/l) Nitrit (mg/l) Nitrat (mg/l) Total Phosphat (mg/l)
Baku Mutu*
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
±3 Tidak Tercantum Tidak Tercantum Tidak Tercantum
28,5 0,6 Tidak Berbau Kehijauan
24,7 0,8 Tidak Berbau Kehijauan
24,8 0,7 Tidak Berbau Kehijauan
6-9 4 3 0,06 10 0,2
7,3 6,9 9,4 0,08 0,542 0,317
7,5 5,8 2,75 0,033 0,473 0,255
8,5 7,2 4,05 0,041 0,589 0,241
Keterangan: *Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II ** Batas minimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II Sumber: Data primer (2010)
a. Parameter fisika a1. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting bagi kehidupan organisme atau biota perairan. Kaidah umum menyebutkan bahwa reaksi kimia dan biologi air (proses fisiologis) akan meningkat 2 kali lipat pada setiap kenaikan temperatur 100C. Selain itu, suhu juga berpengaruh terhadap penyebaran dan komposisi organisme. Suhu perairan Waduk Selorejo dari hasil pengukuran berkisar 24,70-28,50C. Hasil pengukuran ini memenuhi kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan yaitu antara 200-300C (Effendi 2003). a2. Kecerahan Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan penentuannya dapat dilakukan secara visual dengan menggunakan kepingan secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kecerahan di perairan Waduk Selorejo selama penelitian berkisar antara 0,6 m - 0,8 m. Kecerahan tertinggi terdapat di stasiun 2 sebesar 0,8 m. Tingginya kecerahan di stasiun 2 ini dikarenakan kondisi perairannya cukup tenang sehingga kemampuan cahaya matahari yang masuk dalam perairan lebih banyak. Kecerahan terendah terdapat di
32
stasiun 1 yang merupakan inlet, karena adanya berbagai masukan menjadikan kondisi perairan ini agak keruh. a3. Bau Bau dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik dan anorganik perairan yang berasal dari limbah domestik, limbah pertanian dan budidaya sehingga bau sangat berpengaruh dalam penentuan suatu perairan sebagai tempat rekreasi dan keindahan (estetika). Berdasarkan hasil observasi lapang selama penelitian bahwa Waduk Selorejo pada ketiga stasiun tidak berbau. a4. Warna Pada umumnya warna perairan dikelompokkan menjadi warna sesungguhnya dan warna tampak. Menurut Effendi (2003) warna sesungguhnya dari perairan adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, sedangkan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan timbul disebabkan oleh bahan organik dan anorganik, keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam seperti besi dan mangan. Warna perairan Waduk Selorejo dari ketiga stasiun yang diamati secara visual berdasarkan indera penglihatan berwarna kehijauan. Warna kehijauan ini disebabkan oleh keberadaan fitoplankton yang melimpah. b. Paramter kimia b1. pH Derajat keasaman (pH) air merupakan sifat kimia yang berperan dalam menentukan kualitas air dalam kehidupan organisme perairan. Menurut Effendi (2003) sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Berdasarkan hasil penelitian pH di Waduk Selorejo berkisar antara 7,3-8,5 yang berarti masih berada dalam kisaran baku mutu peruntukkan sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No.82 tahun 2001 kelas II. b2. Kelarutan oksigen (Dissolve Oxygen/DO) Kelarutan oksigen dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembangbiak. Keberadaan oksigen terlarut dalam perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan semakin
33
meningkatnya suhu, ketinggian dan berkurangnya tekanan atmosfer (Jeffries and mills 1996 in Effendi 2003). Oksigen terlarut hasil pengukuran di ketiga stasiun adalah berkisar 5,8-8,5 mg/l. Kisaran ini memenuhi baku mutu air PP No.82 tahun 2001 kelas II. Dengan demikian kisaran oksigen terlarut di Waduk Selorejo menunjukkan bahwa perairan tersebut masih aman bagi perkembangan dan kelangsungan hidup ikan dan perairan organisme akuatik. Effendi (2003) menyatakan bahwa hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi air yang mempunyai kadar oksigen terlarut >5 mg/l. b3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemichal Oxygen Demand/BOD) BOD merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis and Cornwell 1991 in Effendi 2003). Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air. Perairan dengan nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai BOD di ketiga stasiun berkisar 2,75-9,4 mg/l. Nilai BOD tertinggi 9,4 mg/l terdapat pada stasiun 1 yaitu inlet dari Sungai Konto. Hal ini disebabkan adanya berbagai masukan limbah domestik masyarakat sekitar berupa kotoran sapi. Pada umumnya masyarakat sekitar waduk adalah peternak sapi sehingga buangan kotoran sapi masuk ke aliran sungai yang bermuara di waduk. BOD stasiun 1 dan stasiun 3 nilainya sudah melebihi baku mutu air berdasarkan PP No. 28 tahun 2001. Menurut Lee et al. (1978) kisaran nilai BOD 5,1-14,9 mg/l termasuk dalam kategori tercemar sedang. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari hasil pengukuran, perairan Waduk Selorejo tercemar sedang. b4. Nitrit-nitrogen (NO2-N) Nitrit merupakan hasil metabolisme dari nitrogen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas oksigen (denitrifikasi). Denitrifikasi tersebut berlangsung pada kondisi aerob (Effendi 2003). Berdasarkan hasil penelitian, kandungan nitrit ketiga stasiun berkisar antara 0,041-0.08 mg/l. Kandungan nitrit yang melebihi baku mutu berdasar PP
34
no.28 tahun 2001 kelas II terdapat di daerah inlet. Hal ini disebabkan limbah domestik berupa kotoran sapi dari ternak warga yang mengalir dari Sungai Konto. b5. Nitrat-nitrogen (NO3-N) Nitrat merupakan salah satu senyawa kimia yang sering ditemukan di alam seperti pada tanaman dan air. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan memiliki sifat yang relatif stabil. Nitrat berasal dari amonium yang masuk ke dalam perairan terutama melalui limbah domestik. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi yang sempurna di perairan. Bakteri nitrosomonas akan mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat. Proses oksidasi tersebut menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut semakin berkurang. Waduk Selorejo memiliki kandungan nitrat antara 0,4733-0,589 mg/l. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa kandungan nitrat tidak melebihi baku mutu air berdasarkan PP No.28 tahun 2001 kelas II yakni tidak melebihi 10 mg/l. b6. Total fosfat Total fosfat menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik. Fosfor organik biasanya disebut soluble reactive phosphours, misalnya ortofosfat. Fosfor organik banyak terdapat pada perairan yang banyak mengandung bahan organik. Oleh karena itu, pada perairan yang memiliki kadar bahan organik tinggi sebaiknya ditentukan juga kadar fosfor total, di samping ortofosfat (Mackereth et al. 1989 in Effendi, 2003). Hasil pengukuran total fofat Waduk Selorejo berkisar antara 0,241-0,317 mg/l. Hasil ini sudah melebihi baku mutu air berdasarkan PP No.28 tahun 2001 kelas II. Kandungan fosfat yang terdapat di perairan waduk diduga berasal dari adanya limbah domestik serta hanyutan pupuk dari daerah pertanian yang ada di sekitar waduk. c. Parameter biologi c1. Produktivitas waduk Menurut Odum (1971) perairan waduk mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan perairan sebelum menjadi waduk. Tinggi rendahnya tingkat produktivitas suatu perairan, salah satunya ditentukan oleh kandungan fitoplankton. Fitoplankton merupakan salah satu jenis organisme yang dapat ditemukan di perairan lentik maupun lotik.
35
Fitoplankton memiliki fungsi ekologis sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan. Perubahan masukan unsur fosfat ke dalam perairan akan menentukan struktur komunitas fitoplankton dan perubahan tingkat kesuburan perairan. Keberadaan fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor suhu, pH, yang utama adalah intensitas cahaya dan unsur hara (Subarijanti 1990 in Saptarini ). Fitoplankton yang dijumpai di Waduk Selorejo sebanyak 27 genus yang terdiri dari dari empat kelas yaitu Chlorophyta, Cyanophyta, Chrysophyta dan Bacillariophyta. Kisaran kelimpahan fitoplankton yang diperoleh adalah 242-40.635 ind/l. Kelimpahan tertinggi didominasi oleh kelas Chlorophyta yakni Scendesmus sp sebanyak 40.635 ind/l. Menurut Lander (1975) dalam Saptarini (2003), berdasarkan kepadatan fitoplankton perairan dibedakan menjadi tiga macam yaitu Oligotropik (02000 ind/l), Mesotropik (2000-15000 ind/l), dan Eutropik (>15000 ind/l). Berdasarkan kelimpahan fitoplankton maka perairan Waduk Selorejo tergolong dalam perairan Eutropik. c2. Sumberdaya ikan Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Selorejo terdiri dari lima spesies (Tabel 10). Jenis ikan yang ada di Waduk Selorejo terdiri dari ikan lokal dan ikan introduksi. Tabel 10. Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Selorejo No 1
Ordo/Famili Percomorphi - Cichlidae
Labyrinthici - Opiocephalidae 3 Cypriniformes - Cyprinidae 4 Ostariophisi Sumber : Data primer (2010)
Genus
Spesies
Nama daerah
Oreochromis
O.mossambicus O.niloticus
Mujair Nila
Opiocephalus
O. striatus
Gabus
Cyprinus Puntius
C. carpio P. bromoides
Tombro Wader
2
Ikan-ikan yang terdapat di Waduk Selorejo merupakan ikan lokal yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke waduk yaitu ikan wader merah (Puntius bromoides)dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Ada beberapa jenis ikan yang ditebar oleh pihak pengelola yaitu ikan mujair (Oreochromis mossambicus), gabus
(Oreochromis mossambicus), nila (Oroechromis niloticus) dan tombro
(Cyprinus carpio). Berdasarkan pengamatan selama penelitian, ikan yang paling
36
sering di peroleh wisatawan pada saat memancing adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan tombro (Cyprinus carpio). c3.Tanaman air Tanaman air merupakan salah satu komponen biologi yang terdapat pada salah satu ekosistem waduk. Fungsi dari tumbuhan air pada ekosistem perairan darat diantaranya adalah sebagai sumber makanan bagi manusia maupun hewan, tempat ikan-ikan meletakkan telurnya, tempat berlindung bagi hewan-hewan invertebrate maupun vertebrate dari predator dan sinar matahari dan dapat mengurangi kecepatan aliran air sehingga dapat mengurangi erosi dan menurunkan kadar kekeruhan. Adanya tumbuhan air akan berfungsi dengan baik selama populasinya masih terkendali. Sebaliknya, eceng gondok yang tidak terkendali dan menjadi gulma air akan menghambat produktivitas perairan yang mengakibatkan populasi ikan dapat berkurang. Hal ini disebabkan adanya proses eutrofikasi, penetrasi sinar matahari ke dalam perairan terhalang oleh eceng gondok sehingga fitoplankton tidak dapat melakukan fotosintesis dan mengakibatkan O2 di dalam perairan menurun dan ikanikan yang ada di dalam waduk akan mati. Tanaman air yang terdapat di Waduk Selorejo didominansi oleh eceng gondok (Eichornia crassipes). Adapun jenis tumbuhan air yang lain yaitu hidrilia (Hydrillia sp) akan tetapi jumlahnya sangat sedikit. Luas penutupan eceng gondok di Waduk Selorejo mencapai 25% dari luas genangan sebesar 400 ha. Lokasi paling banyak ditumbuhi oleh eceng gondok adalah daerah bagian utara dan barat yang berbatasan dengan Desa Ngantang, Desa Sumberagung dan Desa Kaumrejo. Lokasi tersebut merupakan daerah yang dekat dengan inlet dari Sungai Kwayangan dan Sungai Pinjal. Di lokasi wisata, tanaman air ini memiliki luas penutupan 5% dari luas genangan air ±250 ha.
Gambar 3. Tanaman air eceng gondok di sekitar pulau (kebun jambu)
37
4.2.2. Potensi wisata Waduk Selorejo Waduk Selorejo memiliki banyak potensi wisata. Kondisi alam yang masih alami menjadikan kawasan ini memiliki panorama yang indah. Waduk dikelilingi oleh perbukitan dan Gunung Anjasmoro, Gunung Kelud, serta Gunung Kawi. Udara di kawasan ini cukup sejuk ± 220C. Di sekitar waduk merupakan daerah perbukitan sehingga area ini dapat digunakan untuk wisata outbond dan juga berkemah. Kondisi wisata Waduk Selorejo sangat kondusif untuk penjelajahan karena memiliki medan jelajah yang sangat menantang. Terdapat kebun durian di dalam kawasan Wisata Waduk Selorejo. Jenis durian ini merupakan durian khas daerah Ngantang. Ketika musim durian tiba, wisatawan dapat memakan buah durian tersebut secara cumacuma. Kesejukan dan keasrian alam Waduk Selorejo didukung adanya berbagai jenis flora yang tumbuh di sekeliling waduk. Dari hasil pengamatan jenis-jenis flora yang berada di tepi Waduk Selorejo diantaranya adalah: pinus (Pinus merckusii), cemara (Casuarina
equisetifolia),
tanjung
(Mimusops
elengi),
palem
(Aiphanes
caryotafolia), durian (Durio zibenthinus), nangka (Artocpus heterophyllus), jambu biji (Psidium guajava), kersen (Mutingia calabura L.) dan akasia (Acasia siberiana). Fauna yang dijumpai pada saat penelitian dilakukan di sekitar Waduk Selorejo diantaranya adalah burung, serangga, kupu-kupu, dan kucing. Beberapa jenis burung yang ada di kawasan Waduk Selorejo adalah burung bondol jawa (Lonchura leucogastroides), punai lengguak (Treron curvirostra), madu sriganti (Nectarina jugularis), gelatik jawa (Padda oryzivora). Ditemukan fauna yang tergolong buas atau membahayakan yakni ular. Akan tetapi frekwensi kemunculan ular jarang sehingga kawasan wisata Waduk Selorejo cukup aman dari gangguan binatang membahayakan.
4.2.3. Potensi wisatawan Waduk Selorejo a. Aktivitas wisatawan Beragam aktivitas dilakukan oleh wisatawan di dalam kawasan wisata Waduk Selorejo diantaranya piknik, memancing, outbond, berenang, berperahu, dan wisata kuliner (Gambar 4).
38
Gambar 4. Aktivitas wisatawan di Waduk Selorejo Mayoritas wisatawan yang datang ke Waduk Selorejo berkunjung secara rombongan (70%). Mereka datang dari satu instansi yang sedang melakukan darmawisata ataupun pelatihan selebihnya, 20 % datang bersama keluarga dan 10% datang berdua bersama teman (Gambar 4a). Sebagian besar wisatawan
datang
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor atau mobil (33%). Wisatawan yang menggunakan kendaraan umum seperti bis atau angkot (30%), berjalan kaki karena kawasan wisata dekat dengan tempat tinggal 20% dan 17% responden menggunakan kendaraan sewaan atau carter (Gambar 4b). Aktivitas wisatawan di Waduk Selorejo cukup bervariasi. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 4c. Sebesar 60% responden menyatakan aktivitas yang dilakukan di Waduk Selorejo adalah piknik untuk melepas kejenuhan dengan duduk santai menikmati pemandangan alam. Aktivitas memancing dilakukan oleh 10% responden, outbond (4%), berenang (3%) dan lainnya seperti pelatihan atau wisata kuliner (23%). Dari berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan yang paling disukai oleh wisatawan (Gambar 4d) adalah wisata kuliner
39
(37%), berperahu (23%), berenang (7%), outbond (7%), memancing (3%) dan lainnya seperti duduk santai (23%). Wisata kuliner menyajikan berbagai menu ikan khas Waduk Selorejo seperti ikan mujair (Oreochromis niloticus), tombro (Cyprinus carpio) dan wader ( Puntius bromoides) sehingga wisatawan tidak melewatkan untuk menikmatinya. Hal ini menjadikan pilihan tempat makan sebagian besar responden wisatawan sebesar 67% adalah di warung tenda. Selebihnya 27% responden membawa makan dari rumah dan 6% responden memilih tempat makan di restoran (Gambar 4e). Keinginan responden untuk datang lagi ke Waduk Selorejo sangat besar (87%). Dengan datang ke tempat ini wisatawan dapat mengurangi kejenuhan maupun dapat melakukan hobi yang jarang dilakukan sehari-hari seperti berenang, memancing dan outbond. Sedangkan, 13 % responden menyatakan tidak ingin kembali ke Waduk Selorejo karena jalan menuju kawasan yang kurang aman karena rawan kecelakaan dan tanah longsor maupun kondisi kawasan yang kotor karena banyak sampah (Gambar 4f). b. Jumlah kunjungan wisata Waduk Selorejo Ketertarikan dan antusias pengunjung wisata Waduk Selorejo cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari jumlah kunjungan yang tidak kurang dari 8.000 wisatawan per bulannya (Gambar 5).
Jumlah wisatawan (orang)
40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
Bulan Gambar 5. Jumlah kunjungan wisatawan di Waduk Selorejo tahun 2009
40
Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan cukup banyak terjadi pada bulan Januari mencapai 35.243 orang dan bulan September mencapai 29.702 orang. Biasanya wisatawan memanfaatkan libur hari-hari besar untuk berwisata. Pada bulan Januari wisatawan memanfaatkan libur awal tahun dan pada bulan September wisatawan memanfaatkan libur Hari Raya Idul Fitri untuk bekunjung ke Waduk Selorejo. Dari data yang di peroleh, Waduk Selorejo dikunjungi wisatawan antara 300-500 orang setiap harinya. c. Karakteristik wisatawan Untuk mengetahui potensi wisatawan perlu diketahui karakteristik wisatawan (Gambar 6). Karakteristik wisatawan diantaranya jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan biaya responden berkunjung ke Waduk Selorejo.
Gambar 6. Karakteristik wisatawan Waduk Selorejo (a,b,c,d,e,f)
41
Rasio jenis kelamin wisatawan yang menjadi responden terdiri dari 50% laki-laki dan 50% perempuan (Gambar 6a). Penentuan responden ini dipilih secara purpossif sampling berdasarkan orang yang ditemui di kawasan wisata pada saat duduk santai, memancing, berwisata kuliner, ataupun yang sedang membeli cinderamata. Pengunjung yang datang merupakan wisatawan yang berasal dari Kota dan Kabupaten Malang. Diantaranya adalah Pasuruan, Malang, Ponorogo, Jombang, Kediri, Blitar, Batu dan Pakisaji. Kisaran umur wisatawan yang menjadi responden antara 17-50 tahun (Gambar 6b). Persentase terbesar terdapat pada kisaran usia 20-29 tahun sebesar 53%. Hal ini disebabkan pada usia ini merupakan wisatawan yang suka dengan wisata jelajah dan outbond. Selebihnya 27% responden berusia 30-39 tahun, 10 % berusia 40-49 tahun, 7% berusia < 20 tahun dan 3% berusia ≥ 50 tahun. Data tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang ditempuh responden dan sudah memperoleh ijazahnya (Gambar 6c). Persentase terbesar adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA (47%). Selebihnya merupakan responden dengan pendidikan terakhir S1 (37%), D3 (10%) dan SMP (6%). Semakin tinggi pendidikan wisatawan diasumsikan mereka paham tentang kelestarian lingkungan dan diharapkan dapat ikut serta dalam menjaga lingkungan kawasan wisata dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jenis pekerjaan responden diantaranya adalah wiraswasta (30%), PNS (23%), karyawan swasta (20%), mahasiswa (17%), Ibu rumah tangga (7%) dan pelajar (3%) (Gambar 6d). Dari berbagai jenis pekerjaan responden dapat diketahui tingkat pendapatannya. Tingkat pendapatan responden paling tinggi sebesar Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 (33%). Pada umumnya responden tersebut bekerja sebagai PNS dan karyawan swasta. Selebihnya, pendapatan Rp. 500.000Rp. 1.000.000 (30%), lebih dari Rp. 2.000.000 (20%) dan kurang dari Rp. 500.000 (17%) (Gambar 6e). Biaya yang dikeluarkan responden untuk berwisata ke Waduk Selorejo cukup bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya asal wisatawan, kendaraan yang digunakan dan aktivitas wisatawan. Mayoritas responden sebesar 43% mengeluarkan biaya kurang dari Rp.50.000. Hal ini disebabkan jarak tempat tinggal dari lokasi wisata tidak jauh sehingga biaya
42
transportasi tidak mahal dan biaya masuk kawasan wisata relatif murah yakni Rp.7.500. Sebanyak 27% responden mengeluarkan biaya berkisar Rp.50.000Rp.100.000 hal ini dikarenakan mereka biasanya mengajak anggota keluarga untuk berwisata. Selebihnya biaya wisata Rp.100.000-Rp.200.000 sebesar 17% dan >Rp.200.000 sebesar 13%. Pada umumnya, wisatawan yang mengeluarkan biaya sampai Rp.200.000 atau lebih adalah wisatawan yang berasal dari luar kota malang serta mengajak banyak anggota keluarga (Gambar 6f). d. Motivasi wisatawan Motivasi wisatawan berkunjung ke Waduk Selorejo ditunjukkan oleh Gambar 7.
Gambar 7. Motivasi wisatawan berkunjung ke Waduk Selorejo (a,b,c,d)
Mayoritas responden sebesar (83%) menyatakan mendapatkan informasi mengenai keberadaan kawasan wisata Waduk Selorejo dari teman. Selain itu, informasi didapat dari leaflet/brosur (4%), media elektronik (3%) dan lainnya seperti spanduk yang terpasang di jalan yang menuju lokasi wisata sebesar10% (Gambar 7a).
43
Dorongan wisatawan untuk berkunjung ke wisata Waduk Selorejo terdapat pada gambar 7b.Waduk Selorejo memiliki daya tarik pemandangan yang indah disebabkan adanya tiga gunung yang mengelilingnya, sehingga mendorong wisatawan ingin berkunjung ke kawasan ini. Hal ini dinyatakan oleh mayoritas responden sebanyak 40%. Hal lain yang mendorong wisatawan untuk berkunjung adalah karena diajak teman (33%), ingin menikmati makanan khas (10%) dan lainnya seperti ingin melakukan hobi memancing atau berenang (17%). Wisatawan yang berkunjung ke Waduk Selorejo memiliki tujuan yang bervariasi (Gambar 7c). Mayoritas responden sebanyak 47% memiliki tujuan ingin menghilangkan stress. Kejenuhan dengan kondisi keseharian menuntut seseorang untuk mendapat sebuah hiburan yang dapat menyegarkan kembali pikiran sehingga dapat beraktivitas secara optimal. Hal lain yang menjadi tujuan wisatawan adalah ingin menikmati pemandangan yang indah (30%), mengisi waktu luang (13%), menikmati fasilitas yang ada (3%) dan lainnya seperti adanya rapat atau pelatihan dari perusahaan (7%). Mayoritas responden sebesar 40% menyatakan alasan mereka berkunjung ke Waduk Selorejo adalah karena aksesibilitasnya yang mudah. Hal ini dikarenakan lokasinya yang strategis dilewati jalur dari Kota Malang menuju Kota Kediri, Pare, Jombang. Beberapa wisatawan menyatakan bahwa mereka berasal dari Kota Jombang yang menuju ke Malang. Akan tetapi mereka singgah terlebih dahulu untuk menikmati keindahan alam di Waduk Selorejo sebelum sampai tujuannya di Kota Malang. Alasan lain yang membuat wisatawan ingin berkunjung ke kawasan ini adalah biaya yang murah (37%), fasilitas yang lengkap (10%) dan lainnya seperti ingin kumpul bersama teman sebesar 13% (Gambar 7d).
4.2.4 Sosial ekonomi masyarakat sekitar Waduk Selorejo a Karakteristik masyarakat sekitar Untuk mengetahui potensi masyarakat sekitar Waduk Selorejo dibutuhkan data masyarakat sekitar (Gambar 8). Responden masyarakat sekitar yang diambil di lapangan adalah 63% laki-laki dan 37% perempuan (Gambar 8a).
44
Gambar 8. Karakteristik masyarakat sekitar Waduk Selorejo
Responden laki-laki banyak dijumpai di sekitar waduk pada saat mereka sedang melakukan aktivitasnya seperti memancing ataupun yang sedang bekerja di dalam kawasan wisata. Sedangkan responden perempuan banyak dijumpai sebagai pedagang. Adapun beberapa responden dijumpai di rumah yakni di Desa Pandansari yang terletak di sebelah selatan waduk. Kisaran umur responden yakni 15-60 tahun. Persentase terbesar umur responden adalah 20-29 tahun sebesar 40% dan persentase terkecil kisaran umur responden adalah 10-19 tahun sebesar 7% (Gambar 8b). Pekerjaan masyarakat sekitar Waduk Selorejo dapat dilihat pada Gambar 8c. Pekerjaan masyarakat umumnya adalah sebagai petani (47%), pedagang (17%), ibu rumah tangga (13%), swasta (10%), tidak bekerja (10%) dan pelajar (7%). Tingkat pendidikan masyarakat sekitar Waduk Selorejo sebagian besar adalah SMP (47%), SD (30%) dan SMA
sebesar 23% (Gambar 8d). Tingkat
45
pendapatan responden bervariasi antara (Gambar 8e). Persentase tertinggi sebesar 46% tingkat pendapatan responden kurang dari Rp. 500.000. Pada tingkat pendapatan ini umumnya responden memiliki pekerjaan sebagai buruh tani ataupun anak muda yang pekerjaannya tidak tetap. Sebesar 37% responden berpendapatan Rp.500.000-1.000.000, 10% responden berpendapatan Rp. 1.000.000 dan 7% responden berpendapatan lebih dari Rp. 2.000.000. b. Manfaat dan pengaruh wisata bagi masyarakat sekitar Adanya kegiatan wisata dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar Waduk Selorejo. Pengaruh positif dan dampak negatif ditunjukkan oleh Gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh dan dampak negatif kegiatan wisata terhadap masyarakat sekitar Keberadaan wisata waduk ini membuka kerjasama bagi masyarakat sekitar. Sebesar 77% responden maenyatakan terbukanya lapangan pekerjaan sehingga masyarakat sekitar bisa bekerja sebagai pegawai kawasan wisata maupun berdagang di dalam kawasan wisata. Namun, sebesar 23% responden menyatakan tidak bantuan apa-apa dari pihak pengelola (Gambar 9a). Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan wisata tidak terlalu signifikan bagi masyarakat sekitar. Hal ini ditunjukkan oleh 77% responden
46
yang menyatakan tidak ada kekhawatiran apa-apa. Namun, sebesar 10% responden menyatakan dampak negatif yang dirasakan adalah kotornya kawasan, 7 % responden menyatakan tercemarnya perairan, 3% responden menyatakan tingkat keamanan masyarakat terganggu dan 3% responden menyatakan terpengaruhnya kehidupan masyarakat oleh perilaku wisatawan (Gambar 9b). c. Aktivitas dan persepsi masyarakat di dalam kawasan wisata Aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar di dalam kawasan cukup bervariasi diantaranya bekerja, berdagang dan memancing. Selain itu, persepsi masyarakat mengenai keberadaan Waduk Selorejo ditunjukkan oleh Gambar 10.
Gambar 10. Pesepsi dan aktivitas masyarakat di dalam kawasan wisata Sebagian besar (40%) responden melakukan aktivitas berdagang, 23% responden bekerja sebagai pegawai kawasan wisata dan lainnya seperti memancing, menjala ikan serta jalan-jalan sebesar 37% (Gambar 10a). Keikutsertaan masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian wisata dinyatakan oleh 70% responden bahwa mereka pernah ikut menjaga kelestarian dengan cara membantu petugas membersihkan eceng gondok di waduk dan 30% menyatakan belum pernah ikut menjaga kelestarian (Gambar 10b). Namun demikian, sebesar 83% masyarakat sekitar menyatakan kawasan Waduk Selorejo lestari dan 17% sisanya menyatakan
47
kawasan ini tidak lestari (Gambar 10c). Semua masyarakat sekitar waduk (100%) tidak paham mengenai ekowisata (Gambar 10d). Adanya aktivitas wisata di Waduk Selorejo tidak mengganggu masyarakat. Hal ini dinyatakan oleh 90% responden dan sisanya sebesar 10% responden menyatakan terganggu karena berpendapat dapat merusak lingkungan (Gambar 10e). Sebesar 97% responden senang adanya kawasan wisata Waduk Selorejo (Gambar 10f).
4.2.5. Kesesuaian sumberdaya wisata Waduk Selorejo Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada delapan lokasi. Terdapat 6 lokasi yang sudah terdapat kegiatan wisata (Gambar 11) dan 2 lokasi baru yang ditambahkan berpotensi dikembangkan untuk kegiatan wisata di Waduk Selorejo (Gambar 12). Adapun kegiatan wisata yang dianalisis adalah berperahu, memancing, duduk santai, berkemah dan outbond. Dari masing-masing lokasi diperoleh indeks kesesuaian wisata yang dikelompokkan dalam dua kategori yaitu sangat sesuai dan sesuai (Tabel 11) . Tabel 11. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) di Waduk Selorejo Lokasi
Skor Kesesuaian % Perahu
1 2
Memancing
Duduk Santai
Berkemah
Outbond
80,39 70,37
Kegiatan yang dipilih
Tingkat kategori
Berperahu
S
Memancing
S
3
92,16
79,17
86,11
Duduk santai
SS
4
72,55
93,15
77,78
Berkemah
SS
5
66,67
79,49
86,11
Outbond
SS
6
94,12
72,92
75
Duduk santai
SS
7
72,55
87,50
91,67
Berkemah
SS
8
72,55
77,08
91,67
Outbond
SS
Keterangan: SS: Sangat sesuai S: Sesuai Sumber : Data primer 2010 (diolah)
Lokasi 1 memiliki IKW sebesar 80,39% untuk kegiatan berperahu dengan tingkat kategori sesuai. Terdapat dermaga wisata perahu di tepi waduk serta terdapat kebun jambu yang letaknya ±2 km dari dermaga. Wisata perahu menyediakan rute dermaga-kebun jambu dan rute mengelilingi Taman Wisata Waduk Selorejo. Lokasi 1 memiliki karakteristik warna perairan hijau jernih, tidak berbau, vegetasi yang
48
hidup di tepi waduk diantaranya pohon akasia, pinus, durian dan kedalaman perairan pada lokasi ini ±8 m. Lokasi 2 merupakan lokasi memancing bagi wisatwan. Berdasarkan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) lokasi ini sesuai dengan nilai IKW sebesar 70,37%. Pada lokasi 2 merupakan area memancing bagi wisatawan dengan karakteristik kawasan memiliki kedalaman perairan ±2,5 m. Ikan yang di peroleh 2-3 jenis dan kelimpahan ikan banyak namun tepi waduk di lokasi ini cukup banyak tumbuh tanaman eceng gondok. Lokasi 3 memiliki IKW 92,16% sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai. Areal ini menjadi favorit wisatawan untuk melakukan kegiatan tersebut karena kawasan ini berdekatan dengan mushola dan lokasi memancing. Terdapat beberapa tempat duduk permanen yang disediakan oleh pengelola sehingga wisatawan dapat melepas lelah di lokasi ini dengan duduk santai seusai melaksanakan ibadah di mushola. Parameter yang mendukung kawasan ini diantaranya hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan dan pegunungan, vegetasi yang hidup didominasi akasia dan cemara, serta tidak ditemukan biota berbahaya. Lokasi 4 merupakan areal yang belum dimanfaatkan dengan baik karena tidak dipergunakan untuk kegiatan wisata. Berdasarkan penelitian areal ini memiliki IKW sebesar 93,15% dengan tingkat kategori sangat sesuai untuk kegiatan berkemah. Pengunjung yang datang bersama keluarga dapat mendirikan kemah di kawasan ini untuk menikmati pemandangan Waduk Selorejo. Parameter yang mendukung kawasan ini diantaranya hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan, dan pegunungan, lebar tepi bendungan ≥8 m, vegetasi yang hidup didominasi akasia dan cemara, serta tidak ditemukan biota berbahaya. Lokasi 5 merupakan lokasi yang belum termanfaatkan dengan baik oleh pihak pengelola. Menurut hasil penelitian lokasi ini sangat sesuai untuk kegiatan outbond dengan IKW sebesar 86,11%. Karakteristik lokasi ini adalah hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan dan pegunungan,lebar tepi bendungan ≥8 m, vegetasi yang hidup diantaranya akasia, cemara, dan pohon cherry, serta tidak ditemukan biota berbahaya.
49
Gambar 11. Peta aktual lokasi wisata Waduk Selorejo
Gambar 12. Peta kesesuaian wisata Waduk Selorejo saat ini
Lokasi 6 merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai dengan nilai IKW sebesar 94,12%. Lokasi ini memiliki karakteristik lebar tepi
50
waduk >8 m, hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan dan pegunungan, vegetasi yang hidup didominasi akasia dan cemara, serta tidak ditemukan biota berbahaya. Areal ini dekat dengan cottage area yang dibangun oleh pihak pengelola sebagai fasilitas penginapan. Lokasi 7 adalah kawasan yang dimanfaatkan oleh pengelola sebagai lokasi berkemah. Berdasarkan hasil penelitian, areal ini memiliki nilai IKW sebesar 91,67% dengan tingkat kategori sangat sesuai dengan peruntukkannya. Karakteristik lokasi ini adalah lebar tepi waduk >10 m, hamparan datar berupa rumput, vegetasi yang hidup diantaranya adalah pohon akasia, pemandangan berupa waduk, hutan, dan pegunungan. Lokasi 8 merupakan kawasan yang dimanfaatkan oleh pengelola sebagai lokasi outbond. Berdasarkan hasil penelitian, areal ini memiliki nilai IKW s ebesar 91,67% dengan tingkat kategori sangat sesuai dengan peruntukkannya. Karakteristik lokasi ini adalah lebar tepi waduk >8m, hamparan datar berupa rumput, vegetasi yang hidup diantaranya adalah pohon akasia. Namun, terkadang muncul binatang berbahaya yakni ular.
4.2.6 Daya dukung wisata Waduk Selorejo Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh suatu kawasan terhadap penggunaan sumberdaya alam tanpa mengganggu alam dan manusia. Berdasarkan hasil pengamatan pada obyek wisata Waduk Selorejo ditentukan lima kegiatan wisata yang perlu diketahui daya dukungnya yakni memancing, berperahu, outbond, duduk santai dan berkemah. Penentuan kegiatan wisata ini didasarkan atas kegiatan wisata yang banyak dilakukan oleh wisatawan pada saat berada di Waduk Selorejo. Berdasarkan hasil penelitian, daya dukung kawasan wisata Waduk Selorejo sebesar 1.488 orang/hari (Tabel 12).
51
Tabel 12. Daya Dukung Kawasan wisata Waduk Selorejo
No
Areal
Jenis kegiatan wisata
Potensi ekologis pengunjung (K)
1 2 3 4 5 Total
1 2 3,6 4,7 5,8
Perahu Memancing Duduk santai Berkemah Outbond
6 1 2 2 10
Unit area (Lt)
Luas area yang dapat dimanfaatkan (Lp)
20000 240 16 169 700
101650 3786 5450 1038 5326
Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung (Wp) 0,5 4 2 24 4
Waktu yang disediakan oleh pengelola (Wt) 8 8 8 24 8
Daya dukung kawasan (DDK) 488 32 780 36 152 1488
Sumber data: primer (diolah) Dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan tahun 2009 (lampiran 5)
diketahui bahwa jumlah pengunjung Waduk Selorejo terbanyak terdapat pada Bulan Januari sebesar 35.243 orang. Jumlah tersebut masih memenuhi kapasitas atau daya dukung kawasan waduk yang berjumlah 1488 orang/hari atau sebesar 44.640 orang dalam satu bulan (Gambar 13). Namun, untuk dapat menampung pengunjung dengan kapasitas daya dukung maksimum, perlu dilengkapi fasilitas yang memadai agar kelestarian waduk dapat terjaga seperti penyediaan tempat sampah, perbaikan fasilitas mushola, dan pemeliharaan sumberdaya ikan. Lokasi 1 biasa digunakan untuk kegiatan berperahu. Pada lokasi ini daya dukung kawasan diperoleh sebesar 488 orang/hari. Kegiatan berperahu dapat dilakukan dengan rute bolak-balik kebun jambu atau berperahu mengelilingi daerah wisata. Wisata perahu motor berkapasitas 10-12 orang. Lokasi 2 dapat dilakukan kegiatan memancing dengan daya dukung kawasan sebesar 32 orang/hari. Pada lokasi ini kegiatan memancing terkendala oleh adanya eceng gondok yang tumbuh cukup banyak di pinggir waduk sehingga wisatawan sulit mendapatkan ikan. Kail yang digunakan untuk memancing sering tersangkut di tanaman eceng gondok, sehingga wisatwan perlu menyingkirkan tanaman eceng gondok terlebih dahulu agar dapat leluasa memancing. Lokasi 3 dan 6 merupakan kawasan yang sesuai untuk kegiatan duduk santai dengan daya dukung kawasan sebesar 780 orang/hari. Lokasi ini merupakan kawasan yang disediakan oleh pihak pengelola untuk kegiatan duduk santai, namun keterbatasan fasilitas duduk santai perlu menjadi perhatian bagi pihak pengelola yang disesuaikan dengan daya tampung kawasan. Lokasi 4 dan 7 sesuai untuk kegiatan berkemah
dengan daya dukung
kawasan sebesar 36 orang/hari. Lokasi 7 merupakan kawasan yang sudah
52
dilalokasikan oleh pihak pengelola untuk kegiatan berkemah sedangkan lokasi 4 merupakan lokasi yang belum termanfaatkan untuk kegiatan wisata. Berdasarkan indeks kesesuaian wisata lokasi ini sesuai untuk kegiatan berkemah sehingga dapat menjadi masukan kepada pihak pengelola untuk dapat memanfaatkan sesuai dengan daya dukungnya. Lokasi 5 dan 8 merupakan kawasan untuk outbond dengan daya dukung kawasan sebesar 152 orang/hari. Lokasi 8 merupakan lokasi yang telah disediakan oleh pihak pengelola untuk berkemah. Sedangkan lokasi 5 merupakan area yang potensial untuk digunakan sebagai lokasi berkemah sesuai dengan nilai IKW. Dibawah ini merupakan gambar peta daya dukung wisata Waduk Selorejo.
Gambar 13. Peta daya dukung wisata Waduk Selorejo 4.3. Permasalahan, Dampak Kegiatan Wisata, dan Pengelolaannya 4.3.1. Berkurangnya sumberdaya ikan Ikan mujair, ikan tombro dan ikan wader merupakan menu makanan yang khas apabila berkunjung ke Waduk Selorejo. Ikan-ikan ini merupakan hasil tangkapan nelayan dari waduk. Nelayan biasanya menggunakan jala lempar atau gillnet untuk menangkap ikan. Permasalahanya adalah jala yang digunakan memiliki ukuran mata jaring yang kecil yakni ±1-2 cm sehingga ikan yang tertangkap merupakan ikan-ikan yang tergolong juvenil dan menyebabkan sumberdaya ikan dalam waduk cepat habis. Kondisi demikian mengakibatkan wisatawan yang ingin memancing jarang sekali mendapatkan ikan. Nelayan setempat melakukannya
53
karena permintaan penjual makanan di food center yang menjajakan makanan berupa ikan goreng baby fish. Untuk menanggulangi dampak lingkungan, diperlukan adanya sosialisasi atau penyuluhan dari pihak pengelola kepada nelayan masyarakat sekitar untuk tidak menangkap ikan yang masih tergolong juvenil. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan di Waduk Selorejo. Untuk pedagang makanan ikan khas waduk hendaknya dapat membuat
variasi menu makanan dengan
meminimalisir penyediaan menu ikan goreng yang tergolong masih kecil atau baby fish.
4.3.2. Banyaknya tanaman air Tanaman air yang di jumpai di Waduk Selorejo adalah eceng gondok (Eichornia crassipes). Dari pengamatan di lapangan, luas penutupan eceng gondok mencapai seperempat bagian atau ±25% dari luas perairan yang mencapai 400 ha. Sebagian besar eceng gondok berada di waduk bagian utara yakni daerah yang berdekatan dengan KJA (Keramba Jaring Apung). Tanaman yang tergolong gulma ini tumbuh dengan cepat pada musim hujan sehingga mengganggu nelayan setempat dan kegiatan wisata. Di daerah wisata populasi eceng gondok tumbuh di tepian waduk hingga sepuluh meter ke arah tengah waduk. Luas penutupan di lokasi wisata ±5% dari luas 250ha. Eceng gondok merupakan gulma air yang dapat menghambat produktivitas perairan tawar. Populasi ikan dapat berkurang disebabkan oleh proses eutrofikasi. Penetrasi sinar matahari berkurang karena terhalang oleh eceng gondok sehingga fitoplankton tidak dapat melakukan fotosintesis. Hal ini mengakibatkan produksi O2 dalam air menurun dan ikan-ikan akan mati. Eceng gondok tumbuh di pinggir waduk sampai sepuluh meter ke tengah waduk. Lokasi yang paling banyak ditumbuhi oleh eceng gondok adalah daerah sekitar kebun jambu dan daerah di dekat areal memancing. Hal ini menjadi kendala bagi kegiatan wisata berperahu dan memancing. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik untuk mengurangi dampak negatif dari tanaman eceng gondok. Dari pihak pengelola sudah berusaha memperkerjakan pegawainya untuk membersihkan eceng gondok. Namun, pertumbuhan eceng gondok lebih cepat
54
sehingga bertambahnya eceng gondok tidak dapat dikendalikan. Pengendalian eceng gondok bisa dilakukan dengan cara mengintroduksi ikan pemakan tumbuhan air misalnya ikan koan atau grass crap (Ctenopharyngodon idella). Selain itu juga pengelola dapat memberdayakan masyarakat sekitar agar dapat memanfaatkan eceng gondok menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti kerajinan rumah tangga dan hasilnya dapat dijual sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.
4.3.3. Sedimentasi Sedimentasi merupakan permasalahan dari suatu perairan yang bersifat lentik. Sedimentasi disebabkan oleh dua hal yakni sumber dari perairan itu sendiri dan sumber dari luar perairan. Penyebab sedimentasi yang terdapat di Waduk Selorejo adalah dari luar perairan yakni banyaknya lahan kosong akibat penggundulan hutan atau perubahan fungsi tata guna lahan menjadi perumahan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Perum Jasa Tirta I menunjukkan tingginya sedimentasi di Waduk Selorejo. Waduk Selorejo yang dibangun tahun 1970 awalnya berkapasitas 62,3 juta m3 turun menjadi 44 juta m3 dengan laju sedimen 0,55 juta m3. Pihak pengelola telah melakukan upaya pengendalian sedimentasi yaitu dengan cara pengerukan setahun sekali. Namun, pengerukan ini tidak sebanding dengan laju sedimentasi. Jika musim hujan laju sedimentasi cukup tinggi. Untuk mengefektifkan penanggulangan sedimentasi, sebaiknya pengerukan dilakukan lebih dari satu kali dalam setahun. Selain itu diperlukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi sedimentasi yang terlalu tinggi dengan mencegah adanya pengundulan hutan di daerah sekitar waduk.
4.3.4. Kurangnya fasilitas dan prasarana yang memadai Kurangnya fasilitas dan prasarana yang memadai akan mengurangi kenyamanan pengunjung di dalam suatu kawasan wisata (Gambar 14). Kurangnya fasilitas di kawasan wisata merupakan pendapat mayoritas responden (34%). Kurangnya fasilitas ini diantaranya tempat sampah dan tempat ibadah. Kurangnya tempat sampah berdampak sampah bungkus makanan berserakan di kawasan wisata. Terdapat satu tempat ibadah yang terdapat di dalam kawasan wisata berukuran kecil
55
sehingga tidak dapat menampung banyak wisatawan yang ingin melakukan ibadah sholat.
Gambar 14. Pendapat wisatawan mengenai kekurangan dan fasilitas yang perlu dibenahi Kekurangan yang lain diantaranya jenis wisata terutama untuk anak-anak (33%). Jenis wisata yang ditawarkan di Waduk Selorejo lebih banyak untuk orang dewasa, sedangkan pengunjung biasanya rombongan keluarga yang membawa anakanak sehingga diperlukan lebih banyak taman bermain. Kenyamanan kurang karena sampah (20%), pelayanan kurang ramah (10%) dan lainnya (3%) seperti fasilitas untuk duduk santai yang kurang terawat. Kondisi sarana dan prasaran, fasilitas wisata serta keadaan lingkungan kawasan wisata Waduk Selorejo masih berlu dibenahi. Hal ini dinyatakan oleh sebagian responden (Gambar 14). Menurut responden kondisi Waduk Selorejo yang paling baik adalah keindahan alamnya. Sedangkan hal yang dinilai kurang oleh sebagian besar responden dalam kawasan ini adalah kebersihan lingkungan, tempat sampah, tempat beribadat, dan taman duduk.
56
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Baik
Cukup
Kurang
Tidak tahu
Gambar 15. Pendapat wisatawan terhadap kondisi fasilitas dan lingkungan kawasan Waduk Selorejo Kebersihan kawasan Waduk Selorejo kurang terjaga akibat banyak sampah yang berserakan di pinggir waduk. Hal ini disebabkan fasilitas tempat sampah yang kurang. Tempat sampah banyak yang tidak berfungsi dengan baik karena terisi oleh tanah. Di dalam kawasan wisata tempat ibadah hanya ada satu dengan ukuran yang kecil. Sedangkan tempat duduk-duduk santai kurang terawat sehingga tidak nyaman digunakan. Selebihnya kondisi fasilitas dan lingkungan kawasan seperti aksesibilitas, pelayanan oleh pengelola, keamanan, kenyamanan, keaslian lingkungan, peraturan yang ada, sistem tata ruang, perahu, warung penjualan makanan dan souvenir, toilet dan air bersih dinilai cukup oleh responden.
4.3.5. Kelestarian kawasan Waduk Selorejo Persepsi wisatawan mengenai kelestarian, hambatan menuju kawasan, pengetahuan ekowisata dan kepuasan berwisata di Waduk Selorejo ditunjukkan Gambar 16.
57
Gambar 16. Persepsi wisatawan mengenai hambatan menuju kawasan,kelestarian, ekowisata, dan bewisata di Waduk Selorejo (a,b,c,d) Beberapa hambatan dinyatakan responden seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 16a. Waduk Selorejo terletak di kaki gunung sehingga jalan untuk menuju lokasi banyak terdapat kelokan. Di sepanjang sisi jalan terdapat hutan, lahan pertanian dan sungai besar. Badan jalan yang sempit dan rawan longsor di musim hujan menjadi hambatan utama wisatawan menuju kawasan wisata Waduk Selorejo. Hal ini dinyatakan mayoritas responden (33%). Sebesar 27% responden menyatakan biaya wisata yang mahal dikarenakan biaya banyak dikeluarkan untuk transportasi bagi responden yang berasal dari luar kota. Hambatan yang lain diantaranya tidak ada waktu luang (27%) dan lainnya (10%). Kelestarian alam Waduk Selorejo dinilai wisatawan semakin berkurang. Mayoritas responden (47%) menyatakan kelestarian alam Waduk Selorejo kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan sumberdaya ikan yang semakin sedikit jumlah dan jenisnya sehingga wisatawan yang berwisata memancing sering tidak mendapatkan ikan. Banyaknya sampah yang berserakan juga dinilai wisatawan mengurangi keindahan dan kelestarian alam. Selebihnya, kelestarian alam Waduk Selorejo
58
dinilai baik oleh 46% responden dan dinilai buruk oleh 7% responden (Gambar 16b). Kelestarian kawasan wisata harus didukung oleh berbagai pihak baik dari pengelola, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Pengetahuan mengenai kelestarian yang berkelanjutan hendaknya dimiliki oleh setiap orang. Pengunjung yang paham tentang hal ini akan menjaga kelestarian alam dalam setiap kegiatan wisata. Berdasarkan hasil penelitian, 80% responden wisatawan tidak mengetahui tentang ekowisata dan 20% responden mengetahui tentang ekowisata (Gambar 16c). Namun secara keseluruhan 70% responden menyatakan puas berkunjung ke Waduk Selorejo dan 30% menyatakan tidak puas (Gambar 16d).
4.4. Strategi Pengelolaan Kawasan Wisata Waduk Selorejo Pemanfaatan potensi Waduk Selorejo memerlukan strategi yang tepat agar dapat lestari dan berkelanjutan. Penentuan strategi pengeloaan wisata Waduk Selorejo dilakukan dengan analisis SWOT.
4.4.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Waduk Selorejo a.Kekuatan (Strenght) a1. Kealamian wilayah Sumberdaya alam di sekitar Waduk Selorejo masih alami. Di sekitar waduk terdapat hutan, sawah, sungai serta pemukiman penduduk. Waduk Selorejo merupakan waduk yang dikelilingi oleh perbukitan, Gunung Anjasmoro, Gunung Kelud dan Gunung Kawi sehingga dapat menambah kesejukan udara. Pemandangan yang indah dapat dinikmati sepanjang perjalanan menuju kawasan wisata. Hal inilah yang membuat Waduk Selorejo terlihat masih alami sehingga menjadi kekuatan daya tarik bagi wisatawan. a2. Udara yang sejuk Perbukitan dan tiga gunung yang mengelilingi Waduk Selorejo membuat udara di kawasan wisata sangat sejuk yakni berkisar ±220 C. Selain itu banyaknya pepohonan yang tumbuh di tepi waduk menambah kesejukan kawasan. Sedikit kendaraan yang berlalu lalang di sekitar tempat wisata menjadikan wisatawan
59
nyaman dan tenang berada di wisata waduk ini. Kesejukan udara ini menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menghirup udara bersih dan segar. a3. Letak yang strategis Lokasi wisata Waduk Selorejo dilalu oleh jalur yang menghubungkan Kota Malang ke Kediri, Jombang dan Blitar. Jalur ini memudahkan orang yang ingin menuju kota-kota tersebut dapat singgah terlebih dahulu ke wisata Waduk Selorejo untuk menikmati pemandangan yang indah dan membeli makanan serta cinderamata khas daerah Ngantang. a4. Dikelola Perum Jasa Tirta I Waduk Selorejo merupakan bagian dari Perum Jasa Tirta I yang dikelola oleh divisi Jasa ASA III (Jasa Air dan Sumber Air) dan sub PATA (Pariwisata). Divisi Jasa ASA bertugas untuk mengelola perairan waduk, sedangkan PATA bertugas untuk mengelola kawasan wisata. Dengan adanya pengelola yang terkoordinasi dengan baik diharapkan menjadi kekuatan untuk memanfaatkan waduk secara lestari dan berkelanjutan a5. Daerah penghasil durian khas Ngantang Kecamatan Ngantang memiliki keunikan tersendiri yakni dikenal sebagai daerah penghasil durian bajul. Durian ini memiliki kekhasan kulit buah berwarna jingga dengan ukuran buah durian kecil tetapi memiliki daging buah yang tebal dan manis. Hal ini merupakan kekuatan yang dapat menjadi daya tarik wisatawan.
b. Kelemahan (Weakness) b1. Pengelolaan kebersihan di kawasan wisata kurang baik
Tingkat kebersihan di kawasan Waduk Selorejo masih kurang. Sampah plastik pembungkus makanan berserakan di sekitar waduk. Hal ini mengakibatkan pemandangan kurang indah dilihat. Sampah yang berserakan di sekitar waduk akibat dari kurangnya fasilitas bak sampah yang disediakan oleh pihak pengelola serta kurangnya kesadaran pengunjung untuk menyimpan sampah dan mengumpulkannya untuk dibuang di tempatnya. b2. Menurunnya sumberdaya ikan Menurut Bapak Supriono selaku pegawai Perum Jasa Tirta I Sub Divisi ASA III menjelaskan bahwa pada tahun 2008 perusahaan menebar benih ikan mujair
60
(Oreochromis mossambicus) dan ikan tombro (Cyprinus carpio) sebanyak 100.000 ekor. Tujuan dari restocking (tebar benih) adalah untuk menjaga populasi ikan agar tidak punah selain dilakukan pemantauan kualitas air. Namun, pada saat penelitian ini dilakukan tahun 2010 produksi ikan hasil tangkapan nelayan maupun hasil dari memancing yang dilakukan oleh wisatawan tidak banyak. Wisatawan rata-rata memperoleh 3-5 ekor ikan dengan ukuran ikan yang kecil. Wisatawan mengeluhkan kondisi ini karena jika dibandingkan dengan awal tahun 2000 hasil dari kegiatan memancing yang dilakukan oleh wisatawan dapat mencapai lebih dari 10 ekor ikan. Penurunan hasil tangkapan ini disebabkan oleh alat tangkap yang digunakan oleh nelayan adalah jala lempar dengan ukuran mata jaring yang kecil sehingga banyak ikan yang masih juvenil ikut terjaring. b3. Kurangnya pengelolaan pengendalian gulma eceng gondok Di daerah wisata populasi eceng gondok tumbuh di tepian waduk hingga mencapai sepuluh meter ke arah tengah waduk. Hal ini sangat mengganggu aktivitas wisata perahu karena perahu sulit untuk parkir ke tepi waduk dan aktivitas memancing yang sulit karena kail pancing sering kali tersangkut perakaran eceng gondok. Selain itu, nilai keindahan waduk menjadi berkurang karena tumbuhnya eceng gondok di tengah waduk yang cukup banyak. Gangguan eceng gondok terjadi hampir setiap tahun di saat musim hujan. Aliran air dari sawah-sawah sekitar yang mengalir ke waduk membawa bibit eceng gondok yang jumlahnya terus meningkat. Terdapat lima orang yang bertugas membersihkan eceng gondok. b4. Keamanan wisata kurang di obyek wisata perahu Keamanan wisatawan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh pengelola. Dari data yang diperoleh, kedalaman waduk mencapai 40 m. Kedalaman ini cukup membahayakan bagi wisatawan jika tidak dilengkapi dengan alat pengaman. Dari pengamatan di lapangan, pada obyek wisata perahu, penumpang maupun nahkoda perahu tidak dilengkapi dengan pengaman seperti life jacket. Hal ini harus menjadi perhatian dari pihak pengelola agar dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan ketika wisatawan sedang berperahu. b5. Prasarana di kawasan wisata kurang memadai
Kurangnya fasilitas penunjang di dalam kawasan wisata dapat mengurangi kenyamanan pengunjung. Beberapa fasilitas yang kurang memadai adalah bak
61
sampah dan tempat ibadah. Dari pengamatan yang dilakukan di lapang, ditemukan dua bak sampah permanen yang dapat digunakan untuk membuang sampah dan tiga yang lainnya dalam kondisi rusak. Terdapat satu tempat ibadah berupa mushola di dalam kawasan wisata dengan ukuran 5x4 m. Pada waktu hari libur pengunjung wisata ini cukup banyak. Tetapi, mushola kecil ini tidak dapat menampung banyak orang untuk melakukan ibadah sholat dalam satu waktu. c. Peluang (Opportunities) c1. Keberadaan obyek wisata lain Lokasi wisata Waduk Selorejo berada ±30 km dari Kota Batu. Kota Batu di kenal sebagai Kota Agrowisata. Adanya obyek wisata yang terdapat di Kota Batu merupakan peluang bagi wisata Waduk Selorejo karena kedua obyek wisata ini berbeda. Kota Batu lebih terkenal dengan wisata kebun, bunga, dan buah, sedangakan Waduk Selorejo lebih menonjolkan wisata air sehingga wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu bisa menikmati pula wisata air yang ada di Waduk Selorejo dengan lokasi yang cukup dekat. c2. Pelatihan yang memanfaatkan wisata alam Banyaknya pelatihan dari berbagai instansi yang memanfaatkan wisata alam menjadikan peluang bagi wisata Waduk Selorejo untuk lebih dikenal oleh banyak orang. Di Waduk Selorejo terdapat gedung pertemuan dan lokasi outbond sehingga fasilitas pelatihan dapat dilakukan dalam satu tempat. c3. Aksesibilitas yang mudah Aksesibilitas cukup penting untuk dapat menunjang pengembangan kawasan wisata. Wisatawan akan lebih mudah untuk mencapai lokasi karena didukung oleh sarana seperti alat transportasi yang beroperasi selama 24 jam. Kendaraan umum seperti bis antar kota yang melewati kawasan waduk tesedia dalam waktu 24 jam Selain itu, di sekitar lokasi wisata terdapat pasar, pos polisi dan rumah sakit. c4. Dukungan dari masyarakat sekitar Masyarakat sekitar Waduk Selorejo pada umumnya mendukung adanya wisata Waduk Selorejo. Hal ini dapat mempermudah pengelola untuk dapat mengembangkan kawasan wisata ini. Dengan adanya kawasan wisata ini masyarakat sekitar dapat diberdayakan seperti menjadi karyawan di tempat wisata, membuka usaha warung makan dan membuka usaha kios cinderamata
62
d. Ancaman (Threats) d1. Sedimentasi Sedimentasi menjadi suatu ancaman bagi setiap perairan lentik. Penyebab sedimentasi yang terjadi di Waduk Selorejo adalah penggundulan hutan dan alih fungsi lahan menjadi perumahan. Hal ini yang kemudian menyebabkan erosi yang lumpurnya kemudian masuk ke waduk. d2. Potensi buangan limbah domestik Kecamatan Ngantang merupakan daerah penghasil susu sapi perah. Rata-rata penduduk daerah ini memiliki ternak sapi perah. Kotoran dari sapi ini biasanya dibersihkan dan dibuang ke aliran sungai. Aliran sungai ini akan masuk ke dalam waduk sehingga akan menurunkan kualitas air waduk. Hal ini menyebabkan nilai BOD tinggi sehingga mengancam keberadaan biota ikan di dalam waduk. d3. Potensi bencana alam Bencana alam yakni banjir yang meluap di Sugai Konto dan tanah longsor terjadi pada bulan januari 2010. Hal ini menyebabkan banyaknya lumpur yang masuk ke waduk dan jalan menuju lokasi wisata terputus.
4.4.2 Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal Faktor inetrnal dan eksternal di tentukan terlebih dahulu sebelum dilakukam pembobotan pada faktor-faktor tersebut (Tabel 13 dan 14) Tabel 13. Tingkat kepentingan faktor internal obyek wisata Waduk Selorejo Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5
Faktor Kekuatan (Strengths) Kealamian wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan
Tingkat kepentingan Kekuatan yang sangat besar
Udara yang sejuk ±22⁰C Letak yang stratgis Dikelola Perum Jasa Tirta I Daerah penghasil buah durian khas Ngantang
Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sedang
Faktor Kelemahan (Weakness) Pengelolaan kebersihan di kawasan wisata kurang baik Berkurangnya sumberdaya ikan
Tingkat Kepentingan Kelemahan yang sangat berarti
Kurangnya pengeloaan pengendalian gulma Eceng gondok Keamanan wisatawan kurang di obyek wisata perahu Fasilitas kurang memadai
Kelemahan yang sangat berarti
Kelemahan yang sangat berarti
Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup bararti
63
Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal obyek wisata Waduk Selorejo Simbol
Faktor Peluang (Opportunities)
O1 O2
Keberadaan obyek wisata lain Pelatihan oleh instansi yang memanfaatkan wisata alam Akssibilitas yang mudah Dukungan masyarakat sekitar Faktor Ancaman (Threats) Sedimentasi Potensi buangan limbah domestik Potensi bencana alam
O3 O4 Simbol T1 T2 T3
Tingkat kepentingan Peluang yang tinggi Peluang yang tinggi Peluang yang tinggi Peluang sedang Tingkat kepentingan Ancaman sangat besar Ancaman yang besar Ancaman yang besar
4.4.3. Pembuatan matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT (Tabel 15). Setiap unsur SWOT yang ada saling dihubungkan untuk memperoleh bebarapa alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi(strategi S-T, mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan (strategi W-O), kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi W-T).
4.4.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo dilakukan dengan menjumlahkan skor faktor-faktor yang saling terkait (Tabel 16). Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi.
64
Tabel 15. Matriks SWOT wisata Waduk Selorejo Internal
Kekuatan (S) 1. Kealamian wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan 2. Udara yang sejuk ±220C 3. Letak yang strategis
4. Dikelola BUMN
Eksternal Peluang (O) 1. Keberadaan obyek wisata lain
2. Pelatihan oleh instansi yang memanfaatkan wisata alam 3. Aksesibilitas yang mudah
5. Daerah penghasil buah Durian khas Ngantang Strategi S-O 1. Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo 2.Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar waduk untuk meningkatkan potensi alam dan masyarakat daerah 3. Memperbanyak promosi wisata daerah Malang di berbagai media
4. Dukungan masyarakat sekitar
Ancaman (T) 1.Sedimentasi
Strategi S-T 1. Berkerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mitigasi bencana
2. Potensi buangan limbah domestik 3. potensi bencana alam
2. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah terjadinya sedimentasi 3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik
Kelemahan (W) 1. Pengelolaan kebersihan dikawasan wisata kurang 2. Menurunnya hasil sumberdaya ikan 3.Kurangnya pengelolaan pengendalian gulma Eceng gondok 4.Keamanan wisatawan kurang di obyek wisata perahu 5. Fasilitas kurang memadai Strategi W-O 1. Pihak pengelola membuat standar keamanan untuk wisata perahu 2. Memperbaiki dan menambah fasilitas kebersihan di lingkungan
3. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kelestarian waduk
4 Mengintroduksi ikan pemakan tumbuhan air 5.Memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar untuk dapat memanfaatkan eceng gondok Strategi W-T 1. Mengajak masyarakat sekitar berperan serta menjaga kelestarian sumberdaya alam waduk 2. Pengendalian dampak lingkungan secara pastisipatif
65
Tabel 16. Perangkingan alternatif strategi No 1
2
3
4 5 6
7 8
9 10 11
12
13
Alternatif strategi Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakt sekitar Memperbanyak promosi wisata daerah Malang di berbagai media dan elektronik Pihak pengelola membuat standar keamanan untuk wisata perahu Memperbaiki dan menambah fasilitas kebersihan di lingkungan wisata Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kelestarian waduk Mengintroduksi ikan pemakan tumbuhan air Memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar untuk dapat memanfaatkan eceng gondok Berkerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mitigasi bencana Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah adanya bencana alam Mengajak masyarakat sekitar berperan serta menjaga kelestarian sumberdaya alam waduk Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III dan Jasa Umum
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
S3,S4,O3
1,0520
2
S1,S2,S4,O4
1,3773
1
S4,O1
0,7528
5
W4,O4
0,2953
11
W1,W5,O4
0,4374
9
W1,W2,W3,O4
0,5139
8
W3,O4
0,2953
12
W3,O4
0,2953
13
S4,T1,T2,T3
0,7644
4
S4,T2
0,4156
10
S4,T1,T3
0,5783
7
W2,W3,T2,T3
0,6139
6
W1,W2,W3,W4,W5,T1,T2
0,9048
3
Dari 13 alternatif strategi yang dihasilkan, maka tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan obyek wisata Waduk Selorejo. 1. Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakat sekitar Keberhasilan dalam pengelolaan ekowisata tidak lepas dari kerjasama antara pengelola dan Stakeholders (sektor swasta dan masyarakat) dari level daerah sampai level nasional (Spoule, 1996; Fennel, 1999 in Maryadi 2004). Pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo tidak lepas dari peran pengelola yakni Perum Jasa Tirta I dengan masyarakat sekitar. Dengan adanya kerjasama yang baik dari keduanya maka potensi alam Waduk Selorejo dapat dioptimalkan. Potensi alam Kecamatan
66
Ngantang cukup besar mulai dari bentang alam yang dikelilingi oleh tiga gunung sehingga memberikan panorama yang indah dan kesejukan udara serta tanah yang subur untuk lahan pertanian. Selain itu, daerah ini penghasil buah durian yang khas “Durian Bajul” yang dapat menjadi kekhasan kawasan wisata Waduk Selorejo sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Masyarakat sekitar waduk dapat mengoptimalkan potensi ini untuk meningkatkan pendapatan serta memperkenalkan adanya wisata Waduk Selorejo. Untuk mengatasi masalah eceng gondok, pihak pengelola dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan tangan. Masyarakat diberi pelatihan sebagai pengrajin eceng gondok sehingga dapat mambantu mengurangi masalah tumbuhan air. Hasil dari kerajinan yang telah dibuat oleh masyarakat dapat dijual di lokasi wisata sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Adanya alternatif dalam pengelolaan sumberdaya alam diharapkan agar masyarakat tidak semata-mata bekerja sebagai petani tetapi bisa sebagai pemandu wisata, pengrajin, dengan demikian diharapkan ada peningkatan pendapatan masyarakat. 2.
Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo Kemudahan aksesibilitas hendaknya menjadi perhatian khusus bagi pihak
pengelola agar wisatawan merasa nyaman berada di kawasan wisata. Pihak pengelola dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengadakan transportasi 24 jam menuju kawasan misalnya fasilitas ojek maupun biro perjalanan. Adanya pasar di dekat kawasan lebih diramaikan lagi oleh masyarakat sekitar dengan menjual cinderamata dan komoditas lokal khas daerah ngantang. 3. Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III dan divisi Jasa Umum Pengelolaan Waduk Selorejo di tangani oleh divisi Jasa ASA III (Jasa Air dan Sumber Air) dan subdivisi PATA (Pariwisata) dibawah divisi Jasa Umum I. Untuk kawasan perairan waduk di kelola oleh divisi Jasa ASA III, sedangkan kawasan wisata Selorejo dikelola oleh sub divisi PATA. Untuk mendapatkan pengelolaan secara optimal, perlu dilakukan koordinasi yang baik antara kedua belah pihak misalnya dalam hal menangani masalah pengendalian eceng gondok, pengelolaan kebersihan kawasan wisata, serta pemanfaatan lahan. Hal ini harus dilakukan agar kelestarian kawasan tetap berkelanjutan. Ilyas dan Budihardjo (1995)
67
in Rahmawaty (2002), mengemukaan bahwa bagi suatu perencanaan terpadu, sangat
penting
perlu
dipahami
akan
proses
dan
interaksi
alami
yang
berlangsung, potensi yang tersedia, interaksi antara berbagai kepentingan, agar tidak
menimbulkan
kompetisi
dalam
pemanfaatan,
yang
mengakibatkan
pada benturan yang menjurus pada tidak lestarinya sumberdaya dan menurunnya kondisi sosial ekonomi, serta tidak berlanjutnya pembangunan.
68
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Sumberdaya alam waduk yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata
hendaknya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini bertujuan agar sumberdaya alam tetap lestari dan berkelanjutan. Dari hasil penelitian, berkurangnya sumberdaya ikan dan banyaknya tanaman air kurang mendukung adanya aktivitas kegiatan wisata memancing dan berperahu. Selain itu, tingkat
kebersihan dan
kelestarian kawasan juga kurang yang disebabkan kurangnya pengetahuan wisatawan dan masyarakat sekitar tentang ekowisata. Analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dilakukan di delapan lokasi. Lokasi 1 sesuai untuk kegiatan berperahu, lokasi 2 sesuai untuk kegiatan memancing. lokasi 3 dan 6 sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai, lokasi 4 dan 7 sangat sesuai untuk kegiatan berkemah dan lokasi 5 dan 8 sangat sesuai untuk kegiatan outbond. Jika dibandingkan dengan kondisi nyata kesesuaian kawasan sudah sesuai dengan peruntukkannya kecuali 2 lokasi belum dimanfaatkan oleh pengelola yaitu berkemah di lokasi 4 dan outbond di lokasi 5. Berdasarkan nilai daya dukung kawasan, wisata Waduk Selorejo memiliki daya dukung 1.488 orang/hari. Terdapat tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo, sebagai berikut : 1. Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakat sekitar. 2. Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo 3. Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III (Air dan Sumber Air) dan divisi Jasa umum.
69
5.2.
Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hayati waduk untuk menjaga
tetap
konservasi sumberdaya air dan
berlangsungnya
proses
ekologis,
menjamin kelestarian, pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. 2. Diperlukan perbaikan metode penelitian untuk pengukuran luas area yang sesuai dan daya dukung kawasan untuk keakuratan data penelitian selanjutnya.
70
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A. S. 2009. Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Fandeli, C dan Muchlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta [terhubung berkala]. http://www.osun.org [20 Des 2009] Haryani, G. 2006. Peran dan Fungsi Pusat Penelitian Limnologi LIPI dalam Pengelolaan Perairan Darat di Indonesia. In: Pengelolaan Sumberdaya Perairan Darat Secara Terpadu di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Limnologi 5 September 2006. Jakarta: Pusat Penelitian Limnologi LIPI. http://www.google.com/earth/index.html. [5 April 2011] http://www.jasatirta1.co.id/perusahaan. [25 Juli 2011]
Ilyas, S. 1992. Pedoman Teknis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta Ismail, A. 2007. Penilaian Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Waduk dalam Pembangunan [Thesis]. Bogor Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lee, C.O.,S.E Wang dan C.L. Kuo, 1978, Benthic Makroinvertebrate and Fish as Biological Indicators of Water Quality, with Reference to Community Diversity Index, International Conference On Water Pollution Control In Developing Countries, Bangkok, Thailand. Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung. Maryadi, D. 2003. Peluang Pengembangan Ekowisata di Kawasan Rawa Danau dan Sekitarnya, Kabupaten Serang, Propinsi Banten [Thesis]. Bogor Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Menteri Dalam Negeri. 1990. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Keperiwisataan. [terhubung berkala] http://www.hukumonline.com [20 Des 2009].
71
Nancy, E. P. 2007. Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Lido Kabupeten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology, W.B Saunders Co. Philadlphia. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi: Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. [PJT I] Perum Jasa Tirta I. Bendungan Selorejo. Malang. [PPRI]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Pudjiwaskito, D. I. 2005. Kajian Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata Sumber Air Panas Ciater, Subang, Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pusat Litbang SDA. 2009. Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia.[terhubung berkala]. http://www.osun.org [20 Des 2010]. Rahmawaty. 2002. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Optimal dan Terpadu. [terhubung berkala]. http://www.osun.org [9 Maret 2010]. Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Saptarini, D. P. 2003. Studi Komunitas Fitoplankton di Perairan Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Bandung. Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan: Cetakan Keempat. PT Pradnya Pratama. Jakarta. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yulianda, F. 2010. Konsep Ekowisata Dalam Wisata Bahari dan Wisata Perairan (Suatu Pendekatan Kesesuaian dan Daya Dukung). Draf-1. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
72
LAMPIRAN
73
Lampiran 1. Struktur organisasi Perum Jasa Tirta I
Sumber : www.jasatirta1.go.id
74
Lampiran 2. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data No. 1.
2.
Komponen data
Jenis data
Keadaan umum kawasan wisata Waduk Selorejo a. Sejarah kawasan Primer b. Demografi Sekunder c. Sarana dan prasarana Primer dan sekunder Sumber Daya Alam (SDA) a.Flora (Vegetasi dan tumbuhan air) Primer dan Sekunder
Sumber data
Teknik pengambilan data
Responden Laporan Lapangan dan laporan
Wawancara Studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka
Lapangan dan Laporan
Observasi lapang dan Studi pustaka
b. Fauna (Ikan dan biota air lain)
Primer dan Sekunder
Lapangan, responden dan Laporan
Observasi lapang dan Studi pustaka
Kualitas Air Waduk Selorejo Parameter Fisika a. Suhu
Primer
Lapangan
Observasi lapang
b. Kecerahan c. Warna Parameter Kimia a. DO b. BOD5
Primer Primer
Lapangan Lapangan
Observasi lapang Observasi lapang
Primer Primer
Lapangan Lapangan
Observasi lapang Observasi lapang
Primer Primer Primer Primer
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang
5
c.Total Phosphat d. pH e. Nitrit f. Nitrat Sumber Daya Manusia (SDM) a. Masyarakat b. Pengunjung c. Pihak pengelola Dampak pengelolaan
Primer Primer Primer Primer dan sekunder
6
Isu-isu yang berkembang
Primer dan sekunder
7
Kebijakan pengelolaan
Primer dan sekunder
Responden Responden Responden Responden dan lapangan Responden dan lapangan Responden dan lapangan
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara dan observasi lapang Wawancara dan observasi lapang Wawancara dan observasi lapang
3.
4.
75
Lampiran
3.
PARAMET ER
Temperatur Residu terlarut Residu tersusupensi
pH BOD COD DO Total fosfat sebagai P NO3 sebagai N Nitrit sebagai N
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, tentang PengelolaanKualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air SATUA N KELAS KETERANGAN I II III IV FISIKA Dev dev dev dev Deviasi temperatur dari °C 3 3 3 3 kondisi alamiahnya 100 100 100 100 mg/L 0 0 0 0 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu mg/L 50 50 400 400 tersuspensi ≤5000 mg/L KIMIA Apabila secara alamiah dan rentang waktu tersebut, maka ditentukan mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9 berdasarkan kondisi alamiah mg/L 2 3 6 12 mg/L 10 25 50 100 mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum mg/L
0,2
0,2
1
5
mg/L
10
10
20
20
mg/L
0,0 6
0,0 6
0,0 6
(-)
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2N≤1 mg/L
76
Lampiran 4. Kelimpahan fitoplankton di Waduk Selorejo Kelas 1. Chlorophyceae
2. Cyanophyceae
3. Chrysophyta
4. Bacillariophyta
Spesies
Kelimpahan ind/liter Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3
Characium longipes
578
0
16876
Chlorella sp
0
15734
9858
Closteropsis sp
5487
4678
242
Glocosystus sp
14743
742
3451
Pediastrum simplex
8763
0
754
Scenedesmus sp
18765
40635
9415
Sticoccus sp
0
0
3478
Tribonema sp
4532
6231
0
Anabaenopsis sp
3568
0
0
Calothrix sp
2356
0
0
Coelosphaerium sp
0
0
2456
Dactylococcopis sp
0
3678
321
Oscillatoria sp
0
0
667
Chrysosphaerium sp
0
878
553
Chrysamoeba sp
749
422
3467
Nitzschia sp
4534
788
0
Synedra sp
2143
335
321
0 332
0 544
523 532
Cymbella tumida Batryococcus sp Sumber: Data primer (2010)
77
Lampiran 5. Tabel jumlah kunjungan wisatawan tahun 2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Jumlah Pengunjung 35243 8083 13986 12082 17593 19112 21854 9987 29702 13453 15658 16584 213337
Sumber: Perum Jasa Tirta 1 sub divisi PATA.
78
Lampiran 6. Gambar sarana dan prasarana wisata Waduk Selorejo
a. Loket pembayaran karcis masuk
c. Bak sampah
e. Dermaga perahu
b. Persewaan alat pancing
d. Kamar mandi /toilet
f. Kolam renang
79
Lampiran 7. Gambar delapan lokasi penelitian
80
Lampiran 8. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata berperahu Bobot
Jenis Kegiatan
Lokasi
Berperahu
1
Skor
Parameter a.Kedalaman perairan (m) b. Kecepatan arus (m/s) c. Bau d. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk e. Warna perairan Jumlah IKW (%)
Ni (Bobot x skor)
Skor maks Bobot x skor maks
N maks
5
1
5
3
15
5
3
15
3
15
3
3
9
3
9
3
3
9
3
9
1
3
3
3
3
41 80.39
51
81
Lampiran 9. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata memancing Parameter
Jenis Kegiatan
Areal
Memancing
2
Bobot
Skor
Ni
Skor maks
(Bobot x skor) a.Kelimpahan ikan b.Jenis ikan c.Kedalaman perairan (m) Jumlah IKW (%)
N maks Bobot x skor maks)
5
2
10
3
15
3
2
6
3
9
1
3
3
3
3
19 70.37
27
82
Lampiran 10. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata duduk santai Jenis Kegiatan
Duduk santai
Areal
3
4
5
Duduk santai
6
Parameter
a. Lebar tepi waduk (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi waduk d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi waduk d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran
Bobot
Skor
Ni
Skor maks
N maks
1
2
(Bobot x skor) 2
3
Bobot x skor maks) 3
5
3
15
3
15
5
3
15
3
15
3
2
6
3
9
3
3
9
3
9
1
2
47 92.16 2
3
3
5
2
10
3
15
5
2
10
3
15
3
2
6
3
9
3
3
9
3
9
1
2
37 72.55 2
3
3
5
2
10
3
15
5
2
10
3
15
3
2
6
3
9
3
2
6
3
9
1
3
34 66.67 3
3
3
5
3
15
3
15
5
3
15
3
15
3
2
6
3
9
51
51
51
83
Jenis Kegiatan
Areal
7
8 Duduk santai
Parameter
e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Pemandangan (objek view) c. Vegetasi yang hidup di tepi situ d. Hamparan dataran e. Biota Berbahaya Jumlah IKW (%)
Bobot
Skor
Ni
3
(Bobot x skor) 9
1
2
48 94.12 2
3
3
5
1
5
3
15
5
3
15
3
15
3
3
9
3
9
3
2
6
3
9
1
2
37 72.55 2
3
3
5
1
5
3
15
5
3
15
3
15
3
3
9
3
9
3
2
6
3
9
3
37 72.55
Skor maks
3
N maks Bobot x skor maks) 9 51
51
51
84
Lampiran 11. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata berkemah Jenis Kegiatan
Berkemah
Areal
3
4
Berkemah
5
6
Berkemah
7
Parameter
a. Lebar tepi waduk (m) b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk d. Pemandangan (objek view) Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk d. Pemandangan (objek view) Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk d. Pemandangan (objek view) Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Hamparan dataran c. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk d. Pemandangan (objek view) Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) c. Hamparan dataran
Bobot
Skor
Ni
Skor maks
N maks
5
2
(Bobot x skor) 10
3
Bobot x skor maks) 15
5
2
10
3
15
3
3
9
3
9
3
3
9
3
9
5
3
38 79.17 15
3
15
5
3
15
3
15
3
3
9
3
9
3
2
6
3
9
5
2
45 93.75 10
3
15
5
3
15
3
15
3
2
6
3
9
3
3
9
3
9
5
2
31 79.49 10
3
15
5
2
10
3
15
3
2
6
3
9
3
3
9
3
9
5
3
35 72.92 15
3
15
5
3
15
3
15
48
48
39
48
85
Jenis Kegiatan
Areal
8
Parameter
d. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk b. Pemandangan (objek view) Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) c. Hamparan dataran d. Vegetasi yang hidup di tepi Waduk b. Pemandangan (objek view) Jumlah IKW (%)
Bobot
Skor
Ni
3
2
(Bobot x skor) 6
3
Bobot x skor maks) 9
3
2
6
3
9
5
2
42 87.50 10
3
15
5
3
15
3
15
3
2
6
3
9
3
2
6
3
9
37 77.08
Skor maks
N maks
48
48
86
Lampiran 12. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata outbond Jenis Kegiatan
Outbond
Areal
3
4
5
Outbond
6
Parameter
a. Lebar tepi waduk (m) b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk c. Biota Berbahaya d. Hamparan dataran Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk c. Biota Berbahaya d. Hamparan dataran Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk c. Biota Berbahaya d. Hamparan dataran Jumlah IKW (%) a. Lebar waduk
Bobot
Skor
Ni
5
2
(Bobot x skor) 10
3
(Bobot x skor maks) 15
3
3
9
3
9
3
3
9
3
9
1
3
3
3
3
5
2
31 86.11 10
3
15
3
2
6
3
9
3
3
9
3
9
1
3
3
3
3
5
2
28 77.78 10
3
15
3
3
9
3
9
3
3
9
3
9
1
3
3
3
3
2
31 86.11 10
5
Skor maks
N maks
36
36
36 3
15
87
Jenis Kegiatan
Areal
7
8
Outbond
Parameter
Bobot
Skor
Ni
Skor maks
N maks
3
(Bobot x skor maks) 9
b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk c. Biota Berbahaya d. Hamparan dataran Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk
3
2
(Bobot x skor) 6
3
3
9
3
9
1
2
2
3
3
5
3
27 75.00 15
3
15
3
3
9
3
9
c. Biota Berbahaya d. Hamparan dataran Jumlah IKW (%) a. Lebar tepi waduk (m) b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk c. Biota Berbahaya d. Hamparan dataran Jumlah IKW (%)
3
2
6
3
9
1
3
3
3
3
5
3
33 91.67 15
3
15
3
3
9
3
9
3
2
6
3
9
1
3
3
3
3
33 91.67
36
36
36
88
Lampiran 13. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Waduk Selorejo SIMBOL FAKTOR
S1 S2 S3 S4 S5 w1 w2 w3 w4 W5 TOTAL
S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5 Total Bobot 2 3 1 4 2 2 2 2 3 21 0,11 2 3 3 4 2 2 2 2 3 23 0,13 1 2 2 3 1 1 1 1 2 14 0,08 3 2 1 3 1 1 1 1 1 14 0,08 1 1 1 1 3 3 3 3 2 18 0,10 2 2 3 3 1 2 2 2 3 20 0,11 2 2 3 3 1 2 2 2 3 20 0,11 2 2 3 3 1 2 2 2 3 20 0,11 2 2 3 3 1 2 2 2 3 20 0,11 1 1 2 3 2 1 1 1 1 13 0,07 183 1,00
89
Lampiran 14. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Waduk Selorejo SIMBOL FAKTOR
O1 O2 O3 O4 T1 T2 T3 Total
O1
O2
O3 2
2 2 1 2 1 1
2 1 1 1 1
O4 2 2 1 1 1 1
T1 3 3 3 3 2 2
T2 2 4 4 1 1 2
T3 3 3 3 2 3 2
3 3 3 2 2 2
Total Bobot 15 0,17 17 0,20 17 0,20 8 0,09 12 0,14 8 0,09 9 0,10 86 1,00
90
Lampiran 15. Matriks IFE kawasan wisata Waduk Selorejo Faktor Strategis Internal Kealamian wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan Udara yang sejuk ±22⁰C Letak yang stratgis Dikelola BUMN Daerah penghasil buah durian khas Ngantang (Durian Jingga) Pengelolaan kebersihan di kawasan wisata kurang baik
Bobot
Rating
Skor
0,1148 0,1257 0,0765
4 4 3
0,459 0,5027 0,2295
0,0765
3
0,2295
0,0984
2
0,1967
0,1093
1
0,1093
Berkurangnya sumberdaya ikan
0,1093
1
0,1093
Kurangnya pengeloaan pengendalian gulma Eceng gondok Keamanan wisatawan kurang di obyek wisata perahu
0,1093
1
0,1093
0,1093
1
0,1093
0,071
2
0,1421
Fasilitas kurang memadai
91
Lampiran 16. Matriks EFE kawasan wisata Waduk Selorejo Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Keberadaan obyek wisata lain
0,1744 0,1977 0,1977 0,093 0,1395 0,093 0,1047
Pelatihan oleh instansi yang memanfaatkan wisata alam Akssibilitas yang mudah Dukungan masyarakat sekitar Sedimentasi Potensi buangan limbah domestik Potensi bencana alam
Rating
Skor
3 0,5233 3 0,593 3 0,593 2 0,186 1 0,1395 2 0,186 2 0,2093