EVALUASI HASIL METODE TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) BAGI PECANDU ROKOK
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: PRAPTI ANGGOROWATI 1110054100050
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Srata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah ,Jakarta.
Jakarta, 24 Agustus 2014
Prapti Anggorowati
ABSTRAK Prapti Anggorowati 1110054100050 Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok. Rokok merupakan masalah terbesar di Indonesia. Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim tertulis oleh fatwa MUI rokok haram hukumnya, namun belum ada Undang-undang RI tentang pelarangan merokok. Banyak perokok yang ingin berhenti merokok, namun tidak tahu bagaimana cara berhenti dalam jangka panjang. Berhenti merokok adalah hal paling sulit yang dilakukan oleh orang yang sudah kecanduan rokok. Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) hadir untuk menangani problema masalah fisik maupun psikis salah satunya adalah untuk terapi penyembuhan masalah rokok. SEFT merupakan perpaduan antara ilmu Akupuntur dan Psikologi yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual yang bersifat universal. SEFT berusaha untuk menyembuhkan pasien dengan teknik penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang luar biasa. Atas dasar pemaparan diatas penulis bermaksud meneliti dan melakukan evaluasi hasil metode Terapi SEFT bagi pecandu rokok. Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yakni dalam pemilihan informan penulis memilih 4 klien dengan 2 laki-laki dan 2 perempuan perokok, 3 terapis yang menangani klien, dan 1 pendiri Terapi SEFT. Penulis melakukan pengamatan ketika terapi berlangsung. Untuk teknik wawancara penulis melakukan wawancara kepada informan yang telah penulis tentukan. Penulis juga mengumpulkan dokumen yang bersifat resmi dalam penelitian ini. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok. Tahapan pertama yaitu Set up, tahapan ini klien diminta untuk psrah terhadap penyakit yang diderita. Kedua Tune In yaitu terapis memberikan bayangan nikmatnya rokok, dan terakhir Tapping, yaitu terapis mengetuk bagian titik tubuh klien. Dari evaluasi hasil dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Efisiensi, Efektivitas, dan Dampak. Dalam hal Efisiensi terapi SEFT efisien dalam hal waktu, dari hal Efektifitas Terapi SEFT efektif bagi penyembuhan rokok. Dalam hal dampak penulis membagi kembali 3 bagian yaitu secara fisik, psikis, maupun sosialnya. Dalam hal fisik klien merasa lebih baik setelah tidak merokok. Dalam hal psikis jiwa klien menjadi lebih tenang dan rileks. Dalam kehidupan sosialnya, Orangtua klien senang klien sudah tidak merokok. Dalam lingkungan bermainnya klien tetap diterima dilingkungannya. i
KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirohim
alhamdulillahirobil
‘alamin.
Puji
syukur
senantiasa penulis panjatkan senantiasa kehadirat Allah SWT pemilik segala daya dan upaya, kekuasaannya serta yang telah juga memberikan rahmat hidayahnya kepada hambanya. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurah limpahkan kepada junjungan dan panutan umat manusia Baginda Rasullulah Muhammad SAW yang telah memberikan suri taudalan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa. Penyertaan sholawat diharapkan semoga dapat memberikan safa’at dikemudian hari. Karena tidak terlepas kuasanya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Metode Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok” ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos), pada Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini tidaklah luput dari sumbangsih berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta dekanat.
ii
3. Bapak Ismet Firdaus, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya dan telah sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi. 4. Ibu Siti Napsiyah, MSW sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, 5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial. 6. Segenap Dosen Pengajar pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. 7. Bapak Rakiyo dan Ibu Lestari, selaku kedua Orang Tua penulis yang telah memberikan do’a, semangat, dan kesabaran kepada penulis. 8. Bude dan Pakde, Keluarga penulis yang telah memberikan semangat. 9. Bapak Ahmad Faiz Zainuddin, M.Sc, selaku Pendiri Terapi SEFT. 10. Ibu Rosa Sartika Utami. S.Kom.i, Selaku perwakilan manajemen PT.ALBI, yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian. 11. Para Terapis SEFT yang telah membantu penulis dalam penelitian. 12. Kakak penulis, Ka Erly, Mas Widi, Imam, Ka Yuni, Mas Erwan yang penulis hormati. 13. Arifin, orang yang spesial yang selalu mendukung dan menyemangati penulis. 14. Sahabat dekat penulis Lusi Melani dan Noviyani yang telah setia dalam membantu penulis dalam suka dan duka. 15. Para My Genggongs Fifi, Ika, Pite, Shabrina, Tina, Eky, Putera, lufiarna. 16. Kawan seperjuangan Tanjung Pasir Jehan, Dysa, Udin, Miftah, Fadly, Samsul, Daus.
iii
17. Kawan seperjuangan PSTW Isnan dan Hafiz. 18. Teman-teman Kessos angkatan 2010 yang penulis banggakan. Dan terakhir, 19. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT, memberikan dan melimpahkan rahmat dan karuniaNya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, 24 Agustus 2014 Penulis,
Prapti Anggorowati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................. i KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI. ............................................................................................................ v DAFTAR TABEL.. ............................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang. ............................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ................................................... 9 D. Metodologi Penelitian. ............................................................... 10 E. Pedoman Penulisan Skripsi. ....................................................... 19 F. Tinjauan Pustaka. ....................................................................... 19 G. Sistematika Penulisan. ............................................................... 20
BAB II
LANDASAN TEORI A. Evaluasi. ..................................................................................... 22 1. Pengertian Evaluasi. ............................................................. 22 2. Model Evaluasi..................................................................... 23 3. Kriteria Evaluasi................................................................... 26 4. Manfaat Evaluasi. ................................................................. 26 v
B. Terapi. ........................................................................................ 28 1. Pengertian Terapi. ................................................................ 28 2. Fungsi dan Tujuan. ............................................................... 28 C. Rokok. ........................................................................................ 29 1. Pengertian Rokok. ................................................................ 29 2. Jenis Tembakau. ................................................................... 30 3. Dampak Merokok................................................................. 33 BAB III
PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................ 37 B. Visi Dan Misi. ............................................................................. 38 C. Alamat Perusahaan. ..................................................................... 39 D. Struktur Organisasi. .................................................................... 40 E. Terapi SEFT ................................................................................ 42 F. Alur Pendaftaran Pasien .............................................................. 48 G. Tahapan Terapi SEFT ................................................................. 49 H. Tujuan Terapi SEFT .................................................................... 53 I. Profil Founder. ............................................................................ 54
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Tahapan Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok ................................ 56 B. Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT............................................. 65 1.
Efisiensi ................................................................................. 65
2.
Efektivitas ............................................................................. 66
3.
Dampak ................................................................................. 70 vi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan. ................................................................................ 75 B. Saran. ........................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................. 77 LAMPIRAN. ............................................................................................................ 82
vii
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1. Rancangan Informan. .......................................................... 15
2.
Tabel 2. Struktur Organisasi ............................................................. 40
3.
Tabel 3. Jumlah Karyawan ................................................................ 41
4.
Tabel 4. Alur Pendaftaran Pasien ...................................................... 48
viii
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam masalah sosial. Salah satu masalah sosial yang dekat dengan lingkungan adalah masalah rokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan, karena sebagaimana diketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat beracun yang akan mengganggu kesehatan tubuh kita. Beberapa jam tidak merokok membuat mereka gelisah dan mulut terasa tidak enak sehingga bingung melakukan sesuatu. Kecanduan rokok sudah menjadi masalah serius yang dihadapi dunia. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan atau disingkat P2PL Kementrian Kesehatan atau disingkat Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India, sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah
2
perokok pasif. Persentase perokok di kalangan remaja usia 15-19 tahun sebesar 38,4 persen laki-laki dan 0,9 persen perempuan.1 Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang pertahunnya. Sejauh ini, wabah rokok telah terjadi di Negara-negara maju. Dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari 70 persen kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di Negara berkembang.2 Rokok dibagi menjadi 2 bagian yaitu perokok aktif dan pasif. Perokok pasif menghirup asap rokok yang tersebar disekelilingnya. Perokok pasif tidak kalah berbahayanya dibandingkan dengan perokok aktif karena mereka menghirup aliran samping (sidestream) dan aliran utama (mainstream). Aliran samping adalah asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar, sedangkan aliran utama adalah asap rokok yang telah dihisap oleh perokok lalu kemudian dihembuskan kembali ke udara. Kandungan asap rokok yang tersebar ke udara sangatlah berbahaya. Menurut penelitian ada 4000 senyawa kimia berbahaya yang terdapat pada asap tembakau ini. Asap rokok dalam konsentrasi tinggi dapat lebih beracun yaitu memiliki 2 kali konsentrasi nikotin dan tar, 3 kali jumlah zat karsinogenik, 5 kali kadar karbonmonoksida dan 50 kali jumlah amonia lebih banyak. Menghirup asap rokok orang lain atau menjadi perokok pasif
1
Ayu Rahmaningtyas, “61,4 juta penduduk Indonesia perokok aktif”, artikel diakses pada 10 Januari 2014 dari http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/31/15/744854/61-4-jutapenduduk-indonesia-perokok-aktif 2 Tjandra Yoga Aditama, Tuberkolosis, Rokok, dan Perempuan, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006), h.31.
3
lebih berbahaya tiga kali lipat dibandingkan menghisap rokok sendiri atau perokok aktif. Hal tersebut dikarenakan racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar, karena racun yang dihisap lewat hidung tidak terfilter, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap.3 Saat ini, kecenderungan wanita yang merokok porsinya hampir sama dengan jumlah pria yang merokok. Entah karena stres atau gaya hidup yang tidak benar, perokok wanita setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini berbahaya, karena beberapa penelitian mengungkapkan jika ancaman kesehatan bagi perokok wanita sering lebih besar daripada perokok pria. Salah satunya adalah resiko perokok wanita mengalami kanker paru-paru cenderung 5x lebih besar dibandingkan perokok pria, meskipun kebiasaan merokok mereka berdua sama. Hal ini karena wanita mempunyai hormon estrogen yang dapat memperbesar resiko terkena kanker paru. Cara pandang pola fikir (mindset) seseorang terutama perempuan dapat mempengaruhi perasaan yang sedang dialami dan menghasilkan sebuah tindakan. Ketika seorang berada di sebuah dilema dan kegelisahan maka ia akan mencoba sesuatu yang belum ia pernah lakukan, seperti hal nya merokok. Mindset sendiri memiliki pengertian sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu 3
Tim Dinas Kesehatan, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali Lipat”, artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http://dinkes.pamekasankab.go.id/index.php/berita/199-bahaya-perokok-pasif
4
serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan disetiap tempat dan waktu yang sama.4 Penelitian dari berbagai Negara menunjukan bahwa faktor yang mendorong untuk memulai rokok sangat beragam, baik berupa faktor dari dalam sendiri atau personal, sosio-kultural dan pengaruh lingkungannya. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Dalam iklan-iklan
kebiasaan
merokok
dilambangkan
sebagai
lambang
kematangan, kedewasaan, popularitas, bahkan lambang kecantikan, kehidupan yang sexy serta feminisme. 5 Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 100 produsen rokok, walaupun sebagian besar merupakan produsen berskala kecil. Sebaliknya dari sisi kesehatan, tidak ada sisi positif yang bisa didapatkan dari barang satu ini. Sebatang rokok memiliki 4.000 bahan kimia dalam bentuk partikel dan gas yang bersifat beracun. Diantaranya hydrogen sianida, acetone (penghapus cat), amomia (pembersih lantai), naphthylamine, methanol (bahan bakar roket), butane (bahan pembuat korek api), cadmium (salah satu bahan aki mobil). Dari ribuan kandungan zat pada rokok itu, tiga kandungan yang paling bahaya adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.6
4
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Bandung: Gita Print, 2009), h.123. Tjandra Yoga Aditama, Rokok dan Kesehatan, (UI-Press, 1997), h.54. 6 Kompas, “Soal Jumlah Perokok Semakin Meningkat” artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http://www.kompas.com/kompas-read/xml/06145/jumlahperokok/06243.html. 5
5
Gambar 1. Rokok dan Kandungannya
Sumber: Internet Kemenkes. 2012 Dari gambar diatas adalah kandungan yang ada di dalam sebatang rokok. Racun yang paling penting adalah Tar, Nikotin, dan Monoksida yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti jantung, liver, kanker, stroke, impotensi, keguguran dan masih banyak lagi penyakit mematikan lainnya.7 Rokok sendiri adalah bagian dari NAPZA golongan Adiktif, yang bersifat ketergantungan (ketagihan). Peraturan pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan pasal 1 yaitu, Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam
7
mengendalikan
penggunaannya,
memberi
prioritas
pada
Nusantaraku, “Kandungan Rokok Yang Sangat Mematikan”, artikel diakses pada 10 Januari 2014 dari http://depkes.go.id/site/smokinggokills/kandungan-zat-berbahaya-dalam-rokok/
6
penggunaan bahan tersebut daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.8 Dalam hal penanganan rokok sebenarnya pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk pengendalian tembakau salah satunya yaitu mengeluarkan Peraturan Pemerintah atau disingkat PP No. 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun kemudian diperlunak menjadi PP No. 19/2003.9 Untuk saat ini undang-undang di Indonesia khusus untuk pelarangan merokok belum ada, tentu cukup sulit untuk melakukan pelarangan terhadap perokok tersebut, namun terdapat fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa rokok hukumnya haram karena banyak mudharat (tidak bermanfaat).10 Hal tersebut dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 bahwa kerugian dari merokok itu sendiri. Q.S Al-Baqarah: 195 yang berbunyi :
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di Jalan Allah, dan janganlah
kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam
8
Tim Depkes, “PP tentang pelarangan merokok” artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/InfoTerkini_PP109_2012_Tentang_Tembakau.pdf 9 “PP No. 81/1999 tentang pengamanan Rokok Bagi Kesehatan diperlunak menjadi PP 19/2003”, Republika 31 Mei 2013, h.2. 10 Kemenag, “Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram” artikel diakses pada 12 Februari 2014 dari http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81811www.metrotvnews.com
7
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik”. (Qs. Al-Baqarah, ayat 195).11
Dari ayat diatas dijelaskan janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat diatas adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri kedalam kebinasaan karena di dalam tiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di dalam buku mengenai Penyalahgunaan NAZA Prof. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater menjelaskan bagi mereka yang sudah kecanduan tembakau (rokok) bila pemakaian diberhentikan akan timbul sindrom putus tembakau atau ketagihan dan ketergantungan dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Ketagihan tembakau 2. Mudah tersinggung dan marah 3. Cemas dan gelisah 4. Tidak dapat diam, tidak tenang 5. Nyeri kepala 6. Mengantuk 7. Gangguan pencernaan.12
11 12
h.62-63.
Alquran Al Baqarah ayat 159 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, (Jakarta: FKUI, 2006)
8
Berangkat dari itu semua maka perlu dicarikan solusi atau pemecahan masalah bagi pecandu rokok. Cara pemecahan solusi untuk berhenti merokok merupakan hal yang tidak mudah. Dalam keadaan marah energi dalam tubuh kita menjadi tidak seimbang dan relaksasi cukup membantu dalam menyeimbangkannya kembali. Relaksasi mampu membawa klien ke dalam kondisi yang tenang dan nyaman, menekan rasa tegang dengan cara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning & penghilangan. Hal ini sesuai dengan tata cara yang harus dilakukan dalam terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yakni: khusu’ (yakin), ikhlas dan pasrah (syukur). Spiritual yang dimaksud di dalam SEFT adalah menambahkan kekuatan do’a yang disertai keihklasan dan kepasrahan untuk memperkuat efek terapi. Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah terapi SEFT. Terapi SEFT adalah tehnik yang menggabungkan antara sistem kerja energi psikology dan spiritual dengan penggabungan 15 teknik psikoterapi yang diyakini dapat membantu menyembuhkan permasalahan fisik dan emosi. Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik membahas metode terapi SEFT, yang didirikan oleh Founder Ahmad Faiz Zainuddin, yang telah melakukan banyak penyembuhan terhadap beragai macam penyakit termasuk pecandu rokok, dengan judul “Evaluasi Hasil Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok”.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
9
1. Pembatasan Masalah Topik dalam penelitian ini adalah “Evalusi Hasil Metode Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok”. Agar pembahasan ini lebih terarah dalam mencapai sasaran maka penulis memberikan batasan penelitian pada penyembuhan untuk pecandu rokok yang dilakukan dengan terapi SEFT. Berbicara tentang penyembuhan dengan terapi SEFT, tentulah berpengaruh sangat banyak. Dalam hal ini penulis hanya membatasi tahapan terapi seft bagi pecandu rokok dan evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi pecandu rokok. Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar lebih terfokus pada masalah yang diteliti, karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana penelitian.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian tentang “Evaluasi Hasil Metode Terapi SEFT Bagi Pecandu Rokok”: 1. Bagaimana tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok? 2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari pengobatan terapi SEFT bagi pecandu rokok?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, antara lain:
10
1. Untuk mengetahui tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok. 2. Untuk mengetahui evaluasi hasil yang dicapai terapi SEFT bagi pecandu rokok. 2.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan
memberikan manfaat dari berbagai pihak. a.
Manfaat Akademik Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis mengenai pengobatan Terapi SEFT dalam kasus merokok.
b. Manfaat Praktis 1. Memberikan masukan kepada para terapis dalam melayani klien pecandu rokok. 2. Menjadi bahan rekomendasi bagi lembaga sosial ataupun non sosial yang memiliki perhatian terhadap klien perokok yang sulit disembuhkan.
D.
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan
11
sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan yang
diteliti. 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan suatu kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bemakna dilapangan.13 Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengutamakan segi kualitas data, teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain terdiri atas berbagai teknik pengamatan yang mendalam.14 Menurut Bogdan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati.15 Sedangkan menurut Anselm Strauss penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lainnya dari pengukuran.16
13
Burhan Bugin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 39. 14 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiolog, (Jakarta; Gak Ekonomi UI, 2000) Edisi ke 2, h. 252. 15 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30. 16 H.M Djunaidi Ghani, Dasar-Dasar Penilitian Kualitatif. Prosedur. Tehnik dan Teori Ground , (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001) cet 1, h 11.
12
Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap didapatkannya hasil penelitan yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya. 2. Jenis Penelitian Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.17
3. Waktu dan Tempat Penelitian a. Tempat Penelitian Terapi SEFT berada di bawah wewenang PT. Armina Logos Berjaya International (ALBI) yang beralamat di Jl. Salemba Raya No. 5, Gedung Menara Salemba Lt.7, Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan oleh terapis SEFT yang menangani pecandu rokok secara individual. b. Waktu penelitian Penulis melakukan pra penelitian pada tanggal 29 Desember 2013 – 31 Januari 2014. Dilanjutkan dengan penelitian di lapangangan pada tanggal 01 April 2014 – 24 Juni 2014. 4. Teknik Pengumpulan Data 17
Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kalitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 28, h. 11.
13
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.18 Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : a.
Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. 19 Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh penulis. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan penulis melalui penggunaan panca indera. Penelitan dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati metode tersebut berlangsung.
b. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu
dilakukan oleh pewawancara yag mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu.20 Wawancara
digunakan
untuk
mengumpulkan
pendapat,
persepsi, perasaan, pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang dengan tujuan memperoleh informasi. Penulis melakukan wawancara langsung dengan beberapa Terapis dan klien yang diterapi.
h.10.
18
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: ALFABETA, 2005),
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.174. Ibid, h.186.
20
14
c. Dokumentasi Dokumen menurut Guba dan Lincoln dalam bukunya Lexy J Moleong mendifinisikan dokumen sebagai bahan tertulis ataupun film yang dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik.21 Dalam dokumentasi ini penulis dapat memperoleh data-data tertulis melalui arsip-arsip, foto-foto kegiatan, catatan serta buku yang memiliki keterkaitan dengan terapi SEFT.
5. Teknik Pemilihan Informan Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, tehnik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini penulis berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat memasukan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana penulis mencari informasi.22 Dalam hal pemilihan informan penulis mengambil 4 klien yaitu; 2 laki-laki dan 2 perempuan perokok yang melakukan pengobatan terapi SEFT. Penulis memilih 4 informan tersebut berdasarkan perbedaan propesi dan penyebab merokok yang berbeda. Hal ini akan menjadi perbandingan penulis dalam menelaah evaluasi hasil program Terapi SEFT dalam penyembuhan kasus merokok. Penulis juga mengambil 3 terapis yang menangani klien untuk triangulasi data. Dan terakhir peneliti 21 22
h.100.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.216. Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003), cet.1,
15
mengambil 1 informan yaitu pendiri Terapi SEFT untuk mengetahui penemuan metode Terapi SEFT. Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih subyeksubyek penelitian diantaranya: Tabel 1. Rancangan Informan No.
Informan
Jumlah
Pertanyaan yang Diajukan
1.
Founder
1 orang
Sejarah penemuan metode terapi SEFT
2.
Terapis
3 Orang
Pelaksanaan metode terapi SEFT
3.
Klien
4 Orang
Pengaruh
setelah
melakukan terapi SEFT Sumber: Data Primer 6. Sumber Data Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian, yaitu : a.
Data Primer Data primer adalah data penulis yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh
16
penulis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.23 Jadi data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber, sehingga penulis terlibat langsung. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari founder, terapis, dan klien. b.
Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan dari bahan bacaan.24 Data ini merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya. Dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
7. Teknik Analisis Data Setelah data lapangan terkumpul, hasil penelitian tersebut diolah dan dianalisis dengan teknik deskriptif analisis secara kompeherensif dan mendalam sesuai dengan data dan informasi dari hasil wawancara kemudian dipadukan dengan catatan lapangan yang dibuat oleh penulis pada saat penelitian berlangsung, kemudian mengkelompokkan data-data yang ada, yaitu dengan menggunakan data yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit tentang evaluasi program metode terapi SEFT dalam kasus merokok. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif.
23
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h.24. 24 Nasution, Metode Research: Penelitian ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) Cet. 12. H.143.
17
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Reduksi data, yaitu dimana penulis mencoba memilih data yang relevan dengan evaluasi program metode terapi SEFT bagi pecandu rokok.
b.
Penyajian data, setelah data mengenai data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
c.
Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
8. Keabsahan Data Di dalam buku penelitian kualitatif Burhan Bugin mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu karena; (1) Subjektifitas penulis merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat penulis yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mendukung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol dalam observasi patisipatif, (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.25
25
Burhan Bugin, Penelitian Kuantitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Social Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009)
18
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kali ini pendekatannya lebih kepada triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.26 Denzin (1979) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitiatif (Patton 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan: a.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan metode terapi SEFT yang dilakukan oleh Terapis untuk pecandu rokok perempuan dengan Terapis Laki-laki untuk pecandu rokok lakilaki. b.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang pendidikan tinggi, menengah, atau orang pemerintahan. Misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Terapis Zulfahmi Yasir dengan Terapis Hilda Nur Fadilah. c.
Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Misalkan dalam hal ini penulis membandingkan dengan kumpulan media cetak maupun elektronik 26
Molelong, Metode Penelitian Kualitatif, h.330.
19
berupa brosur, leflet, buku terapi SEFT dan internet, sehingga akan menghasilkan keabsahan data yang akurat dan disajikan dalam penelitian ini.
E.
Pedoman Penulisan Skripsi Untuk mempermudah teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
F.
Tinjauan Pustaka Penelitian ini disusun dan dianalisa berdasarkan beberapa buku dan internet yang menjelaskan teori-teori tentang judul yang penulis ingin bahas, serta data-data yang ditemukan dilapangan. Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, penulis kemukakan suatu tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripi-skripsi sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka penulis menemukan skripsi yang hampir sama dengan penulis buat, tetapi dari berbagai segi berbeda, lebih lanjut akan peneliti paparkan dibawah sebagai berikut :
Nama
: Siti Izzatul Yazidah
NIM
: 107054102584
20
Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Dakwah
dan
Ilmu
Komunikasi,
Program Studi Kesejahteraan Sosial Judul Skripsi
: Terapi Ilahiyah Bagi Korban Napza di Pondok
Pesantren
Kampung
Hikmah
Kadongdong
Syahadah Kabupaten
Tangerang
Dalam skripsi ini Siti Izzatul Yasidah membahas mengenai terapi ilahiyah untuk korban NAPZA di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah, Kadongdong, Tangerang. Disini penulis melihat bahwa metode yang dipakai untuk pengobatan korban NAPZA dengan menggunakan pendeketan yang bersifat religius hampir sama dengan penulis, hanya berbeda pada teknik terapi, sasaran dan tempat penelitiannya.
G.
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas 5 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut: BAB I :
Pendahuluan Dalam bab ini penulis membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
21
BAB II :
Landasan Teori Dalam bab ini penulis membahas mengenai Definisi Evaluasi, Jenis Jenis Evaluasi, Manfaat Evaluasi, Definisi Terapi, Tujuan dan Manfaat Terapi serta pengertian rokok dan efek merokok.
BAB III :
Profil Lembaga Dalam bab ini penulis membahas mengenai Profil Perusahaan, Visi dan Misi, Tujuan, Alamat Perusahaan, Struktur Organisasi, Terapi SEFT, Tahapan Terapi SEFT, Profil Founder.
BAB IV :
Temuan dan Analisis. Dalam bab ini penulis membahas mengenai temuan dan analisis yang akan dijelaskan.
BAB V:
PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
22
BAB II LANDASAN TEORI Dalam Bab ini penulis akan membahas mengenai evaluasi hasil metode terapi seft yang menjadi bahasan penting dimana didalamnya meliputi: evaluasi yang dibagi menjadi kedalam beberapa pembahasan: Pengertian Evaluasi, Model evaluasi, Kriteria Evaluasi, serta manfaat dan kegunaan evaluasi. Penulis juga akan menjelaskan mengenai Terapi; yaitu pengertian terapi, fungsi dan tujuan terapi serta penjelasan mengenai rokok. A.
Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi Evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai. Sedangkan berdasarkan pengertiannya, evaluasi adalah mengkritisi suatu layanan atau program dengan melihat kekurangan atau kelebihan pada konteks input, proses, ataupun hasil.1 Hal yang sama juga dikatakan Suharsimi Arikunto bahwa, evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program atau layanan. Dengan demikian penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan terlaksankan program tersebut.2
1
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah,: Dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Desember 2006) h. 124. 2 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998). Cet. Ke-1, h.8.
23
Mengevaluasi berarti “menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan, jumlah, derajad atau keadaan, seorang pengevaluasi berusaha memberi jawaban atas suatu program pembangunan atau suatu aktivitas serta kebutuhan para pengambil keputusan dari program atau aktivitas tersebut.3 Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, yaitu evaluasi yang dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, penduduk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi, atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi kebutuhan suatu layanan, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.4
2. Model evaluasi Dalam kaitan dengan kegiatan evaluasi, biasanya dikaitkan dengan jenis-jenis evaluasi yang akan digunakan. Pieterzk, Ramler, Renner, Ford, dan Gilbert (1990:12) mengemukakan tiga tipe evaluasi, yaitu evaluasi input (inputs), evaluasi proses (process), dan evaluasi hasil (outcomes). Pembagian
3
Mochtar Buchori, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), H. 68-69. 4 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta), h.4.
24
ini dilakukan atas dasar kronoligis perjalanan sebuah kegiatan. Ketiga jenis penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:5 a).Evaluasi Input Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (3) variable utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf, dan program. Dari ketiga unsur diatas penulis uraikan sebagai berikut: a. Peserta program (klien), meliputi : usia, jenjang pendidikan, dan latar belakang keluarga. b. Pelaksanaan (staf), meliputi : aspek demografi, seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman propesi. c. Program, meliputi : cara pelaksanaan program, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. b). Evaluasi proses Evaluasi proses menurut Pieterzek, dkk (1990;14 dan 111-116) adalah memfokuskan diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan. (objektif program). Dalam evaluasi ini yang dinilai adalah perjalanan operasi lembaga dan kualitas layanan yang diberikan. Tipe evaluasi ini diawali
5
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001) h.128.
25
dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti; kebijakan lembaga, tujuan process (process goals) dan kepuasan klien. c). Evaluasi Hasil Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan tercapai (overall impact) dari suatu pelayanan terhadap penerima layanan.6 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada dampak keseluruhan dari suatu pelayanan terhadap pasien yang menjadi penerima layanan ketika layanan telah selesai. Pertanyaan yang utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah; bila suatu layanan telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu layanan. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program. (programme oriented) ataupun pada terjadinya perubahan klien (client oriented). 7 Pertanyaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini adalah : 1. Apakah tujuan pelayanan klien tercapai pada tingkat yang sesuai dengan yang diharapkan? 6
Isbandi ,Pengembangan dan Intervensi Komunitas, h.129. Ibid h.129.
7
26
2. Apakah pelayanan menghasilkan perubahan pada penerima layanan? Jenis evaluasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi hasil. Dalam hal evaluasi hasil penulis akan menjelaskan hasil dari metode terapi SEFT bagi pecandu rokok.
3. Kriteria Evaluasi Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan. Indikator yang penulis ambil menurut Feurstin di dalam buku Isbandi Rukminto Adi8 yaitu: 1. Indikator Efisiensi Dalam indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan berguna. 2. Indikator Dampak Indikator ini melihat apakah sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan suatu perubahan pada penerima layanan.9 3. Indikator Evektifitas Dalam indikator ini membahas mengenai hubungan antara hasil output dengan outcomes.10
8
Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas”, h.130. 9 Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Komunitas”, h.130-132 10 Nurul Hidayati, S.Ag, M.pd,“Evaluasi Program” (Fidkom: 2008), h.63.
Intervensi
27
4. Manfaat dan kegunaan Evaluasi Menurut Feurstin ada sepuluh manfaat dan kegunaan evaluasi yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi antara lain: a. Pencapaian, guna apa yang sudah dicapai b. Mengukur kemajuan, Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek program c. Meningkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen yang lebih baik d. Mengidentifikasi
kekurangan
dan
kelebihan,
agar
dapat
memeprkuat program itu sendiri. e. Melihat apakah usaha yang sudah dilakukan secara efektif. f. Biaya dan manfaat (cost benefit) melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable). g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik. h. Berbagai pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik. i. Meningkatkan keefektifkan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
28
j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyakarat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.11
B.
Terapi 1. Pengertian terapi Terapi diambil dari kata Yunani yaitu therapia yang berarti penyembuhan.12 Terapi menurut bahasa Inggris yang asal katanya ialah “therapy yang berarti terapi, pengobatan. Sedangkan menurut bahasa Arab terapi sepadan dengan kata “Syafa- Yasyfi- Syifaan, yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.”13 Psikoterapi berasal dari bahasa yunani yaitu pshyco (jiwa) dan therapia (penyembuhan). Psikoterapi secara harafiah berarti menyembuhkan pikiran atau jiwa. Secara umum arti psikoterapi dapat diartikan sebagai penyembuhan pikiran melalui metode-meode psikologis yang diterapkan oleh praktisi yang terlatih dan bersertifikat.14
11
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan,Pengembangan Masyarkat dan Komunitas , (Jakarta:FEUI) , h. 127. 12 Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta: Pustaka Belajar , 2011), h.2. 13 “Pelayanan Terapi, Rumah Lentera Hati”, artikel diakses pada 25 Maret 2014 dari http://www.slbn-sragen.sch.id/unit-unit/terapi 14 Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, (Jakarta: Pustaka Belajar , 2011), h.2.
29
2. Fungsi dan Tujuan Terapi Terapi sendiri mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut : 1. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar 2. Mengurangi tekanan emosional 3. Mengembangkan potensi klien 4. Mengubah kebiasaan 5. Memodifikasi struktur kognisi 6. Memperoleh pengetahuan tentang diri 7. Mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
&
hubungan
interpersonal 8. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan 9. Mengubah kondisi fisik 10. Mengubah kesadaran diri. 11. Mengubah lingkungan sosial.15
C.
Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
15
Purwandari, Buku Pegangan Kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2003, h.39, artikel dapat di download di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf
30
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.16 Rokok merupakan bagian dari NAPZA golongan zat adiktif. Menurut Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 Pasal 1 ayat 1 Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku,kognitif, dan fenomena fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut
daripada kegiatan lain, meningkatnya toleransi
dan dapat
menyebabkan keadaan gejala putus zat.17 Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.18 Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, secara jelas menyatakan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung
16
Lawrence M.tierney,dkk, Diagnosis dan Terapi Kedokteran, penerjemah Abdul Gofir, (Jakarta; Salemba Medika, 2002) h. 7. 17
“Peraturan Pemerintah RI” No. 109 tahun 2012 TENTANG PENGAMANAN BAHAN YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU BAGI KESEHATAN” fffartikel diakses pada 28 April 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/InfoTerkini_PP109_2012_Tentang_Tembakau.pdf 18
Lawrence M.tierney, Diagnosis dan terapi kedokteran, (Jakarta: Salemba Medika, 2002) penerjemah Abdul Gofir, h.8.
31
zat adiktif ( yang meliputi tembakau & produk yang mengandung tembakau ) harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan. Selain itu, setiap orang yang memproduksi dan atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Dalam UU itu juga mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok guna melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok.19 2. Jenis Tembakau 1. Flue-curred tobacco Flue curred tobacco lebih dikenal sebagia tembakau Virginia yang dikembangkan di North Carolina pada pertengahan abad ke 19. Daun tembakau jenis ini berwarna terang, dan merupakan tembakau yang dipakai dalam conventional british cigarrret. Juga meupakan komponen utama dalam American Blend brand. Tembakau jenis ini mengandung kadar gula tinggi (15-24 %). Daun tembakau ini dikeringkan dalam barak gelap sehingga berkurangnya kelembabpan dapat diatur.Pemanasan dilakukan dengan menggunakan bahan bakar kayu. 2. Light Air-cured Tobacco Daun tembakau yang berwarna pirang ini berasal dari Ohio.Tembakau jenis ini mengandung banyak gula (ditambahkan dari luar karena mudah menyerap gula).Tembakau ini dikeringkan dalam barak yang
19
“UU RI nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan” artikel diakses pada 28 April 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf
32
rindang dengan ventilasi yang baik tanpa bantuan pemanasan dari luar. Tembakau jenis ini banyak digunakan dengan cara dikunyah, sebagai salah satu campuran tembakau yang diiisap dengan pipa, dan dalam American blend cigarret. 3. Marryland Tobacco Tembakau yang diproduksi di Negara bagian Maryyland dan secara terbatas di Italia ini termasuk light air-cured tobacco.Tembakau jenis ini mengandung sedikit nikotin dan mempunyai aroma yang netral, serta dapat dibakar sampai habis dan tidak menyisakan abu. 4. Dark tobacco Tembakau jenis ini mirip dengan tembakau yang dipakai orang Indian.Dark Tobacco tergolong air-cured tobacco yang mengalami fermentasi sehingga kadar gulanya rendah, serta asapnya bersifat alkalis. Tembakau jenis ini banyak digunakan sebagai lapisan luar dan isi cerutu, sebagai tembakau yang dikunyah dan yang dihisap dengan menggunakan pipa, serta dalam rokok Prancis dan Spanyol.Juga banyak digunakan dalam bidi di India dan rokok kretek di Indonesia. 5. Oriental Tobacco Tembakau oriental ini dibudidayakan di Turki dan Eropa Tenggara pada abad ke 16. Proses pengeringannya adalah dengan sinar matahari, serta dibiarkan mengalami fermentasi selama disimpan. Aroma yang khas berasal dari getah yang dihasilkan oleh trikoma pada permukaan
33
daun tembakau jenis ini. Karena aromanya ini, tembakau jenis oriental tetap dipakai dalam American blend cigarette. 6. Rokok kretek Rokok kretek atau rokok cengkeh mulai dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20. Cengkeh mengandung eugenol, suatu anestesi lokal, yang dpaat mengurangi perasaan tidak enak di tenggorokan akibat asap rokok.20
3. Dampak merokok a. Perokok Pasif Perokok
pasif
berpotensi
terkena
berbagai
macam
penyakit,
diantaranya :
Resiko kanker paru-paru
Resiko penyakit asma
Resiko infeksi telinga
Perokok pasif pada ibu hamil berdampak pada janin dapat mengakibatkan :
20
Berat badan bayi baru lahir rendah
Kelahiran bayi premature
Memperparah asma dan alergi pada bayi
Satya Joewana, M.D., Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Penyalahgunaan Napza, (Jakarta; Buku Kedokteran EGC, 2005), edisi ke 2, h.184-186.
34
Syndrom kematian bayi mendadak
Perokok pasif pada anak-anak dapat mengakibatkan :
Asma
Infeksi paru-paru
Peningkatan resiko berkembangnya tuberkolosis jika terpapar carrier
Alergi
kesulitan belajar dan sulit konsentrasi
Terhambatnya perkembangan otak dan efek perilaku karena terganggunya sistem syaraf.
Peningkatan kerusakan gigi
Memperbesar peluang penyakit bronchitis
Memperbesar resiko kematian dan kerusakan organ tubuh
Hanya 30 menit terpapar perokok pasif dapat mempengaruhi bagaimana pembuluh darah mengatur aliran darah, untuk tingkat yang sama dengan yang terlihat pada orang yang merokok. Eksposur jangka panjang untuk perokok pasif dapat menyebabkan perkembangan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).21 b. Perokok Aktif
21
Tim Dinkes, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali lipat” artikel diakses pada 20 Maret 2014 dari http://dinkes.pamekasankab.go.id/index.php/berita/199-bahaya-perokok-pasif
35
Menurut Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, merokok dalam jumlah banyak atau aktif dari segi kesehatan dapat menyebabkan: 1. Kanker Paru-Paru Dari banyaknya kasus kanker paru-paru diketahui 90 persen disebabkan oleh rokok, hal tersebut karena rokok masuk dengan cara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat yang ada pada asap rokok tersebut bisa merangsang sel dalam paru-patu untuk tumbuh secara tidak normal. Dan diperkirakan bahwa 1 dari 10 perokok sedan dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal karena kanker paru-paru. 2. Kanker Payudara Merokok tidak hanya menjadi kebiasaan para pria, banyak dari wanita juga yang memang memiliki kebiasaan merokok.Bahaya Merokok bagi wanita sendiri sangat negatif karena bisa mengakibatkan kanker payudara. 3. Penyakit Jantung Jantung akan bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah karena asap rokok mengandung nikotin. Lalu kandungan karbon moniksida yang ada pada asap rokok pun bisa membuat jantung memompa darah lebih banyak lagi, hasilnya tentu akan terkena serangan jantung. Bahkan sebagian besat akan berdampak pada penyakit jantung koroner dan juga diabetes melitus.
36
4. Impotensi Merokok juga bisa meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%.Hal tersebut bisa terjadi karena rokok bsia merusak pembuluh darah, dan nikotin yang ada pada rokok bisa mempersempit arteri hingga akiran darah terganggu. Jika seseorang sudah mengalami masalah impotensi maka hal tersebut bisa menjadi peringatan dini karena rokok juga bisa merusak organ lain dalam tubuh.22 Bahaya akibat merokok juga dijelaskan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTC.Untuk wanita yang tengah mengandung, merokok bisa menyebabkan keguguran, berat badan janin berkuran, bayi akan mengalami gangguan pernafasan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi, dan bisa terjangkit penyakit telinga dan masih banyak dampak merokok yang berbahaya lainnya baik bagi kesehatan pria dan juga wanita.23
22
“Menkes Ungkap Dampak Rokok Terhadap Kesehatan dan Ekonomi” artikel diakses pada 27 April 2014 dari http://www.kemkes.go.id/index.php?vw=2&id=NW.201406020002 23 Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI “Rokok Membunuh Lima Juta Orang Setiap Tahun” artikel diakses pada 27 April 2014 dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2051
37
BAB III PROFIL PERUSAHAAN
A.
Sejarah Singkat PT. Armina Logos Berjaya International PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI) didirikan oleh Bpk. H. Umyung Mustika SE, Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin S.Psi. M,sc, Ibu Hj. Ir Darneli Guril, dan dipimpin oleh Bpk. H. Hamid A., SE, CPA. Bpk. H.Umyung Mustika SE adalah Presiden Direktur PT. KANZ Berjaya International (KBI) yang telah terbukti berhasil memberikan dukungan manajemen dan pemasaran pada PT. Arminareka Perdana dan PT. Armina Utama sukses dalam memberikan kemudahan kepada Ummat Islam untuk menunaikan ibadah Haji dan Umrah, melalui KANZ Support System. Awalnya Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin, S. Psi. M.sc adalah Master Trainer dan penulis buku Healing, success, happiness, greatness yang juga penemu Terapi SEFT menggratiskan terapi pada setiap kegiatan, namun yang terjadi banyak sekali permasalahan yang dialami. Akhirnya beliau bersama Bpk. Umyung Mustika SE mendirikan PT. Armina Logos Berjaya Internasional pada tahun 2010, yang dikhususkan untuk program training SEFT dengan dikeluarkan tarif sesuai perusahaan tetapkan.1 PT.
Armina
Logos
Berjaya
Internasional
(ALBI)
adalah
perusahaan yang bergerak pada bidang training provider. Training yang dikelola ALBI mencakup bidang healing, success, happiness, greatness 1
Brosur ALBI terbaru Januari 2014
38
yang meliputi semua dimensi holistik manusia, yakni: spiritual, emotional, intelectual, social, and physic. Orientasi kedepan ALBI & Co tidak hanya bergerak dalam bidang bisnis namun menjadi motor penggerak bagi gerakan sosial bagi bangsa Indonesia menuju pada kehidupan yang lebih baik sesuai visi dan misi ALBI.2
B.
Visi dan Misi Perusahaan Visi : 1. Membangun peradaban LOGOS. LOGOS adalah singkatan dari loving God, blessing others and personal excellent. LOGOS adalah visi, mindset, karakter, dan action dari seseorang untuk selalu mengabdikan hidupnya (ibadah) untuk mencintai Tuhan, menjadi berkah/memberikan manfaat bagi sesama dan selalu memperbaiki diri terus menerus. 2. Membawa Indonesia bebas dari kemiskinan dan penderitaan (free on pain and poverty) pada tahun 2020. Misi : 1. Mewujudkan LOGOS Village. LOGOS Village adalah sebuah project mewujudkan kehidupan manusia yang terintegrasi mulai dari sekolah, perumahan, perkantoran, supermarket, dan semua infrastruktur pendukungnya mulai dari sabang sampai merauke yang dihuni oleh mayoritas orang-orang yang berhati LOGOS. 2
Brosur Albi terbaru Januari 2014
39
2. Melahirkan 5 (lima) juta orang berhati LOGOS berkantong BOSS. Kalimat berhati LOGOS berkantong BOSS adalah jargon kita untuk membawa Indonesia bebas dari kemiskinan dan penderitaan pada tahun 2020. Berhati LOGOS artinya adalah hati yang selalu mengabdikan hidupnya (ibadah) untuk mencintai Tuhan, menjadi berkah/memberikan manfaat bagi sesama dan selalu memperbaiki diri terus menerus. Sedangkan berkantong BOSS adalah target minimal penghasilan penduduk Indonesia Rp. 5.000.000,- per bulan (berdasarkan pada tingkat inflasi tahun 2012).3 C.
Alamat Perusahaan Nama Perusahaan
: PT. Armina Logos Berjaya Internasional (ALBI)
Kantor direksi
: Gedung Menara Salemba Lt. VII, Jl. Salemba Raya No. 5 Jakarta Pusat
Telepon
: (021) 3984 2428
Faximile
: (021) 3984 2427
Email
:
[email protected]
Website
: www.klikalbi.com4
3 4
Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014 “Informasi ALBI” Artikel diakses pada 10 April 2014 dari http://klikalbi.com/contactus
40
D.
Struktur Organisasi Perusahaan Tabel 2. Struktur Perusahaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Annual General Meeting (AGM)
Hj. Ir Darneli Guril, Subaebasni, Heru Syam
Dewan Direksi
Dewan Komisaris
Board of Dorector (BOD)
Board Of Comisioner (BOC
H. Ahmad Faiz
Hj. Ir Darneli Guril
Zainuddin S.Psi. M,sc, H. Umyung Mustika SE, Harmanto General Manager (GM)
. H. Hamid A., SE, CPA
IT System Manager Syamsul Hidayat
Bussines Developmen t Manager
Event & Training Manager Maria Ulfah
Accounting Manager Dahlia Rahma
Finance Manager
Registration Activation Manager Agni Suryadi P
AP System Manager
41
Jumlah Karyawan dan Deskripsi Pengembangan Kompetensinya a. Karyawan berdasarkan Golongan/ Jabatan Realisasi tenaga kerja sampai dengan 31 Desember 2013. Tabel 3. Jumlah karyawan No.
Uraian
1.
Komisaris
Tahun/ Year 2012 2013 3 3
2.
Direksi
3
3
3
3.
1
1
1
4.
General Manager Manager
5
7
7
5.
Supervisor
15
19
19
6.
Staff
58
62
68
7.
Kontrak
5
2
4
90
97
97
TOTAL
Description 2014 3
b. Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Karyawan Uraian Traning
Healing & Succes SOP & KPI Service Excellent
Tahun/year 2012
Tahun/ Year 2013
Number Of Trainee 30
Investasi (Rp) 105.000.000
Number Of Trainee 38
Investasi (Rp) 133.000.000
4 50
40.000.000 75.000.000
3 45
30.000.000 67.500.000
5
5
Dokumen Pribadi Perusahaan
42
E.
Terapi SEFT Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan perpaduan
antara
ilmu
Akupuntur
dan
Energy
Psikologi
yaitu
memanfaatkan sistem energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi, dan perilaku yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual. Dalam hal spiritual yang dimaksud adalah SEFT percaya semua kesembuhan berasal dari Tuhan-nya ataas kepercayaan agama masingmasing dari kekuatan do‟a. Tehnik SEFT ini digagas pertama kali dan terus menerus dikembangkan oleh seorang putera Indonesia sekaligus didaftarkan sebagai karya intelektual dan karya anak bangsa yaitu H. Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, M.Sc. SEFT adalah teknik pemberdayaan diri yang menggabungkan 15 macam teknik terapi (termasuk kekuatan spiritual) yang diproses oleh Ahmad Faiz Zainuddin sehingga menghasilkan sintesa sebuah teknik pemberdayaan diri yang sederhana tetapi efektif untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik dan emosi (seperti sakit kepala berkepanjangan, nyeri punggung, asma, alergi, mudah capek, hingga penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi dan lainnya seperti; emosi, trauma, depresi, kecanduan rokok, phobia, stress, insomnia, malas, bosan, gugup, galau, cemas, tidak percaya diri, maksimalkan potensi dan kekuatan yang ada dalam diri setiap individu, meningkatkan kinerja untuk mencapai peak performance, membersihkan emosi negatif untuk meraih kedamaian hati dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain secara cepat, mudah dan universal.
43
Teknik ini dapat dikatakan berhasil, karena SEFT merupakan penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang efektif. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainudin selaku pendidiri SEFT; “SEFT ini gabungan dari 15 macam teknik psikoterapi yang ada, mulai dari terapi Gestald, EMDR, NLP, sistematis, pshycoanalisa, logo terapy, sedhona, ercksonian, provocative, suggestion, creative visual, relakasasi meditasi, energy, powerfull, loving kidness sudah 15 saya sebutkan tadi kita coba jadi 1 teknik terapi, walaupun sedikit saya masukan.”6 Tehnik SEFT menggabungkan 15 macam teknik terapi yang sudah dikenal luas di dunia, berikut penggabungannya: 1. NLP (Neuro Linguistic Programming) Neouro Linguistic Programming adalah cara kerja terapi yang sistematik. Artinya kita melihat orang sabagai sebuah sistem dalam sebuah sistem. Menurut teorinya NLP ingin menyelidik tentang bagaimana kompleksnya seseorang.7 Dalam peroses terapi NLP pada saat kita melakukan „set up’, kita telah melakukan proses reframing dan anchoring yang biasa dilakukan di NLP. Pada saat seseorang melakukan tapping, itu berarti orang tersebut sedang melakukan proses breaking the pattern.
6
Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014 Stephen Palmer, “Konseling dan Psikoterapi” diterjemahkan dari Intoduction To Counsleing and Psychotherapy, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2011) h.277. 7
44
2. Systematic desensitization Pada saat kita melakukan tapping pada orang yang mengidap phobia, trauma, kecemasan, dan berbagai masalah psikologis lainnya maka dalam SEFT kita sekaligus melakukan proses systemic desensitization. Ketika terapi berlangsung kita membuat yang awalnya klien sangat sensitive dapat tidak menjadi sensitive kembali. 3. Pshycoanalisa Terapi psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund Feud. Terapi Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis daripada dengan cara-cara fisik.8 Ketika kita berusaha menemukan akar masalah (finding the core issues) dari keluhan fisik, SEFT menggunakan teknik psikoanalisa. Psikoanalisa berasumsi bahwa apapun yang kita rasakan saat ini sebenarnya berasal dari segala hal yang kita alami dimasa lalu. 4. Logotherapy Dengan keikhlasan, kepasrahan, dan rasa syukur pada saat melakukan SEFT, kita telah memberikan makna spiritual atas penderitaan yang kita rasakan (meaning in suffering). Hal ini menurut Victor E. Frankl (founder logotherapy) membuat kita mampu bertahan dalam kondisi apapun. Kenyataannya dalam
8
Stephen Palmer, Konseling dan Psikoterapi, h.14.
45
SEFT sikap ikhlas, pasrah, dan rasa syukur tersebut diucapkan ketika terapi berlangsung. 5. EMDR Pada bagian akhir dari proses SEFTing, kita akan melakukan beberapa gerakan mata (nine gamut procedure). Kemampuan kita melakukan kendali atas gerakan mata ini berpengaruh pada kemampuan kita mengendalikan emosi kita. Proses SEFTing selain berfungsi melepaskan hambatan-hambatan emosi, juga melatih kita untuk memiliki kendali penuh atas kondisi emosi kita. 6. Sedona Methode Dalam Sedona Methode, proses melepaskan segala penyakit disebut
sebagai
letting
go.
Satu
kondisi
yang
akan
mempercepat proses penyembuhan baik luka fisik maupun emosi. Dalam SEFT sikap ikhlas dan pasrah yang dilatih terus menerus akan menghasilkan kemampuan menerima dan melepaskan segalanya dengan nyaman dan bahagia (let go, let God). 7. Ericksonian Hypnosis Dalam proses SEFTing, kita melakukan hypnosis ringan diri (mild hypnosis) dalam bentuk sugesti diri dan afrimasi dengan menggunakan pilihan kata yang memiliki efek hypnosis (hypnotic word). Proses ini juga digunakan dalam hypnosis aliran Ericksonian.
46
8. Provocative Therapy Terapi provocative juga digunakan dalam proses SEFTing, saat “indidvidu” dipaksa masuk kedalam kondisi yang paling tidak menyenangkan,
paling
menyakitkan.
Pada
masa
itulah
dilakukan ketukan (tapping), sehingga keluhan pasien menjadi hilang. 9. Suggestion and affirmation Dalam proses SEFTing, dan Deep SEFT kita banyak melakukan pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri (suggestion and affirmation) kondisi akan menciptakan harapan dan rasa optimis yang terprogram dalam alam bawah sadar kita. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses penyembuhan indidvidu tersebut. 10. Creative visualization Teknik ini menstimulasikan titik-titik akupuntur di tubuh. Teknik
ini
kesejahteraan,
mengubah prestasi,
kondisi dan
lain
fisik
kita
(kesehatan,
sebagainya)
dengan
menugubah kondisi pikiran kita. Proses tapping yang dilakukan pada titik-titik akupuntur di sepanjang jalur energy meridian akan menetralisir gangguan sistem energy tubuh. 11. Relaxation and meditation Dalam perkembangannya meditasi menjadi praktek yang sangat umum untuk dipraktekan. Menjadi salah satu teknik penyembuhan fisik maupun psikis. Metode menghilangkan
47
stress sangat popular serta bahan riset yang menarik.hingga saat ini, terdapat lebih dari 500 riset mutakhir yang mempelajari efektivitas meditasi dalam penyembuhan berbagai penyakit (termasuk kanker, jantung, dan penyakit kronis lain), mengatasi berbagai gangguan emosi. Dalam prakteknya SEFT menggunakan teknik simple meditation juga. Satu praktek yang tidak ditemukan dalam EFT versi Original. Saaft kita melakukan SEFT, kita dianjurkan melakukan dalam kondisi meditative (Yakin, Khusu, Ikhlas, pasrah dan syukur). Dengan begitu efek SEFT akan terasa lebih efektif. 12. Gestald therapy Terapi Gestalt adalah pendekatan eksistensial atau humanistic pada konseling dan psikoterapi yang telah digunakan selama lebih dari 50 tahun.9 Dalam proses SEFTing, kita banyak melakukan pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri. Kondisi ini akan menciptakan harapan dan rasa optimis yang terprogram dalam alam bawah sadar kita. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses penyembuhan indidvidu tersebut. 13. Energy pshycology Proses tapping yang dilakukan pada acupoints di sepanjang jalur energy meridian akan menetralisir gangguan sistem energy tubuh.
9
Stephen Palmer, Konseling dan Psikoterapi, h.147.
48
14. Powerfull prayer Kondisi yang sangat dianjurkan dalam proses tapping adalah indidvidu diminita untuk yakin, khusyu, ikhlas, pasrah, dan bersyukur. 15. Loving-kindness Therapy Prof. Decher Keltner dari University California Berkley dalam bukunya, Born to be Good, menjelaskan berbagai penelitian ilmiah yang menyimpulkan bahwa cinta kasih dan kebaikan akan menyembuhkan kita dan menyembuhkan orang yang kita kasihi. Saat melakukan SEFTing, energy cinta kasih dan kebaikan hati sang SEFTer akan membantu kesembuhan kliennya.10
F.
Alur Pendaftaran Pasien Terapi Tabel 4. Alur Pendaftaran Pasien
Calon Pasien/ Klien
menghubungi perusahaan/ menghubungi terapis terdekat
Mendaftar
Proses Terapi
Melakukan Evaluasi Terhadap Pasien yang diterapi 10
Ahmad Faiz Zainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 100.
49
G.
Tahapan Terapi SEFT a.
The Set UP The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir
“Psyhcological
Reversal”
atau
“Perlawanan
Psikologis” (biasanya berupa pikiran negative spontan atau keyakinan bawah sadar negative). Contoh Psychological Reversal ini diantaranya: Saya tidak dapat berhenti merokok Saya tidak dapat bicara di depan public Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang Dari contoh uraian psychological Reversal diatas, jika keyakinan atau pikiran negative diatas terjadi makan inilah obatnya: “Ya.. Allah meskipun saya… (keluhan penyakit), saya ikhlas, menerima sakit/ masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya” Hal ini diperoleh dari wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainudin selaku pendiri terapi SEFT: “Kata-kata The Set-Up Words maksutnya yaitu beberapa kata yang perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological Reversal keyakinan dan pikiran negatif. Dalam bahasa religiousnya, the Set-Up words adalah doa kepasrahan kita pada Tuhan kita menurut kepercayaan masingmasing sambil mengucapkan Ya.. Allah atau Ya Tuhan meskipun saya… sebutkan keluhan penyakit, saya ikhlas, menerima sakit/
50
masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya. The Set-Up itu sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu‟, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita , tepatnya di bagian Sore Spot yaitu daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian Karate Chop”11. b.
The Tune-in Tune in adalah keadaan dimana terapis akan memberikan suatu bayangan kepada pasien mengenai penyakit yang sedang ia derita. Klien akan memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin di hilangkan sehingga akan terjadi reaksi negative seperti menangis, marah, sedih. Hal ini diperoleh dari wawancara penulis dengan pendiri Terapi SEFT Bpk. Ahmad Faiz Zainudin: “Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya pasrah… yaa Allah..” kemudian untuk masalah emosi, kita melakukan Tune-In dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif seperti marah, sedih, takut, hati dan mulut kita mengatakan, “Yaa Allah.. saya ikhlas…. Saya pasrah…” Bersamaan dengan Tune-In ini kita melakukan langkah ke 3 yaitu tapping. Pada proses inilah Tune-In yang dibarengi tapping kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik”.12
c.
The Tapping Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh sambil melakukan Tune-In. titik-
11 12
Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014 Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014
51
titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika di ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang klien rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Berikut adalah titik-titik tersebut: Cr = Crown, Pada titik dibagian atas kepala EB = Eye Brow, Pada titik permulaan alis mata SE = Side of the Eye, Di atas tulang disamping mata UE = Under the Eye, 2 cm dibawah kelopak mata UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir CB = Collar Bone, Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama UA = Under the Arm, Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita) BN = Bellow Nipple, 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara IH = Inside of Hand, Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan OH = Outside of Hand, Di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan Th = Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku
52
IF = Index Finger, Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari) MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) RF = Ring Finger, Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate GS = Gamut Spot, Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainuddin: “Titiknya itu ada 18 pertama dari atas bagian kepalanya, bagian alisnya, disamping matanya, dibawah kelopak mata, Tepat dibawah hidung, dibawah bagian bibir dan dagu, di antara tulang dada dan rusuk, dibawah ketiak, dibawah dada atau puting, di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian jempol samping luar bawah kuku telapak tangan, kemudian jari telunjuk di samping luar dibawah kuku telapak tangan, jari manis di samping luar bagian bawah kuku, jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku, kemudian samping telapak tangan di kelingking, terakhir diantara jari manis dan kelingking”.13
13
Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014
53
H.
Tujuan Terapi SEFT Tujuan Terapi SEFT yaitu: 1. Untuk mengatasi masalah fisik dan emosi (seperti sakit kepala berkepanjangan, nyeri punggung, asma, alergi, mudah capek, hingga penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi dan lainnya; emosi : trauma, depresi, kecanduan rokok, phobia, stress, insomia, malas, bosan gugup, galau, cemas, tidak percaya diri dan lainnya). 2. Memaksimalkan potensi dan kekuatan
yang ada dalam diri setiap
individu. 3. Meningkatkan
kinerja
untuk
mencapai
peak
performance,
membersihkan sampah-sampah emosi untuk meraih kedamaian hati dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain secara cepat, mudah & universal.14
I.
Profil Founder Bpk. H. Ahmad Faiz Zainuddin, S.psi, M.sc, pria kelahiran Surabaya, 12 Januari 1977 adalah pendiri (founder) Terapi Spritiual Emotional Freedom Technique atau biasa disebut SEFT dan juga penulis buku best seller, “SEFT for Healing, Succes, Happines, and Greatness”. Beliau merupakan lulusan sarjana Psikology Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan study S2 nya di Universitas Tech
14
Ahmad FaizZainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 72
54
Malaysia, dan juga melakukan study di Technopreneurship and Inovation di Nanyang Tech University di Negara Singapore.15 Beliau amat prihatin akan keadaan penyakit yang terjadi di Indonesia. Awal dari itulah kprihatinan beliau ingin mencarikan teknik terapi yang sesuai dan cocok untuk masyarakat Indonesia. Akhirnya beliau memutuskan belajar mengenai berbagai macam terapi selama 6 tahun, dengan menghabiskan milyaran rupiah. Beliau belajar langsung dari pendiri Emotional Freedom Technique, yaitu Garry Craig (USA) mengenai terapi psikologis. Kemudian beliau juga belajar dengan pendiri Bodymind Integration yaitu John Hartung di Amerika. Kemudian dengan Steve Wells dari Australia, serta ketua Asosiasi Energy Pshycology wilayah Asia-pasifik, Joseph Guan (Singapore), Pakar Psycho Energetic Aura Technology (PEAT), dan Carol Saito (Italy). Setelah sekian tahun mempelajari berbagai macam teknik terapi, beliau menggabungkan semua macam teknik terapi. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan Bpk. Ahmad Faiz Zainuddin: “yaa walaupun sedikit teknik dari segalam macam terapi, tapi semuanya ada di SEFT ini”16. Beliau merasa semua macam tekniknya itu benar namun permasalahn akan selalu terus ada jika tidak ada tambahan nilai spriritual dari masing masing klien. Akhirnya beliau dirikanlah Spritual Emotional 15
Ahmad FaizZainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 229. 16 Wawancara pribadi dengan bpk. Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014.
55
Freedom Technique. Dimana selain penyakit psikologis yang di derita klien, klien juga harus yakin dengan adanya keyakinan agama masingmasing, dengan rasa khusyu, pasrah, ikhlas agar dapat mencintai Tuhannya. Beliau mendapatkan 2 penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas terapi inovatifnya dalam mengatasi kecanduan rokok untuk 1400 pelajar dan kecanduan Narkoba untuk 500 Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Tahun 2008 mendapatkan penghargaan sebagai alumni berprestasi dari Universitas Airlangga. Mengikuti berbagai short course dalam bidang “HR Emprowment & Innovation di Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Australia, China, India, USA (Silicon Valley, Stanfor University, University Of California Berkley, University Of Washington, UCLA) dan Kanada di University Of Britsih Columbia.17
17
Ahmad FaizZainuddin, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, (Jakarta: Afzan Publishing) h. 229.
56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Berdasarkan hasil temuan data diperoleh suatu informasi tentang tahapan terapi SEFT yang dilakukan oleh seorang terapis terhadap pecandu rokok sebagai upaya peningkatan penyembuhan dari setiap klien. Dalam bab ini penulis akan menganalisis tahapan dan evaluasi hasil yang dilakukan terapis pada setiap klien pecandu rokok.
A.
Tahapan Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok Dalam bagian ini penulis ingin menjelaskan mengenai tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok beserta gambaran kasus merokok, menurut hasil temuan yang penulis temui berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dengan klien; a. Klien SA Nama
: Santi Widiastuti
Umur
: 20 tahun
Alamat
: Bojong Rawa Lumbu, bekasi timur.
Pekerjaan
: Part time Pizza Hut delivery
Pendidikan
: SMA Al-Muhajirin Bekasi.
Ayah
: (alm) Bambang
Ibu
: Badriah M
Anak ke
: 1 dari 1 bersaudara
Status
: belum menikah
57
Klien SA (perempuan) umur 20 tahun, anak ke 1 dari 1 bersaudara pasangan (alm) bapak Bambang dan Ibu Badriah. Klien SA tinggal di daerah Bekasi dan bekerja parttime di salah satu restaurant di Bekasi. Klien SA merokok sejak kelas 5 SD. Klien SA merokok karena kesepian dan kurang perhatian dari orang tuanya. Orang tua klien juga sering bertengkar sehingga membuat klien sering menangis dan frustasi. Klien SA melampiaskan dengan merokok. Hal ini diperoleh dari pengakuan klien dengan penulis berdasarkan hasil wawancara: “Saya coba ngerokok itu waktu kelas 5 SD sama sepupu saya, jadi saya ini punya kakak tapinya kakak tiri, ibu saya dulunya punya anak 2, bapak saya juga punya anak dari isterinya yang dulu ada 3, nah saya ini hasil pernikahan ibu dan bapak saya. Kakak tiri saya semuanya udah pada nikah dan gak tinggal disini, Ibu sama bapak saya dagang dan pulangnya seminggu sekali. Ibu sama bapak juga sering berantem, bikin pusing, ngerokok aja tapi sekarang bapak udah meninggal, agak sedih tambah sepi”.1 Selama merokok klien SA sering sesak ketika bangun tidur, namun klien belum pernah mengecek mengenai riwayat kesehatannya. Hal ini diperoleh dari pengakuan klien; “Belom pernah ngecek sih kesehataannya, cuma kalo bangun tidur aja suka sesek nafasnya”.2 Klien SA memutuskan untuk mengikuti Terapi SEFT yang diadakan di daerah Bekasi. Tahapan terapi SEFT pada klien SA dimulai dari tahapan Set up. Pada tahapan ini klien SA diminta untuk menceritakan permasalahan yang dialaminya dan memasrahkan apa yang sedang klien SA derita. Hal ini diperoleh dari wawancara terapis:
1
Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014
58
“Saya suruh mengikuti perkataan saya “Ya Allah walaupun saat ini saya ingin sekali merokok tapi saya ingin berhenti demi kesehatan saya, keluarga saya. Saya ikhlas menerima rasa ini, ridho ini, dan saya pasrahkan kesembuhan saya kepadaMu” kata-kata itu diulang hingga 3 kali”3 Setelah tahapan Set up dilanjutkan ke tahapan Tune in. Dalam tahapan ini klien diberi sebuah sugesti bagaimana nikmat sebuah rokok. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis. “Lalu yang kedua Tune In, saya suruh Santi membayangkan pada saat merokok apa dia enak dan menikmati rokoknya, dibayangkan semakin rasanya tuh merokok, lalu dicoba disuruh menghisap rokoknya dan saya tanyakan masih enak atau udah berubah”. Kemudian dilanjutkan tahapan akhir yaitu Tapping. Pada saat bersamaan dengan tune in, klien SA dilakukakn tapping, yaitu proses mengetuk bagian bagian tubuh tertentu klien oleh terapis. Dari hasil proses putaran pertama tahapan terapi SEFT, klien langsung merasakan perubahan dari efek terapi, yaitu rokok menjadi pahit. Hal ini diperoleh dari wawancara penulis dengan terapis. “Lalu saya lanjutkan kembali yang ketiga, di tapping sambil menghisap rokoknya, memakai 9 titik juga dari atas bagian kepalanya, alisnya bagian kanan, disamping matanya bagian kanan, dibawah kelopak mata bagian kanan, Tepat dibawah hidung, dibawah bagian bibir dan dagu, dagian tulang dada bagian kanan, kemudian di bawah ketiak bagian kanan, dan dibawah dada bagian kanan. Setelah itu saya tanyakan ada perubahan atau tidak, ternyata pahit dan mual” Setelah proses terapi klien SA putaran pertama selasai, dilanjutkan proses putaran kedua untuk memaksimalkan terapi, agar klien benar-benar tidak ingin merokok.
3
Wawancara pribadi dengan Terapis Hilda, Bekasi, 23 Juni 2014.
59
b. Klien N Nama
: Nurhanani
Umur
: 21 tahun
Alamat
: Pangkalan jati baru, cinere, Depok
Pekerjaan
: Mahasiswi
Pendidikan
: SMA
Ayah
: Muhammad Ali
Ibu
: Euis Siti Murtasih
Anak ke
:7
Status
: Belum menikah
Klien N (perempuan) umur 21 tahun, anak ke 7 dari 8 bersaudara pasangan Bpk. Muhammad Ali dan Euis Siti Murtasih. Klien N tinggal di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan. Klien N kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Klien N merokok sejak kelas 5 SD. Klien menjadi perokok aktif ketika klien duduk bangku SMP. Klien N merokok karena awalnya penasaran melihat iklan rokok, melihat orang – orang merokok, dan juga Ayah klien merokok. Hal ini diperoleh dari wawancara klien kepada penulis: “Saya ngerokok karena iseng aja waktu pas SD kelas 5 pengen tahu, ngeliat orang ngerokok, penasaran aja gitu, terusnya juga Ayah saya ngerokok, makanya jadi tambah penasaran, udah gitu awalnya nyoba ko ternyata saya langsung gampang gt ngerokok, biasanya orang kan batukbatuk, ini saya engga, yaudah lanjut aja dari situ”.4
4
Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014.
60
Klien N mencoba merokok dan akhirnya menjadi kecanduan. Klien N juga terkena penyakit paru – paru ketika SMP, Klien di rawat di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. “Iya waktu SMP kena paru-paru, terus dirawat di rumah sakit seminggu. Terusnya terakhir kambuh lagi paru – paru nya pas SMA dirawat seminggu juga”.5 Klien N memutuskan untuk melakukan terapi pada dirinya agar berhenti merokok. Pada saat terapi klien N penulis melihat langsung ketika klien N di terapi. Pada tanggal
30 April 2014 penulis juga melihat
langsung berjalannya terapi klien Nani. Pada saat itu klien Nani bertemu untuk kedua kalinya dengan terapis Hana. Terapis Hana sudah datang terlebih dahulu di taman kampus UIN Jakarta sekitar pukul 13.15. Kemudian klien Nani datang pukul 13.30. Klien Nani mengenakan pakaian berwarna putih, celana jeans, jilbab biru. Penulis melihat terapis berjabat tangan dengan pasien, kemudian mereka berbincang. Terapis memulai terapinya dengan meminta klien melepas jam tangan , gelang, dan hp klien. Setelah itu sekitar pukul 13.40 terapis memulai terapinya dengan tahapan Terapi SEFT. Saat itu raut wajah klien agak pucat, kemudian gerak tubuh klien santai sambil menghisap rokok sesuai petunjuk terapis, kemudian klien diketuk kepalanya, setelah itu merokok kembali, raut wajah klien berubah pucat, kemudian klien meneteskan air mata. Terapis berusaha terus mengetuk bagian bagian tubuh klien sambil mengucapkan kalimat terapi SEFT. Klien mematikan rokoknya, sambil terus menangis. Sekitar pukul 14.35 penulis melihat klien dan terapis
5
Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014
61
menyudahi terapinya. Klien meminum air putih dan raut wajah klien kembali lebih tenang.6
c. Klien SU Nama
: Suryana
Umur
: 19
Alamat
: Jln. Cilobak 1 No.50
Pekerjaan
: belum bekerja
Pendidikan
: SMP
Ayah
: Matrozi
Ibu
: Suanah
Anak ke
:4
Status
: Belum menikah
Klien SU (laki-laki) umur 19 tahun, anak ke 4 dari 4 bersaudara pasangan Bpk. Matrozi dan Ibu Suannah. Klien SU tinggal didaerah Cinere, Depok. Klien SU belum bekerja. Klien sewaktu duduk dibangku SMK tidak selesai, klien hanya sampai duduk di bangku kelas 2 SMK. Klien SU merokok sejak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Klien SU merokok dikarenakan melihat teman-teman sekolahnya. Klien SU akhirnya mencoba merokok agar lebih diterima oleh teman bermainnya hingga menjadi kecanduan. Hal ini diperoleh dari pengakuan klien dengan penulis dari hasil wawancara: “Waktu SMP itu saya ngeroko iseng-iseng aja liat temen-temen pada ngeroko, pada nongkrong gitu. Yang lain pada ngeroko, saya jadi ikutan, malu lah pada ngeroko ya ikut aja nimbrung ngeroko. Pertama 6
Hasil Pengamatan Pribadi Klien Nani, Tangerang, 30 April 2014.
62
ditempat tongkrongan beraninya, lama-lama dirumah karna saking pengennya, abis makan mulut asem. Orang tua pertama marah, soalnya kaka saya ngeroko juga kena TBC tapi sekarang udah berhenti ngerokok. Orang tua takut saya kena TBC juga, tapi ampe sekarang sih belom kena untungnya. Yaudah dari situ terusnya pengen terus kaya kecanduan”7.
d. Klien F Nama
: Faisal Maulana
Umur
: 20 tahun
Alamat
: Jl. Pangkalan jati 2 gang palestina No.18a
Pekerjaan
: Karyawan
Pendidikan
: SMK
Ayah
: Rohmain
Ibu
: Siti Suhamdah
Anak ke
: 2 dari 3 Bersaudara
Status
: Belum Menikah
Klien F (laki-laki) umur 22 tahun, anak ke 2 dari 3 bersaudara pasangan Bpk. Rohmain dan Ibu Siti Suhamdah. Klien F tinggal di daerah Cinere, Depok. Klien F bekerja di sebuah percetakan di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Klien F merokok sejak kelas 6 SD. Klien F merokok disebabkan karena pergaulan di lingkungan tempat tinggalnya. Klien F saat itu baru pertama kali berkumpul bermain dengan teman-teman lingkungan rumahnya. Disana ia bermain dengan teman dari segala usia. Teman yang umurnya lebih tua dianggap sebagai “senior” yang berkuasa. Klien diajari merokok dan minuman keras. Akhirnya klien mencoba merokok dan minuman keras, karena “dicekoki”. Klien menjadi sifat 7
Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014
63
pemarah dan tidak takut terhadap Orang tua. Klien merokok di depan orang tua. Orang tua klien memarahi klien, namun klien membantah dan tidak menghiraukan.
Hal ini diperoleh dari pengakuan klien terhadap
penulis, sesuai hasil wawancara: “Awalnya itu kelas 6 SD nongkrong deket rumah. Nongkrong sama anak pantaran, sama orang dewasa juga. Nah itu awal mulanya nongkrong waktu abis teraweh gitu. Nongkrong main petasan. Disitu ada yang pendiem karena baru kenal. Ada juga yang nakal. Nah temen saya yang nakal ini temenan sama orang dewasa yang suka mabok minuman, ngerokok, gitu gitu. Terus saya diajak ama temen saya yang nakal itu buat nongkrong sama mereka yang suka minum. Yaudah saya kehasut kan tuh, disitu dah saya nyoba – nyoba karena ga enak kalo ga ngeroko atau minum. Kaya dicekok gitu, minum juga. Dulu rokok saya djarum super awal-awal, kalo mau beli patungan karena masih bocah kan ya. Dari situ dah saya mulainya ngerokok, dimana aja saya ngeroko, dirumah depan orang tua juga berani”.8 Klien SU dan klien F diterapi bersamaan. Tahapan terapi pada klien SU dan F yaitu dimulai dari Set up. Sebelum melakukan tahapan Set up Terapis Zulfahmi berbeda dengan Terapis Hana dan Hilda dimana terapis memberikan preview mengenai bahaya merokok dan kerugian dari merokok, melalui tayangan video. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “Untuk pasien S dan F kebetulan mereka saya terapi bersamaan. Tahapan terapinya pertama saya memberi preview dulu tentang rokok, kemudian saya lebih bertanya dulu, apakah pasien benar benar niat untuk berhenti merokok. Kemudian saya suruh nyalakan rokok dan rasakan dulu bagaimana rasa rokok yang sedang mereka hisap”9 Setelah terapis memberikan preview mengenai rokok, terapis memulai tahapan set up. Klien SU dan F mengikuti ucapan dari terapis,
8 9
Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014 Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014.
64
ucapan yang bersifat spiritual. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “saya suruh mereka mengikuti ucapan saya “Ya allah walaupun saya saat ini belum bisa berhenti merokok, saya ikhlas ya Allah” sampai 3 kali sambil mengetuk bagian atas dada, kemudian mengucap “Ya Allah saya ridho, saya pasrah” sambil mengetuk bagian atas kepala sampai 3 kali” Setelah melakukan set up dilakukan tahapan berikutnya yaitu tune in. Dalam keadaan inilah klien diperdalam emosinya. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “Kemudian dilanjutkan dengan tune in, ditahap ini pasien benar benar merasakan nikmatnya merokok, keinginan merokoknya besar, ketika klien merasakan kenikmatan merokok, kemudian saya ucapkan kembali “Ya Allah walaupun saya belum bisa juga berhenti merokok, saya ikhlas ya Allah” sampai 3 kali “Ya Allah saya ridho ya Allah” Ketika tahapan tune in berlangsung terapis melakukan tapping terhadap klien. Pada tahap ini akan terjadi efek yang timbul bagi klien, untuk klien SU terlihat langsung klien muntah sedangkan klien F tenggorokannya hanya sakit. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan terapis: “pada saat itu sambil melakukan langkah tapping. Tapping saya lakukan putaran pertama dibagian kanan secara instan mulai saya ketuk dari kepala hingga bagian bawah dada. Kemudian saya suruh nyalakan rokok kembali, klien S merasa mual dan muntah, pusing, klien F sakit dibagian tenggorokan namun keinginan untuk merokok masih ada”.10 Setelah putaran pertama selesai, terapis kembali melakukan putaran kedua. Tahapan kembali dimulai dari set up, tune in dan tapping.
10
Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014.
65
Dari hasil penelitian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tahapan terapi SEFT terdiri dari 3 tahapan yaitu; Set up, Tune in dan Tapping. Pada tahapan Set Up klien pecandu rokok diminta untuk pasrah terhadap penyembuhannya. Kemudian pada tahapan Tune in, klien diberi sugesti yang membangkitkan emosi klien, seperti menikmati rokok atau membayangkan bahaya rokok. Ketika klien ada di emosi yang mendalam, terapis melakukan tapping terhadap klien. Tapping ini mengetuk bagianbagian tertentu yang ada di tubuh klien, sehingga akan menghasilkan dampak langsung ketika selesai dilakukan tapping. Dampak langsung yang dirasakan dari setiap klien berbeda-beda, hal ini disebabkan dari tingkat konsentrasi klien ketika melakukan terapi.
B.
Evaluasi Hasil Terapi SEFT bagi Pecandu Rokok Pada analisis evaluasi hasil terapi seft bagi pecandu rokok, maka penulis akan menganalisis berdasarkan model Evaluasi hasil teori Pieterzek sesuai dengan indikator evaluasi hasil yang terdapat di BAB II. Menurut hasil temuan dari sumber data yang ditemukan dari hasil wawancara dan triangulasi data, sebagai berikut: 1.
Efisiensi; Dalam indikator ini penulis menjelaskan bagaimana Terapi SEFT bermanfaat dan praktis dalam penyembuhan klien, sesuai dengan sumber daya yang ada.
66
Dalam hal efisiensi klien merasa teknik terapi SEFT ini efisien dalam hal waktu sehingga klien tidak memerlukan berharihari untuk terapi. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan 4 klien: “Kalau menurut saya terapi nya ya ampuh sih, saya kaga di sugestiin gitu, terus di ketuk pake jari. Pertama nya saya aga ga percaya, terus pas saya jadi pasiennya, Alhamdulillah terbukti ternyata ampuh”11 “Kalau menurut saya sih terapinya sederhana tekniknya tapi cukup efektif dan efisien, ga buang-buang waktu sampe berhari-hari”12 “Ya tekniknya sih sederhana, tapi ngefek cuma beberapa menit, efisien menurut saya dari segi waktu”.13 “Terapinya sederhana, praktis, ga buang waktu banyak, kata terapisnya sih kalo udah ikut trainingnya bisa praktekin sendiri dirumah.”14 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Terapi SEFT praktis dan efisien dalam penyembuhan klien rokok. Hal tersebut dijelaskan dari pernyataan klien mengenai efisien dalam hal waktu. 2.
Efektivitas; Dalam indikator efektivitas penulis akan menjelaskan bagaimana analisis hubungan antara indikator hasil output dengan outcomes. Menurut penjelasan klien, terapi SEFT memiliki hasil yang langsung ketika diterapi. Setiap klien merasakan langsung
11
Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. 13 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014. 14 Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014. 12
67
efek dari pertama kali terapi. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien Santi; “Hasilnya putaran pertama tuh langsung rasanya pait, puyeng, tapi badan yang tadinya ga enak jadi seger gitu. Yang kedua kalinya muntah, terus rasanya ga pengen sama sekali ngeroko”.15 Penulis juga membandingkan hasil wawancara dengan klien Nani; “Jadi saya itu diterapi 2 hari, nah hari pertama itu dua kali puteran, puteran pertama saya ngerasanya baru pait aja, tapi masih pengen nyoba gitu ngerokonya. Putaran kedua rokonya masih pait, pusing. Tapi masih pengen ngerokok lagi. Hari kedua saya diterapi lagi itu Cuma 1 kali putaran, hasilnya itu langsung ga enak banget, rokoknya tambah pait bgt, pengen muntah, pusing”.16 Hal tersebut juga dijelaskan oleh klien Suryana; “Waktu hasil pertama kali terapi itu enek gitu, mual pengen muntah, roko rasanya pait. Terus waktu yang kedua langsung muntah terus, ampe ada darah sedikit muntahnya, buat ngeroko lagi rasanya udah ga mau”.17 Penulis juga melakukan pengamatan langsung untuk klien Faisal dan Suryana. Klien Faisal dan Suryana diterapi secara bersamaan oleh terapis Zulfahmi. Pada tanggal 5 Mei 2014 sekitar jam 13.30 peneliti melihat terapis sedang melakukan praktek terhadap klien Suryana di ruangan tertutup di Aula UMJ. Pada saat itu terapis berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada klien. Klien Suryana mengenakan kaos berwarna hitam, celana jeans, dan mengenakan topi. Terapis memulai terapinya sekitar pukul 13.50.
15
Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. 17 Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014. 16
68
klien dipersilahkan duduk dan disediakan air mineral. Pada saat awal terapi berlangsung raut wajah klien Suryana tampak santai dan bersemangat untuk terapi. Klien Suryana disuruh melepaskan barang-barang jam tangan, topi, dan handphone. Kemudian klien Suryana diberi aba-aba mengikuti instruksi dari terapis. Klien Suryana diperlihatkan gambaran
(preview) mengenai rokok,
dampak merokok. Setelah itu klien menutup matanya memasuki tahap terapi berikutnya raut wajah klien SU mulai sedih, klien SU diberi aba-aba untuk mengikuti ucapan terapis. Kemudian klien SU berubah wajahnya menjadi menangis, tahap berikutnya wajah klien SU mulai gelisah dan semakin panik. Setelah itu klien SU batukbatuk ketika disuruh merokok, kemudian klien SU diketuk kepalanya, setelah itu klien ingin muntah, ketika disuruh merokok kembali, klien tidak ingin. Kemudian terapis kembali mengetuk bagian tubuh klien, klien akhirnya muntah, dan raut wajah klien berubah pucat pasi terlihat kelelahan, berkeringat. Terapi selesai sekitar pukul 14.40.18 Hal tersebut penulis peroleh dari hasil wawancara dengan klien Faisal; “Pertama cuma ngerasa panas doang di leher sama mual, cuma masih pengen ngerokok. Yang kedua batuk-batuk, terus pusing banget, leher panas, dan udah ga pengen ngeroko”.19 Penulis juga melakukan pengamatan langsung ketika klien Faisal diterapi. Klien Faisal diterapi bersamaan dengan klien Suryana. Pada tanggal 5 Mei 2014 18 19
sekitar jam 13.30 peneliti
Hasil pengamatan pribadi penulis, Tangerang, 5 Mei 2014. Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014
69
melihat Terapis Zulfahmi sedang melakukan praktek terapi terhadap klien F di ruangan tertutup di Aula UMJ. Pada saat itu terapis berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada klien. Klien F mengenakan kaos berwarna hitam dan celana jeans hitam. Terapis memulai terapinya sekitar pukul 13.50, klien dipersilahkan duduk dan disediakan air mineral. Pada saat awal terapi berlangsung raut wajah klien F santai. Kemudian memasuki tahap berikutnya raut wajah klien F mulai gelisah, kemudian kembali santai. Tahap berikutnya ketika diketuk klien disuruh untuk mencoba merokok, tenggorokan klien merasa panas, klien mulai cemas, namun klien tidak bisa sampai muntah, namun klien merasa mual dan pusing. Raut wajah klien bertambah pucat, matanya memerah. Ketika di ketuk kembali bagian tubuhnya oleh terapis, dan disuruh mencoba merokok kembali klien batuk batuk dan semakin panas tenggorokan. Raut wajah klien masih pucat dan berkeringat. Terapi selesai sekitar pukul 14.45.20 Terapi SEFT memiliki efek langsung saat putaran pertama terapi. Menurut klien ketika terapi putaran pertama klien merasakan efek langsung seperti mual, pusing, dan rasa rokok menjadi pahit. Hal tersebut Penulis juga membandingkan hasil wawancara klien dengan terapis Zulfahmi: “Jadi waktu hasil
putaran pertama pasien S batuk batuk, kemudian muntah. Kemudian pasien F hanya batuk dan merasa tenggorokannya panas, namun kecendrungan merokok 20
Hasil pengamatan pribadi penulis, Tangerang, 5 Mei 2014.
70
masih ada. Hasil putaran kedua pasien S kepalanya pusing, muntah kembali, dan benar – benar tidak berani mencoba menghisap rokok, untuk pasien F mulai mual dan tenggorokan mulai panas”.21 Dari hasil wawancara diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Terapi SEFT efektif dalam penyembuhan masalah rokok. 3.
Dampak Dalam indikator ini penulis akan menjelaskan apakah sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan suatu perubahan secara jangka panjang pada penerima layanan (klien). Dalam hal ini terapi SEFT telah melakukan suatu perubahan terhadap klien perokok dalam 3 faktor yaitu fisik, psikis, dan sosialnya, setelah 1 bulan dari waktu Terapi. Untuk dampak klien Santi secara fisik klien merasa lebih baik setelah berhenti merokok, klien sudah tidak merasakan sesak ketika bangun tidur. Dari segi psikis klien Santi saat ini sudah merasa lebih tenang jiwanya. Hal ini diungkap melalui wawancara penulis dengan klien Santi: 1)
Fisik:
2)
“Alhamdulillah sekarang badan berasa enakan, biasanya bangun tidur berasa sesek nafasnya, tapi sampai sekarang udah engga.” Psikis; “Ya secara jiwa saya lebih tenang dalam menghadapi masalah, udah ga ngelampiasin ke rokok lagi, jadi lebih sering curhat aja, ke pacar, temen deket”.
21
Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014.
71
3)
Sosial:
“Kalau dari keluarga, ya soalnya Ibu saya orang nya cuek ya biasa aja, cuma waktu itu dia bilang bagus kalo udah ga ngerokok. kalo Bapak saya udah meninggal. Kalau pacar sendiri ngedukung banget dan seneng saya berhenti ngerokok. Kalau dari tementemen ya ngehargain saya udah ga ngerokok, ga pernah nawarin lagi kalau lagi nongkrong”22 Hal ini juga diungkap oleh klien Nani, klien Nani secara psikis merasa jiwanya lebih tenang setelah terapi. Dari segi sosial keluarga klien mendukung klien berhenti merokok. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien N; 1)
Fisik; “Rasanya sih enakan gitu, badan seger gitu, udah jarang batuk juga sekarang. Cuma belom di cek lagi paru-parunya.”
2)
Psikis; “Kalo sekarang jiwa sama pikiran saya lebih fresh gitu, kalau dulu suka ga tenang, sekarang ngerasa lebih tenang aja.”
3)
Sosial; “Ya keluarga seneng banget, pacar juga dukung banget, Cuma kalau temen kadang suka iseng kalo lagi nongkrong masih suka nawarin, tapi berusaha nolak ko dan kita masih temenan kaya biasanya aja”23 Berbeda dengan klien Suryana secara fisik ketika bermain
futsal. Klien merasa nafas menjadi lebih panjang dibanding
22 23
Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014 Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014
72
sebelum ia maish merokok. hal ini diungkap dari hasil wawancara penulis dengan klien; 1)
Fisik; “Perubahan fisik badan lebih seger gitu, pas main futsal juga nafas lebih panjang. Kan kalo dulu kalo lagi main futsal, nafasnya gampang cape gitu, berapa menit main udah cape.”
2)
Psikis
3)
“Sekarang saya merasa lebih tenang, baru ngerasa kesehatan itu penting, dulu buang-buang uang buat ngerokok.” Sosial; “Orang tua sih seneng saya berhenti, katanya ga buangbuang duit lagi, ga ngeganggu juga udahan asepnya. Kalau dari temen-temen itu kadang nawarin mulu, tapi karna saya udah niat sih ya gamau, tapi masih temenan dan main futsal juga masih”.24 Pernyataan sama juga dijelaskan oleh klien Faisal secara
fisik dengan klien Suryana. Namun secara psikis klien Faisal masih belum bisa konsentrasi ketika bekerja, karena kebiasaan klien merokok. Hal tersebut diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan klien: 1)
Fisik; “Badan berasa seger, futsal juga nafasnya lebih panjang. Udah ga begitu sesek nafasnya kaya dulu, kalo abis bangun tidur.”
2)
Psikis; “Secara jiwa saya ya seperti biasa aja si, cuma lebih tenang aja kalo sekarang. Cuma pas kalo kerja agak susah konsentrasi, karena biasa ngeroko itu jadi plong”
24
Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014
73
3)
Sosial: “Orang tua sih saya seneng berhenti merokok, karena saya juga punya adek jadi udah ga ganggu asepnya. Kalau pacar juga seneng saya udah ga ngerokok. Kalau temen kerjaan juga seneng saya ga ngerokok lagi, kalo temen main kadang suka nawarin lagi, tapi saya berusaha buat nahan. Karena kalo saya coba lagi saya takut pengen lagi”25 Penulis juga membandingkan hasil wawancara klien
dengan terapis sebagai triangulasi data. Hal ini dilakukan agar suatu data dapat dikatakan sebagai data yang akurat. Untuk klien Faisal dan Suryana penulis membandingkan dengan jawaban terapis Zulfahmi; “Kalau saat ini klien merasa segar badannya, nafas mereka juga lebih panjang ketika bermain futsal. Secara psikis mereka lebih merasa tenang fikiran maupun jiwanya. Kalau saya dengar, keluarga pasien S dan F senang mereka berhenti merokok, karena dapat mengurangi pengeluaran mereka, dan juga keluarga tidak lagi merasa terganggu dengan asap rokok yang mereka keluarkan. Kalau bagi teman mereka merasa senang klien sudah tidak merokok walaupun ada beberapa teman yang masih suka nawarin mereka rokok”26 Untuk klien Nani Penulis juga membandingkan hasil wawancara dengan Terapis Hana; “Saat ini klien merasa badannya lebih segar, dan jarang batuk-batuk, namun untuk kesehatan paru-paru klien belum dapat mengecek kembali. Secara psikis klien Nani merasa lebih tenang, dan lebih dekat dengan agamanya, dengan melakukan solat 5 waktu dengan tepat waktu, berserah diri kepada Tuhan YME. Secara sosial dalam lingkungan keluarganya merasa lebih dekat, karena tidak perlu lagi takut untuk merokok, Dari temannya klien nani 25 26
Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 16 Juni 2014.
74
merasa temannya senang dia sudah tidak merokok, walaupun ada yang masih suka untuk nawarin rokok, tapi klien berusaha menolak”.27 Untuk Klien Santi penulis juga membandingkan hasil wawancara dengan Terapis Hilda; “Kalau secara kesehatan klien merasa bangun tidur tidak sesak lagi seperti dulu ia merokok. Secara psikis klien Santi sekarang lebih sabar dan tenang ketika sedang mendapat masalah, lebih sering curhat ke saya dan tidak mau lagi melampiaskan ke merokok. Alhamdulillah tidak ada perubahan apa-apa, tetap bermain bersama temannya, namun ia tidak mau lagi tergoda untuk merokok. Kalau dari segi keluarganya saya dengar juga senang, dan pacar klien demikian”.28 Dari hasil temuan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak Terapi SEFT secara fisik, psikis, maupun sosial klien terdapat perubahan yang cukup secara berkelanjutan. Klien saat ini setelah berhenti merokok, Secara fisik mereka menjadi lebih sehat dari dibandingkan sebelum mereka merokok. Dalam hal psikis 3 dari 4 klien merasa tenang setelah tidak merokok. Dalam hal lingkungan keluarga setiap klien merasa lebih baik klien berhenti merokok, dalam hal lingkungan bermain, klien tetap masih diterima bemain oleh teman-temannya.
27 28
Wawancara Pribadi dengan Terapis Hana, Ciputat Tangerang, 17 Juni 2014 Wawancara Pribadi dengan Terapis Hilda, Bekasi, 23 Juni 2014
75
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Tahapan terapi SEFT bagi pecandu rokok yaitu dimulai dari tahapan Set Up. Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energy tubuh kita terarahkan dengan tepat. Dalam hal pecandu rokok, klien mengikuti ucapan terapis yaitu untuk pasrah terhadap masalah yang diderita. Tahapan kedua yaitu Tune in, tahapan adalah keadaan dimana terapis akan memberikan suatu bayangan kepada pasien mengenai penyakit yang sedang ia derita. Klien akan memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin di hilangkan sehingga akan terjadi reaksi negative seperti menangis, marah, sedih. Bagi pecandu rokok, terapis memberikan bayangan mengenai nikmatnya rokok dan kemudian bahaya merokok. Pada saat Tune ini inilah Tahapan terakhir yaitu Tapping dilakukan, pada tahapan ini terapis mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh sambil melakukan Tune-In. Pada tahapan ini jika di ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang klien rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Pada klien rokok akan langsung terjadi reaksi seperti mual, pahit, dan pusing.
76
Evaluasi hasil Metode Terapi SEFT bagi pecandu rokok terbagi menjadi 3 bagian, yaitu efisiensi, efektivitas, dan dampak. Dalam hal efisiensi, terapi SEFT merupakan terapi yang praktis dan efisien dari segi waktu. Dalam hal efektivitas dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT efektif dalam penyembuhan pecandu rokok. Dari segi hal dampak penulis membagi menjadi 3 bagian yaitu secara fisik, psikis, maupun sosial setelah melakukan terapi SEFT. Secara fisik klien merasa lebih sehat selepas dari merokok. Secara psikis; jiwa klien merasa lebih tenang tanpa merokok dan setelah melakukan terapi. Secara sosial; keluarga klien beryukur klien sudah tidak merokok, untuk teman klien juga menerima klien walaupun klien tidak merokok.
B.
Saran-saran Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal dalam kemajuan agar terapi SEFT lebih dikenal oleh masyarakat awam: 1. Lebih sering mengadakan workshop maupun iklan ke berbagai daerah, agar masyarakat awam lebih mengenal terapi SEFT. 2. Peningkatan dalam hal segi tempat praktek untuk para terapis ketika membuka praktek. Mengingat terapi ini dilakukan oleh Terapis ditempat masing-masing.
77
DAFTAR PUSTAKA BUKU Adi, Rukminto Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan dan Intervensi Komunitas. Jakarta:FEUI, 2001. Aditama, Tjandra Yoga. Tuberkolosis, Rokok, dan Perempuan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. Aditama, Tjandra Yoga. Rokok dan Kesehatan, Jakarta; UI-Press, 1997. Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998. Buchori, Mochtar. Riset Partisipatris Riset Pembebasan, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. Bugin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Bugin, Burhan. Penelitian Kuantitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Social Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009. Elfiky, Ibrahim. Terapi Berpikir Positif., Bandung: Gita Print, 2009. Ghani, Djunaidi H.M. Dasar-Dasar Penilitian Kualitatif. Prosedur. Tehnik dan Teori Ground , Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001. Hawari, Dadang. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: FKUI, 2006.
78
Hidayati, Nurul S.Ag. M.pd. Evaluasi Program. FIDKOM; 2008 Joewana, Satya M.D., Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Penyalahgunaan Napza. Jakarta; Buku Kedokteran EGC, 2005, Jones, Nelson Richard, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, Jakarta: Pustaka Belajar , 2011. Moleong, M.A,Lexy J. Metodologi Penelitian Kalitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Nasution. Metode Research: Penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Palmer,Stephen. “Konseling dan Psikoterapi” diterjemahkan dari Intoduction To Counsleing and Psychotherapy.
Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar, 2011. Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004. Salam, Syamsir. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Soewadji, Jusuf. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003. Sugiyono, Prof. Dr. Memahami Penelitian Kualitatif, ALFABETA, 2005.
Bandung:
79
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiolog, Jakarta; Gak Ekonomi UI, 2000. Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Tierney, M. Lawrence, dkk. Diagnosis dan Terapi Kedokteran, penerjemah Abdul Gofir, Jakarta; Salemba Medika, 2002. Zainuddin, Faiz Ahmad, SEFT for healing, success, happiness, and greatnes, Jakarta: Afzan Publishing,
INTERNET Ayu Rahmaningtyas, “61,4 juta penduduk Indonesia perokok aktif”, artikel
Diaksespada10Januari2014dari:
http://nasional.sindonews.com/read.html Tim Dinas Kesehatan, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali Lipat”, artikel diakses
pada12Januari2014dari:
http://dinkes.pamekasankab.go.id/index.php/berita/199-bahayaperokok-pasif Kompas, “Soal Jumlah Perokok Semakin Meningkat” artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http://www.kompas.com/kompas.html Nusantaraku, “Kandungan Rokok Yang Sangat Mematikan”, artikel diakses pada 10 Januari 2014 dari http://promkes.depkes.go.id
80
Tim Depkes, “PP tentang pelarangan merokok” artikel diakses pada 20 Januari 2014 dari http://www.depkes.go.id Kemenag, “Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram” artikel diakses pada 12 Februari 2014 dari http://kemenag.go.id “Pelayanan Terapi, Rumah Lentera Hati”, artikel diakses pada 25 Maret 2014 dari http://www.slbn-sragen.sch.id/unit-unit/terapi Peraturan
Pemerintah
RI”
PENGAMANAN ADIKTIF
No.
BAHAN
BERUPA
109 YANG
PRODUK
tahun
2012
TENTANG
MENGANDUNG TEMBAKAU
ZAT BAGI
KESEHATAN” artikel diakses pada 28 April 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads Purwandari, Buku Pegangan Kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2003,
h.39,
artikel
dapat
di
download
di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf
UU RI nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan” artikel diakses pada 28 April 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Ke sehatan.pdf Tim Dinkes, “Perokok Pasif Beresiko 3 kali lipat” artikel diakses pada 20 Maret 2014 dari http://dinkes.pamekasankab.go.id/index.php Menkes Ungkap Dampak Rokok Terhadap Kesehatan dan Ekonomi” artikel
diakses
pada
27
http://www.kemkes.go.id/index.php
April
2014
dari
81
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI “Rokok Membunuh Lima Juta Orang Setiap Tahun” artikel diakses pada 27 April 2014 dari http://www.depkes.go.id
DOKUMENTASI Observasi Pribadi Klien Nani tanggal 30 April 2014. Observasi Pribadi Klien Suryana tanggal 5 Mei 2014 Observasi Pribadi Klien Faisal 5 Mei 2014. Brosur Terbaru ALBI Januari 2014. Dokumen Pribadi terbaru perusahaan.
WAWANCARA Wawancara pribadi dengan Ahmad Faiz Zainuddin, Jakarta, 7 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Terapis Hana, Ciputat Tangerang, 17 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Terapis Zulfahmi, Tangerang, 17 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Terapis Hilda, Bekasi, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Santi, Bekasi, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Nani, Depok, 21 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Suryana, Depok, 21 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Faisal, Depok, 24 Juni 2014.
LAMPIRAN
Foto-foto;