ISSN
JURNAL
t4t1-5794
EKONOMI DAN MANAJEMEN Journal of Economics and tvlanagement Oktober 2011
Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Anggaran Belanja Negara (Studi Kasus Pada Departemen Keuangan Timor Leste) Mohammad Saleh, JoSo Demtitrio Xavier
Analisa Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada kantor Pelayana:n Pajak Pratama Balikpapan
r'
Dyah Sawitri, Khusaeri
Pengaruh Faktor-Faktor Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja (Studi Terhadap Perangkat Kelurahan di Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang) Ernani Hadiati, Khabibah
Pengaruh Implementasi Program Total Quality Managemeht Kinerja Pegawai
T€r.hfi;flii:p-,,:;,,;;1:.:':;,
G. Budi Wahoyo, Misriah
Rekonstruksi Pengetahuan Berbasis Kearifan : Perspektif:,ESQ Bambang Haryadi
Peran Pemerintah Dalam Strategi Pemasaran Untuk MengemOang*i
Kerakyatan Hertoto Ekonomi
JEM
Vol.
12
No.
3
,::,.,,
,',
:'
Hlm. 191-283
Malang Oktober 2011
:
ISSN
14tt-5794
ISSN L4LT-5794 JURNA!. EKONOMI DAN MANA'EMEN Journai of Economics and Management Volume 12, Nomor 3
Oktober
.
DAFTAR
2011
ISI
Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Anggaran Belanja Negara (Studi Kasus Pada Departernen Keuangan Timor Lestei Mohammad Saleh, JoSo Demdtrio
Xavier
191-210
Analisa Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Balikpapan Dyah Savuitri,
Khusaeri
2,-r.-ZZ4
Pengaruh Faktor-Faktor Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja (Studi Terhadap Perangkat Kelurahan di Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang) 1 Endang Suswati,
Khabibah
if
=
25.-231
Pengaruh Implementasi Program Total Quality Management Terhadap Kinerja Pegawai
Misriah
Rekonstruksi Pengetahuan Berbasis Kearifan : Perspektif Bambang
Haryadi
23a-256 ESQ
257-265
Peran Pemerintah Dalam Strategi Pemasaran Untuk Mengembangkan Ekonorni Kerakyatan
Hertoto
266-283
Rekonstruksi Pengetahuan Berbasis Kearifan : Perspektif ESQ Bambang llaryadi Abstrod : Science is basically aerything that makes human lnowiedge to anderstand the W and altachment to God Based on scimtitic btowledge, hwnatts rvill be able to mwe the world withcui forgetting.. the aistence of God Global darclopmert era and teclmologt progress have an impad on the nottre of btowledge lefr by lrumqr. I{nowledge ts no longer directed towwd the lrumen form of gratitude to God Tlrc Intelleauals based
meaning of
Ihowledge are ann'ently more glorified and chsaderizes modern society. Thb study seels to desoibe hao greot lruman lars { only relying on their btiov,ledge and withoat having to reconcile with religion Futhermorq this sarQ' demonstrates th,e advutages ftom btan'ledge
is combtnedwith religious valua. Celebration of irrteilectuai abilities: (l) cause the lrunm to think raionally and just stuck on mdqiallstic thir*ing do not be vise to cnothq hunan being, trea otho lnman beings as junk Q) will only oeae a loss of lnanan tdentity itself, sees i*elf no more than a sla,e to time In codrast, the lwmm spirttual intelligance direas the essential nafine of lrunoity.
Keywords : Intellectual, mderialism, spiritaality
bahkan drmia materialitas yang
Dunia modern bagt kebanyakan orang selalu diidentikan deng;an materi yang serba mevralL canggh dan gemerlap. Semakin lama pemaham.an sepefii ini semakin &rtanarn kuat daiam pribadi
diaggngkan makin menyebabkao manusia egois dan merasa hidup sendiri di duoia
ini. Inilah mengapa sejauh ini kita selalu dihanfiri rasa kekhawatirasr dan rasa takut al
masing-masing kita hal ini disehbkan latarbelakang pengetahuan yang dipahami kita tanpa terasa telatr murggiring kita pada pemahaman )'arg sennpit seperti ini.
iili.
Pengagungan terhadap kernampuaa
intelektualitas telah meflyebabkar manusia selalu hanya berpikir rasional dan terjebak pada penikiran materiatistik Sikap pengagungan inteleictual inilah yang rnembuat manusia terkadang kurang bisa berbuat arif teftadap manusia yang lainnya, memperlakukan manusia lain yang berintelektual rendah laksana sebagai
sanrpah
yang tiada artirya.
ke,pinteman
pada muridnya yang cerdas, narnun berperilaku tidak sopaa dan melecehkan teman lainnya Semua kita talflrt da-rl irhawatir dengan kemajuan dunia modem ini, kita t€didik bagaikan robot yang tidak ped"ti deagan lingkungannya. Pendek kata kita merasakan ada suatu nilai yang hilang pengetahuan yang dalam selama ini kita tekuni, dan justru
Padatral
sesungguhnya setiap diri manusia memiiiki kelebihan dan kelemahan yang melekat dalam dirinya Kekurang arifan memahami kelebihan lain yang ada pada diri manusia terkadang justru membawa bencana bagi manusia itu sendiri. Tidak heran peristiwa
penghilangan
itulah yang
meojadi
ancanilan bagi kehidupan manusia.
Kita barangkali merindukan dan mengangan-angankan adanya pengetahuan yaog lebih arif ddak hanya meqiadikan manusia berintelektud tinggi, namrm juga membuat manusia itu mampu menghargar dirinyq dan lingkungannya Kondisi yaog terbangr.:n dari pengetahuan yang mampu hakekat keberadaan manusia di dunia dan bisa s@ara perlahan terlepas dari kehidtrpan yang materialistik.
pelecehan, pertengkaran
bahkan peperangan sekalipun selalu diawali oleh
sikap sombong dan bangga
Orang tua takut atas
anaknya karffia temyata dipihak lain dia tidek santun kepada dirinya Guru kfiauxatir
atas
kemampuan diri atau kelompoknyq dan menyepelekan keberadaan orang lain disekitarnya. Tidak ada lagi rasa simpati, solidaritas ierhadap sesama makin hilang
gambang Haryodi sdaloh Dosen Pascasrjana Universitas Trunojoyo Mt&wa
257
258
JLIKNAL EKONOMI DAI,T I,L4NAJEfuTEN YoLUME 12, NoMoR
Pengetahuan Berbasis
Kecerdasan
lntelektual
Ilmu
pengetahuan pada dasamya merupakan segala pengetahuan yang menjadikan manusia memahami makna kehidupannya dan memahami keterikatan dirinya dengan sang Kholiq. Berdasarkan ilmu. pengetahuan yang dimilikinya itu maka manusia akan dapat beraktivitas didunia tanpa harus melupakan keberdaan
sang Pencipta. Disadari
bahwa sesungguhnya sumber ilmu pengetahuan itu pada hakekafirya berasal dari sarg Pencipta, oleh karena itulah maka segala pengetahuan yang ada didunia ini diilhami oleh segala ciptaan Allah yang berada di alam semesta ini. Seiring perkembangan jaman yang mengglobal dan kemajuan tekbnologi yang canggfi maka hakekat pengetahuan semakin lama ditinggalkan oleh manusia. Pengetahuan tidak lagi diarahkan sebagai wujud rasa syukur rnanusia kepada penciptanya, namun justru kepada mengejar materi dan kesenangan diCuniaPengetahuan berbasis intelektual semacam inilah yaug saat ini lebih diagungaguagkan dan menjadi ciri masyarakat moden:. Kecerdasan lntelegensi merupakan
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Kecerdasan intelektual seseorang bisanya sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan atau keluarga. Hasil perrelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari sahr keluarga adalah sekitar 0,5. Pada anak kembar, korelasinya sangat tinggi, yaitu 0,9. Sedangkan pada anak adopsi, sekitar 0,4-0,5 dengan orangtua kandung, dan 0,1-0,2 dengan orangfua angkatnya (Savitri,2005).
j, aKT)BER 2OI T
,,
Kata le.rnci dalam pengetahuan yang mengandalkan kecerdasan inteletual ini adaiah rasional. F-asional dalam artian senantiasa berpikir logis, yang hanya bisa mengunhrngkan dan menghasilkan materi bagi dirinya.. Manusia yang memiliki skor
IQ tinggi selalu diidentikan
dengan
manusia yang sukses. Kesuksesan sekali lagi diukur dengan seberapa banyak materi yang dapat dia kumpulkan dalam kehidupannya berdasarkan intelektualitas pengetahuan yang dia miliki. Hakekat kecerdasan intelektualitas seseorang menurut Savitri (2005) hanyalah membei sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambirkan kecerdasan secara keseluruhan- Dalam perkembangannya' tenryata menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual hanyalah salah satu dari sekian
banyak
kecerdasan yalg dimiliki seseorang seperti kecerCasan bahasa,
imaginasi, emosional, spiritual
dan
sebagainya.
Begitu Pentingkah
Kecerdasan
Intelektual?
Jika intelektual menjadi
ukuran keberhasilan seseorang, idealnya adalah bahwa jika skor IQ seseorang berada diatas nilai rata-rata atau bahkan berada pada kisaran- atas maka dia harusnya akan menjadi orang yang sukses dalam hidupnya. Sukses memperoleh materi dan menjadikan materinya ifu membuatnya hidupnya semakin bahagia. Lalu bagaimana realitanya dengan ukuran IQ yang tinggi dengan kesuksesan hidup seseorang? Barangkali sudah banyak contoh dimana orang yarlg memiliki IQ diatas rata-rata namun banyak diantara mereka tidak berhasil dalam kehidupan
pribadi maupun dalam pekerjaannya. Seringkali kita temui teman-teman kita yang dulunya pinter, ber'IPK iinggi, kutu bu-k-u namun kenyataannya tidak bisa
Haryadi, Relconstrulcsi Pengetahuan Berbasis Kearifan : perspektif
ditenma kerja dimana-mana. Tapi sebaliknya tem.an-teman kita yang dulu prestasi akademiknya biasa-biasa saja justru mereka sebagian besar berhasil dan bahkan menjadi orang-orang yang s,akses. Mereka lebih luwes dalarn bergaul dan tidak egois serta memiliki kemampuan
untuk bekerjasama,bersosialisasi
dengan
Pengetahuan yang mengandalkan IQ pada giliraonya hanyalah menciptakan kehampaan dan hilangnya jati diri manusia itn sendiri. Banyak orang yang pada puncak kesuksesan fisik dan materialnya justru mereka merasakan sesuaftr yang telah menggerogoti hidupnya, ia memandang dirinya tidak lebih dari budak 14,akfu, beke{a hanyalah untuk memenuhi tuntutan pekerjaan. . Dan nampaknya keberhasilan bagrnya adalah sebuah peryaru, dia tidak merasakan kebahagiaan
raih, dia
mera-sakan ada serpiha^ yaqg hilang dari dalam diri mereka. Umnmnya rnereka baru
meny'adari bahwa mereka telah menaiki tangga yang saiah, justru setelah mereka mencapai puncak tertinggi anak tangga kariernya. Ternyata pada akhimya uang, harta, kehormatan dan kedudukan bukanlah sesuafu yang mereka cari selama ini (Ginanjar,2003). Apa yang menjadi dampak pengetahuan positif yang mengandalkan IQ ini adalah manusia merasa kehilangan makna spiritual dalam dirinya sendiri. i\{ereka secara materi telah terpenuhi segalanya nafirun secara spiritual dirinya kosong dan lrampa. Dia ti
dan materi namun hatinya senantiasa gelisah mencari mak:ra kehidupan sesungguhnya.
Sebaliknya jika manusia terus ber^oegang teguh pada peringatanperingatanNya maka dia akan merasakan kstentraman dan keindahan hidup yarlg sesungguhnya, dia paham bahwa visi hidupnya adalah hanya untuk Tuhannya. Barangkali ini meqjadi bukti friman Allah dalam Al-Qur'an Surat Thaahca ayat 124:
"Dan barangsiapa yang berpaling
baik.
dengan keberhasilan yang dia
ESe zsg
dari
peringatanKu,
maka
sesungguhryta baginya kehidupan
yang sempit dan Kami mengumpulkannya pada dalam keadaan buta".
hari
Dalam pandangan
akan kiamat
masyarakat
sekuler atau materialis, mereka melihat keufuhan alarn semesta dengan paradigma ' materialistik yaitu merupakan prbses yang memang sudah ada pada alam itu sendiri. Manusia lahir dan kemudian mati adalah siklus alami dalarn maia rantai putaran alam semesta- Paradigma ini beranggapan bahwa alam memberikan kesempatan bagi manusia untuk di Cieksploitasi demi mencapai tujuan-tujuan hedonistis manusia- Selanjutnya hakekat alam menjadi laboratorium sebagai tempat uji coba keilmuan. Keberadaan Tuhan dana kesadaran akan peran spiritualitas dalam
kehidupan tidak ditampakkan bahkan dalam wacana pengembangan ilmu keberadaannya sengaja tidak dihadirkan
.
Pengetahuan positif yang cenderung mengandalkan kemarnpuan IQ nampaknya telah saiah jalan" Berdasarkan hasil pengamatan llaniel Golemsn (1994) dinyatakan bahrva "temyata kontribusi te bagi keberhasilan seseorang hanya berkisar 2Au/o dan sisanya yang 80?6 ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Ternyata orang yang ber IQ tinggi belum tentu mampu menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuaf*
260
2OI1 JUKNAL EKONOMI DAN MANLIEMEN VOLUME T2, NOMOR 3, OKTOBER
yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan- bermatfeat bagi dirinya sendiri' Sangat mudah rasanya meningkatkan kemampuan dasar seperti technical skill, tetapi tidak mu
Perlu
disadari
bahwasanYa
kecerdasan intelektual dasar kerjanya adalah berpikir seri, tinear, logis dan tidak melibatkan perasaan. Beberapa kelebihan dari berpikir dengan cara seperti ini adalah akrrrat, tepat dan dapat dipercaya. Namun demikian, kelemahan yang tirnbul adalah kecerdasan ini hanya bekerja dalam batasbatas yang ditentukan, dan akan nrenjadi tidak berguna jika seseorang ingin menggali wawasan baru yang memerlukan adaptasi dan penempatan diri dalam lingkungan baru itu.
Fengetahuan Berbasis Kecerdasan Emosional dan SPiritual (ESQ)
Dari uraian tentang
Pengetahuan
berbasis kecerdasan
intelektual ambil kita kiranya sebelumnya dapat hikmah bahwa pengeiahuan yang dibangun hanva dertgan IQ kurang bermakna dan cenderung membuat manusia nyelerveng dari fajuan keberadaan manusia itu sendiri di alam dunia. Oleh karena itulah maka perlu sekali untuk melibatkan bentuk
lain yang tidak sekedar intelektual tapi jrgu emcsional dan
kecerdasan
spiritual. Keberadaan dan peran dari dua bentuk kecerdasan ini sebenarnya telah melekat dalam diri manirsia" h;rnya sajir
kita belum manlilu tnenggaii, llleng-
optimalkan dan memanfaatkan poteusi itu agar supaya daPat diarahkan untuk membangun sebuah pengetahuan yang lebih arif dan tidak melupakan kodrat manusia sebagai hamba di muka bumi ini. Kecerdasan emosional menurut Ge Mozaik (2005) merupakan kemampuan
untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi {Educatiort fo, the Heart), kernampuao untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan tindalian konstruktifl yang mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas daa bukan pada konflik. Sedangkan John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri.
Dengan demikian kecerdasan emosional itu
hakekat adalah
merupakan proses yang membuat kita menjadi lebih arif menggunakan emosi; berpikir jauh lebih dalam. dan utuh dalam memahami diri dan orang lain. Kecerdasan ini berupaya memahami diri sendiri dan orang lain, kemudian berempati secara tepai dalam kehidupan sehari-hari- Hal ini merupakan kemampuan manusia dalam merasakan, dan memahami daYt dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.
Adapun kecerdasan spiritual menurut Danah (2003) merupakan kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internai diri yang memiliki kemampuaii dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini' Kecerdasan ini bukan kecerdasan agarna dalam versi Yarrg dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah rnenjadi ter-kavliag-ka",'ling sedearikian rupa. Kecerdasar: sg;iritual lebih berurusan clengan pencerahan jiu'a. Orang 3'ang ber SQ tinggi mampu tnemaknai penderiiaan hidup dengan membreri makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang diaiaminya - Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya' ilan melakukan perbuatan dan tiniiakan yang positif.
Haryadi, Rekonstruksi Pengetahuan Bubasis Kearifan: PerspeladESQ 26t
Jadi
kecerdasan spiritual
pada
hakekainya merupakair benfuk- kecerdasan yang mernadukan antara intelektual dan emosional, dia menjadi syarat penting agar manusia dapat lebih memaknai hidup dan menjalani hidup penuh berkah. Terlebih lagi dalam masa modern ini, mata hati sudah diabaikan dalam memanCang sega[a sesuatu secara objektif dan terbukra.
Kekuatan EQ Dalam Pengetahuan Pengetahuan yang dibangun dengan memperhatikan EQ diharapkan akan dapat memahami fenomena tidak hanya dari aspek fisiknya saja namun juga pada aspek
emosi yaitu bagaimana dengan
pengetahuan itu manusia memiliki kemampuan untuk mengelola dan mernperlakukan 'diri dan fenomena disekitarnya itu secara arif dan bijalsana. Sikap arif ini membawa manusia mudah berkomunikasi dengan dirinya dan lingkungannya. Pengetahuan yag arif ini sangat berperan dalam perjalanan hidup seseorang terutama dalam rangka mencapai kesuksesan hidupnya, telebih
dalam lingkungan yar,g
sernakin
kompetitif dan spesialis.
Kecerdasan emosional
(EQ) menggunakan cara bekerja yang lebih asosiatif. Jenis pemikiran ini membantu seseorang menciptakan asosiasi antar hal.
Pada intinya . pemikiran
ini
mencoba membuat asosiasi antara safu emosi dan yang lain, emosi dan gejala tubuh, emosi dan lingkungan sekitar. Kelebihan cara be;fiklr seperti adalah bahr,,a ia dapat i:ennteraksi dengai; pengalamau dan dapat terus herkernbang melaltri pengalaman atau eksperinren.
ini
Pengetahuan berbasis EQ individu atau organisasi mana pun untuk dapat mencapai rujuan mereka dengan
mengharuskan seorang
melakukan kerja sama dalam tim. Tidak bisa melakukan dengan dirinya sendiri,
karena manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu maka setiap orang mau tida,k mau dipaksa irntuk beke{a sama dengan orang lain. Selain itu pengetahuari
EQ mendorong manusia untuk memililc pola pikir yang lebih general tidak hanya mengandalkan iatelektualnya semata, dia memiliki . kecepatan untuk bertindak berdasark-an emosi yang telah dikelolanya dengan baik dan terarah. Pengetahuannya mendorong dia untuk tidak egois dan senantiasa tertanam dalam dirinya untuk sensitif terhadap perasaan dan peristivra yang menimpa orang lain yang berada disekitar lingkungannya. Keinginan rrntuk membantu orang-orang lain yang sedang
tertimpa masalah, menganggap
semua orang teman hidupnya senantiasa tertanam dalam dirinya dan dirajutnya dengan penuh kasih dan sayangnla. Sebaliknya pengetahuan yang tidak diCasari dengan kecerdasan emosional maka biasanya akan memunculkan sikap-. sikap yang kurang baik dan cenderung
nrerugikan orang lain. Seseorang yang tidak mempunyai kecerda.san emosionai yang tinggi biasanya selalu mendahulukan
emosi dalam berpikir dan bertindak, memang dia cepat berpikir dan bertindak namun tidak dipikirkan dampaknya bagi orang-orang yan1 ada disekelilingliya" Sikap yang paling membahayakan jika seseorailg memiliki kecerdasan emosional yang rendah adalah selalu menganggap orang lain adaiah musuh dalam hidupnya, sehingga aklirnya selalu beqorasangka bunik padii se{iai; {ii-ang, seiiap aiang yailF acla disekitarnya mempakan ancaffi)ilir dalam hidupnya. Tidak liera:r jik:i peagetahuan y'ang terpoia sepcrxi il,, mampu membuat kehidupan dunia ini menjadi kacau balau penuh dengan sengketa
dan
peperangan yang tidak
pernah berakhir. Telah banyak contoh dan
realitas di dunia, dimana suafu negar,irl seperti Amerika dengan sikao arogansi,
262
JUKNAL EKONOW DAN M4NAJEWN YOLUW T2, NOMOR J, CKTOBER 2AI
egoisme dan taapa mempedulikan kepentingan negara-aegara lainnya dengan seenaknya menyerang dan membumihanguskan negara seperti lrak, mereka hanya berpikir dengan rasionalitas dan emosional yang rendah. Dan hasilnya tenryata keputusan yang dilakukannya salah total dan justru membuat ilegaranya semakin terkucilkan dalam lingkungan masyarakat duriaJadi, pengetahuan yang dilandasi Ee menjadikan seseorang lebih bisa bersikap bijak dengan pengetahuannya itu. Dia pandai dan mampu untuk mengelola secara baik emosi yang dimilikinya dan menyalurkan pengetahuannya itu demi kemaslahatan umat di dunia. Kecerdasan emosional terbukti memiliki peran yang sa[gat penting unfuk mencapai kesuksesan seseorang di manapun dia berada, di tempat kerja, dan di lingkungan masyarakat, serta dalam kondisi bagairnanapun. I(ekuatan SQ Dalam Pengetahuan Kecerdasan Spiritual sebagai salah safir bentuk kecerdasan yang selama ini
diabaikan oleh masyarakat pada perkembangannya juga dapat berperan besar dalam pencapaian tujuan itu sendiri yaitu agar manusia rnenjacii insan yang cerrias dan memilikj sense terhadap diri dan lingkungan serta dilandasi'Cengan nilai-nilai ruhaniahnya. Cara berpikir menurut kecerdasan spiritual menggunakan pola unitif,, artinya bahwa xi"{cil.ggLinakail segaia keir-iampuan uniuk pengetahuan
me:raiigkap seh-rrirh konteks ya1)g me;rgaitkal anlar uilst-jr )iailg teriibat. Ke*iainpuan untuk menangkap suafu sihiasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru. Bentuk kecerdasan ini akan mengarahkan manusia pada pencarian hak-ikat kemanusiaaffrya. Hakikat kemanu-siaan itu dapat ditemukan iika
T
manusia senantiasa dalam hidupuy; disinari dengan n:.lai keruhaniahao ahr senng disebut sikap ikhsan. Sifat ikhsau ln pada giliranoya membantu manusia uatul
mencari ketenangan dan kedamaian yaal selama ini justru rnenjadi barang yasl langka dan tidak pernah bisa ditemukan karena pengetahuan yang ada hanya lebil mengandalkan kekuatan intetektralita semata.
Bisa dibayangkan jika pengetahuar yang dimiliki manusia tidak diilham dengan nilai-nilai keruhaniahan itu, maki nilai manusia hanyalah sebatas makhlul yang tiada bernilai disisi Tuhannya. Nila manusia tidak lebih baik dengan binatanf y^ng hanya memiliki nafsu, dan tida"L mampu mengendalikan diri dan' vis, hidupnya hanya sebatas didunia saja. Olet karena it*lah maka dalam setiap aktivitu
dan hidupnya sebaiknya kita sebagai manusia selalu menyandarkan dri, pikiran dan tindakaa kepada nilai-nilai Ruhaniah
Ilahiah. Dengan memiliki
kecerdasan
spiritual semacam ini maka seseorang akan mencapai kesuksesan ).ang luar biasa
dalam hidupnya, terlebih lagi jika dia rnerupakan pemimpin dalam sebuah
institusi maka dia akan
mampu
mengarahkan segala sumberdaya yall;g ada didalamnya demi pencapai tujuan bersama dan selalu dinaungi dengan nilai llahiah dan tentunya taapa mengorbankan iirinya, orang lail dan lingkungan di sekitarnya. Saya jadi teringat apa y'dlg
disampaikan oleh Sirihab QA\D bahwa untuk menjadi pcmimpin _vang handai. seseorang ticiak hanya perlu mernilikr ke ccrriase,n intelektual dan enlosi saja ileiainkan juga kecerdasan spirirual. Kecerdasan spiritual itu menipakan
kemampuan seseorang unhrk menyelaraskan hati dan budi sehingga ia
rnarnpu menjadi pemimpin yaflg berkarakter dan berwatak positif.
Kecerdasan spiritual penting sekali karena
Horyadi, Relonsnuksi Pengetahuan Berbasis Kearifan : perspetail"
berpengaruh pada sikap pemimpin itu pada dirinya sendiri dan orang iain. Oieh karena itu, seorang pemimpin harus mampu melihat sesuatu di balik sebuah kenyataan empirik sehingga ia mampu mencapai makna dan hakikat tentang manusia. Jadi jelaslah bahwasanya keberadaan kecerdasan spiritual sangat diperlukan dan nampaknya menjadi keharusan agar nilai kemanusiaan manusia bisa dihargai oleh dirinya sendiri dan lingkungannya, teriebih iagi bagi mereka yang berposisi sebagai pemimpin. Pemimpin yang cerdas secara spiritral adalah rnereka yang berhasil memberi makna dalam kehidupannya. Kecerdasan spiritual menunjukkan pengenalan akan diri mereka sesungguhnya, sehingga pemimpinpemimpin ini berhasil membawa institusinya ke puncak kesuksesan. Dia diwarnai dengan sikap integritas,
keterbukaan, ncampu menerima lfiitik, rendah hati, mampu rremahami orang lain
dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, rnemiliki spiritualitas yang cerah, seialu
melakukan hal terbaik bagi seluruh pihak termasuk did sendii, bahk-an mampu mengelola intelektualitasnya secara arif demi kemaslahatan umat manrrsia di dunia.
Membangun Pengetahuan
Dengan F;[emadukan Kekuatan IQ, EQ dan SQ Berdasarkan uraian tentang kekuatan kecerdasan intelektualitas, emosional, dan spiritual diatas kita bisa merenungkan dan
membayangkan bagaimana seandainya pengetahuan yarrg dibangun rnemiliki ketiga unsur tersebut. Sudah pasti kita meyakini akan menjacii sebuah kekuaian
yang luar biasa, dan pasti
tujuan
pengembangan pengetahuan untuk kemaslahatan umat manusia akan dapat t-ercapai dengan lebih leluasa dan lebih cepat.
Pengetahuan
ESe 263
yang semacam ini
bukannya tidak bisa diu";judkan dan hanya sebatas bayangan saja, peagetahuan dengan berkekuatan IQ, EQ, dan SQ pada prinsipnya dapat dimanfaatkan dan disinergikan untuk membangun sebuah pengetahuan yang lebih berkualitas dan arif terhadap diri dan lingkungannya. Sebagaimana pernyataan Ary Ginanjar
dalam bukunya Rahosio
Sul<ses
Membangkitkan ESQ Pouter, menyatakan bahwa "jikalau kelantan-kekuatan intelelctualitas, rasionalitas duniawi @Q) disinergikan dengan semangdt .spiritual (Sg maka akan terjadi perpaciuan kekuatan ydng maha dahsat untuk membangun karaher rnanusia yang
paripurna".
Dari kekuatan yang dahsat inilah seseorang pada hakekatnya akan mampu memberi makna yang lebih terhadap aktivitas dan kehidupan sehari-harinya. Sesecrang akan merasakan makna kehidupan yang sangat indah dalam kondisi apapun tanpa tergantung pada kondisi tersebut. Kekuatan yang dahsat seperti ini memrrut Ginanjar (2003) disebut sebagai "meta kecerdasan" yarrg merupakan rvujud integrasi antara ketiga kekuatan yaitu IQ, EQ dan SQ. Meta kecerdasan yang meliputi 3 kekuatan ini bekerja diibaratkan sebagai sebuah perangkat dalam safu kesatuan
sistem yang saling terkait di dalam diri manusia. Untuk mencapai kecer
tangguh dan berkualitas maka antara kekuatan-kekuatan iru saling bersineriri safu sama lainnya.
264
JUKNAL EKoNoMI DAN MAN,4.IEMEN I/zLUME 12, NoMoR 3,
Dalam
kaitannya
zKTIBER
201 T
bisa berbuat arif terhadap rnanusia yang
dengan
pengembangan pengetahuan, jrkalau pengetahuan itu didasarkan pada pandangan materialitas (mengandalkan
yang berintelektrial rendah laksana
intelektualitas) sernata maka bias'anya akar menghasilkan output yang hanya obyektif, akurat namun biasanya cenderung hanya diterapkan terutama uutuk kepentingan diri
2. Pengetahuan yaug metrgandalkan Ie pada gilirannya hanyalah menciptakai kehampaan dan hilangnya jati diri
lainnya, memperlakukal manusia-laii
sebagai sampah yang tiada artinya.
itu sendiri; merasakan sesriafu yang telah menggerogori hidupnya, ynemandang dirinya tidak lebih dari manusia
sendiri dan kelompoknya.
K.emampuau unfuk meningkatkan kecerdasan emosional
png
lebih bijak dan .meningkatkan nilai keru*haniahan semakin sulit diperoleh, karena memang sejak awal tidak didasarkan pada kekuatan mhaniah yang menjadi kunci pengembangan kecerdasan lainnya. Dengan memadukan tiga kekuatan yang ada maka yang pertama kali kita
hadirkan dalam' proses pen)rusunan pengetahuan adalah kekuatan spiritual atau
kesadaran tauhid. Jika kektratan ini dijadikan sebagai dasar arval dalam membangun sebuah pengetahuan maka hal ini akan berdampak positif. Dengan berorientasi pada kekuatan spiritoal maka akan meudorong terciptanya pengendalian emosicnal yang baik- Emosi yang ada senantiasa mampu dikelola dengan baik dan dihadirkan pada situasi dan kondisi yang tepat. Dalam kondisi seperti iniiah maka manusia akan lebih mampu mempergunakan logika berpikirnya dengan lebih cptimal dan bekerja secara normal. Dengan berpikir lebih optimal biasanya apa yang dipr:1u5km dalam membangun pengetahuan biasanya lebih
ierarah khususnya demi urnaf
kerna.slahafarr
"
Kesimpulan 1. Pengagungan terhadap kemarnpuan intelektualitas menyebabkan rnanusia hanya berpikir rasional dan terjebak
pada pemikiran materialistik. Sikap pengagungan intelektual inilah yang rnembuat manusia terkadang kurang
budakwaktu.
3. Seseorang yaog tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi biasanya. selalu mendahulukan emosi dalam berpikir dar bertindalg cepat berpikir dan bertindak namun ddak dipikirkan dampaknya bagi orang-orpng yang ada disekelilinpya. 4. Bentuk kecerdasan spiritual mengarahkan manusia pada pencarian
hakikat kemanusiaannya.
Hakikat kemanusiaan itu dapat diternukan jika manusia senantiasa dalam hidupnya disinari dengan nilai kerulianiahari atau sering disebut sikap ikhsan. 5.
Meta kecerdasan yan9 meliputi 3 kekuatan IQ, EQ, dan SQ bekerfa diibaratkan sebagai sebuah
perarrgkat
dalam satu kesahian sistem yang saling
terkait dalam diri manusia. Unfuk mencapai kecerdasan yang seperti ini maka kekuatan-kekuatan ini tak mungkin dipisah-p isahkan fu ngsinya. 6. Membangun ilmu pengetahuan mau tidak mau har,rs memerlukan sinergi dari berbagai mdcam kekuatan. Jika rnanusia hanya n-rengandalkan kekuata* mainstream yaitu kekuatan intelekruai saja inaka akan dikharvatirkan ilnru
pengetahuan yafiE dibangunaYa disalahgunakan hanya untuk
kepentingan dirinya semata.
Haryadi, Rekonstrulcsi Pengetahuan Berbasis Kearifan : perspeloif
DAFTARRUJUKAN
Memelihara
Kecerdasan Emosional, www- sekolahindonesia. com Ahern,Geoffry, Spiritual / religious Experience in modern society, Oxford: Alastair Hardy Foundation, 1990. Danah Zobar dan Ian Marshall, SQ, 2003, Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memalcnai kehidupan,
Mizan Pustaka, cetakan VIII,
November Eduard de Grave, http ://www. kompas. corn /komoasceta W 0 603 I L0 humanior a/2497 7 LA. htm, Krisis Kecerdasan Spiritual dan Kearifan Spiritual. Education for the Heart, As Well as the Mind dan Emotional lntelligence, An Important Concern for Farent and Teachers of Every Studeilt. Ge Mozaik, 20A5, Pentingnya Pendidikan Kecerdas an Emos ional, Iuni Ginanjar, Ary Agr-rstian, 2003, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Penerbit Ar ga, J akarta. Ginanjar, Ary Agustian, 2A05, Rahasia Sulrses lttlembangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual (ESQ) berdasarkrtn 6 rukun iman dan 5
rukun Islam, Penerbit Arga, Jakarta. Goleman, Daniel, 1994, Emotional Intelligence, Nerv York, London, dsb: BaLain E,*ci.;" I{arcly. Aistair" The Spiritz;c! Na.ture a,i' Morc- Oxf.-rrd: C>;isli{i {iniversir.o Fness, i979. Savitri, indri, 2005 , Tes IQ ltu, Apa Sih?, Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat LPT Ui Shihab, Alwi, 20A2. DiburuhL,an
Kecerdasan Spiritual untult Jadi
ESe Zo5
Pemimpin yang Unggul, Kompas, Jumat,3l N,Iei. Kompas, Selasa, 27 November 2001, KecerCasan Spiritual Penting bagi Iulanusia Modern. Prijosaksono, Aribow o, 2003, B ekerj a dan Mencintai Pekerjaan, Harian umum sore: Sinar Harapan. Ratna Eliyawati, Kecerdasan Spiritual pengantar, admin@superadmin. 17 Maret 20A6, Untag-Net Republika, 2AA3, Jumat,06 Juni, Menata Generasi ldamart Sukidi, 2A02, Kecerdasan Spiritual Anak, ENDONESIA.COIV{, Selasa, 1 S-Juni. Ubaidillah, 2004, AN, e-psycology.com, Selayang Pandang IQ, EQ dan SQ, 19 h{ei.
(SQ)
sebuah