perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka 1. Kecerdasan Emosi/Emotional Quotient (EQ) a. Definisi Kecerdasan Kecerdasan didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengambil keuntungan dari suatu pengalaman, memperoleh pengetahuan, berpikir abstrak, bertindak berdasarkan alasan, atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan. Seseorang yang memiliki kecerdasan pada satu area belum tentu memiliki kecerdasan pada area yang lainnya (Wade, 2007). b. Definisi Emosi Emosi berasal dari Bahasa Yunani “emorver” yang berarti bergerak, kegembiraan dan kegusaran. Emosi merupakan bentuk tindakan untuk memenuhi kepuasan. Bila dikaji lebih dalam lagi, perasaan dan emosi penting untuk kesejahteraan, kebahagiaan dan keselarasan ruang lingkup hidup (Hamid, 2007). Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks yang berlangsung tidak lama, yang mempunyai komponen pada badan dan jiwa individu. Pada jiwa berupa keadaan terangsang dengan perasaan yang hebat serta biasanya juga terdapat impuls untuk berbuat sesuatu yang tertentu. Pada badan timbul gejala-gejala dari
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
susunan saraf vegetatif, misalnya pada pernapasan, sirkulasi dan sekresi (Maramis, 2005). Emosi dibutuhkan untuk menunjukkan keberadaannya dalam masalah manusiawi. Wujud emosi yang ditampakkan antara lain amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu (Goleman, 2007). c. Definisi Kecerdasan Emosi Menurut Salovey dan Mayer (dalam Setyowati et al, 2010), kecerdasan
emosi
merupakan
kemampuan
memantau
dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang muncul dalam hidupnya. Seligman (dalam Setyowati et al, 2010) mengungkapkan bahwa individu yang cerdas emosinya akan bersikap optimis, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan dapat teratasi kendati ditimpa kemunduran atau frustrasi. Kecerdasan emosi bukanlah bakat alami tetapi kemampuan yang dipelajari (Goleman, 2004). Apabila seseorang memiliki kecerdasan emosi yang cukup rendah menyebabkan dirinya kurang peka dengan lingkungan dan perasaan orang sekitar (Hamid, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Menurut
Hamid
(2007),
ada
beberapa
cara
untuk
meningkatkan kecerdasan emosi, antara lain: 1) Dukungan dari pihak lain. Pihak lain yang dimaksud bisa keluarga, teman ataupun masyarakat sekitar. Pihak lain adalah cermin untuk membina dan membentuk emosi seseorang. Kritikan, nasihat, pandangan dari pihak lain yang positif dapat membantu seseorang memperbaiki emosinya. 2) Pengukuran EQ, dilakukan untuk mengetahui tahapan EQ dengan cara tes yang berkaitan dengan EQ dalam pekerjaan, motivasi diri, pergaulan, komunikasi dan sebagainya. 3) Kerja kelompok, dapat meningkatkan kecerdassan emosi seseorang karena melibatkan nilai kebersamaan dan emosi dalam melakukan pekerjaan. 4) Belajar bekerjasama, turut melibatkan emosi dalam melakukan pekerjaan. Dengan belajar bekerjasama akan memberikan kesempatan untuk membina hubungan dengan orang lain. d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Emosi Faktor yang memengaruhi kecerdasan emosi menurut Goleman (2007) adalah: 1) Lingkungan keluarga Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama dalam mempelajari emosi, dan orang tua yang sangat berperan. Anakanak mengidentifikasikan perilaku orang tua kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
diinternalisasikan akhirnya menjadi bagian dalam kepribadian anak. Kehidupan emosi yang dibangun di dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak, bagaimana anak dapat cerdas secara emosi. 2) Lingkungan non keluarga Lingkungan
yang
dimaksud
adalah
lingkungan
masyarakat dan lingkungan pendidikan. Pergaulan dengan teman sebaya, guru dan masyarakat luas yang dianggap bertangguang jawab dalam perkembangan kecerdasan emosi. 3) Otak Otak merupakan organ penting dalam tubuh manusia, otak berfungsi untuk memengaruhi dan mengontrol seluruh kerja tubuh. Struktur otak adalah sebagai berikut. a) Korteks, berperan penting dalam memahami kecerdasan emosi serta dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa orang mengalami perasaan tertentu,
selanjutnya
berbuat
sesuatu
untuk
mengatasinya. b) Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai bagian emosi yang letaknya jauh dalam hemisfer otak besar terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Sistem limbik meliputi hyppocampus, yaitu tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Selain itu ada amigdala yang dipandang sebagai pusat pengendali emosi pada otak. Walgito (2004) membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menjadi dua faktor yaitu: 1) Faktor internal Faktor internal merupakan apa yang ada dalam diri individu yang memengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal berasal dari dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani meliputi faktor fisik dan kesehatan individu. Segi psikologis meliputi pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. 2) Faktor eksternal Faktor eksternal meliputi: a) Stimulus,
merupakan
memengaruhi
salah
keberhasilan
satu
faktor
seseorang
yang dalam
memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi. b) Lingkungan
atau
situasi
yang
khususnya
melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. e. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi Menurut Salovey dan Mayer (dalam Setyowati, 2010 dan Hamid, 2007), ada lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
1) Mengenali emosi diri Mengenali emosi diri adalah kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. Mengenali emosi diri melibatkan
kepercayaan
dan
keyakinan
diri.
Dengan
mengenali emosi sendiri dapat menyadari apakah emosi yang dialami saat itu dan bagaimana emosi itu dapat membantu dirinya untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak. 2) Mengelola emosi Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkapkan dengan tepat. Memikirkan sejenak akibat baik dan buruknya suatu perbuatan atau perkataan sebelum dilakukan adalah salah satu contoh dari mengelola emosi. 3) Memotivasi diri Memotivasi diri-sendiri adalah kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasasaan tersebut dapat diungkapkan
dengan
tepat.
Kunci
motivasi
adalah
memanfaatkan emosi, sehingga mendukung kesuksesan hidup seseorang. 4) Mengenali emosi orang lain (empati) Empati bukan hanya untuk mengetahui pikirannya saja melainkan juga perasaan orang lain. Seseorang yang mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
berempati adalah seseorang yang mampu membaca perassaan dan isyarat non verbal, orang lebih mampu menyesuaikan diri secara emosi, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih mudah peka. 5) Membina hubungan dengan orang lain Membina hubungan adalah kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. 2. Kepribadian a. Definisi Kepribadian Kepribadian adalah terjemahan dari Bahasa Inggris yang berarti personality. Kata personality sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukkan. Para artis bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Sehingga,
konsep awal dari pengertian personality (pada
masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial (Yusuf dan Nurihsan, 2007). Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Chairilsyah, 2012) adalah organisasi yang dinamis dari psikofisik atau jiwa raga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Dari apa yang telah dikemukakan oleh Allport, maka dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik dan khas jadi setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda, tidak ada seorangpun yang memiliki kepribadian yang sama walau anak kembar sekalipun. Kepribadian dan tingkah memiliki arti yang berbeda. Menurut
Sigmund
Freud
menyatakan
bahwa
kepribadian
merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan super ego, sedangkan tingkah laku merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut. Menurut Browner kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap seseorang (Chairilsyah, 2012). Yusuf dan Nurihsan (2007) juga menjelaskan bahwa kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: 1) Identitas diri, jati diri seseorang. Contoh: “Saya seseorang yang pemalu”, “Saya seseorang yang terbuka”. 2) Kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain. Contoh: “dia agresif” atau “dia jujur”. 3) Fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah Contoh: “saya seorang yang baik” atau “dia pendendam”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
b. Perkembangan Kepribadian Menurut Allport (dalam Suryabrata, 2007), individu itu dari lahir
mengalami
perubahan-perubahan
yang
penting.
Perkembangan kepribadian yang terjadi menurutnya adalah: 1) Kanak-kanak Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk
yang
dilengkapi
dengan
keturunan-keturunan,
dorongan-dorongan/nafsu-nafsu dan refleks-refleks. Jadi belum memiliki bermacam-macam sifat yang kemudian dimilikinya. Dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik maupun tempramen, yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan dan kematangan. Dalam masa ini anak itu merupakan makhluk yang punya tegangan-tegangan dan perasaan nyaman tak nyaman. Jadi pada masa ini keterangan yang biologistis yang bersandar pada pentingnya hadiah atau hukum efek atau prinsip kesenangan adalah sangat cocok. Jadi dengan didorong oleh kebutuhan mengurangi ketidaknyamanan sampai minimal dan mencari kenyamanan sampai maksimal anak itu berkembang. Pertumbuhan itu bagi Allport merupakan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terusmenerus. Allport menyimpulkan, bahwa setidak-tidaknya pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
bagian kedua tahun pertama anak telah menunjukkan dengan pasti sifat-sifat yang khas (Suryabrata, 2007). 2) Orang dewasa Pada orang dewasa faktor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat (traits) yang terorganisasikan dengan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan
yang
dimiliki
neonatus.
Bagaimana jalan perkembangan ini yang sebenarnya bagi Allport tidaklah penting; yang penting ialah yang ada kini. Sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu disadari dan
rasional.
Biasanya
individu
yang
normal
mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya, untuk memahami manusia dewasa tidak dapat dilakukan
tanpa
mengerti
tujuan-tujuan
serta
aspirasi-
aspirasinya. Motif-motif itu terutama tidak berasal dari masa lampau tetapi terutama bersandar pada masa depan. Pada umumnya orang dapat lebih tahu apa yang akan hendak dikerjakan seseorang, kalau remaja tahu rencana-rencana yang disadarinya
daripada
ingatan-ingatan
(Suryabrata, 2007).
commit to user
yang
tertentu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
c. Faktor yang Memengaruhi Kepribadian Terdapat dua faktor besar yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang dalam hidupnya menurut Sjarkawi (2008), yaitu: 1) Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetik atau bawaan. Faktor genetik maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Misalnya ayah yang pemarah, maka kemungkinan anaknya akan menjadi anak yang mudah marah. 2) Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV, VCD, internet, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya. d. Gangguan Kepribadian Gangguan kepribadian adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakter dan kecenderungan perilaku dari individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Gangguan kepribadian ini cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Oleh karena itu, diagnosis gangguan gangguan kepribadian tidak cocok bila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun (Mansjoer et al., 2001). Menurut Kaplan dan Saddock (dalam Amalia, 2010), gangguan kepribadian didefinisikan sebagai suatu varian dari sifat karakter yang di luar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dapat menyebabkan
gangguan
fungsional
yang
bermakna
atau
penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian ditandai dengan suatu pola dari pengalaman dan perilaku dalam diri yang meresap dan tertanam dengan kuat, tidak dapat diubah, dan berlangsung lama, yang tidak sesuai dengan budaya individu itu sehingga menyebabkan kesusahan dan gangguan fungsi pekerjaan atau sosial (Hibbert et al., 2008). Ada tiga faktor yang memisahkan antara orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian dan orang-orang yang tidak mengalami
gangguan
tersebut.
Pertama,
orang-orang
yang
mengalami gangguan tersebut akan terus-menerus menggunakan tingkah laku itu, sedangkan orang-orang yang tidak mengalaminya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
akan melakukannya kadang-kadang saja. Kedua, orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian akan memperlihatkan tingkah laku yang lebih ekstrem. Misalnya, ada perbedaan antara sifat yang suka akan keteraturan dan kompulsif. Ketiga, orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian itu menderita masalah-masalah yang berat dan berlangsung lama (Semiun, 2006). e. Penyebab Gangguan Kepribadian Penyebab munculnya gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock (dalam Amalia, 2010), yaitu: 1) Faktor genetika Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Di antara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penelitian multiple kepribadian dan tempramen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama. 2) Faktor tempramental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin
berhubungan
commit to user
dengan
gangguan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara
temperamental
ketakutan
mungkin
mengalami
kepribadian menghindar. 3) Faktor biologis a) Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali
juga
menunjukkan
peningkatan
kadar
testosrone, 17-estradiol dan esterone. b) Neurotransmitter, Penilaian sifat kepribadian dan sistem dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik
tertentu
seperti
fluoxetine
dapat
menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik
kepribadian.
Serotonin
menurunkan
depresi, impulsivitas. 4) Elektrofisiologi Perubahan
konduktansi
elektrik
pada
elektroensefalogram ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian dan paling sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat. 5) Faktor psikoanalitik Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti. f. Macam-Macam Gangguan Kepribadian Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
edisi
keempat
(DSM-IV),
gangguan
kepribadian
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. 2) Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional dan tidak menentu. 3) Kelompok
C,
terdiri
dari
gangguan
kepribadian
menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasifagresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan (Hibbert et al, 2008). Pada penelitian ini, gangguan kepribadian yang akan diteliti adalah gangguan kepribadian skizoid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
g. Gangguan Kepribadian Skizoid Gejala utama gangguan kepribadian skizoid ialah tidak tertarik dengan orang lain atau hubungan sosial.
Pola
ketidakramahan kepribadian skizoid terlihat pada sejarah awal kehidupannya, dan biasanya dibarengi oleh ketakutan, menghindari persaingan tidak emosional. Semasa kanak-kanak, orang itu biasanya sangat penurut, sangat pemalu dan suka menyendiri, serta sangat sensitif. Sifat ini menjadi sangat jelas pada permulaan masa remaja, terutama sifat menyendirinya (Semiun, 2006). Menurut
(PPDGJ-III)
Pedoman
Penggolongan
dan
Diagnosis Gangguan Jiwa, seseorang dikatakan memiliki gangguan kepribadian skizoid apabila memiliki paling sedikit 3 dari ciri-ciri berikut: 1) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan; 2) Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment); 3) Kurang
mampu
untuk
mengekspresikan
kehangatan,
kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain; 4) Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman; 5) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain; 6) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
7) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan; 8) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu; 9) Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku (Maslim, 2001). 3. Hubungan Kepribadian dengan Kecerdasan Emosi Perkembangan
emosi
merupakan
bagian
dari
proses
pembentukan kepribadian. Perlakuan setiap anggota keluarga, terutama orang tua, akan “direkam” oleh anak dan memengaruhi perkembangan emosi dan lambat laun akan membentuk kepribadiannya (Setyowati, 2005). Individu skizoid memiliki susunan kepribadian yang rendah sehingga individu tidak berani memiliki hubungan emosional yang akrab sebab individu memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki dorongan emosional. Orang yang mengalami gangguan kepribadian skizoid juga memperlihatkan emosi yang sangat sedikit, dan dengan demikian individu kelihatannya menjauhkan diri, tanpa humor, dan emosi tumpul (Semiun, 2006). Seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik apabila terdapat komponen-komponen kecerdasan emosi terdapat dalam keseharian seseorang tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri empati, dan membina hubungan dengan orang lain (Setyowati, 2010). Salah satu aspek kepribadian adalah kecerdasan emosi, aspek tersebut penting bagi peningkatan keberhasilan seseorang baik dalam bidang akademik, maupun dalam bidang kehidupan lainnya (Lestari, 2012). Goleman (dalam Elmubarok, 2008) juga
mengatakan
pentingnya kemampuan untuk menguasai emosi (kecerdasan emosi) sebagai penentu keberhasilan akademik anak, melebihi kemampuan intelektual
(Intellectual
Quotient/IQ)
yang
selama
ini diakui
berhubungan nyata dengan prestasi akademik siswa. Lebih lanjut ditegaskan, bahwa 80 persen kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (Emotional Quotient/EQ), sementara hanya 20 persen ditentukan oleh IQ – nya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
B. Kerangka Pemikirian Gangguan Kepribadian
Faktor internal:
Remaja
1.C.Genetik atau bawaan 2.D.Faktor tempramental 3. Faktor biologis 4. Faktor psikoanalitik
Tipe Kepribadian dasar Skizoid
Faktor eksternal: 1. Lingkungan 2. Media audiovisual Kecerdasan Emosi Remaja Kepribadian Dasar Skizoid
Kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi
tinggi:
rendah:
Bersikap optimis
Kurang peka dengan
bahwa segala
lingkungan dan
sesuatu dapat diatasi
perasaan orang
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Perbedaan Skor Kepribadian Skizoid pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Angkatan 2013 dengan Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
C. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan skor kepribadian skizoid pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 dengan kecerdasan emosi tinggi dan rendah.
commit to user