Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Efisiensi Penggunaan Alat Mesin Panen Padi Combine Harvester Pada Lahan Sawah Pasang Surut Di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan Johanes Amirrullah1)* Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jln. Kol. H. Barlian No. 83 Km 6 Palembang, Indonesia *Coressponding author :
[email protected]
1)
ABSTRACT Combine Harvester machine specially designed to be operated on either the tidal land sawa vast land and wetland narrow. Harvest stages require much labor at high wages, at the time of harvest most of a lot of labor work outside the agricultural sector and does not wish to work in the fields. But there are some farmers who take advantage of the opportunity for farmers who own the land that farmers not extensive to be labor or wage labor, hoping to supplement the family income. At harvest time farmers must prepare a considerable cost in 1 ha which costs Rp. 1.48 million / ha, the cost of which is due to remove the farmers still use manual labor, in 1 ha only at harvest time per day requires a workforce of 10-20 people per day / ha. Presence of agricultural technology as comben harvester does not shift the existing workforce to work as wage labor as well as labor. Using this tool just to avoid it if at harvest time, labor shortages it is necessary to use comben harvester at harvest, from the efficiency of cost and time by using the tool comben harvester harvest more quickly and cost is also more economical and time efficient. Key words: Efficiency of Use, Combine Harvester, Tidal ABSTRAK Mesin Combine Harvester dirancang khusus untuk dapat di operasikan pada lahan pasang surut baik itu lahan sawa yang luas maupun lahan sawah yang sempit. Tahapan panen banyak membutuhkan tenaga kerja dengan upah yang tinggi, pada saat panen sebagian tenaga kerja banyak kerja di luar bidang pertanian dan tidak berkeinginan untuk bekerja di sawah. Namun sebagian petani ada yang memanfaatkan kesempatan bagi petani yang pengaraf memiliki lahan yang tidak luas untuk menjadi tenaga buruh atau tenaga upahan, dengan harapan untuk menambah penghasilan keluarga. Pada saat panen petani harus mempersiapkan biaya yang cukup besar dimana dalam 1 ha biaya yang harus dikeluarkan Rp. 1.480.000/ha, besarnya biaya yang keluarkan ini dikarenakan petani masih menggunakan tenaga kerja manual, dalam 1 ha saja pada saat musim panen per hari membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10-20 orang per hari/ha. Kehadiran teknologi pertanian seperti comben harvester tidak mengeser tenaga kerja yang ada untuk bekerja sebagai tenaga upahan maupun sebagai tenaga buruh. Menggunakan alat ini hanya untuk menghindari jika pada saat musim panen, kekurangan tenaga kerja maka perlu menggunakan comben harvester pada saat panen, dari efisensi biaya dan waktu dengan menggunakan alat panen comben harvester lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat dan juga efisien waktu. Kata Kunci : Efisiensi Penggunaan, Combine Harvester, Pasang Surut
465
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
PENDAHULUAN Penggunaan teknologi sangat mendukung kegiatan panen, dimana saat ini untuk mendapatkan tenaga kerja semakin berkurang, dimana usia-usia produktif sudah tidak mau bekerja sebagai petani dan lebih memilih untuk kerja dibidang yang lain seperi kerja bidang bangunan dan kerja ke kota (BPSDMP, 2013). Dimana lokasi pengkajian ini jarak tidak terlalu jauh dari kota dan akses jalan lancar, sehingga kecendrungan pekerja yang masih usia produktif memilih untuk kerja yang lain di bandingkan kerja sebagai petani. Sistem panen padi di lahan pasang surut menggunakan sistem bawon, sistem bawon lebih dikenal dengan sistem panen gotong royong dimana kelompok tani saling bantu membantu untuk tenaga kerja nya dari kelompo satu ke kelompok yang lain begitu juga seterus nya. Menurut (Raharjo, B, dkk. 2012) Sistem bawon yang dilakukan dengan sistem regudari satu pemilik ke pemilik sawah lainnya. Kondisi diatas memperjelas bahwa telah terjadi kekurangan tenaga kerja panen. Penggunaan sistem bawon ini dikarenakan kekurangan tenaga kerja pada saat panen, sering kali pada saat musim panen tenaga kerja yang didatangkan dari luar desa, dikarenakan tenaga kerja yang ada belum bisa memenuhi kebutuhan tenaga panen. Sebagian besar combine harvester yang ada di petani mendapat bantuan dari pemerintah, dengan tujuan nanti nya dapat membantu dan meningatkan produktivitas melalui pengurangan ceceran hasil panen. Sesuai dengan tujuan menurunkan susut hasil hasil komoditas tanaman pangan, mempertahankan mutu hasil, mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan. Untuk mengatasi masalah pada saat panen sekarang ini sudah banyak petani menggenal mesin combine harvester, mesin ini sangat membantu sekali dan bisa menggurangi kebutuhan tenaga kerja. Mesin combine harvester dirancang khusus untuk dapat di operasikan pada lahan pasang surut baik itu lahan sawa yang luas maupun lahan sawah yang sempit. Harapan dengan memperkenalkan alat ini petani dapat mengadopsi teknologi, sehingga kesulitan yang dialami pada saat mau panen dapat teratasi.Kajian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efisien adopsi dan dana yang dikeluarkan petani saat menggunakan tenaga kerja manual dengan menggunakan alat mesin teknologi combine harvester serta merekomendasikan ke petani untuk menggunakan alat combine harvester pada saat panen. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Desa Mulia Sari Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, pada bulan Mei - Juni 2016. Penentuan lokasi didasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Tanjung Lago yang akan dijadikan responden pada saat panen petani sudah ada yang menggunakan combine harvester dan tenaga kerja manual, dengan menggunakan metode survei dan data dianalisis secara kualitatif melalui wawancara dan kuesioner, data disajikan secara tabulasi dan diuraikan dengan analisis secara deskriptif. Kemudian menganalisis usaha tani pendapatan dengan menganalisa penerimaan dikurangi pengeluaran petani (Soekartawi, 2002) : Pd = Y.Hy – Xi.Hxi = (Hjp x Qp) – (BT + BV) ...............(1) Keterangan : Pd : pendapatan UT padi Hxi : harga faktor produksi ke-i Y : hasil produksi Hjp : harga jual padi 466
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Hy Qp Xi BT BV
: harga produk yang dihasilkan : produksi padi : faktor produksi i : 1,2,..... n :biaya tetap :biaya variabel HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih anatara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC), dimana penerimaan usahatani adalah perkalian anatar produksi dan harga, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam suatu usahatani (Soekartawi, 2002). Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa penerimaan dan pendapatan petaniPada Tabel 1 biaya yang dikeluarkan dalam satu kali musim tanam input nua sebesar Rp. 7.792.500, sedangkan penerimaan yang didapat petani Rp. 24.000.000, dari hasil analisis total pendapatan petani dalan satu kali musim tanam Rp. 16.207.500. secra rinci input dan ouput analisis usahatani dapat dilihat pada Tabel.1 Tabel 1.Analisis Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin Uraian Input Benih inpari 22 Urea SP36 KCl Pestisida Reagent Semprot rumput Penggolahan tanah Pengapuran Penyemaian Cabut bibit dan tanam Pemupukan Penyiangan Panen Total Output Hasil (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp)
Biaya (Rp/ha) 800.000 1.050.000 712.500 900.000 120.000 80.000 225.000 525.000 300.000 375.000 275.000 450.000 500.000 1.480.000 7.792.500 6.000 4.000 24.000.000 16.207.500
Biaya produksi yang harus dikeluarkan petani untuk input produksi tertinggi pada pemupukan Urea Rp.1.050.000/ha, SP36 Rp.712.500/ha dan KCl Rp.900.000/ha, banyaknya input yang dibutuhkan pada lahan pasang surut dikarenakan tanah masih masam dipengaruhi oleh fe yang tinggi, untuk itu perlu sekali pemupukan yang berimbang. Pemupukan ini dilakukan dengan dua kali tahap, pertama setelah pengolahan tanah saat mau dilakukan penanaman kemudian pemupukan lanjutan setelah tanaman berumur satu bulan. Sebelum tanam sebaiknya dilakukan pengapuran dimana biaya yang dikeluarkan 467
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
petani Rp.300.000/ha, agar tanah tidak masam dan pupuk dapat terurai dan tidak terikat oleh fe. Sedangkan unuk perawatan tanam seperti penyiangan biaya yang harus dikeluarkan petani Rp. 500.000/ha, penyiangan ini saangat penting sekali dilakukan agar disekitar tanaman padi tidak ditumbuhi gulma sehingga pertumbuhan tanaman bisa tumbuh merata dan hasil yang didapat bisa maksimal. Pada saat panen petani harus mempersiapkan biaya yang cukup besar dimana dalam 1 ha biaya yang harus dikeluarkan Rp. 1.480.000/ha, besarnya biaya yang keluarkan ini dikarenakan petani masih menggunakan tenaga kerja manual, dalam 1 ha saja pada saat musim panen per hari membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10-20 orang per hari/ha. Namun disaat panen masih banyak terkendala tenaga kerja sulit dicari dan perlu mencari tenaga kerja dari luar desa (Zakrin, 2013). Inovasi Teknologi Peranian Tahapan panen banyak membutuhkan tenaga kerja dengan upah yang tinggi, pada saat panen sebagian tenaga kerja banyak kerja di luar bidang pertanian dan tidak berkeinginan untuk bekerja di sawah. Namun sebagian petani ada yang memanfaatkan kesempatan bagi petani yang pengaraf memiliki lahan yang tidak luas untuk menjadi tenaga buruh atau tenaga upahan, dengan harapan untuk menambah penghasilan keluarga, untuk bayaran harian tenaga kerja upahan panen lebih tinggi dibandingkan dengan upahan kerja kegiatan yang lainnya. Menurut Wati (2011), Pada waktu panen banyak tenaga yang berlatar belakang bukan seorang petani dan tenaga dari luar berdatangan untuk bekerja sebagai buruh panen. Kehadiran teknologi pertanian seperti comben harvester tidak mengeser tenaga kerja yang ada untuk bekerja sebagai tenaga upahan maupun sebagai tenaga buruh. Menggunakan alat ini hanya untuk menghindari jika pada saat musim panen, kekurangan tenaga kerja maka perlu menggunakan comben harvester pada saat panen, dari efisensi biaya dan waktu dengan menggunakan alat panen comben harvester lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat dan juga efisien waktu. Menurut Chazali (2015),Comben harvester banyak digunakan untuk luasan sawahnya yang besar, tidak banyak pematang dan tidak tergenang. Salah satu alasan menggunakan mesin saat panen agar dapat memanen sawah lebih luas pada saat musim panen, alasan lainnya dikarenakan harga buruh sudah sangat mahal sekali per hari bisa Rp 75.000 – Rp. 100.000 per orang, belum lagi biaya yang lainya perlu banyak penggeluran bagi petani jika menggunakan tenaga manual. Menurut Wati (2015), penggunaan comben harvester menghasilkan dampak negatif yang lebih banyak, penggunaan mesin ini hanya berdampak positif terhadap mutu gabah dibandingkan dengan panen manual, sedangkan dampak negatif yang dihasilkan terjadi pada memperkecil peluang kerja dan distribusi pendapatan tidak merata karena lebih banyak didapat oleh pemilik mesin dan pemilik lahan yang luas. Sifa negatif mesin comben harvester ini juga dapat merusak lingkungan berpotensi dapat merusak tanah, tanah menjadi keras dan menggunakan bahan bakar menyebabkab potensi udara di lingkungan persawahan. Untuk itu jika penggunaan mesin combe harvester ini akan lebih banyak berpotensi positif dari pada negatif pemerintah perlu mengalih lagi potensi yang ada sehingga dengan panen menggunakan mesin akan lebih banyak mengguntungkan dari pada merugikan petani maupun lingkungan setempat. Penggunaan comben harvester dinilai sebagai bentuk efisiensi yaitu panen bisa lebih cepat dan murah, dengan menggunakan comben harvester ini harapan pemerintah akan dapat meningkatkan produktifitas yang didapat petani, namun sebaliknya tanpa memperhatikan lingkungan sosial yang ada di desa akan membuat masalah bagi tenaga yang ada di desa karena penyerapan tenaga yang ada tidak merata, dan ini akan berdampak 468
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
sosial. Bagi petani untuk penambah penghasil keluarga pada saat musim panen ini sangat mengguntungkan sekali bagi petani pengaraf ataupun petani yang memiliki lahan yang tidak luas untuk bekerja sebagai tenaga upahan, namun dengan adanya comben harvester ini akan menggurangi lapangan pekerjaan.
Pendapatan Analisis pendapatan dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui besarnya pendapatan petani padi dilahan pasang surut. Luas lahan yang dimiliki petani mempengaruhi penerimaan, yang dimaksud penerimaan usahatani adalah hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang berlaku, sehingga penerimaan ditentukan oleh besar kecilnya produksi dan harga jual. Dari Tabel diatas dapat dilihat produksi yang didapat pada saat panen dalam satu kali musim tanam 6000 kg/ha dengan harga jual Rp 4000 kg, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh petani padi di lahan pasang surut Rp 24.000.000/ha. Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang di keluarkan selama satu kali musim tanam, pendapatan petani merupakan bagian yang paling penting bagi petani karena pendapatan berati pemasukan atau pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut Kurniawan (2012), semakin tinggi pendapatan petani maka tingkat kesejahteraan akan meningkat. Pendapatan petani dipengaruhi beberapa faktor anatara lain. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pendapatan petani sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi anatara lain input produksi seperti pupuk yang mahal sehingga petani banyak mengeluarkan biaya, dan besarnya penggunaan tenaga kerja sehingga petani banyak menggeluarkan biaya dalam satu kali musim tanam sebesar Rp. 7.792.500/ha. Adapun jumlah penerimaan petani sangat di pengaruhi oleh harga pada saat panen jika harga meningkat tentu akan mempengaruhi penerimaan, selain harga jumlah produksi yang didapat juga mempengaruhi penerimaan oleh petani. Penerimaan yang diterima petani sebesar Rp 24.000.000/ha, maka pendapatan usahaani padi di lahan pasang surut selama satu kali musim tanam sebesar Rp 16.207.500/ha. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapa ditarik kesimpulan Kehadiran teknologi pertanian seperti comben harvester tidak mengeser tenaga kerja yang ada untuk bekerja sebagai tenaga upahan maupun sebagai tenaga buruh, dan Penggunaan comben harvester dinilai sebagai bentuk efisiensi yaitu panen bisa lebih cepat dan murah, dengan menggunakan comben harvester ini harapan pemerintah akan dapat meningkatkan produktifitas yang didapat petani DAFTAR PUSTAKA Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian. 2013. Budidaya Padi Unggulan Varietas Ciherang dalam http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/%E2%80%9Cbudidayapadi-unggulan%E2%80%9D-varietas-ciherang Kurniawan, AY. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis Perdesaan 2(1) : 36-52 Raharjo, B, Hutapea, Y, dkk. 2012. Studi Persepsi Petani Terhadap Mesin Panen Stripper Harvester di Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Prosiding Insinas (270-281). Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. (UI-press), Jakarta. 469
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Wati, H dan Chazali, C. 2015. Sistem Pertanian Padi Indonesia Dalam Perspektif Efisiensi sosial. Pusat Analisis Sosial (2-27). Zakirin, M, E. Yurisinthae, N. Kusrini. 2013. Analisi Risiko Usaha Tani Padi Pada Lahan Pasang Surut di Kabupaten Pontianak. Jurnal Social Economic of Agriculture 2(1) :75-84
470